Anda di halaman 1dari 22

Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur terhadap Tuhan


Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya serta
dukungan dari teman dan keluarga sehingga kumpulan
puisi tentang Korona dalam rangka Sasi Sabu ini dapat
terselesaikan
Puisi adalah bahasa kalbu, curahan sanubari dari
relung jiwa yang terdalam. Ia menjadi teman di kala sepi,
menjadi kekasih di kala rindu, menjadi setetes embun di
kala dahaga. Sajak-sajak puisi ini datang dari hati,
dan sesuatu yang datang dari hati, maka hati pulalah yang
akan menerimanya. Puisi sederhana sebagai curahan jiwa
ini telah tercurah bait demi bait di dalamnya.

Penulis sangat gembira bisa mempersembahkan


sebuah karya walaupun mungkin karya ini jauh dari kata
indah dan sempurna bagi anda.

Dengan harapan agar bisa belajar tentang


kehidupan, dan kumpulan puisi ini dapat menjadi
bermakna bagi para pembaca.
Daftar Isi

Judul................................................................................ i
Kata Pengantar................................................................ ii
Daftar Isi......................................................................... iii
I. Puisi
Korona............................................................................. 1
Renungan Pagi................................................................. 2
Virus Korona................................................................... 3
Darimana Kau Berasal..................................................... 4
Doa................................................................................... 5
Kamu Kecil...................................................................... 6
Hidup Sehat...................................................................... 7
Semua Ada Hikmahnya.................................................... 8
Musibah Melanda............................................................. 9
Dalam Diam.................................................................... 10
Berduka........................................................................... 11
Harapan........................................................................... 12
Bersatu............................................................................ 13
Berhenti Sejenak............................................................. 14
Pagi Berkabut.................................................................. 15
Asa.................................................................................. 16

II. Penutup

Sinopsis Buku............................................................... 17
Identitas Penulis..............................................................18
Korona

Korona
Siapakah sebenarnya engkau?
Namamu seringkali disebut akhir-akhir ini
Pagi, siang, malam

Layaknya tamu tak diundang


Engkau bersandar terlalu lama
Membuat kami jenuh, ketakutan dan waspada

Korona
Bagaimana dalam sekejap engkau mengajarkan
orang bergaya hidup sehat?
Engkau merubah kebiasaan hidup banyak orang menjadi
hidup lebih sehat

Bagaimana ini biasa terjadi?


Haruskah aku berterimakasih padamu?
Atau haruskah aku lari tunggang langgang
menghindarimu?

Semoga ini hanyalah sentilan darimu


Agar kami lebih menghargai kesehatan tubuh kita
Renungan Pagi

Kicauan burung di pagi hari


Masih merdu di telinga
Melukiskan keindahan alam semesta
Teriring awan yang tersapu

Pagi ini
Ku masih belum berangkat
Lamunan mendera di otak ku
Selimutpun masih menutupi tubuhku

Aku terdiam dan terpaku


Kapankah ini semua berlalu
Ku ingin kembali ke sekolah
Merindukan suasana yang terindah

Tetapi ternyata semua memang harus menunggu


Menunggu engkau pergi dari bumi ini
Ya, virus Korona
Karnamu pagiku menjadi berbeda
Virus Korona

Kau memang tak terlihat


Tak kasad oleh mata
Tak ada yang tak mengenalmu
Sepak terjangmu begitu hebat
Mendera di seluruh muka bumi

Tapi aku percaya


Karna suatu saat kamu akan enyah
Aku kan selalu rajin mencuci tangan
Memakai masker, tidak bergerombol,
berkelompok
Niscaya kamu pun akan cepat pergi
Karna Tuhan akan selalu lindungi kami
Darimana Kau Berasal

Banyak yang mengatakan kau berasal kau berasal dari


negeri Cina
Dan sekarang semua kau hampiri
Sehingga kami tidak bisa bersuka ria

Penyebaranmu tidak terlihat


Tetapi bisa kami rasakan
Di awal engkau datang
Kami selalu menghitung berapa yang
menjadi korban karena ulahmu

Tetapi
Lama kelamaan kami letih, kami lelah
Kami hanya mampuy dan berusaha menghalaumu
Dengan menaati aturan yang sudah berlaku
Menjaga daya tahan tubuh
Disertai doa yang selalu teriring
Agar kau segera pergi
Doa

Ya Tuhan kami
Engkau yang Maha Segalanya
Engkau memberikan ujian kepada umatmu
saat virus datang
Semua memporakporandakan segalanya
Kegiatan eknomi banyak yang terhenti
Rutinitas sekolahku pun terganggu

Masih banyak juga nyawa-nyawa yang tak


tertolong
Mungkinkah itu bentuk kelalaian kami sendiri
yang kurang menjaga kebersihan ataukah imun
yang lemah

Ya Tuhan kami
Apapun itu
Hamba, umatmu berusaha menjadi pribadi
yang lebih baik

Ya Tuhan kami
Hamba bersyukur kepadamu,
berpasrah kepada-Mu
Semoga virus segera berlalu
Kamu Kecil

Korona
Ya, kamu virus Korona
Kamu memang kecil
namun kamu mematikan

Korona
Ya, kamu virus Korona
Menyebar ke mana-mana
Jutaan orang terserang
Jutaan orangpun meninggal

Sem
ua orang cuma bisa berdoa dan berusaha
Pergilah kau Korona
Karena kami rindu bermain
Kami rindu bersekolah lagi
Hidup Sehat

Korona
Dulu kami hidup tenang
Saat kau datang hidup kami berubah
Kami ingin kamu segera enyah dari muka bumi

Korona
Kami yakin
Kami bisa melawanmu
Kami tidak akan menyerah
Kami akan menjalankan pola hidup berih
dan sehat

Korona
Tentu saja kami tidak lupa berdoa
Agar kau sirna
Dan kami semua terhindar dari korona
Semua Ada Hikmahnya

Kadang aku berpikir


Korona membuat kita sadar,
membuar kita berubah

Dengan Korona,
kita bisa berkumpul dengan keluarga,
beribadah bersama keluarga,
bercanda dengan keluarga,
dan hidup bersih

Kebersihan memang sebagian dari iman


Bila kita bersih, virus akan takut,
penyakit akan hilang
bila kita kotor, virus pun datang
berbagai penyakit pun ikut menyerang
Musibah Melanda

Musibah melanda negeriku


Engkau datang begitu tiba-tiba
Tak permisi tak beri salam
Aku terhenyak,
saat aku mendengar berita
esok, esok, dan entah sampai kapan aku tak bisa
bersekolah,
tak bisa bermain keluar

Yah,
memang semua terjadi saat kau datang
Anak-anak tak leluasa bermain,
yang dewasa tak leluasa bekerja,
pemerintah tak kalah sibuknya,
karena kau datang begitu tiba-tiba

Yah,
negeriku tercinta memang sedang dilanda musibah
Musibah kita bersama
Bahu-membahu mengusir Korona
agar negeriku kembali damai
Dalam Diam

Hari demi hari berulang


Dicetak dalam hening
oleh pandemi,
dan hari demi hari
orang-orang menemukan cara

Orang-orang berdiam diri


Orang-orang tinggal di rumah
Mereka beristirahat
Mereka membaca, mereka membuat karya
seni
Dan merekapun menemukan cara-cara
baru

Dan mereka terhenti


Mereka dengarkan lebih dalam
Orang-orang bermediasi, berdoa
berjanji tak akan hidup dengan cara yang bodoh
kelak kan sembuhkan bumi dari virus ini
Berduka

Hidup dengan tidakn adanya orang


yang bergerombol, berbahaya
yang berati tidak berperasaan

Bumi mulai sakit


dan mereka berduka atas kematian
yaa, kematian
kata yang begitu menyeramkan

Tangis tak lagi bisa dibendung


Menghantar jenazah hanya dari kejauhan
Bahaya belum juga berakhir,
entah sampai kapan
Harapan

Mimpikan Kehidupan baru


Jauh dari bahaya virus Korona
Aku ingin bermain,
aku ingin sekolah,
aku ingin bisa melakukan aktivitas apapun
yang aku suka di luar sana

Aku ingin membuat pilihan baru


Aku ingin membuat visi baru
Menciptakan cara-cara hidup baru
dalam sepanjang hidupku ini

Aku ingin semua orang sembuhkan bumi ini


Aku ingin semua orang sehatkan bumi
Sama saat mereka disembuhkan
Kita bisa dan harus bisa
Bersatu

Kita tidak bisa melawan sendiri


Saatnya kita bersatu,
melawan bahaya virus ini
Sirnakan pikiran egois

Satukan kasih sayang dan perdamaian


dalam menghadapi cobaan ini
Berdoa agar semua kembali
Menjadi normal seperti dulu

Bangkit dan bangun kehidupan baru


Ketika semua usai
belajar,
belajarlah dari pengalaman pahit ini

Kita tidak sendiri,


kita hadapi bersama-sama
Dan berjanujilah akan selalu mengingat
ketenangan dan kedamaian alam ini
Berhenti Sejenak

Masuk secara tiba-tiba


Menghancurkan banyak negeri
Dunia seakan terhenti
Terfokus dengan kekacauan

Kehidupan tenang tinggal kenangan


Kematian seakan-akan mengikuti setiap
langkah
Ketakutan akan kematian

Tapi dibalik semua itu,


apakah ini sebuah hukuman?
Karena alam ingin tenang
tanpa kesibukan manusia

Apapun itu,
kita berharap, semua akan berlalu,
angan keindahan alam,
seakan nyata kembali
Pagi Berkabut

Kelembutan pagi menyapa tidur


Suasana masih senyap
Kabut berarak mengiringi gerimis kecil,
menambah senyapnya kampung

Aku terhenyak dan tersadar


aku tak kan pergi ke mana-mana
Tak mungkin,
aku di rumah saja

Kubentangkan sajadah,
runtuhkan angkuh di pagi hari
Senantiasa gantungkan hidup kepada Tuhan
bersujud, berdoa agar semua wabah
segera berlalu
Asa

Bumi terasa gelap


Menabur ketakutan di mana-mana
Pelangi di senja hari,
seakan turun untuk memberikan warna yang indah

Tapi hati ini terkucil


di antara sepinya alam karena pandemi
ombak bertabur ke tepi pantai
Sejauh mata memandang,
adakah seberkas cahaya?

Penantian untuk cerahnya alam


Ketenangan dan kedamaian
yang akan segera datang
seiring berlalunya dan sirnanya virus
Sinopsis

Buku ini merupakan kumpulan puisi karya penulis yang


bertemakan tentang korona yang sedang mewabah. Puisi
yang ada di dalam buku berisikan harapan agar wabah
Korona ini segera berakhir sehingga kehidupan dapat
kembali berjalan dengan normal.
Identitas Penulis
Nama : Reynard Gottardo Putra Nugroho
Kelas : 7A
Alamat : Jl. Lebdosari IX no 11
Kalibanteng Kulon, Semarang Barat

Anda mungkin juga menyukai