Anda di halaman 1dari 22

Mengembalikan Kepercayaan

Publik Melalui

REFORMASI

BIROKRASI

Agus Dwiyanto

Sanksl Pe!anggaran Pasal n

Undang4Jndang Nomor 19Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak me!akukan perbuatan
!>ebaga!mana dimaksud dalam Pasal2 Ayat (1) atau Pasal49 Ayat (1) dan Ayat (2)
dipidanadengan pldana penjara masing-masing pallng sing kat 1 (satu) bulan danl
atau denda paling sediklt Rpl.OOO.OOO,OO (satu juta rupiah), atau pldana penjara
paling lama 7 (tujuhJ tahun dan/atau denda paling b.myak Rp5.000.000.000,OO
(lima miliar rupiah).

2 Sarang siapa dengan sengaJa menylarkan. memamerkan, mengedarkan, atalJ


menjual kepada umum suatu dptaan atau barang hasil pelanggaran hak dpta
atau hak terkait sebaga! dfmaksud pada Ayat (1} dipidana dengan pidana penJara
-

Gii
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
paling lama 5 (lima) tahun dan!atau denda paling banyak Rp500.000.000,OO (lima
ratus Juta rupiah), f~ KOMPASGR.AMEDIA
2.01)
Bab I
Birokrasi Weberian t

Birokratisasi, dan Kinerja

Pendahuluan

Kontroversi tentang penerapan model birokrasl Weberian dalam pe­


merlntahan sudah lama berkembang, bahkan menjadl polemik dl
kalangan praktisi dan ilmuwan admlnlstrasi publlk. Banyak pihak cen­
derung menolak model birokrasl Weberlan karena menganggap model
birokrasi itu memlliki banyak kelemahan dan kurang sesuai dengan·
tantangan yang dihadapi oleh banyak negara sekarang Ini. Arus glo­
balisasi yang semakln menguat, kemajuan teknologi Informasi dan
komunikasi yang pesat, dan demokratisasi yang semakin Intens telah
membuat model birokrasi Weberian menjadi semakln tldak populer
di kalangan ilmuwan admlnlstrasl publlk. Namun, sebaglan praktisi ad­
ministrasi publik yang telah cukup lama hldup dalam kungkungan bi­
rokrasi Weberlan melihat bahwa model tersebut sampai saat Inl maslh
dlperlukan. Mereka berargumentasl bahwa sejauh ini belum ada mo­
del pengaturan kelembagaan alternatjf yang cukup lengkap dan me­
lyeluruh yang dapat digunakan untuk menggantikan blrokrasi Webe­
rian.'

lDalam teon organisasj muncul banyak alternatif mode! organisasi yang telah
dikembangkan oleh para pakar, yang menggunakan nilai~nilal dan prlnsip yang
bertolak belakang dengan nilai dan prinsip yang dikenalkan olen birokrasf
Weberian. Misalnya, model organisasi nolografis yang menggunakan metafora
otak untuk menggambarkan mekanlsme kerja yang seharusnya dimi!iki birokrasi.
Model ini menolak adanya pembagian kerJa yang rinci dalam organisasl dan
menuntut semua orang dapat melaksanakan semua keglatan organisasl (Morgan,
1986). Ada juga yang menolak hierarki karena dinlfai tfdak cocok dengan
Reformasi 8irokrasl Blrokrasl Weberlan~ Blrokratisasi dan Kinerja
i

Mereka yang menolak model birokras; Weber;an menganjurkan pe­ ngecewakan. Dilihat dari berbagai Indikator, kiner)a birokras·1 publik
merintah untuk melakukan debirokratisasi, deregulas;, dan privatlsas; memang maslh sang at jauh dari harapan masyarakat.
kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik ((aiden, 1991). Ket;ga Pertanyaannya, apakah memang debirokratisasi Itu menjadi pana­
mantra tersebut seolah menjadi panacea dari problem yang sekarang cea dari semua persoalan yang terjadi dalam birokrasl pemerlntah se­
ini dihadapi oleh birokrasi pemerintah dalam memperbaiki kinerjanya. karang inll Apakah solusi terhadap buruknya kinerja birokrasi dapat
Dengan melakukan ketiganya maka pemerlntah dipercaya akan dapat diperoleh hanya dengan melakukan debirokratisasi? Apakah seseder­
memperbaiki kiner)a birokrasinya. Oleh karena itu, dalam beberapa hana itu persoalannya? Tentu persoalan yang terjadi dalam birokrasi
dekade terakhir wacana untuk melakukan debirokratisasl, deregu\asi, pemerintah tidak sesederhana yang selama inl dipahaml oleh publik.
dan privatisasi sangat menon)ol, bukan hanya di Indonesia, tetapi ju­ Debirokratisasi bukan merupakan persoalan yang sederhana karena
ga dl negara-negara maju di Barat. Munculnya gerakan New Public hubungan antara birokratisasi dan kinerja blrokrasl tidak berslfat fi­
Management dan Reinventing Government dl negara-negara maju near. Pada kenyataannya hubungan antara blrokratisasi dan kinerja
menunjukkan besarnya ke;nginan mereka untuk melakukan debiro­ blrokrasi berbentuk parabolik (menyerupal parabola) sehingga debiro­
kratlsasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik kratisasl harus dilakukan secara hati-hatl (Caiden, 1994).
((aiden, 1991; Osborne & Gaebler, 1992; Osborne & Plastrik, 1997; Bab Ini akan membahas secara teoretis berbagai persoalan yang
Ferlie, 1997). terkait dengan isu debirokratisas; terse but dan hubungannya dengan
Di Indonesia, wacana serupa sudah lama dlmunculkan, bahkan se­ kinerja blrokrasl pemerintah. Untuk memahami konsep birokratisasl
jak masa rezim Orde Baru. Pemerintah secara sistematis berusaha me­ dan debirokratisasi, bab inl akan membahas beberapa pemikiran yang
lakukan debirokratisasl. Debirokrat;sasl dilakukan dengan melakukan mendasari pengembangan model birokrasi Weberian dan kritik yang
penyederhanaan struktur birokrasi dan prosedur. Lebih dari itu, ma­ selama ini diberikan terhadap model birokrasl Weberian. Oleh sebab
syarakat luas serlng menuntut pemerintah untuk menyederhanakan itu, bab Ini juga akan membahas konsep birokrasi Weber;an serta pro
struktur birokrasi dengan meramplngkan jumlah kementerlan dan dan kontra terhadap konsep blrokrasi. Pemahaman mengenai pro dan
lembaga nonkementerlan. Perdebatan mengenai hal Itu selalu muncul kontra terhadap birokrasi sangat penting untuk memahami dinam;ka
pada saat pembentukan kabinet baru. Masyarakatjuga menuntut ada­ hubungan antara birokratisasl dan klnerja birokrasi. Melalui tulisan ini
nya penyederhanaan prosedur pelayanan publik yang selama in; di­ diharapkan akan muncul pemahaman yang tepat tentang model b;­
nila; menghambat terwujudnya pelayanan yang murah dan mudah rokrasi Weberian sehlngga kebijakan yang diambil oleh pemerlntah
dlakses oleh warga. Banyakjuga usulan yang disampaikan kepada pe­ untuk memperbaiki kinerJa birokrasinya juga tepat dan efektif.
merintah untuk memangkas jenjang hierarki birokaslnya yang dinllal
terlalu panjang. Tuntutan publik seperti Itu tentu memillki dasar yang
Konsep Birokrasi Weberian
cukup karena realltas birokrasl publik dl Indonesia memang sering me­

Dalam IImu Admlnistrasl Publlk, blrokras; memiliki sejumlah makna,


semangat dan nllai~nilai demokras! dan menganjurkan model alternatif yang dl antaranya adalah pemerintahan yang dijalankan oleh suatu biro
disebut sebagai adhocracy (Jone5~ 2004; Morgan, 1986; Davis & lawrence, 1977). yang blasanya disebut dengan offiCialism (Hill, 1992: 1); badan ekseku- .
Namun, semua model alternatif yang pernah muncul belum dapat menggusur
kedudukan birokra,l Web.~an, yang sampal dengan ,.karang ma,lh banyak tlf pemerintah (the executive organs of government); dan keseluruhan
yang mengaplikasikannya. pejabat publik (public officials), balk itu pejabat tingkat tlnggl ataupun

20 21
Reformasi Birokra51 Birokrasi Weberian. Blrokratisasi, dan Kinerja

rendah (Alb row, 1989: 116-117). Namun, karakteristik umum yang menjadi sebuah proses yang sederhana, rutin, dapat dikendallkan, dan
melekat pada birokrasi dad ketiga makna tersebut adalah keberada­ dapat dlperkirakan (predictable). Mekanlsasi Itu mampu menghasilkan
annya sebagai suatu lembaga pemerintah. Makna birokrasi sebagai produk yang stan dar secara elisien. Keberhasilan mekanisasi itu kemu­
lembaga pemerlntah muneul karena lembaga pemerintah pada dian mendorong Weber untuk menerapkannya dalam proses admi­
umumnya selalu berbentuk birokrasi. Skala organisasi pemerintah nlstrasl. Hal Itu dilakukan dengan mengembangan satu model organl­
yang besar dan luas eakupannya mendorong mereka untuk memlliki sasl yang mampu bekerja menyerupal sebuah mesin.
birokras! yang memiHk! karakterist!k sebaga! birokrasi Weberian. Weber bertanya, apakah mungkin proses admlnlstrasi dalam pe_
Lembaga pemerintah, sepertl yang ada dl Indonesia, umumnya nyelenggaraan keglatan pemerlntahan yang kompleks dapat dlbuat
memiliki hierarki yang panjang, prosedur dan standar operasi yang menjadi proses yang sederhana, efisien, dan menghasilkan output
tertulis, spes!al;sasi yang rinci, dan pejabat karier, yang menjadi karak­ yang standar (nonpartisan)? Apakah mekanisasl dapat diterapkan
teristik dari b!rokras! Weberian. Oleh karena Itu, lembaga pemerintah dalam proses admlnistrasl? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut
sering disebut sebagai b!rokrasi pemer!ntah. Karena kinerja b!rokras! yang kemudlan menghasilkan model organisasl birokrasl Tlpe Ideal.
pemerintah pada umumnya cenderung buruk dan mengeeewakan Weber percaya bahwa proses administrasi dalam keglatan peme­
warganya maka image yang melekat pada birokrasi pemerintah een­ rltahan Itu hanya dapat menjadi enslen, rutin, dan nonpartisan apa­
derung negalir. Kekeeewaan terhadap kinerja birokrasi pemerintah bila Cara kerja organisasi pemerlntahan llU dlrancang sedemiklan rupa
sering menimbulkan stereotip yang negatif tentang konsep birokrasi sehlngga menyerupal cara kerja sebuah mesin (Morgan, 1986). Inilah
Weberlan. yang kemudlan mengilhami Weber untuk merumuskan ideal type of
Weber mengembangkan konsep birokrasi sebaga! bentuk respons bureaucracy dengan segala karakterlstiknya.
terhadap lingkungannya pada waktu itu, yang menurut pandangannya Karena itu tldak mengherankan apablla model birokrasl Weber!an
akan dapat diatasi dengan baik kalau pemerintah mengembangkan sangat menyerupal sebuah mes!n dalam berbagai karakterlstiknya. Se­
organisasi yang dia sebut sebagai legal-rational, yaitu sebuah model bagaimana sebuah mesin, birokrasl adalah suatu alat yang dlgunakan
organisasi yang kemudian disebut sebaga! birokrasi. Weber melihat untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk melayanl masyarakat.
adanya kebutuhan untuk melakukan pembagian kerja sebaga! ak!bat Layaknya sebuah mesln, blrokrasi juga merupakan suatu kesatuan
semakin meluas dan kompleksnya tugas-tugas administratif secara yang terdiri dari baglan-baglan yang masing-maslng memiliki fungsl
kuantitatif (Mas'oed, 1990: 148). Birokrasi publik dikembangkan untuk sendlri, yang keberhasllan satu bagian akan berlmpllkasi terhadap
menanggapi perluasan dan kompleksltas tuga5-tugas administratif. De­ keberhasilan baglan-baglan lalnnya. Bahkan, keberhasllan suatu ba­
mokratisasi menuntut adanya suatu institusi yang dapat menjalankan glan memlllki pengaruh terhadap keberhasilan organisasl secara ke­
pemerlntahan secara enslen dan nonpartisan. Peran itu hanya dapat seluruhan. Agar keglatan darl baglan-baglan Itu mengarah pada pen­
dilakukan oleh blrokrasi publik. eapaian sebuah tujuan, sebagaimana sebuah me sin, maka blrokrasi
Kelnglnan Weber untuk mengembangkan blrokrasl yang blsa Weberlan juga memlliki suatu fungsi untuk menghubungkan dan me­
menjadl suatu Instltusl yang nonpartisan dan mampu menjalankan ngoordinaslkan baglan-baglan Itu melalul suatu hlerarki.
keglatan pemerintahan seeara efislen sebenarnya juga dilihami oleh Dengan sangat mudah kemudlan dapat dlpahaml mengapa birokra- .
keberhasilan mekanlsasi Industrl dl Barat. Mekanlsasi industrl dl Barat sl Itu memilikl karakteristlk sebagaimana yang sekarang melekatdalam
pada waktu itu berhasil mengubah proses produksi yang kompleks berbagal organlsasl pemerintah. Mengapa harus ada pembagian kerja,

22 23
Reformasi Blrokrasi Birokrasi Weberian. Birokratisasi. dan Kinerja

hierarkl, prosedurtertulls, Impersonalitas, meritokrasi, dan sebagainya? dinasl agar bag Ian atau keglatan yang banyak dalam blrokrasl dapat
Jawabannya sederhana, yaltu semua karakterlstik tersebut dlbentuk mengarah pada satu tujuan bersama,
agar blrokrasl dapat bekerja menyerupal cara kerja mesln. Apa karak­ Hierarki dapat membantu seseorang melakukan supervisi dan
teristlk dari cara kerja yang mekanls itu? Tldak lain adalah cara kerja kontrol secara efektif (Weber dalam Jones, 2004: 147). Kemampuan
yang mampu mewujudkan nilai-nilai tertentu, seperti elisiensl, output satu orang untuk melakukan supervisl dan kontrol sangat terbatas,

yang standar, dan kepastlan. sementara subjek yang harus dikontrolnya berjumlah sangat banyak.
Semua karakteristik darl blrokrasl Weberlan diciptakan untuk me­ Menurut Weber, dengan adanya hierarkl, seorang pimpinan puncak
wujudkan ketiga nilal di atas. Pembagian kerja dan meritokrasi diper­ suatu organisasi dapat melakukan supervlsi dan kontrol terhadap
lukan agar birokrasi Itu dapat bekerja secara elisien. Sulit bagi klta un­ semua individu dan keglatan yang menjadl tanggung jawaboya

tuk membayangkan suatu organlsasl pemerintahan yang besar dapat secara efektlf. Hlerarki membantu pimplnan dalam melakukan
supervisl dan kontrol melampaul batas-batas kemampuannya sebagal
melaksanakan berbagal fungsi yang kompleks secara elisien tanpa
seorang indlvidu. Hierarkl memungkinkan mereka melakukan kontrol
melalui pembagian kerja yang jelas. Proses administrasi yang kom­
atas banyak orang dengan hanya mengontrol sediklt orang secara
pleks dapat diubah menjadi proses yang sederhana melalui pemba­
langsung.
glan kerja yang membagi proses tersebut ke dalam keglatan-keglatan
Prosedur tertulis dan impersonalltas dlperlukan agar pelayanan
yang spesifik. Kemudlan dltunjuk seseorang yang memiliki kemam­
dan kegiatan birokrasi itu berslfat nonpartisan, yaltu tldak membe­
puan untuk melaksanakan setiap keglatan itu (Weber dalam Jones,
dakan pelayanan berdasarkan afillas! pol/tlk dan karakterlstik dari
2004: 145).
pengguna layanan. Pengalaman dl dunla Barat pada waktu itu sangat
Leblh darl Itu, pembaglan kerja dan merltokrasl merupakan dasar
mendorong Weber untuk berplklr mengenal bagalmana membangun
dan faktor pendorong berkembangnya profeslonalisme. Weber berar­
suatu pelayanan publik yang nonpartisan dan adil pada semua orang
gumentasl bahwa tldak mungkin profesionalisme berkembang dalam
tanpa membedakan status dan karakteristik orang itu. Weber meng­
pemerintahan tanpa pembaglan ker)a. Pembagian kerja adalah basis
inginkan blrokras! yang dlciptakannya dapat melayanl orang tanpa
darl berkembangnya keahlian. Ketika seseorang ditunjuk untuk melak­
melihat karakterlstlk subjektlfnya, tetapl leblh melihat masalah yang
sanakan pekerjaan tertentu maka dalam kurun waktu tertentu akan
dlhadaplnya. Yang membedakan perlakuan blrokrasl terhadap war­
muncul keahlian. Keahlian adalah syarat dari pengembangan profesio.
ganya bukan karakterlstlk warganya, sepertl kaya-m!skin, lelakl-pe­
nallsme. rempuan, etnlsltas, dan aliliasi politiknya, melainkan masalah yang
Ketika pembagian kerja dilakukan maka akan muncul banyak ba­
dlhadapinya. Weber mengatakan "jangan melihat orang sebagal ma­
gian yang masing-masing mem iii ki fungsi. Agar bagian-bagian yang
nusia dengan segala cirlnya, tetapl lihatlah mereka sebaga! kasus'
ada dalam organisasi Itu tldak saling bertabrakan antara satu ba­ Untuk membuat blrokrasinya mampu bekerja secara nonpartisan
gian dengan bag ian lalnnya dan kegiatan mereka mengarah pada maka blrokrasi harus memiliki prosedur tertulls yang mengatur me­
pencapaian suatu tujuan bersama maka supervisi dan kontrol dlper­ ngenal bagalmana organisasi dlkelola dan bagalmana pelayanan Itu
lukan. Untuk menjalankan fungsi supervisi dan kontrol maka birokrasi diberikan. Birokrasl harus memilikl stan dar keglatan, standar tentang
membutuhkan adanya hierarkl. Hierarkl adalah alat dan fasilitas yang cara melayanl warga, dan standar hubungan antara pimpinan dan ba­
diciptakan birokrasl untuk menjalaokan fungsi sinkronis"si dan koor­ wahan. Hubungan antara atasan dan bawahan serta hubungan antara

24 25
r r
Reformasi Birokrasi Birokrasl Webetlan, 8lrokratisBsi. dan Kinerja

aparat dan warga dibangun sepenuhnya atas dasar hubungan kedi­ kasus. Status orang, seperti kaya-mlskin atau pejabat-rakyat jelata,
nasan, bersifat formal, dan impersonal. Hubungan yang sifatnya infor­ tldak boleh dlperhatlkan agar pejabat blrokrasi tldak memberikan per­
mal dan subjektif dianggap memlliki potensi untuk menghasilkan pe­ lakuan yang subjektlf. Aparat birokrasi harus memperiakukan setlap
layanan yang partisan dan tidak adil sehingga harus dihindari. warga secara sama, tergantung pada kasusnya.
Hubungan yang demiklan pada tlngkat tertentu mungkin perlu di­

Kritik terhadap Birokrasi Weberian kembangkan. Namun, serlng kall hal itu membuat birokrasi menjadi
tidak berwajah manusiawi dan tldak mampu menclptakan keadilan
Weber mengharapkan birokrasi yang mekanls menjadi organisasi yang leblh bermakna. Sirokrasi tldak lagl mampu memahami sl mlskin
yang mampu meningkatkan elisiensi dan rasionalitas kegiatan pe­ dan sl bodoh yang mungkln kemampuannya untuk berhubungan de­
merintahan. Weber juga dapat mewujudkan dta-citanya untuk ngan blrokrasl sangat berbeda dari sl kaya dan si pintar. Walaupun ke­
membangun birokrasl yang netral dan mampu memberikan pelayan­ dua kelompok warga tersebut dlberi kesempatan yang sama, tetapl
an kepada masyarakat secara adil. Meskipun demlkian, Weber sendirl ,ebenamya mereka memillki akses yang berbeda. Kemisklnan dan
mengakui bahwa model birokrasi yang digagasnya memiliki banyak kebodohan membuat sekelompok warga tldak dapat mengakses pe­
kelemahan dan kekurangan, yang jlka tidak diantisipasi dengan baik layanan blrokrasi karena mereka tidak memiliki Informasi. Bahkan, se­
dapat merugikan masyarakat. Weber juga menyadari bahwa sebe­ bagian dl antara mereka merasa tldak membutuhkan pelayanan dari
namya Birokrasi Tipe Ideal yang digagasnya itu sangat sulit diwujud­ pemerlntah, mlsalnya pelayanan kesehatan, karena tldak mengetahui
kan. Akan selalu ada jarak antara prinsip Birokrasi Tipe Ideal dan rea­ manfaat pelayanan Itu bagi kehidupannya. Weber tldak memahaml
litas. Realitas birokrasl pemerintah tidak akan selalu seperti Sirokrasl bahwa struktur sosial ekonomi masyarakat dapat menghalangl akses
Tipe Ideal. Halltu menjelaskan mengapa Weber menyebut model bl­ mereka terhadap pelayanan birokrasl. Sirokrasl Weberian yang seperti
rokraslnya sebagai model Birokrasi Tipe Ideal. Karena itu Weber sebe­ itu tldak akan mampu membangun empatl terhadap kelompok margi­
narny~ sejak awal juga telah rnengingatkan tentang masalah-masalah nal, minorltas, dan dlfabel yang memilikl kendala yang berbeda untuk
potensial yang mungkin akan muncul sebagai akibat dari penerapan mengakses pelayanan blrokrasi.
model birokrasinya itu. Salah satu kelemahan birokrasi yang sejak Tentu tidak adil apabila memperlakukan si mlskln secara sama
awal diingatkan oleh Weber adalah kecenderungan birokrasi untuk dengan si kaya karena akses mereka terhadap sumber daya yang di­
mengabalkan aspek dan nilai kemanusiaan dari organisasi. perlukan untuk berhubungan dengan birokrasi, seperti informasl,
Kecenderungan birokrasi untuk membangun hubungan yang ber­ pengalaman, dan uang juga berbeda. Memberikan perlakuan yang
slfat Impersonal dan formal dapat mengabalkan perhatlan organisasl sama kepada semua pengguna layanan birokrasl dapat diartlkan Se­
itu terhadap nilai-nilai kemanuslaan dalam suatu organisasl. Dalam bagal tlndakan yang tldak empatik terhadap kelompok masyarakat
suatu birokrasi yang impersonal, seperti yang dianjurkan oleh Weber, tertentu, seperti keiompok penduduk miskln, perempuan, difabel,
warga tldak dlperlakukan sebagal 'manusia' dengan segala aspek ke­ atau yang bertempat tinggal dl daerah tertlnggal. Bahkan, keadilan
hldupannya, tetapi dianggap sebagal 'kasus: Agar pejabat blrokrasi hanya dapat dlwujudkan apabila perhatian khusus terhadap mereka
bersikap adil pada semua orang maka setiap orang yang datang pa­ dapat diberikan oleh para aparat birokrasi sehingga mereka dapat
da birokrasi untuk memperoleh pelayanan harus dianggap sebagai mengurangi jaraknya dengan kelompok masyarakat lalnnya dalam
berbagai aspek kehidupan. Pelayanan yang nonpartisan dan Imperso·

26 27
Reformasi Birams;
r BirQkrasi Weberian, BlrQkratisasi, dan Kinerja

nal jlka tidak dlikutl dengan rasa empati dan pemihakan kepada ke­ terpilih untuk menjalankan fungsl pengambllan keputusan (thinking).
lompok masyarakat yang tertinggal dan tertindas justru dapat sangat Sedangkan mereka yang berada dl luar struktur bertugas sebagal staf
merugikan kelompok masyarakat yang tertinggal dan tertlndas itu pelaksana (doing).
sendir;' Tanpa perhatlan dan kepedullan kepada kelompok tertinggal Pemisahan fungsl thinking dan doinglni membuat blrokrasl kurang
dan tertindas maka pelayanan publik cenderung menjadi eksklusif. mampu memanfaatkan sumber daya aparatur yang ada secara optimal
Pengingkaran terhadap nilai-nilai kemanuslaan lainnya, sepertl terutama dalam proses pengambllan keputusan. Kewenangan untuk
kecenderungan blrokrasi untuk mengembangkan pola kerja yang mengambil keputusan yang terkonsentrasi pada pejabat struktural se­
mekanls, sering mengabalkan realitas bahwa manusla itu berbeda ring kali membuat potensi dan Informasi yang terdapat dl dalam sua­
darl mesln. Berbagal perangkat yang dlclptakan blrokrasi Weberian, tu Institusi blrokrasi tldak dapat dimanfaalkan dengan balk karena me­
sepertl regulasi tertulis yang rinei serta hubungan yang hlerarkls dan reka tidak memilikl akses terhadap proses pengambllan keputusan,
protokoler, sering mengabalkan potensl manusla secara utuh yang Strukturyang hlerarkis sering menghambat partisipasi dan emansipasl
memiliki akal sehat dan hatl nurani. Dalam kehidupan blrokrasl Webe­ dalam pengambilan keputusan di blrokrasl.
rlan, akal sehat dan hatl nurani sering kali tldak memiliki tempat yang lebih darl Itu, konsentrasi kekuasaan untuk mengambil keputusan
wajar karena peran mereka serlng tergeser oleh regulasl, standa, dan dalam blrokrasi Weberlan yang melekat pada hierarkl kekuasaan sering
prosedur, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknls. Akal sehat dan membuat pengambilan keputusan dalam birokrasi menjadl lamban
hatl nuranl hanya berperan untuk mereka yang memillki kedudukan dan kehilangan esensl untuk menyelesaikan masalah yang muncul
pada hlerarkl yang tinggl dalam organisasl. Kewenangan mengambil dalam masyarakat dan blrokrasl itu sendir!. Ketlka kewenangan untuk
keputusan dalam suatu birokrasi hanya dlalokaslkan pada mereka mengambil keputusan terkonsentrasi pada pimpinan puncak birokrasl
yang memllikl kedudukan hlerarkls. Semakln tlnggl kedudukannya sedangkan aparat blrokrasi yang iangsung berhadapan dengan ma·
dalam hlerarkl, semakln besar kewenangannya untuk mengambil ke· syarakat (frontline officials atau street-levels of bureaucrats) memiliki ke­
putusan. wenangan yang minimal untuk mengambil keputusan maka blrokrasi
Weber sangat terpengaruh oleh pemlklran Taylorism atau scientific akan selalu mengalami kesulltan untuk mengambil tlndakan yang ce­
management yang mengajarkan pemlsahan antara pekerjaan 'thinking' pat dan tepat dalam merespons dinamlka lingkungannya.
dan 'doing'. Efislensl akan dapat ditlngkatkan apabila dlterapkan spe­ Aparatblrokrasl pada tingkat bawah lebih memahaml masalah yang
slallsasl antara mereka yang menjalankan fungsl 'thinking: sepertl dihadapl warganya. Mereka setlap hari melayanl sekallgus menerlma
pengambilan keputusan dan perencanaan, dan yang menjalankan pengaduan dan keluhan dari warga pengguna layanan. Oleh karena
fungsl 'doing; yaitu yang akan melaksanakan keputusan ataupun pe­ Itu, sebenarnya mereka yang leblh mengetahul apa yang seharusnya
rencanaan yang telah ditetapkan (Morgan, 1986: 30). Pengambilan
keputusan dalam birokrasl karena itu hanya dilakukan oleh mereka
yang ada dalam hlerarki struktur.' Mereka adalah orang-orang yang adalah fungsi untuk menjalankan keputusan pol1tik. Keduanya dianggap perlu
untuk dipisahkan dan tidak boleh saling mencampuri satu sarna lain. Kegiatan
politik dan administrasi maslng-masing memiliki tUjuan, arena, dan aktor yang
lPemikiran serupa pemah muncul dalam seJarah perkembangan IImu Admlnisuasi berbeda. Kegiatan polltlk bertujuan untuk merumuskan kebijakan negara, terjadi
Publik yang mengajarkan adanya pemlsahan antara fungsi politikdan administrasi. dalam lembaga palitik, dan dilakukan Qleh pejabat ,erpilih (elected officials),
Kedua fung~i in! dianggap sebagai dua tungsl yang berbeda, Politik adalah sedangkan kegiatan adminlstrasi adalah untuk melaksanakan kebiJakan, terjadi
tungs! untuk merumuskan tujuan dan kebijakan n~ara, sedangkan administrasi dalam blrokrasil dan dllakukan oleh pejabat karier.

28 29
Reformasi Blrokrasi BlrokrBsl Weberian, Blrokratisasi, dan Klnerja

dilakukan aleh birokrasi pemerlntah terutama dalam melayani warga pemerintah yang modern tldak akan dapat melayani masyarakat de­
(Lipsky, 1986). Sayangnya, dalam blrokrasl Weberian, mereka justru ti­ ngan etisien apabila hubungan antara bowahan dan atasan dlatur
dak memilikl akses untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. Se­ dalam hubungan berjenjang yang ketat dan perilaku mereka dlatur
baliknya, para pejabat yang keseharlannya tldak berinteraksi dengan dalam prosedur yang tertulis rinci. Dalam kehidupan masyarakat yang
warga pengguna layanan memilikl kewenangan untuk mengambll ke­ modern dan memilikl kebutuhan yang kompleks, pemerintah ditun­
putusan. Sementara hlerarki yang ada menclptakan kendala bagi ke­ tut untuk bertlndak secara cepat dan tepat. Dengan struktur yang
duanya, yaltu antara plmpinan puncak blrokrasi dan aparat dl tlngkat hierarkis dan prosedur tertulis yang ketat, birokrasi Weberian cende­
bawah, uotuk berkomunikasi. Hal Itu yang sering kali membuat res­ rung mengalami kesulitan untuk menJalankan perannya secara dina­
pons birokrasl pemerlntah terhadap masalah yang terjadl dalam ma­ mls dan kreat!f. Hampir semua prlnslp dan karakteristik birokrasi We­
syarakat menjadi 'too little and too late:' ber!an memperoleh krltlk yang sangat tajam dari berbagal kalangan
Kritikterhadap birokrasiWeberian tentu dapat dlperpanjang daftar­ akadem!si dan praktis! karena Jlka diikuti secara tidak hatl-hatl dapat
nya. Bahkan, dalam literatur IImu Admlnlstrasi Publik, krltik terhadap menimbulkan berbagai masalah bag; blrokrasi Itu sendiri.
konsep Tipe Ideal Blrakrasi sudah sangat banyak dlkemukakan oleh para Kritlk keras terhadap birokrasi Weberlan pernah muncul darl para
ilmuwan dan praktisi. Pada pertengahan abad ke-20, Herbert Simon pengikut tear; Public Choice dan New Public Management (NPM), yang
sudah mengingatkan bahwa TIpe Ideal Blrokrasl Weber sangat sulit menjadl inspirasi dari gerakan Reinventing Government. Gerakan
dlwujudkan dalam realitas karena konsep raslonalitas yang menjadl Reinventing Government di negara-negara Barat telah mendorong
dasar bagl pengembangan blrokrasi Weberlan dalam kenyataannya pengembangan blrokrasi pemerintah yang memiliki karakterlstlk
sangat sulit dlwujudkan. Simon melalul konsep bounded rationality berbeda dari konsep TIpe Ideal Birokrasi Weberian. Reinventing Govern­
berusaha mengingatkan bahwa rasionalita, manusia sangat terbatas. ment mendorong adanya desentrallsasl kekuasaan ke bawah, stan­
Kemampuan manusia dalam memproduksi informasi sang at terbatas dar prosedur operasi yang lentur, kreativitas dan inovasl. jenjang
sehingga tidak ada perfect rationality. Yang ada hanyalah rasionalitas kekuasaan yang fiat, serta slstem kepegawalan yang lebih terbuka
terbatas sehingga raslonalltas blrokrasl juga terbatas. Menurut Simon, dan kompetltlf (Osborne & Gaebler, 19\)2; Osborne & Plastrik. 1997).
Tipe Ideal Blrokrasl tidak realistis dan sulit diwujudkan (Simon dalam Karakteristik ini jelas berbeda darf Tipe Ideal Birokrasi Weberian yang
Morgan, 1986: 81). mengajarkan sentralisasi kekuasaan di tangan mereka yang men­
Kritlkjuga dltujukan pada konsep hubungan hierarkisdan prosedur dudukl hlerarki kekuasaan, prosedur yang terlulis, pembagian kerja
tertulis sebagaimana diajarkan oleh birokrasl Weberian. Organlsas; yang rinci (rigid), serla slstem karler yang tertutup dan berbasis pada
kecakapan
Walaupun kritlk bertubi-tubi diarahkan terhadap kansep blrokrasl
"Untuk mengatasi hal inil Presiden Clinton pemah mengeJuarkan executive order
Weberian, birokrasi Weberlan sendirl dalam praktlk pemerintahan di
yang memerintahkan birokrasi untuk melakukan survei secara periodik terhadap
front-line officials. $urvei tersebut dirancang untuk menemukenaU berbagat hal banyak negara masih tetap eksis, meskipun dengan intensitas yang
seperti: apa keluhan dan pengaduan yang disampaikan oleh warga, apa masalah berbeda-beda. Di Indonesia, model birokrasi Weberian sangat kuat
yang dihadapi oleh mcreka dalam melayani warga dan merespons keluhan
warga, serta apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitasnya dalam melembaga dalam birokrasl pemerintah. Weber sendlri sebenarnya c

melayani warga. Selain itu, Prcsiden Clinton juga memerintahkan kepada JaJaran tldak pernah berharap bahwa birokrasi pemerintah akan meng­
birokraslnya untuk melakukan serangkaian kegiatan deJayering dan penciptaan
hotlfne antara pimpinan puncak blrokrasi dan petugas garis depan. ekspresikan karakteristik sepertl yang digambarkan dalam Birokrasi

30 31
Reformasl Blrokrasl Blrokrasi Weberianr Birokratisast, dan KlnerJa

Tipe Ideal (Page, 2003). Dia menyadari bahwa akan selalu terjadi kurang meok untuk mengelala keg/atan pemerintahan yang dinam/s
jarak antara praktik blrokrasi pemerintah dan Birokrasi Tipe Ideal dalam lingkungan yang turbulent, yang senantiasa membutuhkan
karena Blrokrasi TIpe Ideal sebenarnya tidak menggambarkan realitas. respons yang (epat dan tepa!.
Tipe Ideal Birokrasi dirancang oleh Weber untuk memberlkan arah Pro dan kontra tentang birokrasi Weberian telah lama terjadi dan
bagaimana mengembangan birokrasi pemerintah yang raslonal dan akan terus terjadi sepanjang sejarah perkembangan birokrasi. Kera­
mampu mewujudkan efisiensi nasional. Oleh karena itu, realitas biro­ gaman lingkungan pemerintahan di banyak negara menuntut model
krasi pemerlntah akan selalu berbeda dari TIpe Ideal Sirokrasi yang di­ birokrasi yang berbeda-beda. Tipe Ideal Sirakras/ sebagaimana dike­
kembangkannya. mukakan oleh Weber tidak akan pernah terjadi dalam realitas dan
memang tidak perlu terjadi karena negara dengan tingkat keragaman
dan kompleksitas yang berbeda tentu membutuhkan model blrakrasi
Pro dan Kontra terhadap Model Birokrasi Weberian
yang berbeda (Mauzelis, 1982). Tipe Ideal Birokrasi hanya merupakan
Mencermati diskusi di atas terlihat jelas bahwa pendapat dan pema­ sebuah model kelembagaan yang mung kin dapat digunakan untukme­
haman orang tentang birokrasi sangatlah beraneka macam. Secara wujudkan rasionalitas dan efisiensi nasional. Namun, model birokrasi
sederhana pendapat tersebut dapat ditempatkan pada dua kutub yang diperlukan oleh sebuah negara pada masa tertentu dapat ber­
yang berbeda. Pada satu sisl, blrakrasi dipandang sebagai suatu ben­ beda dari yang diperlukan aleh negara lainnya pada masa yang ber­
tuk organisasi yang ellsien, predictable, dan mampu memberikan pe­ beda. Model blrokrasi pemerintahan tentu berbeda antara satu ne­
layanan secara nonpartisan. Pandangan itu mewakili harapan Max gara dengan negara lainnya karena mereka memiliki lingkungan dan
Weber ketika mengembangkan teori Ideal Type of Bureaucracy. Weber tantangan yang berbeda. Weber memang menunjukkan adanya ka­
sangat percaya bahwa bureaucratic organization was the most tech­ rakterlstik tertentu yang pada umumnya melekat pada blrokrasi yang
nicallyefficient organisation (Weber dalam Robbins, 1994: 339). Jamin­ legal rasianal, namun Inlensilas dari karakteristik birakrasi tersebut da­
an efis/ensi yang ditawarkan Weber dapat diwujudkan apabila semua pat berbeda antara satu aspek dengan aspek lainnya.
prinsip birokrasi dikembangkan berlandaskan pada raslonalitas penca­ Apalagi setiap karakteristik dari birokrasi Weberian sebenarnya me­
paian tujuan. Semua struktur birokrasi dibentuk untuk mencapai efi­ miliki makna ganda yang dapat bertentangan satu dengan lainnya.
siensi, keteraturan yang terkontrol, dan pelayanan yang standar. Setiap karakteristik birokrasi Weberian lidak memiliki hubungan yang
Pada sisi yang lain, birokrasi sering dilihat sebagai suatu bentuk linear dengan efisiensi dan rasionalitas pemerlntahan, Sahkan, ada
organisasi yang memiliki stereotip yang negatif, di antaranya se­ kecenderungan bahwa hubungan antara karakteristik birokrasi Webe­
pertl serlng mengembangkan kekakuan (rigidity), ketldakluwesan rian dan produktlvitas birakrasi eenderung membentuk pola parabola
aturan (inflexibility of rules), ketaatan pada rutinitas, tidak imajinati£, (parabolic curve), yaitu sampai pada titik tertentu hubungan antara
menghindari risika, keengganan memikul tanggung jawab, dan me­ karakteristik b/rokrasi Weberian dan produktivitas bers/fat posit if,
nalak perubahan (lane, 1995: Ketidakmampuan birokrasi tetapi setelah melampaui titik tertentu berikutnya hubungannya da­
beradaptasi dengan lingkungannya juga sering dituding sebagai pe­ pat berubah menjadi negatif. Karena itu, pro dan kantra terhadap bi­
nyebab timbulnya kelambanan, berbelit-belitnya prosedur, dan keti­ rokrasi Weberian menjadi tidak dapat dihindari, tergantung pada sifat­
dakpuasan pelayanan (Crozier, 1964: 3). Kedua pandangan itu eende­ hubungan yang terjadi antara karakteristik birakrasl dengan efis/ensi
rung menempatkan birokrasi Weberian sebagai model birakrasl yang dan produktivitas birakras/.

32 33
Reforma$J Blrokrast
r Birokrasi Webel'lan, Blrokratisasi. dan Kinerja

Formalisasi aturan dan prosedur 01 sini tampak adanya pro dan kontra terhadap periu atau tidaknya
aturan secara tertulis dibuat dalam birokrasl.
Prinsip formalisasi organisasi, misalnya, ketika diterapkan secara kaku
akan sangat menghambat munculnya perubahan dan inovasi dalam
Hierarki yang panjang
kehidupan birokrasi publik. Memang formalisasi diperlukan sebagai
dasar bagi pengambUan keputusan seorang pejabat birokrasi dalam Situasi yang sama dapat ditemukan pada aspek lalnnya dari birokrasl
memberikan pelayanan agar pelayanan yang diberikan dapat cepat Weberian. Hlerarki yang membantu pimplnan birokrasi untuk melakukan
dan adil. Tentu sulit bagi blrokrasi publik untuk dapat memberikan supervisl dan kontrol terhadap para anggotanya juga memiliki polensi
pelayanan yang cepat dan adU tanpa ada prosedur dan aturan per­ menghasilkan serangkaian masalah dalam blrokrasi. Tanpa adanya
mainan yang jelas. Apabila seorang pejabat birokrasi harus menUai dan hierarkl maka sulit bagi seorang pejabat birokrasi dapat melakukan
memutuskan sendiri tanpa ada prosedur dan aturan yang dapat mem­ koordlnasi dengan baik sehingga semua kegiatan organlsasl itu dapat
permudah dan membantunya setiap menghadapi warga negara yang berjalan secara sinergis. Namun, di pihak lain, hierarki dapat membuat
membutuhkan pelayanan, pelayanan birokrasi akan sangat bertele­ seorang pejabat bawahan menjadi sangal tergantung pada atasannya.
tele dan mungkin berbeda-beda antarwarga negara, kendali mereka Pada blrokrasi yang h;erarkis, seorang pejabat bawahan hanya memilikl
memiliki persoalan yang sama. Akibatnya akan muncul ketidakpastian satu orang atasan. Penilaian klnerja bawahan sepenuhnya tergantung
pelayanan yang sangat linggi sehingga merugikan tidak hanya bagi pada atasan sehingga nasib bawahan juga akan sangat ditentukan
warga pengguna layanan, tetapi juga bagi pejabat birokrasl. oleh atasannya. Kondlsi itu tentu mendorong mereka unluk melakukan
Bagi warga negara pengguna layanan, tidak adanya prosedur dan berbagai cara agar dapat memuaskan pejabat atasan sehlngga nasib
peraturan yang jelas membuat mereka tidak dapat mengetahui hak dan kariernya menjadi leblh balk.
dan kewajibannya untuk memperoleh pelayanan. Berapa banyak mere­ Hlerarki juga membuat proses pengambilan keputusan dalam
ka harus membayar harga pelayanan? Berapa lama harus menunggu? birokrasi menjadl sangat terkotak-kotak (fragmented) karena arus in­
Apa pelayanan yang akan diterimal Apa yang dapat dilakukan jika formasl dan perintah hanya berjalan secara vertikal. Pada organisasi
pelayanan yang diterima ternyata tidak seperti yang dijanjikan? Se­ yang hierarkis, setiap bagian cenderung menyelesaikan urusan yang
mua itu tidak dapat diketahui oleh warga pengguna layanan dengan menjadl tanggung jawabnya tanpa melibatkan bagian-bagian lain­
pasti. Warga negara berada dalam posisi yang sangat lemah. Bagi nya. Hal itu membuat proses penyelesaian masalah dalam suatu or­
pejabat birokrasi, tidak adanya prosedur dan aturan permainan yang ganlsasl menjadl tidak pernah optimal. Banyak informasi dan sumber
jelas juga dapat sangat merugikan karena hal itu berarti mengharus­ daya yang tersedia pada bagian lainnya di organlsasi tidak dapa! di­
kan mereka untuk selalu mengambil keputusan pada saat melayani manfaatkan untuk penyelesaian masalah pada bagian itu atau pada
warga. Situasl itu menghadapkan mereka bukan hanya pada kon­ organlsasi secara keseluruhan. Oilihat dari pemberdayaan karyawan
disi kejiwaan yang tidak menguntungkan seperti stres dan cemas, dan kepentlngan untuk melakukan optimalisasl pemanfaatan ,umber
tetapi juga menghadapkan mereka pada peluang dan risiko untuk daya aparatur yang ada maka birokrasi yang hlerarkis jelas sangat li­
melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Apalagi jika dak menguntungkan.
informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan tidak terse­ Hierarki yang panjang sering kali juga menciptakan dislorsi dalam
dia secara memadai, maka peluang dan r;siko tersebut semakin besar.

34 35
r

Reformasi Birokrasi Birokrasl WeberlBn, 8lrokratis8si, dan KinerJa

komunikasi. Perintah dan pesan dari pimpinan kepada bawahan me­ menghubungl dan membicarakan secara langsung dengan plmplnan
lalui jenjang hierarki yang panjang cenderung membuat distorsi yang puncak apabila pertimbangan pimpinan memang dlperlukan untuk
besar karena setiap jenjang hierarki cenderung melakukan reinter­ menyelesaikan persoalan yang terjadl.
pretasl sesuai dengan cognitive style dan kepentingan dari maslng-ma­ De/ayering dapat juga dilakukan dengan memperpendek hierarki.
sing orang dalam hierarki itu. Hal yang sama terjadi pada arus Informa­ Jenjang hierarki yang panjang dan bersusun dapat dipangkas menjadi
sl dan laporan dari bawahan kepada atasan. Semakln panjang hierarki lebih pendek. Adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasl

darl suatu blrokrasi, semakin besar kecenderungan terjadinya distorsi membantu plmpinan organisasi untuk dapat berkomunlkasi secara
dalam komunikasi. langsung dengan banyak orang secara realrime sehlngga distorsllnfor­
Distorsi yang muncul sebaga! akibat dar! organisasi yang hierark!s masl dapat dlhlndari. Teknologl informasl dan komunlkasl juga dapat
itu mendarong banyak orang memikirkan perlunya organisasi publik menlngkatkan kapasitas pimpinan melakukan supervisi dan kontrol
melakukan delayering. Delayering dapat diiakukan salah satunya de­ serta mengurangi kebutuhan hierarki. Interaksi antara bawahan dan
ngan menciptakan hotline antara pimpinan puncak dan pimp!nan atasan dalam birokrasi menjadi lebih mudah, calr, dan Interaktif. Oleh
pada tingkat operasianal yang lang sung berhubungan dengan peng­ karena Itu, kekhawatiran bahwa birokrasi yang besar tidak akan ensien
guna layanan. Pejabat birokrasi pada tingkat akar rum put sering kali dan efektiftanpa hlerarki yang ketat tidak lagl relevan.
menghadapi tuntutan dari masyarakat dan pengguna layanan untuk Mesklpun demikian, hierarki bukan berarti tidak diperlukan da­

mengambil tindakan inovatif dan proaktif dalam menyelesaikan per­ lam birokrasi pemerlntah. Keberadaan hlerarki tldak dapat dihindari
soalan yang ada. Tindakan proaktif dan inavatif serlng tidak memung­ sebagai sebuah instrumen untuk mengendalikan keglatan birokrasi

kinkan untuk dilakukan oleh para pejabat blrokrasl pada tlngkat akar agar terkoordinasl dengan balk dan untuk memperjelas pertanggung­
rumput karena tindakan mereka dlatur oleh prosedur dan ketentuan jawaban dalam blrokrasi. Tentu sulit bagl sebuah blrokrasl yang be­
administratif yang sangat rincl dan serlng kali tidak lagl relevan de­ sar dan memiliki wilayah yang luas jlka tidak memiliki hlerarki yang
ngan dinamlka yang ada dalam masyarakat. Mereka tidak memiliki memadai. Tentu sangat sullt untuk dapat membangun birokrasi yang
ruang yang memadal untuk secara Independen bertindak merespons solid dan efektif dalam memfasilitasi perubahan dalam masyarakat ke­
dinamlka lingkungannya. tika blrakrasi itu terkotak-kotak dalam fungsi yang terpisah dan tldak

I
Melanggar ketentuan administratif bagi seorang pejabat blrokrasi, terintegrasi antara satu dan yang lainnya. Hal itu terjadi karena hlerarki
kendati dengan tujuan yang balk, memillkl risiko yang besar karena dalam birokrasi tidak dibangun secara tepat dan efektif.

I
bisa jadl tindakan yang dldasarkan pada nlat baik untuk membantu
masyarakat itu kemudian disalahkan oleh pimpinannya. Karena ke­ Spes/al/sas; kerja
khawatiran tersebut, mereka sebelum bertindak harus memlnta
petunjuk pada pimpinan tentang apa yang seharusnya dilakukan. Speslalisasl yang serlng kali menjadi salah satu karakteristlk penting
Dalam organlsasi yang hierarkis, pemberian petunjuk juga harus darl blrokrasi Juga mengandung pro dan kontra. Di kalangan pa­
mengikuti jenjang hierarki. Aklbatnya, petunjuk sering kali terlambat kar dan mahasiswa admlnlstrasi publlk muncul pendapat yang ber­
dan persoalan sudah berkembang sedemikian rupa sehingga petun­ beda mengenal speslalisasi ini. Speslallsasi sang at dlperlukan untuk·
juk tidak lagl relevan. Untuk menghlndari itu maka delayering men­ meningkatkan efislensl karena dengan adanya spesiallsasi memung­
jadi salah satu cara yang dapat dilakukan sehingga bawahan dapat

36
l 37
Reformasi Birokrasl Blrokrasl Weberlan, Blrokratisasis dan Klnerja

kinkan untuk dilakukannya penyederhanaan dari proses adminlstrasi. pada nasib dan kepentingan arganisasi. Situasl yang demikian tentu
Proses adminis!rasi yang kompleks dapat disederhanakan menjadi se­ merugikan kepentingan birokras!. Orientasi pada pencapaian misl bi­
rangkaian kegiatanyang sederhana dan mudahdikelolajika spesialisasl rokrasl tergusur aleh persepsinya yang semplt tentang tugas dan tang­
atau pembagian kerja dilakukan dengan rinci. Spesialisasijuga menjadl gung jawabnya.
basis dari pengembangan keahllan dan karena itu menjadi salah satu Speslalisasi juga dapat menciptakan Interdependensl antarkegiatan
hal yang diperlukan bagl pengembangan profesianalisme. Keahlian dalam proses pelayanan. Ketika proses pelayanan dirinci dalam se­
suiIt dlkembangkan apabila speslalisasi tidak dilakukan. rangkaian keglatan yang speslfik dan pelaksanaan dari setiap kegiatan
Namun, dl lain pihak, speslallsasl berpatensi menclptakan masalah dlserahkan pada sesearang sesuai dengan kecakapannya, maka spe­
dalam kehidupan birokrasi, yaitu munculnya satuan-satuan blrokrasl siallsasl menclptakan ketergantungan dan ketidakpastian baru karena
yang berjumlah banyak dan terkatak-kotak sehingga membuat pro­ penyelesaian keseluruhan pekerjaan tergantung pada klnerja semua
ses administrasi dan pelayanan publik menjadl berbellt-belit dan pan­ orang atau semua bagian dalam birakrasi. Dalam situasl lingkungan
jang. Prasedur yang sederhana, murah, dan cepat sulit dlwujudkan eksternal dan internal birokrasi yang sangat dinamis maka interde­
karena harus melibatkan banyak satuan blrakrasi. Birokrasi yang memi­ pendensi antarkegiatan tersebut dapat sangat berisiko bagi kinerja
IIki tingkat spesialisasi yang tinggi dengan satuan birokrasi yang ber­ birokrasi secara keseluruhan. Hal itu menjelaskan rasionalitas dari be­
Jumlah banyak cenderung sulit membuat prosedur pelayanan yang berapa pemikiran dalam teori arganlsasi yang menalak adanya pem­
sederhana dan murah. Model pelayanan satu pintu tidak akan efektif bagian kerja yang rinci. Beberapa model organlsasi yang berbasis
jika kewenangan untuk melaksanakan berbagai fungsi itu terbagi ke pada teknologl infarmasi dan komunikasi justru mendorong setiap
dalam banyak satuan atau bagian yang terpisah antara satu dan yang orang atau bag ian dalam organjsasi untuk dapat mendupllkasi fungsi
lainnya. dan peran orang atau bagian yang lain. Setiap orang atau bagian ha­
Spesialisasl juga dapat mengaklbatkan terjadlnya fenomen. Indl­ rus dapat menjalankan semua fungsl dari birokrasl sehingga ketlka
vldualisme, yaitu orang hanya pedull terhadap tugas dan tanggung banyak orang atau baglan dalam blrokrasi mengalaml dlsfungslonal,
jawabnya sendlri, tldak pedull dengan tugas kalega atau bagian lain­ karena alasan tertentu, orang atau baglan yang tersisa tetap dapat
nya, serla mengabaikan kepentlngan dan mlsl organlsas!. Ketlka pem­ menjalankan roda birokrasl (Morgan, 1986: 98-103).
baglan kerja dilakukan secara rlnci dan tugas untuk melaksanakan se­
tlap keglatan dlserahkan kepada maslng-masing aparat, maka setiap
Impersonolitos
aparat akan merasa bahwa tugasnya adalah melaksanakan apa yang
telan menjadi deskripsi pekerJaannya. Mereka menjadi tldak peduli
Prlnsip impersonalltas yang dikembangkan oleh Weber untuk mendo­
dengan pekerjaan dan tanggungjawab orang lain dalam organisasinya.
rang agar aparat blrokrasi dapat bertlndak adil dan bersikap nonpar­
Akan muncul persepsl tentang 'Inl pekerjaan saya' dan 'Itu pekerJaan
tisan dalam meloyani masyarakatnya juga dapat menlmbulkan efek
Anda'. Ketika sesearang telah menyelesaikan pekerjaannya maka yang
ganda. Pada satu sisl, penerapan impersonalltas hubungan an tara
bersangkutan tidak merasa bertanggung jawab untuk membantu
aparat birakrasi dan warga pengguna layanan birokrasi akan mem­
kaleganya yang belum dapat menyelesaikan pekerjaannya, padahal
buat blrokrasi menJadi lebih lugas dan bertindak objektif. Namun, d(
terselesalkannya semua tugas itu dalam rangka memenuhl kepen­
sisl yang lain, ketika penerapan prinslp tersebut menjadl berlebihan,
tingan organisas!. Kepedullan pada pekerJaannya melebihi kepedulian

38 39

Retormasl Blrokras! Blrokrasl Weberian, Birokratisasi, dan KlnerJa

aparat birokrasi dapat menjadi robot yang tidak memiliki sense of hu­ negara. serta kapan struktur dan kultur yang seperti itu justru akan
man being. Blrokrasi juga akan kehilangan peluang untuk menjadi menghasilkan suatu organisasi yang mempersulit masyarakatdan war"
instrumen pemihakan terhadap kelompok-kelompok marginal, yang ga negara untuk memperoleh akses terhadap barang dan jasa yang
tanpa bantuan birokrasl tidak dapat memperoleh kehidupan yang diperlukannya secara mudah dan murah?
layak dan bermartabat. Untuk menjawab pertanyaan itu, teori yang dikemukakanoleh Gerald
Ajaran Weber lainnya adalah memperlakukan pengguna layanan E. (aiden mengenai hubungan antara birokratisasi dan efislensi atau
sebagai kasus, bukan sebagal orang dengan segala karakteristik kinerja birokrasi dapat membantu mengklarifikasi berbagai isu yang
subjektifnya. Ajaran tersebut bertujuan balk, agar birokrasi menJadl menjadi pro dan kontra di kalangan para mahasiswa dan pengamat
nonpartisan, tidak memihak, dan memberikan perlakuan yang sama birokrasi. Tentu terdapat banyak penjelasan dan teori lainnya yang
terhadap setlap pengguna layanan birokrasi. Namun, Penerapan prin­ dapat digunakan untuk memahami hubungan antara birokratisasi
sip tersebut dapat membuat birokrasi menjadi kehilangan nilai-nilai dan efisiensi serta kinerja birokrasi. Apa yang dikemukakan oleh Cal­
kemanusiaan yang sangat penting dalam mengelola kegiatan biro­ den dalam teorinya, yang kemudian disebut Teori Kurva-J Blrokrasi
krasi. Birokrasi pemerintah tidak boleh mengabaikan kenyataan bah­ (Calden, 1994) atau Teori Parabolik Birokratisasi (Caiden, 2009), hanya
wa warga memiliki akses yang berbeda-beda terhadap pelayanan bi­ Ingin mengklarifikasi hubungan antara struktur serta kultur blrokrasl
rokrasi. Sebaglan warga memiliki akses yang besar dan dapat dengan dan efislensi birokrasl yang selama inl sering kali salah dipahami.
mudah memanfaatkan keberadaan birokrasi dan pelayanannya. Dalam teorlnya, Caiden sebenamya hanya menjelaskan hubungan
sementara sebaglan warga lainnya memiliki akses yang terbatas ter­ antara blrokratisasi dan efisiensi. Sementara dalam tulisan Inl, teori
hadap pelayanan birokrasi. Menganggap setiap warga sebagai kasus tersebut diperluas bukan hanya menjelaskan tentang hubungan an­
yang sama dengan karakteristik, kapasltas, dan akses yang sama tentu tara birokratisasi dan efisiensi. tetapi juga kinerJa birokrasi. Kinerja
adalah sebuah kekeliruan. birokrasi mencakup aspek yang lebih luas daripada efislensi. Banyak
orang salah memahami hubungan antara birokratlsasl4 dan klnerja
suatu organisasi dengan menganggap keduanya memillki hubungan
TItik Optimalitas Birokratisasi
yang linear. Artinya, semakln tlnggl tingkat birokratisasi semakin baik
kinerja dari organisasi, atau sebaliknya, semakln tlnggl birokratisasi
Pada dasamya semua aspek dari struktur birokrasiWeber mengandung
semakin rendah kinerja birokrasi.
pro dan kontra. Seperti yang telah disebutkan di depan, setiapaspek da­
ri birokrasi Weberian memiliki peran ganda dan keberadaannya dapat
menjadi kekuatan sekaligus kelemahan dari blrokrasl. Pengembangan
struktur dan kultur birokrasi seperti yang dikemukakan oleh Weber
dapat menghasilkan suatu organisasi yang efisien dan efektif seperti
yang diharapkan oleh Weber, tetapi dapat juga menghasllkan yang
sebaliknya. Pertanyaannya adalah kapan struktur dan kultur yang
1Birokratisasi yang dimaksudkan di slni adalah penerapan berbagat prinsip
dlusulkan oleh Weber itu akan menghasllkan suatu organisasi yang
dan· karakteristik blrokrasi s.cbagaimana diajarkan oleh Weber dalam teori
tangguh. efisien, dan efektlf dalam melayani masyarakat dan warga blrokrasinya, seperti adanya pembaglan kerja, formalisasi, ;mpersonatitas,
hierarki, dan sebagainya.

40 41
r r Birokrasl Weberian~ BirokratlS8sis dan Kinerja
i Reformasi Birokfiui

Gambar 1.1 Teori Kurva-J Birokratisasl yang mendukung struktur blrokrasi Weberlan eenderung melihat hu­
(disebut juga dengan parabolic theory of bureaucracy) bungan antara blrokr.tisasl dan etislensl berslfat posltif, yaltu suatu
pola hubungan dl antara keduanya pada saat birokratisasl belum
meneapai tltik optlmalnya. Dalam sltuasl seperti itu, sebagalmana ter­
lihat pada gambar di atas, semakln tlnggl tlngkat birokratisasi maka
Titik optimalilas

k i
!
etislensl akan menjadl semakin tinggi pula. Ketika belum mencapal
titik optimalnya, peningkatan birokratisasi diikutl oleh peningkatan
enslensl. Namun, ketika sudah melampaui titik optimalnya maka pe­
n
ningkatan blrokratlsasi justru akan menurunkan tlngkat efislensl dari
"r organlsas!. Fenomen. yang kedua Inl yang kemudian serlng dlJadikan
a sebagai dasar untuk menolak struktur blrokrasi Weberlan,
Teorl Kurva-J Sirokratisasi atau Parabolic Theory of Bureaucracy
tersebut berlaku untuk semua .spek blrokrasl Weberlan (Cal den, 1994
Birokratisasi & 2009). Hlerarki, speslalisasi, formalisasi, dan Impersonalltas masing­
maslng memiliki tltik optimalitas dalam hubungannya dengan kiner­
ja blrokrasl. Hubungan maslng-maslng aspek blrokrasl Weber;an de­
Melalui teori Kurva-J Birokratisasi .tau disebut juga dengan Para­
ngan kinerja dan enslensl darl blrokrasl tidak membentuk suatu pola
bolicTheoryinl, Calden mengatakan bahwa hubungan antara penerap­
yang linear, melalnkan berbentuk parabolic curve. Bahkan, tltlk optl­
an berbagai prlnsip blrokratisasi dan etislensl temyata tidak berbentuk
malltas dari masing-maslng karakterlstlk blrokrasi Weberian dalam
linear, melainkan menyerupai bentuk parabola (parabolic curve). Pe­
hubungannya dengan kinerja birokrasl tldak sama. Artinya, bisa jadl
nerapan prinslp-prinsip birokratisasi Weber sampai tingkat tertentu
salah satu darl karakterlstlk blrokrasl Weberlan (mlsalnya hierarki) te­
dapat f]1embawa birokrasi pada ensiensl yang lebih tinggi, namun
lah mencapai tltlk optimal, tetapl tidak berartl karakteristlk lalnnya
ketika tingkat birokratisasl menjadi berleblhan dan melampaul tltlk
(spesialisasi, formallsasl, dan impersonalitas) pada saat yang sama
optlmalnya maka ensiensi ltu justru akan menjadi semakin rendah
juga meneapai tltik optimal. Sangat mungkln terJadi dalam sebuah
«(aiden, 1994 & 2009). Caiden mengenalkan konsep tltlk optlmalitas
blrokrasl pemerintah, hierarki telah berlebihan dan melewati titlk
yang selama Inl tldak pernah dijelaskan oleh Weber. Titik optlmalitas
optimalltasnya, namun impersonalitas atau karakterlstik birokrasl
inl yang akan menentukan apakah penerapan sebuah karakteristlk
Weberian lalnnya maslh sangat jauh dari titlk optimalltasnya.
birokrasl Weberian akan memberikan manfaat bagl birokrasi dan war­
ganya, atau justru seballknya. akan menlmbulkan mudarat bagi kiner­
ja birokrasl.
Penjelasan Calden Ini dapat membantu kita memahaml mengapa
muncul pengamatan yang berbeda mengenai kegunaan dali struktur
blrokrasl Weberlan. Pro dan kontra mengenai struktur birokrasi Webe­
rlan muncul karena fenomena yang mereka .matl berbeda. Mereka

42 43
r
Reformasi Birokrasi Blrokrasl Weberlan, Blrokratisasi, dan Kinarja
1
Tabell.l Penerapan Prinsip Birokrasl Weberian Sebelum dan
Pada kasus birokrasl paternalistls dl Indonesia, mungkln hierarki da­

Setelah Melampaui Titik Optlmalitas


lam birokr.s! pemerlntah telah meleblhi tltlk optlmalitasnya sebaga!·
----- mana dilndlkaslkan dengan adanya ketergantungan bawahan kepada
Prinsip Manfaat penerapar nya Efek negatif penerapannya
Birokrasi sebelum melampau liuk setdah me4ampaui titik
atasan yang sangat berleblhan (Dwiyanto, 2002). Akibatnya, muncul
Weberian optimalltas t-___-'o-"p.:.ti"malit_a_'_ __ fenomena 'Asal 8apak Senang' dalam hubungan antara bawahan
Hlerarkl • Memberikan batasa n • Menimbulkan ketergantungan dan atasan dalam birokrasi. Kecenderungan untuk memuaskan dan
kewenangan; bawahan terhadap atasan,
mencari muka di hadapan atasan sangat menggejala dalam kehldup­
• Memfasilitasi prmplrian membatasi diskresi,
dalam melakukan su pervisl dan terJadi fragmentasi an birokrasi pemerintah. Namun, di slsllaln, impersonalitas dalam bi­
dan kontrol koordin sl, pengambilan keputusan;
rokrasl maslh sangat rendah.lndlkasinya dapat dilihat dengan mudah
sebagai instruf'l'1en • Melembagakan budaya

I
pengendalian ; paternalisme dan 'asal bapak ketika aparat blrokrasl pemerlntah serlng lebih memperhatikan unsur­
• Mempermudah koc rdinasi scnang'; unsur subjektivitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Gover­
dan memperjelas Si1 uran • Menimbulkan distorsi dalam
komunikasi {vertika dan komunlkasi dan menghambat nance and Decentralization Survey (GDS) 2002 dan Governance Assess­
pertang9ungjawab, n. kerja sama horizontal. ment Survey (GAS) 2006 membuktikan bahwa aparat birokrasi ketika
Formalisasi • Memandu
penyelenggara m~ upun
pengguna layanar
sehingga pelayanc n
• Menghambat munculnya
perubahan, kreatlvitas, dan
inovas! dalam pelayanan
maupun kehidupan birokrasl
I melayanl warganya maslh mempertlmbangkan unsur-unsur subjektiv­
itas, seperti pertemanan, kesamaan etnis, agama, dan afiliasi politlk.
Akibatnya, diskrlminasl pelayanan khususnya terhadap kelompok mar­



berlangsung tepa pasti,
danadll.
Standarisasl prose ur
dan proses kerja
Mehlhgkatkan ke~ ;astlan
-
sendlri
Menclptakan proses kerja
yang rigid, rutin, dan tidak
responsif
I menjadi lazim terjadl dalam hampir setiap penyelenggaraan la­
yanan publik (Dwiyanto, 2003 & 2007).
Kasus dl atas menunJukkan bahwa optlmalitas hubungan antara
pelayanan penerapan berbagai prinsip birokrasi Weberian dan kinerja birokrasl
---~~ --- f-- -
Spesialisasi • Menyederhanakar roses ,_ Menimbulkan fragmentasl tidaksama.lmplikasinya, anallsls diagnostik perlu dilakukan untuk me­
kerja untuk menca pal birokrasi, proses kerja dan ngecekapakah setiap karakteristlk birokrasi Weberian telah melampaui
efisiensi; pclayanan menjadi berbelit~
• Menjadi basis bellt, sehingga pelayanan atau masih jauh dari titik optimalltasnya. Kesimpulan tidak dapat di­
pengembangan k~ hllan f'l'1enjadl incnsien (lambat dan ambll secara sederhana, yaltu dengan hanya mendlagnosis gejala ne­
dan profesionallsrT mahal)i
gatif darl satu aspek blrokrasi dan kesimpulannya dipakai untuk meng­
• Menciptakan egolsmc
pel<erja, lebih pedull terhadap generalisasi aspek-aspek lainnya. Diagnosis harus dilakukan s€Cara
pekerjaan sendin darlpada
menyeluruh agar pemahaman terhadap persoalan yang dihadapi
terhadap mist dan kepentingan
organisasi; oleh birokrasi dapat dipetakan dengan balk dan tlndakan yang tepat
• Menclptakan ketergantungan untuk masing-masing aspek birokrasl dapat dilakukan.
antarbaglan sehingga
terjadi ketidakpastian dalam Dalam melakukan diagnosis, pertanyaan pentlng yang perlu diper­
penyelesaian pekerjaan. hatikan adalah bagaimana klta dapat mengenali titlk optimalltas dari
Impersonalitas Mendorong aparat Menghilangkan sense of human birokratisasi? 8agalmana kita dapat mengetahui bahwa karakteristik
bertindak adit objektif dan I
being. menghindarl keberpihakan
tertentu dari birokrasi Weberian pada sebuah birokrasi pemerlntah su­
nonpartisan dalam mel ayani bimkrasi terhadap kaum marginal
, warga
-----
dah mencapai titik optimalltasnyal Apa gejala yang dapat dlgunakan

44 4S
,r
Reforma5i Birokrasi i Bimkrasl Web.nan, BirokratisiiIIs\ dan KinerJa

untuk mencurlgai sebuah blrok,asl pemerlntah telah melakukan jaan perlu dllakukan agar aparat tldak lagl melakukan pekerjaan rutin
birokratisasi hlngga melampaul tltlk optimalltasnya? Apakah telah yang terlalu spesilik sehingga mereka tldak lagi mampu memahaml
ada metodologi yang dikembangkan untuk membantu klta dalam perannya dalam organlsasl secara keseluruhan. Rotasl aparat perlu
mendiagnosis kondlsi suatu organisasl yang telah melampaui tltlk dilakukan seeara leblh serlng agar mereka menjalanl mobilitas dan
optimalitasnya dalam melakukan blrokratlsasl? memilikl kekayaan pengalaman, Dengan begitu, wawasan mereka
Sejauh Inl belum ada metodologl yang dlkembangkan untuk men­ menjadi lebih luas dan keahliannya juga beragam. Dengan mengura­
diagnosis tltlk optimalitas darl blrokratisasi. Bahkan, tldak ada indl­ ngl derajat spesialisasl maka efisiensi dan klner)a birokrasi itu dapat
kator yang jelas yang menunjukkan peneapalan titlk optlmalitas da­ dlperbalki.
ri blrokratisasi pada suatu organisasi. Yang ada baru sekadar rule of Demlklan pula dengan aspek birokrasi Weberlan lalnnya. Pertanya­
thumb, yang mengajarkan bahwa tltlk optimalitas Itu dapat dikenali an yang sama dapat diajukan untuk mengenali apakah aspek-aspek
dari gejala-gejala negatif yang muneul dari setiap penerapan prlnsip lainnya dari struktur birokrasl itu mulai menunjukkan gejala negatlf?
birokrasl Weberian, Apabila penerapan darl setiap prinsip blrokrasl We­ Apakah prosedur pelayanan dan proses administrasl sudah menjadi
berian itu sudah menunjukkan gejala-gejala yang negatif, blasanya sangat kompleks dan panjang sehlngga pelayanan yang murah dan
hal itu menunjukkan bahwa penerapan prinsip birokrasi telah melam­ mudah sullt dlwujudkan? Apakah prosedur pada blrokasl maslh dapat
paul titik optimalnya, memberikan kepastlan bag I para pejabatnya dalam penyelenggaraan
Untuk mengetahui apakah penerapan prinsip spesiallsasi sudah layanan, ataukah prosedur Itu justru mempersullt mereka dalam
melampaui titlk optimalitasnya dapat diketahui dari keberadaan ge­ memberlkan pelayanan yang memuaskan kepada warga? Apakah
jala-gejala negatlf dari spesiaiisasl yang dlkembangkan oleh blrokrasi prosedur sudah tldak lag; memberlkan ruang bagl para pejabat blrokrasi
Itu, Apakah fenomena yang dlkhawatirkan oIeh mereka yang kontra untuk mengembangkan inovasl dan diskresi dalam pelayanan?
terhadap birokrasi Weberian, seperti kepedulian yang rendah darl Apabila jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut keba­
anggota terhadap kepentingan organisasi, mulai dlrasakan terjadi nyakan negatlf slfatnya, keeurlgaan bahwa prosedur dalam organlsasi
dalam kehldupan organisasi? Apakah para karyawan mulai mengang­ sudah meneapal titlk optimal mungkln benar adanya. Apabila pro­
gap pekerjaan dan tanggung jawabnya di organisasi lebih penting sedur pelayanan kemudian menjadi sangat sullt diikutl oleh masya­
darlpada peneapaian tujuan dari organlsasi Itu sendlrl? Apakah para rakat sehlngga banyak yang tldak sanggup lagi mengikuti prosedur
pejabat blrokrasl mulai mengalami kebosanan, demoralisasl, dan kehi­ pelayanan seeara wajar dan lebih senang menggunakan eara-<:ara
langan tantangan? Apakah aparat birokrasi mulai mengalami kesulitan yang tidak wajar, sepertl membayar ealo untuk membantu menye­
untuk mendefinisikan perannya dalam organlsasl seeara keseluruhan? lesalkan urusannya dengan blrokrasi, menyuap para petugas pemberi
ApabUa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu sebagian besar ada­ layanan, dan muneul banyak praktik KKN dalam penyelenggaraan pe­
lah 'ya: klta perlu meneurigal bahwa speslal;sasl dalam organlsasi Itu layanan maka semua Itu menjadl Indlkator telah terlampaulnya titlk
sudah melampai titik optimalitasnya, optimalitas dari prosedur pelayanan. Dalam situasi seperti itu mung­
Apabila memang Itu yang terjadi, birokrasl perlu meninjau kembali kin deblrokratisasi perlu dilakukan.
spesialisasl yang dlterapkannya, Derajat speslalisasi dalam birokrasi Itu Namun, apabUa kondlsinya justru sebaliknya, sepertl prosedur pe­
perlu dikurangl. Birokrasl perlu melakukan reformulas; terhadap pem­ layanan yang ada masih mampu memfasilitasl para petugas dalam
baglan kerja yang selama In; dlterapkannya, Pengelompokan peker­ memberlkan pelayanan yang efisien, murah, dan mudah bagi masya­

46 41
r
Retormasi Birokrasi Birokrasi Weberian, Birokratisasi, dan KlnerJa !
rakat; prosedur pelayanan tldak menghilangkan keleluasaan yang dl­ Ian tldak menjamin bahwa tltlk optlmalitas juga sudah terlewati pada I

mlllki para pejabat birokrasl untuk mengembangkan cara-cara yang karakterlstlk birakrasl lalnnya. Deblrokratlsasl memerlukan diagnosis
Inovatif dalam menyelenggarakan layanan; dan prosedur yang ada yang akurat dan spesifik pada seliap aspek birokratlsasi. Sangal di­
juga memberikan kepastian layanan balk bagi para penyedia maupun mungkinkan unluk terjadinya suatu blrokr••1 publik memerlukan
warga pengguna layanan maka prosedur tersebut cenderung belum debirokratlsasl dalam beberapa aspel<, tetapi dalam beberapa aspek
mencapai tltlk optimalnya. Bahkan, birokratlsasl dalam situasi yang lainnya birokrasi Itu justru memerlukan blrokratisasi. Keduanya, blro­
demiklan maslh dapat dilakukan tanpa harus memperburuk klnerja kratlsasi dan deblrokratisasi, dapal dilakukan secara bersama-sama un­
birokrasi. tuk aspek-aspek yang berbeda darl suatu organisasi publlk.
Observasl terhadap tltlk optimalitas perlu dilakukan untuk semua Realilas bahwa titlk opllmalltas birokratlsasl yang berbeda an­
prlnslp blrokrasl Weberian. Analisls dlagnostlk perlu dilakukan untuk tartipe blrokrasi memunculkan pertanyaan, apa faktor yang meme­
melihat apakah gejala-gejala negatlf darl penerapan prlnslp birokrasl ngaruhi titik optimalitas penerapan prlnslp birokratlsasi darl suatu
Weberlan itu sudah mencapal tltlk optimal atau maslh jauh dari titik organisasi publik? Aspek apa yang perlu dicermatl sebelum memu­
optimal. Hal ini penting untuk dilakukan menglngat titlk optimalitas tuskan untuk melakukan debirokratlsasi alaupun birokratisasi? Ter­
dari setlap prlnsip birokrasl Weberlan pada suatu organlsasi Itu tldak dapat sejumlah aspek, balk Internal maupun eksternal, yang perlu dl­
sama. Dalam suatu organlsasl, penerapan prinslp speslalisasl mungkln perhatikan untuk memperbalkl kinerja blrokrasi melalui blrokrallsasi
sudah mencapal titlk optimalltas, sementara prlnslp-prinslp lalnnya ataupun deblrokratisasi. Uralan berikut inl menjelaskan sejumlah as­
masih jauh dari titik optlmalilas. Ketika suatu organlsasi sudah meng­ pek terse but.
alaml titlk optimalitas dalam speslalisasi tidak berarti organisasi itu pa­
da saal yang sama juga mengalami titik optimalltas dalam hierarki,
impersonalltas, dan formallsasi.
Misi yang diem ban birokrasi

Hal yang perlu diperhatikan dalam memahaml litikoptimalitas dari bl­


Debirokratisasi atau Birokratisasil rokratisasl adalah kecenderungan bahwa tltlk optimalitas birokrasi cen­
derung berbeda antartlpe blrokrasi yang berbeda. Bahkan, untuk satu
Implikasi dari kesimpulan dl alas adalah blrokrallsasl alau debirokrall­ aspek yang sama, misalnya speslalisasi, tltik optlmallta. pada sebuah
sasl perlu dilakukan secara hali-halL Asumsl yang dimiliki oleh banyak birokrasl pemerlntah dapat berbeda dari birokrasf pemerintah lainnya.
pihak selama inl yang selalu menglnginkan dilakukannya debirokrali­ Tlpe birokrasl yang berbeda membutuhkan tlngkat birokratlsasi yang
sasl tidak dapat dlterima secara sederhana. Debirokratisasl hanya per, berbeda. Dalam menerapkan prlnsip birokrasi Weberlan, blrokra.1 pe­
lu dilakukan ketlka birokrati.asi .udah berleblhan dan melewati titlk merlntah yang memllikl fungsi pembuatan kebljakan dan regulasl ten­
optlmallta.nya. Deblrokratisasi juga tldak boleh dilakukan secara .e­ tu memillki kebutuhan yang berbeda dari blrokrasl pemerlntah yang
rampangan dengan menyederhanakan masalah yang lerjadl dalam menjalankan misl menyelenggarakan pelayanan publik. Bappeda yang
.uatu birokrasl. Sepertl yang telah dljelaskan sebelumnya, tlUk optima­ mlsi utamanya melakukan fungsl perencanaan, pembuatan kebijakan,
litas dari penerapan prlnsip blrokrasi Weberlan dapat berbeda-beda. dan regulasl membutuhkan tingkat birokratisasi yang berbeda dari
Pencapaian tllik optlmalitas darl sebuah karakteristlk blrokrasl Weber­ Dinas Ketenteraman dan Keterllban Umum yang memiliki tugas

48 49
r Reformasl Blrokrasl Birokrasl Weberian, BllOkratisasi, dan Kinerja
i'

menegakkan peraturan, atau berbeda juga dari Dinas Perizinan yang


menyelenggarakan layanan perlzinan.
r
lebih panjang, karena keperluannya untuk melakukan kontrol lebih
tinggl. Karena itu, Dinas Ketenteraman dan Ketertiban memerlukan
tingkat birokratisasi yang leblh tinggi daripada Bappeda.

Gambar 1.2 Hubungan antara npe Blrokrasi dan Penerapan prinsip birokrasi pada kedua lembaga tersebut sudah
semestinyajuga berbeda dari Dinas Perlzinan. Dengan memlliki tungsi
ntik Optimalitas Birokratisasi
menyelenggarakan layanan publik dalam bidang perlzinan seharusnya
Titlk optimallti'ls
menjadikan Dinas Perizinan lebih terbatas dalam menerapkan prlnsip
birokrasi Weberian. Dalam menyelenggarakan misi dan tugasnya, Di­
Kinerja
A
........
I
"',

B
r
nas Perizinan dituntut untuk memlliki kemampuan untuk bersikap res­
ponsif, peduli terhadap kepentingan warga pengguna, berempati ter·
hadap warga miskin atau pengguna lain yang memillki keterbatasan,
transparan, penuh kepastian, dan eftsien (murah dan mudah diakses).
Untuk memiliki kemampuan yang seperti itu, Dinas Perizinan harus
memiliki struktur yang sederhana, satuan tugas yang soild dan tidak
1
terfragmentasi, aturan yang jelas mengenai hak dan kewajiban peng­
guna dan penyelenggara layanan, serta mengembangkan kultur un­
~
tuk peduli dan mengutamakan kepentingan pengguna sebagai warga
Birokratlsasi
negara yang bermartabat.
Keterangan;
Tltlk optimalltas penerapan prinsip birokrasi Weberian darijenis bi­
• TIpe A menggambarkan tipe birokrasi yang tidak membutuhkan ting~
kat birokratisasl yang tinggi (struktur tugas inovati( kualitas admi­ rokrasi yang berbeda misinya tersebut cenderung berbeda antara sa­
nistrator tinggl, Ilngkungan dlnamis). tu dan yang lainnya. Bentuk kurva yang menggambarkan hubungan
, Tipe B menggambarkan tipe birokrasi yang mooerat (sebagian cirinya antara penerapan prinsip birokrasl Weberlan dan kinerja dari birokrasi
mengg.mbarkan upe A dan sebagian lainnya tipe C). pemerintah yang berbeda misi tersebut tentunya juga akan berbeda,
Tipe C menggambarkan tipe bi,okrasi yang membutuhkan tlngkat
Dengan kondisi yang demiklan, tlndakan yang dlambil oleh peme­
blrokr.tl",,1 yang tlnggi (,truktur hima,ki" pekerJaan iebih banyak
rintah untuk menyeragamkan bentuk dan struktur birokrasinya tanpa
berslfat rutin, kualitas administrator rendah, dan lingkungan statis).
memperhatikan misl yang diemban oleh masing-masing birokrasi me­
rupakan tindakan yang keliru. Misl birokrasi yang berbeda menuntut
Birokrasi yang fungsi utamanya merumuskan perencanaan dan ke­
struktur yang berbeda (structure follows mission). Pemerintah tidak
bijakan pembangunan daerah membutuhkan ruangyang lebih luas ba­
seharusnya menyeragamkan struktur birokrasinya karena tindakan
gi aparatnya untukberpikir kreatif, inovatif, dan bertindakresponsifter­
tersebut cenderung membuat birokrasi mengalaml kesulitan dalam
hadap dinamika lingkungannya. Birokrasi yang seperti itu tentu tidak
mewujudkan kinerjanya secara optimal. Dalam sebuah kementerian
cocokjika memiliki prosedur yang rind, hierarki yang terlalu panjang,
yang di dalamnya terdapat beberapa direktorat Jenderal dan biro
dan spesialisasi yang terlalu ketat. Sebaliknya, aparat yang bekerJa di
yang memlliki fungsi dan misi yang berbeda maka sudah selayaknya
Dinas Ketenteraman dan Ketertiban lebih membutuhkan prosedur
masing-masing diberi ruang untuk mengembangkan struktur sesuai
yang ketat, spesialisasl yang tinggi, dan mungkin juga hierarki yang
dengan misi dan fungsinya.

so 51
r Reforma5i Birokra.si
r Birokrasi Weberian, Birokratls8sl, dan Klnerja

Kesalahanjuga (enderung dllakukan oleh pemerlntah daerah, yaltu melayanl warga pengguna secara langsung (street-level of bureaucrats)
dengan menyamakan struklur blrokrasl dl dlnas, badan, dan kantor akan leblh mudah berinteraksl dengan pimplnan puncak organl­
yang dimiliklnya. TIndakan yang demlklan tldak perlu dilakukan karena sasl. Kesulitan blrokrasl pemerintah untuk merespons dinamika ling­
justru membuat struktur blrokrasl Itu tldakdapat beroperasl secara op­ kungannya dengan cepat blasanya disebabkan hlerarki dari birokrasi
timal. Perbedaan fungsl dan mlsl darl organlsasl menuntut tlngkat bl­ itu sangat ketat dan panJang, kewenangan terkonsentrasi pada pim­
rokratlsasi yang berbeda sehingga struktur mereka juga semestinya pinan puncak, dan ruang untuk bertlndak cepat dan kreatlf tidak
berbeda. Penerapan prinslp blrokrasl Weberlan dalam pemerintahan tersedia bagi aparat yang bertugas di garis depan. Birokratisasi yang
daerah harus dilakukan secara hatl-hatl dengan mempertlmbangkan tinggi tidak cocok untuk dlterapkan pada birokrasi pemerintah yang
mlsl dan fungsl darl masing-maslng blrokrasl yang ada. Dengan cara beroperasi dalam masyarakat yang sedang mengalami transisi dan
demlkian pemerintah daerah dapat mengembangkan birokrasl yang beroperasi dalam lingkungan yang turbulent.
efislen dan efektlf. Namun, ketika lingkungan birokrasi pemerintah bersifat statis, bi­
rokratlsasi menjadi pilihan yang lebih tepat untuk dilakukan. Dalam
lingkungan yang statls, aparat birokrasi tidak dituntut untuk meres­
Kara/cteristik lingkungan birokrasi
pons perubahan yang (epat. Ruang untuk mengembangkan krea­
tivitas dan inovasi tidak begitu diperlukan. Berhubung kondisl ling­
Tentu masih banyak variabel di luar fungsi dan mlsl yang berpengaruh
kungan dapat dlperkirakan dengan mudah maka standar operasi dari
terhadap optimalitas hubungan antara birokratlsasi dan efislensl. SI­
birokrasi dapat dirumuskan dengan rinci. Prosedur organlsasi dan hie­
fat lingkungan yang melingkupi birokrasl juga sangat berpengaruh
rarki yang lebih ketat diperlukan oleh birokrasi yang beroperasi pada
terhadap pencapaian titlk optimalitas birokratisasl. Suatu birokrasl
lingkungan yang cenderung statis. Birokrasi yang seperti itu dapat
yang beroperasl dalam lingkungan yang dinamis, beragam, dan ber­
memiliki kadar birokratisasi yang lebih tinggi dibandlngkan birokrasi
ubah dengan cepat tentu akan memillki tingkat toleransi yang sangat
yang berada pada lingkungan yang dlnamis.
rendah terhadap berbagai penerapan prlnsip dan karakterlstlk biro­
krasiWeberian yang ketat. Lingkungan yang seperti itu menuntu{biro­
krasi untuk mengembangkan struklur yang longgar yang ditandal de­ Profesionalitas aparat birokrasi
ngan jenjang hierarki yang tidak panjang dan tingkat formalisasi yang
rendah. Birokrasi yang hierarkis cenderung memberikan respons yang Tltik optimalitas birokratisasi juga sangat dlpengaruhl oleh profesio­
lambatterhadap perubahan. Apalagl dalam masyarakat yang paterna­ nalitas darl para aparat birokrasl. Pada birokrasi yang para anggotanya
listls sepertl di Indonesia, yang ditandal dengan masih kuatnya tradisi berpendidikan linggi, berwawasan luas, dan pengalamannya mema­
memlnta petunjuk atasan maka jenjang hlerarkl yang panjang tidak dai maka slfat blrokrasi yang diperlukan berbeda dari birokrasi yang
menguntungkan bagi blrokrasi maupun warga yang memerlukan pe­ kebanyakan anggotanya berpendidlkan rendah, wawasannya sempit,
layan an darl blrokrasl pemerintah. dan memiliki pengalaman yang sangat terbatas. Birokrasi yang para
Seballknya, organlsasi yang lebih ramping hierarkinya akan leblh anggotanya memiliki profeslonalisme tinggl cenderung tldak toleran
mampu memberikan respons yang (epat, Ketika organisasl memiliki terhadap proseduralisme yang tlnggi. Mereka tldak memerlukan
Jenjang hlerarki yang pendek maka aparat pada tlngkat bawah yang standar prosedur operasi yang rinci karena mereka dapat mengguna­

52 53
r Birokrasi Weberian, Birokratisasi. dan Kinerja
Reformasi Blrokrasi
t
kan akal sehat dan hatl nuranlnya secara leblh balk. Standar prosedur Kualitas pengembangan teknolog; ;nformasl dan
yang rlnci justru akan membelenggu dan menjauhkan mereka darl komunlkas; (TIl()
kreatlvltas dan Inovasi.
Namun, ketika kebanyakan aparatur blrokrasl memilikl tlngkat pro­ Kualltas pengembangan dan pemanfaatan TIK juga sangat meme­
feslonalisme rendah, yang ditandal dengan tlngkat pendldlkan dan ngaruhi kebutuhan terhadap birokratisas!. Blrokrasi yang telah
wawasannya yang rendah, pengalaman yang terbatas, dan keberanlan mengembangkan dan memanfaatkan TIK dalam mengelola keglatan­
mengambil rlslko yang rendah maka birokrasl Itu sebalknya mengem­ nya cenderung tidak harmon is dengan karakterlstik birokrasi Weberian.
bangkan standar prosedur operasi yang rinci dan ketal. Pemberian Keberadaan TIK dapat menggantikan sebagian darl fungsi hierarki dan
ruang untuk berpikir kreatif dan Inovatif justru akan membuat aparat membantu plmpinan dalam melakukan supervisi dan kontrol. Super­
menJadl gagap dan tidak nyaman. Lebih darl Itu, pemberian otorltas vlsi dan kontrollebih mudah dilakukan dengan memanfaatkan TIK da­
kepada mereka untuk mengambil keputusan justru akan sangat beri­ ripada menggunakan hlerarkl struktur. Berbeda dari hlerarkl struktur
slko dan tlngkat kegagalannya sangattlnggi. Aparat birokrasl yang me­ yang hanya dapat digunakan oleh atasan untuk mengontrol bawahan,
milikl tlngkat profeslonalisme yang rendah sebalknya dituntun oleh TIK dapat digunakan oleh semua orang daJam blrokrasi, baik atasan
prosedur yang rlncl, dlawasi dengan leblh ketal, dan dikendallkan ataupun bawahan, untuk saling mengontrol. TJK membuat proses
oleh hierarkl yang ketat pula. kerja menjadi transparan sehlngga kontrol Jebih mudah dilakukan,
baik oleh orang dl dalam ataupun di luar blrokrasJ. TIKjuga dapat me­
ngurangi kebutuhan hlerarkl Instrumen untuk mengatur lalu lintas
Besaran organ;sas;
informasl dalam birokrasl. Dengan demikian, blrokrasi yang telah me­
Besaran organlsasi juga memengaruhi titik optlmalltas darl hubungan ngembangkan dan memanfaatkan TIKsecara memadai dalam menge­
antara blrokratisasl dan kineria blrokrasl. Blrokrasl yang berukuran besar, lola keglatannya tidak memerlukan blrokratlsasi yang tingg!.
memiHkl keglatan yang bervariasi dan kompleks, memiliki cakupan Salah satu contoh apllkasi TIK dalam birokrasi adalah sistem yang
wilayah kerja yang luas, dan jumlah anggota yang banyak tentu me­ dlkembangkan oleh Pemerlntah Kota Yogyakarta dalam mengelola in­
merlukan birokratisasl yang tinggl. Untuk dapat mengendallkan ke­ formasi dan mengontrol kinerja birokras!. Walikota Yogyakarta dapat
giatan yang kompleks dan mellbatkan banyak orang maka blrokrasi mengontrol klnerja birokraslnya dengan memantau komplain darl
memerlukan struktur yang memungkinkan supervlsl dan kontrol da­ warga yang disampalkan melalui Unit Pelayanan Informasi dan Pe­
pat dilakukan secara leblh efektlf. Manajemen darl birokrasl Itu juga ngaduan (UPIK) yang berbasls website dan SMS. Sejumlah persoalan
memerlukan prosedur yang leblh jelas dan ketat agar semua keglatan yang menjadi tanggung Jawab setlap unit kerja dapat diketahui dan
blrokrasi itu dapat dlkendallkan secara efektif sehlngga mlsi dari biro­ walikota atau jajarannya dapat melakukan tindakan jlka dlperlukan,
krasi itu dapat terlaksana dengan balk. Blrokrasi yang seperti itu cen­ mlsalnya ketlka terdapat unit kerja yang melakukan kesalahan fatal
derung memerlukan tingkat blrokratisasl yang tinggi. dalam melayani warga. Keberadaan UPIK dapat mengefektifkan super­
Namun, untuk organisasl yang skalanya kedl, keglatannya relatlf visi wallkota terhadap birokrasinya, tanpa harus menunggu hasil peng­
sederhana, jumlah anggotanya lerbatas, dan pihak manajemen dapat awasan yang dilakukan oleh inspektorat daerah atau badan pengawas
mengendallkan organlsasl secara efektlf tanpa harus memillkl struktur daerah.
yang ketat sehingga blrokratisasi yang tinggl tldak dlperlukan.

54 ss
Reformasl Blrokrllsl Blrokrasl Wttberian. Sirokratisask clan Klnerja

Keberadaan TIK juga dapat memfasilitasi pemerintah dan bi­ banyak pihak mengenai penerapan model tersebut dalam blrokrasl pe­
rokrasinya untuk mengambil keputusan secara tepat dan elisien. merintah. Efek ganda tersebut muncul karena penerapan model biro­
Keterbatasan informasi yang selama Inl menjadi kendala untuk krasl Weberian tidak memlllki hubungan yang linear dengan elisiensl
merumuskan keputusan yang balk dapat teratasi dengan meman­ dan rasionalitas birokrasi pemerintah. Dalam titik tertentu, penerapan
faatkan TIK. Basis data dan Informasi yang lengkap dan selalu dapat prinsip birokrasi Weberlan dapat meningkatkan elislensi birokrasi. Na­
diperbarui setiap saat dapat dikembangkan dengan berbasls website. mun, ketika birokratisasi menjadi berlebihan dan sudah melampaui
Dengan terintegrasikannya saluran dan tempat penyimpanan data titik optimalnya maka penlngkatan blrokratisasi cenderung memiliki
dari setiap dlnas dan unit kerja dalam sebuah sistem informasi ber­ hubungan negatif dengan elislensl birokrasi pemerlntah.
basis website memungkinkan bagi pemerlntah daerah untuk mengem­ Hubungan yang membentuk pola parabolik Ini menjadlkan pene­
bangkan kebljakan menyangkut pengelolaan SDM pegawai, ang­ rapan prlnslp birokrasi Weberlan dalam birokrasl pemerintah harus di­
garan, ataupun pengembangan kebljakan yang inovatif dan strategis lakukan secara hati-hatl dengan memperhatikan titik optimalitas dari
di daerah. hubungan antara elisiensi dan masing-masing prinsip atau karakteris­
Dengan menggunakan teknologi teleconference, pengambllan ke­ tik birokrasi Weberian. Diagnosis yang saksama perlu dilakukan agar
putusan yang cepat dan tepatjuga dapat dilakukan untuk merespons penerapan prinsip birokrasi Weberlan dalam sebuah blrokrasi peme­
kondisi darurat, seperti penanggulangan wabah penyakit atau bencana rintah benar-benar dapat meningkatkan elisiensinya. Diagnosis perlu
alam. Seorang kepala dinas kesehatan dapat berkoordinasi dengan se­ dilakukan agar birokratisasi atau debirokratisasi dilakukan dengan do­
mua kepala puskesmas dalam waktu yang sama untuk menentukan sis yang tepat sehingga manfaatnya terhadap perbalkan klnerja biro­
kebijakan penanggulangan wabah penyakit seeara eepat dan efektlf, krasi bisa optimal.
tanpa harus melakukan rapat secara konvenslonal. Segala prosedur Birokratisasi atau debirokratisasi sebenarnya adalah pilihan yang
dan standar dalam pengambilan keputusan dan penyelenggaraan la­ seharusnya dilakukan oleh birokrasi pemerintah tergantung pada
yanan yang berlaku dalam situasi normal dapat disesuaikan dengan efektivitasnya dalam memperbaiki klnerja birokrasi. Birokrasi pemerin­
kondisi yang berkembang secara cepat dengan tetap terkendali. tah memerlukan keduanya, yaitu birokratlsasl atau debirokratisasi, ter­
Semua itu menggambarkan bahwa birokrasl yang mampu me­ gantung pada situasi yang dihadapinya. Ketika penerapan salah satu
ngembangkan pemanfaatan TIK tidak memerlukan birokratisasi yang prinsiptertentu darl birokrasiWeberian dengan elisiensi birokrasi masih
ketal. Sebaliknya, ketika pemanfaatan TIK pada birokrasi Itu masih ren­ memiliki hubungan yang positif dan penlngkatan blrokratlsasi masih
dah maka birokrasi itu relatif membutuhkan birokratisasi yang lebih memiliki efek yang positlf maka birokratisasi sebalknya dilakukan. Na­
tinggi. mun, ketika peningkatan birokratisasi Justru menimbulkan efek yang
negatif terhadap elisiensi maka debirokratisasi harus dilakukan. De­
ngan demlkian, pilihan untuk melakukan birokratisasi atau debirokra­
Kesimpulan
tisasi bersifat situasional, tergantung pada situasl yang dihadapl oleh
Model birokrasi Weberian memillkl potensi untuk meningkatkan eli­ suatu birokrasl pemerintah.
siensi birokrasi pemerintah, tetapl pada sisi lain juga memilikl efek Birokratisasi dan debirokratlsasi bahkan dapat dilakukan seeara
yang dapat meruglkan kinerja birokrasi. Efek ganda penerapan model bersama-sama pada aspek birokrasl Weberlan yang berbeda. Untuk
birokrasi Weberian sering memunculkan pro dan kontra di kalangan menjadllebih elisien sebuah blrokrasi pemerintah membutuhkan de­

56 57
Reformasi Birokrasf

blrokratlsasl pada satu aspek atau karakteristlk blrokrasl Weberian dan


pada saat yang sama membutuhkan blrokratlsasi pada aspek lainnya,
Para ana lis dan pembaharu birokrasi pemerintah perlu memahami
dengan balk sifat dan bentuk hubungan antara penerapan prinsip
birokrasi Weberian dan efisiensl atau kinerja birokraslnya, Tanpa hal
ltu mereka akan mengalami kesulitan dalam merancang program-pro­
gram perbaikan kinerja blrokrasl yang tepat dan efektif, Mereka harus
memahami bahwa titik optimalitas dari hubungan antara penerapan
prinsip blrokrasi Weberian dan efisiensi berbeda menurut karakteristik
birokrasi dan lingkungannya,

58

Anda mungkin juga menyukai