Terna besar-besar, perenial, dalam tanah mempunyai rimpang yang tebal seperti umbi. Daun
pada batang di atas tanah, besar, lebar, bertulang menyirip dengar ibu tulang yang nyata, tangkai
daun pada pangkal melebar menjadi upih, lidah-lidah tidak terdapat. Bunga banci, zigomorf atau
lebih sering asimetrik, besar dengan warna cerah dan menarik, tersusun dalam rangkaian
berbentuk tandan atau malai. Hiasan bunga terdiri atas kelopak dan mahkota, masing-masing
berbilangan 3, daun-daun kelopak bebas tersusun seperti genting, daun-daun mahkota berlekatan
pada pangkalnya. Benang sari 1-15, kecuali 1 semuanya steril dan berubah menjadi bagian bunga
yang paling menarik, berwarna cerah, lebar, seperti daun mahkota. Benang sari yang tertil juga
masih pipih seperti daun mahkota, tetapi mendukung 1 kepala sari yang beruang 1 pada salah
satu di bagian atasnya. Bakal bual tenggelam, beruang 3, tiap ruang berisi banyak bakal biji yang
tersusun dalam 2 baris. Tangkai putik tebal menyerupai daun dengan kepala putik yang miring.
Buah dengan kelopak yang tidak gugur di bagian atasnya, berupa buah kendaga yang membuka
dengan rusaknya dinding yang kemudian menjadi kasap berbenjol-benjol. Biji banyak, bulat,
endosperm keras, lembaga kecil.
Suku Cannaceae merupakan suatu suku yang hanya terdiri alas 1 marga: Canna, dengan
seluruhnya meliputi sekitar 50 jenis. Contoh: C. edulis (ganyong), rimpangnya dimakan,
penghasil tepung yang dikenal sebagai "arrowroot of Queensland". C. indica (puspanyidra,
bunga tasbih), tanaman hias.
Suku: Marantaceae
Terna perenial, dalam tanah membentuk rimpang yang merayap, di atas tanah terdapat
batang yang nyata atau tidak. Daun dalam 2 baris, terdiri atas 3 bagian yang jelas, berupa
helaian, tangkai, dan upih yang terbuka. Biasanya tampak sebagai rozet akar. Helaian bulat telur
memanjang atau jorong, bertulang menyirip, seringkali dengan 1 sisi lurus dan sisi yang lain
melengkung. Tangkai daun bangun silinder, menebal pada batas dengan helaian, seringkali
bersayap. Bunga banci, asimetrik, tersusun dalam bulir atau malai yang mempunyai daun
pelindung dan terdapat pada ujung batang, ada kalanya bunga muncul dari rimpang. Hiasan
bunga biasanya dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota, masing-masing terdiri atas 3 daun
kelopak yang bebas dan 3 daun mahkota yang tidak sama besar dan berlekatan, membentuk
suatu buluh pada bagian bawahnya. Benang sari 4-5, hanya 1 yang fertil, lainnya mandul dan
bersifat petaloid (seperti daun mahkota), dengan 1 di antaranya berbentuk topi (helm). Bakal
buah tenggelam, beruang 3->1, sering 2 dari ke-3 ruangnya tidak berisi bakal biji. Bakal biji
tegak pada dasar ruang. Tangkai putik bengkok, sering melebar pada ujungnya. Buahnya buah
kendaga yang pecah dengan membelah ruang atau buah yang berdaging. Biji dengan banyak
endosperm, sering bersalut pada bagian pangkal, lembaga bengkok atau terlipat. Suku ini
membawahi sekitar 30 marga dengan kurang lebin 350 jenis, terutatma tersebar di daerah
tropika, kebanyakan di Amerika dan Afrika.
Contoh-contoh:
Halopegia: H. blumei.
Kebanyakan berupa terna yang hidup sebagai epifit, kadang- kadang sebagai saprofit, atau
terestrial, dengan kadang-kadang terdapat badan-badan yang merupakan adaptasi terhadap
kekurangan air (berupa jaringan air). Daun dengan bentuk yang beraneka ragam, biasanya
tersusun dalam 2 baris, sering agak tebal berdaging. Bunga banci, zigomorf, jarang sekali
aktinomorf. Hiasan bunga terdiri atas 2 lingkaran daun tenda bunga yang bebas, dalam masing-
masing lingkaran terdapat 3 daun tenda bunga, 1 daun tenda bunga dari lingkaran dalam yang
terletak dalam bidang median biasanya berbeda bentuk dan ukurannya dari ke-5 daun tenda
lainnya. Benang sari 1 atau 2, jarang sekali 3, berlekatan dengan tangkai putik. Bakal buah
tenggelam, kebanyakan beruang 1 dengan banyak bakal biji pada tembuni yang terletak pada
dinding, atau bakal buah beruang 3 dengan tembuni yang pada sudut-sudutnya. Buahnya buah
kendaga yang bila masak pecah dengan mengeluarkan biji-biji kecil seperti serbuk. Biji tanpa
endosperm. Lembaga belum sempurna.
yang sebagai saprofit, ada pula yang terestrial, mempunyai rimpang, akar yang seperti umbi,
tetapi bukan umbi lapis atau umbi sisik. Batang berdaun atau tidak, pangkalnya seringkali
menebal membentuk umbi semu ("pseudo bulbi") yang mempunyai akar- akar yang mengandung
klorofil dan berfungsi sebagai alat untuk asimilasi. Daun tidak berbagi, berseling biasanya
tersusun dalam 2 baris, jarang berhadapan, kadang-kadang tereduksi menjadi sisik, seringkali
agak tebal, berdaging, pangkal berubah menjadi upih yang hampir selalu tertutup dan memeluk
batang. Bunga seringkali mempunyai bentuk dan warna yang indah, tetapi kadang-kadang juga
hanya kecil, tidak berwarna atau berwarna kehijau-hijauan atau perang, mempunyai daun
pelindung, biasanya banci, zigomorf, jarang terdapat bunga berkelamin tunggal yang berumah 1.
Bunga- bunga tersebut ada yang terpisah-pisah ada yang tersusun dalam beraneka susunan
rangkaian, seperti bulir, tandan, atau malai. Hiasan bunga epigin, tersusun atas 6 segmen (daun
tenda bunga) yang terdapat dalam 2 lingkaran, dapat yang dalam lingkaran luar menyerupai
kelopak dan yang di lingkaran dalam seperti mahkota, atau yang luar seperti mahkota dengan
yang di lingkaran dalam kecil-kecil saja, bagian-bagian dalam tiap lingkaran bebas satu sama
lain, atau berlekatan dengan cara yang bermacam-macam. Segmen-segmen lingkaran luar
tersusun seperti genting atau katup, segmen yang di tengah baik dari lingkaran dalam maupun
dari lingkaran luar berbeda dari segmen-segmen yang di samping, baik bentuk, warna maupun
ukurannya, khususnya dari lingkaran dalam yang seringkali mempunyai bentuk dan susunan
yang rumit dengan perbedaan yang menyolok dari segmen-segmen yang lain, dan merupakan
bagian bunga yang disebut bibir ("labellum"). Labellum biasanya terdiri atas 3 bagian, berturut-
turut dari ujung ke pangkal disebut: "epichilium", "mesochilium" dan "hypochilium". Antara
"epichilium" dan mesochilium" sering terdapat semacam persendian, yang memungkinkan
"epichilium" untuk bergerak. Karena adanya torsi bakal buah atau tangkai bunga sampai 180,
bibir tadi berada dalam posisi yang menjauhi sumbu (”abaksial"). Peristiwa ini disebut resupinasi
dan menyebabkan bibir selalu tampak di bagian bawah dalam bidang median. "Labellum" atau
kadang-kadang salah satu segmen luar membentuk semacam kantong atau taji yang berisi madu,
atau mempunyai jaringan yang menghasilkan madu. Benang sari 2 atau 1, terdiri dari benang
sari-benang sari yang lateral pada lingkaran dalam atau yang median dari lingkaran luar,
Suku: Apostasiaceae
Terna terestrial, dengan rimpang pendek dan batang yang tidak bercabang-cabang. Daun
memanjang, bertangkai, bertulang melergkung. Bunga kecil, banci, aktinomort atau zigomorf,
tersusun dalam bulir atau tandan yang mempunyai daun-daun pelindung. Hiasan bunga terdiri
atas 6 daun-daun tenda bunga yang menyerupai mahkota, semua bebas, hampir sama satu dengan
yang lain, dengan salah satu menunjukkan kecenderungan untuk berubah merjadi bibir
(labellum). Benang sari 3 atau 2, 2 dari lingkaran dalam dengan 1 dari lingkaran luar yang
terletak dalam bidang median, atau 2 dari lingkaran dalam dengan 1 dari lingkaran luar yang
mandul. Tangkai sari berlekatan pada pangkalnya dan belekatan pula dengan tangkai putik.
Kepala sari bebas, beruang 2, memanjang dan membuka dengan celah yang membujur. Bakal
buah tenggelam, beruang 3 dengan tembuni di sudut-sudut. Tangkai putik langsing, kepala putik
3. Buahnya buah kendaga, kadang-kadang berparuh pendek. Biji kecil, banyak, bangun jorong.
Warga suku ini semula ditempatkan dalam lingkungan suku Orchidaceae, kemudian dipisahkan
menjadi suku tersendiri. Semuanya hanya meliputi 16 jenis tumbuhan yang terbagi dalam 2
marga, terutama tersebar di Asia tropika dan Australia.
Contoh-contoh:
Apostasia: A. nuda.
Neuwiedia: N. linleyi.
Suku: Orchidaceae
Terna perenial dengan perawakan yang beraneka ragam, hidup sebagian besar sebagai epifit, ada
yang sebagai saprofit, ada pula yang terestrial, mempunyai rimpang, akar yang seperti umbi,
tetapi bukan umbi lapis atau umbi sisik. Batang berdaun atau tidak, pangkalnya seringkali
menebal membentuk umbi semu ("pseudo bulbi") yang mempunyai akar- akar yang mengandung
klorofil dan berfungsi sebagai alat untuk asimilasi. Daun tidak berbagi, berseling biasanya
tersusun dalam 2 baris, jarang berhadapan, kadang-kadang tereduksi menjadi sisik, seringkali
agak tebal, berdaging, pangkal berubah menjadi upih yang hampir selalu tertutup dan memeluk
batang. Bunga seringkali mempunyai bentuk dan warna yang indah, tetapi kadang-kadang juga
hanya kecil, tidak berwarna atau berwarna kehijau-hijauan atau perang, mempunyai daun
pelindung, biasanya banci, zigomorf, jarang terdapat bunga berkelamin tunggal yang berumah 1.
Bunga- bunga tersebut ada yang terpisah-pisah ada yang tersusun dalam beraneka susunan
rangkaian, seperti bulir, tandan, atau malai. Hiasan bunga epigin, tersusun atas 6 segmen (daun
tenda bunga) yang terdapat dalam 2 lingkaran, dapat yang dalam lingkaran luar menyerupai
kelopak dan yang di lingkaran dalam seperti mahkota, atau yang luar seperti mahkota dengan
yang di lingkaran dalam kecil-kecil saja, bagian-bagian dalam tiap lingkaran bebas satu sama
lain, atau berlekatan dengan cara yang bermacam-macam. Segmen-segmen lingkaran luar
tersusun seperti genting atau katup, segmen yang di tengah baik dari lingkaran dalam maupun
dari lingkaran luar berbeda dari segmen-segmen yang di samping, baik bentuk, warna maupun
ukurannya, khususnya dari lingkaran dalam yang seringkali mempunyai bentuk dan susunan
yang rumit dengan perbedaan yang menyolok dari segmen-segmen yang lain, dan merupakan
bagian bunga yang disebut bibir ("labellum"). Labellum biasanya terdiri atas 3 bagian, berturut-
turut dari ujung ke pangkal disebut: "epichilium", "mesochilium" dan "hypochilium". Antara
"epichilium" dan mesochilium" sering terdapat semacam persendian, yang memungkinkan
"epichilium" untuk bergerak. Karena adanya torsi bakal buah atau tangkai bunga sampai 180,
bibir tadi berada dalam posisi yang menjauhi sumbu (”abaksial"). Peristiwa ini disebut resupinasi
dan menyebabkan bibir selalu tampak di bagian bawah dalam bidang median. "Labellum" atau
kadang-kadang salah satu segmen luar membentuk semacam kantong atau taji yang berisi madu,
atau mempunyai jaringan yang menghasilkan madu. Benang sari 2 atau 1, terdiri dari benang
sari-benang sari yang lateral pada lingkaran dalam atau yang median dari lingkaran luar, sedang
benang sari yang lainnya bersifat mandul. Kepala sari menghadap ke dalam, beruang 2,
membuka dengan celah membujur. Serbuk sari merupakan butir terpisah-pisah, atau lebih sering
bergumpal-gumpal membentuk kelompokan serbuk sari yang bertepung atau berlilin yang
disebut "polinium". Pada salah satu ujungnya polinium mempunyai bagian steril yang
memanjang seperti akar yang disebut "caudicula". Dalam ruang sari polinium terpisah-pisah atau
sedikit banyak bergandeng-gandengan. Bakal buah tenggelam, beruang 1 dengan 3 tembuni pada
dindingnya, atau lebih jarang terdapat bakal buah beruang 3 dengan tembuni pada sudut-
sudutmya. Tangkai putik dengan tangkai sari berlekatan membentuk suatu tiang ("columna").
Kepala putik 3, semuanya berfungsi (fertil) atau 2 yang di samping yang fertil, yang lainnya
mandul dan mengalami metamorfosis menjadi badan yang berbentuk seperti paruh dan disebut
"rostellum" yang terletak di antara kepala sari dan kepala putik dan berfungsi sebagai alat pelekat
bagi polinium". Bagian “rostellum" untuk melekatnya pollinium merupakan suatu cakram yang
berperekat yang disebut viscidium. Polinium beserta "caudicula" dan massa perekat yang berasal
dari rostellum disebut "pollinarium". Bakal biji banyak, anatrop, sangat kecil. Buah biasanya
berupa buah kendaga, membuka ke samping dengan 3- 6 celah-celah membujur. Biji banyak,
sangat kecil, seperti serbuk, memanjang pada 2 ujung atau jarang sekali bersayap, endosperm
tidak terdapat, lembaga belum terbentuk atau belum terdiferensiasi. Suku ni merupakan suku
yang terbesar di antara suku-suku dalam tumbuhan biji, yang tergolong 20.000-an jenis yang
terbagi dalam sekitar 500-an marga, tersebar di daerah tropika dan daerah-daerah iklim sedang.
Indonesia ditaksir mempunyai sekitar 3.000 jenis liar. Banyak di antara marga suku ini yang
merupakan idola banyak orang, terlebih-lebih yang telah merupakan hasil kegiatan- kegiatan
pemuliaan yang dilakukan orang, sehingga memiliki koleksi jenis-jenis budidaya tertentu yang
benar-benar merupakan suatu kekayaan. Berbagai negara telah mengembangkan pembudidayaan
jenis-jenis tumbuhan dari suku ini dan bagi negara-negara yang bersangkutan merupakan suatu
penghasil devisa yang tidak boleh dipandang remeh.
Contoh-contoh:
Orchis: O. militaris, O. mario, O. mascula, menghasilkan umbi yang berguna dalam obat-
obatan .
Haemaria: H. discolor
Macodes: M. petola.
Para penggemar anggek di mana-mana di dunia telah melakukan berbagai usaha untuk
memperoleh jenis-jenis budaya (cultivar) baru yang lebih memenuhi selera, yang dapat
menghasilkan bunga yang lebih menarik, baik mengenai bentuk, warna, maupun ukurannya.
Banyak pembastaran dilakukan, baik bastar antar jenis maupun bastar antar marga, kadang-
kadang antara lebih dari 2 jenis atau 2 marga, yang diberi nama kombinasi yang sebagian berasal
dari induknya, sebagian dari ayahnya, seperti misalnya: Brassocattleya (bastar antara Brassorala
dan Cattleya), Vandanta (bastar antara Vanda dan Enantha), Odontocidium (bastar antara
Odontoglossum dan Oncidium) dan masih banyak lagi. Belakangan ini mulai berkembang cara-
cara mendapatkan jenis-jenis budaya baru melalui kultur jaringan. Jenis asli dari alam yang
belum mengalami perlakuan apapun, di kalangan para penggemar anggrek disebut sebagai
spesies.