≈ 7 Comments
by : Desi Asusanti; Erwin Pulman; Novera Zuli Sekartaji; Dewi Hera Setyati; Khairi Yanti
Pendahuluan
Negara-negara pengimpor suatu produk strategis terutama negara maju baik belahan dunia barat
maupun timur telah mensyaratkan penerapan sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen
Lingkungan, Social Accountabillity ( Social Clause ), Sertifikasi Produk, dan Sitem menajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi standar
baik internasional, regional maupun badan sertifikasi.
Untuk membuktikan bahwa persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh suatu perusahaan, maka
harus dibuktikan dengan cara pengukuran kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang
merupakan bagian dari proses akrediritas maupun sertifikasi. pengukuran kinerja tersebut
merupakan salah satu aspek penting dalam sistem manjemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Sejalan dengan konsep menajemen modem, maka aspek pengukuran kinerja tersebut
dilaksanakan dalam berbagai kegiatan perusahaan yang dimulai sejak tahap perencanaan,
konstruksi sampai tahap operasi.
Sesuai dengan ISO 14000 bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan siklus yang berkelanjutan, dimana salah satu tahapan penting yakni melaksanakan
monitoring atau pengukuran kinerja penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Pengukuran kinerja tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan, kelemahan
atau kekurangan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah diterapkan
oleh perusahaan.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran kinerja penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja tersebut maka dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan upaya
perbaikan atau penyempurnaan secara terus menerus.
Setiap kegiatan selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan,
kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan industri merupakan hasil akhir dari suatu aturan
yang ada dan kondisi kerja yang tidak nyaman. Walaupan demikian terjadinya kecelakaan
seharusnya dapat di cegah dan diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapat terjadi dengan
sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnyaditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab,
oleh karena itu terjadinya kecelakaan harus diteliti faktor-faktor penyebabnya denga tujuan untuk
menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselamatan kerja yang tepat secara efektif
dan efisian sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah.
Sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya bersumber pada faktor
lingkungan kerja dan faktor manusia, berdasarkan statistik kecelakaan, kejadian kecelakaan kerja
lebih dari 85% disebabkan oleh faktor manusia sehingga perhatian ditekankan kepada aspek
manusia.
Perilaku pekerja yang tidak aman yang dapat membahayakan, kondisi yang berbahaya, kondisi
hampir celaka dan penyakit akibat kerja adalah gejala dari kurang berfungsinya manjemen.
Permasalahan keselamayan dan kesehatan kerja harus dicari penyebab dasar masalah hingga
ditemukan tugas dan fungsi yang tidak dilaksanakan denganbaik yang berkaitan dengan masalah
yang dihadapi.
Bahaya – bahaya yang ada di tempat kerja pada dasarnya berpotensi dapat menimbulakn
terjadinya kecelakaan, maka harus diidentifikasi dan dikelola dengan baik sejak mulai dari
perencanaan, konstruksi, operasi sampai dengan pasca operasi.
Secara umum resiko bahaya kebakaran dan kecelkaan sudah disadari oleh perusahaan-
perusahaan dilingkungan kegiatan usaha apapun, oleh karena itu setiap perusahaan yang
bergerak melakukan kegiatan usaha pada umumnya telah melakukan upaya-upaya pencegahan
dan penanggulangannya antara lain telah menyediakan fasilitas keselamatan kerja perorangan
(Personal Protection Equipment) dan sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran baik
secara permanen maupun yang portable.
Dalam melakukan kegiatan didalam laboratorium, kita harus menyadari bahwa dalam setiap
kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan kebakaran sehingga penting
sekali aspek keselamatan dan kesehatan kerja disini.
Merupakan kebijakan manajemen untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada laboratorium,
melindungi harta milik perusahaan dari kerusakan dan memberikan keamanan kepada karyawan
sehubungan dengan pengoperasian dan penggunaan fasilitas laboratorium di perusahaan.
Setiap pengguna laboratorium harus mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akan
keselamatan dan kesehatan kerja didalam laboratorium. Untuk itu perlu di buat peraturan-
peraturan dan prosedur-prosedur yang di tetapkan dan harus ditaati selalu pada setiap kegiatan
yang dilakukan didalam laboratorium. Penyelenggra terhadap peraturan-peraturan dan prosedur
kerja dapat dikenakan sanksi
Manajemen tidak menginginkan program keselamatan dan kesehatan kerja dalam laboratorium
hanya merupakan fungsi pelengkap, tetapi harus dilaksanakan . setiap orang yang akan
melakukan pekerjaan di dalam laboratorium harus membaca peraturan yang ada serta memahami
buku petunjuk di dalam laboratorium.
Dalam laboratorium diperlukan suatu panduan untuk keselamatan kerja dan keselamatan
laboratorium harus ditempatkan di tingkatan prioritas yang paling tinggi dan ANDA adalah
bertanggung jawab untuk suatu laboratorium yang aman.
A.Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa
mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :
a. apa yang dikerjakan
b. bagaimana mengerjakannya
c. mengapa mengerjakan
d. siapa yang mengerjakan
e. kapan harus dikerjakan
f. di mana kegiatan itu harus dikerjakan
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah mencakup
kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda yang dipakai makin
banyak ragamnya; semuanya menyebabkan resiko bahaya yang dapat terjadi dalam laboratorium
makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani
secara serius oleh organisasi keselamatan kerja laboratorium
B.Organisasi (O rganizing )
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk dalam beberapa
jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional.
Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak langsung sangat
diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat
pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah),
disamping memberlakukan Undang- Undang Keselamatan Kerja.
C.Pelaksanaan (Actuating)
D.Pengawasan (Controlling)
Dalam mengelola laboratorium yang baik, harus dikenal perangkat-perangkat yang harus
dikelola yaitu :
1 .Tata ruang
Untuk tata ruang, dapat dilakukan sedemikian sehingga dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang
yang baik harus mempunyai antara lain :
a. Pintu masuk
b. Pintu keluar
c. Pintu darurat
d. Ruang persiapan
e. Ruang peralatan
f. Ruang penyimpanan
g. Ruang staf/dosen
h. Ruang teknisi/laboran/tenaga administrasi
i. Ruang seminar/diskusi
j. Ruang bekerja (praktikum dan penelitian)
k. Ruang istirahat/ibadah
l. Ruang prasarana alat laboratorium
m. Ruang prasarana kebersihan
n. Ruang keselamatan kerja
o. Lemari praktikan
p. Lemari gelas
q. Lemari alat optik
r. Pintu dan jendela diberi kawat kassa untuk menjaga tidak masuknya hewan
s.F an ( Kipas angin )
t. Ruang AC untuk alat tertentu yang memerlukan persyaratan tertentu.
a. Laboratory assessment
Hal ini mencakup tentang lokasi, konstruksi laboratorium dan fasilitas lain
termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja, jenis atap, jenis dinding, jenis lantai, jenis pintu,
jenis lampu yang dipakai, jenis ventilasi, jenis AC, jenis tempat penyimpanan, jenis lemari bahan
kimia, optic, timbangan, instrument lain, kondisi laboratorium, pembuangan limbah dan
sebagainya
b. Fasilitas Umum
Fasilitas ini mencakup bahasan tentang kebutuhan listrik, sumber listrik,
stabilitas tegangan, distribusi arus, jenis panel listrik, jenis soket, sumber air, jenis keran yang
dipakai, jenis pembuangan air, instalasi air, instalasi listrik, keadaan toilet, jenis rung persiapan,
ruang perbaikan/workshop, penyediaan
teknisi, penyediaan dana dan sebagainya.
4.Administrasi Laboratorium
Tujuan administrasi laboratorium adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan
laboratorium denga cepat dan mudah. Administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan
administrasi yang ada dilaboratorium antara lain:
a.I nventarisasi peralatan laboratorium yang ada
b. Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat – alat yang rusak , alat-alat yang dipinjam dan
alat ± alat yang dikembalikan.
c. Keluar masuk surat menyurat
d. Daftar pemakaian laboratorium, sesuai jadwal kegiatan praktikum dan penelitian
e. Daftar inventaris bahan ± bahan kimia dan non kimia, bahan ± bahan gelas
f. Daftar inventaris alat ± alat mebel lain
g. Sistem evaluasi dan pelapora
Kegiatan administrasi ini adalah kegiatan rutin dan kesinambungan karena itu perlu dipersiapkan
dan dilaksanakan secara teratur dan baik.
b. Kerapian
Letak alat pemadam harus diletakkan sedemikian sehingga bebas dari hambatan, demikian juga
lantai harus bersih dan bebas minyak, air dan material lain yang mungkin menyebabkan lantai
licin.
c. Pertolongan Pertama
Semua kecelakaan bagaimanapun ringannnya harus ditangani ditempat pertolongan pertama.
Sehingga setiap laboratorium harus memiliki kotak P3 K yang isinya selalu dikontrol.
d. Pakaian
Setiap bekerja di laboratorium harus memperhatikan pakain, misalnya jangan memakai baju
ketat, berlengan panjang dan kancing terbuka ketika bekerja dengan mesin ± mesin yang
bergerak.
f. Alat ± alat
Alat ± alat disimpan sesuai dengan kelompok atau jenis, misalnya peralatan yang menggunakan
listrik seharusnya diletakkan dekat dengan sumber listrik. Alat yang terbuat dari kaca perlu
mendapat perhatian khusus.
g. Tabung gas
Tabung ± tabung gas harus mendapat perhatian yang khusus.
Penyimpanannya ditempatkan ditempat yang sejuk dan terhindar dari tempayang panas. Kran gas
harus selalu tertutup jika tidak dipakai demikian juga dengan kran pengaturan. Alat ± alat yang
berhubungan dengan tabung gas harus memakai pengaman terhadap tekanan.
7.Organisasi Laboratorium
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, serta susunan
personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Penanggung jawab tertinggi organisasi di
laboratorium adalah Kepala Laboratorium. Anggota Laboratorium yang berada di bawah Kepala
Laboratorium harus sepenuhnya bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang dibebankan
kepadanya.
Setiap kegiatan kerja selalu diikuti dengan resiko bahaya yang dapat berakibat terjadinya
kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi pada suatu kegiatan industri merupakan hasil akhir dari
suatu aturan yang ada kondisi kerja yang tidak aman. Walaupun demikian terjadinya kecelakaan
seharusnya dapat dicegah dan diminimalisasikan, karena kecelakaan tidak dapt terjadi dengan
sendirinya. Terjadinya kecelakaan pada umumnya ditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab,
oleh karena itu terjadinya kecelakaan harus diteliti faktor-faktor penyebabnya denggan tujuan
untuk menetukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan keselatan kerja yang tepat secara
efektif dan efisien sehingga terjadinya kecelakaan dapat di cegah.
Penutup
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tujuan utama dari program keselamatan
dan kesehatan kerja adalah memberikan perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan dan
keselamatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja.. Upaya tersebut bisa dilakukan dengan
mengelola risiko yang teridentifikasi di lingkungan kerja.