Anda di halaman 1dari 137

PEDOMAN

PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN

Disusun Oleh :

TIM ASSESMEN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN


TALISAYAN
2019
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
NOMOR : 187/SK-DIR/RSUD.Talisayan/VI/2019
TENTANG
PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK RSUD
TALISAYAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN

Menimbang : a. bahwa pelayanan laboratorium klinik merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis, dengan
menetapkan penyebab penyakit, menunjang
sistem kewaspadaan dini, monitoring
pengobatan, pemeliharaan kesehatan, dan
pencegahan timbulnya penyakit;

b. bahwa laboratorium klinik perlu diselenggarakan


secara bermutu untuk mendukung upaya
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium
Klinik Yang Baik;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);

3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium
Kesehatan;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


657/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Pengiriman
dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik
dan Muatan Informasinya;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43


Tahun 2013 tentang Cara Menyelenggarakan
Laboratorium Klinik Yang Baik;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium
Klinik;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun


2019 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


028/MENKES/PER/I/2011 tentang Klinik;

2
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun


2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit:

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : Keputusan direktur rumah sakit umum daerah talisayan tentang


Pedoman Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium Patologi
Klinik RSUD Talisayan di Rumah Sakit Umum Daerah Talisayan

Kedua : Kebijakkan Pedoman Pelayanan Instalasi Laboratorium


Patologi Klinik RSUD Talisayan di Rumah Sakit Umum Daerah
Talisayan sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila


dikemudian hari ternyata terdapat kekeliuran dalam penetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Talisayan
Pada tanggal : 06 Juni 2019
Direktur RSUD Talisayan

drg. Nursyamsi
NIP. 19770201 200502 2 001

3
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

DAFTAR ISI

COVER DEPAN ………………………………………………………………….. i

SURAT KEPUTUSAN ………………………………………………............... ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1


B. Ruang Lingkup………………………………………………………...….. 2
C. Batasan Operasional ……………………………………………………. 2
D. Landasan Hukum ………………………………………………………… 4
E. Tujuan …………………………………………………………………….. 4

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ………………………………………


B. Distribusi ketenagaan ……………………………………………………
C. Pengaturan Jaga …………………………………………………………

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang ……………………………………………………………..


B. Standar Fasilitas ………………………………………………………….

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ……………………………………...

BAB IV LOGISTIK ……………………………………………………………… 33

BAB V KESELAMATAN PASIEN …………………………………………….. 39

BAB VI KESELAMATAN KERJA …………………………………………….. 44

BAB VII PENGENDALIAN MUTU …………………………………………….. 51

4
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Talisayan
Nomor 187 / SK – DIR / RSUD.Talisayan / VI / 2019 Tentang Pedoman Pelayanan
Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Talisayan

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk
mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk
menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan
pemulihan kesehatan. Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang
Baik adalah pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan dan
memantapkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium.
Setiap Laboratorium Klinik harus diselenggarakan secara baik dengan
memenuhi kriteria organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan,
spesimen, metode pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan
pelaporan. Kriteria organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan,
spesimen, metode pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan
pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ketentuan
minimal yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan Laboratorium
Klinik.
Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, beberapa kriteria dapat
tidak terpenuhi oleh Laboratorium Klinik sepanjang tidak mengurangi
mutu dan keakuratan data hasil pemeriksaan laboratorium dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Ketentuan lebih
lanjut mengenai organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan,
spesimen, metode pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan

5
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

pelaporan tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak


terpisahkan dari Peraturan Menteri Kesehatan ini.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata - rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi
yang ditetapkan.
Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan keschatan,
pencegahan dan pengobatan penyakit sertapemulihan kesehatan.
Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pcmeriksaan
laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan
dan pemantauan hasil pengobatan serta penentuan prognosis. Oleh karena itu,
hasil pemeriksaan laboratorium harus terjamin mutunya.
Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium, mutlak perlu
dilaksanakan kegiatan pemantapan mutu ( Quality Assurance ), yang
mencakup berbagai komponen kegiatan. Salah satu komponen kegiatan adalah
Praktek Laboratorium Yang Benar. Berdasarkan hal tersebut di atas, di Instalasi
Laboratorium perlu dibuat standar pelayanan yang berlaku bagi semua pihak
dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada pasien pada
umumnya dan pasien laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Talisayan.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka dalam melakukan pelayanan
laboratorium di RSUD Talisayan harus berdasarkan standar pelayanan
laboratorium RSUD Talisayan.

6
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Penyelenggaraan pelayanan Unit Laboratorium Klinik
b. Menggambarkan identitas Unit Laboratorium Klinik
c. Terwujudnya suatu pelayanan yang sistematis, akurat, efisien dan
efektif
d. Meningkatkan mutu pelayanan Unit Laboratorium Klinik
2. Tujuan Khusus
a. Memudahkan pengontrolan kinerja di Unit Laboratorium Klinik
b. Menetapkan tugas, wewenang dan tanggung jawab di Unit
Laboratorium Klinik

C. RUANG LINGKUP
Instalasi Laboratorium RSUD Talisayan melaksanakan pengukuran,
penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk
penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor
yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat di
wilayah kerja Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Talisayan.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Laboratorium
Laboratorium adalah Tempat reset ilmiah,eksperimen,pengukuran
ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk
memungkinkan dilakukannya kegiatan – kegiatan tersebut secara
terkendali.
2. Laboratorium Klinik
Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan specimen klinik untuk
mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk
menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan

7
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

pemulihan kesehatan. Laboratorium ini sering dibagi atas sejumlah


bagian :
a. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi adalah : pemeriksaan yang meliputi
beberapa pemeriksaan antara lain : Darah rutin, Hemoglobin,
hematokrit, Leukosit, Eritrosit, Hitung Jenis/Diff, Laju Endap
Darah/LED, Malaria DDR, Golongan Darah.

b. Pemeriksaan koagulasi
Pemeriksaan koagulasi adalah pemeriksaan yang meliputi:
masa pembekuan dan masa perdarahan.

c. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan Kimia adalah pemeriksaan yang mencakup
beberapa pemeriksaan antara lain :Glukosa darah, Faal Hati (SGOT,
SGPT, Bilirubin Total, Bilirubin Direct, Bilirubin Indirect ,Albumin,
Total Protein Dan Globulin), Faal Ginjal (Ureum, Creatinin, Asam
Urat), Analisa Lipid (Cholesterol Total, Trigliceryde, HDL, dan LDL)
dan Elektrolit (Natrium (Na) ,K (Kalium), Cl (Klorida), Ca (Kalsium),
ph).

d. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine adalah pemeriksaan yang mencakup
beberapa pemeriksaan yang membutuhkan bahan urine antara lain
: Urine Lengkap, Sedimen, Tes Kehamilan, dan drug monitoring.

e. Pemeriksaan Immuno-serologi
Pemeriksaan Immuno-serologi adalah : pemeriksaan yang
mencakup beberapa pemeriksaan yang memerlukan serum sebagai
bahan pemeriksaan. Adapun pemeriksaan serologi antara lain widal,
HbsAg, Anti-HIV, Anti-HCV, Anti-HBsAg, Salmonelle IgG/IgM dan
Malaria ICT.

8
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

f. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan Mikrobiologi adalah perneriksaan yang mencakup
beberapa pemeriksaan antara lain : Pengecatan BTA dan Feaces
Lengkap
3. Standar Pelayanan Laboratorium adalah sumber yang berlaku sesuai
dengan tingkat atau kelas rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan
lainnya yang menyelenggarakan pelayanan laboratorium tersebut.
4. Tenaga Profesional / Formal Laboratorium adalah tenaga yang mencakup
: dokter spesialis laboratorium ( Patologi Klinik ) dan ahli teknologi
laboratorium medis ( Analis Laboratorium ).
5. Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah tenaga kesehatan dan
ilmuan berketerampilan tinggi yang melaksanakan dan mengevaluasi
prosdur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya.
6. Tenaga Penunjang Laboratorium adalah tenaga yang mencakup : Teknisi
Alat – alat Analyzer laboratorium, paramedis, petugas administrasi
laboratorium.
7. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) adalah kumpulan instruksi, langkah
–langkah yang telah dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin
tertentu.
8. Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua
ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan
dan memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
9. Peralatan Laboratorium
Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan yang
diperlukan sesuai dengan layanan yang disediakan sekalipun tidak
digunakan secara rutin. Pada saat instalasi alat maupun saat kerja rutin,
peralatan harus diperhatikan menunjukan kemampuan atau memenuhi

9
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

kinerja yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai


untuk pemeriksaan bersangkutan.
10. Bahan Laboratorium
a. Reagent adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
b. Standar adalah zat –zat yang konsentrasi atau kemurniannya
diketahui dan diperoleh dengan cara penimbangan.
c. Bahan Kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan sehari –hari.
d. Air merupakan bahan termurah dari semua bahan yang digunakan
di laboratorium tetapi air merupakan bahanterpenting dan yang
paling sering digunakan, oleh karena itu kualitas air yang digunakan
harus memenuhi standar seperti halnya bahan lain yang digunakan
dalam analisis.
11. Spesimen merupakan bahan pemeriksaan yang berasal dari manusia.
Sedangkan sampel dapat diartikan sebagai bahan dari spesimen manusia
atau dapat berupa bahan pemeriksaan bersumber lingkungan (non klinis).
12. Metode Pemeriksaan
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring,
diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilan. Tiap tujuan
pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifitas yang berbeda –beda,
sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena setiap metode
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang berbeda –beda pula.
13. Pemantapan Mutu ( quality assurance ) laboratorium kesehatan adalah
semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan
hasil pemeriksaan laboratorium. Pemantapan Mutu terbagi menjadi 2 :
a. Pemantapan Mutu Internal ( Internal Quality Control ) adalah kegiatan
pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing –
masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau

10
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil


pemeriksaan yang tepat.
b. Pemantapan Mutu Eksternal (PME) adalah kegiatan yang
diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium
yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan
kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak
pemerintah, swasta atau internasional. Setiap laboratorium kesehatan
wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan
oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi semua bidang
pemeriksaan laboratorium.
14. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium
merupakan bagian dari pengelolaan laboratorium secara
keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan
kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal
dari manusia maupun bukan manusia. Bagi petugas laboratorium
yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi
kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke
petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk
mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang
ketat. Petugas harus memahami keamanan laboratorium dan
tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk
melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya
sesuai SOP, serta mengontrol bahan/spesimen secara baik
menurut praktik laboratorium yang benar.

15. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan Pelaporan kegiatan laboratorium diperlukan dalam
perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan
untuk peningkatan pelayanan laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus

11
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan


dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu
tindakan.

E. LANDASAN HUKUM
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 370/MENKES/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 411 / MENKES / III / 2010 tentang
Laboratorium Klinik
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/MENKES/PER/VII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
6. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

12
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pada dasarnya kegiatan Laboratorium Klinik harus dilakukan oleh


petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang
memadai, serta memperoleh/memiliki kewenangan untuk melaksanakan
kegiatan di bidang yang menjadi tugas atau tanggung jawabnya. Setiap
laboratorium harus menetapkan seorang atau sekelompok orang yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang berkaitan
dengan pemantapan mutu dan keamanan kerja. Pemenuhan kebutuhan
jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga Laboratorium Klinik dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kegiatan Laboratorium harus dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi


pendidikan dan pengalaman yang memadai serta memperoleh kewenangan
untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya. Unit
Laboratorium menetapkan petugas yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan berbagai kegiatan pelayanan Laboratorium berdasarkan standar
mutu dan keamanan kerja. Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Instalasi
Laboratorium RSUD Talisayan saat ini:

Kualifikasi Tenaga
Jabatan Sertifikasi
Formal Informal yang ada
PenanggungJa
dr. Spesialis
wab Instalasi Pelatihan SIP dan STR -
Patologi Klinik
Laboratorium
Kepala Instalasi DIII/DIV Analis
Pelatihan SIP dan STR 1
Laboratorium Kesehatan
Analis DIII/DIV Analis
Pelatihan SIP dan STR 5
Kesehatan Kesehatan
Jumlah 6

13
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Dilihat berdasarkan fungsinya, laboratorium kesehatan, yakni melakukan


pemeriksaan bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan dari manusia
yang tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan atau
masyarakat, maka kebutuhan SDM yang terbesar adalah Analis Kesehatan
sebagai tenaga teknis laboratorium
Analis Kesehatan memiliki tanggung jawab, wewenang dan hak secara
penuh dalam melaksanakan pelayanan laboratorium. Pelayanan laboratorium
yang dimaksud adalah pelayanan laboratorium secara menyeluruh meliputi
salah satu atau lebih bidang pelayanan, meliputi bidang hematologi, kimia klinik,
imunoserologi, mikrobiologi, toksikologi, kimia lingkungan, patologi anatomi
(histopatologi, sitopatologi, histokimia, imuno patologi, patologi molekuler),
biologi dan fisik

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Laboratorium yaitu:
1. Dinas Pagi
Yang bertugas dinas pagi berjumlah 2 (dua) orang yaitu: Kepala Ruangan
dan staff analis dengan rincian tugas pelaksanaan pemeriksaan
laboratorium dan administrasi serta sampling. Jam dinas jaga pagi adalah
pukul 07.30 – 14.00 WITA
2. Dinas sore
Yang bertugas sore hari sebanyak 1 (satu) orang dengan rincian
tugas pelaksanaan pemeriksaan laboratorium dan administrasi serta
samling. Jam dinas jaga sore adalah pukul 14.00 – 21.00 WITA
3. Dinas malam
Yang bertugas malam hari sebanyak 1 (satu) orang dengan rincian
tugas pelaksanaan pemeriksaan laboratorium dan administrasi serta
sampling. Jam dinas jaga sore adalah pukul 21.00 – 08.00 WITA

14
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

C. Pengaturan Jaga Pelaksana Analis


1. Pengaturan jadwal dinas pelaksana analis dibuat oleh Kepala ruangan unit
laboratorium dan disetujui serta ditandatangani oleh penanggungjawab
instalasi laboratorium.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
analis pelaksana laboratorium setiap satu bulan
3. Untuk tenaga analis yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu
maka analis tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada lembar
permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan maka permintaan disetujui).
a. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, libur dan
cuti (untuk petugas yang cuit melahirkan saja). Apabila analis yang
berdinas berhalangan sehingga tidak dapat bcrdinas sesuai jadwal yang
telah ditetapkan (terencana ), maka analis yang bersangkutan akan
mencari tenaga analis pengganti yaitu analis yang libur atau kesanggupan
tenaga analis yang lain

15
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
a. Lokasi
Dalam Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit yang
diterbitkan oleh departemen Kesehatan RI tahun 1998 dinyatakan ―Instalasi
rumah sakit merupakan salah satu instalasi rumah sakit yang bukan saja
memberikan pelayanan untuk penderita rawat inap, tetapi juga penderita
rawat jalan dan rujukan. Karena itu laboratorium rumah sakit sebaiknya
terletak di daerah yang mudah dijangkau dari dalam maupun dari luar rumah
sakit. Secara khusus bagian dari laboratorium yang melayani gawat darurat
(lab cito) dan bank darah hendaknya terletak tidak jauh dari unit gawat
darurat dan laboratorium induk, jadi merupakan satu kelompok laboratorium.

b. Ruangan
Semua ruangan terutama yang digunakan untuk pemeriksaan spesimen
perlu mempunyai ventilasi yang baik dan mendapat sinar matahari yang
cukup. Ruang penerimaan spesimen dan pengambilan specimen sebaiknya
terpisah dari ruang pemeriksaan untuk mencegah kontaminasi, terutama
ruang pemeriksaan mikrobiologi. Menurut fungsinya, ruang-ruang dibagi
dalam:
1. Ruang pendaftaran
2. Ruang pemeriksaan
3. Ruang administrasi/pengolahan hasil
Untuk memudahkan pengawasan, ruang pemeriksaan dibagi menurut teknik
pemeriksaan atau sesuai dengan disiplin ilmu Patologi, yaitu:
1. Ruang Hematologi, Kimia Klinik dan Imunologi
2. Ruang Sekresi Ekskresi (Urine dan Feces)
3. Ruang Mikrobiologi

16
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Ruangan yang tidak kalah pentingnya adalah ruang penunjang seperti:


ruang penyimpanan bahan kimia/reagensia yang memenuhi persyaratan
keselamatan kerja dan persyaratan penyimpanan reagensia itu sendiri
antara lain ruang dingin atau lemari pendingin untuk penyimpanan reagensia
tertentu, WC serta tempat pembuangan sisa-sisa bahan pemeriksaan
(wastedisposal).

c. Denah Laboratorium Rumah Sakit Umum Talisayan


Keterangan:

A. Meja Administrasi J. Safety Box


B. Lemari K. Sampah Medis
C. Meja Kecil L. Sampah Non Medis
D. Loket Pendaftaran Laboratorium M. Kulkas Reagen
E. Telepon Ruangan N. Telepon Ruangan
F. Pintu Masuk Ruang Depan O. Meja Pemeriksaan
G. Loket Pengambilan Hasil P. Spoel Hoek
H. Meja Kecil Q. Meja
I. Meja Sampling

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas penunjang secara umum meliputi:
a. tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah, jumlah sesuai
dengan kebutuhan.
b. penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
c. keselamatan dan keamanan kerja.
d. ventilasi: 1/3 x luas lantai atau AC 1 PK / 20m2 yang
disertai dengan sistem pertukaran udara yang cukup.
e. penerangan harus cukup (1000 lux di ruang kerja, 1000-1500
lux untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan sinar
harus berasal dari kanan belakang petugas).

17
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

f. air bersih, mengalir, jernih, dapat menggunakan air PDAM


atau air bersih yang memenuhi syarat. Sekurang-kurangnya
20 liter/karyawan/hari.
g. listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan
stabil, kapasitas harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan
frekuensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Keamanan
dan pengamanan jaringan instalasi listrik terjamin, harus
tersedia grounding/arde. Harus tersedia cadangan listrik
(Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.
h. tersedia ruang makan yang terpisah dari ruang
pemeriksaan laboratorium.
2. Persyaratan fasilitas kamar mandi/WC secara umum sebagai
berikut:
a. harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
b. lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin,
berwarna terang dan mudah dibersihkan.
c. pembuangan air limbah dari dilengkapi dengan penahan bau
(water seal).
d. letak Kamar mandi/WC tidak berhubungan langsung dengan
dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya.
e. lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara
luar.
f. kamar mandi/WC pria dan wanita harus terpisah.
g. Kamar mandi/WC karyawan harus terpisah dengan Kamar
mandi/WC pasien.
h. Kamar mandi / WC pasien harus terletak di tempat
yang mudah terjangkau dan ada petunjuk arah
i. harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk
memelihara kebersihan.
j. tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.

18
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

3. Tata Ruang dan Fasilitas Laboratorium


a. Ruangan laboratorium
1. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah
dibersihkan.
2. Pertemuan antara dua dinding dibuat melengkung.
3. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air. Juga tahan
asam, alkali, larutan organik dan panas yang sedang.
Tepi meja dibuat melengkung.
4. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga
mudah dibersihkan.
5. Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan
laboratorium.
6. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dalam setiap
ruangan laboratorium dekat pintu keluar.
7. Pintu laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan label
keluar, alat penutup pintu otomatis dan diberi label
bahaya infeksi (biohazard).
8. Denah ruang laboratorium yang lengkap (termasuk
letak telepon, alat pemadam kebakaran, pintu keluar
darurat) digantungkan di beberapa tempat yang mudah
terlihat.
9. Tempat sampah kertas, sarung tangan karet/plastik, dan
tabung plastik harus dipisahkan dari tempat sampah
gelas/kaca/botol.
10. Tersedia ruang ganti pakaian, ruang makan/minum dan
kamar kecil.
11. Tanaman hias dan hewan peliharaan tidak diperbolehkan
berada diruang kerja laboratorium.

19
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

b. Koridor, gang, lantai dan tangga


1. Koridor, tangga dan gang harus bebas dari halangan.
2. Penerangan di koridor dan gang cukup.
3. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin.
4. Tangga yang memiliki lebih dari 4 anak tangga dilengkapi
dengan pegangan tangan.
5. Permukaan anak tangga rata dan tidak licin.
c. Sistem Ventilasi
1. Ventilasi laboratorium harus cukup.
2. Jendela laboratorium dapat dibuka dan dilengkapi kawat
anti nyamuk/lalat.
3. Udara dalam ruangan laboratorium dibuat mengalir
searah.

20
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Registrasi (pendaftaran)
Register adalah proses dimana pasien melakukan proses pendaftaran
untuk melakukan pengambilan darah. Beberapa hal yang harus dicatat dalam
buku registrasi laboratorium, antara lain: nama pasien, tanggal lahir pasien,
nomor rekam medis, nomor register laboratorium, tanggal permintaan
pemeriksaan, asal ruangan yang meminta, nama dokter pengirim permintaan,
jenis kelamin, diagnose klinis, checklist jenis pemeriksaaan dan tanda tangan
dokter pengirim.

1. Pasien rawat jalan


Pasien rawat jalan membawa blangko permintaan pemeriksaan
laboratorium. Petugas administrasi melakukan Registrasi sesuai dengan
jenis pemeriksaan yang diminta oleh dokter pada formulir permintaan
pemeriksaan Laboratorium. Respon time tercatat setelah proses
pengambilan darah dimeja sampling, sampai dengan validasi hasil
pemeriksaan. Setelah pengambilan darah pasien diberikan Kartu kendali
pelayanan untuk dibawa ke bagian kasir di loket pendaftaran dan dibawa
kembali ke laboratorium untuk pengambilan hasil laboratorium.

2. Pasien IGD/VK Bersalin


Petugas ruangan menelepon petugas ruangan laboratorium dengan
memberitahukan bahwa ada permintaan dengan jenis pemeriksaan yang
akan disebutkan dari formulir pemeriksaan yang telah diisi oleh dokter
pengirim permintaan. Kemudian petugas laboratorium yang menerima
telepon memberitahukan kepada petugas sampling bahwa ada
permintaan pemeriksaan diruangan yang meminta dan petugas sampling
pun langsung menuju ruangan yang meminta dan melakukan sampling
keruangan.

21
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

3. Pasien rawat inap


Petugas perawat membawa lembar formulir pemeriksaan yang sudah
ditanda tangani oleh dokter yang meminta permintaan keruang
laboratorium. Kemudian petugas adminstrasi laboratorium melakukan
registrasi dengan memasukan data-data pasien dan setelah didata
petugas administrasi memberikan kepetugas sampling selanjutnya
petugas sampling melakukan sampling keruangan yang meminta.
4. Pasien CITO
Perawat/dokter Rawat inap menghubungi petugas di ruang
laboratorium dengan menggunakan telepon. Petugas Laboratorium
keruangan yang meminta permintaan pemeriksaan kemudian melakukan
pengambilan Darah sesuai pemeriksaan yang tercantum dalam formulir
laboratorium atau sesuai dengan permintaan dokter.

B. Pengelolaan Spesimen
Beberapa contoh pengolahan spesimen seperti tercantum dibawah ini:

1. Darah (Whole Blood)


Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah
berisikan antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi
dengan cara membolak-balik tabung kira-kira 10-12 kali secara
perlahan-lahan dan merata.

2. Serum
a. Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar
selama 20-30 menit, kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5-
15 menit.
b. Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2
jam setelah pengambilan spesimen.
c. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah
dan keruh (lipemik).

22
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

3. Plasma
a. Kocok darah EDTA atau sitrat dengan segera secara pelan-
pelan.
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen.
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (lipemik).
4. Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak perlu ada perlakuan khusus,
kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam,
sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu dengan cara:

a. Wadah urin digoyangkan agar memperoleh


sampel yang tercampur (homogen).
b. Masukkan ±15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.
c. Putar urin selama 5 menit pada 1500-2000 rpm.
d. Buang supernatannya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen.
e. Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin
untuk menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas
strukturnya.
5. Dahak
a. Masukkan dahak ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4 %
sama banyak.
b. Kocok dengan baik.
c. Inkubasi pada suhu kamar (25 -30°C) selama 15 -20 menit
dengan pengocokan teratur tiap 5 menit.
d. Sentrifus tabung dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit.
e. Buang supernatan ke dalam larutan lysol.
f. Ambil endapannya untuk dilakukan pemeriksaan.

23
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

C. Jenis Pengolahan Spesimen


1. Permintaan Pemeriksaan
2. Pengambilan, Pengumpulan, dan Identifikasi Specimen
a. Pengambilan
1. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi
syarat- syarat:
a) bersih.
b) kering.
c) tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
d) terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada
pada spesimen.
e) mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya.
f) pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus
menggunakan peralatan yang steril. Pengambilan
spesimen yang bersifat invasif harus menggunakan
peralatan yang steril dan sekali pakai buang.
2. Wadah
a) Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
b) terbuat dari gelas atau plastik.
c) tidak bocor atau tidak merembes.
d) harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.
e) besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen.
f) bersih.
g) kering.
h) tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen.
i) tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
j) untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah
rusak atau terurai karena pengaruh sinar matahari,
maka perlu digunakan botol berwarna coklat (inaktinis).

24
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

k) untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman,


wadah harus steril. Untuk wadah specimen urin,
dahak, tinja sebaiknya menggunakan wadah yang
bermulut lebar.
3. Antikoagulan dan Pengawet
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk
mencegah sampel darah membeku. Pengawet adalah zat
kimia yang ditambahkan ke dalam sampel agar analit yang
akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan jumlahnya
untuk kurun waktu tertentu.
Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan
berupa bahan pengawet atau antikoagulan. Beberapa
contoh penggunaan antikoagulan/pengawet yang
digunakan untuk spesimen dapat dilihat pada tabel 7.
Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan tambahan
yang dipakai harus memenuhi persyaratan yaitu tidak
mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan
diperiksa.
4. Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada
pagi hari, terutama untuk pemeriksaan kimia klinik,
hematologi, dan imunologi karena umumnya nilai normal
ditetapkan pada keadaan basal. Namun ada beberapa
pemeriksaan yang waktu pengambilan spesimennya harus
disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi
harian, misalnya:

25
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

a) Demam tifoid
Untuk pemeriksaan biakan darah, paling baik dilakukan
pada minggu I atau II sakit, sedangkan biakan urin atau
tinja dilakukan pada minggu II atau III.
b) Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut
dan penyembuhan.
c) Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman.
Spesimen harus diambil sebelum pemberian antibiotika.
d) Pemeriksaan Gonorrhoe
Untuk menemukan kuman gonorrhoe, pengambilan
sekret uretra sebaiknya dilakukan 2 jam setelah buang
air kecil yang terakhir.
e) Pemeriksaan mikrofilaria
Untuk menemukan parasit mikrofilaria dalam darah,
pengambilan darah sebaiknya dilakukan pada waktu
malam (antara jam 20-23).
f) Pemeriksaan tuberculosis
Dahak diambil pada pagi hari segera setelah pasien
bangun tidur memungkinkan ditemukan kuman M
tuberkulosis lebih besar dibandingkan dengan dahak
sewaktu.
g) Pemeriksaan narkoba
Pemeriksaan darah dan urin untuk deteksi morfin,ganja
dan lain-lain dipengaruhi oleh waktu /lama sejak
mengonsumsi.

26
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

5. Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih
dahulu lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis
pemeriksaan yang diminta, misalnya:
a) Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan
darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah
siku. Spesimen darah arteri umumnya diambil dari arteri
radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di
daerah lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari
ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan bagian
tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak
kaki atau cuping telinga pada bayi. Tempat yang dipilih
tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah
seperti "cyanosis" atau pucat dan pengambilan tidak
boleh di lengan yang sedang terpasang infus.
b) Spesimen untuk pemeriksaan biakan, harus diambil di
tempat yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah
dan cairan otak. Lokasi pengambilan darah untuk
pemeriksaan:
1) mikrofilaria: sampel diambil dari darah
kapiler (jari tangan). atau darah vena dengan anti
koagulan.
2) gas darah: sampel berupa darah heparin yang
diambil dari pembuluh arteri.
6. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili
objek yang diperiksa. Volume spesimen yang dibutuhkan
untuk beberapa pemeriksaan spesimen dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

27
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Tabel 2. Beberapa spesimen dengan jenis antikoagulan/pengawet dan


wadah yang dipakai untuk pemeriksaan laboratorium dengan stabilitasnya

Jenis Spesimen Antikoagulan/ Wadah Stabilitas


Pemeriksaan Pengawet

Jenis Jumlah

HEMATOLOGI
Hematokrit Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 G/P Suhu kamar (6
mg/ml darah jam)

LED Westergren Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 G/P Suhu kamar (2


mg/ml darah jam)

Lekosit,hitung Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 G/P Suhu kamar (2


jumlah mg/ml darah jam)

Trombosit Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1 -1,5 G/P Suhu kamar (2


mg/ml darah jam)

Masa pendarahan Darah 4 ml Segera diperiksa


dan masa
pembekua
n
KIMIA KLINIK

Gula darah Darah 2 ml NaF-Oksalat 4,5 G/P 20-25°C (3 hari)


mg/ml darah 4°C (7 hari)
-20°C (3 bulan)
Serum 2 ml G/P
2-8°C (12 jam)
Kolesterol Serum 1 ml - G/P 20-25°C (6 hari)
4°C (6 hari)
-20°C (6 bulan)
Bilirubin Serum 1 ml - G/P Segera mungkin

Asam urat Serum 1 ml - G/P 20-25°C (5 hari)


4°C (5 hari)
-20°C (6 bulan)
Protein total Serum 1 ml - G/P 20-25°C (6 hari)
4°C (6 hari)
-20°C (10 hari)

28
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Jenis
Spesimen Antikoagulan Wadah Stabilitas
Pemeriksaan

Jenis Jumlah
Na, K, Cl Serum 1 ml - G/P 20-25°C (14 hari) 4°C
(14 hari)
Kreatinin Serum 1 ml - G/P 4°C (24 jam)
-20°C (8 bulan)
GOT Serum 1 ml - G/P 20-25°C (> 3 hari
Aktivitas turun 10%)
4°C (>3 hari
Aktivitas turun 8%)
-20°C (7 hari)
GPT Serum 1 ml - G/P
20-25°C (> 3 hari

SEROLOGI

Widal Serum 2ml G/P

2 -8°C (2 -3 hari),
HBsAg Serum 2ml - G/P
Freezer compartment
(1 bulan),
Anti HBs Serum 2ml - Deep freezer -20°C
G/P (6 bulan, tidak boleh
gelas)
Anti HIV Serum 2ml -
G/P

Air bersih Air 1000 ml Suhu kamar (segera)

URINALISA

Pemeriksaan Urin Toluen G/P 4jam


urin 24 Jam 2-5 ml/urin 24 jam
Protein, Urin 5ml - P 20-25°C (4 hari)
penetapa
n
kuantitatif

29
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Jenis
Spesimen Antikoagulan Wadah Stabilitas
Pemeriksaan

Jenis Jumlah
Urin rutin (pH, BJ, Urin pagi 15ml G/P Suhu kamar (1
protein, glukosa, jam) 4-8°C (1
urobilinogen, hari)
bilirubin, keton
Sedimen Urin Urin pagi 10ml - G/P Suhu kamar (1 jam)
4-8°C
Kehamilan Urin pagi 5ml - G/P Suhu kamar
(segera) 4-8°C (2
hari)
PARASITOLOGI
DAN
MIKROBIOLOGI
Malaria Darah 2 tetes - G Secepatnya
segar kapiler
(tetes
tebal-
tetes
tipis)
Keterangan:
P : Plastik (polietilen atau sederajat)
G : Gelas
T : Tabung reaksi
Volume : untuk jenis pemeriksaan lebih dari satu volume
spesimen disesuaikan dengan kebutuhan.

30
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

7. Teknik
Pengambilan specimen harus dilaksanakan dengan cara yang
benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang
sebenarnya.
Teknik pengambilan untuk beberapa spesimen yang sering
diperiksa.
a) Darah Vena (dengan cara plebotomi/menggunakan
tabung vakum)
1) Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi
lengan pasien harus lurus, jangan membengkokkan
siku. Pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas.
2) Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3) Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku
4) Pilih bagian vena mediana cubiti
5) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil
darahnya dengan alkohol 70% dan biarkan kering
untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa
terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan
dipegang lagi.
6) Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum
menghadap ke atas dengan sudut kemiringan antara
jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung vakum
sehingga darah terisap ke dalam tabung. Bila jarum
berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk
dalam semprit. Selanjutnya lepas torniquet dan
pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
7) Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai
selesai. Apabila dibutuhkan darah dengan
antikoagulan yang berbeda dan volume yang lebih
banyak, digunakan tabung vakum yang lain.

31
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

8) Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada


bekas tusukan untuk menekan bagian tersebut selama
± 2 menit. Setelah darah berhenti, plester bagian ini
selama ± 15 menit.
9) Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang
lebih 5 kali agar bercampur dengan antikoagulan

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena:

1) Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras


sehingga mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi.
2) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
3) Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh,
sehingga mengakibatkan masuknya udara ke dalam
tabung dan merusak sel darah merah.
4) Mengocok tabung vakum dapat mengakibatkan hemolisis.
a) Darah kapiler
1) Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol
70 % dan biarkan sampai kering lagi.
2) Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan
tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3) Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada
jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis
sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu. Pada daun
telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya.Tusukan
harus cukup dalam supaya darah mudah keluar,
jangan menekan-nekan jari atau telinga untuk
mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar
semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan
sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan
dalam pemeriksaan.

32
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

4) Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan


memakai segumpal kapas kering, tetes darah
berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler:

1) Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan


adanya gangguan peredaran darah seperti vasokontriksi
(pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti
atau cyanosis setempat.
2) Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus
diperas-peras keluar.
3) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja
darah itu diencerkan, tetapi darah juga melebar di atas
kulit sehingga sitkar diisap ke dalam pipet.
4) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
5) Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat
bekerja.
b) Urin
1) Pada wanita
a. Pada pengambilan spesimen urin porsi
tengah yang dilakukan oleh penderita sendiri,
sebelumnya harus
b. diberikan penjelasan sebagai berikut:
c. Penderita harus mencuci tangan memakai
sabun kemudian dikeringkan dengan handuk.
d. Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan
satu tangan.
e. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa
steril dengan arah dari depan ke belakang.

33
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

f. Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan


kasa steril yang lain,
g. Selama proses ini berlangsung, keluarkan urin,
aliran urin yang pertama keluar dibuang. Aliran
urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang
sudah disediakan.
h. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
i. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin
habis.
j. Wadah ditutup rapat dan segera
dikirimkan ke laboratorium.
2) Pada laki-laki
a. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun.
b. Jika tidak disunat tarik kulit preputium ke belakang,
keluarkan urin, aliran yang pertama keluar
dibuang, aliran urin selanjutnya ditampung dalam
wadah yang sudah disediakan. Hindari urin
mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin
selesai sebelum aliran urin habis.
c. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim
ke laboratorium.
3) Pada bayi dan anak-anak
a. Penderita sebelumnya diberi minum untuk
memudahkan buang air kecil.
b. Bersihkan alat genital seperti yang telah
diterangkan di atas.
c. Pengambilan urin dilakukan dengan cara:
1. Anak duduk di pangkuan perawat.
2. Pengaruhi anak untuk mengeluarkan urin,
tampung urin dalam wadah atau kantung
plastik steril.

34
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

3. Bayi dipasang kantung penampung urin pada


alat genital.

c) Urin Kateter
1) Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 % pada bagian
selang kateter yang terbuat dari karet (jangan bagian
yang terbuat dari plastik).
2) Aspirasi urin dengan menggunakan samprit sebanyak
kurang lebih 10 ml.
3) Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
4) Kirimkan segera ke laboratorium.
d) Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari
defekasi spontan (tanpa bantuan obat pencahar), jika
pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja
diambil dari rektum dengan cara colok dubur.
e) Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan
tindakan yang akan dilakukan, dan dijelaskan perbedaan
dahak dengan ludah.Bila pasien mengalami kesulitan
mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya
diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril
guayakolat 200 mg.
1) Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta
untuk berkumur dengan air.
2) Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
3) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
4) Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali
kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan batuk
yang kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.

35
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

5) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di


dalam wadah, dengan cara mendekatkan wadah ke
mulut.
6) Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik
akan tampak kental purulen dengan volume cukup (3-
5 ml).
7) Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium.

b. Identifikasi
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan
hal yang penting, baik pada saat pengisian surat
pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran,
pengisian label wadah spesimen. Pada surat
pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan specimen
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,
alamat/ruang) termasuk rekam medik.
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
5. Nomor laboratorium
6. Diagnosis/keterangan klinik
7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9. Jenis specimen
10. Lokasi pengambilan spesime
11. Volume specimen
12. Transpor media/pengawet yang digunakan
13. Nama pengambil specimen
14. Informed concern

36
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke


laboratorium harus memuat:
1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Nama dan nomor Pasien
3. Jenis specimen

3. Pengiriman, dan Pengawetan Specimen


a) Pengiriman
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk),
sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk
itu perlu diperhatikanpersyaratan pengiriman spesimen
antara lain:
1) Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas
spesimen.
2) Tidak terkena sinar matahari langsung.
3) Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja
laboratorium termasuk pemberian label yang bertuliskan
"Bahan Pemeriksaan Infeksius" atau "Bahan Pemeriksaan
Berbahaya".
4) Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
5) Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan
mikrobiologi.

37
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

4. Penerimaan, Penyimpanan, dan Telusur Specimen


a. Penerimaan
1. Penerima specimen
a) Laboratorium harus mempunyai loket khusus untuk
penerimaan spesimen. Jika jumlah spesimen tidak
banyak, maka penerimaan spesimen dapat dilakukan
pada meja khusus di dalam laboratorium.
b) Spesimen harus ditempatkan dalam wadah yang
tertutup rapat untuk mencegah tumpahnya /bocornya
specimen
c) Wadah harus dapat didisinfeksi atau diotoklaf.
d) Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
e) Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
f) Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari
logam atau plastik yang dapat didisinfeksi atau
diotoklaf ulang.
g) Baki harus didisinfeksi/diotoklaf secara teratur setiap
hari.
h) Jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam
posisi berdiri.
2. Petugas penerima spesimen
a) Semua petugas penerima spesimen harus
mengenakan jas laboratorium.
b) Semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani
dengan hati-hati.
c) Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan
disinfektan setiap hari.
d) Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label.
e) Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja.
f) Cuci tangan dengan sabun/disinfektan setiap selesai
bekerja dengan spesimen.

38
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

g) Tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh


barang apapun yang terdapat pada meja dimana
spesimen tersimpan.
h) Petugas pembawa spesimen dalam laboratorum
i) Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada
bagian depan saat membawa spesimen.
j) Membawa spesimen dengan baki rak khusus.
k) Jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, baki
didekontaminasi dan sisa spesimen diotoklaf.
l) Lapor pada petugas/tim K3 laboratorium jika terluka
pada saat bekerja.
b. Penyimpanan
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa,
karena stabilitas spesimen dapat berubah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain:
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
c. Terjadi penguapan.
d. Pengaruh suhu.
e. Terkena paparan sinar matahari.

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat


disimpan dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang
akan diperiksa. Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen
untuk beberapa pemeriksaan laboratorium harus
memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet dan
wadah serta stabilitasnya.(terlihat pada tabel 7). Beberapa
cara penyimpanan spesimen:

a. Disimpan pada suhu kamar.


b. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2 -8°C.

39
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

c. Dibekukan suhu -20°C, -70°C atau -120°C


(jangan sampai terjadi beku ulang).
d. Dapat diberikan bahan pengawet.
e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam
bentuk serum atau lisat.
c. Pembuangan
Simpan semua spesimen sesuai dengan nomor urut, tanggal dan
hari serta bulan penyimpanan.
1. Serum
Disimpan selama 24 jam pada suhu ruang, setelah itu dibuang.
2. Darah EDTA
Sisa sampel darah EDTA disimpan selama 24 jam pada suhu
ruang, setelah itu dibuang.
3. Urine
Sisa sampel urin langsung dibuang pada shift bersangkutan
4. Feces
Sisa sampel feces langsung dibuang pada shift bersangkutan
5. Sputum
Sisa sampel Sputum langsung dibuang pada shift bersangkutan

D. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode
yaitu:
1. Tujuan pemeriksaan
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring,
diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilans. Tiap tujuan
pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-
beda, sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena setiap
metode mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-beda
pula.

40
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

2. Sensitivitas
Dikenal sensitivitas klinis dan sensitivitas analitik. Sensitivitas klinik
adalah persentase hasil positif sejati di antara pasien-pasien yang
berpenyakit.
Sensitivitas klinis = Positivitas di antara yang berpenyakit

Positif sejati
x 100%
Positif sejati + Negatif palsu

Sensitivitas yang baik adalah yang mendekati 100%. Sensitivitas


analitik sering kali diartikan sebagai batas deteksi, yaitu kadar
terendah dari suatu analit yang dapat dideteksi oleh suatu metode.
Pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi terutama dipersyaratkan pada
pemeriksaan untuk tujuan skrining.

3. Spesifisitas
Dikenai spesifisitas klinis dan spesifisitas analitik. Spesifisitas klinis
adalah persentase hasil negatif sejati di antara pasien-pasien yang
sehat.

Spesifisitas klinis = Negativitas di antara yang sehat

Negatif sejati
x 100 %
Negatif sejati + Positif palsu

Spesifisitas yang baik adalah yang mendekati 100%. Spesifisitas


analitik berkaitan dengan kemampuan dan akurasi suatu metode
untuk memeriksa suatu analit tanpa dipengaruhi zat-zat lain.
Sensitivitas 100% jarang diikuti dengan Spesifisitas 100% dan
sebaliknya. Metode yang baik adalah metode yang memberikan

41
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

sensitivitas dan spesifisitas setinggi mungkin. Tidak ada satupun


metode yang bebas dari positif palsu atau negatif palsu.

4. Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan


Mengingat hasil pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan dalam
pengambilan keputusan, maka waktu pemeriksaan yang diperlukan
sampai diperolehnya hasil untuk berbagai metode perlu
dipertimbangkan.
Misalnya pasien di unit gawat darurat memerlukan metode
pemeriksaan yang dapat memberikan hasil yang cepat untuk
keperluan diagnostik dan pengobatan.
5. Rekomendasi resmi
Berbagai metode pemeriksaan laboratorium dapat dipilih berdasarkan
rekomendasi dari suatu lembaga/badan yang diakui atau organisasi
profesi, antara lain:
a) WHO (World Health Organization)
b) IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)
c) NCCLS (National Committee for Clinical Laboratory Standards)
d) ICSH (International Committee for Standarisation in Hematology)

E. Evaluasi
Metode yang telah digunakan perlu dikaji ulang secara periodik
mengingat.
1. llmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari
waktu ke waktu.
2. Untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki
makna klinis sebagaimana dibutuhkan.

F. Nilai Rujukan (Nilai Rentang)


Nilai rujukan (nilai rentang) masing-masing parameter pemeriksaan di Instalasi
laboratorium meliputi:
1. Ditentukan oleh Kepala Instalasi Laboratorium

42
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

2. Nilai rujukan berdasarkan referensi alat/metode dan dari perhimpunan


dokter spesialis patologi klinik
3. Nilai rujukan berdasarkan umur dan jenis kelamin
4. Nilai rujukan dicantumkan dalam lembar hasil pemeriksaan
5. Apabila memungkinkan rujukan dapat diubah sesuai situasi dan kondisi
yang ada.
a. Nilai rentang pemeriksaan elektrolit
Parameter Nilai Range Unit
K 3,5 - 5,5 mmol/L
Na 135 - 145 mmol/L
Cl 96 - 106 mmol/L
iCa 1,1 - 1,35 mmol/L
pH 7,35 - 7,45

b. Nilai rentang pemeriksaan multi drug

Parameter Nilai Range Unit

Cocaine (COC) Negatif


Amphetamine (AMP) Negatif
Methampetamine (MET) Negatif
Morphin (MOP) Negatif
Tetrahydrocannabinol (THC) Negatif
Benzodizepine (BZO) Negatif

43
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

c. Nilai rentang pemeriksaan urinalisa dan mikrobiologi


Parameter Nilai Range Unit

# MAKROSKOPIK
Warna
Kekeruhan
Bau
# Kimia
Berat Jenis 1,001 - 1,035
pH 4,6 - 8,0
Leukosit
Nitrit
Protein mg/dL
Glukosa < 25 mg/dL
Keton <5 mg/dL
Urobilinogen <1 mg/dL
Bilirubin < 0,5
Darah / Hb
# Sedimen
Eritrosit 0-2 / Lpb
Leukosit <5 / Lpb
Kristal / Lpb
Bakteri / Lpb
Epithel / Lpk
Silinder / Lpb
Pregnancy Test

Bakteriologi (BTA)
Pagi Negatif
Sewaktu Negatif

44
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

d. Nilai rentang pemeriksaan kimia klinik dan immnuo-serologi


Parameter Nilai Range Unit

Kimia Darah
# Karbohidrat
Gula Darah Sewaktu 75 - 115 mg/dL
Gula Darah Puasa < 125 mg/dL
Gula Darah 2JPP < 120 mg/dL
# Lemak
Cholesterol Total 150 - 220 mg/dL
HDL Cholesterol 35 - 55 mg/dL
LDL Cholesterol < 150 mg/dL
Trigliserida < 150 g/dL
# Faal Ginjal
Ureum 20 - 40 mg/dL
Creatinin L : 0,7 - 1,1 / P : 0,6 - mg/dL
0,9
Asam Urat L : 3,4 - 7,0 / P : 2,4 - mg/dL
5,7
# Faal Hati
Bilirubin Total 0,3 - 1,0 mg/dL
Bilirubin Direct 0,1 - 0,3 mg/dL
Bilirubin Indirect
SGOT 0 - 35 U/L
SGPT 1 - 35 U/L
Protein Total 6,1 - 8,2 g/dL
Albumin 3,2 -,5,2 g/dL
Globulin 1,2 - 2,0 g/dL
Malaria DDR Negatif
Stadium
Hbs Ag Non Reaktif
HIV Non Reaktif
Malaria ICT p.f/p.v Negatif
Anti DengueI IgG/IgM Negatif

45
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

e. Nilai rentang pemeriksaan feses


Parameter Nilai Range Unit

# MAKROSKOPIK
Warna
Bau
Konsistensi
Lendir Negatif
Darah Samar Negatif
Pus / Sisa Makanan Negatif
# MIKROSKOPIK
Eritrosit 0-2 / Lpb
Leukosit <5 / Lpb
Epithel / Lpb
Sisa Makanan / Lpb
Telur Cacing / Lpb

46
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

f. Nilai rentang pemeriksan hematologi


Parameter Range Unit
Hemoglobin (Hb) P:12 - 14
g/dl
L: 13 - 16
Eritrosit (RBC) 4.00 – 5.50 106/ul
Leukosit (WBC) 4.50 – 10.0 103/ul
Jenis Leukosit (Diffcount)
Granulosit 42.0 – 85.0
Limpost 11.0 – 49.0 %
Monosit 0.00 – 11.2
Trombosit (PLT) 150 - 400 103/ul
Hematokrit (KCT) 32.1 – 56.0 %
Mcv 71.0 – 100 fl
Mch 27.0 – 31.0 pg
Mchc 31.0 – 37.0 g/dl
RDWc 10.0 – 19.7 %
RDWs fl
PCT 0.11 – 1.06 %
MPV 5.00 – 11.5 fl
PDWc 12.0 – 37.0 %
PDWs fl

47
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

G. Nilai Kritis
Nilai kritis ditentukan dengan cara:
1. Kepala Instalasi Laboratorium menentukan parameter nilai kritis sesuai
referensi
2. Diadakan pertemuan dengan komite medis untuk mencari kesepakatan
nilai kritis
3. Hasil nilai kritis di ketahui oleh direktur
4. Diadakan sosialisasi berkaitan nilai kritis kepada analis, medis, dan
perawat
5. Nilai kritis dilaporkan dari petugas analis kepada petugas jaga ruangan
yang meminta untuk dilaporkan pada dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) ±30 (bukan DPJP)

a. Pemeriksaan Elektrolit
Jenis Nilai Kritis
No Umur Satuan
Pemeriksaan Rendah Tinggi
1. Calsium Semua mmol/L < 0,8 > 1,54
2. Chlorida Semua mmol/L < 76 > 125
Kalium Anak 0 – 15
< 3,0 > 6,0
3. Th mmol/L
Dewasa <2,8 > 6,5
4. Natrium Semua mmol/L < 125 > 150
5. pH Semua Unit < 7,35 > 7,45

48
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

b. Pemeriksaan Hematologi Dan Koagulasi


Jenis Nilai Kritis
No Umur Satuan
Pemeriksaan Rendah Tinggi
Hemoglobin New Born < 10
1. Anak - Anak <6 > 20
g/dl
Dewasa > 16 (wanita); 18
<6
(pria)
Hematokrit New Born < 30 > 60
2. %
Dewasa < 20 > 60
Leukosit Neonatus < 5.0
ul (10^3)
3.
Dewasa < 2.0
> 30.0 (10^3)
(10^3)
Trombosit Semua < 50
4. ul > 1000 (10^3)
(10^3)
Bleeding Semua Tidak
4. Menit > 15 menit
Time (BT) Ada

c. Pemeriksaan Kimia Klinik Dan Urin


Jenis Nilai Kritis
No Umur Satuan
Pemeriksaan Rendah Tinggi
Glukosa Darah Neonatus < 45 > 325
1. Anak – Anak < 40 > 170
mg/dl
Dewasa < 50 > 300
2. Ureum Dewasa mg/dl <8 > 50
3. Kreatinin Dewasa mg/dl Tidak Ada > 5,5
4. SGOT / SGPT Dewasa U/L Tidak Ada > 125
Bilirubin Total Neonatus
5.
Anak - Anak mmol/L Tidak Ada > 15
Dewasa
6. Protein Urin Dewasa mg/dl Tidak Ada >2+

d. Pemeriksaan Imunoserologi
Jenis Nilai Kritis
No Umur Satuan
Pemeriksaan Rendah Tinggi
1. HBsAg Semua Tidak Ada Reaktif

49
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

H. Prosedur Verifikasi Sampel dan Hasil Laboratorium


1. Verifikasi Pra Analitik
a. Sampel tidak sesuai : Dilakukan pengambilan sampel ulang
b. Sampel sesuai : Petugas laboratorium melakukan Input data pasien
pada buku Register Laboratorium
2. Verifikasi Analitik
a. Melakukan preparasi sampel
b. Sampel tidak sesuai Dilakukan pengambilan sarnpel ulang
c. Sampel sesuai Dilanjutkan proses analitik akhir melakukan
pemeriksaan sampel ke alat laboratorium

3. Verifikasi Pasca Analitik


a. Verifikasi hasil akhir laboratorium diparaf oleh
analis.

I. Pananganan Limbah
Laboratorium menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan
gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengelolaan
limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak
negatif.
1. Sumber, Sifat dan bentuk limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber yaitu:
a. Bahan baku yang sudah kadaluarsa
b. Bahan habis pakai (contoh: Handscoon, Masker, Spuit)
c. Produk proses di dalam laboratorium (contoh: Sisa specimen)
d. Produk upaya penanganan limbah (contoh: Jarum suntik sekali
pakai)

50
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Penanganan limbah ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan


menjadi:
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah infeksius
c. Limbah radioaktif
d. Limbah umum
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi label sesuai
peraturan yang ada. Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa;
a. Limbah cair
Yaitu pelarut organik, bahan kimia untuk penguji, air bekas
pencucian alat, sisa sepsimen (darah dan cairan tubuh lainnya
b. Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol
specimen, kemasan reagen, sisa spesimen (ekskreta) dan medium
pembiakan.
c. Limbah gas
Dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen
oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa)

J. Penanganan dan penampungan


1. Penanganan
Prinsip pengelolaan limbah adalah pemisahan dan
pengurangan volume. Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah-
pilah dan mengurangi keseluruhan volume limbah secara
berkesinambungan. Memilah dan mengurangi volume limbah klinis
sebagai syarat keamanan yang penting untuk petugas pembuangan
sampah, petugas emergensi, dan masyarakat. Dalam memilah dan
mengurangi volume limbah harus mempertimbangkan hal-hal
berikut ini;

51
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

a. Kelancaran penanganan dan penampungan limbah


b. Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan
khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non-B3.
c. Diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non-
B3.
d. Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai
jenis limbah untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan
pembuangan.

Kunci pembuangan yang baik adalah dengan


memisahkan langsung limbah berbahaya dari semua limbah
di tempat penghasil limbah. Tempatkan masing-masing jenis
limbah dalam kantong atau kontainer yang sama untuk
penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan untuk
mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dan
penanganannya.

2. Penampungan
Harus diperhatikan sarana penampungan limbah harus
memadai, diletakkan pada tempat yang pas, aman dan hygienis.
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah
yang bisa dibuang dengan landfill, namun pemadatan tidak boleh
dilakukan untuk limbah infeksius dan limbah benda tajam.
3. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan
dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong berkode
(umumnya menggunakan kode warna). Namun penggunaan kode
tersebut perlu perhatian secukupnya untuk tidak sampai
menimbulkan kebingunan dengan sistem lain yang mungkin juga
menggunakan kode warna, misalnya kantong untuk linen biasa,
linen kotor, dan linen terinfeksi di rumah sakit dan tempat-tempat
perawatan. Pada Tabel 3. disajikan contoh bagi unit yang

52
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

bertanggung jawab dalam penanganan limbah klinis dengan


menggunakan kode warna. Tabel 3. Kode warna yang disarankan
untuk limbah klinis

Warna Kantong Jenis Limbah


Hitam limbah rumah tangga biasa, tidak
digunakan untuk menyimpan atau
mengangkut limbah klinis.
Kuning
Semua jenis limbah yang akan
dibakar
Kuning dengan strip
hitam Jenis limbah yang sebaiknya
dibakar tetapi bisa juga dibuang di
sanitary landfill bila dilakukan
Biru muda atau pengumpulan terpisah dan
transparan dengan strip pengaturan pembuangan.
biru tua
Limbah untuk autoclaving
(pengolahan sejenis) sebelum
pembuangan akhir.

4. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah.


Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran,
prosedur yang jelas serta ketrampilan petugas sampah pada semua
tingkat. Keseragaman standar kantong dan kontainer limbah
mempunyai keuntungan sebagai berikut:
a) Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf yang
dimutasikan antar instansi/unit.
b) Meningkatkan keamanan secara umum, baik pada
pekerjaan di lingkungan rumah sakit maupun pada
penanganan limbah di luar rumah sakit.
c) Pengurangan biaya produksi kantong dan kontainer.

53
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

K. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan kegiatan laboratorium diperlukan
dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta
pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan
laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara
cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan
pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan
suatu tindakan.

1. Pencatatan
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai
dengan jenis kegiatannya. Ada 4 jenis pencatatan, yaitu:
a. Pencatatan kegiatan pelayanan
b. Pencatatan keuangan
c. Pencatatan logistik
d. Pencatatan kepegawaian
e. Pencatatan kegiatan lainnya, seperti pemantapan mutu internal,
keamanan laboratorium dan lain-lain

Dalam bab ini hanya akan dibahas pencatatan kegiatan


pelayanan saja. Pencatatan kegiatan pelayanan dapat
dilakukan dengan membuat buku sebagai berikut:

a. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data


pasien (nama umur, alamat, jenis kelamin dll) dan jenis
pemeriksaan.
b. Buku register besar/induk berisi data-data pasien secara
lengkap serta hasil pemeriksaan spesimen;
c. Buku register/catatan kerja harian tiap tenaga.
d. Data masing-masing pemeriksaan.
e. Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima.
f. Buku register pemeriksaan rujukan.
g. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan.

54
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

h. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift).


i. Buku register perawatan/kerusakan.
j. Buku stok alat, reagen.
k. Buku catatan kalibrasi.
l. Buku absensi.

2. Pelaporan
Pelaporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari:
a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan/tahunan
b. Laporan khusus (misalnya KLB, HIV, NAPZA dll)
c. Laporan hasil pemeriksaan
1. Tanggungjawab manajemen untuk membuat format
hasil:
Manajemen laboratorium harus membuat format
laporan hasil pemeriksaan. Format laporan dan cara
mengkomunikasikannya kepada pemakai harus
ditentukan dengan mendiskusikannya dengan
pengguna jasa laboratorium
2. Penyerahan hasil tepat waktu
Manajemen laboratorium ikut bertanggung jawab atas
diterimanya hasil pemeriksaan kepada orang yang sesuai
dalam waktu yang disepakati.
3. Komponen Laporan Hasil Pemeriksaan
Hasil harus dapat dibaca tanpa kesalahan dalam tulisan,
dan dilaporkan kepada orang yang diberi wewenang untuk
menerima dan menggunakan infromasi medis. Laporan
setidaknya harus mencakup hal-hal berikut:
a) Identifikasi dari pemeriksaan yang jelas dan tidak ragu-
ragu, termasuk prosedur pengukuran bila perlu.
b) Identifikasi laboratorium yang menerbitkan laporan.

55
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

c) Identifikasi khas dan bila mungkin lokasi pasien serta


tujuan dari laporan.
d) Nama atau identitas khas lain dari pemohon dan alamat
pemohon
e) Tanggal dan waktu pengumpulan sampel primer,
apabila tersedia dan relevan dengan pelayanan pasien,
serta waktu penerimaan oleh laboratorium.
f) Tanggal dan waktu penerbitan laporan. Jika tidak
tercantum pada laporan, tanggal dan waktu penerbitan
laporan harus dapat diperoleh dengan segera jika
diperlukan.
g) Sumber dan sistem organ sample primer. Misalnya :
darah vena, pus luka.
h) Bila dapat digunakan, hasil pemeriksaan dilaporkan
dalam unit Standar Internasional atau tertelusur hingga
unit Standar Internasional.
i) Interval acuan biologis, apabila dapat digunakan.
j) Interpretasi hasil, apabila sesuai.
k) Tanggapan lain (misalnya, mutu atau kecukupan
dari sampel primer yang dapat merusak hasil,
hasil/interpretasi dari laboratorium rujukan,
penggunaan dari prosedur yang dikembangkan,
dan apabila dapat digunakan, informasi tentang
batas deteksi dan ketidakpastian pengukuran).
Laporan hendaknya mengidentifikasi
pemeriksaan yang dilakukan sebagai bagian dari
suatu program pengembangan (jika demikian
halnya, tidak ada syarat untuk kerja pengukuran).
l) Identifikasi dari petugas yang diberi wewenang
mengeluarkan hasil.
m) Hasil asli dan hasil yang diperbaiki.

56
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

n) Tandatangan atau otorisasi dari petugas yang


memeriksa atau menerbitkan laporan.
3. Penyimpanan Dokumen
Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen-dokumen
tersebut di bawah ini:
a) Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
b) Hasil pemeriksaan laboratorium
c) Surat permintaan dan hasil rujukan

Prinsip penyimpanan dokumen:

a) Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti
verifikasi pada dokumen dengan tanda tangan oleh
penanggungjawab/supervisor laboratorium (hard copy).
b) Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun. Untuk
kasus-kasus khusus dipertimbangkan tersendiri.
c) Berkas anak-anak harus disimpan hingga batas usia tertentu
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d) Berkas laboratorium dengan kelainan jiwa disimpan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
e) Untuk memudahkan penelusuran pada kasus-kasus tertentu
misalnya dipakai sebagai barang bukti. Salinan atau berkas
hasil yang dilaporkan harus disimpan sedemikian sehingga
mudah ditemukan kembali. Lamanya waktu penyimpanan dapat
beragam, tetapi hasil yang telah dilaporkan harus dapat
ditemukan kembali sesuai kepentingan medis atau
sebagaimana dipersyaratkan oleh persyaratan nasional,
regional atau setempat

57
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

4. Pemusnahan Dokumen
Sebelum dimusnahkan, ambil informasi-informasi yang utama
terlebih dahulu. Pada pelaksanaan pemusnahan harus ada berita
acara sesuai prosedur yang berlaku, yang berisi:
a) Tanggal, bulan dan tahun pemusnahan;
b) Penanggungjawab/otorisasi pemusnahan dokumen.
5. Pengendalian Dokumen
a) Maksud dari pengendalian dokumen:
Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan dan
memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen
dan informasi (dari sumber internal dan eksternal) yang
merupakan bagian dokumentasi mutunya. Salinan dari tiap
dokumen terkendali ini harus diarsipkan untuk acuan di
kemudian hari. Pimpinan laboratorium harus menetapkan
masa penyimpanan.
Dokumen terkendali ini harus disimpan dalam bentuk tertulis,
serta dapat disimpan dalam bentuk elektronik. Penyimpanan
dokumen disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b) Cara pengendalian dokumen:
Harus tersedia prosedur yang memastikan bahwa:
1) Semua dokumen yang diberikan kepada petugas
laboratorium sebagai bagian dari sistem manajemen mutu
telah dikaji ulang dan disetujui oleh petugas yang
berwenang sebelum diterbitkan (sistem otorisasi dokumen
yang berlaku).
2) Setiap saat tersedia daftar terbaru yang mencantumkan
semua dokumen yang berlaku, revisi terbaru yang sah
berikut penyebarannya (disebut juga catatan pengendalian
dokumen).

58
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

3) Hanya dokumen versi terbaru yang disediakan untuk


penggunaan aktif pada tempat di mana dokumen itu
digunakan.
4) Dokumen secara berkala dikaji ulang, direvisi apabila perlu,
dan disetujui oleh petugas berwenang.
5) Protokol permintaan, sampel primer, pengambilan
dan penanganan sampel laboratorium.
6) Pengesahan hasil.
7) Pengendalian mutu internal dan eksternal.
8) Sistem Informasi Laboratorium.
9) Pelaporan hasil.
10) Upaya perbaikan dan penanganan keluhan.

11) Komunikasi dan interaksi lain dengan pasien, petugas


kesehatan, laboratorium rujukan dan pemasok.
12) Audit internal.
13) Etika.
c) Penandaan pada dokumen:
Semua dokumen yang terkait dengan sistem manajemen mutu
harus diberi identitas secara unik (tidak ada duanya) yaitu
meliputi:
1) Judul;
2) Edisi atau tanggal revisi terbaru, atau nomo revisi,
atau ketiganya;
3) Jumlah halaman (bila mungkin);
4) Wewenang untuk menerbitkan; dan
5) Pencantuman sumber.

59
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

d) Pengkajian terhadap kontrak layanan laboratorium


Jika laboratorium menjalin kontrak dengan pihak lain untuk
memberikan layanan laboratorium, maka harus dijaga
beberapa hal berikut:
1) Jaminan mutu layanan
Untuk menjamin mutu layanan, prosedur untuk mengkaji
kontrak harus dimiliki. Prosedur pengkajian yang dimaksud,
harus menjamin agar:
A. Kondisi kerjasama diterangkan dengan jelas, serta
dapat dimengerti (termasuk misalnya penjelasan
tentang metoda yang digunakan).
B. Laboratorium memiliki kemampuan dan sumber daya
(sarana fisik, petugas, informasi, kompetensi petugas)
untuk memberikan layanan sesuai kontrak.
2) Penyimpanan rekaman kaji terhadap kontrak layanan
Rekaman hasil kaji terhadap kontrak, berikut perubahan-
perubahannya harus disimpan.
3) Pemberitahuan kepada pelanggan
Bila terjadi penyimpangan terhadap kontrak, maka
pelanggan (misalnya klinisi, lembaga kesehatan, asuransi,
dsb) harus diberitahu.

60
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

BAB IV
LOGISTIK

Logistik adalah proses perencanaan atau pengadaan, implementasi, dan


pengendalian efisiensi, aliran biaya yang efektif dan penyimpanan bahan baku,
bahan setengah jadi, barang jadi dan informasi-informasi yang berhubungan
dari asal titik konsumsi dengan tujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam
pembahasan bab ini yang dimaksud dengan bahan laboratorium adalah
reagensia, standar, bahan kontrol, dan bahan pembantu lainnya. Hal-hal yang
akan dibahas adalah mengenai macam atau jenis dasar pemilihan serta
pengadaan dan penangananya.

A. Alur Permintaan Barang Bahan Medis dan Non Medis

Bagian Bagian Logistik


Pengadaan Instalasi Dinas Kesehatan
Laboratorium Farmasi

Bagian Logistik
Bagian Logistik
Instalasi Perusahaan/Jasa
Dinas Kesehatan
Farmasi Barang

61
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

B. Perencanaan

Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal – hal sebagai


berikut :

1. Tingkat Persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan
jumlah persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah
jumlah safety stock.

Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang


diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai
pengadaan berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan
umum.

2. Perkiraan jumlah kebutuhan


Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah
pemakaian atau pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang
lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan
untuk tahun yang akan datang. Jumlah rata – rata pemakaian bahan
untuk satu bulan perlu dicatat.

3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan ( delivery time )


Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai
bahan diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk
bahan yang sulit didapat. Perencanaan dimulai dari Penanggung jawab
Logistik yang mendata kebutuhan barang – barang medis dan non medis
habis pakai setiap bulan, mengecek barang dan kebutuhan yang
diperlukan dan membuat bon permintaan barang yang kemudian
diserahkan kepada kepala ruangan laboratorium untuk ditandatangani
untuk kemudian diberikan kepada bagian pengadaan atau kebagian
farmasi sesuai dengan kebutuhan pemesanannya.

62
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

C. Permintaan

Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan,


kebagian farmasi atau kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir
bon permintan barang. Dalam keadaan mendesak dan stock barang di
laboratorium kosong, maka permintaan barang bisa dilakukan sewaktu –
waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.

D. Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat
dengan mempertimbangkan :

1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :


a. Pertama masuk – petama keluar ( FIFO – first in – first out ), yaitu
bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu ( FEFO – first expired –
first out ). Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat
penyimpanan yang terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan
3. Suhu / kelembaban
4. Sirkulasi udara
5. Incompatibility / Bahan kimia yang tidak boleh bercampur
Hal-hal yang harus diperhatikan :

1. Reagen buatan sendiri


Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat. Reagen
tertentu tidak boleh disimpan berdekatan atau dicampur karena dapat
bereaksi. Penyimpanan reagen tertentu mempunyai persyaratan
khusus, misalnya:

63
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

a. Larutan pewarna disimpan dalam botol kaca berwarna coklat


b. Larutan yang menyerap cahaya dan dapat mengalami reaksi
fotokimia disimpan dalam botol gelas putih.
c. Cairan dan larutan organik disimpan dalam botol kaca berwarna
coklat
d. Disimpan pada suhu ruangan (15–25 0C) atau suhu kulkas (2 –
80C) atau suhu beku atau disesuaikan dengan suhu standart dari
masing-masing reagen.

2. Reagen jadi (Komersial)


a. Tutuplah botol waktu penyimpanan
b. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
c. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang
tidak berdekatan satu dengan lainnya.
d. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian
bawah/lantai dengan label tanda bahaya
e. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal
kadaluarsa, tanggal wadah reagen dibuka, jumlah reagen
diambil dan jumlah reagen sisa serta nama petugas yang
mengambil.
f. Disimpan pada suhu ruangan (15–250C) atau suhu kulkas
(2–80C) atau suhu beku atau disesuaikan dengan suhu
standart dari masing-masing reagen.

3. Media dehidrasi
a. Media yang didehidrasi tidak dapat disimpan untuk waktu
yang tak terbatas terutama bila penutup wadah telah
dibuka
b. Jumlah keseluruhan harus dikemas dalam wadah yang
akan habis digunakan dalam 1–2 bulan

64
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

c. Saat diterima, semua wadah tertutup rapat


d. Tanggal penerimaan harus dicatat pada setiap wadah
e. Semua media dehidrasi harus disimpan ditempat gelap,
sejuk (suhu < 250C) dan berventilasi baik. Rak-rak
penyimpanan tidak boleh ditempatkan didekat autoklaf atau
f. tempat pencucian karena kelembaban dan suhu yang
tinggi.
g. Tanggal membuka wadah harus dicatat pada wadah tersebut.
4. Media yang telah dilarutkan
Hindari terkena cahaya matahari langsung atau panas. Media
yang diperkaya dengan darah, bahan organik atau antibiotik harus
disimpan dalam lemari.

5. Bahan-bahan kimia yang tidak boleh tercampur (incompatible)


Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan
reaksi berbahaya jika tercampur satu sama lain, reaksi tersebut
dapat berupa kebakaran dan atau ledakan, seperti:

No Bahan Kimia Hindakan Kontak Dengan


1 Ammonium Nitrat Asam KKlorat, Nitrat, Debu Organik,
Pelarut Organik MudahTerbakar,
Bubuk Logam
2 Asam Asetat Asam Kromat, Asam Nitri, Perklorat
Peroksida
3 Karbon Aktif Oksidator (Klorat, Perklorat,
Hipoklorit)
4 Asam Kromat Asama Asetat, Gliserin, Alkohol,
Bahan Kimia Mudah Terbakar
5 Cairan Mudah Amonium Nitrat, Asam Kromat,
Terbakar Hidrogen Peroksida, Asam Nitrat
6 Hidrokarbon Flour, Klor, Asam Kromat,
(benzene, benzin, Peroksida
butana, terpentin)
7 Kalium Asam Sulfat dan Asam lainnya
klorat/perklorat
8 Kalium Gliserin, etilen glikol, asam sulfat
permanganat

65
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

6. Penggunaan
Penggunaan barang dan reagensia yang lebih dahulu masuk
persediaan harus digunakan lebih dahulu. Sedangkan yang
memiliki Masa kadarluarsa pendek juga dipakai terlebih dahulu.

66
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Instalasi Laboratorium RSUD Talisayan mempunyai peran dalam meningkatkan


keselamatan pasien di rumah sakit dengan menerapkan program 6 sasaran
keselamatan pasien. Sesuai dengan jenis pelayanannya, instalasi laboratorium
menjalankan program sasaran keselamatan pasien untuk meminimalkan terjadinya
kesalahan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan langkah-langkah
pencegahannya.

A. Pengertian

Keselamatan pasien atau patient safety adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Laboratorium klinik berperan serta dalam upaya meminimalkan kesalahan


medis dan meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan laboratorium
digunakan secara luas dalam pemeriksaan pasien, sehingga kesalahan
laboratorium memiliki dampak yang luar biasa terhadap keselamatan pasien.
WHO sebagai organisasi kesehatan internasional, memiliki inisiatif untuk
menciptakan suatu upaya di banyak bidang, termasuk pemberian hasil
laboratorium, dan bantuan dalam penafsiran data laboratorium.

B. Tujuan

Tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah:

1. Mengetahui penatalaksanaan, hambatan serta harapan yang


berkaitan dengan penatalaksanaan Patient Safety.
2. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit atau
laboratorium.
3. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
67
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

4. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.


5. Memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien

Mengingat pentingnya keselamatan pasien di rumah sakit dan tidak


menutup kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium
maka perlu diatur pelaksanaan keselamatan pasien. Dari hasil penelitian para
ahli bahwa 70% penatalaksanaan terhadap pasien tergantung pada hasil
laboratorium. Kesalahan yang timbul mengakibatkan kondisi buruk sampai
pada kematian. 70% kesalahan yang timbul di laboratorium adalah dari proses
pra analitik. Penatalaksanaan keselamatan pasien diatur dalam program
keselamatan pasien yang dilakukan di laboratorium patologi klinik mengacu
kepada 6 sasaran keselamatan pasien yang berlaku di RSUD Talisayan yaitu:

1. Ketepatan identifikasi pasien


2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (contoh : hand
hygiene/kebersihan tangan)
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Untuk mensikapi 6 sasarzan keselamatan pasien tersebut diatas laboratorium
klinik. RSUD Talisayan menerapkannya sebagai berikut :

1. Ketepatan Identifikasi:
a. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan. Pasien diidentifikasi minimal menggunakan 2 (dua)
pengidentifikasi pasien yakni :
1. Nama lengkap (sesuai KTP / paspor / SIM)

68
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

2. Tanggal lahir (atau menggunakan tanggal MRS, sampai diketahui


identitas yang jelas) atau nomer rekam medis
b. Proses identifikasi pasien dilakukan mulai dari Pendaftaran
pemeriksaan laboratorium, baik rawat inap maupun rawat jalan,
pengambilan sampel / plebothomi, pendistribusian spesimen,
prosesing spesimen, autoruns, sampai pada penyerahan hasil kepada
pasien.
c. Menanyakan secara verbal nama lengkap pasien dan tanggal lahir
serta minta pasien untuk mengejakannya jika memungkinkan.
d. Membandingkan selalu identitas pasien dilabel sampel dan formulir
permintaan atau bon pemeriksaan laboratorium.
e. Pemberian label dilakukan saat pengambilan sampel tepat disisi
pasien
f. Label spesimen berisi nama pasien, tanggal-bulan-tahun lahir dan
nomor register Laboratorium.

2. Meningkatkan komunikasi efektif dengan menggunakan metode TBAK


a. RSUD Talisayan menetapkan metode TBAK sebagai pola komunikasi
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh
penerima demi peningkatan keselamatan pasien dan berlaku untuk
semua lini pelayanan
b. Petugas laboratorium yang menerima instruksi lisan / lewat telepon
wajib melakukan penulisan / pencatatan (writing down), pembacaan
ulang (read back) dan konfirmasi ulang (check back / verifikasi).
Petugas laboratorium menjalankan klarifikasi permintaan
pemeriksaan laboratorium yang tidak jelas atau tidak terbaca kepada
DPJP atau perawat dan mengklarifikasi kondisi klinis pasien yang
mempengaruhi hasil laboratorium kepada kepala jaga / perawat
ruangan.

69
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

c. Setiap petugas laboratorium wajib melakukan komunikasi metode


TBAK dalam melaporkan seluruh informasi hasil pasien baik lisan
maupun melalui telepon menggunakan buku komunikasi TBAK yang
isinya adalah nama pelapor dan penerima laporan jelas, tanggal & jam
dan isi laporan (critical result, hasil CITO, hasil out of range) .
d. Pelaporan nilai hasil pemeriksaan adalah nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan tindakan segera.
3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (HAM)
Petugas laboratorium memahami kebijakan tentang peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert medication / HAM)

4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi


Petugas laboratorium memahami kebijakan kepastian tepat lokasi,
tepat prosedur dan tepat pasien operasi

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (hand hygiene /


kebersihan tangan)
a. Melakukan hand higiene / kebersihan tangan menurut 5 moment
kebersihan tangan yang sudah ditetapkan oleh WHO :
1. Moment 1 : sebelum kontak dengan pasien.
2. Moment 2 : sebelum tindakan aseptik.
3. Moment 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien.
4. Moment 4 : setelah kontak dengan pasien.
5. Moment 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
b. Melakukan teknik kebersihan tangan tangan yang baik dan benar
sesuai dengan prosedur kebersihan tangan yang sudah ditetapkan
oleh rumah sakit
c. Melakukan kebersihan tangan sesuai dengan jenis menurut area dan
tindakan yang dilakukan yaitu:
1. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial) di ruang
istirahat petugas, ruang atministrasi.

70
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

2. Kebersihan tangan dengan berbahan dasar alkohol (handrub) pada


saat pengambilan sampling baik di ruang sampling rawat jalan
maupun ruang rawat pasien.
3. Lakukan kebersihan tangan dan ganti sarung tangan setiap kali
melakukan tindakan pengambilan spesimen untuk menghindari
kontaminasi silang antar pasien.

d. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat melakukan


tindakan kegiatan laboratorium di area infeksius untuk menghindari
terjadinya infeksi silang yaitu:
1. Menggunakan APD (Jas Laboratorium lengan panjang, sarung
tangan / gloves, masker surgical) di ruangan prosesing.
2. Menggunakan APD (Jas laboratorium lengan panjang, sarung
tangan / gloves, masker surgical, dan google pada saat
pembuatan larutan reagen pewarnaan).

6. Kewaspadaan Bersama Pencegahan pasien Jatuh


a. Kenali dan tanggap terhadap pasien dengan kondisi lemah, cara
berjalan yang tidak aman (goyah), memakai alat bantu jalan (kursi
roda, tongkat, walker)
b. Waspada resiko jatuh pada pasien yang memakai gelang kuning
c. Bantu pasien dengan gangguan keseimbangan dan lemah
d. Upayakan pasien tidak berdiri lama saat menerima pelayanan
(anjurkan pasien untuk duduk atau sediakan tempat duduk saat
menunggu pelayanan diberikan).
e. Bantu pasien supaya aman saat berpindah dari kursi roda/brankar ke
tempat tidur dan sebaliknya.
f. Pastikan rem pada tempat tidur, brankar, dan kursi roda berfungsi dan
terkunci.
g. Tutup pengaman bed (hek) dan anjurkan keluarga mendampingi
pasien
71
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

h. Bila pasien berada di ruang rawat inap pastikan bel pasien mudah
dijangkau oleh pasien
i. Laporkan / bersihkan dengan segera genangan air di lantai
j. Jaga lingkungan rapi dan tidak menghalangi jalan pasien.
k. Laporkan / perbaiki dengan segera bila ada kerusakan (contoh: lampu
kamar/kamar mandi redup atau mati, rem pada kursi roda / bed sudah
aus / tidak layak, pipa bocor / menetes sehingga menyebabkan lantai
tergenang air dan licin, dsb).

72
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian

Keselamatan (safety) memiliki arti keadaan terbebas dari celaka (accident)


ataupun hampir celaka (incident atau near miss). Kesehatan (health) menurut
undang-undang No. 23 tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara sosial dan
ekonomis. Sedangkan kerja (occupation) berarti kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan.

Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat


kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan
penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan
jabatannya.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat


K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia,
maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja,
dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung.

73
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium merupakan


bagian dari pengelolaan laboratorium secara keseluruhan.
Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama
berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia maupun
bukan manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak dengan
spesimen, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi
juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya
dan ke masyarakat.

Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang


ketat. Petugas harus memahami keamanan laboratorium dan
tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan
pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta
mengontrol bahan/spesimen secara baik menurut praktik laboratorium
yang benar.

B. Tujuan
Keselamatan kerja bertujuan untuk :
1. Mengetahui kegunaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Laboratorium
2. Memahami bahaya dan tanda-tanda bahaya yang lazim digunakan di
laboratorium
3. Memahami dan dapat mengaplikasikan penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dengan benar

74
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

C. Penyelenggaraan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Untuk melindungi keselamatan dan kesehatan SDM di Fasyankes, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan
Fasyankes, Fasyankes wajib membentuk dan mengembangkan SMK3 di
Fasyankes dan menerapkan Standar K3 di Fasyankes.
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
a. Penetapan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Dalam pelaksanaan K3 di Fasyankes harus ada komitmen dari
pimpinan tertinggi Fasyankes yang dituangkan dalam kebijakan tertulis
dan ditandatangani oleh pimpinan tersebut. Kebijakan tersebut dapat
terintegrasi dalam kebijakan Fasyankes keseluruhan. Komitmen dan
kebijakan tertulis tentang K3 di Fasyankes harus diketahui oleh semua
SDM Fasyankes dan terbaca oleh pengunjung serta diletakan di tempat
strategis yang bisa dilihat semua orang. Komitmen Fasyankes dalam
melaksanakan K3 di Fasyankes diwujudkan dalam bentuk:
1. Penetapan Kebijakan dan Tujuan Program K3 di Fasyankes Secara
Tertulis
Kebijakan dan tujuan Program K3 di Fasyankes ditetapkan oleh
pimpinan tertinggi Fasyankes dan dituangkan secara resmi dan
tertulis. Kebijakan tersebut harus mudah dan mengerti serta
diketahui oleh seluruh manajemen Fasyankes (pimpinan dan SDM
Fasyankes), pasien, pendamping pasien, pengunjung, masyarakat
di sekitar lingkungan Fasyankes, serta pihak lain sesuai dengan
tata cara yang tepat. Selain itu semua pihak di Fasyankes
bertanggung jawab mendukung dan menerapkan kebijakan
pelaksanaan K3 di Fasyankes tersebut, serta prosedur-prosedur
yang berlaku di Fasyankes selama berada di lingkungan
Fasyankes.

75
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Kebijakan K3 di Fasyankes harus disosialisasikan dengan


berbagai upaya baik pada saat rapatpimpinan, rapat koordinasi,
dan rapat lainnya, maupun melalui spanduk, banner, poster,
audiovisual, dan lain-lain. Bagi Fasyankes berupa praktik mandiri
tenaga kesehatan, sosialisasi kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dapat dilakukan dengan media Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) seperti banner, poster ataupun leaflet.

2. Pengorganisasian Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan
Untuk terselenggaranya K3 di Fasyankes secara optimal,
efektif, efisien, dan berkesinambungan, Fasyankes dapat
membentuk Tim K3 di Fasyankes atau menunjuk satu orang
sebagai pengelola K3 di Fasyankes tersebut. Dalam hal Fasyankes
berupa praktik mandiri tenaga kesehatan yang hanya terdapat 1
(satu) sumber daya manusia, maka yang bersangkutan adalah
pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan K3 di
Fasyankes. Tim K3 di Fasyankes ditetapkan dengan Surat
Keputusan Pimpinan Fasyankes yang memuat susunan organisasi,
uraian tugas, dan tanggung jawab. Tugas tim K3 di Fasyankes
antara lain sebagai berikut:
a) Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data terkait K3 di
Fasyankes.
b) Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan
pertimbangan kepada Pimpinan yang berkaitan dengan K3 di
Fasyankes.
c) Menyusun rencana program K3 di Fasyankes.
d) Merumuskan kebijakan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan
standar prosedur operasional.
e) Melaksanakan program K3 di Fasyankes.

76
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

f) Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya


disampaikan kepada seluruh SDM Fasyankes.
g) Membantu pimpinan Fasyankes dalam menyelenggarakan
SMK3 di Fasyankes, promosi, penelitian sederhana, dan
pelatihan terkait K3 di Fasyankes.
h) Melakukan investigasi dalam setiap kejadian penyakit akibat
kerja dan kecelakaan akibat kerja.
i) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru
dan pembangunan gedung, serta pemeliharaannya.
j) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan K3 di Fasyankes.
k) Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan
pelaksanaan kegiatan K3 di Fasyankes.

Untuk penanggung jawab K3 di Fasyankes yang bukan dalam


bentuk tim, antara lain memiliki tugas sebagai berikut:

a) Menyusun rencana program K3 di Fasyankes.


b) Melaksanakan program K3 di Fasyankes.
c) Mengumpulkan, mengolah, menganalisis data terkait K3 di
Fasyankes, dan menginformasikan kepada seluruh SDM
Fasyankes.
d) Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan
pertimbangan kepada pimpinan Fasyankes yang berkaitan
dengan K3 di Fasyankes.
e) Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan
pelaksanaan kegiatan K3 di Fasyankes.

77
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

b. Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan
Fasyankes harus membuat perencanaan K3 di Fasyankes yang
efektif agar tercapai keberhasilan penyelenggaraan K3 di Fasyankes
dengan sasaran yang jelas dan terukur. Penyusunan perencanaan K3
di Fasyankes harus memperhatikan peraturan perundang-undangan,
kondisi yang ada, dan berdasarkan hasil identifikasi risiko yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perencanaan K3 di Fasyankes ditetapkan oleh pimpinan
Fasyankes dengan mengacu pada kebijakan pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja. Selanjutnya perencanaan K3 di
Fasyankes tersebut diterapkan dalam rangka mengendalikan potensi
bahaya dan risiko K3 di Fasyankes.

c. Pelaksanaan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan rencana K3 di Fasyankes dilaksanakan berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan dan merupakan bagian pengendalian
risiko K3. Pelaksanaan K3 di Fasyankes sesuai dengan standar K3 di
Fasyankes yang meliputi:
a) Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3 di
Fasyankes;
b) Penerapan kewaspadaan standar;
c) Penerapan prinsip ergonomi;
d) Pemeriksaan kesehatan berkala;
e) Pemberian imunisasi bagi SDM Fasyankes yang berisiko;
f) Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja;
g) Pengelolaan sarana dan prasarana dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja;

78
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

h) Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan


kesehatan kerja;
i) Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana,
termasuk kebakaran (emergency response plan);
j) Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan
berbahaya dan beracun; dan
k) Pengelolaan limbah domestik.

d. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja


di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kemajuan program K3 di Fasyankes dipantau secara periodik guna
dapat ditingkatkan secara berkesinambungan sesuai dengan risiko
yang telah teridentifikasi dan mengacu kepada rekaman sebelumnya
serta pencapaian sasaran K3 di Fasyankes yang lalu. Pemantauan K3
di Fasyankes antara lain dapat dilakukan melalui:
1. Inspeksi (melihat, mengenali potensi risiko) tempat kerja secara
teratur.
2. Inspeksi yang dilaksanakan oleh Tim K3/pengelola K3 di
Fasyankes.
3. Masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat yang
diperiksa.
4. Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk
digunakan pada saat inspeksi.
5. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektivitasnya.
6. Laporan inspeksi yang diajukan kepada pimpinan Fasyankes atau
penanggung jawab Fasyankes.

79
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Evaluasi kegiatan dapat dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam


setahun untuk melihat capaian program berdasarkan rencana kegiatan
tahunan. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi, pimpinan
Fasyankes bertanggung jawab menetapkan hasil pemantauan dan
evaluasi serta melaksanaan tindakan perbaikan dari hasil laporan
pemantauan dan evaluasi.

e. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja Keselamatan dan Kesehatan


Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Peninjauan dilakukan setiap tahun terhadap kinerja K3 di
Fasyankes. Peninjauan dilakukan untuk menjamin kesesuaian dan
efektifitas penyelenggaraan K3 di Fasyankes. Peninjauan dilakukan
terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan rencana, dan
pemantauan dan evaluasi.
Berdasarkan hasil peninjauan, dilakukan perbaikan dan
peningkatan kinerja K3 di Fasyankes. Kinerja K3 di Fasyankes
dituangkan dalam indikator kinerja yang akan dicapai dalam setiap
tahun. Indikator kinerja K3 di Fasyankes dapat ditentukan sesuai
dengan permasalahan yang ada di Fasyankes tersebut. Indikator yang
dapat dipakai antara lain:
1. Adanya komitmen dan kebijakan pimpinan Fasyankes yang
dituangkan dalam lembar komitmen.
2. Adanya Surat Keputusan Tim K3 di Fasyankes atau Penunjukan
pengelola K3 di Fasyankes.
3. Adanya rencana kerja terkait K3 di Fasyankes.
4. Adanya dukungan sumber daya terlatih, alokasi dana, sarana dan
prasarana peralatan penunjang K3 di Fasyankes.
5. Adanya standar prosedur operasional yang memenuhi prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pelaksanaan kegiatan.
6. Adanya standar K3 di Fasyankes yang telah dilaksanakan oleh
Fasyankes.
80
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

7. Adanya peningkatan kapasitas dan pelatihan keselamatan dan


kesehatan kerja bagi SDM Fasyankes.
8. Dilaksanakannya pencatatan dan pelaporan terkait K3 di Fasyankes.

Hasil peninjauan dan perbaikan kinerja K3 di Fasyankes tersebut


dapat dibandingkan setiap tahun untuk melihat kemajuan program K3
di Fasyankes.

D. Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan
1. Pengenalan Potensi Bahaya dan Pengendalian Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Pengenalan Potensi Bahaya
Pengenalan potensi bahaya adalah suatu upaya mengenali atau
mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat berdampak pada SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
masyarakat di sekitar lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
Pengenalan potensi bahaya bertujuan agar SDM Fasyankes dapat
melakukan pengendalian risiko dengan benar sehingga terhindar dari
berbagai masalah kesehatan yang diakibatkan pekerjaannya yakni
penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja.

Identifikasi potensi bahaya dapat dilakukan oleh pengelola


keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu perlu adanya peningkatan
kompetensi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja bagi pengelola.

b. Penilaian Risiko
Risiko harus dilakukan analisis dan evaluasi risiko untuk mengetahui
mana yang risiko tinggi, sedang dan rendah. Hasil penilaian dilakukan
intervensi atau pengendalian. Intervensi terhadap risiko
mempertimbangkan pada kategori risiko yang tinggi.

81
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Untuk mengetahui kategori risiko tinggi, sedang, atau rendah secara


teori dilakukan dengan rumus:

Risiko = Efek x Probabilitas

Analisa risiko dapat dilakukan dengan metode kualitatif dengan


melihat efek bahaya potensial (efek) dan kemungkinan terjadinya
(probabilitas).

c. Pengendalian Risiko K3
Pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
upaya pengendalian potensi bahaya yang ditemukan di tempat kerja.
Pengendalian risiko perlu dilakukan sesudah menentukan prioritas risiko.
Metode pengendalian dapat diterapkan berdasarkan hierarki dan lokasi
pengendalian. Hierarki pengendalian merupakan upaya pengendalian
mulai dari efektivitas yang paling tinggi hingga rendah, sebagai berikut:

Gambar 1. Hierarki Pengendalian Risiko K3 dari NIOSH (National Institute For


Occupational Safety and Health)

82
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Berikut penjelasan dari hierarki pengendalian:

1. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang menjadi pilihan
pertama untuk mengendalikan pajanan karena menghilangkan
bahaya dari tempat kerja. Namun, beberapa bahaya sulit untuk benar-
benar dihilangkan dari tempat kerja.
2. Substitusi
Subtitusi merupakan upaya penggantian bahan, alat atau cara kerja
dengan alternatif lain dengan tingkat bahaya yang lebih rendah
sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya dampak yang
serius. Contohnya:
a. Mengganti tensi air raksa dengan tensi digital
b. Mengganti kompresor tingkat kebisingan tinggi dengan tipe yang
kebisingan rendah (tipe silent kompresor)
3. Pengendalian Teknik
Pengendalian teknik merupakan pengendalian rekayasa desain
alat dan/atau tempat kerja. Pengendalian risiko ini memberikan
perlindungan terhadap pekerja termasuk tempat kerjanya. Untuk
mengurangi risiko penularan penyakit infeksi harus dilakukan
penyekatan menggunakan kaca antara petugas loket dengan
pengunjung/pasien. Contoh pengendalian teknik yaitu: untuk
meredam suara pada ruang dengan tingkat bising yang tinggi seperti:
a. Pada poli gigi khususnya menggunakan unit dental dan
kompresor
b. Pada ruang genset
4. Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi berfungsi untuk membatasi pajanan
pada pekerja. Pengendalian administrasi diimplementasikan
bersamaan dengan pengendalian yang lain sebagai pendukung.

83
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Contoh pengendalian administrasi diantaranya:


a. Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan pada SDM Fasyankes
b. Penyusunan prosedur kerja bagi SDM Fasyankes
c. Pengaturan terkait pemeliharaan alat
d. Pengaturan shift kerja

5. Alat Pelindung Diri


Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam mengendalikan risiko
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang sangat
penting, khususnya terkait bahaya biologi dengan risiko yang paling
tinggi terjadi, sehingga penggunaan APD menjadi satu prosedur
utama di dalam proses asuhan pelayanan kesehatan.
APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh sumber daya manusia dari potensi bahaya di
Fasyankes. Alat pelindung diri tidak mengurangi pajanan dari
sumbernya, hanya saja mengurangi jumlah pajanan yang masuk ke
tubuh. APD bersifat eksklusif (hanya melindungi individu) dan spesifik
(setiap alat memiliki spesifikasi bahaya yang dapat dikendalikan).
Implementasi APD seharusnya menjadi komplementer dari upaya
pengendalian di atasnya dan/atau apabila pengendalian di atasnya
belum cukup efektif.
Jenis-jenis APD yang dapat tersedia di Fasyankes sesuai dengan
kebutuhan sebagai berikut:
a. Penutup kepala (shower cap)
b. Kacamata Khusus (safety goggle)
c. Pelindung wajah (face shield)
d. Masker
e. Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan karet)
f. Jas Lab dan Apron (apron/jas lab)
g. Pelindung kaki (safety shoes dan sepatu boots)
84
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

h. Coverall

Contoh penggunaan APD dan lokasi penggunaannya dapat melihat


tabel berikut:
Tabel 9. APD dan Lokasi Pemakaian

No APD Lokasi Pemakaian APD

1. Penutup kepala Laboratorium, ruang sterilisasi, ruang tindakan, ruang KIA, dapur

2. Kacamata Laboratorium, ruang tindakan dokter gigi, ruang sterilisasi, ruang


khusus insersi IUD, pertolongan persalinan, ruang pembuatan kacamata

3. Pelindung wajah Laboratorium, ruang tindakan dokter gigi, ruang persalinan

4. Masker Ruang persalinan, ruang tindakan untuk kasus infeksi, balai


pengobatan, ruang tindakan dokter gigi, balai pengobatan,
laboratorium, loket, ruang rekam medik, ruang farmasi, dapur,
cleaning service, ruang pembuatan kacamata,unit transfusi darah

5. Apron Ruang sterilisasi, ruang persalinan, radiologi, ruang tindakan


dokter gigi, ruang tindakan untuk kasus infeksi

6. Sarung tangan Ruang tindakan, ruang KIA, ruang tindakan dokter gigi, ruang
sterilisasi, laboratorium, dapur, cleaning service, optik, ruang
farmasi, unit tansfusi darah

7. Sepatu boot Tempat pembuangan limbah, ruang laundry, pertolongan


persalinan

8. Jas lab Ruang farmasi, laboratorium

9. Coverall Ruang observasi khusus dalam pelayanan kekarantinaan


kesehatan

85
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Untuk faktor risiko biologi yang sangat infeksius dan bahan kimia,
dapat menggunakan bentuk APD secara lengkap atau merujuk
pada juknis terkait. Berikut penjelasan masing-masing APD beserta
contoh gambar APD:
1. Penutup Kepala (shower cap)
Alat penutup kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari jatuhnya mikroorganisme yang ada
dirambut dan kulit kepala petugas terhadap alat- alat/daerah steril
dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari
percikan bahan–bahan dari pasien.

Gambar 2. Penutup Kepala

2. Penutup Telinga (ear muff atau ear plug)


Penggunan APD penutup telinga di Fasyankes dalam proses
pemberian asuhan pelayanan kesehatan jarang digunakan.
Penggunaan lebih sering jika ada sumber bising di atas Nilai
Ambang Batas (85 dba) seperti di unit ganset, proses
pembangunan, dan lainnya.

Gambar 3. Penutup Telinga

86
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

3. Pelindung wajah (face shield)


Alat pelindung wajah adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi wajah dari terpapar cairan tubuh, darah, dan percikan
bahan-bahan kimia.

Gambar 5. Pelindung Wajah

4. Masker
Masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat yang
berfungsi untuk melindungi pernafasan dari mikrobakterium dan
virus yang ada di udara, dan zat- zat kimia yang digunakan. Bagi
SDM Fasyankes yang menggunakan respirator harus dilatih untuk
menggunakan dan memelihara respirator khusus secara tepat.
SDM Fasyankes harus tahu keterbatasan dan pengujian
kecocokan respirator secara tepat, minimal masker dengan tipe
N95 atau masker yang dapat memproteksi SDM dari paparan risiko
biologi maupun kimia.

Gambar 6. Masker dan respirator

87
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

5. Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan bahan karet, kain)


Sarung tangan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi
tangan dari darah dan cairan tubuh, zat- zat kimia yang digunakan,
dan limbah yang ada.

Gambar 7. Sarung tangan

6. Pelindung Kaki (sepatu boots, safety shoes)


Alat pelindung kaki adalah alat yang berfungsi untuk melindungi
kaki dari darah, cairan tubuh, zat- zat kimia yang digunakan,
benturan benda keras dan tajam, serta limbah yang ada. SDM
Fasyankes yang berdiri dalam jangka waktu lama ketika bekerja,
perlu sepatu yang dilengkapi bantalan untuk menyokong kaki. SDM
Fasyankes yang bekerja dan berhadapan dengan pekerjaan
dengan risiko cidera akibat dari kejatuhan benda keras yang
mengenai jari kaki disarankan memakai sepatu dengan ujung
yang keras.

Gambar 8. Alas kaki

88
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

7. Jas Lab dan Apron


Jas lab dan apron adalah alat yang berfungsi untuk melindungi
tubuh dari darah dan cairan tubuh, zat-zat kimia yang digunakan,
dan limbah yang ada.

Gambar 9. Apron

8. Coverall
Coverall adalah alat yang berfungsi untuk melindungi seluruh
tubuh dari kepala sampai kaki dari penularan melalui percikan
darah ataupun cairan tubuh sangat infeksius yang masuk melalui
mucous membrane atau luka. Penyediaan APD ini diutamakan
pada Fasyankes yang melakukan pelayanan dengan kasus
karantina atau Fasyankes dengan pandemic wabah, radiasi dan
paparan bahan kimia yang sangat toksik

Gambar 10. Coverall

89
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

2. Penerapan Kewaspadaan Standar


Penerapan kewaspadaan standar merupakan suatu upaya pencegahan
terhadap penularan infeksi dan paparan bahan kimia dalam perawatan
pasien di Fasyankes. Penerapan kewaspadaan standar ini dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan menteri kesehatan yang mengatur
mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi di Fasyankes.
3. Penerapan Prinsip Ergonomi
Tujuan penerapan ergonomi adalah agar SDM Fasyankes dapat bekerja
secara aman, nyaman, sehat, efektif, efisien dan produktif. SDM Fasyankes
berpotensi mengalami cedera dari bahaya ergonomi pada saat penanganan
(handling), mengangkat, mendorong, dan memindahkan atau merubah
posisi, duduk tidak ergonomis, posisi berdiri lama, posisi statis, gerakan
berulang dan posisi yang tidak ergonomi. Risiko ergonomi di Fasyankes
terkait erat dengan reposisi pasien dari tempat tidur ke tempat tidur lain, dari
kursi ke tempat tidur, dari lantai ke tempat tidur, transportasi pasien,
termasuk membersihkan dan memandikan pasien, pemberian asuhan
pelayanan dan tindakan medis seperti tindakan operasi, pelayanan
kesehatan gigi, pelayanan kebidanan dan lain lain.
Penerapan prinsip ergonomi merupakan upaya penyesuaian pekerjaan
dengan manusia, serta bagaimana merancang tugas, pekerjaan, peralatan
kerja, informasi, serta fasilitas di lingkungan kerja. Ruang lingkup yang harus
dilaksanakan sesuai persyaratan ergonomi di Fasyankes meliputi:

90
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Penanganan Beban Manual (Manual Handling)Standar berat objek yang


boleh diangkat secara manual tergantung dari letak obyek berada, dengan

rincian sebagai berikut:

Penanganan beban manual di Fasyakes sebagian besar terkait


dengan kegiatan memindahkan pasien (mengangkat, mendorong dan
memindahkan), contoh kegiatan memindahkan pasien di tempat tidur
sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
1. Sesuaikan tinggi tempat tidur dengan pinggang
2. Pastikan tempat tidur/brankar terkunci
3. Badan tidak melintir sebagian dalam menolong, putar badan secara
keseluruhan
4. Tekuk kaki untuk penyesuaian bukan membungkukkan punggung
(tulang punggung posisi netral)
5. Ukur kemampuan untuk menolong, upayakan ada penolong atau
bantuan.
a. Postur Kerja
Postur kerja dalam memberikan asuhan pelayanan di Fasyankes
merupakan salah satu faktor risiko ergonomi yang menyebabkan
gangguan kesehatan jika tidak melakukan proses kerja yang ergonomi.

91
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Postur kerja dalam keadaan duduk harus memperhatikan beberapa


hal berikut agar dapat bekerja dengan nyaman:
1. Pada saat duduk, posisikan siku sama tinggi dengan meja kerja,
lengan bawah horizontal dan lengan atas menggantung bebas.
2. Atur tinggi kursi sehingga kaki Anda bisa diletakkan di atas lantai
dengan posisi datar. Jika diperlukan gunakan footrest terutama bagi
SDM yang bertubuh mungil.
3. Sesuaikan sandaran kursi sehingga punggung bawah Anda ditopang
dengan baik.
4. Atur meja kerja supaya mendapatkan pencahayaan yang sesuai. Hal
ini untuk menghindari silau, pantulan cahaya dan kurangnya
pencahayaan dengan Nilai Ambang Batas peruntukan pekerjaan
yang dilakukan.
5. Pastikan ada ruang yang cukup di bawah meja untuk pergerakan
kaki.
6. Hindari tekanan berlebihan dari ujung tempat duduk pada bagian
belakang kaki dan lutut.
7. Letakkan semua dokumen dan alat yang diperlukan dalam
jangkauan Anda. Penyangga dokumen (document holder), alat dan
bahan dapat digunakan untuk menghindari pergerakan mata dan
leher yang janggal.

Postur kerja dalam keadaan posisi duduk tersebut selengkapnya dapat


mengacu kepada peraturan perundang- undangan yang mengatur
mengenai standar keselamatan dan kesehatan kerja perkantoran.
Postur kerja dalam keadaan berdiri harus memperhatikan beberapa hal
berikut:

1. Postur berdiri yang baik adalah posisi tegak garis lurus pada sisi tubuh
mulai dari telinga bahu pinggul dan mata kaki.
2. Posisi berdiri sebiknya berat badan bertumpu secara seimbang dua
kaki
92
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

3. Postur berdiri sebaiknya tidak dilakukan dalam jangka waktu yang


lama (+<1 jam atau <4 jam sehari) untuk menghindari kerja otot yang
statik, jika prostur kerja dilakukan berdiri sebaiknya sedinamis
mungkin.
4. Jaga punggung dalam posisi netral.
5. Jika pekerjaan berdiri dilakukan dalam jangka waktu lama, maka perlu
ada foot step (pijakan kaki) untuk mengistirahatkan salah satu kaki
secara bergantian.
6. Perlu disediakan tempat duduk untuk istirahat sejenak
Berdasarkan uraian tersebut di atas, secara khusus contoh postur
kerja yang ergonomi bagi bidan atau tenaga kesehatan penolong
persalinan yaitu:
1. Posisi penolong berdiri dengan fisiologi
2. Kaki rata dengan lantai
3. Gunakan sepatu tahan slip
4. Atur posisi berdiri dekat dengan proses kelahiran
5. Jika harus menunduk harus kurang 20o dan dengan kaki menekuk
dari pinggan sampai lutut bukan punggung.
6. Pada proses mengeluarkan bayi atau jahit/hetching
menggunakan bangku untuk footstep
7. Guna bangku khusus/tangga untuk menggapai benda dan alat kerja
yang lebih tinggi.
8. Minta bantuan asisten jika berat bayi atau benda diangkat melebihi
standar
9. Lakukan olahraga seperti senam, berenang, joging secara teratur
untuk meningkatkan dan mempertahankan kekuatan fisik.

93
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

b. Cara Kerja Dengan Gerakan Berulang Gerakan berulang yaitu:


1. Pekerjaan manual handling dilakukan jika >12x per menit dengan
beban < 5 kg, contoh: petugas kebersihan.
2. Pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan pergelangan tangan
dan jari >20x permenit, contoh: petugas administrasi, petugas farmasi,
dokter gigi, perawat.
Untuk mengurangi gerakan berulang merancang kembali cara dan
prosedur kerja yang lebih efektif, meningkatkan waktu jeda antara
aktifitas pengulangan atau mengganti dengan pekerjaan yang lain.
c. Shift Kerja
Shift kerja harus memperhatikan durasi kerja yang sesuai dengan
peraturan yaitu 40 jam per minggu, sehingga shift kerja yang disarankan
sebaiknya yang 3 shift dengan masing-masing shift 8 jam kerja selama 5
hari kerja per minggu atau sesuai peraturan yang ada.
d. Durasi Kerja
Durasi kerja untuk setiap karyawan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan antara lain:
1. 7 (tujuh) jam 1 (hari) dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam 1
(hari) dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu.
2. Jika terdapat kerja lembur harus mendapat persetujuan sumber daya
manusia yang bersangkutan dengan ketentuan waktu kerja lembur
paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas)
jam dalam 1 (satu) minggu.

Aktivitas rutin setiap 2 jam kerja sebaiknya diselingi peregangan.

94
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

e. Tata Letak Ruang Kerja


Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga
tiap sumber daya manusia yang bekerja dalam ruangan itu mendapat
ruang udara yang minimal 10 m3 dan sebaiknya 15m3.
Tata letak ruang kerja di Fasyankes harus memperhatikan house
keeping yang baik, diantaranya:
1. Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan Ruang Kerja Lantai
bebas dari bahan licin, cekungan, miring, dan berlubang yang
menyebabkan kecelakan dan cidera pada SDM Fasyankes.
2. Desain Alat dan Tempat Kerja
a. Penyusunan dan penempatan lemari peralatan dan material
kerja tidak mengganggu aktifitas lalu lalang pergerakan SDM
Fasyankes.
b. Penyusunan dan pengisian lemari peralatan dan material kerja
yang berat berada di bagian bawah.
c. Dalam pengelolaan benda tajam, sedapat mungkin bebas dari
benda tajam, serta siku-siku lemari peralatan dan material kerja
maupun benda lainnya yang menyebabkan SDM Fasyankes
cidera.
3. Pengelolaan Listrik dan Sumber Api
Dalam pengelolaan listrik dan sumber api, terbebas dari penyebab
elektrikal syok. Prosedur kerja yang aman di ruang kerja Fasyankes
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Dilarang berlari di ruang kerja.
b. Semua yang berjalan di lorong ruang kerja dan di tangga diatur
berada sebelah kiri.
c. Sumber daya manusia yang membawa tumpukan barang yang
cukup tinggi atau berat harus menggunakan troli dan tidak boleh
naik melalui tangga tapi menggunakan lift barang bila tersedia.

95
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

d. Tangga tidak boleh menjadi area untuk menyimpan barang,


berkumpul, dan segala aktivitas yang dapat menghambat lalu
lalang.
e. Bahaya jatuh dapat dicegah melalui kerumahtanggaan
Fasyankes yang baik, cairan tumpah harus segera dibersihkan
dan potongan benda yang terlepas dan pecahan kaca harus
segera diambil.
f. Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan segera
mengganti ubin rusak dan karpet usang.
g. Menggunakan listrik dengan aman.
4. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan bagi SDM Fasyankes dilakukan untuk
menilai status kesehatan dan penemuan dini kasus penyakit baik
akibat pekerjaan maupun bukan akibat pekerjaan, serta mencegah
penyakit menjadi lebih parah. Selain itu, pemeriksaan kesehatan
juga bertujuan untuk menentukan kelaikan bekerja bagi SDM
Fasyankes dalam menyesuaikan pekerjaannya dengan kondisi
kesehatannya (fit to work).
Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan minimal 1 (satu) tahun
sekali dengan memperhatikan risiko pekerjaannya. Penentuan
parameter jenis pemeriksaan kesehatan berkala disesuaikan dengan
jenis pekerjaan, proses kerja, potensi risiko gangguan kesehatan
akibat pekerjaan dan lingkungan kerja.
5. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit. SDM Fasyankes memiliki
risiko tertular penyakit infeksi seperti Hepatitis, Influenza, Varicella,
dan lain lain. Beberapa penyakit infeksi dapat dicegah dengan
imunisasi. SDM Fasyankes harus mendapatkan imunisasi khusunya
pada SDM Fasyankes yang memiliki risiko tinggi.

96
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Pemberian imunisasi diprioritaskan untuk imunisasi Hepatitis B,


karena tingginya risiko penularan Hepatitis B pada SDM Fasyankes.
6. Pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Fasyankes adalah
upaya untuk membudayakan SDM Fasyankes agar mempraktikkan
PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan Fasyankes yang
sehat. PHBS di tempat kerja antara lain:
a. Menerapkan peraturan dan prosedur operasi kerja
b. Menggunakan Alat Pelindung Diri sesuai pekerjaannya
c. Tidak merokok di tempat kerja
d. Melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
e. Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat
f. Menggunakan air bersih
g. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
h. Membuang sampah pada tempatnya
i. Menggunakan jamban saat buang air besar dan buang air kecil
j. Tidak mengonsumsi NAPZA
k. Tidak meludah sembarang tempat
l. Memberantas jentik nyamuk
7. Pengelolaan Sarana dan Prasarana dari Aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek
keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman dengan memastikan kekuatan sarana
dan prasarana atau sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang
mungkin terjadi. Aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada
sarana dan prasarana mencakup pengawasan dan pemeliharaan
pada komponen-komponen sarana (gedung), prasarana (jaringan
dan sistem)

97
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

a. Pengelolaan Sarana dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
1. Memastikan kemampuan bangunan gedung untuk
mendukung beban muatan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2. Memastikan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah
dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Persyaratan
Penempatan APAR:
1) Jarak tempuh penempatan APAR dari setiap tempat
atau titik dalam bangunan harus tidak lebih dari 25 m.
2) Mudah terlihat, termasuk instruksi pengoperasiannya
dan tanda identifikasinya.
3) Mudah dicapai (tidak terhalang oleh peralatan atau
material-material).
4) APAR diletakkan di atau dekat koridor atau lorong
yang menuju exit.
5) APAR diletakkan dekat dengan area yang berpotensi
bahaya kebakaran, akan tetapi tidak terlalu dekat
karena bisa rusak oleh sambaran api
6) Tempatkan APAR sesuai dengan karakteristik
tempat.
7) Hindari tempat yang menyebabkan korosif.
8) Jika di luar ruangan, APAR terlindungi dari kerusakan.
9) Dalam area khusus, apabila bahan yang disimpan
mudah terbakar di dalam ruangan yang kecil atau
tempat tertutup, tempatkan APAR di luar ruangan.

98
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

10) Kapasitas APAR minimal 2 kg dengan ketentuan


sekurang-kurangnya 1 (satu) buah APAR untuk
ruangan tertutup dengan luas tidak lebih dari 25m2
dan minimal 2 (dua) buah APAR kimia untuk luas
tempat parkir tidak melebihi 270 m2.
11) Setiap SDM Fasyankes mampu menggunakan APAR
sesuai standar prosedur operasional yang tersedia di
tabung APAR dan melakukan pemantauan kondisi
dan masa pakai secara berkala minimal 2 kali dalam
setahun
12) Pemasangan APAR ditentukan sebagai berikut:
(a) Dipasang pada dinding atau dalam lemari kaca
disertai palu pemecah dan dapat dipergunakan
dengan mudah pada saat diperlukan.
(b) Dipasang sedemikian rupa sehingga bagian
paling atas berada pada ketinggian maksimum
120 cm dari permukaan lantai, kecuali untuk jenis
CO2 dan bubuk kimia kering (dry powder)
penempatannya minimum 15 cm dari permukaan
lantai.
(c) Tidak diperbolehkan dipasang di dalam ruangan
yang mempunyai temperatur lebih dari 490C dan
di bawah 40C.
b) Tangga Darurat
Setiap bangunan Fasyankes yang memiliki 2 (dua)
lantai atau lebih, harus memiliki tangga darurat. dengan
ketentuan:

99
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

1) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi


dengan pintu darurat, diutamakan tahan api, dengan
arah pembukaan ke arah tangga dan dapat menutup
secara otomatis. Pintu harus dilengkapi petunjuk
“KELUAR” atau “EXIT” dengan warna terang dan
terlihat pada saat gelap.
2) Tangga darurat dan bordes harus memiliki lebar
minimal 1,20 m dan tidak boleh menyempit ke arah
bawah.
3) Tangga darurat harus dilengkapi pegangan tangan
yang kuat setinggi 1,10 m dan mempunyai lebar
injakan anak tangga minimal 28 cm dan tinggi
maksimal anak tangga 15-17 cm.
4) Ketentuan lebih lanjut tentang tangga darurat
mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
standar yang dipersyaratkan.
c) Pintu Darurat
Beberapa ketentuan yang perlu dipenuhi untuk pintu
darurat, antara lain sebagai berikut:
1) Setiap bangunan atau gedung yang bertingkat lebih
dari 2 (dua) lantai harus dilengkapi dengan pintu
darurat.
2) Lebar pintu darurat minimal 100 cm, membuka ke
arah tangga penyelamatan, kecuali pada lantai dasar
membuka ke arah luar (halaman).
3) Pintu darurat diutamakan harus tahan terhadap api.
4) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam standar yang
dipersyaratkan.

100
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

d) Keselamatan Lift
Memastikan setiap lift harus memenuhi persyaratan
sesuai dengan peraturan perundang undangan.
e) Peringatan Bahaya/Sistem Alarm Pada Gedung
Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan
sarana penyelamatan berupa sistem alarm, yang
dimaksudkan untuk memberikan peringatan dini berkaitan
dengan bahaya kebakaran, gempa dan lain- lain. Sistem
ini dapat diintegrasikan dengan sistem instalasi lift,
pressure fan untuk tangga darurat. Persyaratan
peringatan bahaya atau sistem alarm memiliki detektor
panas asap dan nyala api (heat detector). Penempatan
dan pemasangan detektor tersebut mengacu pada
peraturan yang berlaku.
f) Proteksi Kebakaran
Proteksi terhadap kebakaran gedung Fasyankes
sesuai dengan peraturan perundangan undangan dan
minimal tersedia APAR.
3. Memastikan memantau berfungsinya prasarana yang meliputi
instalasi listrik, sistem pencahayaan dan sistem grounding
(sistem pembumian), dan APAR.
4. Memastikan penghawaan/kebutuhan sirkulasi dan pertukaran
udara tersedia dengan baik, melalui bukaan dan/atau ventilasi
alami dan/atau ventilasi buatan. Dengan persyaratan sebagai
berikut:
a) Jumlah bukaan ventilasi alami tidak kurang dari 15%
terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan
ventilasi. Khusus ventilasi dapur minimal 20% dari luas
dapur (asap harus keluar dengan sempurna atau dengan
ada exhaust fan atau peralatan lain). Sedangkan sistem

101
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

ventilasi mekanis diberikan jika ventilasi alami yang


memenuhi syarat tidak memadai.
b) Penghawaan/ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan
3 (tiga) elemen dasar, yaitu:
1) Jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk dalam
ruang pada waktu tertentu.
2) Arah umum aliran udara dalam gedung seharusnya
dari area bersih ke area terkontaminasi dan dipastikan
terjadi pertukaran antara udara didalam ruang dengan
udara dari luar.

Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik, atau


campuran perlu memperhatikan kondisi lokal, seperti struktur
bangunan, lokasi/letak bangunan terhadap bangunan lain,
cuaca, biaya dan kualitas udara luar.

5. Memastikan sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan


yang berlaku, meliputi ketersediaan air bersih, pembuangan
air kotor dan/atau air limbah, tempat penampungan
sementara kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
Memastikan juga tersedianya perlengkapan keselamatan
dan kesehatan kerja seperti APD untuk pekerjaan sanitasi.
6. Memastikan penggunaan bahan bangunan gedung harus
aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
seperti zero timbal, asbes, merkuri dan lain-lain. Persyaratan
komponen bangunan dan material Fasyankes mengikuti
peraturan yang berlaku. Persyaratan kenyamanan
bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan
hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang,
pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan
sesuai peraturan yang berlaku.
102
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

7. Memastikan kelengkapan sarana pada bangunan gedung


untuk kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang
cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, ruang
ASI, toilet, tempat parkir.
8. Memastikan kondisi kualitas bangunan pada Fasyankes
seperti atap, langit-langit, dinding, lantai, jendela, dan lain-
lan.
9. Memastikan ketersediaan toilet cukup dan higienis
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
b. Pengelolaan Prasarana dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
1. Memastikan kemudahan aksesibilitas. Kemudahan
hubungan ruangan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung
sesuai ketentuan yang beralaku
2. Memastikan ketersediaan dan penggunaan APAR sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
3. Memastikan kelengkapan prasarana pada bangunan
gedung untuk kepentingan umum meliputi penyediaan
fasilitas yang cukup seperti tempat sampah, fasilitas
komunikasi dan informasi. Bangunan gedung yang
bertingkat harus menyediakan tangga yang menghubungkan
lantai yang satu dengan yang lainnya dengan
mempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan
dan kesehatan pengguna. Persyaratan tangga sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Memastikan tersedianya air bersih, air minum dan air
kegunaan khusus (ruang tindakan dan laboratorium) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Memastikan kualitas udara dalam ruang sesuai dengan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

103
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

6. Memastikan kondisi kualitas tanah tidak berpotensi sebagai


media penularan penyakit antara lain tanah bekas tempat
pembuangan akhir sampah, tidak terletak di daerah banjir,
tidak berada di bantaran sungai/aliran sungai/longsor dan
bekas lokasi pertambangan.
7. Memastikan penerapan prinsip-prinsip higiene sanitasi
dalam pengelolaan pangan di Fasyankes.
8. Memastikan prasarana untuk mencegah perkembang biakan
vektor penyakit, mengamati dan memeriksa adanya tanda-
tanda kehidupan vektor dan binatang pembawa penyakit,
antara lain tempat berkembangbiaknya jentik, kecoa,
nyamuk dan jejak tikus, serta kucing.
a) Sarana dan bangunan di lingkungan kerja Fasyankes
harus memenuhi syarat kesehatan lingkungan serta
persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan.
b) Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum bagi
Fasyankes yang melakukan pemeriksaan spesimen
antara lain:
1) Jas laboratorium sesuai standar
2) Sarung tangan
3) Masker
4) Alas kaki/sepatu tertutup
Sepatu anti slip harus dipakai di laboratorium,
sedangkan sepatu dengan jempol terbuka dan
sandal tidak disarankan untuk dipakai oleh SDM
Fasyankes laboratorium yang bekerja dengan
melibatkan berbagai bahan kimia yang berbahaya.
SDM Fasyankes yang membersihkan tumpahan
bahan kimia perlu memakai alas kaki yang resisten
atau kedap bahan kimia.

104
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Khusus untuk laboratorium, alas kaki harus


dirancang dengan bahan yang tepat agar bisa
sebagai pelindung yang baik bila diperlukan.
5) Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin
disinfectant) dan air mengalir
6) Lemari asam (fume hood) dilengkapi dengan
exhaust ventilation system
7) Pipetting aid, rubber bulb
8) Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lanset.
9) Pemancur air (emergency shower)
10) Kabinet keamanan biologis kelas I, II, atau III
(tergantung dari jenis mikroorganisme yang
ditangani dan diperiksa di laboratorium
11) Penyediaan eye wash/shower dan body wash
diperuntukkan yang menggunakan bahan kimia atau
bahan biologi dengan biosafety level 2 atau lebih
c) Sarana dan prasarana dalam penyimpanan vaksin
menggunakan sistem rantai dingin (cold chain) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Pengelolaan Peralatan Medis dari Aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Peralatan medis merupakan peralatan di Fasyankes yang
digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Pengelolaan
peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja adalah
upaya memastikan sistem peralatan medis aman bagi SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes dari potensi bahaya
peralatan medis baik saat digunakan maupun saat tidak digunakan.
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan peralatan medis dari aspek
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:

105
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

a. Memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan


medis.
b. Memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan
dan yang tidak digunakan.
c. Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan.
d. Memastikan dilaksanakanya kalibrasi secara berkala.
e. Memastikan dilakukan pemeliharaan pada peralatan medis.
f. Memastikan penyimpanan peralatan medis dan penggunanya
sesuai standar prosedur operasional.

Dalam pemantauan pelaksanaan kegiatan tersebut di atas


menggunakan daftar ceklis untuk memastikan semuanya dilakukan
secara berkala.

9. Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat atau Bencana,


Termasuk Kebakaran (Emergency Response Plan)
Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana
adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk
meminimalkan dampak kerugian atau kerusakan yang mungkin
terjadi akibat keadaan darurat baik internal maupun eksternal oleh
karena kegagalan teknologi, ulah manusia, atau bencana yang dapat
terjadi setiap saat di Fasyankes.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.

106
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Tujuan dari kesiapsiagaan adalah meminimalkan dampak dari


kondisi darurat dan bencana baik internal maupun eksternal yang
dapat menimbulkan kerugian fisik, material, jiwa, bagi SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung,
masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes, maupun sistem
operasional di Fasyankes.
a. Kesiapsiagaan Menghadapi Keadaan Bencana
Langkah-langkah dalam melakukan kesiapsiagaan bencana:
1. Identifikasi Risiko Kondisi Darurat atau Bencana
Mengidentifikasi potensi keadaan darurat di area kerja yang
berasal dari aktivitas (proses, operasional, peralatan),
produk dan jasa. Contoh dari keadaan darurat yang mungkin
terjadinya adalah gempa bumi, banjir, kebakaran,
peledakan, keracunan, huru hara, dan pandemi.
2. Analisis Risiko Kerentanan Bencana
Analisis risiko kerentanan bencana merupakan penilaian
terhadap bencana yang paling mungkin terjadi. Analisis
kerentanan bencana terkait dengan bencana alam,
teknologi, manusia, penyakit/wabah dan hazard material.
3. Pengendalian kondisi darurat atau bencana
a) Membentuk Tim Tanggap Darurat atau Bencana
b) Menyusun juknis tanggap darurat atau bencana
c) Menyusun standar prosedur operasional
tanggap darurat atau bencana antara lain:
1) kedaruratan keamanan (penculikan bayi,
pencurian, kekerasan pada petugas kesehatan).
2) kedaruratan keselamatan (kesetrum, kebakaran,
gedung roboh).
3) tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).

107
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

4) kegagalan peralatan medik dan non medik


(kebocoran rontgen, gas meledak, AC sentral).
d) Menyediakan alat/sarana dan prosedur
keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi, antara
lain:
1) rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu
darurat.
2) jalur evakuasi.
3) titik kumpul (assembly point).
4) APAR
e) Menilai kesesuaian, penempatan, dan kemudahan untuk
mendapatkan alat keadaan darurat oleh petugas/SDM
Fasyankes yang berkompeten dan berwenang.
f) Memasang tanda pintu darurat sesuai dengan standar
dan pedoman teknis.
g) Simulasi kondisi darurat atau bencana
Simulasi kondisi darurat atau bencana berdasarkan
penilaian analisa risiko kerentanan bencana dilakukan
terhadap keadaan, antara lain:
1) penculikan bayi
2) ancaman bom
3) tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
4) gangguan keamanan
Melakukan uji coba (simulasi) kesiapan petugas/SDM
Fasyankes yang bertanggung jawab menangani
keadaan darurat yang dilakukan minimal 1 tahun sekali
pada setiap gedung.

108
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

b. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Fasyankes


meliputi:
1. Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
a) Mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada di
Fasyankes.
b) Mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran secara
spesifik, dengan membuat denah potensi berisiko tinggi
terutama terkait bahaya kebakaran.
c) Inventarisasi dan pengecekan sarana proteksi
kebakaran pasif dan aktif.
2. Proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR, sprinkler,
detektor panas dan smoke detector
3. Proteksi kebakaran secara pasif, contohnya
a) jalur evakuasi
b) pintu darurat
c) tangga darurat
d) tempat titik kumpul aman
4. Pengendalian Kebakaran dan Ledakan di Fasyankes
a) Penempatan bahan mudah terbakar aman dari api dan
panas.
b) Pengaturan konstruksi gedung mengikuti prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c) Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
mudah terbakar dan gas medis di tempat yang aman.
d) Larangan merokok.
e) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara
berkala.
f) Simulasi kebakaran minimal dilakukan 1 tahun sekali
untuk setiap gedung.

109
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

g) Pemantauan bahaya kebakaran terkait proses


pembangunan di dalam/berdekatan dengan bangunan
yang dihuni pasien.
10. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah B3
secara aman dan sehat wajib dilakukan oleh Fasyankes sesuai
standar dan peraturan yang ada. Pengelolaan bahan dan limbah B3
dalam aspek K3 Fasyankes harus memastikan pelaksaan
pengelolaan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja SDM
pengelola terbebas dari masalah kesehatan akibat pekerjaanya.
Kesalahan dalam pelaksanaan pengelolaan Bahan dan Limbah B3
taruhannya adalah keselamatan dan kesehatan tidak hanya pekerja
tetapi pasien, keluarga pasien dan lingkungan Fasyankes.
Aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang harus di lakukan
dalam pengelolaan bahan dan limbah B3:
a. Indentifikas dan inventarisasi bahan dan limbah B3
b. Memastikan adanya penyimpanan, pewadahan, dan perawatan
bahan sesuai dengan karekteristik, sifat, dan jumlah.
c. Tersediannya lembar data keselamatan sesuai dengan
karakteristik dan sifat bahan dan limbah B3.
d. Tersedianya sistem kedaruratan tumpahan/bocor bahan dan
limbah B3.
e. Tersedianya sarana keselamatan bahan dan limbah B3 seperti
spill kit, rambu dan simbol B3, dan lain lain.
f. Mamastikan ketersediaan dan penggunaan alat pelindung diri
sesuai karekteristik dan sifat bahan dan limbah B3.

110
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

g. Tersedianya standar prosedur operasional yang menjamin


keamanan kerja pada proses kegiatan pengelolaan bahan dan
limbah B3 (pengurangan dan pemilahan, penyimpanan,
pengangkutan, penguburan dan/atau penimbunan bahan dan
limbah B3).
h. Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan
jaminan keamanan kerja untuk pengelola dan Fasyankes akibat
kegagalan kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 yang
dilakukan.
Pengelolaan Bahan dan limbah B3 secara teknis di setiap
Fasyankes dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

11. Pengelolaan Limbah Domestik


Limbah domestik merupakan limbah yang berasal dari kegiatan
non medis seperti kegiatan dapur, sampah dari pengunjung, sampah
pepohonan dan lain-lain yang tidak mengandung kuman infeksius,
termasuk pula di dalamnya kardus obat, plastik pembungkus syringe,
dan benda lainnya yang tidak mengandung dan tidak terkontaminasi
kuman patogen atau bahan infeksius.
Pengelolaan limbah domesitik secara aman dan sehat wajib
dilakukan oleh Fasyankes sesuai standar dan peraturan yang ada.
Pengelolaan limbah domestik Fasyankes harus memperhatikan hal
hal sebagai berikut:
a) Penyediaan tempat sampah terpilah antara organik dan non-
organik dan dilengkapi oleh tutup.
b) Tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik hitam.
c) Penyediaan masker, sarung tangan kebun/ Rubber Gloves dan
sepatu boots bagi petugas kebersihan.
d) Cuci tangan memakai sabun setelah mengelola sampah.

111
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

e) Apabila terkena benda tajam atau cidera akibat buangan


sampah, diharuskan untuk melapor kepada petugas kesehatan
untuk dilakukan investigasi kemungkinan terjadinya infeksi dan
melakukan tindakan pencegahan seperti pemberian vaksin
Tetanus Toksoid (TT) kepada petugas kebersihan.

Pengelolaan limbah domestik secara teknis di setiap Fasyankes


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium


1. Pedoman Umum
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium merupakan
bagian dari pengelolaan laboratorium secara keseluruhan.
Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama
berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia maupun
bukan manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak
dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen.

Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya,


atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya
yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus
memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya, mempunyai
sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan
dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta mengontrol
bahan/spesimen secara baik menurut praktik laboratorium yang
benar.

a. Petugas/Tim K3 Laboratorium
Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi
tanggung jawab setiap petugas terutama yang berhubungan
langsung dengan proses pengambilan spesimen, bahan, reagen
pemeriksaan.

112
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Untuk mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan


mengevaluasi pelaksanaan keamanan laboratorium, terutama
untuk laboratorium yang melakukan berbagai jenis pelayanan
dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional
keamanan laboratorium.
Kepala laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam
pelaksanaan K3 laboratorium. Dalam pelaksanaannya kepala
laboratorium dapat menunjuk seorang petugas atau membentuk
tim K3 laboratorium. Petugas atau tim K3 laboratorium
mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau
pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas
laboratorium, mencakup:
1. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala
terhadap metode/prosedur dan pelaksanaannya, bahan
habis pakai dan peralatan kerja, termasuk untuk kegiatan
penelitian.
2. Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan
dapat menghindari bahaya infeksi.
3. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam
laboratorium yang memungkinkan terjadinya
pelepasan/kebocoran/penyebaran bahan infektif.
4. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan
dekontaminasi yang telah dilakukan jika ada
tumpahan/percikan bahan infektif.
5. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan
terhadap peralatan laboratorium yang akan diservis atau
diperbaiki.
6. Menyediakan kepustakaan/rujukan K3 yang sesuai dan
informasi untuk petugas laboratorium tentang perubahan
prosedur, metode, petunjuk teknis dan pengenalan pada alat
yang baru.
113
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

7. Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi


petugas laboratorium.
8. Memantau petugas laboratorium yang sakit atau absen yang
mungkin berhubungan dengan pekerjaan di laboratorium dan
melaporkannya pada pimpinan laboratorium.
9. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif
dibuang secara aman setelah melalui proses dekontaminasi
sebelumnya.
10. Mengembangkan sistem pencatatan, yaitu tanda terima,
pencatatan perjalanan dan pembuangan bahan patogenik
serta mengembangkan prosedur untuk pemberitahuan
kepada petugas laboratorium tentang adanya bahan infektif
yang baru di dalam laboratorium.
11. Memberitahu kepala laboratorium mengenai adanya
mikroorganisme yang harus dilaporkan kepada pejabat
kesehatan setempat ataupun nasional dan badan tertentu.
12. Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul
di luar jam kerja.
13. Membuat rencana dan melaksanakan pelatihan K3
laboratorium bagi seluruh petugas laboratorium.
14. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di
laboratorium dan melaporkannya kepada kepala
laboratorium.

Setiap laboratorium sebaiknya membuat pokok-pokok K3


laboratorium yang penting dan ditempatkan di lokasi yang
mudah dibaca oleh setiap petugas laboratorium.

114
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

b. Kesehatan Petugas Laboratorium


Pada setiap calon petugas laboratorium harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan lengkap termasuk foto toraks. Keadaan
kesehatan petugas laboratorium harus memenuhi standar
kesehatan yang telah ditentukan di laboratorium . Untuk menjamin
kesehatan para petugas laboratorium harus dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pemberian imunisasi
Setiap laboratorium harus mempunyai program imunisasi,
terutama bagi petugas yang bekerja di laboratorium tingkat
keamanan biologis 2, 3 dan 4. Vaksinasi yang diberikan:
a) Vaksinasi Hepatitis B untuk semua petugas laboratorium.
b) Vaksinasi Rubella untuk petugas wanita usia reproduksi.
Pada wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes virus).

2. Perlindungan terhadap sinar Ultra Violet


Petugas laboratorium yang bekerja dengan sinar ultra
violet harus menggunakan pakaian pelindung khusus dan
alat pelindung mata.
3. Pemantauan kesehatan
Kesehatan setiap petugas laboratorium harus selalu
dipantau, untuk itu setiap petugas harus mempunyai kartu
kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan diperlihatkan
kepada dokter bila petugas tersebut sakit. Minimal setiap
tahun dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk
pemeriksaan laboratorium.
Bila petugas laboratorium sakit lebih dari 3 hari tanpa
keterangan yang jelas tentang penyakitnya, maka petugas
yang bertanggung jawab terhadap K3 laboratorium harus
melapor pada kepala laboratorium tentang kemungkinan
115
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

terjadinya pajanan yang diperoleh dari laboratorium dan


menyelidikinya.
c. Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum yang perlu
disiapkan di laboratorium adalah:
1. Jas laboratorium sesuai standar.
2. Sarung tangan.
3. Masker.
4. Alas kaki/sepatu tertutup.
5. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfectant)
dan air mengalir.
6. Lemari asam (fume hood), dilengkapi dengan exhaust
ventilation system.
7. Pipetting aid, rubber bulb.
8. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lanset.
9. Pemancur air (emergency shower)
10. Kabinet keamanan biologis kelas I atau II atau III (tergantung
dari jenis mikroorganisme yang ditangani dan diperiksa di
laboratorium).
Kelompok mikroorganisme yang memerlukan pengamanan
secara lengkap dapat dilihat pada Pedoman Keamanan
Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan.
Sarana dan prasarana K3 laboratorium pada pemeriksaan
khusus (Avian Influenza) seperti pada laboratorium pada
umumnya dengan ditambahkan masker N-95, kacamata goggle,
tutup kepala plastik dan biosafety laboratory level III.

116
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

d. Pengamanan pada keadaan darurat


1. Sistem tanda bahaya.
2. Sistem evakuasi.
3. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
4. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau ke luar
laboratorium
5. Sistem informasi darurat.
6. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan
darurat
7. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air
terletak pada lokasi yang mudah dicapai.
8. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali.
9. Nomor telepon ambulan, pemadam kebakaran dan
polisi di setiap ruang laboratorium.
e. Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal-hal sebagai
berikut:
a) Mencegah penyebaran bahan infeksi, misalnya:
a) Menggunakan peralatan standar. Misal lingkaran sengkelit
ose harus jenuh dan panjang tangkai maksimum 6 cm.
b) Tidak melakukan tes katalase diatas gelas obyek.
Sebaiknya gunakan tabung atau gelas obyek yang
memakai penutup. Cara lain adalah dengan
menyentuhkan permukaan koloni mikroorganisme dengan
tabung kapiler hematokrit yang berisi hidrogen peroksida.
c) Menempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan
disterilisasi dalam wadah yang tahan bocor.
d) Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja dengan
disinfektan yang sesuai setiap kali habis bekerja.

117
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

b) Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata


Selama bekerja, partikel dan droplet (diameter > 5 µm) akan
terlepas ke udara dan menempel pada permukaan meja serta
tangan petugas laboratorium, untuk itu dianjurkan untuk
mengikuti hal-hal di bawah ini:
a) Mencuci tangan dengan sabun/disinfektan sebelum dan
sesudah bekerja. Jangan menyentuh mulut dan mata
selama bekerja
b) Tidak makan, minum, merokok, mengunyah permen atau
menyimpan makanan/ minuman dalam laboratorium
c) Tidak memakai kosmetik ketika berada dalam laboratorium
d) Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat
risiko percikan bahan infeksi saat bekerja
c) Mencegah infeksi melalui tusukan
Jarum suntik, pipet Pasteur kaca dan pecahan kaca obyek
dapat menyebabkan luka tusuk. Untuk itu dapat dihindari
dengan bekerja dengan hati-hati dan memilih pipet pasteur
yang terbuat dari plastik.
d) Menggunakan pipet dan alat bantu pipet
a) Tidak memipet dengan mulut, tetapi gunakan alat bantu
pipet
b) Tidak meniupkan udara maupun mencampur bahan
terinfeksi dengan cara menghisap dan meniup cairan lewat
pipet
c) Tidak keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
d) Disinfeksi segera meja kerja yang terkena tetesan
cairan/bahan infeksi dari pipet dengan kapas yang dibasahi
disinfektan. Kapas di otoklaf setelah selesai digunakan.
e) Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan
sampai tetes terakhir

118
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

f) Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi disinfektan.


Biarkan selama 18-24 jam sebelum disterilisasi
g) Tidak menggunakan semprit dengan atau tanpa jarum
suntik untuk memipet.
e) Menggunakan sentrifus/alat pemusing
a) Lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik.
b) Sentrifus harus diletakkan pada ketinggian tertentu
sehingga petugas laboratorium dapat melihat ke dalam alat
dan menempatkan tabung sentrifus dengan mudah.
c) Periksa rotor sentrifus dan selonsong (bucket) sebelum
dipakai atau secara berkala untuk melihat tanda korosi dan
keretakan.
d) Selongsong berisi tabung sentrifus harus seimbang
e) Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan
gunakan larutan NaCI atau hipoklorit karena bersifat korosif.
f) Setelah dipakai, simpan selongsong dalam posisi
terbalik agar cairan penyeimbang dapat mengalir keluar.
g) Melakukan sentrifugasi dengan cara yang benar yaitu
tabung harus tertutup rapat dan selongsong yang terkunci,
untuk melindungi petugas laboratorium terhadap aerosol
dan sebaran partikel dari mikroorganisme.
h) Pastikan sentrifuse tertutup selama dijalankan.
f) Menggunakan alat homogenisasi, alat pengguncang dan alat
sonikasi
a) Tidak menggunakan alat homogenisasi yang dipakai dalam
rumah tangga, karena dapat bocor dan menimbulkan
aerosol. Gunakan blender khusus untuk laboratorium
b) Mangkuk, botol dan tutupnya harus dalam keadaan baik dan
tidak cacat. Tutup botol harus pas.

119
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

c) Aerosol yang mengandung bahan infeksi dapat keluar dari


celah antara tutup dan tabung alat homogenisasi, alat
pengguncang (shaker) dan alat sonikasi.
d) Dapat dicegah dengan menggunakan tabung yang terbuat
dari politetrafluoretilen (PTFE), karena tabung dari gelas
dapat pecah.
e) Gunakan alat pelindung telinga saat melakukan sonikasi.
g) Menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku
a) Membersihkan lemari pendingin (refrigerator), lemari
pembeku (freezer) dan tabung es kering (dry-Ice),
melakukan defrost secara teratur
b) Membuang ampul, tabung, botol dan wadah lain yang
pecah. Menggunakan alat pelindung muka dan sarung
tangan karet tebal saat bekerja. Setelah dibersihkan,
permukaan dalam lemari pendingin dan lemari pembeku
harus didisinfeksi dengan disinfektan yang tidak korosif
c) Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal
disimpan dan nama orang yang menyimpan. Wadah yang
tidak berlabel dan bahan yang sudah kadaluwarsa harus
dimusnahkan.
d) Tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar.
h) Membuka ampul berisi bahan infeksi yang diliofilisasi
Ampul berisi bahan infeksi yang disimpan dalam bentuk
liofilisat harus dibuka dengan hati-hati. Bahan di dalam ampul
berada dalam tekanan yang rendah, sehingga bila ampul
dibuka dengan tiba-tiba, maka sebagian isinya dapat
menyebar ke udara. Ampul harus selalu dibuka dalam kabinet
keamanan biologis. Dianjurkan untuk mengikuti petunjuk di
bawah ini saat membuka ampul:

120
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

a) Dekontaminasi permukaan luar ampul.


b) Beri tanda pada bagian ampul dekat sumbat kapas atau
selulose.
c) Pegang ampul dalam keadaaan terbungkus kapas.
d) Lepaskan bagian atas ampul dengan perlahan dan
perlakukan sebagai bahan yang terkontaminasi.
e) Jika sumbat masih ada di atas bahan, lepaskan dengan
forsep steril.
f) Tambahkan cairan perlahan-lahan untuk melarutkan
kembali bahan dalam ampul dan mencegah timbulnya
busa/gelembung cairan.
f. Disinfeksi dan Dekontaminasi
1. Disinfeksi cara kimia
a) Natrium hipoklorit
1) Bersifat oksidatif kuat, korosif dan aktif terhadap semua
mikro organisme.
2) Konsentrasi larutan natrium hipoklorit yang dijual untuk
keperluan laboratorium adalah 5,25 %, yang
mengandung 50 g/l (50.000 ppm) zat klor aktif.
3) Konsentrasi yang umum digunakan untuk disinfeksi
adalah 1 g/l (1000 ppm) zat klor aktif. Konsentrasi 10
g/l (10.000 ppm) zat klor aktif digunakan bila ada
tumpahan darah atau bahan biologis yang banyak.
Kekuatan di dalam larutan makin lama makin
menurun, untuk itu perlu dibuat larutan baru setiap
minggu.
4) Tablet atau butiran kalsium hipoklorit (kaporit)
mengandung 70 % zat klor aktif. Larutan kalsium
hipoklorit dengan konsentrasi 0,7-1,4 dan 7 g/l masing-
masing akan mengandung 500-1000 dan 5000 ppm zat
klor aktif.
121
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

5) Pada keadaan darurat dan saat bekerja dengan


mikroorganisme kelompok risiko empat, digunakan
konsentrasi 4-5 g/l (4000-5000 ppm) zat klor aktif.
b) Formaldehid
a) Dapat dipakai untuk semua mikro organisme. Tidak efektif
pada suhu rendah (dibawah 20°C). Efektif pada
kelembaban relatif tinggi (70%).
b) Biasanya dijual dalam bentuk polimer padat
(paraformaldehid), dalam bentuk serbuk, tablet atau gas
dalam air (formalin). Konsentrasi formalin adalah 370 g/l
(37%). Untuk menstabilkan formalin, digunakan metanol
100 mL/L.
c) Formaldehid dengan konsentrasi 18,5 g/l (5% formalin
dalam air) dapat digunakan sebagai disinfektan cair dan
dianjurkan untuk dipakai terhadap virus Ebola dan virus
hepatitis B.
d) Gas formaldehid dan formalin dapat digunakan untuk
dekontaminasi ruangan (fumigasi).
c) Fenol (Asam karbol)
a) Efektif untuk semua bentuk mikroorganisme kecuali spora.
b) Digunakan sebagai pengganti natrium hipoklorit.
c) Turunan fenol sering merupakan disinfektan kuat misalnya
heksaklorofen.
d) Memberikan efek yang bervariasi terhadap virus.
d) Iodium
a) Cara kerjanya seperti natrium hipoklorit.
b) Permukaan tempat kerja dapat dibersihkan dengan larutan
iodium 0,075 g/l (75 ppm) kecuali jika terdapat banyak
protein.
c) Iodium yang dilarutkan dalam etil alkohol dapat membunuh
spora.

122
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

d) Konsentrasi 0,45 g/l (450 ppm) dapat dipakai untuk


disinfeksi mikro organisme kelompok risiko empat.
e) Formula yang sering dijumpai adalah povidone-iodine
(PVI) berupa larutan dengan konsentrasi 10% (mengandung
yodium 1%). Untuk penggunaan khusus (misalnya mencuci
muka) dapat diencerkan 4 kali dengan air matang. Larutan
baru dibuat setiap hari.
f) Jangan digunakan terhadap aluminium dan tembaga.
e) Alkohol
a) Merusak struktur lipid dengan cara penetrasi ke dalam
daerah hidrokarbon dan denaturasi protein sel.
b) Alkohol rantai pendek menyebabkan kerusakan membran
yang lebih besar dari pada alkohol rantai panjang.
c) Yang umum digunakan adalah etanol dan isopropanol.
d) Pada suhu kamar, alkohol alifatik tidak dapat membunuh
spora karena itu jangan digunakan untuk sterilisasi alat.
e) Aktif terhadap bakteri (kecuali bentuk spora), jamur dan
virus berselubung.
f) Paling efektif pada konsentrasi 70-90%.
g) Campuran dengan disinfeksi lain akan memperkuat daya
disinfektan alkohol, misalnya alkohol 70% ditambah
formaldehid 100 g/l atau alkohol ditambah zat klor aktif 2
g/l.

123
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

f) Glutaraldehid
a) Untuk membunuh bakteri dan spora, glutaraldehid 10x
lebih kuat dari pada formaldehid. Aktivitasnya mampu
menembus lapisan protein
b) Relatif kurang toksik dibandingkan formaldehid
c) Diduga glutaraldehid bekerja dengan melekat pada gugus
sulfhidril atau amino. Sasaran sebenarnya dalam sel belum
diketahui
d) Sering digunakan untuk sterilisasi alat bedah
e) Dijual dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 20 g/l
(2%) dan umumnya perlu diaktifkan dengan menambah
bikarbonat. Larutan akan bersifat alkalis dan harus
digunakan dalam 2 minggu. Jika larutan menjadi keruh
harus dibuang
f) Efek samping: bersifat iritatif, toksik dan mutagenik. Hindari
kontak dengan kulit, mata dan saluran napas.

Dekontaminasi

Dekontaminasi ruang laboratorium memerlukan gabungan antara


disinfeksi cair dan fumigasi. Permukaan tempat kerja didekontaminasi
dengan disinfektan cair, sedangkan untuk ruangan dan alat di dalamnya
digunakan fumigasi. Umumnya fumigasi dilakukan dengan memanaskan
paraformaldehid (10,8 gr/m 3) yang dicampur dengan 2 bagian KMnO4, atau
dengan mendidihkan formaldehid (35 ml/m3).

Fumigasi dapat juga dilakukan dengan gas formaldehid yang didapat


dengan cara memanaskan paraformaldehid (10,8 gr/m 3) yang dicampur
dengan air. Semua jendela dan pintu harus tertutup rapat sebelum
difumigasi. Lama fumigasi minimum 8 jam pada pada suhu 21°C dan
kelembaban kurang dari 70%.

124
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Setelah fumigasi, semua ruangan harus dibuka minimal jam sebelum


orang diperbolehkan masuk.Hindari reservoar air karena formalin mudah
larut di dalamnya. Petugas yang melakukan fumigasi sebaiknya
mengenakan masker dan kaca mata pelindung.

g. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh.


Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas
laboratorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah
seperti virus Hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency Virus),
Avian Influenza dan lain-lain.
1. Mengambil, memberi label dan membawa spesimen:
a) Hanya petugas laboratorium yang boleh melakukan
pengambilan darah,
b) Gunakan sarung tangan;
c) Perhatikan teknik pengambilan darah pada bab V
Spesimen
d) Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi
label BAHAYA INFEKSI
e) Masukkan tabung ke dalam kantong plastik untuk dibawa
ke laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara
terpisah.
2. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
a) Gunakan sarung tangan
b) Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis
kelas I dan kelas II
c) Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung dengan
dililit kain kasa terlebih dahulu.

125
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

3. Kaca dan benda tajam


a) Diutamakan, menggunakan alat terbuat dari plastik sebagai
pengganti kaca/gelas.
b) Sedapat mungkin hindari penggunaan alat suntik.
4. Sediaan darah pada gelas obyek. Pegang gelas obyek dengan
forsep.
5. Peralatan otomatis
a) Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type).
b) Cairan yang keluar dari alat/effluent harus dikumpulkan
dalam tabung/wadah tertutup atau dibuang ke dalam sistem
pembuangan limbah.
c) Jika memungkinkan, alirkan larutan hipoklorit atau
glutaraldehid ke dalam alat setiap habis dipakai. Air dapat
digunakan sebagai pengganti disinfektan hanya pada
keadaan tertentu.

126
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Peralatan laboratorium umum yang dapat menimbulkan bahaya dan cara


mengatasinya dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Peralatan Laboratorium, bahaya dan cara mengatasinya

Peralatan Bahaya Cara mengatasinya


laboratorium
Jarum semprit Tusukan, Gunakan jarum semprit dengan sistem
aerosol pengunci untuk mencegah terlepasnya
, tumpahan jarum dari semprit, jika mungkin gunakan
alat suntik sekali pakai. Sedot bahan
pemeriksaan dengan hati-hati untuk
menguranngi gelembung udara. Lingkari
jarum dengan kapas disinfektan saat
menarik jarum dari botol spesimen. Jika
mungkin, lakukan dalam kabinet
keamanan biologis. Semprit harus
diotoklaf sebelum dibuang, jarum
sebaiknya dibakar
dengan alat insinerasi
Sentrifus/alat Aerosol, percikan, Jika diduga ada tabung pecah saat
pemusing tabling pecah sentrifugasi, matikan mesin dan jangan
dibuka selama 30 menit. Jika tabung
pecah setelah mesin berhenti, sentrifus
harus ditutup kembali dan biarkan
selama 30 menit. Laporkan kejadian ini
kepada petugas keamanan kerja.
Gunakan sarung tangan karet tebal dan
forsep untuk mengambil pecahan kaca.
Tabung yang pecah, pecahan gelas dan
selonsong serta rotor harus didisinfeksi
secara terpisah. Ruang dalam sentrifus
(chamber) didisinfeksi, dibiarkan satu
malam. Bilas dengan air dan keringkan
Alat Aerosol, kebocoran Gunakan alat homogenisasi yang terbuat
homogenisasi dari teflon. Tabung dan tutup alat harus
dan alat dalam keadaan baik. Saat bekerja, tutup
pengaduk alat dengan plastik. Sebaiknya pekerjaan
(stirrer) dilakukan dalam kabinet keamanan
biologis.

127
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

Peralatan Bahaya Cara mengatasinya


laboratorium
Alat pemecah Aerosol, kebocoran Operator harus memakai sarung tangan
jaringan (grinder) dan alat dipegang dengan bahan
absorben yang lunak.
Alat Aerosol, percikan, Gunakan tabung yang tertutup rapat,
pengguncang tumpahan dilengkapi dengan filter pada mulut
(shaker) tabung.
Alat liofilisasi Aerosol, kontak Gunakan filter untuk udara antara
langsung, pompa dan daerah hampa udara.
kontaminasi Gunakan konektor berbentuk cincin O
untuk menutup seluruh unit. Lengkapi
dengan penyaring
kelembaban yang terbuat dari logam.
Periksa semua saluran hampa udara
yang terbuat dari gelas terhadap
adanya kerusakan. Gunakan hanya
alat gelas yang dirancang untuk alat ini.
Pakai disinfektan yang baik seperti
disinfektan kimia.

Kabinet Aerosol, percikan Cara pengamanan


keamanan yang maksimum
biologis kelas III
Alat bantu pipet Bahaya Dapat di disinfeksi, mudah di-gunakan
pemipetan dengan dan mencegah kontami-nasi serta
mulut, yaitu: kebocoran dari ujung pipet
tertelannya
mikroorganisme
patogen, inhalasi
aerosol dan
kontaminasi pada
ujung tempat
menghisap
Pelindung Inhalasi aerosol Tertahannya partikel sebesar 1-5
pernafasan mikron. Melindungi mata jika
menggunakan pelindung muka penuh
Pelindung muka dan Pecahan Pelindung muka: Melindungi seluruh
pelindung mata , muka
percikan Pelindung mata: melindungi mata dan
bagian mata

128
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372
Otoklaf Kontaminasi Sterilisasi yang efektif
mikroorganisme
pada alat sekali
pakai dan alat yang
digunakan kembali

Peralatan Bahaya Cara mengatasinya


laboratoriu
m
Botol dengan Aerosol, tetesan Perlindungan yang efektif
tutup berulir
Alat insenerasi Aerosol Mengurangi percikan dan penyebaran
mikro bahan infeksi
Lemari asam Percikan bahan Memisahkan daerah kerja
kimia dengan operator

Berbagai peralatan laboratorium yang dapat mencegah bahaya serta


keamanan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Peralatan keamanan, bahaya yang dicegah dan keamanan
yang diperoleh

Alat Bahaya yang dicegah Keamanan


Kabinet keamanan Aerosol, percikan Aliran udara yang masuk
biologis kelas II ke daerah kerja sedikit
Kabinet keamanan Aerosol, percikan Aliran udara yang masuk
biologis kelas II ke daerah kerja sedikit.
Udara yang keluar dari
daerah kerja sudah
terinfiltrasi baik.
Kabinet keamanan Aerosol, percikan Cara pengamanan yang
biologis kelas III maksimum
Alat bantu pipet Bahaya pemipetan Dapat didisinfeksi ,
dengan mulut, yaitu: mudah digunakan dan
tertelannya mencegah kontaminasi
mikroorganisme patogen, serta kebocoran dari
inhalasi aerosol dan ujung pipet
kontaminasi pada ujung
tempat menghisap

129
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372
Pelindung Inhalasi aerosol Tertahannya partikel
pernafasa sebesar 1-5 mikron.
n Melindungi mata jika
menggunakan pelindung
muka penuh
Pelindung muka Pecahan, percikan Pelindung muka:
dan pelindung mata melindungi seluruh muka

Pelindung mata:
melindungi mata dan
bagian mata
Botol dengan tutup Aerosol, tetesan Perlindungan yang efektif
berulir

Alat Bahaya yang dicegah Keamanan


Alat inserasi mikro Aerosol Mengurangi percikan dan
penyebaran bahan infeksi
Lemari asam Percikan bahan kimia Memisahkan daerah kerja
dengan operator

F. Pencatatan dan Pelaporan


Fasyankes wajib melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan
K3 Fasyankes secara secara periodik. Mekanisme pencatatan dan pelaporan
penyelanggaraan K3 di Fasyankes dilakukan secara berjenjang dari
Fasyankes, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan
Kementerian Kesehatan. Namun untuk Fasyankes selain Puskesmas,
pelaporan disampaikan ke Puskesmas pembina wilayahnya terlebih dahulu
dan selanjutnya Puskesmas tersebut menyampaikan secara berjenjang ke
dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan Kementerian
Kesehatan.
Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan K3 di Fasyankes yang
dilakukan per semester meliputi:
1. Jumlah SDM Fasyankes
2. Jumlah SDM Fasyankes yang sakit
3. Jumlah kasus penyakit umum pada SDM Fasyankes
4. Jumlah kasus kasus dugaan penyakit akibat kerja pada SDM Fasyankes
130
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

5. Jumlah kasus penyakit akibat kerja pada SDM Fasyankes


6. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada SDM Fasyankes
7. Jumlah kasus kejadian hampir celaka pada SDM Fasyankes (near miss)
8. Jumlah hari absen SDM Fasyankes karena sakit

Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan K3 di Fasyankes yang


dilakukan secara tahunan meliputi seluruh penyelenggaraan kegiatan K3 yang
telah dilaksanakan selama 1 (satu) tahun oleh Fasyankes tersebut.
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang


ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium.
Pengendalian mutu internal adalah pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.Cakupan objek pengendalian mutu internal
meliputi aktivitas : tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahappasca-analitik.
Program Pengendalian Mutu Laboratorium dilaksanakan untuk pendekatan dan
perbaikan terus menerus pada proses pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan

A. Pemantapan Mutu Internal (PMI)

Program pengendalian mutu internal dilaksanakan dan diukur secara


berkala untuk mengetahui sejauhmana kualitas pelayanan dapat berjalan
dengan baik dan dapat diterima oleh masyarakat dan pelanggan/konsumen.
Indikator mutu laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Talisayan meliputi
indikator klinik, indikator yang berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang
berdasarkan pada efektifitas (effectivenes), efisiensi (efficiency), keselamatan
(safety) dan kelayakan (appropriateness).

1. Pra analitik
a. Blanko permintaan laboratorium harus diisi dengan lengkap nama,
tanggal lahir, jenis kelamin, ruang/alamat, no RM, dr pengirim,
keterangan klinis pasien) ditanda tangani oleh dokter pengirim.
b. Pasien harus memenuhi persyaratan persiapan preanalitik
c. Pengecekkan atau pencocokkan identitas pasien dengan pasiennya
d. Pengambilan sampel sesuai dengan blanko permintaan laboratorium
2. Analitik
a. Persiapan reagen harus memenuhi syarat
b. Peralatan berfungsi dengan baik
c. QC sesuai kriteria westgard rule
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

d. Sampel memenuhi persyaratan (kualitasdan kuantitas)


e. Pengecekkan identitas pasien dengan sampel.
f. Analisa sampel sesuai dengan blanko permintaan.
3. Pasca analitik
a. Melakukan pengecekan identitas pasien pada hasil laboratorium
dengan blanko permintaan laboratorium
b. Verifikasi hasil oleh analis
c. Print hasil
d. Hasil akhir laboratorium diparaf oleh analis yang bcrwenang dan
divalidasi serta ditandatangan oleh dokter penanggung jawab
laboratorium.
e. Bila dokter penanggung jawab tidak ditempat vcrifikasi hasil akhir
laboratorium diparaf oleh analis jaga

B. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan


secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk
memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium RSUD Talisayan.
Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dapat
dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal ini


mengikutsertakan semua laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta
dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta perizinan
laboratorium swasta.

Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi suatu


laboratorium sebab dari hasil evaluasi yang diperolehnya dapat menunjukan
performance (penampilan / proficiency) laboratorium dalam bidang
pemeriksaan yang ditentukan. Untuk itu pada waktu melaksanakan kegiatan
ini (PME) tidak boleh diperlakukan secara khusus, pada waktu melakukan
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

pemeriksaan harus dilakukan oleh petugas yang biasa melakukan


pemeriksaan tersebut dengan menggunakan peralatan / reagen/ metoda yang
biasa dipakai sehingga hasil laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang
diterima dari penyelenggara di catat dan dievaluasi untuk mencari penyebab-
penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan.

Hingga saat ini RSUD Talisayan telah mengikuti kegiatan PME yang
diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan RI. Kegiatan PME tingkat
nasional yang telah diselenggarakan oleh pemerintah dan yang telah diikuti
laboratorium RSUD Talisayan sampai saat ini adalah :

1. Pemantapan Mutu Eksternal bidang Kimia Klinik yang dikenal dengan


PNPME-K (Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal Bidang Kimia
Klinik). Dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan. Penilaian dilakukan
dengan menentukan nilai target (median) berdasarkan nilai konsensus
peserta. Setelah mendapatkan nilai target (median), kemudian hasil
dihitung menggunakan uji Z-Score.
2. Pemantapan Mutu Eksternal bidang Hematologi yang dikenal dengan
PNPME-H (Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal Bidang
Hematologi). Diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan. Penilaian
dilakukan dengan menentukan nilai target (median) berdasarkan nilai
konsensus peserta. Setelah mendapatkan nilai target (median), kemudian
hasil dihitung menggunakan uji Z-Score.
Pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) terdiri dari beberapa tahap
yang harus dilakukan. Tahap-tahapnya meliputi :

a. Persiapan
1. Dilaksanakan setiap tahunnya
2. Calon peserta mengirimkan surat pendaftaran
3. Calon peserta mengirim kembali dan mendaftar dengan membayar
biaya PME
4. Calon peserta diseleksi, bila sudah memenuhi syarat maka diberi
nomor peserta
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

5. Peserta menerima kiriman bahan kontrol (serum kontrol)


b. PengirimanSerum Kontrol
1. Serum kontrol diterima oleh Instalasi Laboratorium RSUD Talisayan
peserta beserta blangko pengisian
2. Kelengkapan dokumen terdiri dari :
a) Formulir hasil
b) Petunjuk pelaksanaan
c) Daftar alat dan reagen
d) Daftar pemeriksaan
3. Petugas analis mencatat tanggal bahan PME datang dan tanggal
pengerjaan/pemeriksaan di lembar formulir.
4. Bahan kontrol:
Bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau
merupakan bahan kimia murni.Bahan kontrol berbentuk
bubuk.Penggunaan bentuk padat bubuk atau strip harus dilarutkan
lebih dahulu dengan aquabidest. Pada umumnya pemeriksaan di
bidang kimia klinik dan imuno-serologi menggunakan bentuk padat
bubuk (liofilisat) atau bentuk cair (pooled sera). Di bidang hematologi
digunakan bentuk cair menyerupai darah.

c. Pemeriksaan Serum Kontrol


1. Serum kontrol diperiksa sesuai dengan tanggal yang ditetapkan,
biasanya dilakukan serentak di seluruh Indonesia.
2. Diperlakukan seperti sampel pasien
3. Menggunakan alat dan reagen yang rutin digunakan
4. Dikerjakan oleh tenaga pelaksana yang biasa memeriksa
5. Hasil diisi pada blangko hasil yang telah disediakan oleh
penyelenggara sesuai dengan nama parameter, metode
pemeriksaan dan alat yang digunakan dan dilengkapi dengan kode
isian.
6. Hasil dikirim secepatnya setelah ditandatangani penanggung jawab
atau kepala laboratorium via fax, email atau pos ke BBLK Surabaya
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TALISAYAN
Jl. Sultan Hasanuddin, Poros Talisayan
TALISAYAN 77372

d. Hasil Pemantapan Mutu Eksternal


1. Hasil yang diterima dicatat tanggal terima untuk masing-masing siklus
2. Sifat pengolahan data berdasarkan :
a) Metode pemeriksaan
b) Alat yang digunakan
c) Jumlah data yang ada
e. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan oleh Balai Besar Laboratorium dan hasil
evaluasi akan dikirimkan ke tiap laboratorium peserta.

f. Kriteria Penilaian
1. Z Score ≤ 2 = Memuaskan
2. 2 < Z Score ≤ = Peringatan
3. Z Score > 3 = Tidak Memuaskan

Anda mungkin juga menyukai