Anda di halaman 1dari 9

DENWATSER LUARBIASA

BUKTI KECINTAAN KEPADA


NAHDLATUL ULAMA

Kegiatan ngepam denwatser di kecamatan sukasari


Jum’at 1 November 2019
Penceramah : Dra.Neneng Maryam Junariah
Ketua Muslimat NU kecamatan Tanjungsari
juga sebagai penyuluh Kemenag Tanjungsari

Dalam rangka memperingati maulid Nabi Besar Muhammad sholallohu’alaihi wasalam, di dusun
pasir baki desa banyuresmi kecamatan sukasari Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar dan
disambut antusias oleh masyarakat setempat. Tak luput hadir pula ketua PAC GP ANSOR
kecamatan sukasari Oma Komarudin,S.Pd didampingi Wakabid O.K Suryana,S.Pd.I serta jajaran
kasatkoryon Banser dan Denwatser kecamatan sukasari, Asep Rustandi (Abeh) sebagai
kasatkoryon banser sukasari hadir beserta anggota dan tak luput hadir pula Noviyanti sebagai
Kasat Denwatser beserta Ayi Herlina (wakil) dan para Anggotanya.
Ini merupakan hal yang luar biasa sepanjang sejarah Ansor Banser dikecamatan sukasari.
Denwatser Melakukan Ngepam yang perdana secara Langsung,meski sebelumnya Denwatser
sudah sering sekali melakukan ngepam atau pengawalan di acara-acara peringatan hari besar
islam dan acara KeNU-an lainnya,yang mana Denwatser biasanya hanya melakukan kegiatan
pendampingan didalam acara Ngepam Banser saja, yang notabene peringatan keagamaannya
biasanya penceramahnya adalah Para Kiyai dan Ajengan. Bukan hanya itu saja kegiatan Ngepam
Denwatser ini juga merupakan sarana dakwah dan motivasi bagi para pemuda dan pemudi
disekitar, juga dengan adanya Denwatser yang mengawal Ustadzah diatas panggung,itu artinya
sekaligus menunjukan Exsistensi KeNU-an di wilayah kecamatan sukasari sebagaimana kita
ketahui bahwa jantungnya Suatu organasisasi adalah dengan adanya kaderisasi yang
berkelanjutan dan berkesinambungan.Oma Komarudin,S.Pd menuturkan

Ini sejalan dengan yang disampaikann kepala koordinasi Nasional ( Satkornas) Barisan Ansor
Serbaguna ( Banser) H.Alfa Isnaeni yang disampaikan saat diklatsar denwatser pertama di
Trenggalek waktu itu.

Kasatkornas Inginkan Diklatsar Denwatser Jadi Proyek Nasional


Sabtu 17 Maret 2018 11:30 WIB Bagikan: Trenggalek, NU Online

Kepala Koordinasi Nasional (Satkornas) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) H Alfa Isnaeni,
menegaskan bahwa Pendidikan dan Latihan Dasar Denwatser (Detaseman Wanita Banser) di
Trenggalek yang diselenggarakan 16 hingga 18 Maret, merupakan pengkaderan perdana.
Lantaran pertama di seluruh Indonesia, hendaknya bisa menjadi pilot projek diklat seluruh
tanah air. “Karena baru pertama, tentunya banyak kekurangan di lapangan. Namun
demikian, kami berharap ini menjadi diklat percontohan tingkat nasional,’’ kata Kasatkornas
saat pembukaan Diklatsar Denwatser di Halaman Madin At-Taqwa/SDN 4 Desa Mlinjon,
Trenggalek, Jumat (16/3). Menurut Alfa, sapaan akrabnya, banyak yang membedakan antara
Diklat Banser dan Denwatser khususnya tatalaksana pelatihan di lapangan. Mulai kaidah fiqih
dan pelatihan fisiknya. “Kaidah fiqihnya harus diperhatikan. Mana yang boleh dilakukan, mana
yang tidak. Begitu juga untuk pembinaan fisiknya. Jangan disamakan dengan Diklatnya Banser,’’
tegas mantan Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jatim ini. Diklatsar Denwatser
diikuti 92 peserta dari berbagai utusan Pimpinan Anak Cabang dan Ranting Fatayat NU di
Trenggalek. Mereka dididik mendalami lima materi pokok pelatihan, yakni pendidikan
Ahlussunnah Wal Jama'ah Annahdliyah, ke-NU-an, kefatayatan, kemuslimatan dan keansoran,
Denwatseran dan materi bela negara dan wawasan kebangsaan. Ikut hadir pada acara
pembukaan ini jajaran pengurus NU beserta Banom. Dari jajaran pemerintah tampak juga
Dandim Trenggalek, Wakapolres dan lainnya. “Ibu-ibu Muslimat NU dan Fatayat NU juga harus
ikut mengawasi dan mengisi materi. Biar peserta gamblang soal organisasi Muslimat dan
Fatayat NU beserta tatalaksananya,’’ katanya. Sementara itu Kepala Corp Provost Banser
Nasional, H Imam Kusnin Ahmad, di tempat yang sama menyampaikan “Denwatser
merupakan wadah pengkaderan perempuan NU yang berjuang dalam bidang kemiliteran”.
Denwatser bermula sejak tahun 1960-an. "Dulu Denwatser bernama Barisan Perempuan NU
Militer.

Foto : kegiatan Susbalan Denwatser


Kabupaten bandung 2019
Pada saat itu negara membutuhkan perempuan yang berjiwa militer guna menghadapi
serangan wanita PKI atau Gerwani," katanya. Setelah PKI tumpang, Orde Baru menginstruksikan
kepada seluruh warga Indonesia bahwa tugas kemiliteran adalah tugas TNI. Hal tersebut
menyebabkan perempuan militer NU dirasa tidak dibutuhkan lagi sehingga tidak ada
pengkaderan, lama-kelamaan akhirnya hilang. “Sebelum munculnya PKI, sebenarnya
perempuan NU telah ada yang berjuang dalam bidang kemiliteran, yaitu Nyai Hj Asmah
Sjahrunie. Beliau aktif dalam Fujinkai (Barisan Perempuan Militer bentukan Jepang). Dalam NU
sendiri, beliau aktif di Konsulat NU naungan Nahdlatul Oelama Muslimat tahun 1952,’’ kata
Kang Kusnin. Menurutnya selain Asmah, ada lagi tokoh Fatayat NU yang turut aktif dalam
latihan militer yaitu Nyai Hj Asnawiyah. Ia turut aktif dalam latihan militer untuk menghadapi
revolusi di Indonesia pada tahun 1952. Dirinya dilatih menembak, mengaktifkan granat, dan
memadamkan kebakaran. “Zaman berganti, tantangan lama hilang, muncul tantangan baru.
Bangsa Indonesia kembali membutuhkan perempuan dibuktikan dari munculnya kembali kader-
kader wanita NU militer di berbagai daerah di Indonesia. Untuk itu Denwatser dihidupkan lagi
dengan tugas yang berbeda,’’ katanya. Dasar yang digunakan, lanjut aktifis pers ini, adalah hasil
Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Lombok NTB 23-25 November 2017. Karena pada saat itu
para ulama memberikan ruang lingkup kepada kader perempuan NU militer dengan nama
Detasemen Wanita Banser (Denwatser NU) yang garis komandonya langsung di bawah Ansor
dan Banser. “Bersama Banser, Denwatser akan saling melengkapi dalam menjadi benteng
ulama dan NKRI. Kader laki-laki dan perempuan NU militer yang saling bekerjasama diharapkan
akan semakin mengkokohkan benteng negara ini,’’ tegasnya. Untuk menguatkan bahwa Islam
membolehkan perempuan berlatih militer. Sejak zaman Rasululloh SAW sudah ada pejuang
Islam perempuan. Mereka bukan hanya pandai membaca Al Qur’an, tapi jago pedang, berkuda
dan memanah, dan tidak sedikit yang juga menjadi dokter yang pintar mengobati para sahabat
yang terluka di medan perang. Bahkan, ada di antara mereka yang terpotong tangannya karena
melindungi Rasulullah. Misalnya Nusaibah Binti Ka’ab Ansyariyah si jago pedang , Kaulah Binti
Azur atau yang terkenal dengan kasatria berkuda hitam (the black rider). Di tanah air ada Cut
Nyak Dien, Cut Mutia, Dewi Sartika dan Nyi Ageng Serang. “Semoga para peserta nanti
menteladani semangat para pahalawan Islam di atas. Tentungan dengan semangat
mempertahankan ajaran Ahlussunah Wal Jamaah dan NKRI,’’ harapnya. (Imam Kusnin
Ahmad/Ibnu Nawawi)
Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/87325/kasatkornas-inginkan-diklatsar-denwatser-jadi-proyek-nasional
Konten adalah milik dan hak cipta www.nu.or.id

Kasat Denwatser Kabupaten Sumedang, Kecamatan Sukasari


(Poto Bersama Asrendiklat Banser Jawa Barat , H.Bad’ul Munir Ihsan)
Saat ikut jadi panitia pada kegiatan Diklatsar Di Cihampelas KBB 20 Januari 2019
( Bertugas menjadi skolat/danton)
Foto denwatser saat kegiatan peresmian kantor MWCNU Kecamatan Cimanggung
DENWATSER YANG LULUS SUSBALAN
DIKABUPATEN SUMEDANG
DENWATSER NU, unit khusus banser

DENWATSER merupakan wadah pengkaderan wanita-wanita NU yang berjuang dalam bidang


kemiliteran.
Denwatser bermula sejak tahun 1960-an. Dulu Denwatser bernama Barisan Perempuan NU
Militer. Pada saat itu negara membutuhkan wanita-wanita yang berjiwa militer guna
menghadapi serangan wanita PKI (Gerwani). Setelah PKI tumpas, orde baru menginstruksikan
kepada seluruh warga Indonesia bahwa tugas kemiliteran adalah tugas TNI. Hal tersebut
menyebabkan wanita-wanita militer NU dirasa tidak dibutuhkan lagi sehingga tidak ada
pengkaderan, lama-kelamaan akhirnya hilang.
Sebelum munculnya PKI, sebenarnya wanita NU telah ada yang berjuang dalam bidang
kemiliteran, yaitu Nyai Hj. Asmah Sjahrunie. Beliau aktif dalam Fujinkai (Barisan Perempuan
Militer bentukan Jepang). Dalam NU sendiri, beliau aktif di Konsulat NU naungan Nahdlatul
Oelama Muslimat tahun 1952.
Selain Ibu Asmah, ada lagi tokoh Fatayat yang turut aktif dalam latihan militer yaitu Nyai Hj.
Asnawiyah. Beliau turut aktif dalam latihan militer untuk menghadapi revolusi di Indonesia
pada tahun 1952. Beliau dilatih menembak, mengaktifkan granat, dan memadamkan
kebakaran.
Zaman berganti, tantangan lama hilang, muncul tantangan baru. Bangsa Indonesia kembali
membutuhkan wanita-wanita militer, dibuktikan dari munculnya kembali kader-kader wanita
NU militer di berbagai daerah di Indonesia.
Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Lombok NTB pada tanggal 23-25 November 2017
memberikan ruang lingkup kepada kader-kader wanita NU militer dengan nama Detasemen
Wanita Banser (Den. Watser NU) yang garis komandonya langsung di bawah Ansor dan Banser.
Bersama Banser, Denwatser akan saling melengkapi dalam menjadi benteng ulama dan NKRI.
Kader laki-laki dan wanita NU militer yang saling bekerjasama diharapkan akan semakin
mengkokohkan benteng negara ini. *Fatimatuz Zahro*
@keifaro
Sumber: www.nu.or.id dan buku Menapak Jejak Fatayat.

Foto Denwatser saat kegiatan diklatsar dikabupten sumedang


( Noviyanti & Ayi Herlina )
Bertugas Jadi Rominpres / Biro Administrasi dan Personalia
(sumedang 2019)

Menurut Corp Provost Banser Nasional, H Imam Kusnin Ahmad, “Denwatser merupakan
wadah pengkaderan perempuan NU yang berjuang dalam bidang kemiliteran”. Denwatser
bermula sejak tahun 1960-an. "Dulu Denwatser bernama Barisan Perempuan NU Militer.
DENWATSER adalah kepanjangan dari ( Detasemen Wanita Banser ) yang mana fungsi dan
aktifitasnya hamper mirip dengan Banser, namun selain itu juga mempunyai peran yang sangat
penting terutama dalam hal melakukan kaderisasi pada kaum remaja ( perempuan) lebih
epektif. Dibawah Komando Satuan Denwatser Noviyanti, denwatser kecamatan sukasari
berkembang begitu pesat, secara baru seumur jagung berdiri, denwatser kecamatan sukasari
dalam catatan terakhir ±sudah mempunyai 25-30 anggota, ini artinya minat dan semangat
remaja masuk denwatser begitu besar.

Foto : Kegiatan SUSBALAN DENWATSER


Noviyanti Kasat Denwatser Kabupaten Sumedang, Kecamatan Sukasari
Kedua Dari Kanan
Namun pertanyaan kembali muncul sudahkah ada PO atau AD-ART kah denwatser ini ?
Atau setidaknya sudah ada rancangannya ? ini penting disampaikan agar semangat
BerDenwatser semakin pasti kedepannya. Sehingga rasa lelah dan pengorbanan para
denwatser saat mengikuti Diklatsar ataupun Susbalan dapat terbayarkan semangatnya.
Mengingat Denwatser ini sudah bermula sejak dulu kehadirannya.
DENWATSER MENGAWAL IBU AJENGAN
SEKALIGUS NGALAP BERKAH

Foto : denwatser saat kegiatan peringatan Maulidan


(Banyuresmi, Sukasari,1 November 2019)
Disela-sela ceramahnya Ustdzah.Dra.Neneng Maryam Junariah memberikan pesan
diantaranya,bahwa kita harus senantiasa menjaga ke Khusyuan Sholat 5 waktu kita terutama
sholat berjamaah dimasjid bagi kaum laki-laki,juga jangan lupa selalu senang memanjatkan
sholawat kepada Baginda alam kanjeng Nabi Muhammad Sholallohu’alaihi wasalam, baik itu
pembacaan Al-barjanzi,atau pun bacaan sholawat-sholawat lainnya. Hadirin begitu riuh
gemuruh bersenandung bersama saat Ustadzah Neneng melantunkan sebuah sholawat sholi
wa salim daiman alahmada..wal ali wal ashhaabiman qadwahada yang sudah begitu familiar
ditelinga kita,belum lagi suara tabuhan terbangan yang mengiringinya begitu mendayu-dayu
disuasana malam yang hening menambah susasana hati penuh kedamaian. Jam menunjukan
22:30 acara pun berakhir dan kami pulang membawa kedamaian dan keberkahan, semoga...
Aaamiin yaa Rabbal’Alamiin
NOVIYANTI & AYI HERLINA
Foto : Saat pelepasan Peserta SUSBALAN DENWATSER di Kabupaten Bandung
(Foto bersama,SATKORWIL BANSER JAWA BARAT, Yudi Nurcahyadi)

Penulis : Suryana
Kabid Organisasi & Kaderisasi
PAC ANSOR Kecamatan Sukasari

Anda mungkin juga menyukai