Anda di halaman 1dari 11

Berikut setidaknya ringkas sembilan tradisi NU yang umum dilakukan dimasyarakat

Nadhiyin:

Daftar Pembahasan: [tampilkan]
1. Tahlilan

Tahlilan adalah salah satu cirikhas kaum NU. Bahkan banyak yang bilang untuk
mengetahui seseorang NU atau bukan, cukup dilihat dari apakah seseorang itu ikut
kegiatan tahlilan apa tidak.

Tahlilan sendiri merupakan sebuah kegitan yang dilakukan oleh kalangan NU secara
berjamaah, walaupun juga bisa dilakukan sendirian. Tahlilan sendiri berisi pembacaan
dzikir, tasbih, ayat Quran tahlil, tahmid dan lain sebagainya. Biasanya acara ini
diselenggarakan dalam berbagai momentum kalangan NU. Yang paling banyak adalah
ketika mendoakan seseorang yang sudah meninggal. Biasanya dilakukan pada malam
hari pertama sampai malam ke-40 berlanjut terus hari ke 100,1000 dan haul tiap
tahunnya. Ada juga yang dilakukan secara rutinan di masyarakat setiap malam jumat.

Baca Juga:  LAZIZNU Kota Makassar Salurkan Zakat, Infaq dan Sadaqah

2. Ziarah Kubur

Warga NU akrab sekali dengan budaya ziarah kubur. Mendatangi makam para auliya,
ulama atau leluhur sembari membaca berbagai doa disana. Dan jangan dimaknai kaum
NU berdoa kepada kuburan. Tapi melalui para orang-orang shalih yang telah meninggal,
mereka merasa lebih dekat dengan yang Maha Kuasa dan mengingatkan mereka bahwa
kehidupan pada hakikatnya adalah fana dan tidak kekal.

Khusus ziarah makam para wali sudah menjadi tradisi dan bahkan sekarang sangat ramai
sekali pengunjungnya. Biasanya ini dilakukan secara rombongan. Ziarah ke makam para
leluhur hampir tiap hari raya Idhul Fitri dan hari-hari tertentu yang menjadi budaya
mapan dikalangan warga NU.

3. Maulid Nabi

Untuk menunjukan kecintaannya pada Nabi Muhammad SAW, paling tidak pada bulan
kelahiran Nabi yaitu bulan Robiul Awwal banyak sekali kegiatan bernuansa keagamaan
dalam berbagai bentuk. Ada Maulid Diba’, Barzanji, pengajian dan lain sebagainya
dalam rangka merayakan Maulid Nabi.

Oleh kelompok-kelompok tertentu, kegiatan ini banyak dihujat karena dianggap tidak
memiliki dassar yang kukuh atau tidak pernah nabi laksankan semasa hidupnya.
4. Istighotsah

Istighotsah memiliki arti memohon pertolongan kepada Allah SWT. Oleh warga NU


biasanya dilaksanakan bersama-sama dalam satu majlis. PBNU juga pernah
melaksanakan istighosah dalam skala besar atau istilahnya istighosah kubro baik tingkat
daerah maupun tingkat Nasional.

Baca Juga:  Pawai Hari Santri, Kiai Said Imbau Nahdliyin Bawa Bendera Merah Putih
dan NU

5. Qunut

Cobalah anda shalat subuh disuatu tempat. Bila jamaah dalam tempat tersebut membaca
doa qunut dapat dipastikan itu adalah warga NU. Namun sebenarnya Qunut itu dibagi
menjadi 3:

1. Qunut Shubuh: Imam Syafii menyatakan bahwa qunut subuh dibaca berdasarkan
hadits dari Anas bin Malik.
2. Qunut Nazilah: Qunut ini dibaca warga ketika sedang menghadapi kesudahan baik
wabah penyakit, tantangan, bencana dan lain sebagainya.
3. Quntut Witir : Qunut ini baca pada rakaat terakhir dalam shalat witir pada malam
ke 16-30 pada bulan Romadhon.

6. Talqin Mayit

Talqin mayit adalah tradisi amaliyah NU disaat ada saudaranya yang meninggal
dunia.Talqin berasal dari Bahasa Arab yang artinya memahamkan atau mengingatkan.
Talqin biasnya dibacakan dalam bahasa arab tapi sering juga dibacakan dalam Bahasa
Jawa.

Adapun tatacaranya orang yang menalqin berposisis duduk dihadapan kepala mayit.
Sedangkan para hadirin hendaknya berdiri, lalu salah seorang yang biasanya menjadi
pemua agama mulai membacakan talqin bagi si mayit.

7. Adzan 2 Kali dalam Shalat Jumat

Setiap menjelang sholat Jumat dimasjid-masjid NU, ada seorang laki-laki yang berdiri
sambil memegang tongkat. Setelah membacakan hadits Nabi yang berisi anjuran kepada
para Jama’ah dan kemudian dilakukan adzan yang kedua kalinya.
Praktek semcam ini meniru pada zaman Sahabat Utsman dan praktik semacam ini sama
dengan yang dipraktikan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

8. Tingkepan (Doa tujuh bulan kehamilan)


Acara ini berbentuk pembacaan doa dan pemberian sedekah dalam rangka tujuh bulan
masa kehamilan seorang wanita. Dan biasanya disela-sela acara dibacakan surat Yusuf
dan surat Maryam, dengan harapan agar anaknya akan lahir seganteng Nabi Yusuf dan
secantik Siti Maryam.

Baca Juga:  Pantaskah Wahabi Diusir Dari Bumi Nusantara Ini?

9. Merujuk Kitab Kuning

Dan ini tradisi amaliyah NU yang paling penting, selain pada Al-Quran dan Hadits,
warga NU selalu berpegangan pada ulama salaf baik melalui kyai maupun merujuk pada
kitab kuning yang dianggap standard oleh para Ulama NU. Kitab kuning ini biasanya
ditulis dalam bahasa arab dan biasanya berbentuk tulisan arab tanpa harakat (gundul).

Ini tidak lain karena tradisi para intelektual NU yang selalu berpegangan pada sanad yang
jelas serta kehati-hatian yang tinggi. Semua itu supaya pemahaman agamanya tidak
melenceng dari apa yang telah digariskan oleh para salafus shalih yang sanadnya jelas
tersambung hingga Nabi Muhammad SAW.

Itulah tradisi amalan NU yang umum dilakukan dimasyarakat. Bagi kita warga

Asalamulaikum
Lampung Tengah, NU Online Wakil Katib Syuriyah
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU)
Provinsi Lampung Gus Syaikhul Ulum Syuhada
menjelaskan bahwa Jamiyyah Nahdlatul Ulama
didirikan oleh para ulama untuk mewadahi
amaliah Ahlussunah wal jamaah di Indonesia.
Pengasuh Pondok Pesantren Wali Songo Lampung
Tengah ini mengibaratkan NU secara organisasi
adalah badan. Sedangkan kultur dalam hal ini
amaliah Aswaja merupakan jiwanya. “Ber-NU
tanpa diikuti amaliah seperti yasinan, manaqib,
maulid, dan lain-lain bagaikan badan tanpa jiwa,
maka akan kosong. Sebaliknya hanya amaliah saja
tanpa ada NU bagaikan jiwa tanpa badan, tidak
akan kuat dan gampang goyah," jelasnya. Hal ini
dijelaskannya pada Lailatul Ijitima' pengurus
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU)
Kecamatan Punggur, Lampung Tengah di Masjid
Nahdlatul Ukhwah Dusun V Morodadi, Kampung
Nunggalrejo, Selasa (15/12). Hal ini senada
dengan penjelasan Sekretaris Lembaga Bahtsul
Masa’il Nahdlatul Ulama (LBMNU) Provinsi
Lampung Agus Mahfudz terkait dengan ciri-ciri
warga NU. Menurutnya ada empat ciri utama
yang sudah diwariskan turun temurun oleh para
pendiri Nahdlatul Ulama. Pertama adalah terkait
Amaliah (cara beribadah) di mana Nahdlatul
Ulama merupakan organisasi Islam yang
mengusung ideologi Aswaja serta menjaga
kemurnian islam dengan berpegang pada Al-
Qur'an, sunah Nabi, dan para sahabat dengan
sanad keilmuan yang jelas. “Dalam persoalan fiqih
bermadzhab pada salah satu madzhab empat,
yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i dan
Imam Hanbali. Dalam beraqidah sesuai dengan
aqidah Islam yang diajarkan Rasulullah yang
sudah dikemas rapih dalam manhaj Imam Abu
Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-
Maturidi. Dalam bertasawuf mengikuti pendapat-
pendapat yang sudah dirumuskan oleh Imam
Junaidi al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali,”
jelasnya. Kedua adalah terkait Fikrah (pemikiran)
di mana cara pandang atau berfikir, Nahdlatul
Ulama senantiasa mengusung nilai-nilai yang
berhaluan pada konsep tasammuh (toleran),
tawassuth (moderat), tawazzun (seimbang) dan
‘adalah (adil). Artinya, NU tidak condong pada
pemikiran-pemikiran liberal ataupun pemikiran-
pemikiran radikal. “Jadi seharusnya orang NU itu
bukanlah orang yang kagetan dengan mendengar
beraneka ragam pendapat dan pemikiran. Karena
orang NU adalah orang yang bijak dalam
merespon segala bentuk pendapat dan
pemikiran. Yang butuh ditindak sekarang ya
ditindak sekarang. Yang hanya berupa bualan-
bualan panggung ya tidak usah diterima agar
bualan-bualan itu kembali lagi kepada
pembualnya itu sendiri,” tegasnya. Ketiga adalah
Harakah (gerakan) di mana menjadi NU harus
bergerak sesuai dengan cara yang sejalan dan
selaras dengan organisasi NU. Siapapun bisa
bergerak untuk NU. Bisa berjuang bersama
struktural maupun hanya sebagai kultural. “Maka
tidak dibenarkan jika ada orang mengaku NU
namun malah masuk dalam gerakan atau
organisasi yang justru bertentangan dengan
gerakan NU. Terlebih masuk dalam gerakan yang
ingin menghancurkan NU. Maka orang yang
demikian itu adalah penghianat besar.
Na'udzubillahi min zdalik,” ungkap salah satu
Pengasuh Pesantren Al-HIdayat Pesawaran,
Lampung ini. Keempat adalah Ghirah (semangat)
yakni semangat juang yang menggelora dalam
berkhidmat kepada NU. “NU adalah rumah besar
para kiai, ulama, habaib, santri dan hampir
seluruh masyarakat muslim di Indonesia.
Berkhidmat kepada NU berarti berkhidmat
kepada kiai, ulama dan habaib. Karena mereka
adalah pendiri Nahdlatul Ulama,” pungkasnya.
Kontributor: Akhmad Syarief Kurniawan Editor:
Muhammad Faizin

Sumber: https://nu.or.id/daerah/nu-adalah-
badan-amaliah-aswaja-jadi-ruhnya-p1eKS
Tradisi dan Amaliah NU Terbukti Wujudkan
Kesejukan dalam Beragama dan Berbangsa
Muhammad Faizin Kamis, 17 Maret 2022 | 17:30
WIB Tradisi dan Amaliah NU Terbukti Wujudkan
Kesejukan dalam Beragama dan Berbangsa
BAGIKAN: Bandarlampung, NU Online Ketua
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. KH
Mohammad Mukri mengatakan bahwa amaliah
Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang banyak
dilakukan warga NU secara berjamaah di
Indonesia merupakan sebuah kekayaan yang
sangat luar biasa. Tidak semua organisasi
keagamaan memiliki tradisi ibadah Islami seperti
ini. Amaliah seperti Yasinan, Maulidan, Lailatul
Ijtima’ dan sejenisnya yang dilakukan bersama-
sama harus terus dipertahankan di tengah-tengah
masyarakat. Selain sebagai wujud ibadah, amaliah
ini juga terbukti mampu merekatkan
kebersamaan elemen warga dan juga umat Islam
secara umum. Amaliah ini juga mampu menjadi
semacam media pertemuan dan komunikasi
sekaligus mewujudkan ikatan batin yang kuat
antar warga. “Jika mengaca kepada para ulama
dan pendiri bangsa, segala permasalahan rumit
bangsa mampu diurai dan diselesaikan dengan
tradisi kumpul-kumpul, ngopi bareng, dan
pertemuan-pertemuan informal. Dan ini perlu
kita teladani terus ke depan,” katanya kepada NU
Online, Kamis (17/3/2022). Jika menilik dari
sejarah juga, di antara alasan besar yang
melatarbelakangi lahirnya Nahdlatul Ulama
adalah upaya mempertahankan
mempertahankan paham Ahlusunnah wal Jamaah
(Aswaja) ini. Dengan pemahaman agama ini,
terbukti nyata, kehidupan masyarakat Indonesia
penuh dengan kesejukan. Warga NU mampu
membuktikan diri bahwa dengan kesejukan
dalam beragama mampu mewujudkan kesejukan
dalam kehidupan masyarakat melalui tradisi dan
amaliah Islami. “Sifat toleran, mengusung
kebenaran universal, dan menghargai kebenaran
yang diyakini umat lain membuat NU hidup subur
berdampingan di masyarakat,” ungkapnya. Dalam
perjalanan di negeri ini pun, NU dengan amaliah
Aswajanya, telah memiliki hubungan yang baik
dengan semuanya. Terbukti banyak sekali
persoalan kemasyarakatan yang tidak bisa
diselesaikan pemerintah melalui berbagai
kementerian dan lembaga negara lainnya bisa
selesai dengan menggandeng Nahdlatul Ulama.
“NU dengan jaringan yang dimilikinya bisa
membantu berbagai program pemerintah sampai
ke tingkat akar rumput. Banyak program bukan
hanya butuh uang, melainkan juga pendekatan
lain seperti penanganan kasus terorisme dan
radikalisme yang membutuhkan bimbingan
agama yang benar bagi mereka yang telanjur
masuk aliran tersebut,” ungkap Profesor Ushul
Fiqih UIN Raden Intan Lampung ini. Ia pun
menegaskan bahwa posisi NU di hadapan
pemerintah tidak dapat dikategorikan sebagai
oposisi maupun sebagai koalisi. Hal ini karena NU
bukanlah partai politik. Jika ada kebijakan
pemerintah yang tidak pas untuk rakyat, tentu
sudah sepatutnya bagi NU untuk mengingatkan.
“Dengan pengalaman sejarahnya yang panjang,
NU tidak menyampaikan kritiknya. Namun, tentu
saja kritik bisa disampaikan secara santun dan
tidak harus di depan publik. Yang penting ialah
pesan tersebut sampai kepada pengambil
kebijakan,” jelasnya. “Pengabdian NU adalah
kepada bangsa dan negara, bukan kepada rezim
pemerintahan yang setiap periode tertentu
berganti. NU akan mengawal perjalanan bangsa
ini, siapa pun presidennya, siapa pun
pemerintahannya,” pungkasnya.
Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/tradisi-dan-amaliah-nu-terbukti-wujudkan-kesejukan-dalam-
beragama-dan-berbangsa-IGXwu

Anda mungkin juga menyukai