PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Amaliah dan Budaya NU Sholat
2. Mengetahui Amaliah dan Budaya NU Puasa sunnah
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat beberapa praktik tentang jumlah raka'at dan jumlah salam pada
salat Tarawih. Pada masa Nabi Muhammad salat Tarawih hanya dilakukan
tiga atau empat kali saja, tanpa ada satu pun keterangan yang menyebutkan
jumlah raka'atnya. Kemudian salat Tarawih berjamaah dihentikan, karena ada
kekhawatiran akan diwajibkan. Barulah pada zaman khalifah Umar salat
Tarawih dihidupkan kembali dengan berjamaah, dengan jumlah 20 raka'at
dilanjutkan dengan 3 raka'at witir.
Sejak saat itu umat Islam di seluruh dunia menjalankan salat Tarawih tiap
malam-malam bulan Ramadhan dengan 20 raka'at. Empat mazhab yang
berbeda, yaitu mazhab Al-Hanafiyah (8 rakaat), Al-Malikiyah (sebagian 8
atau 20 rakaat), Asy-Syafi'iyah (20 rakaat) serta Al-Hanabilah (sebagian 8
atau 20 rakaat). Sedangkan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah dari Bani
Umayyah di Damaskus menjalankan salat Tarawih dengan 36 raka'at. Dan
Ibnu Taimiyah menjalankan 40 raka'at.
C. Bedug
Adzan shalat pertama kali disyari’atkan oleh Islam adalah pada tahun
pertama Hijriyah. Di zaman Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar bin
Khathab mengumandangkan adzan untuk shalat Jumat hanya dilakukan sekali
saja. Tetapi di zaman Khalifah Utsman bin Affan RA menambah adzan satu
kali lagi sebelum khatib naik ke atas mimbar, sehingga adzan Jumat menjadi
dua kali. Ijtihad ini beliau lakukan karena melihat manusia sudah mulai
banyak dan tempat tinggalnya berjauhan. Sehingga dibutuhkan satu adzan lagi
untuk memberi tahu bahwa shalat Jumat hendak dilaksanakan. Dalam kitab
Shahih al-Bukhari dijelaskan:
Dari Sa'ib ia berkata, "Saya mendengar dari Sa'ib bin Yazid, beliau
berkata, “Sesungguhnya adzan di hari jumat pada asalnya ketika masa
Rasulullah SAW, Abu Bakar RA dan Umar RA dilakukan ketika imam duduk
di atas mimbar. Namun ketika masa Khalifah Utsman RA dan kaum muslimin
sudah banyak, maka beliau memerintahkan agar diadakan adzan yang ketiga.
Adzan tersebut dikumandangkan di atas Zaura' (nama pasar). Maka tetaplah
hal tersebut (sampai sekarang)". ( Shahih al-Bukhari: 865)
Sehingga perbuatan itu memiliki landasan yang kuat dari salah satu sumber
hukum Islam, yakni ijma' para sahabat. Perbedaan ini adalah perbedaan dalam
masalah furu’iyyah yang mungkin akan terus menjadi perbedaan hukum di
kalangan umat, tetapi yang terpenting bahwa adzan Jumat satu kali atau dua
kali demi melaksanakan syari’at Islam untuk mendapat ridla Allah SWT.
Bilal atau muroqqi adalah orang yang tugasnya pemberi aba-aba, lebih
tepatnya penyambung suara imam atau seseorang yang meminta perhatian
jama’ah agar menyimak khutbah sekaligus mengatur prosesi khotbah,
Sewaktu hendak dilaksanakan shalat/khotbah dialah (Bilal) yang
menyampaikan kepada jama'ah dengan kata-kata yang khas. Pada hari Jum'at
dapat disaksikan ketika imam akan naik mimbar maka Bilal akan
mendengungkan aba-aba agar jama'ah tenang, mendengarkan khotbah secara
sungguh-sungguh dan bilal sholat jumat dan tarawih adalah sama tapi hanya
berbeda dalam bacaan doa atau tata caranya.
Keterangan lain dalam kitab Nihayatus Zain, Bilal juga diadakan pada
setiap dua rakaat shalat Tarawih Seperti dijelaskan dalam kitab I’anatut
Thalibin, Bilal memanggil jama'ah seperti berlaku dalam shalat-shalat sunnah:
shalat Hari Raya, Tarawih, Witir, dan shalat Gerhana. Biasanya ia memanggil
jama'ah dengan kata-kata "ash-shalah" atau 'Halumma ilash-shaah" (mari
shalat). Dan kurang tepat (makruh) bila memakai kata-kata ”Hayya alash-
shalah”
Mengadakan Muraqqi (Bilal) itu sebenarnya adalah bid'ah atau hal baru,
sebab di zaman Rasulullah hal semacam itu tidak ada. Tetapi ini termasuk
"bid'ah hasanah" (bid'ah yang baik). Sebab membaca ayat-ayat Al-Qur'an itu
bisa mendatangkan gairah dan semangat cinta kepada Rasulullah SAW,
terutama di masa-masa seperti sekarang ini.
G. Shalat Qabliyah dan Ba’diyah jum’at
Para ulama sepakat bahwa shalat sunnat yang di lakukan setelah shalat
jum'at adalah sunnah dan termasuk rawatib ba'diyah Jum'at. seperti yang di
riwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari:
"Semua shalat fardlu itu pasti diikuti oleh shalat sunnat qabliyah dua
rakaat". (HR.Ibnu Hibban yang telah dianggap shahih dari hadist Abdullah bin
Zubair).
Hadist ini secara umum menerangkan adanya shalat sunnah qabliyah tanpa
terkecuali shalat Jum'at.
Rukyat menurut bahasa berasal dari kata ra’a, yara, ra’yan, wa ru’yatan
yang bermakna melihat, mengerti, menyangka, menduga dan mengira,
memperhatikan/melihat dan discern (melihat). Dalam khazanah fiqh, kata
rukyat lazim disertai dengan kata hilal sehingga menjadi rukyatul hilal yang
berarti melihat hilal (bulan baru). Rukyatul hilal ini berkaitan erat dengan
masalah ibadah terutama ibadah puasa.
Rukyat menurut istilah adalah melihat hilal pada saat matahari terbenam
tanggal 29 bulan Qamariyah. Kalau hilal berhasil dirukyat maka sejak
matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, kalau tidak terlihat
maka malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan
dengan digenapkan (diistikmalkan) menjadi 30 hari.
Dasar Hukum Hadis Menurut riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim
B. Puasa Rajab
Hukum dari puasa rajab adalah Sunnah, yakni apabila dilakukan kita akan
mendapatkan pahala yang besar dan apabila tidak dilakukan maka kita tidak
mendapat dosa.
"Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa
selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka
Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila
puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
Puasa adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah, yakni
tanggal 9 Dzulhijah. Puasa ini sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak
menjalankan ibadah haji. Adapun teknis pelaksanaannya mirip dengan puasa-
puasa lainnya
Keutamaan puasa Arafah ini bisa disimak antara lain dalam hadits yang
diriwayatkan Abu Qatadah rahimahullah,Rasulullah bersabda:
"Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan
akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa
setahun yang lepas" (HR Muslim).
"Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah, daripada perbuatan
baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para
sahabat bertanya : 'Ya Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah? Sabda
Rasulullah, 'Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar
dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian kembali tanpa membawa apa-
apa." (HR Bukhari)
Satu mud yang disebutkan di atas adalah 1/4 sho’. Di mana satu sho’
adalah ukuran yang biasa dipakai untuk membayar zakat fithri. Satu sho’
sekitar 2,5-3,0 kg seperti yang kita setorkan saat bayar zakat fithri.
Yang lebih utama dari fidyah (memberi makan kepada orang miskin)
adalah dengan membayar utang puasa dengan berpuasa yang dilakukan oleh
kerabat dekat atau orang yang diizinkan atau ahli waris si mayit. Dalil yang
mendukung hal ini hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
orang yang punya utang puasa dan terlanjur meninggal dunia sebelum
utangnya dilunasi, maka bisa ditempuh dua cara:
Adapun bentuk memberikan fidyah, bisa dengan makanan siap saji dengan
memberi satu bungkus makanan bagi satu hari tidak puasa, bisa pula dengan
ketentuan satu mud yang disebutkan oleh Abu Syuja’
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari kesimpulan makalah , bahwa tradisi dan budaya :
1. Tradisi memiliki arti adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan
dimasyarakat dengan anggapan tersebut bahwa cara-cara yang ada merupakan
yang paling baik dan benar.
2. Budaya memiliki arti sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk
dirubah.
3. NU memiliki arti Jam’iyyah Diniyah yang berhaluan Ahlussunnah Wal
Jama’ah yang didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau bertepatan pada
tanggal 31 Januari 1926 M di Surabaya yang bergerak dibidang ekonomi,
pendidikan, dan sosial.
4. Latar belakang yang membuat tradisi dan budaya di Indonesia adalah berasal
dari Hindu-Budha yang ada sejak dahulu dari budaya Jawa.
5. Tradisi dan budaya yang ada di Indonesia yaitu: tahlilan, membaca shalawat,
suwuk atau mantra, acara tujuh bulanan, dan lain-lain.
6. Menurut pandangan NU bahwa tradisi dan budaya yang ada adalah bid’ah
Hasanah yaitu sesuatu yang baik.
3.2 Saran
Melalui makalah ini kami ingin menyampaikan saran kepada pembaca
khususnya kepada mahasiswa agar dapat memahami materi mengenai Amaliyah
dan Budaya NU
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/17096-fikih-puasa-8-masih-memiliki-utang-puasa-ketika-
meninggal-dunia
http://mutiary.wordpress.com/2010/12/01/metode-hisab-dan-metode-rukyat/
https://islam.nu.or.id/post/read/12161/shalat-sunnah-qabliyah-dan-badiyah-jumat
https://islam.nu.or.id/post/read/17910/tugas-seorang-bilal
https://islam.nu.or.id/post/read/12025/anjuran-memegang-tongkat-saat-khutbah
https://islam.nu.or.id/post/read/37964/puasa-bulan-rajab