PENERBIT
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PANDUAN PRAKTIKUM
KMB III
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................ .... i
Daftar Isi ......................................................................................................... ..... ii
Visi dan Misi Program Studi Ilmu Keperawatan ............................................. .... iii
Deskripsi Mata Kuliah .................................................................................... .... 1
Petunjuk Praktikum ......................................................................................... ..... 2
TataTertib Praktikum ...................................................................................... ..... 4
A. Sistem muskuloskeletal .................................................................................... 8
1. Body movement / body mechanic............................................................... 8
2. Ambulasi dini ............................................................................................ 14
3. Fiksasi dan imobilisasi ............................................................................. 24
4. GIPS........................................................................................................... 30
5. TRAKSI...................................................................................................... 38
Daftar Pustaka
TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Fokus mata kuliah ini adalah bagiamana Islam memberikan tuntunan tentang pemenuhan
kebutuhan klien dewasa dengan gangguan sistem muskuloskeletal, integumen, persepsi sensori dan
persarafan yang dapat digunakan dalam praktek keperawatan yang Islami melalui pendekatan
proses keperawatan, hubungan terapeutik perawat – klien, tehnik komunikasi terapeutik dan model
praktek keperawatan. Pengalaman belajar meliputi melatih keterampilan psikomotor dalam tekhnik
prosedur keperawatan.
Pelaksanaan praktikum dapat dilakukan dengan metode Practice Rahearsal Pears (praktek
berpasangan), dan bisa disesuaikan dengan bahan kajian masing-masing, dimana tahapan
pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Dosen/Fasilitator menentukan topik pembelajaran praktikum yang akan dilakukan
2. Dosen / Fasilitator menentukan pasangan dari masing-masing kelompok
3. Dosen/Fasilitator menjelaskan dan mendemonstrasikan prosedur kerja dari tiap-tiap
modul dalam kelompok besar selama maksimal 15 menit (kecuali prosedur pada
modul tertentu)
4. Setelah dosen/fasilitator membentuk pasangan-pasangan, fasilitator meminta kepada
penjelas atau demonstrator untuk menjelaskan atau mendemontrasikan cara mengerjakan
keterampilan yang telah ditentukan, pengecek/pengamat bertugas mengamati dan menilai
penjelasan atau demontrasi yang dilakukan temanya.
5. Dosen/Fasilitator meminta kedua pasangan untuk bertukar peran, yaitu demonstrator
kedua diberi keterampilan yang lain.
6. Dosen/Fasilitator meminta dan menilai mahasiswa untuk melakukan keterampilan
atau prosedur tersebut sampai selesai dan dapat dikuasai oleh peserta didik
berdasarkan Daftar Penilaian Prosedur Kerja.
7. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktikum (100% kehadiran) sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati oleh Dosen/fasilitator dan kelompok.
BODY MOVEMENT/MECHANIC
A. Pengertian
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam
mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk,
bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).
Posisi Ortopnea
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bila diperlukan
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan
3. Naikkan kepala tempat tidur 90o
4. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang di atas tempat tidur
5. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
6. Pastikan tidak terdapat tekanan pada area popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi
7. Letakkan gulungan handuk disamping masing-masing paha
8. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan bantal kaki
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan
Merapikan pasien
1. Evaluasi perasaan klien
2. Lakukan kontrak selanjutnya dengan klien
3. Mencuci tangan
A. DEFINISI AMBULASI
Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun
dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi
pasien (Roper, 2002)
Ambulasi merupakan latihan yang dilakukan dengan hati-hati tanpa tergesa-gesa untuk memperbaiki sirkulasi
dan mencegah flebotrombosis (Hin Chiff, 1999)
B. MANFAAT AMBULASI
Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah :
1. Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi yang terlambat yang
menyebabkan terjadinya Atropi akut dan perubahan turgor kulit.
Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan beban kerja jantung, hipotensi
ortostatic, phlebotrombosis.
Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan
ventilasi / perfusi setempat, mekanisme batuk yang menurun.
Sistem Pencernaan : Anoreksi – Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine, infeksi saluran kemih,
hiperkalsiuria
Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis, pemendekan serat otot
Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan syaraf pada bagian distal, nyeri
yang hebat.
2. Depresi
3. Perubahan tingkah laku
4. Perubahan siklus tidur
5. Perubahan kemampuan pemecahan masalah
Pembebanan berat badan (weight-bearing) pada kaki ditentukan oleh dokter bedah. Weight Bearing
adalahjumlah dari beban seorang pasien yang dipasang pada kaki yang dibedah.
*Tingkatan Weight Bearing dibedakan menjadi 5 (lima) yaitu:
1. Non weight bearing (NWB)
Kaki tidak boleh menyentuh lantai
NWB adalah 0 % dari beban tubuh, dilakukan selama 3 Minggu pasca operasi.
2. Touch Down Weight Bearing (TDWB)
Berat dari kaki pada lantai saat melangkah tidak lebih dari 5% beban tubuh.
3. Partial Weight Bearing (PWB)
Berat dapat berangsur ditingkatkan dari 30-50 % beban tubuh.
Dilakukan 3-6 vMinggu pasca opersi.
4. Weight Bearing as Tolerated (WBAT)
Tingkatannya dari 50 – 100 % beban tubuh
Pasien dapat meningkatkan beban jika merasa sanggup melakukannya.
5. Full Weight Bearing (FWB)
Kaki dapat membawa 100 % beban tubuh setiap melangkah
Dilakukan 8-9 bulan pasca operasi (Prerson, 2002)
Macam-Macam Ambulasi :
1. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/ kursi roda
1). Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
Pengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi
2. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard (TT) dan sebaliknya
1) Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan sebaliknya dengan cara diangkat.
2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan easy move
3). Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan Scoop Stretcher
SUB TOTAL
100
NILAI RATA-RATA
100
Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak perbaikan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan rata-rata = total skor /56x 100 % = ………. Palembang,
Penguji,
(..........................................)
SKOR
Aspek/Bobot A SP E K Y A NG DI NI LA I
1 2 3 4
Keterampilan (50%) MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA
NBL = 100 Persiapan Alat:
1. Kursi roda
2. Tempat tidur
Tahap Pra Interaksi
Persiapan lingkungan yang harus di perhatikan adalah:
Berikan lingkungan yang nyaman bagi pasien (kondusif)
Tutup pintu atau gorden menjaga privacy pasien
Tahap Orientasi
Berikan salam, panggil klien dengan namanya
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien / keluarga
Tahap Kerja
Cara Kerja:
1. Atur peralatan dengan tepat
a. Rendahkan posisi tempat tidur sampai pada posisi yang terendah
sehingga kaki klien dapat menyentuh lantai. Kunci semua roda
tempat tidur
b. Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin dengan tempat
tidur. Kunci semua roda kursi roda
2. Siapkan dan kaji klien
a. Bantu klien pada posisi duduk di tepi tempat tidur dengan cara
membantu klien untuk duduk diatas tempat tidur kemudian turunkan
kaki klien hingga kaki klien menggantung di atas tempat tidur dan
meminta klien untuk bergerak ke depan hingga badan klien berada
di tepi tempat tidur
b. Kaji klien, apakah klien mengalami hipotensi postural sebelum
memindahkan klien dari tempat tidur
3. Berikan instruksi yang jelas pada klien
Minta klien untuk:
a. Bergerak ke depan dan duduk ditepi tempat tidur
b. Condongkan tubuh klien ke depan mulai dari pinggul
c. Letakkan kaki yang kuat di bawah tepi tempat tidur, sandarkan
kaki yang lemah berada didepannya
d. Letakkan tangan klien diatas permukaan tempat tidur atau diatas
kedua bahu peawat sehingga klien dapat mendorong tubuhnya sambil
berdiri
4. Siapkan posisi perawat dengan tepat
b. Berdiri tepat di depan klien
1) Condongkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut dan
pergelagan kaki
2) Lebarkan kaki perawat dengan satu kaki di depan dan kaki yang lain
di belakang
c. Jika memungkinkan buatlah kaki klien sebagai cermin dari kaki
perawat
d. Lingkari punggung klien dengan kedua tangan perawat
e. Tegangkan otot gluteal, abdominal, kaki dan tangan perawat. Siapka
diri untuk melakukan pergerakan
5. Bantu klien untuk berdiri, kemudian bergerak bersama-sama
menuju kursi roda
a. Dalam 3 hitungan
Minta klien untuk menghentak dengan bagian kaki belakang,
kemudian menuju bagian belakang, kemudian menuju ke bagian
depan, ekstensikan persendian pada persedian ekstremitas bawah,
dan dorong atau tarik dengan kedua tangan, bersamaan dengan
perawat menarik dengan kaki bagian depan, menuju kaki bagian
belakang, ekstensikan persedian pada ekstermitas bawah, dan tarik
klien tepat menuju pusat gravitasi perawat pada posisi berdiri
b. Bantu klien pada posisi berdiri untuk beberapa saat
c. Bersama-sama memutar atau mengambil beberapa langkah menuju
kursi roda
6. Bantu klien untuk duduk
a. Minta klien untuk:
1) Membelakangi kursi roda
2) Meletakkan bagian kaki yang kuat di belakang kaki yang lemah
3) Menjaga kaki yang lainnya tetap berada di depan
4) Meletakkan kedua tangan diatas lengan kursi roda atau tetap pada
bahu perawat
b. Berdiri tepat di depan klien. Letakkan satu kaki di depan dan kaki
yang lainnya di belakang
c. Tegangkan otot gluteal, abdominal, dan lengan
d. Dalam 3 hitungan:
Minta klien untuk menggeser berat tubuhnya dengan jalan
memindahkannya ke kaki bagian belakang, merendahkan tubuh
sampai pada bagian tepi dari kursi roda dengan memfleksikan
persendian pada kaki, dan lengan bersamaan dengan perawat
menggeser berat tubuhnya dengan melangkah ke belakang dengan
menggunakan kaki depan dan merendahkan klien sampai di atas
kursi roda
7. Pastikan keselamatan klien
a. Minta klien untuk meggeser duduknya sampai pada posisi yang
paling aman dan nyaman
b. Turunkan tatakan kaki dan letakkan kedua kaki klien di atasnya
1. Merapikan pasien
2. Evaluasi perasaan klien
3. Lakukan kontrak selanjutnya dengan klien
4. Mencuci tangan
Evaluasi perasaan klien
Simpulkan hasil kegiatan
Lakukan kontrak untuk selanjutnya
Akhiri kegiatan
Cuci tangan dan keringkan
Dokumentasi
Catat hasil tindakan dan kesan dalam catatan keperawatan
SUB TOTAL 100
NILAI RATA-RATA 100
Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan Palembang,
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak perbaikan/dilakukan* Penguji,
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan rata-rata = total skor /56x 100 % = ……….
(..........................................)
Aspek/Bobot A SP E K Y A NG DI NI LA I SKOR
1 2 3 4
Keterampilan (50%) MEMBANTU KLIEN PINDAH KEATAS TEMPAT TIDUR
NBL = 100 1. Kaji tingkat kenyamanan,toleransi aktivitas,kekuatan otot dan
mobilisasi klien
2. Tinggi kan tempat tidur dengan ketinggian yang nyaman untuk
bekerja
3. Pindahkan bantal dan alat bantu yang digunakan klien pada
posisi sebelumnya
4. Dapatkan bantuan tambahan bila diperlukan
5. Jelaskan prosedur pada klien
6. Cuci tangan
7. letakkan tempat tidur pada posisi datar dengan roda tempat
tidur terkunci
Tahap Pra Interaksi
Persiapan lingkungan yang harus di perhatikan adalah:
Berikan lingkungan yang nyaman bagi pasien (kondusif)
Tutup pintu atau gorden menjaga privacy pasien
Tahap Orientasi
Berikan salam, panggil klien dengan namanya
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien / keluarga
Tahap Kerja
1. Lengkapi Persiapan
Palembang,
Penguji,
(..........................................)
KONSEP TEORI GIPS
1. Definisi
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area yang mengalami
patah tulang.
Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat gips dipasang ( brunner
dan suddart, 2000 ).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk immobilisasi bagian tubuh dengan menggunakan bahan gips
tioe plester dan fiberglass (Barbara Engram ,1999).
Jadi gips adalah alat immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan
formula khusus dengan tipe plster atau fiberglass.
Prosedur
1. Mencuci tangan
2. Membentangkan polietilen/koran di lantai
3. Menjelaskan pada klien apa yang akan dirasakan (rasa
hangat pada saat pemasangan perban)
4. Mengukur perban gulung dan lembaran gips pada bagian
ekstremitas yang akan di imobilisasikan
- Lembar gips diatur sedemikian rupa agar teratur masing-
masing tersusun berlapis sampai habis ½ rol gips
- Beberapa lembar gips tambahan diletakkan diatas untuk
penyangga tulang okranon, maleoli dan patella
- Lembar gips dipasang dari ujung distal sampai pada
proksimal ektremitas. Bila terlalu banyak gips yang digunakan akan
memungkinkan pemborosan dan menekan daerah dibawah
pemasangan gips.
- Bagian tengah balutan perban tetap tegak pada air (suhu
ruangan) untuk beberapa menit dan menjadi lunak agar mudah
digunakan. Periksa langsung bahan gips sintetik
- Memeriksa efek air terhadap kekuatan rekat/tidak lentur
pada tengah balutan oleh operator dengan hati-hati agar tak jatuh.
Kekuatan maksimal dihasilkan oleh gips sintetik dari reaksi kimia
5. Mulai dari ujung distal, balutkan gips dengan baik dan tepat
pada ektremitas, secara berlapis sampai habis ½ rol. Jaga gerakan
gips dan tetap menempel dengan baik pada permukaan ektremitas.
Secara hati-hati kombinasikan balutan berurutan kebawah dan
balikkan tiap balutan menuju ke posisi bawah dengan tungkai dan
tulang jari (ujung jari) secara melingkat atau memanjang. Jaga
kombinasi susunan bawah gips agar sejajar dengan permukaan
gips (tanpa penekanan) dan berlapis-lapis sehingga membentuk
gambaran huruf V.
6. Potong gips sesuai ukuran dengan pisau tajam. Pasang
perban gulung diatas susunan gips dan sesuaikan dengan bahan
gips
7. Mengakhiri pemasangan gips dengan krem tangan gips untuk
menjaga agar permukaan kulit luar tetap halus
8. Tanyakan pada klien jika hal ini menyebabkan ketidak
nyamanan atau nyeri
9. Mencatat diagnosa dan data kecelakaan dan pemasangan
gips dengan spidol permanen pada permukaan gips setelah
mengering
10. Menghindarkan gips terhadap jari-jari tangan selama pasien
bergerak. Keringkan dengan menganginkan gips agar hangat,
sirkulasi lancar dan alirkan udara. Atau kipaskan udara diatas gips
dengan kipas berputar untuk mempercepat penguapan air.
11. Mendokumentasikan prosedur dan respons klien pada catatan
klien.
SUB TOTAL
100
NILAI RATA-RATA
100
Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak perbaikan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan rata-rata = total skor /56x 100 % = ……….
Palembang,
Penguji,
(..........................................)
TRAKSI
A. DEFINISI
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan
spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas,
dan untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan
arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu
keefekktifan tarikan traksi harus dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 ).
Traksi merupakan metode lain yang baik untuk mempertahankan reduksi ektermitas yang mengalami fraktur
(Wilson, 1995 ).
2. Mobilisasi terbatas
Beban traksi
1. Dewasa = 5 - 7 Kg
B. INDIKASI
2. Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut
pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut
3. Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam
posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalm posisi flexsi.
4. Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha
5. Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus pemoralis orang
dewasa
6. Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn sampai dewasa muda (Barbara,
1998).
C. TUJUAN PEMASANGAN
Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi
fraktur, untuk mengurangi deformitas, untuk menambah ruang diantara dua permukaan antara patahan
tulang.
1. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek terapeutik,
tetapi kadang-kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis
1. Traksi kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol sepasme kulit dan memberikan imobilisasi . Traksi kulit apendikuler (
hanya pada ektermitas digunakan pada orang dewasa) termasuk “ traksi ektensi Buck, traksi russell, dan
traksi Dunlop”.
a. Traksi buck
Ektensi buck ( unilateral/ bilateral ) adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan diberikan pada satu bidang bila
hanya imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan . Digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah
Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana, dan paling tepat bila dipasang untuk anak muda
dalam jangka waktu yang pendek. Indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk
mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut
(Wilson, 1995 ).
Mula- mula selapis tebal semen kulit, tingtura benzoid atau pelekat elastis dipasang pada kulit penderita
dibawah lutut. Kemudian disebelah distal dibawah lutut diberi stoking tubular yang digulung, kemudian
plester diberikan pada bagian medikal dan lateral dari stoking tersebut lalu stoking tersebut dibungkus lagi
dengan perban elastis. Ujung plester traksi pada pergelangan kaki di hubungkan dengan blok penyebar guna
mencegah penekanan pada maleoli. Seutas tambang yang diikat ketengah blok penyebar tersebut kemudian
dijulurkan melalui kerekan pada kaki tempat tidur. Jarang dibutuhkan berat lebih dari 5 lb. penggunaan traksi
kulit ini dapat menimbulkan banyak komplikasi. Ban perban elastis yang melingkar dapat mengganggu
sirkulasi yang menuju kekaki penderita, yang sebelumnya sudah menderita penyakit vaskular. Alergi kulit
terhadap plester juga dapat menumbuhkan masalah. Kalau tidak dirawat dengan baik mungkin akan
menimbulkan ulserasi akibat tekanan pada maleolus. Traksi berlebih dapat merusak kulit yang rapuh pada
orang yang berusia lanjut. Bahkan untuk peenderita dewasa lebih disukai traksi pin rangka, terutama bila
b. Traksi Russell
Dapat digunakan pada fraktur plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan memberikan
gaya tarik horizontal melalui pita traksi balutan elastis ketungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga
dengan bantal agar lutut benar- benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit (Smeltzer & Bare, 2001 ).
Masalah yang paling sering dilihat pada traksi Russell adalah bergesernya penderita kebagian kaki ketempat
tidur,sehingga kerekan bagian distal saling berbenturan dan beban turun kelantai. Mungkin perlu ditempatkan
blok-blok dibawah kaki tempat tidur sehingga dapat memperoleh bantuan dari gaya tarik bumi (Wilson,
1995).
Walaupun traksi rangka seimbang dapat digunakan untuk menangani hampir semua fraktur femur, reduksi
untuk fraktur panggul mungkin lebih sering diperoleh dengan memakai traksi Russell dalam keadaan ini paha
disokong oleh beban. Traksi longitudinal diberikan dengan menempatkan pin dengan posisi tranversal
melalui tibia dan fibula diatas lutut. Efek dari rancangan ini adalah memberikan kekuatan traksi ( berasal dari
gaya tarik vertikal beban paha dan gaya tarik horizontal dari kedua tali pada kaki ) yang segaris dengan
tulang yang cidera dengan kekuatan yang sesuai. Jenis traksi paling sering digunakan untuk memberi rasa
nyaman pada pasien yang menderita fraktur panggul selama evaluasi sebelum operasi dan selama
persiapan pembedahan. Meskipun traksi Russell dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan yang
utama dan penting untuk patah tulang panggul pada penderita tertentu tetapi pada penderita usia lanjut dan
lemah biasanya tidak dapat mengatasi bahya yang akan timbul karena berbaring terlalu lama ditempat tidur
c. Traksi Dunlop
Adalah traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi.
Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha. Traksi Bryant
sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang berat badannya lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui
2. Traksi skelet
Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi ini digunakan paling sering untuk menangani
fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher. Kadang- kadang skelet traksi bersifat seimbang yang
menyokong ekstermitas yang terkena, memungkinkan gerakan pasien sampai batas- batas tertentu dan
memungkinkan kemandirian pasien maupun asuh keperawatan sementara traksi yang efektif tetap
dipertahankan yang termasuk skelet traksi adalah sebagai berikut (Smeltzer & Bare,2001 ).
a. Traksi rangka seimbang
Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus femoralis orng
dewasa. Sekilas pandangan traksi ini tampak komplek, tetapi sesunguhnya hanyalah satu pin rangka yang
ditempatkan tramversal melalui femur distal atau tibia proksimal. Dipasang pancang traksi dan tali traksi
utama dipasang pada pancang tersebut. Ektermitas pasien ditempatkan dengan posisi panggul dan lutut
membentuk sekitar 35° , kerekan primer disesuaikan sedemikian sehingga garis ketegangan koaksial
dengan sumbu longitudinal femur yang mengalami fraktur. Beban yang cukup berat dipasang sedemikian
rupa mencapai panjang normalnya. Paha penderita disokong oleh alat parson yang dipasang pada bidai
tomas alat parson dan ektermitas itu sendiri dijulurkan dengan tali, kerekan dan beban yang sesuai sehingga
kaki tergantung bebas diudara. Dengan demikian pemeliharaan penderita ditempat tidur sangat mudah.
Bentuk traksi ini sangat berguna sekali untuk merawat berbagai jenis fraktur femur. Seluruh bidai dapat
diadduksi atau diabduksi untuk memperbaiki deformitas angular pada bidang medle lateral fleksi panggul dan
lutut lebih besar atau lebih kecil memungkinkan perbaikan lateral posisi dan angulasi alat banyak memiliki
keuntungan antara lain traksi elefasi keaksial. Longitudinal pada tulang panjang yang patah, ektermitas yang
cidera mudah dijangkau untuk pemeriksaan ulang status neuro vascular, dan untuk merawat luka lokal serta
mempermudah perawatan oleh perawat. Seperti bentuk traksi yang mempergunakan pin rangka, pasien
sebaiknya diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya peradangan atau infeksi sepanjang pin, geseran
atau pin yang kendor dan pin telah tertarik dari tulang (Wilson, 1995 ).
b. Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun sampai dewasa muda. kontrol
terhadap fragmen – fragmen pada fraktur tulang femur hamper selalu memuaskan dengan traksi 90-90-90
penderita masih dapat bergerak dengan cukup bebas diatas tempat tidur (Wilson, 1995 ).
Traksi harus dipasang dengan arah lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Dengan
cara ini, bagian garis tarikan yang pertama berkontraksi terhadap garis tarikan lainnya. Garis-garis tersebut
dikenal sebagai vektor gaya. Resultanta adalah gaya tarikan yang sebenarnya terletak di tempat diantara
kedua garis tarikan tersebut. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar X, dan mungkin
diperlukan penyesuaian. Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan harus diganti untuk
di tempat tidur. Traksi ektensi buck dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus.
Traksi suspensi seimbang memberikan dukungan pada ektermitas yang sakit diatas tempat tidur sehingga
memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu yanpa terputus garis tarikan. Tarikan dapat dilakukan
pada kulit ( traksi kulit ) atau langsung kesekelet tubuh (traksi skelet). Cara pemasangan ditentukan oleh
tujuan traksi
Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual). Ini merupakan traksi yang sangat sementara yang
bisa digunakan pada saat pemasangan gips, harus dipikirkan adanya kontraksi
Pada setiap pemasangan traksi, harus dipikirkan adanya kontraksi adalah gaya yang bekerja dengan arah
yang berlawanan ( hukum Newton III mengenai gerak, menyebutkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadi
reaksi dengan besar yang sama namun arahnya yang berlawanan ) umumnya berat badan pasien dan
Walaupun hanya traksi untuk ektermitas bawah yang dijelaskan secara terinci, tetapi semua prinsip-prinsip
Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang dengan agak cepat, terapi
fisik harus dimulai segera agar dapat mengurangi keadaan ini.misalnya, seorang dengan patah tulang femur
diharuskan memakai kruk untuk waktu yang lama. Rencana latihan untuk mempertahankan pergerakan
ektermitas atas, dan untuk meningkatkan kekuatannya harus dimulai segera setelah cedera terjadinya
(Wilson, 1995 ).
3. Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan
5. Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten. Setiap faktor yang dapat
6. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang.
9. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.
SUB TOTAL
100
NILAI RATA-RATA
100
Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak perbaikan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan
sedikit perbaikan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan rata-rata = total skor /56x 100 % = ……….
Palembang,
Penguji,
(..........................................)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah memepelajarai keterampilan pemeriksaan neurologi mahasiswa mampu :
1. Mengetahui dan melakukan pengujian tingkat kesadaran
2. Mengetahui dan melakukan pengujian Tanda –tanda rangsangan otak
3. Mengetahui dan melakukan pemeriksaan untuk fungsi saraf pusat ( N. 1 – N. XII)
4. Mengetahui dan melakukan pemeriksaan fungsi koordinasi
5. Mengetahui dan melakukan pemeriksaan fungsi motoric
6. Mengetahui dan melakukan pemeriksaan fungsi sensibilitas
7. Mengetahui dan melakukan pemeriksaan reflek fisiologis pada ektremitas
8. Mengetahui dan melakukan pemeriksaan reflek patologis
9. Mengetahui dan melakukan pemeriksaan tanda meningeal
10. Mengetahui dan melakukan pemeriksaan provokasi sindrom nyeri
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…
Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1V1M1
2). Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi
lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul.
Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu jari pemeriksa tepat
di bawah os ozygomaticum.
3. Pemeriksaan Nervus
a. Nervus I Olpaktorius (pembau)
Anjurkan klien mengidentifikasi berbagai macam jenis bau-bauan dengan
memejamkan mata, gunakan bahan yang tidak merangsang seperti kopi, tembakau,
parfum atau rempah-rempah
5) Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus
1) Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata
atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila
salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain,
atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang / ke atas (untuk kompensasi)
secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.
e. Nervus V, Thrigeminus :
- Cabang optalmicus : Memeriksa refleks berkedip klien dengan menyentuhkan
kapas halus saat klien melihat ke atas
- Cabang maxilaris : Memeriksa kepekaan sensasi wajah, lidah dan gigi
- Cabang Mandibularis : Memeriksa pergerakan rahang dan gigi
b. Gerakan volunter
Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya
Mengangkat kedua tangan dan bahu
Fleksi dan extensi artikulus kubiti
Mengepal dan membuka jari tangan
Mengankat kedua tungkai pada sendi panggul
Fleksi dan ekstansi artikulus genu
Plantar fleksi dan dorsal fleksi plantar kaki
Gerakan jari-jari kaki
c. Palpasi
Pengukuran besar otot
Nyeri tekan
Kontraktur
Konsistensi (kekenyalan)
Konsistensi otot yang meningkat : meningitis, kelumpuhan
Konsitensi otot yanag menurun terdapat pada: kelumpuhan akibat lesi, kelumpuhan
akibat denerfasi otot
5. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer. klien diminta memejamkan mata
a) Menguji sensasi nyeri: dengan menggunakan Spatel lidah yang di patahkan atau ujung
kayu aplikator kapasdigoreskan pada beberapa area kulit, Minta klien untuk bersuara pada
saat di rasakan sensasi tumpul atau tajam.
b) Menguji sensai panas dan dingin: dengan menggunakan Dua tabung tes, satu berisi air
panas dan satu air dingin, Sentuh kulit dengan tabung tersebut minta klien untuk
mengidentifikasi sensasi panas atau dingin.
c) Sentuhan ringan : dengan menggunakan Bola kapas atau lidi kapas, Beri sentuhan ringan
ujung kapas pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan kulit minta klien untuk
bersuara jika merasakan sensasi
d) Vibrasi/getaran : dengan garputala, Tempelkan batang garpu tala yang sedang bergetar di
bagian distal sendi interfalang darijari dan sendiinterfalang dari ibu jari kaki, siku, dan
pergelangantangan. Minta klien untuk bersuara pada saat dan tempat di rasakan vibrasi.
b. Reflek trisep :
1) Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik lengan keluar dari
tubuh pasien, sehingga membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah harus
menjuntai ke bawah langsung di siku
2) Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan
sedikit pronasi
3) Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
c. Reflek brachiradialis
1) Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus beristirahat longgar di
pangkuan pasien.
2) Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon melintasi (sisi ibu jari pada
lengan bawah) jari-jari sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
3) Respons: - flexi pada lengan bawah supinasi pada siku dan tangan
d. Reflek patella
1) posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring terlentang
2) Cara : ketukan pada tendon patella
3) Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
e. Reflek achiles
1) Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau dengan berbaring
terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki di atas yang lain atau mengatur
kaki dalam posisi tipe katak.
2) Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.
3) Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
4) Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski:
1) Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki diluruskan.
2) Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar kaki tetap pada
tempatnya.
3) Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior
4) Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya
b. Reflek chaddok
1) Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior
ke anterior
2) Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari-jari
kaki lainnya.
c. Reflek schaeffer
1) Menekan tendon achilles.
2) Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya.
d. Reflek oppenheim
1) Pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari proksiml ke distal
2) Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya
e. Reflek Gordon
1) menekan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
2) Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya
a. Reflek bing
a.
g. Reflek gonda
1) Menekan (memfleksikan) jari kaki ke-4, lalu melepaskannya dengan cepat.
2) Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai mekarnya (fanning)
jari-jari kaki lainnya
Pengertian
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari
serabut saraf dalam tubuh keotak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional
Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika
orang tersebut pernah mengalaminya.
Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku
Stimulasi penghasil nyeri yaitu zat kimia (histamine, bradikinin, prostaglandin), termal, mekanik, listrik
yang mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer-medula spinalis- ke korteks serebral
- Resepsi: semua kerusakan seluler, yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik, kimia, atau
stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri
- Persepsi: merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, sehingga individu dapat bereaksi
- Reaksi: merupakan respon fisiologis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.
Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri Akut
Nyeri yang timbul mendadak dan cepat menghilang, tidak lebih dari 6 bulan, ditandai dengan
adanya peningkatan tegangan otot
2. Nyeri Kronik
Nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, terjadi lebih dari 6 bulan, yang terdiri dari nyeri termal,
sindrom nyeri kronik dan nyeri psikosomatis
3. Nyeri menjalar (referent pain): nyeri yang terjadi akibat kerusakan/ cedera pada organ viseral
5. Nyeri phantom: nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas di amputasi
6. Nyeri neurologis: bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa
jalur saraf
Masase (Pemijatan)
1. Atur klien dalam posisi telungkup. Jika tidak bisa, dapat diatur
dengan posisi miring
2. Letakkan sebuah bantal kecil di bawah perut klien untuk
menjaga posisi yang tepat
3. Tuangkan sedikit lotion di tangan. Usap kedua tangan sehingga
lotion rata pada permukaan tangan
4. Lakukan masase pada punggung. Masase dilakukan dengan
jari-jari dan telapak tangan dan tekan yang halus. Gunakan
lotion sesuai kebutuhan
5. Metode masase:
- Selang-seling tangan: masase punggung dengan tekanan
pendek, cepat dan bergantian
- Remasan: usap otot bahu dengan setiap tangan anda yang
dikerjakan secara bersamaan
- Gesekan: masase punggung dengan ibu jari denga gerakan
memutar sepanjang tulang punggung dari sakrum ke bahu
- Eflurasi: masase punggung dengan kedua tangan,
menggunakan tekanan lebih halus denga gerakan ke atas
untuk membantu aliran balik vena
- Petriasi: tekanan punggung secara horizontal. Pindahkan
tangan anda dengan arah yang berlawanan denga gerakan
meremas
- Tekanan menyikat: secara halus tekan punggung dengan
ujung-ujung jari intuk mengakhiri masase.
6. Rapikan pasien
Tahap Terminasi
1. Evalusi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk selanjutnya
4. Akhiri kegiatan
5. Cuci tangan dan keringkan
Dokumentasi
Catat hasil tindakan dan kesan dalam catatan keperawatan.
SUB TOTAL
100
NILAI RATA-RATA
100
Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak perbaikan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan rata-rata = total skor /56x 100 % = ……….
Palembang,
Penguji,
(..........................................)
LATIHAN RENTANG GERAK (ROM)
Definisi ROM
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk
menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal
Jenis ROM
1. ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan.
Indikasi latihan fasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau
pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2. ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan
dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif
Tujuan ROM
1. Mempert ahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah ke lainan bentuk
Manfaat ROM
1. Meningkatkan mobilisasi sendi
2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
3. Meningkatkan massa otot
4. Mengurangi kehilangan tulang
5.Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
6. Mengkaji tulang sendi, otot
7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
8. Memperlancar sirkulasi darah
9 Memperbaiki tonus otot
A. PENGERTIAN
Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan
persendian klien sesuai dengan rentang geraknya
B. TUJUAN
Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian
GERAKAN BAHU
2. Mulai masing-masing gerakan dari lengan di sisi klien
3. Pegang lengan di bawah siku dengan tangan kiri perawatdan
pegang pergelangan tangan klien dengan tangan kanan
perawat
4. Fleksi dan ekstensikan bahu.
Gerakkan lengan ke atas menuju kepala tempat tidur. Kembalikan ke
posisi sebelumnya
5. Abduksikan bahu.
Gerakkan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala klien sampai
tangan di atas kepala
6. Adduksikan bahu
Gerakkan lengan klien ke atas tubuhnya sampai tangan yang
bersangkutan menyentuh tangan pada sisi sebelahnya
6. Rotasikan bahu internal dan eksternal
a) Letakkan lengan di samping tubuh klien sejajar dengan bahu
b) Gerakkan lengan ke bawah hingga telapak tangan menyentyh
kasur, kemudian gerakkan ke atas hingga punggung tangan menyentuh
tempat tidur
GERAKAN SIKU
1. Fleksi dan ekstensikan siku
a) Bengkokkan siku hingga jari-jari tangan menyentuh dagu
b) Luruskan kembali ke tempat semula
2. Pronasi dan supinasikan siku
a) Genggam tangan kklien seperti orang yang sedang berjabat tangan
b) Putar telapak tangan klien ke bawah dank e atas, pastikan hanya
terjadi pergerakan siku, bukan bahu
GERAKAN PERGELANGAN TANGAN
1. Fleksikan pergelangan tangan
a) Genggam telapak dengan satu tangan, tangan yang lainnya
menyangga lengan bawah
b) Bengkokkan pergelangan tangan ke depan
2. Ekstensi pergelangan tangan.
Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergerakan tangan ke posisi semula
3. Fleksi radial/radial deviation (abduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu jari
4. Fleksikan ulnar/ulnar deviation (adduksi)
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral kearah jari kelima
GERAKAN LEHER
Ambil bantal di bawah kepala klien
1. Fleksi dan ekstensikan leher
a) Letakkan satu tangan dibawah kepala klien, dan tangan yang
lainnya diatas dagu klien
b) Gerakkan kepala ke depan sampai menyentuh dada, kemudian
kembalikan ke posisi semula tanpa disangga oleh bantal
2. Fleksi lateral leher
a) Letakkan kedua tangan pada pipi klien
b) Gerakkan kepala klien kea rah kanan dan kiri
GERAKAN HIPEREKSTENSI
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur dekat
dengan perawat
1. Hiperekstensi leher
a) Letakkan satu tangan di atas dahi, tangan yang lainnya pada kepala
bagian belakang
b) Gerakkan kepala ke belakang
2. Hiperekstensi bahu
a) Letakkan satu tangan di atas bahu klien dan tangan yang lainnya di
bawah siku klien
b) Tarik lengan atas ke atas dan ke belakang
3. Hiperekstensi pinggul
a) Letakkan satu tangan di atas pinggul. Tangan yang lainnya
menyangga kaki bagian bawah
b) Gerakkan kaki ke belakang dari persendian pinggul
SUB TOTAL
100
NILAI RATA-RATA
100
Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak perbaikan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit perbaikan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan rata-rata = total skor /56x 100 % = ……….
Palembang,
Penguji,
(..........................................)