GG
GG
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah dikeluarkannya Surat Perintah Kerja ini, sesuai
dengan ketentuan di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat, spesifikasi teknis, dan gambar
kerja, dengan :
Demikian Surat Perintah Mulai Kerja ini dibuat untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Ditetapkan di : MEDAN
Tanggal : …………………………….
Diterima Oleh,
Antara
IR. MARSHALL
Dengan
IR. EBDI ZUCHRY BERUTU
Pada hari ini. …………..tanggal ………… bulan ………. tahun Dua Ribu Sembilan Belas (…-….-2019).
bertempat di Medan, Kami yang bertanda tangan dibawah ini:
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dengan ini telah sepakat dan saling mengikat satu sama
lain untuk mengadakan suatu perjanjian pemborongan pekerjaan Pembangunan rumah Tipe
36/72 sebanyak = 4 (empat) unit, berikut segala turutannya di Perumahan Marien Garden Jln.
Sari Pasar I Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Dengan ketentuan-ketentuan dan
syarat-syarat sebagaimana diatur lebih lanjut di dalam pasal-pasal tersebut dibawah ini.
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1. PIHAK PERTAMA, yang telah mendapatkan ijin dari yang berwenang untuk mengelola
sebidang tanah yang berlokasi di Jln. Sari Pasar I Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli
Serdang, menjadi permukiman yang dikenal dengan Perumahan Marien Garden. lengkap
dengan segala fasilitasnya
2. PIHAK KEDUA yang telah mendapatkan ijin dan telah berpengalaman dalam membangun
pekerjaan sipil, diantaranya bangunan sebagaimana spesifikasi terlampir
3. PIHAK KEDUA bermaksud melaksanakan pekerjaan bangunan rumah type 36/72 berikut
segala turutannya sebagai rumah tinggal di Perumahan Marien Garden sebagaimana
tersebut pada ayat 1 diatas.
4. PIHAK PERTAMA mempercayakan kepada PIHAK KEDUA untuk melaksanakan pekerjaan
pembangunan rumah sebagaimana akan diuraikan dalam surat perjanjian ini dengan
syarat-syarat administrasi dan teknis yang telah ditentukan oleh PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA telah menyetujui untuk melaksanakannya.
5. PIHAK KEDUA tidak diperkenankan men-subkan atau mengalihkan pekerjaan
pemborongan mi kepada PIHAK KETIGA, kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan khusus yang
harus dikerjakan oleh kontraktor spesialis harus dengan persetujuan terlebih dahulu dari
PIHAK PERTAMA.
6. Pelanggaran atas ayat 5 di atas, akan mengakibatkan pembatalan surat perjanjian ini tanpa
tuntutan apapun dari PIHAK KEDUA.
Pasal 2
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
1. PIHAK KEDUA bersedia melaksanakan pekerjaan yang diterima dari PIHAK PERTAMA
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang tercantum di dalam lampiran-lampiran surat
perjanjian ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian Ini.
2. Lingkup pekerjaan pemborongan yang dimaksud dalam perjanjian ini adalah sebagai
berikut,
1) Pekerjaan persiapan
2) Pekerjaan tanah dan penimbunan
3) Pekerjaan pondasi dan bagian-bagiannya
4) Pekerjaan struktur beton
5) Pekerjaan dinding dan tembok layar (gevel/sopi-sopi)
6) Pekerjaan plasteran, acian dan bentukan permukaan dinding
7) Pekerjaan kusen dan daun pintu dan jendela
8) Pekerjaan kaca dan penggantung/kunci-kunci
9) Pekerjaan rangka atap, talang dan lesplank
10) Pekerjaan genteng/penutup atap
11) Pekerjaan rangka plafond dan lisprofil plafond
12) Pekerjaan penutup plafond
13) Pekerjaan dasar lantai
14) Pekerjaan keramik lantai dan dinding
15) Pekerjaan pengecatan dinding, kayu dan Plafond
16) Pekerjaan sanitasi
17) Pekerjaan saluran pembuangan
18) Pekerjaan septick tank
19) Pekerjaan instalasi air bersih rumah
20) Pekerjaan instalasi listrik rumah
21) Pekerjaan Pagar Pembatas rumah (tidak termasuk pagar belakang)
22) Pekerjaan rabatan carport
23) Pekerjaan-pekerjaan pelengkap lain yang lazim dan diperlukan untuk kelengkapan
suatu bangunan yang layak dan siap huni.
24) Pekerjaan pembersihan dan pemeliharaan
Pasal 3
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
Pasal 4
HARGA BORONGAN PEKERJAAN
1. Jumlah harga borongan pekerjaan sesuai dengan surat perjanjian pemborongan ini adalah
sebesar Rp 288.000.000,- (Dua Ratus Delapan Puluh Delapan Juta Rupiah), dengan
perincian sebagai berikut :
2. Harga borongan tersebut dalam ayat 1 berdasarkan Kontrak Lump Sum dan sudah
termasuk jasa PIHAK KEDUA tidak berhak atas tuntutan terhadap kenaikan harga
borongan, baik yang disebabkan karena kenaikan harga bahan maupun upah kerja dengan
alasan apapun.
3. Harga borongan tersebut ayat 1 di atas adalah untuk pekerjaan standart. sedangkan untuk
pekerjaan di luar standart akan dibuat dalam kontrak penambahan pekerjaan (addendum)
yang terpisah yang tidak terlepas dari surat perjanjian pemborongan ini berdasarkan harga
satuan pekerjaan yang telah disepakati dalam perjanjian ini.
Pasal 5
CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran harga borongan tersebut dalam pasal 4 di atas dibayarkan oleh PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA untuk setiap jangka waktu 14 (empat belas hari) atau 2
(dua) minggu sesuai dengan bobot pekerjaan (kemajuan pekerjaan).
2. Bobot pekerjaan (kemajuan pekerjaan) tersebut di atas adalah berdasarkan Berita Acara
Kemajuan Pekerjaan yang disetujui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
3. Pembayaran-pembayaran tersebut di atas, dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah Berita Acara
Kemajuan Pekerjaan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Pasal 6
PENGAWAS PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA berhak untuk menunjuk orang atau Badan Hukum sebagai team pengawas
pekerjaan, yang akan mewakili PIHAK PERTAMA dalam pengawasan pekerjaan yang
dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA
Pasal 7
DASAR PERHITUNGAN HARGA SATUAN DAN HARGA BORONGAN
1. PIHAK PERTAMA bersedia membayar kepada PIHAK KEDUA dan sebaliknya PIHAK
KEDUA bersedia menerima pembayaran dari PIHAK PERTAMA harga pemborongan ini
berdasarkan nilai perhitungan harga satuan yang telah diuraikan lengkap dan terperinci
sebagaimana tercantum dalam surat penawaran yang dilampirkan dalam surat perjanjian
pemborongan ini.
2. Bila dalam pelaksanaan pekerjaan dan negoisasi terjadi pekerjaan tambah kurang yang
diminta pembeli rumah, maka perhitungan biaya pekerjaan tambah kurang tersebut akan
didasarkan pada harga satuan sebagaimana disebutkan dalam ayat 1 diatas atau
negosiasi langsung PIHAK KEDUA dengan pembeli rumah sesuai Desain perubahan
pekerjaan yang telah disetujui PIHAK PERTAMA.
Pasal 8
PEKERJAAN TAMBAH - KURANG DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN
Pasal 9
PEKERJAAN YANG HARUS DIBONGKAR
1. Bila terdapat hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka dalam
waktu yang telah ditentukan oleh Team Pengawas selaku wakil dari PIHAK PERTAMA,
PIHAK KEDUA diharuskan untuk segera memperbaiki dan atau mengganti baru pekerjaan
yang dinyatakan harus dibongkar
2. Biaya pekerjaan pembongkaran dan perbaikan tersebut, ditanggung sepenuhnya oleh
PIHAK KEDUA sendiri.
3. Pekerjaan pembongkaran dan perbaikan pada ayat 1 diatas, tidak dapat dijadikan alasan
untuk meminta perpanjangan waktu yang telah disepakati dalam perjanjian pemborongan
ini.
Pasal 10
PERMULAAN PEKERJAAN
Pasal 11
WAKTU PELAKSANAAN DAN PEMELIHARAAN
Pasal 12
PENANGGUNG JAWAB / WAKIL PIHAK KEDUA
1. Sebelum mulai dengan pekerjaan, PIHAK KEDUA harus menyerahkan kepada PIHAK
PERTAMA untuk disetujui, susunan personalia proyek sebagai wakil PIHAK KEDUA yang
berwenang dan bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan pemborongan
tersebut.
2. PIHAK KEDUA juga harus menempatkan seorang penanggung jawab berpendidikan dan
berpengalaman sesuai dan terampil menurut pertimbangan PIHAK PERTAMA, sehingga
semua perintah dan petunjuk-petunjuk dan Team Pengawas dapat dipenuhi Penunjukan
ataupun penggantian penanggung jawab PIHAK KEDUA tersebut harus diberitahukan
secara resmi kepada PIHAK PERTAMA
3. Penanggung jawab ini harus selalu tetap berada di lapangan selama kegiatan kerja
berlangsung guna melaksanakan fungsi pengendalian serta dapat memberikan laporan
seketika apabila diperlukan oleh Team Pengawas atau petugas lapangan PIHAK PERTAMA
4. Bila sewaktu-waktu dianggap tidak mampu oleh PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA
harus mengganti personel yang bersangkutan, dalam waktu 10 (sepuluh) hari setelah
mendapatkan pemberitahuan tertulis dan PIHAK PERTAMA
Pasal 13
KEBERSIHAN DAN KEAMANAN LOKASI
Pasal 14
PEMBATALAN / PEMUTUSAN PERJANJIAN PEMBORONGAN
Pasal 15
PENGAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. PIHAK KEDUA harus menjaga keselamatan pekerja selama pelaksanaan pekerjaan dan
melaksanakan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sesuai dengan peraturan
yang berlaku
2. PIHAK KEDUA diwajibkan menghindarkan segala bahaya yang dapat timbul atas pekerja
dalam melaksanakan pekerjaan dan apabila terjadi kecelakaan, maka segala akibatnya
menjadi tanggungan Pihak Kedua
3. Untuk menyimpan bahan/material bangunan dan peralatan yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan, maka PIHAK KEDUA harus membuat gudang yang baik dan
melakukan penjagaan untuk menghindari kehilangan bahan/material dan peralatan
tersebut.
4. Segala persoalan dan tuntutan para pekerja maupun Pihak Ketiga yang ditunjuk maupun
dipekerjakan oleh PIHAK KEDUA menjadi beban dan tanggung jawab Pihak Kedua, baik di
dalam maupun di luar Pengadilan.
Pasal 16
DENDA-DENDA DAN SANKSI-SANKSI
1. Apabila PIHAK KEDUA lalai dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
pasal-pasal perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda sebesar Rp 50.000,- (Lima
puluh ribu rupiah) untuk setiap kelalaian tersebut atau untuk setiap kali PIHAK KEDUA
tidak melaksanakan perintah Team Pengawas yang didahului dengan Surat Peringatan
secara tertulis berturut-turut sebanyak 2 (dua) kali dari Team Pengawas maupun PIHAK
PERTAMA.
2. Apabila penyerahan pekerjaan pemborongan tersebut tidak dilakukan pada waktu yang
telah ditentukan dalam pasal 11 perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA dikenakan denda
sebesar 5/00 (lima permil) dari seluruh harga borongan pekerjaan untuk setiap hari
kalemder keterlambatan dan dengan jumlah setinggi-tingginya 5% (lima persen) dari
seluruh harga borongan pekerjaan
3. Apabila PIHAK PERTAMA tidak dapat membayar pada waktunya, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat 1, maka PIHAK PERTAMA bersedia dikenakan denda sebesar suku
bunga deposito yang berlaku pada Bank Negara Indonesia atas jumlah terhutang
Pasal 17
FORCE MAJEURE
1. PIHAK KEDUA dibebaskan dari tanggung jawab atas segala keterlambatan pekerjaan
sebagai akibat langsung keadaan force majeure.
2. Yang dimaksud dengan Force Majeure adalah bencana alam (banjir, gempa bumi, angin
topan, petir) serta huru-hara dan perang
3. Bila terjadi force majeure, PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada
PIHAK PERTAMA, dalam waktu maksimum 2 x 24 jam ( dua kali dua puluh empat jam)
setelah kejadian dengan disertai rencana dan time schedule baru untuk mengatasinya.
4. Apabila dalam waktu 7 x 24 jam (tujuh kali dua puluh empat jam) PIHAK PERTAMA tidak
memberikan tanggapan, maka kejadian apapun tidak dapat diakui sebagai force majeure.
Pasal 18
PERSELISIHAN
Jika terjadi perselisihan, maka tahapan pertama dalam rangka menyelesaikan permasalahan
adalah dengan cara melakukan musyawarah untuk mencapai kata mufakat, jika tidak tercapai
kata mufakat, maka tahap kedua juga dalam rangka menyelesaikan permasalahan adalah
dengan cara membawa permasalahan yang ada ke Pengadilan Negeri Medan untuk
diselesaikan berdasarkan hukum yang berlaku
Pasal 19
PENUTUP
1. Surat Perjanjian ini mulai berlaku efektif sejak tanggal ditandatangani oleh kedua belah
pihak.
2. Segala persoalan yang timbul di belakang hari dan belum tercakup dalam Surat Perjanjian
ini, akan diatur oleh kedua belah pihak berupa Memorandum atau Addendum yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Surat Perjanjian ini.
3. Demikian Surat Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (Dua) masing-masing dibubuhi
materai secukupnya dan dinyatakan mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah
ditandatangani kedua belah pihak.