Anda di halaman 1dari 5

Anggota Kelompok :

Fenti Nursafitri 165130100111043


Allyndria Aulia S 165130101111064
Faiz Nur Hidayat 165130101111071
Maria Stella Linda N . 165130107111048
Aldryan C. Pratama 165130107111049

INTERPRETASI UNINALISIS

Sinyalemen
Elsie, kucing persia medium betina, berumur sekitar 2 tahun, dengan warna rambut hitam
bercampur coklat, diketahui menurut pemilik minun dalam jumlah sedikit. Hewan dipelihara
dalam kandang dengan pakan yang diberi bermerk Meo. Koleksi urin dilakukan pada pagi hari,
kemudian sampel disimpan pada suhu 4ºC. Pemeriksaan urin dilakukan pada siang hari dan
menunjukkan hasil sebagaimana yang dicantumkan.

Interpretasi Hasil Uji


Pemeriksaan Fisik
No Uji Hasil Standar
1. Warna Kuning Pekat Kuning pucat-kuning coklat
2. Kejernihan Keruh Jernih
3. Bau Bau amoniak Bau makanan
4. Berat Jenis 1,050 1,020 – 1,040

Pemeriksaan Glukosa
No. Uji Hasil
1. Kontrol Tidak ada endapan hitam
2. Sampel Ada endapan hitam

Pemeriksaan Bilirubin
No. Uji Hasil
1. Sampel Negatif

Pemeriksaan Sedimen
No. Uji Hasil
1. Triple Phospate Crystals
2. Sampel Sodium urate

Uji Dipstik
No Uji Hasil
1. Leu 70 +
2. Nit -
3. Pro 1.5
4. PH 7.5
5. SG 1010
6. Bil -
7. Gluko -

Analisa Hasil
Hasil pemeriksaan fisik urin diperoleh hasil warna urin kucing kuning pekat yang
menandakan adanya indikasi kucing mengalami dehidrasi dan kekurangan cairan tubuh. Urin juga
terlihat keruh. Urin umumnya merupakan cairan yang jernih dan jika keruh belum tentu patologis.
Urin keruh karena presipitasi dari kristal, bahan amorf dan pada urin alkalis terjadi presipitasi dari
phosphate, ammonium urate dan karbonat yang akan terurai jika ditambahkan asam asetat. Urin
keruh juga oleh sel-sel dalam urin seperti sel leukosit atau pertumbuhan bakteri. Bau amoniak
timbul akibat adanya pertumbuhan bakteri yang mereduksi nitrat menjadi amoniak (Loesnihari,
2012).
Berat jenis urin pasien sangat tinggi dan hal ini dipengaruhi besar oleh faktor penyimpanan
lebih dari 6 jam yang menyebabkan peningkatan berat jenis. Berat jenis dipengaruhi oleh status
hidrasi. Dengan kondisi pasien yang dehidrasi, maka tidak mungkin berat jenis akan meningkat
(Loesnihari, 2012).
Pemeriksaan kadar glukosa menunjukkan hasil positif, namun menurut Loesnihari (2012),
jika kadar glukosa tinggi yang mengarah pada penyakit DM maka terjadi hiperglikemia dan jika
pengguna-an kabohidrat tidak cukup terjadi peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan
ketonuria. Sedangkan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan bau keton dan saat pemeriksaan
dipstick terlihat hasil negative.. Selain itu menurut Loesnihari (2012), False positive bisa
diakibatkan oleh bahan pembersih wadah
PH urin 7,5 (Basa) dikarenakan , pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik,
infeksi saluran kemih, terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, dan spesimen basi. Protein 1.5
menunjukkan bahwa Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu yang sehat karena
perubahan fisiologis. Normalnya ekskresi protein urin tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl
dalam setiap satu specimen (Taringan, 2018).
Diagnosa
Abnormalitas yang bisa dilihat adalah hasil positif pada pemeriksaan glukosa dan ditemukannya
krisltal urolith pada pemeriksaan sedimen urin. Ditemukannya glukosa pada urin mengarah pada
tingginya glukosa dalam darah sehingga glukosa tidak direabsorbsi oleh tubuh dan ikut terbuang
bersama urin. Tingginya kadar glukosa dalam darah bisa terjadi pada pasien yang mengalami
diabetes melitus(DM) dimana pankreas mengalami kelainan sehingga tidak dapat menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah menggunakan hormon insulin dan glucagon (Fitriani dkk,
2016). Pasien DM memiliki gejali klinis berupa polyuria, polydipsia, dan polyphagia dan pasien
juga menunjukkan gejala tersebut. Tingginya glukosa darah juga bisa disebabkan oleh asupan
glukosa dalam jumlah besar (Fitriani dkk, 2016). Namun kucing dikandang di dalam rumah dan
satu-satunya asupan makanan hanya dari pakan yang diberikan. Sehingga diagnosa sementara
yang diberikan adalah Diabetes Melitus meskipun diperlukan pemeriksaan lanjutan berupa
pemeriksaan kadar glukosa darah dengan hasil diatas 194 mg/dL (Fitriani dkk, 2016).
Pemeriksaan sedimen menunjukkan adanya kristal dalam jumlah banyak dimana kristal yang
ditemukan berupa triple phosphate dan sodium urate. Hal ini menunjukkan kucing mengalami
kristaluria. Kristal terbentuk oleh berbagai sebab seperti pH urin, eksresi mineral ginjal, adanya
pemicu pembentukan kristal, kurangnya penghambat pembentukan kalkuli dan adanya infeksi atau
peradangan. Kristal yang ditemukan berupa kristal phosphate dan sodium bisa terbentuk karena
pH urin yang basa (Mihardi dkk, 2018).

Diagnosa Banding
a. Diabetes Mellitus
Pada pemeriksaan urin kucing terlihat adanya hiperglikemia atau peningkatan
kadar glukosa. Menurut Stockham dan Scott (2002) dalam Maylina (2010), peningkatan
glukosa (hiperglikemia) dapat dibagi menjadi tiga kelompok penyebab, yaitu:
1. Hiperglikemia fisiologis misalnya pada postprandial, diestrus, stress/cemas/takut
2. Hiperglikemia patologis yang disebabkan oleh DM yang dimediasi imun
3. Hiperglikemia farmakologis akibat pemberian glukosa

Diabetes Militus dibagi menjadi 2 tipe, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes
Melitus tipe 1 merupakan diabetes yang disebabkan oleh kurangnya produksi hormone
insulin oleh organ pancreas. Adapun penyebab dasar dari dibetes tipe 1 adalah karena
adanya kerusakan atau kesalahan genetik pada sel pancreas penderita, sehingga sistem
imun terganggu dan tidak bisa menghasilkan hormone insulin. Sementara itu diabetes
melitus tipe 2 merupakan hasil akibat kerusakan sel β-pankreas yang disebabkan oleh
resistensi insulin. Untuk memastikan apakah tipe dari diabetes militus harus dilakukan
beberapa pemeriksaan, misalnya pemeriksaan darah.
b. Urolithiasis
Beberapa diagnosa banding penyakit urolithiasis adalah nefritis (diare, muntah),
hidronefrosis (diare, hematuria, lethargy, muntah, stranguria, sakit pada bagian abdomen),
cystitis (lemah, muntah, hematuria, poliuria, uremia). Untuk memastikan apakah hewan
tersebut mengalami urolithiasis, harus dilakukan uji sedimentasi urin (Fauziah, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Arief Purwo Mihardi, Intan Maria Paramita, Sherli Noviaria Pakpahan, Setyo Widodo. 2018.
Identifikasi Klinis Kristaluria pada Kasus Feline Lower Urinary Track Disease (FLUTD)
di Klinik Hewan Maximus Pet Care. Proc. of the 20th FAVA CONGRESS & The 15th
KIVNAS PDHI, Bali Nov 1-3, 2018

Ayu Fitriani, I Nyoman Suartha, Sri Kayati Widyastuti. 2016. Kasus Diabetes Mellitus Pada
Kucing Lokal. Indonesia Medicus Veterinus. 5(5) : 407-414

Fauziah, H. 2015. Gambaran Cystitis Melalui Pemeriksaan Klinis dan Laboratoris (Uji
Dipstik dan Sedimentasi Urin) Pada Kucing di Klinik Hewan Makassar. [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran Hewan, Universtas Hasanudin. Makassar.

Hohenberger, E. F. dan Kimling, H. 2004. Compendium Urinalysis With Test Strips. Canada :
Roche Diagnostics GmbH
Loesnihari, R. 2012. Peran analisa urin pada penanganan penyakit ginjal dan traktus urinarius.
Majalah Kedokteran Nusantara. 45 (3) :167-176
Maylina, L., D. Sajuthi, R. Wulansari, S. Widodo, Susderthi. 2010. Diabetes Militus pada
Kucing. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Sari, D.A.K., and Andreas B.Y. Pengaruh Pemberian Antibiotika Amoksisilin Dan Tetrasiklin
Terhadap Gambaran Urine Pada Kucing Lokal (Felis Catus). AGROVETERINER. 5 (2) :
143-151
Taringan, O. 2018.Perbedaan Urinalisis Metode Dipstik Pada Urin Segar , Urin Simpan 4 jam
Suhu Ruangan, dan Urin Simpan 4 Jam Suhu 2oC - 8oC.Lampung:Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai