Abstract
The aim of this research is to know the effect of the implementation practicum tools of light refraction
to improve problem solving ability of the students. The study was conducted in the even semester of the
academic year 2017/2018 at MAN 2 Rembang. The samples used are two classes, namely XI MIA 2
(experimental class) and XI MIA 3 (control class). Sampling in this research using purposive sampling
technique. The result of this research show that the experimental class is better than in control class. It can
be seen in the activities of students during practicum, namely for the experimental class to get a score of 94,5%
while for the control class 86,5%. In ddition from activities of students, implementation of refraction of light
practical tools also influences student’s cognitive outcomes. Based on the results of the N-gain test, for the
student’s experimental class problem solving abilities obtained a value of 0,60, while the control class
obtained a value of 0,53. The conclusions from this research is the implemementation of refraction of light
practical tools can increase the problem solving ability of the students.
menggunakan suatu alat (Jozwiak, 2014). masalah sebesar 84% dan dalam kategori sangat
Pendapat ini sejalan dengan penelitian Nurita et tinggi.
al. (2017), yaitu dengan menggunakan alat Sujarwanto et al. (2014) menyebutkan
praktikum dihasilkan kemampuan pemecahan beberapa indikator dalam pemecahan masalah.
indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Tahap Indikator
Memahami masalah Mengidentifikasi masalah berdasarkan konsep
Mendata besaran-besaran yang diketahui
Menentukan besaran yang ditanyakan
Merencanakan penyelesaian Membuat diagram benda bebas/sketsa yang Menggambarkan
permasalahan
Menentukan persamaan yang tepat untuk pemecahan masalah
Menyelesaikan masalah Mensubtitusi nilai besaran yang diketahui ke persamaan
Melakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan yang
dipilih
Melakukan pengecekan Mengevaluasi hasil dengan kesesuaian konsep yang ada
Mengevaluasi satuan
siswa kesulitan dalam mengamati besar secara langsung, sehingga siswa dapat
pembengkokan pensil. Selain itu, siswa juga membandingkan hipotesis mereka dengan
mengalami kesulitan untuk membandingkan kenyataan yang ada saat praktikum.
besarnya pembengkokan pensil saat di medium Keunggulan lain yaitu dengan adanya
air dan saat di medium larutan gula. tempat medium yang dibuat transparan, maka
Berdasarkan Gambar 1, banyak siswa pada akan memudahkan siswa melihat berkas cahaya
kelas kontrol yang belum dapat menyimpulkan. yang dibiaskan dan menentukan besar sudut
Hal ini ditandai dengan perolehan dari deskripsi biasnya serta mengurangi kesalahan pralaks saat
pengamatan yaitu 76%, yang mana termasuk praktikum. Pada akhirnya, dengan adanya alat
dalam kategori sedang. Penyebabnya adalah alat praktikum ini siswa tidak harus membayangkan
praktikum yang digunakan masih sederhana lagi proses terjadinya pembiasan cahaya, akan
yaitu hanya dengan gelas aqua yang diisi air tetapi siswa hanya mengamatinya saja
kemudian dimasukkan pensil kedalamnya dan Keunggulan lain dari alat ini dibanding alat
hal tersebut membuat siswa kesulitan dalam lain yaitu alat ini mudah dioperasikan dan tidak
mengamati besar pembengkokan pensil. Selain mudah pecah. Hal ini dikarenakan bahan yang
itu, siswa juga mengalami kesulitan untuk digunakan berupa kayu dan plastik. Selain itu,
membandingkan besarnya pembengkokan pensil pengoperasian alatnya juga mudah yaitu hanya
saat di medium air dan saat di medium larutan dengan memutar penyangga yang sudah
gula. Sedangkan siswa pada kelas eksperimen dilengkapi laser dan sudah terhubung dengan
sudah mampu menyimpulkan. Hal ini terlihat pusat statif dasar, sehingga pembiasan cahaya
dari hasil dari deskripsi pengamatan yang tinggi, terjadi tepat dipusat busur. Jika dibandingkan
yaitu 97% dan termasuk dalam kategori sangat dengan alat yang dikembangkan oleh Rahayu
tinggi. Hasil tersebut dikarenakan alat tersebut (2016), alat ini lebih efisien. Hal ini dikarenakan,
membantu siswa dalam menganilisis proses pada alat yang dikembangkan Rahayu (2016)
pembiasan cahaya dan data yang dihasilkan dari pergantian zat cair harus membuka setiap bagian
alat tersebut sesuai dengan yang ada di teori. alat, akan tetapi pada alat yang digunakan
Selain itu, siswa juga dpermudah karena mereka peneliti pergantian zat cair dapat dilakukan
tidak perlu menginterpretasikan terlebih dahulu dengan mudah, yaitu dengan menggunakan
data yang mereka dapat, akan tetapi bisa suntikan.
langsung diolah. Keterlibatan siswa secara langsung saat
Secara rata-rata aktivitas siswa kelas praktikum membuat siswa lebih percaya atas
eksperimen lebih besar dibanding kelas kebenaran berdasarkan percobaannya sendiri
eksperimen yaitu 94,5% > 86,5%. Hasil ini daripada hanya menerima dari guru atau dari
dipengaruhi oleh alat praktikum pembiasan buku saja. Selain itu siswa juga terhindar dari
cahaya. Alat praktikum pembiasan cahaya yang verbalisme serta dapat mengembangkan sikap
digunakan pada dasarnya sangat membantu berfikir ilmiah dan hasil belajar juga akan tahan
pemahaman konsep siswa dan dapat lama diingat (Yustiandi & Saepuzaman, 2017).
mengembangkan proses ilmiah siswa. Hal ini Peningkatan kemampuan pemecahan
dikarenakan dengan alat praktikum tersebut masalah ditinjau dari hasil pretest-posttest
siswa dapat melihat bagaimana proses terjadinya siswa
pembiasan cahaya secara langsung tanpa harus Kemampuan pemecahan masalah
menginterpretasikan terlebih dahulu. Selain itu, berdasarkan hasil pretest-posttest dapat dilihat
siswa juga dapat mengetahui bagaimana pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 terlihat
hubungan antara indeks bias medium dengan bahwa untuk aspek memahami masalah
besarnya sudut bias dan bagaimana proses memperoleh hasil N-gain sebesar 0,70 untuk
terjadinya pemantulan sempurna. Di sisi lain, kelas eksperimen dan 0,60 untuk kelas kontrol.
siswa juga dapat menguji hipotesis mereka Kelas eksperimen termasuk dalam kategori
80
Fitriyah / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)
Kesalahan yang sering terjadi yaitu pada tidak menuliskan simpulan dari jawaban mereka.
soal tentang konsep. Banyak siswa yang Mereka berhenti setelah mendapat jawaban dari
menyatakan hasilnya, seperti soal nomer 1 dan 2 perhitungan, sehingga menyebabkan aspek
banyak siswa yang langsung menggambarkan evaluasi memperoleh hasil sedikit pada kedua
tanpa menuliskan rencananya terlebih dahulu. kelas tersebut, yaitu hanya 29,24% dan 17,60 %
Hal ini dikarenakan ada sebagian siswa yang dengan hasil N-gain 0,30 dan 0,20. Artinya, pada
kurang memahami ataupun miskonsepsi kelas eksperimen sebagian siswanya sudah
terhadap hubungan sudut datang dan sudut bias mampu mengevaluasi hasil dari jawabannya. Hal
dalam medium. ini terbukti dengan N-gain yang termasuk dalam
Aspek melaksanakan penyelesaian untuk kategori sedang, sedangkan untuk kelas kontrol
kedua kelas mempunyai nilai N-gain yang sama masih dalam kategori rendah.
yaitu 0,80 dan kategori tinggi. Hal ini Keunggulan kelas eksperimen dibanding
membuktikan bahwa siswa pada kedua kelas kelas kontrol dipengaruhi oleh penggunaan alat
tersebut mampu melakukan perhitungan pada praktikum. Penggunaan alat praktikum
soal matematis. Sedangkan untuk soal tentang pembiasan cahaya membuat siswa kelas
konsep masih kendala dalam menggambarkan eksperimen mempunyai pengetahuan yang lebih
skema serta menjelaskannya. dibanding kelas kontrol. Hal ini dikarenakan alat
Kecenderungan siswa yang menjawab praktikum pembiasan cahaya yang digunakan
dengan rumus dan memasukkan angka-angka dapat mengurangi miskonsepsi yang dialami
pada soal langsung tanpa D1 dan D2, hal ini siswa dan alat ini juga mempunyai ketepatan
membuat siswa harus membaca soal lebih dari 1 yang sangat tinggi yaitu 97%, sehingga siswa
kali dan hal tersebut menyita banyak waktu. Hal dapat mengamati perubahan sinar bias
yang demikian menyebabkan siswa banyak yang meskipun hanya sedikit selisihnya. Selain itu,
81
Fitriyah / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)
keterlibatan siswa dalam analisis data saat Polya dapat mengembangkan kemampuan
praktikum membuat siswa lebih memahami pemecahan masalah siswa. Hasil ini sesuai
persamaan yang digunakan, dan arti dari setiap dengan hasil penelitian Hadi & Radiyatul (2014)
simbolnya. Siswa menjadi tahu apa itu medium 1, dan Ifanali (2014), yang mana metode
sudut datang, medium 2, sudut bias, serta pemecahan masalah menurut Polya mampu
hubungan diantara mereka. Hal inilah yang meningkatkan kemampuan pemecaha masalah
membantu siswa dalam memahami masalah siswa. Selain itu, penggunaan metode Polya juga
yang ada pada soal, serta merencanakan dan memotivasi siswa untuk dapat belajar secara
melaksanakan penyelesaian dari soal tersebut. mandiri dan melatih siswa untuk berpikir logis
Pembelajaran menggunakan alat praktikum dan teliti sehingga kesalahan siswa dalam proses
pembiasan cahaya mampu membuat siswa menyelesaikan massalah terkontrol. Selain itu
memahami sendiri konsep pembiasan cahaya dengan dilakukannya looking back terhadap
secara keseluruhan, mulai hubungan sudut langkah-langkah yang telah dilakukan maka
datang dan bias karena medium yang berbeda, siswa dapat mengevaluasi langkha-langkah yang
hubungan sudut bias akibat medium yang telah mereka lakukan (Komariyah, 2011).
berbeda serta proses terjadinya pemantulan
sempurna. Jika dibandingkan dengan alat-alat SIMPULAN
praktikum pembiasan cahaya yang pernah
dikembangkan, yaitu alat AP-KO oleh Oktafiani Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
(2017) dan Rahayu (2016) alat-alat tersebut telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan
belum mampu mencakup hingga pemantulan bahwa implementasi alat praktikum pembiasan
sempurna. Alat-alat yang ada biasanya hanya cahaya dalam pembelajaran dapat memberi
mampu membuktikan hubungan sudut datang pengaruh positif yaitu mampu meningkatkan
dan sudut bias dengan medium yang berbeda kemampuan pemecahan masalah pada siswa.
serta mencari indeks bias medium. Selain itu,
untuk sudut datangnya sendiri masih sering DAFTAR PUSTAKA
terjadi kesalahan paralaks karena susah diamati.
Sedangkan, untuk alat yang pembiasan cahaya ini Arief, M. K., L. Handayani, & P. Dwijananti. (2012).
mampu menunjukkan berkas cahaya datang dan Identifikasi Kesulitan Belajar Fisika pada
pada sudut berapa berkas tersebut berada. RSBI: Studi Kasus di RSMABI Sekota
Semarang. Unnes Physics Education. 1(2): 5-
Secara keseluruhan hasil pretest dan
10.
posttest pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada
kedua kelas tersebut mengalami kenaikan pada Azhar. (2008). Pendidikan Fisika dan Keterkaitannta
hasil posttest nya, jika dibandingkan dengan hasil dengan Laboratorium. Jurnal Geliga Sains.
pretestnya. Hal ini menandakan bahwa model 2(1): 7-12.
pembelajaran problem solving dengan metode
praktikum sangat efektif digunakan. Pernyataan Azizah, N. & S. S. Edie. (2014). Pendekatan Problem
ini sesuai dengan hasil penelitian Sadiqin et al. Solving Laboratory untuk Meningkatkan
Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI
(2017), Warimun (2012) dan Caliskan et al.
MA Al Asror Gunung Pati Semarang. Unnes
(2010), yang mana menunjukkan bahwa model
Physics Education Journal. 3(3): 28-33.
pembelajaran problem solving efektif diterapkan
dalam pembelajaran dan berdampak positif Azizah, R., L. Yuliati, & E. Latifah. (2015). Kesulitan
terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa
penggunaan metode eksperimen sesuai dengan SMA. Jurnal Penelitian Fisika dan
pernyataan Subekti (2016), yaitu metode Aplikasinya. 5(2): 44-50.
eksperimen dapat meningkatkan hasil kognitif.
Selain itu, metode pemecahan masalah menurut
82
Fitriyah / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)
Caliskan, S., G. S. Selcuk, & M. Erol. (2010). Effects of OECD. (2014). PISA 2012 Results: Creative Problem
The Problem Solving Strategies Instruction Solving: Students’ Skills in Tackling Real-Life
on The Students’ Physics Problem Solving Problems (Volume V). PISA, OECD
Performances and Strategy Usage. Procedia Publishing.
Social and Behavioral
Oktafiani, P., Bambang S., & S. S. Edie. (2017).
Dostal, J. (2015). Theory of Problem solving. Procedia Pengembangan Alat Peraga Kit Optik
Social and Behavioral Sciences. 174: 2798- Serbaguna (AP-KOS) untuk Meningkatkan
2805 Keterampilan proses Sains. Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA. 3(2): 189-200.
Hadi, S. & Radiyatul. (2014). Metode Pemecahan
Masalah Menurut Polya untuk Polya, G. (1973). How to Solve It: A New Aspect of
Mengembangkan Kemampuan Siswa dalam Mathematical Method (2nd ed). New Jersey:
Pemacahan Masalah Matematis di SMP. Princeton University Press.
Jurnal Pendidikan Matematika. 2(1). 53-61.
Rahayu, A. S., V. Serevina, & Raihanati. (2016).
Ifanali. (2014). Penerapan Langkah-langkah Polya Pengembangan Set Praktikum Pembiasan
untuk Meningkatkan Kemampuan Cahaya untuk Pembelajaran Fisika di SMA.
Pemecahan Masalah Soal Cerita Pecahan Prosiding Seminar Nasional Fisika, V.
pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Palu. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika
Tadaluko. 1(2): 147-158. Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel
Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Irawati, D.R. (2014). Analisis Penguasaan Konsep Fisika
Pada Pokok Bahasan Besaran Dan Satuan Sadiqin, I. K., U. T Santoso, & A. Sholahuddin. (2017).
Kelas X Sma Negeri 1 Sale Rembang. Skripsi. Pemahaman Konsep IPA Siswa SMP Melalui
Semarang: FMIPA UNNES. Pembelajaran Problem Solving pada Topik
Perubahan Benda-Benda di Sekitar Kita.
Jonassen, D. H. (2010). Reseach Issues in Problem Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. 3(1): 52-62.
Solving. The 11th International Conference
on Education Research: 1-15 Salamah, A. A. (2015). Analisis Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Pendekatan Kognitif
Jozwiak, J. (2004). Teaching Problem-Solving Skills to Menurut Teori Piaget pada Materi Optik
Adults. MPAEA Journal of Adult Education. Kelas VIII MTs NU Mu’allimat Kudus. Skripsi.
33(1): 19-34. Semarang: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri
Komariyah, K. (2011). Penerapan Metode Walisongo.
Pembelajaran Problem Solving Model Polya
untuk Meningkatkan Kemampuan Saputri, D. F. & Nurussaniah. (2015). Penyebab
Memecahkan Masalah bagi Siswa Kelas IX J Miskonsepsi pada Optika Geometris.
di SMPN 3 Cimahi. Prosiding Seminar Prosiding Seminar Nasional Fisika, IV.
Nasional Pendidikan dan Penerapan MIPA. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sitanggang, A. (2013). Alat Peraga
Matematika Sederhana untuk Sekolah
Musfiqon & Nurdyansyah. (2015). Pendekatan Dasar. Medan: Lembaga Penjamin Mutu
Pembelajran Saintifik. Sidoarjo: Nizamia Pendidikan (LPMP).
Learning Center.
Setyono, A., S. E. Nugroho, & I. Yulianti. (2016). Analisis
Nurita, T., P. W. Hastuti, & D. A. P. Sari. (2017). Kebutuhan Siswa dalam Memecahkan
Problem-Solving Ability of Science Masalah Fisika Berbentuk Grafik. Unnes
Students in Optical Wave Courses. Jurnal Physics Education Journal. 5(3). 32-39.
Pendidikan IPA Indonesia. 6(2): 341-345.
83
Fitriyah / Unnes Physics Education Journal 7 (3) (2018)
Subekti, Y & A. Ariswan. (2016). Pembelajaran Fisika Suprayitno, T. (2011). Pedoman Pembuatan Alat
dengan Metode Eksperimen untuk Peraga Kimia Sederhana untuk SMA.
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Jakarta: KEMENDIKBUD.
Keterampilan Proses Sains. Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA. 2(2): 252-261. Wahyudi & N. Suseno. (2014). Efektifitas Penggunaan
Metode Eksperimen dalam Pembelajaran
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Fisika Kelas X Semester Ganjil SMAN 1
Alfabeta. Kalirejo Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurnal Pendidikan Fisika. 2(1): 1-10.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & Warimun, E.S. (2012). Penerapan Model Pembelajaran
D). Bandung: Alfabeta. Problem Solving Fisika pada Pembelajaran
Topik Optika pada Mahsiswa Pendidikan
Sujarwanto, E., A. Hidayat, & Wartono. (2014). Fisika. Jurnal Exacta. 10(2). 111-114.
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
pada Modeling Instruction pada Siswa SMA Yustiandi & D. Saepuzaman. (2017). Redesain Alat
kelas XI. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Peraga dan Lembar Kerja Percobaan
3(1). 65-78. Bandul Sederhana untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa Bereksperimen.
Prosiding Seminar Nasional Fisika, VI.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta
84