Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


KEMISKINAN DI PEDESAAN
Dosen Pembimbing :

Kelompok 10

Baiti Rahma 191101


Fiqita 191101
Nor Liana 191101
Siti Fatimah 1911013320014

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI BIOLOGI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tak lupa kita haturkan kepada Allah SWT karena atas izin,
rahmat dan karunia-Nya penulisan makalah yang berjudul “Kemiskinan di Pedasaan”
ini dapat terselesaikan. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Kami selaku penulis sadar bahwa penulisaan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini kedepannya menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Banjarbaru, 15 Maret 2020

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada setiap negara, baik negara maju atau berkembang mengalami

masalah kemiskinan, sehingga bisa dibilang bahwa kemiskinan bagaikan

hantu yang menghantui setiap negara di seluruh dunia. Walaupun masalah

kemiskinan sudah menjadi masalah seluruh dunia sejak lama, namun

kemiskinan tetap menjadi masalah terberat yang sulit diatasi, seakan sudah

menjadi masalah yang mengakar dan masalah yang pasti dihadapi seluruh

dunia. Butuh waktu dan strategi yang tepat untuk memberantas atau

setidaknya mengurangi tingkat kemiskinan yang ada.

Saat ini, kemiskinan adalah masalah yang sangat sulit diatasi apalagi bagi

negara berkembang. Kemiskinan menjadi momok dan kata yang sangat

menakutkan karena semua orang pasti tidak mau menjadi miskin. hal itu

berawal dari dua sebab, yaitu diri sendiri dan orang lain. Pertama, kurangnya

kemampuan individu untuk mengembangkan kemampuan dirinya sendiri

memperoeh kehidupan yang lebih baik. Kedua, kelicikan orang yang

berpangkat merampas harta yang bukan miliknya alias korupsi.

Di indonesia sendiri, menurut data dari BPS yang dirilis pada tahun 2018,

tingkat penduduk miskin lebih banyak berada di desa daripada di kota.

Menurut salah satu berita di media online ekonomi.kompas.com, presentase

kemiskinan di desa sebanyak 13,20% sedangkan di kota sebanyak 7,02%.

1
Tingkat kemiskinan di desa bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya

kurangnya lapangan pekerjaan, daerah yang masih terisolasi, dan minimnya

informasi dan rendahnya tingkat pendidikan serta pengetahuan masyarakat

desa. Beberapa alasan tersebut biasanya juga menyebabkan kemiskinan

menjadi identik dengan lingkungan yang kotor, kumuh, dan sulit diatur.

Namun, dalam beberapa kurun waktu terakhir, tingkat kemiskinan di desa

mengalami penurunan seiring dengan penambahan anggaran dana desa.

Walaupun tingkat kemiskinan di desa sudah mulai menurun, masalah

kemiskinan ini tidak boleh untuk diabaikan, pemerintah harus tetap memantau

dan mencari solusi untuk memberantas kemiskinan 100 %.

Kemiskinan salah satu penghalang kesejahteraan hidup masyarakat desa,

untuk itu masyarkat desa harus bekerja sama untuk meningkatkan

pembangunan perekonomian dan pemerintah harus peka terhadap masalah

kemiskinan yang masih terjadi di dalam masyarakat.

Karena tingkat kemiskinan di desa akan mempengaruhi kualitas

pemerintahannya dan akan berdampak pula pada pemerintahan pusat. Bahkan,

kemiskinan juga mampu menjadi parameter untuk mengukur kemajuan

sebuah negara. Jadi, masalah kemiskinan harus diselesaikan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini yaitu

1. Apa pengertian kemiskinan di pedesaan?

2. Apa saja penyebab kemiskinan di pedesaan?

3. Bagaimana cara mengatasi kemiskinan di pedesaan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kemiskinan di Pedesaan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa

untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum.

Hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga

berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu

mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak

sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian

orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang

lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi

memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara

berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang

"miskin".

Secara ekonomi, kemiskinan dapat diartikan sebagai kurangnya

sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Maksud dari sumberdaya di

sini tidak hanya dari segi finansil, namun termasuk semua jenis kekayaan

(wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam

pengertian yang lebih luas.

3
Berlandaskan pada konsep ini, kemiskinan bisa diukur secara langsung

dengan cara menetapkan persediaan sumber daya yang dimiliki melalui

penggunaan standar baku yang dikenal dengan istilah garis kemiskinan.

Kemudian secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari kemampuan akses

terhadap kekuasaan (power). Kekuassan dalam hal ini menyangkut tatanan

sistem politik yang dapat menentukan sekelompok orang untuk menjangkau

dan mengelola sumber daya.

Selanjutnya kemiskinan jika dilihat secara sosial-psikologis merujuk pada

kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung untuk mendapatkan

kesempatan-kesampatan untuk meraih peningkatan produktivitas.

2.2 Penyebab Kemiskinan di Pedesaan

Penyebab kemiskinan di desa, secara khusus disebabkan oleh

keterbatasan aset yang dimiliki, yaitu:

a) natural assets: seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat

desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai untuk mata

pencahariannya.

b) human assets: menyangkut kualitas SDM yang relatif masih rendah

dibandingkan masyarakat kota.

c) Physical assets: minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum

d) financial assets: berupa tabungan (saving) serta akses untuk memperoleh

modal usaha; dan

e) social assets: berupa jaringan, kontak, dan pengaruh politik, dalam hal ini

bergaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik.

4
Menurut Bank Dunia (The World Bank/WB), kemiskinan di desa-desa di

Indonesia masih menjadi fenomena karena jumlahnya yang masih cukup

besar baik dalam nilai absolut ataupun tingkat (ratio) kemiskinan. Pada Maret

2018, 61,9% penduduk miskin menempati daerah pedesaan dan tingkat

kemiskinannya mencapai 13,2%.

Hal ini menurut Bank Dunia hampir dua kali lipat dari 7% tingkat

kemiskinan di daerah perkotaan. Kemiskinan di tingkat desa menurutnya

dikarenakan keterbatasan mengakses pekerjaan yang layak, pasar, kesehatan,

dan pendidikan dibandingkan dengan perkotaan.

Realitas kemiskinan di desa ini sungguh menjadi ironi. Karena, (1) Desa

adalah tempat produksi bahan-bahan pangan masyarakat. Sawah-sawah dan

kebun umumnya ada di desa dan desa menyediakan sumberdaya alam untuk

pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat; (2) Dalam empat tahun terakhir

pemerintah desa berdasarkan UU No.6 tahun 2014 tentang desa diberikan

kewenangan lokal berskala desa, dan desa juga mendapat dana transfer dari

pusat berupa dana desa, di samping Alokasi Dana Desa. Jumlah seluruhnya

kurang lebih sekitar Rp.1,2M hingga Rp.2M per desa sesuai dengan tingkat

kemiskinan, luas, infrastruktur, dan tingkat kesulitan medan desa; (3)

Pengalokasian dana desa secara nasional selalu mengikat signifikan setiap

tahun. Pada 2015 dialokasikan sebesar Rp. 20,77T dan meningkat menjadi

Rp. 46,98 T pada 2016, dan pada 2017 dan 2018 alokasinya kembali

meningkat menjadi Rp.60T dan pada 2019 direncanakan akan naik lagi hingga

Rp. 80T; (4) Sesuai dengan konsep Nawacita nomor tiga dalam masa

5
pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla, pembangunan dimulai dari pinggiran,

banyak program yang menyasar ke pedesaan, mulai program infrastruktur,

pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi, dll; (5) pemerintah desa

mendapatkan fasilitas tenaga pendamping desa, yang keberadaannya melekat

pada UU No.6 tahun 2014 tentang desa.

2.3 Cara Mengatasi Kemiskinan di Pedesaan

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

7
DAFTAR PUSTAKA

Husin, Gt. I dkk. 2019. Studi Islam di Era 4.0. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-ijtihad.html

http://www.soffah.net/2014/10/10-syarat-ijtihad-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai