Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)

Vol. 1 No. 1,
ISSN 2338 3240
Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Palu
pada Materi Pembiasan Cahaya

Syamsinar
inarnore@yahoo.com
Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta KM. 9

Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman siswa kelas X SMA Negeri 9 Palu pada
materi Pembiasan Cahaya dengan cara memberikan tes pemahaman konsep pembiasan cahaya pada subjek
penelitian. Dimana dalam hal ini Pemahaman konsep adalah cara seseorang memahami suatu ide ataupun
pengertian tertentu yang bersifat abstrak dari sebuah gambaran yang bersifat konkret. Siswa dikatakan telah
memahami sebuah konsep ketika ia mampu menjelaskan sebuah konsep dan mampu membahasakannya
dengan bahasanya sendiri meskipun disajikan dalam bentuk ataupun gambaran yang berbeda. Subjek
penelitian disini adalah siswa kelas X SMA Negeri 9 Palu Tahun ajaran 2012-2013 yang dipilih sebanyak 30
orang. Instrumen pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep. Tes
pemahaman konsep dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah di tetapkan oleh
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan telah divalidasi oleh validator. Hasil tes yang diperoleh kemudian
dikelempokkan berdasarkan kategori tinggi, sedang rendah. Berdasarkan hasil tes, dari 30 siswa hanya satu
siswa yang berada pada kategori tinggi (skor akhir diatas atau sama dengan 80), 13 siswa atau 43,33% berada
di kategori sedang (skor akhir antara 56 sampai 79) dan 16 siswa atau 53,33% berada di kategori rendah (skor
akhir di bawah 56).
Kata Kunci: Pemahaman Konsep, Pembiasan Cahaya.

I. PENDAHULUAN Beberapa keadaan dapat dijumpai berkaitan


dengan rendahnya mutu pendidikan fisika,
Konsep dalam fisika biasanya dinyatakan antara lain bahwa walaupun subyek didik dapat
dalam bahasa simbolik. Simbol yang digunakan mengingat fakta-fakta, proses-proses dan
merupakan manipulasi dari satu atau lebih rumus-rumus, mereka hanya memahami sedikit
penalaran proses IPA yang tidak dapat tentang konsep-konsep dasar fisika dan hanya
dinyatakan dalam bahasa sehari-hari. memiliki sedikit kemampuan untuk
Pemahaman konsep adalah cara memahami menghubungkan konsep yang mereka pelajari
sesuatu yang sudah terpola dalam pikirannya dari buku ajar dengan lingkungan alam
yang diakses oleh simbol verbal atau tertulis. sekitarnya [3]. Belajar fisika merupakan proses
Seorang siswa dikatakan memahami konsep yang kompleks (tidak sederhana) dan sering
jika konsep tersebut sudah tersimpan dalam dikatakan siswa sulit. Penyebabnya adalah
pikiran siswa berdasarkan pola-pola tertentu banyak konsep fisika yang bersifat abstrak.
yang dibutuhkan untuk ditetapkan dalam Untuk konsep-konsep fisika yang bersifat tidak
pikiran mereka sendiri sebagai ciri dari kesan abstrakpun (konkret), siswa juga sering
mental untuk membuat suatu contoh konsep mengalami kesulitan, kesulitannya biasanya
dan membedakan contoh dari non contoh [1]. karena penyajiannya dengan menggunakan
Setiap materi yang terdapat dalam pelajaran bahasa matematika [4].
fisika memiliki konsep-konsep tertentu Fisika merupakan salah satu mata pelajaran
sehingga untuk dapat mempelajari fisika yang diujikan dalam ujian nasional. Selama ini,
dengan baik, siswa di tuntut untuk soal yang digunakan dalam ujian nasional
memahaminya bukan hanya sekedar adalah soal pilihan ganda. Penggunaan soal
menghafalkan maupun menyelesaikannya pilihan ganda terkadang menggabungkan
secara matematis. Fisika adalah salah satu ilmu beberapa konsep dalam satu pertanyaan
yang terpenting untuk dipelajari. Telah banyak ataupun jawaban yang dapat memicu siswa
penelitian yang menunjukkan banyak siswa untuk berbuat coba-coba atau kira-kira dalam
bahkan guru memiliki pemahaman yang kurang mengerjakan soal sehingga nilai yang diperoleh
terhadap ilmu fisika dan dasar-dasarnya dan dalam ujian nasional belum mampu
mengalami miskonsepsi. Situasi ini mungkin menggambarkan secara rinci bagaimana
berbahaya terutama jika kondisi ini terjadi pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
secara berkelanjutan [2]. fisika [5]. Oleh karena itu, Iset (2008)
mengungkapkan perlu adanya penilaian untuk
1
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1,
ISSN 2338 3240
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa kan pemahaman konsep pembiasan cahaya
dalam pelajaran fisika. Salah satu langkah siswa kelas X SMA Negeri 9 Palu dengan cara
dalam penilaian adalah menganalisis jawaban memberikan tes pemahaman konsep kepada 30
siswa dalam mengerjakan bentuk soal uraian. subjek penelitian. Setelah memberi tes
Diharapkan dari hasil analisis akan ditemukan pemahaman konsep, peneliti kemudian
kecenderungan proses berpikir dan kesulitan memeriksa jawaban dari setiap subjek
siswa dalam menjawab soal yang diberikan. penelitian sesuai dengan rubrik penilaian yang
Agar terhindar dari penafsiran yang berbeda telah dibuat sebelumnya. Setelah itu, peneliti
terhadap istilah-istilah maka dipandang perlu mengelompokkannya berdasarkan kategori
menjelaskan batasan istilah Pemahaman tinggi, sedang, rendah [6]. Kategori tersebut
konsep yaitu cara seseorang memahami suatu disajikan pada tabel 1.
ide ataupun pengertian tertentu yang bersifat
TABEL 1 PEMAHAMAN SISWA BERDASARKAN KATEGORI
abstrak dari sebuah gambaran yang bersifat
No Kategori Jumlah %
konkret. Siswa dikatakan telah memahami 1 Tinggi 1 3,33
sebuah konsep ketika ia mampu menjelaskan 2 Sedang 16 53,33
sebuah konsep dan mampu membahasakannya 3 Rendah 13 43,33
dengan bahasanya sendiri meskipun disajikan
dalam bentuk ataupun gambaran yang Dari 30 siswa hanya satu siswa yang berada
berbeda. pada kategori tinggi (skor akhir diatas atau
sama dengan 80), 13 siswa atau 43,33%
II. METODOLOGI PENELITIAN berada di kategori sedang (skor akhir antara 56
sampai 79) dan 16 siswa atau 53,33% berada
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X di kategori rendah (skor akhir di bawah 56).
SMA Negeri 9 Palu tahun ajaran 2012/2013. Setiap soal dalam tes pemahaman konsep ini
Subjek penelitian di pilih secara acak, yakni dari memiki pembahasan yang berbeda-beda,
89 jumlah keseluruhan siswa kelas X SMA sebagai berikut.
Negeri 9 Palu dipilih sebanyak 30 siswa. Konsep tentang Hukum Pembiasan Cahaya,
Sumber data di peroleh melalui pemberian siswa diminta untuk menuliskan hubungan
tes pemahaman konsep dan wawancara. antara indeks bias medium I dengan indeks
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data bias medium II dan hubungan antara kecepatan
secara langsung dengan narasumber sebagai cahaya pada medium I dengan kecepatan
responden utama. Dalam penentuan cahaya medium II berdasarkan gambar yang
responden, peneliti memilih berdasarkan hasil disajikan. Gambar yang disajikan dalam soal
nilai tes yang telah diperiksa sebelumnya, disini menggambarkan sebuah berkas cahaya yang
peneliti memilih jawaban-jawaban yang melewati dua medium yang memilki kerapatan
dianggap cukup ekstrim dan tidak sesuai yang berbeda. Pada gambar nampak bahwa
dengan konsep sebenarnya untuk kemudian berkas cahaya yang melewati medium I menuju
menjadikannya sebagai responden yang akan di medium II menjauhi garis normal. Berdasarkan
wawancara. Hukum II Snellius “jika sinar datang dari
Analisa data dalam penelitian ini disajikan medium kurang rapat ke medium lebih rapat
dalam bentuk tabel mengenai data hasil tes maka akan bibelokkan mendekati garis normal.
pemahaman konsep siswa pada materi Jika sinar datang dari medium lebih rapat ke
pembiasan cahaya yang dikelompokkan sesuai medium kurang rapat maka sinar akan
tingkatan skor berdasarkan rubrik. Setelah dibelokkan menjauhi garis normal.” Hal ini
dikelompokkan sesuai tingkatan skor berarti sinar datang dari medium lebih rapat ke
berdasarkan rubrik, data kemudian medium kurang rapat. Yang artinya, medium I
dikelompokkan lagi berdasarkan kriteria tinggi, lebih rapat dari medium II. Maka dapat
sedang dan rendah. Dengan kategori tinggi jika diketahui hubungan antara indeks bias medium
skor akhir berada pada rentang nilai I (n1) dengan indeks bias medium II (n2) yaitu
80≤skor≤100, kategori sedang jika skor akhir n1>n2. Sedangkan hubungan antara kecepatan
berada pada rentang nilai 56≤skor≤79 dan cahaya medium I (v1) dengan kecepatan
kategori rendah jika skor akhir berada pada cahaya medium II (v2) yaitu (v1)<(v2). Sebab
rentang nilai skor<56 [6]. semakin rapat sebuah medium maka kecepatan
cahaya yang melewati medium tersebut akan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN semakin lambat. Untuk soal ini jumlah skor
maksimalnya adalah 3. pada soal nomor 1
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi- sebanyak 2 siswa atau 6,67% dari jumlah 30

2
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1,
ISSN 2338 3240
siswa memperoleh skor 0; 14 siswa atau kacamata terlihat lebih dangkal dari kedalaman
46,67% memperoleh skor 1; 7 siswa atau sesungguhnya. Skor maksimal untuk soal ini
23,33% memperoleh skor 2 dan 7 siswa atau adalah 4. Dari 30 siswa tidak ada siswa yang
23,33% memperoleh skor maksimal. memperoleh skor 0; 8 siswa atau 26,67%
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat memperoleh skor 1; 18 siswa atau 60,00%
dikemukakan kesalahan-kesalahan siswa terkait memperoleh skor 2; 4 siswa atau 13,33%
dengan tes pemahaman konsep yang diberikan, memperoleh skor 3 dan tidak ada yang
sebagai berikut: memperoleh skor maksimal. Berdasarkan hasil
Hasil wawancara menunjukkan bahwa subjek wawancara maka dapat dikemukakan
penelitian kesulitan membedakan jalannya kesalahan-kesalahan siswa terkait dengan tes
sinar. Hukum Snellius II mengemukakan bahwa pemahaman konsep yang diberikan, sebagai
jika sinar datang dari medium kurang rapat ke berikut:
medium lebih rapat, maka sinar akan dibiaskan Hasil wawancara nampak bahwa siswa tahu
mendekati garis normal. Jika sinar datang dari jika sinar datang dari medium lebih rapat ke
medium lebih rapat ke medium kurang rapat medium kurang rapat maka sinar akan
maka sinar akan di biaskan menjauhi garis dibiaskan menjauhi garis normal. Siswa juga
normal. Berdasarkan hal tersebut, maka ketika sudah bisa membedakan mana yang lebih rapat
berkas sinar nampak menjauhi garis normalnya antara air dan udara. Namun siswa kesulitan
maka dapat disimpulkan bahwa sinar datang menjelaskan mengapa kacamata terlihat lebih
dari medium lebih rapat ke medium kurang dangkal. Kacamata renang terlihat lebih
rapat. Sedangkan subjek 01 menjawab dangkal sebab sinar dari kacamata renang yang
sebaliknya. melewati bidang batas antara air dan udara
Dari hasil wawancara, terlihat bahwa siswa dibiaskan menjauhi garis normal, sehingga
menghapal Hukum-hukum tentang pembiasan, kacamata nampak lebih dangkal dari
tetapi tidak memahami bahwa ketika medium kedalaman sebenarnya.
suatu benda kurang rapat maka kecepatan Siswa kesulitan membedakan kemana arah
cahaya yang melewati medium itu akan jalannya sinar yang melewati medium kurang
semakin cepat. Jika kecepatan cahaya yang rapat ke medium lebih rapat dan dari medium
melewati medium tersebut cepat maka indeks lebih rapat ke medium kurang rapat apakah
biasnya akan kecil Jika medium suatu benda mendekati garis normal ataukah menjauhi garis
lebih rapat maka kecepatan cahaya yang normal. Selain itu siswa menganggap kacamata
melewati benda tersebut akan semakin lambat. renang tersebut bergerak menjauhi garis
Jika kecepatan cahaya lambat maka indeks normal.
biasnya akan semakin besar. Berdasarkan Konsep tentang pemantulan sempurna,
gambar pada tes pemahaman konsep, nampak soalnya lebih mengkhususkan pada peristiwa
bahwa berkas sinar menjauhi garis normal. Hal pemantulan sempurna dalam kehidupan sehari-
itu berarti sinar datang dari medium lebih rapat hari yaitu peristiwa fatamorgana. Di dalam soal
ke medium kurang rapat. Jadi, kecepatan siswa diminta menjelaskan terjadinya peristiwa
cahaya medium 1 lebih kecil dibandingkan fatamorgana berdasarkan konsep pemantulan
dengan medium 2 (v1<v2) dan indeks bias sempurna. Siswa diminta mejelaskan mengapa
medium 1 lebih besar dari medium 2 (n1>n2). ketika udara terik seseorang terkadang melihat
Namun siswa tidak memahaminya seperti itu. fatamorgana. Ketika udara terik, intensitas
Siswa hanya mengahapalkan saja. cahaya matahari berjumlah sangat banyak. Hal
Konsep tentang Kedalaman Semu, disajikan ini mengakibatkan lapisan udara tepat diatas
soal cerita tentang perenang yang menjatuhkan aspal juga panas, namun udara lapisan atasnya
kacamata renangnya dalam sebuah kolam lagi terasa lebih hangat dan lapisan udara
dimana perenang itu kemudian melihat diatasnya lagi akan lebih dingin. Perbedaan ini
kacamata renangnya lebih dangkal dari akan mengakibatkan perbedaan kerapatan.
kedalaman sebenarnya. Siswa diminta Dimana lapisan udara yang panas akan lebih
menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Hal rapat dibanding lapisan udara yanag hangat
itu terjadi karena ketika sinar dari kacamata dan lapisan udara yang hangat akan lebih rapat
renang melewati bidang batas antara air dan dari lapisan udara yang dingin. Sehingga sinar
udara, dimana air memiliki kerapatan lebih akan dibelokkan menjauhi garis normal dan
dibanding udara, maka sinar akan dibelokkan pada sudut datang tertentu sinar bias yang
menjauhi garis normal. Hal inilah yang terjadi dihasilkan akan berimpit dengan sumbu utama.
pada kacamata. Namun mata kita tidak Keadaan inilah yang disebut pemantulan
menyadarinya sehingga melihat seolah-olah sempurna yang mengakibatkan munculnya

3
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1,
ISSN 2338 3240
genangan air diatas aspal yang pada dasarnya yang dikenal sebagai sudut kritis. Sehingga
adalah pantulan dari langit akibat pemantulan terjadilah pemantulan sempurna.
sempurna tadi. Skor maksimal untuk soal Konsep tentang lensa tipis. Disini soal
nomor 3 adalah 4. Dari 30 siswa, tidak ada menyajikan sebuah grafik hubungan antara 1/s
yang memperoleh skor 0; sebanyak 6 siswa dan 1/s^' lalu menanyakan nilai f berdasarkan
atau 26,67% memperoleh skor 1; 8 siswa atau grafik tersebut. Nilai f dicari dengan
26,67% memperoleh skor 2; 16 siswa atau menggunakan rumus 1/f=1/s+1/s^' . Disini
26,67% memperoleh skor 3; dan tidak ada siswa hanya perlu memasukkan nilai 1/s dan
siswa yang memperoleh skor maksimal. 1/s^' yang tertera dalam grafik. Aspek
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat pemahaman yang akan dilihat dalam hal ini
dikemukakan kesalahan-kesalahan siswa terkait adalah apakah siswa mampu mengubah
dengan tes pemahaman konsep yang diberikan, penyajian jawaban dari bentuk grafik ke bentuk
sebagai berikut: persamaan matematis kemudian
Siswa mengetahui bahwa fatamorgana adalah menyelesaikannya secara matematis. Skor
bayangan genangan air yang terlihat diatas maksimal untuk soal ini adalah 4. Dari 30
jalan raya atau aspal namun mereka tidak siswa, tidak ada yang memeperoleh skor 0; 2
memahami bahwa fatamorgan merupakan siswa atau 6,67% memperoleh skor 1; tidak
contoh dari peristiwa pemantulan sempurna. ada siswa yang memperoleh skor 2; 26 siswa
Siswa memahami bahwa air yang terlihat atau 86,67% memperoleh skor 3 dan 2 siswa
tergenang itu berasal dari pantulan oleh kaca atau 6,67% yang memperoleh skor maksimal.
spion mobil secara tidak langsung dan secara Berdasarkan hasil wawancara maka dapat
langsung air yang terlihat tergenang itu dikemukakan kesalahan-kesalahan siswa terkait
sesungguhnya adalah asap aspal jalan raya. dengan tes pemahaman konsep yang diberikan,
Padahal kenyataannya tidak seperti itu. sebagai berikut:
Bayangan air tergenang yang kita lihat dalam Siswa kesulitan membaca grafik yang
perisrtiwa fatamorgana itu terjadi karena disajikan. Siswa tidak mengerti bagaimana cara
intensitas cahaya matahari yang sangat banyak membaca grafik pada soal. Hasil wawancara
suhu udara di dekat aspal lebih panas menunjukkan kalau siswa sebenarnya tidak
ketimbang dilapisan atasnya. Hal ini dapat membaca grafik meskipun sebelumnya
menyebabkan kerapatan udara juga berbeda, sudah pernah diajarkan kepadanya. Seharusnya
dimana lapisan udara yang panas akan lebih untuk garis vertikal itu milik sumbu y,
rapat dibanding lapisan udara yanag hangat sedangkan garis horizontal itu milik sumbu x.
dan lapisan udara yang hangat akan lebih rapat Namun siswa menjawab sebaliknya. Jika sudah
dari lapisan udara yang dingin. Sehingga sinar salah dalam membaca grafik maka seterusnya
akan dibelokkan menjauhi garis normal dan akan salah dalam pengerjaan soal ini.
pada sudut datang tertentu sinar bias yang Siswa dapat membaca grafik dengan benar
dihasilkan akan berimpit dengan sumbu utama. namun kesulitan dalam mengerjakan soal
Keadaan inilah yang disebut pemantulan secara matematis dalam hal ini pengoperasian
sempurna yang mengakibatkan terlihatnya bilangan pecahan. Hasil wawancara
bayanagan genangan air diatas aspal yang menunjukkan siswa dapat membaca grafik
pada dasarnya adalah pantulan dari langit dengan benar namun kesulitan menyelesaikan
akibat pemantulan sempurna tadi. operasi bilangan pecahan. Meskipun operasi itu
Siswa tidak memahami sebab terjadinya sangatlah sederhana. Itulah sebabnya untuk
peristiwa pemantulan sempurna yang soal ini hanya 2 orang saja yang memperoleh
dikarenakan oleh kerapatan yang berbeda dari skor maksimal. Kebanyakan mereka salah pada
suatu medium yang mengakibatkan perhitungan akhir.
terbentuknya sudut kritis. Hasil wawancara Konsep tentang lensa tebal. Berisi soal cerita
menunjukkan siswa belum memahami tentang seseorang yang melihat ikan dalam
mengapa terjadi pemantulan sempurna. sebuah akuarium berbentuk bola denga jari-jari
Kenyataannya pemantulan sempurna terjadi R yang berisi seekor ikan. Kemudian siswa
sebab perbedaan kerapatan antar medium yang diminta menenetukan jarak bayangan ikan
lebih rapat dengan medium yang kurang rapat yang dilihat orang tersebut dan jarak bayangan
sehingga sinar dibelokkan menjauhi garis orang tersebut yang dilihat oleh ikan. Soal
normalnya. Pada sudut datang tertentu sinar seperti ini dapat diselesaikan dengan
bias akan berimpit dengan sumbu utama mengguanakan rumus n_1/s+n_2/s'=n_(2-n_1
sehingga terbentuklah sudut bias sebesar 90o )/R dimana R akan bernilai positif untuk lensa
cembung dan bernilai negatif untuk lensa

4
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT)
Vol. 1 No. 1,
ISSN 2338 3240
cekung. Skor maksimal untuk soal ini adalah 5. DAFTAR PUSTAKA
Dari 30 siswa, tidak ada yang memperoleh skor
0; tidak ada pula yang memperolehskor 1; 2 [1] Gunawan. 2007. Students’ Understanding of Elasticity
Concepts. Proceeding of The First International
siswa atau 6,67% yang memperoleh skor 2; 11
Seminar on Science Education, ISBN: 979-25-0599-7.
siswa atau 36,67% memperoleh skor 3; 16 [2] Taufiq, M., dkk. 2011. Student's science
siswa atau 53,33% memperoleh skor 4 dan 1 misconceptions concerning the state Changes of water
siswa atau 3,33% memperoleh skor maksimal. and their remediation using three Different learning
models in elementary school. Jurnal Pendidikan Fisika
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat
Indonesia, ISSN: 1693-1246.
dikemukakan kesalahan-kesalahan siswa terkait [3] Kaharu, S. N dan Jusman, M. 2007. Pengungkapan
dengan tes pemahaman konsep yang diberikan, Miskonsepsi Mahasiswa pada Materi Rangkaian Listrik
sebagai berikut: melalui Certainty of Response Index dan Wawancara.
Proceeding of The First International Seminar on
Siswa paham soal tentang apa yang
Science Education, ISBN: 979-25-0599-7.
dihadapinya namun kesulitan dalam hal [4] Indrawati. 2008. The misconceptions of physics
mengubah soal cerita kedalam persamaan teacher prospective students abou the Law of
matematisnya. Hasil wawancara menunjukkan reflection. PROCEEDING The Second International
Seminar on Science Education “Current Issues on
siswa tidak dapat mengubah soal cerita
Research and Teaching in Science Education” ISBN:
kedalam persamaan matematisnya. Ketika 978-979-98546-4-2
ditanya apa saja yang diketahui berdasarkan [5] Karyosumito, A. 2011. Analisis model penalaran siswa
soal maka siswa tersebut kesulitan SMA tentang hukum III. Newton. Skripsi tidak
diterbitkan. Palu: FKIP Untad Palu.
menjawabnya.
[6] Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi
Siswa kesulitan mengerjakan operasi bilangan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
pecahan yang muncul pada saat pengerjaan
soal. Hasil wawancara menunjukkan siswa tahu
apa keinginan soal,, tahu apa saja poin-poin
yang diketahui dan apa saja poin-poin yang
ditanyakan. Namun ketika diminta mengerjakan
sebauh operasi pembagian bilangan pecahan
siswa nampak kebingungan, demikian juga
ketika diminta menyelesaikan operasi
pengurangan bilangan pecahan, siswa nampak
bingung menjawabnya.
Dari uraian-uraian diatas maka dapat
digambarkan secara umum mengenai
pemahaman konsep siswa kelas X SMA Negeri
9 Palu pada materi pembiasan cahaya. Pada
umumnya mereka mengerti dengan apa yang
diinginkan soal, mereka juga dapat
memberikan jawaban yang mengarah ke
konsep yang ditanyakan oleh soal, namun,
kebanyakan mereka tidak begitu baik dalam hal
menafsirkan gambar, sebagian kecil belum
mampu membahasakan grafik dan mengubah
soal cerita ke bentuk matematikanya.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil temuan diperoleh


kesimpulan mengenai gambaran pemahaman
siswa mengenai konsep pembiasan cahaya
yaitu dari 30 siswa hanya satu siswa yang
berada pada kategori tinggi (skor akhir diatas
atau sama dengan 80), 13 siswa atau 43,33%
berada di kategori sedang (skor akhir antara 56
sampai 79) dan 16 siswa atau 53,33% berada
di kategori rendah (skor akhir di bawah 56).

Anda mungkin juga menyukai