Anda di halaman 1dari 14

NAMA : ELFANI NUR SITA AUGUSTINA

KELAS : XII FARMASI 1

REMEDIAL KEJURUAN
SISTEM PEMBENTUKAN SUSPENSI
Ada dua sistem dalam pembentukan suspense yaitu ;

 Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali
 Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan
sukar tersuspensi kembali.

Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :

DEFLOKASI :

1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.

2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran
partikel adalah minimal

3. Sedimen terbentuk lambat

4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi

5. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat
bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.

FLOKULASI :

1. Partikel merupakan agregat yang bebas.

2. Sedimentasi terjadi cepat.

3. Sedimen terbentuk cepat.

4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti
semula

5. Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi
daerah cairan yang jernih dan nyata.
TEORI TERBENTUKNYA EMULSI
Ada beberapa teori mengenai terbentuknya emulsi , diantaranya ialah :

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface tension)


Molekul memilki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut sebagai
daya kohesi, selain itu mulekul juga memiliki daya tarik menarik antara molekul yang
tidak sejenis yang disebut daya kohesi
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan tejadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang
terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan tegangan permukaan (surface
tension)
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua
cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara 2
(dua) cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial film).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang batas mengakibatkan antara
kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan
bertambah dengan penambahan garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan
berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun (sapo)
Teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator yang akan menurunkan tegangan yang
terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
Semakin besar tegangan permukaan, semakin tinggi tegangan bidang batasnya, sehingga
jika semakin tinggi tegangan bidang batasnya, maka semakin sulit untuk bercampur

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented wedge)


Setiap molekul emulgator dibagi menjadi 2 (dua) kelompok:
 Kelompok hidrofilik, yaitu dari emulgator yang suka pada air
 Kelompok lipofilik, yaitu dari emulgator yang suka pada minyak

Semua jenis emulgator yang memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak
sama. Harga keseimbangan dikenal dengan istilah hidrofil lipofil balance (HLB),
Yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan
kelompok hidrofil

3. Teori Interpasial Film


Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai:
 Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
 Jumlah cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers
 Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera

Teori ini emulgator akan menyelubungi fase dispers, Mayoritas tipe emulsi yang dibentuk adalah
o/w

4. Teori Electric Double Layer (Lapisan listrik rangkap)


Teori ini tanpa adanya emulgator
Jika minyak terdispers ke dalam permukaan air, lapisan air yang langsung berhubungan
dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan
mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian
seolah-olah partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling
berlawanan.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara di bawah ini,
 Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
 Terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya
 Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya

TONISITAS LARUTAN SEDIAAN STERIL

Tonsitas adalah kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran dan bentuk sel dengan
mengubah jumlah air dalam sel tersebut. Lerutan NaCl 0,9% (b/v) dan glukosa 0,5% (b/v) adalah
isotonik dengan cairan plasma, oleh sebab itu sering digunakan sebagai infus intravena,
walaupun kedua laruta tersebut bukan plasma tapi konsentrasi kedua partikel larutan tersebut
identik sama.
Air laut cendrung hipertonis karna memiliki konsentrasi NaCl 1 mol/L, sehingga bila diminum,
air dalam sel tubuh akan berpindah ke lambung dimana terdapat air laut, sehingga tubuh
mengalami dehidrasi. Adapun larutan teh, jus cenderung lebih hipotonik dibandingkan cairan
tubuh.
Jenis jenis larutan berdasarkan tonisitasnya :

 Larutan isotonis ialah larutan dimana kedua sisi yang dipisahkan membran sel memiliki
konsentrasi yang sama, tidak terjadi migrasi air ke satu arah, kemungkinan terjadi
pertukaran air saja, jumlah air dikedua larutan tetap, bentuk sel tidak terjadi perubahan,
misalkan konsentrasi larutan diluar sel dan di dalam sel sama.
 Larutan Hipertonik ialah konsentrasi larutan diluar sel (larutan yang satu) lebih tinggi
dibanding didalam sel (larutan lainnya), sehingga air berpindah dari dalam sel keluar sel
secara osmosis, sehingga terjadi penciutan sel (krenasi).
 Larutan Hipotonik ialah konsentrasi larutan diluar sel (larutan yang satu) lebih rendah
dibanding didalam sel (larutan lainnya), sehingga air berpindah dari luar sel kedalam sel
secara osmosis, sehingga terjadi pembengkakan sel bahkan bisa terjadi lisis/pecah
(hemolisis).

MENGHITUNG SUSPENDING AGENT YANG DI


GUNAKAN DALAM RESEP SEDIAAN SUSPENSI
Suspending agent untuk suspense terdiri dari :

 Akasia (PGA)
Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam air, tidak larut
dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum mucilagonya adalah PH 5-9.
Mucilage gom arap dengan kadar 35 % memeiliki kekentalan kira-kira sama dengan
gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense harus
ditambahkan pengawet. (ilmu resep syamsuni hal 139)
 Tragakhan
Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu serbuk tragakan
dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen. Kemudian
diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat mengalami hidrasi. Sehinggan untuk
mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga lebih kental
dari pada mucilago dari Gom arab. (ilmu resep syamsuni hal 140)
 Mucilago amily
Dibuat dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58)
 Solution gum arabicum
Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat dahulu mucilage
gom arab dari gom yang tersedia kemudian mengencerkannya. (vanduin hal 58 )
 Mucilago saleb
Dibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk yang telah dihilangkan
patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage. (vanduin hal 58)
 Solution gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis
gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
mengencerkannya sedikit demi sedikit (vanduin hal 58)

Berikut merupakan contoh resep beserta perhitungan suspending agent :

1.

Dr. azhhuri
(SIP.017/KOD/DU/II/1991)
Praktik:
Jln.sawojajar 23 Malang
Telp. 03417456678
Malang 27-11-2012

R/ Sulf praec               4
     Camph                    0,6
     Mucil Gum Arab    2
     Sol. Calc Hidrat     26,8
     Aq. Rosae              26,6
                      s.u.e

Pro:       Ani  (18 th)
Alamat:  jln. Anggrek no.9 Malang
PERHITUNGAN BAHAN

1. Sulfur Praecipitat : 20g/300ml X 60 ml = 4g


2. Champora : 3g/300ml X 60 ml = 0,6g
3. Mucil PGA : 10g/300ml X 60 ml = 2g
4. PGA : 4g/100g X 60 ml = 0,8g
5. Aqua untuk PGA : 1,5 X 0,8 = 1,2 ml
6. Sol. Calc hidrat : 134g/300ml X 60 ml = 26,8ml
7. Aqua Rosae : 133g/300g X 60 ml = 26,6ml

2. Pembuatan Formula Bahan

Folmula Suspensi Parasetamol 1

R/ Parasetamol 120mg

CMC Na qs

Simeticon 50mg/cth

Aq. Dest ad 60ml

Formula Suspensi Parasetamol 2

R/ Parasetamol 120mg

P..G.S q.s
Syr.simplex q.s
Aq. Dest ad 60ml

Perhitungan Bahan:

Formula Suspensi Parasetamol I.

1. Parasetamol = 60ml × 120mg= 1440mg


2. CMC Na = 1 × 60ml = 0,6g à 600mg× 20 = 12ml
3. Simeticon = 60 × 50mg = 600mg
4. Aq. Dest ad 60ml.

Formula Suspensi Parasetamol II.

1. Parasetamol = 60ml × 120mg = 1440mg


2. PGS = 2 × 60mg = 1,2g
3. Syr.simplex = 10 × 60= 6,5ml
4. Aq.dest ad 60ml

MENGHITUNG DOSIS OBAT DARI RESEP


Terdapat 2 jenis dosis obat menurut Farmakope Indonesia (FI) yakni ;

1. Dosis Maksimum
Dosis maksimum digunakan untuk pemakaian sekali dalam satu hari. Pada prakteknya,
pemberian obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum masih dibenarkan, dengan
syarat membubuhkan tanda seru (!) dan paraf dokter penulis resep, memberi garis bawah
nama obat, dan menuliskan banyak obat dengan huruf secara lengkap.
2. Dosis Lazim
Dosis lazim merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman
umum. Dosis lazim biasanya ditentukan dalam bentuk range minimum-maksimum/hari.
Sebagai contoh: CTM dosis lazimnya 6-16 mg/hari, dan dosis maksimum 40 mg/hari.

Macam-macam dosis obat

1. Dosis Terapi
Adalah takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan
pasien pengguna obat. Untuk mendapatkan ukuran dosis terapi yang bisa memerikan efek
yang efektif, perlu dilakukan pengukuran presentasi efek terapi yang diharapkan pada
hewan uji.
Misalnya, untuk mengukur dosis obat A, maka obat tersebut diberikan pada sejumlah
hewan percobaan dengan berbagai ukuran dosis. Kemudian dihitung jumlah hewan yang
tertidur setelah setengah jam obat diberikan. Dosis yang menyebabkan efek tidur pada
50% hewan uji disebut ED50.
2. Dosis minimum
Adalah takaran obat terkecil yang diberikan dan masih dapat menyembuhkan, serta tidak
menimbulkan resistensi obat. Untuk mengukur dosis minimum obat, perlu dilakukan
pengukuran presentase efek terapi. Selanjutnya dicatat ukuran dosis yang terkecil masih
dapat memberikan efek terapi yang diharapkan, namun tidak menimbulkan resistensi.
3. Dosis maksimum
Adalah takaran obat terbesar yang diberikan dan masih dapat menyembuhkan dan tidak
menimbulkan toksisitas atau keracunan pada penderita. Menurut FI edisi III, daftar dosis
maksimum digunakan untuk orang dewasa 20-60 tahun dengan berat badan 58 – 60
tahun.
Ketentuan dosis maksimum bisa dilihat sebagai berikut:

 Orang lanjut usia: 60-70 tahun (4/5 dosis dewasa), 70 – 80 tahun (3/4 dosis dewasa), 80
– 90 tahun (2/3 dosis dewasa), 90 tahun keatas (1/2 dosis dewasa)
 Wanita hamil sebaiknya diberikan obat dalam jumlah kecil. Bahkan beberapa obat dapat
menyebabkan keguguran ataupun kelainan janin. Wanita menyusui juga membutuhkan
perhatian terhadap obat yang digunakan. Sebab obat dapat diserap bayi melalui ASI.
 Anak-anak (dibawah 20 tahun) membutuhkan perhitungan khusus, karena respon
tubuhnya tidak dapat disamakan dengan dosis orang dewasa.
4. Dosis toksik
Adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang menyebabkan keracunan pada pasien.
Untuk dapat mengukur ukuran dosis toksis suatu obat, perlu dilakukan pengukuran
persentase efek keracunan pada penderita atau hewan percobaan. Dalam hal ini, yang
diukur adalah gejala keracunan pada hewan uji. Dosis yang dapat menyebabkan
keracunan 50% hewan uji disebut TD50.
5. Dosis letal
Adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang menyebabkan kematian pada penderita.
Terdapat 2 kategori dosis letal yakni:
L.D 50: takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan
L.D 100: takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan

RUMUS MENGHITUNG DOSIS PADA BAYI, ANAK, DEWASA

Cara Menghitung Dosis Obat Untuk Bayi, Anak, dan


Dewasa
Cara menghitung dosis untuk anak-anak :

1. Berdasarkan umur (n merupakan usia pasien)


 Rumus young (untuk anak usia dibawah 8 tahun)

 Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)

 Rumus Fried (untuk bayi)


2. Dosis Obat Berdasarkan berat badan
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan
kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila
memungkinkan hitung dosis melalui berat badan
 Rumus Thermich

Keterangan : n adalah berat badan dalam kilogram.

 Rumus untuk menentukan persentase DM obat


Persentase DM sekali :

Persentase D sehari :
CONTOH MENGHITUNG DOSIS

Penulisan resep tidak harus sama persis seperti yang diatas, bisa berbeda, asalkan tetap
memenuhi semua persyaratan resep yang berlaku.

Pertama, kamu analisa terlebih dahulu informasi yang ada di dalam resep maupun kesalahan
dalam penulisan suatu resep.

Dari resep di atas, diketahui beberapa poin penting

 Usia pasien : 2 tahun


 Parasetamol 100 mg
 Aturan pakai (s.p.r.n.t.d.d.pulv.I) = signa pro renata tres de die pulveres I = aturan
pakai, bila perlu 3 kali sehari 1 serbuk.
 Terdapat tanda d.t.d. para resep, yang menunjukkan setiap satu sediaan
mengandung jumlah zat yang sama seperti yang tertulis di resep.

Usia Susi adalah 2 tahun, maka perlu dilakukan konversi dosis terlebih dahulu dari DM. DM

parasetamol : -/4.000 mg

Maka digunakan rumus Young, sebagai berikut :


 2/2+12 x DM parasetamol

 2/14 x -/4.000 mg

 -/571,428 mg

Jadi, maksimum pemakaian parasetamol perhari untuk susi adalah 571.428 mg.

HARGA HLB SEDIAAN EMULSI


HLB adalah singkatan dari Hydrophylic-Lipophylic Balance adalah nilai untuk mengukur
efisiensi emulgator yang digunakan. menciptakan suatu skala sembarang berupa nilai-nilai yang
berfungsi sebagai ukuran keseimbangan hidrofilik-lipofilik surfaktan, dengan menggunakan
sistem angka. makin tinggi HLB suatu senyawa, makin hidrofilik senyawa tersebut.

HARGA HLB K E G U N A A N

1 – 3 Anti foaming agent

4 – 6 Emulgator tipe w/o

7 – 9 Bahan pembasah ( wetting agent)

8 – 18 Emulgator tipe o/w

13 – 15 Detergent

10 – 18 Kelarutan (solubilizing agent)

Rumus I

A % b = ((x – HLB b)/ HLB a – HLB b) x 100 %

B % a = ( 100% – A%)

Keterangan :

x = Harga HLB yang diminta ( HLB Butuh)

A = Harga HLB tinggi

B = Harga HLB rendah

Rumus II
(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB campuran)

Cara Aligasi

Tween 80 (15) (X – 4,5)

Span 80 (4,5) (15 – X)

(X – 4,5) : (15 – X) = 70 : 30 = 7 : 3

(X – 4,5) 3 = 7 (15 – X)

3X – 13,5 = 105 – 7X

10X = 118,5

X = 11,85

Jadi HLB Campuran = 11,85

Contoh :

R/ paraffin cair 20% HLB 12

Emulgator 5%

Air ad 100%

Untuk membuat emulsi yang sesuai nilai HLB yang dibutuhkan, penggunaan surfaktan sangat
diperlukan. Namun nilai HLB yang dimiliki surfaktan tidak ada yang sama persis dengan nilai
HLB yang dibutuhkan untuk membuat emuls tersebut. Maka dari itu solusinya pengunaan
kombinasi surfaktan dengan nilai HLB rendah dan tinggi akan memberikan hasil yang lebih
baik.hal ini disebabkan karena dengan mengunakan kombinasi emulgator yang akan diperoleh
nilai HLB butuh minyak, misalnya pada emulsi tersebut diatas dengan mengunakan kombinasi
tween 80 (HLB 15) dan span (HLB 4,3 ) diperlukan perhitungan jumlah masing-masing
emulgator.jumlah tersebut dihitung melalui cara berikut :

Jumlah emulgator yang dibutuhkan = 5% x 100 g =5 g

Misalkan jumlah tween 80 = a g, maka span 80 =(5- a) g

Persamaan :
( ax 15)+(5-a) x (4,3) =(5×12)

15a + 21,5 – 4,3 a = 60

10,7 a =38,5

a = 3,6

jadi, jumlah tween 80 yang dibutukan 3,6 g

jumlah span 80 yang dibutuhkan (5-3,6) g =1,4 g

Emulsi umumnya dibuat dari dua fase dimana yang memiliki tegangan antarmuka. Emulsi
merupakan salah satu contoh dari koloid metastabil. Fase dispers pada emulsi dianggap sebagai
fase dalam dan medium dispers sebagai fase luar atau fase kontinyu. Setelah diperhitungkan nilai
HLB yang dibutuhkan untuk sebuah sediaan emulsi dilakukan proses pembuatan sediaan yang
kemudian dilakukan evaluasi stabilitas sediaan emulsi.

Anda mungkin juga menyukai