REMEDIAL KEJURUAN
SISTEM PEMBENTUKAN SUSPENSI
Ada dua sistem dalam pembentukan suspense yaitu ;
Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada
penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali
Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan
sukar tersuspensi kembali.
DEFLOKASI :
2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran
partikel adalah minimal
4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
5. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat
bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
FLOKULASI :
4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti
semula
5. Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi
daerah cairan yang jernih dan nyata.
TEORI TERBENTUKNYA EMULSI
Ada beberapa teori mengenai terbentuknya emulsi , diantaranya ialah :
Semua jenis emulgator yang memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak
sama. Harga keseimbangan dikenal dengan istilah hidrofil lipofil balance (HLB),
Yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil dengan
kelompok hidrofil
Teori ini emulgator akan menyelubungi fase dispers, Mayoritas tipe emulsi yang dibentuk adalah
o/w
Tonsitas adalah kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran dan bentuk sel dengan
mengubah jumlah air dalam sel tersebut. Lerutan NaCl 0,9% (b/v) dan glukosa 0,5% (b/v) adalah
isotonik dengan cairan plasma, oleh sebab itu sering digunakan sebagai infus intravena,
walaupun kedua laruta tersebut bukan plasma tapi konsentrasi kedua partikel larutan tersebut
identik sama.
Air laut cendrung hipertonis karna memiliki konsentrasi NaCl 1 mol/L, sehingga bila diminum,
air dalam sel tubuh akan berpindah ke lambung dimana terdapat air laut, sehingga tubuh
mengalami dehidrasi. Adapun larutan teh, jus cenderung lebih hipotonik dibandingkan cairan
tubuh.
Jenis jenis larutan berdasarkan tonisitasnya :
Larutan isotonis ialah larutan dimana kedua sisi yang dipisahkan membran sel memiliki
konsentrasi yang sama, tidak terjadi migrasi air ke satu arah, kemungkinan terjadi
pertukaran air saja, jumlah air dikedua larutan tetap, bentuk sel tidak terjadi perubahan,
misalkan konsentrasi larutan diluar sel dan di dalam sel sama.
Larutan Hipertonik ialah konsentrasi larutan diluar sel (larutan yang satu) lebih tinggi
dibanding didalam sel (larutan lainnya), sehingga air berpindah dari dalam sel keluar sel
secara osmosis, sehingga terjadi penciutan sel (krenasi).
Larutan Hipotonik ialah konsentrasi larutan diluar sel (larutan yang satu) lebih rendah
dibanding didalam sel (larutan lainnya), sehingga air berpindah dari luar sel kedalam sel
secara osmosis, sehingga terjadi pembengkakan sel bahkan bisa terjadi lisis/pecah
(hemolisis).
Akasia (PGA)
Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam air, tidak larut
dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum mucilagonya adalah PH 5-9.
Mucilage gom arap dengan kadar 35 % memeiliki kekentalan kira-kira sama dengan
gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense harus
ditambahkan pengawet. (ilmu resep syamsuni hal 139)
Tragakhan
Mengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu serbuk tragakan
dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen. Kemudian
diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat mengalami hidrasi. Sehinggan untuk
mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga lebih kental
dari pada mucilago dari Gom arab. (ilmu resep syamsuni hal 140)
Mucilago amily
Dibuat dengan amilum tritici 2% . (vanduin hal 58)
Solution gum arabicum
Mengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan membuat dahulu mucilage
gom arab dari gom yang tersedia kemudian mengencerkannya. (vanduin hal 58 )
Mucilago saleb
Dibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk yang telah dihilangkan
patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage. (vanduin hal 58)
Solution gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis
gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
mengencerkannya sedikit demi sedikit (vanduin hal 58)
1.
Dr. azhhuri
(SIP.017/KOD/DU/II/1991)
Praktik:
Jln.sawojajar 23 Malang
Telp. 03417456678
Malang 27-11-2012
R/ Sulf praec 4
Camph 0,6
Mucil Gum Arab 2
Sol. Calc Hidrat 26,8
Aq. Rosae 26,6
s.u.e
Pro: Ani (18 th)
Alamat: jln. Anggrek no.9 Malang
PERHITUNGAN BAHAN
R/ Parasetamol 120mg
CMC Na qs
Simeticon 50mg/cth
R/ Parasetamol 120mg
P..G.S q.s
Syr.simplex q.s
Aq. Dest ad 60ml
Perhitungan Bahan:
1. Dosis Maksimum
Dosis maksimum digunakan untuk pemakaian sekali dalam satu hari. Pada prakteknya,
pemberian obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum masih dibenarkan, dengan
syarat membubuhkan tanda seru (!) dan paraf dokter penulis resep, memberi garis bawah
nama obat, dan menuliskan banyak obat dengan huruf secara lengkap.
2. Dosis Lazim
Dosis lazim merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman
umum. Dosis lazim biasanya ditentukan dalam bentuk range minimum-maksimum/hari.
Sebagai contoh: CTM dosis lazimnya 6-16 mg/hari, dan dosis maksimum 40 mg/hari.
1. Dosis Terapi
Adalah takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan
pasien pengguna obat. Untuk mendapatkan ukuran dosis terapi yang bisa memerikan efek
yang efektif, perlu dilakukan pengukuran presentasi efek terapi yang diharapkan pada
hewan uji.
Misalnya, untuk mengukur dosis obat A, maka obat tersebut diberikan pada sejumlah
hewan percobaan dengan berbagai ukuran dosis. Kemudian dihitung jumlah hewan yang
tertidur setelah setengah jam obat diberikan. Dosis yang menyebabkan efek tidur pada
50% hewan uji disebut ED50.
2. Dosis minimum
Adalah takaran obat terkecil yang diberikan dan masih dapat menyembuhkan, serta tidak
menimbulkan resistensi obat. Untuk mengukur dosis minimum obat, perlu dilakukan
pengukuran presentase efek terapi. Selanjutnya dicatat ukuran dosis yang terkecil masih
dapat memberikan efek terapi yang diharapkan, namun tidak menimbulkan resistensi.
3. Dosis maksimum
Adalah takaran obat terbesar yang diberikan dan masih dapat menyembuhkan dan tidak
menimbulkan toksisitas atau keracunan pada penderita. Menurut FI edisi III, daftar dosis
maksimum digunakan untuk orang dewasa 20-60 tahun dengan berat badan 58 – 60
tahun.
Ketentuan dosis maksimum bisa dilihat sebagai berikut:
Orang lanjut usia: 60-70 tahun (4/5 dosis dewasa), 70 – 80 tahun (3/4 dosis dewasa), 80
– 90 tahun (2/3 dosis dewasa), 90 tahun keatas (1/2 dosis dewasa)
Wanita hamil sebaiknya diberikan obat dalam jumlah kecil. Bahkan beberapa obat dapat
menyebabkan keguguran ataupun kelainan janin. Wanita menyusui juga membutuhkan
perhatian terhadap obat yang digunakan. Sebab obat dapat diserap bayi melalui ASI.
Anak-anak (dibawah 20 tahun) membutuhkan perhitungan khusus, karena respon
tubuhnya tidak dapat disamakan dengan dosis orang dewasa.
4. Dosis toksik
Adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang menyebabkan keracunan pada pasien.
Untuk dapat mengukur ukuran dosis toksis suatu obat, perlu dilakukan pengukuran
persentase efek keracunan pada penderita atau hewan percobaan. Dalam hal ini, yang
diukur adalah gejala keracunan pada hewan uji. Dosis yang dapat menyebabkan
keracunan 50% hewan uji disebut TD50.
5. Dosis letal
Adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang menyebabkan kematian pada penderita.
Terdapat 2 kategori dosis letal yakni:
L.D 50: takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan
L.D 100: takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan
Persentase D sehari :
CONTOH MENGHITUNG DOSIS
Penulisan resep tidak harus sama persis seperti yang diatas, bisa berbeda, asalkan tetap
memenuhi semua persyaratan resep yang berlaku.
Pertama, kamu analisa terlebih dahulu informasi yang ada di dalam resep maupun kesalahan
dalam penulisan suatu resep.
Usia Susi adalah 2 tahun, maka perlu dilakukan konversi dosis terlebih dahulu dari DM. DM
parasetamol : -/4.000 mg
2/14 x -/4.000 mg
-/571,428 mg
HARGA HLB K E G U N A A N
13 – 15 Detergent
Rumus I
B % a = ( 100% – A%)
Keterangan :
Rumus II
(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB campuran)
Cara Aligasi
(X – 4,5) : (15 – X) = 70 : 30 = 7 : 3
(X – 4,5) 3 = 7 (15 – X)
3X – 13,5 = 105 – 7X
10X = 118,5
X = 11,85
Contoh :
Emulgator 5%
Air ad 100%
Untuk membuat emulsi yang sesuai nilai HLB yang dibutuhkan, penggunaan surfaktan sangat
diperlukan. Namun nilai HLB yang dimiliki surfaktan tidak ada yang sama persis dengan nilai
HLB yang dibutuhkan untuk membuat emuls tersebut. Maka dari itu solusinya pengunaan
kombinasi surfaktan dengan nilai HLB rendah dan tinggi akan memberikan hasil yang lebih
baik.hal ini disebabkan karena dengan mengunakan kombinasi emulgator yang akan diperoleh
nilai HLB butuh minyak, misalnya pada emulsi tersebut diatas dengan mengunakan kombinasi
tween 80 (HLB 15) dan span (HLB 4,3 ) diperlukan perhitungan jumlah masing-masing
emulgator.jumlah tersebut dihitung melalui cara berikut :
Persamaan :
( ax 15)+(5-a) x (4,3) =(5×12)
10,7 a =38,5
a = 3,6
Emulsi umumnya dibuat dari dua fase dimana yang memiliki tegangan antarmuka. Emulsi
merupakan salah satu contoh dari koloid metastabil. Fase dispers pada emulsi dianggap sebagai
fase dalam dan medium dispers sebagai fase luar atau fase kontinyu. Setelah diperhitungkan nilai
HLB yang dibutuhkan untuk sebuah sediaan emulsi dilakukan proses pembuatan sediaan yang
kemudian dilakukan evaluasi stabilitas sediaan emulsi.