Anda di halaman 1dari 7

Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7

LAB-ANE FISIP Untirta

PENGARUH BUDAYA KERJA ETNIK TERHADAP BUDAYA KERJA


KEBERANIAN DAN KEARIFAN PNS DALAM PELAYANAN PUBLIK YANG
PRIMA (STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN PASAMAN BARAT)
Aldri Frinaldi
Prodi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar Padang
E-mail: alfrinaldi@gmail.com

Muhamad Ali Embi


College of Law, Government, and International Studies, Universiti Utara Malaysia
Kampus UUM, Sintok, Kedah-Darul Aman
E-mail: ali@uum.edu.my

ABSTRAK
Keberanian dan Kearifan salah satu bentuk budaya kerja yang dapat mendorong terwujudnya pelayanan publik
yang prima di daerah. Keberanian diartikan dorongan yang kuat dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk
memikul resiko dampak pengambilan keputusan dalam berbagai situasi, sedangkan kearifan mengacu pada
kebijaksanaan dalam bertindak dengan pertimbangan matang untuk kepentingan umum. Penelitian ini
bermaksud menganalisis pengaruh budaya kerja etnik terhadap budaya kerja Keberanian dan Kearifan PNS
dalam pelayanan publik yang prima. Temuan penelitian menunjukkan kecenderungan masih kuat pengaruh
budaya etnik terhadap PNS di Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, sehingga berpengaruh kepada
keberanian dan kearifan dalam pelayanan publik yang prima. Untuk itu diperlukan upaya perubahan budaya
kerja PNS pada organisasi pemerintah daerah, yang dapat dilakukan dengan perpaduan budaya kerja yang
ditetapkan Pemerintah, budaya kerja etnik positif dan budaya kerja berdasarkan ajaran agama guna peningkatan
kualitas pelayanan publik yang prima.

Kata Kunci: budaya kerja, budaya kerja etnik, pegawai negeri sipil, perpaduan budaya kerja.

1. PENDAHULUAN pergeseran yang terjadi dalam budaya


Indonesia sebagai negara yang telah melakukan masyarakatnya; dari budaya bersifat hirarkhis,
penguatan demokrasi salah satunya dengan otonomi budaya bersifat individual, budaya bersifat fatalis
daerah yang seluas-luasnya, memerlukan adanya seharusnya berubah ke budaya masyarakat egaliter.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang handal dan efisien Hal ini terlihat dengan banyaknya PNS pada
melaksanakan penyelenggaraan administrasi publik, organisasi pemerintah di daerah kurang berani
dan pelayanan publik dalam meningkatkan mengambil resiko dalam pengambilan keputusan
kesejahteraan umum. Kehandalan ini harus karena tuntutan masa baru yang tidak pasti atau di
diimplementasikan dalam bentuk budaya kerja oleh luar kebiasaan. Kenyataan ini terjadi karena
PNS pada organisasi Pemerintah di daerah. konsekuensinya kalau gagal mereka akan kena
Budaya kerja tersebut diantaranya berkaitan sanksi, sehingga mereka tidak berbuat apa-apa, dan
dengan keberanian dan kearifan dalam mengambil menunggu perintah. Begitupula dalam hal kearifan,
keputusan serta kemampuan menangani suatu PNS baik staf maupun tingkat pimpinan seiring
persoalan bagi pelayanan publik yang prima. Budaya dengan keadaan ekonomi maka pada umumnya
kerja keberanian dan kearifan merupakan salah satu kurang memiliki kearifan, karena nilai kearifan itu
pasang dari 17 (tujuh belas) pasang budaya kerja telah bergeser pada nilai materialisme yang selalu
yang harus dilaksanakan oleh Pegawai Negeri Sipil diukur dengan uang. Kebijakan pemerintah masih
sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan menganut paradigma yang berorientasi pada
Aparatur Negara (Kep. Menpan) Nomor : pandangan birokrasi yang mekanistik, vertikal dan
25/Kep/M.PAN/4/2002 tentang Pedoman Budaya individual, sehingga resiko beban individu terasa
Kerja bagi Aparatur Negara. sangat berat resikonya. Akibatnya kearifan
Namun kenyataannya, menurut Darminto (2007) dikorbankan dalam pelayanan publik demi prestige
bahwa dalam menjalankan pelayanan publik PNS akibat adanya pengaruh dari lingkungan kerja dan
pada masa sekarang ini kurang berjalan secara lingkungan masyarakat (Penjelasan Pedoman
efektif dan efisien. Selanjutnya Walters (dalam Budaya Kerja SK Menpan 25 Tahun 2002).
Suyono, 2006) menambahkan bahwa kegagalan dari Keadaan ini juga ditemukan dalam penelitian
pelayanan publik yang prima disebabkan banyak yang dilakukan oleh Dwiyanto (2002) bahwa PNS
PNS tidak menyadari adanya perubahan dan organisasi pemerintah di Indonesia berakar pada

[62]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

budaya kerja etnik Jawa yang bersendikan priyayi 2.2 Teori berkaitan dengan Budaya Kerja
(kerabat raja / bangsawan) berkelanjutan pada Keberanian dan Kearifan
pemerintah kolonial sampai pemerintah Orde Baru, Teori yang banyak digunakan untuk berkaitan
masih membekas dalam budaya kerja organisasi dengan pengaruh budaya terhadap budaya organisasi
pemerintah pada masa reformasi saat ini. maupun budaya kerja pada berbagai bentuk
Hal tersebut diatas juga diasumsikan terjadi pada organisasi, adalah teori yang dikemukakan oleh
PNS di Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat. Di Hofstede. Dalam konsepnya bahwa budaya adalah
daerah ini terdapat keberagaman etnis dalam suatu set mental programing. sebagai program
susunan masyarakatnya. Populasi terbesar adalah mental yang berpola pikiran (thinking), perasaan
etnis Minangkabau, kemudian etnis Mandailing, (feeling), dan tindakan (action) (Hofstede ;1984). Ini
serta etnis Jawa selanjutnya berbagai etnis lainnya. bermakna bahwa suatu budaya kerja juga suatu
Untuk itu permasalahan dalam penelitian ini adalah seperangkat nilai-nilai yang digunakan dan diyakini
bagaimana pengaruh budaya kerja etnik lokal dalam melakukan suatu pekerjaan atau sewaktu
terhadap budaya kerja keberanian dan kearifan PNS bekerja. Pembentukkan program pada diri seseorang
pada pemerintah daerah di kabupaten Pasaman dapat berasal dari sistem nilai yang dianut dalam
Barat ? Sedangkan limitasi penelitian ini adalah budaya kerja etniknya. Hofstede mengemukakan 5
dibatasi pada PNS yang berasal dari budaya kerja (lima) dimensi yaitu: power distance, individualism -
etnik Minangkabau, etnik Mandailing dan etnik collectivism, masculinty-feminity dan uncertainty
Jawa yang terdapat pada pemerintah kabupaten avoidance dan short-term - long term orientation.
Pasaman Barat, provinsi Sumatera Barat. Berkaitan dengan budaya kerja keberanian dan
kearifan adalah Power Distance. Dalam hasil
2. KAJIAN TEORI penelitiannya di Indonesia dikemukakannya bahwa
2.1 Budaya terdapat tingginya Power Distance (Jarak
Budaya ialah segala tindakan keatas sesuatu Kekuasaan) dalam budaya organisasi.
sehari-hari yang diperoleh seseorang daripada Teori diatas dapat juga bermakna bahwa
kebiasaan, yang merupakan sistem gagasan dan rasa, keberanian dan kearifan dipengaruhi oleh kedudukan
tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam dan status seseorang dalam kehidupan
kehidupan bermasyarakat yang dijadikan melekat masyarakatnya maupun pada organisasi tempat
pada dirinya melalui pengalaman dalam kehidupan ianya bekerja. Sehingga menunjukkan kuat pengaruh
kelompok masyarakatnya (Koentjaraningrat, 2002). budaya kerja yang paternalistik dan autokratik.
Keadaan ini terbentu dengan kekhasan etnik, Budaya kerja kerja paternalistik dan autokrasi maka
keadaan geogfrafis suatu daerah. Karena kehidupan keberanian pengambilan keputusan dan
manusia senantiasa dalam berkelompok maka kesanggupan menanggung resiko dibebankan
sejalan dengan persebaran kelompok manusia kepada pimpinan. Sedangkan pegawai lainnya
terbentuk berbagai etnik yang mempunyai sebagai bawahan mempunyai kecenderungan
kepercayaan dan nilai-nilai yang diyakini bersama menunggu arahan dari pimpinan untuk
sebagai dasar membentuk aturan dalam kelompok melaksanakan sesuatu hal dalam bekerja.
masyarakat tersebut. Selanjutnya teori lain yang berkaitan dengan
Nilai dan kepercayaan adalah sesuatu keyakinan pengaruh budaya dalam bekerja adalah teori X dan
yang mendasari seseorang berperilaku dalam Y dari Gregor (dalam Gitosudarmo, 1986). Pada
bekerja. Makna dari suatu nilai adalah asumsi dasar teori X menggambarkan bahwa rata-rata orang
mengenai apa-apa yang ideal diinginkan atau mempunyai kecenderungan malas dalam bekerja,
berharga. Sehingga kepercayaan seseorang tidak ingin tangguang jawab, tidak mempunyai
dipengaruhi nilai atau budaya yang kemudian ambisi, tidak peduli pada tujuan organisasi. Untuk
menjadi suatu budaya kerja bagi seseorang dalam itu pada teori ini diperlukan adanya kontrol yang
bekerja. Bahkan salah yang terkuat mempengaruhi ketat dari pimpinan kepada bawahan / para pegawai
kepercayaan seseorang adalah keyakinan atas dalam bekerja. Sebab intinya alasan orang bekerja
agamanya yang dianutnya (Tika, 2008 :37). adalah karena uang dan keamanan hidup. Kemudian
Perubahan budaya dalam suatu masyarakat tertentu sebagaimana dikembangkan bahwa sebagian besar
oleh pengaruh agama juga ditemukan oleh Max orang berupaya mencari suatu pekerjaan hanya
Weber (2001) pada penganut agama Kristen untuk memenuhi keperluan hidupnya. Dengan
Protestan dan Kristen Katolik di Eropa. Sama hal harapan memperoleh uang baru seseorang dapat
yang ditemukan oleh Kato (2005) pada masyarakat digerakkan untuk melakukan pekerjaan. Kemudian
etnik Minangkabau di Indonesia pengaruh agama selain teori X diatas McGregor mengajukan rumusan
Islam telah membawa perubahan dalam kehidupan teori Y. Dalam teori menggambarkan bahwa
etnik ini yang ditandai dengan falsafah adat yang seseorang dalam bekerja mempunyai keinginan
berubah menjadi “adat basandi syara’, syara’ untuk mencapai suatu prestasi. Oleh sebab itu ia
basandi kitabullah” (adat berasas syariat, dan syariat mempunyai keberanian dan kearifan untuk
berasaskan Kitab suci yaitu Al Qur’an). mewujudkan keinginannya dengan menerima suatu

[63]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

beban tanggung jawab pekerjaan dan resiko yang terdapat perbedaan secara hierarkis, paternalistis,
terdapat pada pekerjaan tersebut. dan feodalistis, sehingga status dan kedudukan sosial
Penegasan pengertian budaya kerja keberanian seseorang di dalam masyarakat sangat kentara. Ada
dan kearifan juga terdapat dalam Keputusan yang tua dan ada yang muda, ada yang tinggi dan
Menpan No. 25 Tahun 2002 tentang Pedoman ada yang rendah, ada raja, ada rakyat (abdi).
Budaya Kerja bagi Aparatur Negara, yang Setiap orang dalam kelompok masyarakat harus
pengertiannya yaitu : Keberanian diartikan sebagai selalu berada pada tempatnya. Demikianlah
berani menanggung resiko dalam pembuatan keselarasan dalam masyarakat. Dalam konsep
keputusan dengan cepat dan tepat waktu. Budaya budaya ini ada pula tradisi dalam berkomunikasi
kerja ini dimaksud agar seluruh PNS bukan hanya di atau berbahasa yang bertingkat-tingkat, tradisi dalam
tingkat Pimpinan saja mempunyai keberanian dalam berkesenian, tradisi dalam tata krama, dan lain-lain
mengambil resiko dalam pengambilan keputusan sebagai perwujudan konsep dan sistem kebudayaan
Sedangkan pengertian kearifan yaitu suatu landasan masyarakat etnis tersebut.
membentuk nilai-nilai bersumber dari otak sebelah
kanan yang penuh nilai baik dan buruk sehingga 2.4 Pelayanan Publik yang Prima
orang dapat memilih nilai-nilai yang paling cocok Pengertian pelayanan publik dalam Pasal 1 ayat
dalam manajemen untuk memecahkan berbagai (1) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
masalah dan menghadapi tantangan baru dengan publik, yaitu kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
mengambil tindakan yang diperlukan. rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
Kemampuan menerapkan budaya kerja dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
keberanian dan kearifan diatas oleh PNS, merupakan warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan /
suatu permasalahan sangat penting untuk atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
menganalisa suatu pelayanan publik di daerah. Oleh penyelenggara pelayanan publik. Sedangkan dalam
karena budaya kerja ini dapat menjadi penentu ayat (5) menyebutkan pelaksana pelayanan publik
berjalan dengan cepat dan efesien atau sebaliknya yang adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap
menjadi lambat dan berbelit-belit pelayanan publik orang yang bekerja di dalam organisasi
di daerah. penyelenggara yang bertugas melaksanakan
tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan
2.3 Budaya Kerja Keberanian dan Kearifan publik.
dalam Budaya Kerja Etnik Menurut Suyono (2007) tolok ukur keberhasilan
Setiap etnik yang terdapat di Indonesia pelayanan publik adalah Dalam tinjauan manajemen
mempunyai bentuk budaya kerja tersendiri yang pelayanan publik, ciri struktur birokrasi yang
tercermin dari artifak, seni, falsafah kehidupan yang terdesentralisir memiliki beberapa tujuan dan
diyakini dan menjadi pandangan hidup sehari-hari. manfaat antara lain : (1) Mengurangi (bahkan
Kemudian pada daerah Kabupaten Pasaman Barat menghilangkan) kesenjangan peran antara
terdapat 3 (tiga) etnik yang mayoritas disamping organisasi; pusat dengan organisasi-organisasi
etnik lainnya. Mayoritas etnik ini dilihat dari aspek pelaksana yang ada dilapangan; (2) Melakukan
jumlah penduduk yaitu; etnik Minangkabau, etnik efesiensi dan penghematan alokasi penggunaan
Mandailing dan etnik Jawa. keuangan; (3) Mengurangi jumlah staf/aparat yang
Pada masyarakat etnik Minangkabau, budaya berlebihan terutama pada level atas dan level
kerja Keberanian dan kearifan tergambar dalam menengah ( prinsip rasionalisasi); (4) Mendekatkan
kehidupan pergaulan sehari-hari tidaklah terdapat birokrasi dengan masyarakat pelanggan.
dalam tingkatan tetapi pada hubungan yang terdapat Dari berbagai pengertian diatas pelayanan publik
dalam keberadaan masing-masing. Konsepsi alam yang prima adalah suatu pelayanan yang diberikan
terkembang yang dijadikan guru oleh masyarakat oleh organisasi Pemerintah maupun Pemerintah
Minangkabau memperlihatkan bahwa semua unsur Daerah kepada segenap unsur pengguna yang
alam memiliki peran masing-masing dan saling memerlukan layanan sesuai dengan keperluan
berhubungan. Perbedaan seseorang tidak ditentukan masing-masing masyarakat pengguna layanan,
oleh status sosialnya akan tetapi oleh fungsinya. dalam upaya mewujudkan kesejahteraan umum dan
Saling berhubungan tetapi tidak saling mengikat, peningkatan laju pembangunan.
saling berbenturan tetapi tidak saling melenyapkan,
saling mengelompok tetapi tidak saling meleburkan 2.5 Penelitian terdahulu yang berkaitan
(Navis, 1984: 59). Keselarasan dalam konsep Penelitian terdahulu berkaitan dengan pengaruh
masyarakat Minangkabau tidaklah suatu jaringan budaya etnik lokal terhadap pelayanan publik di
(alam) yang hierarkis, tetapi merupakan sebuah daerah, diantaranya hasil penelitian Dwiyanto dkk
mozaik yang sesuai antara manusia dengan (2003) bahwa dalam temuan penelitiannya pada
lingkungannya dalam bentuk simbiosis muatualisme. daerah Istimewa Yogyakarta, bentuk budaya kerja
Sedangkan budaya kerja etnik Mandailing dan yang berbentuk nilai dan simbol dalam praktek
etnik Jawa dalam pergaulan kehidupan sehari-hari seharian PNS pada organisasi pemerintah daerah

[64]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

yang berasal dari adat dan kebiasaan etnik Jawa menganalisis secara terperinci, jelas dan sistematis
yaitu yang merupakan sistem nilai dan budaya terhadap budaya kerja PNS pada Pemerintah Daerah
feodalis, rasa enggan atau pakewuh PNS kepada Kabupaten Pasaman Barat, Budaya Kerja PNS etnik
pimpinan, maupun masyarakat dengan PNS yang Minangkabau, etnik Batak/Mandahiling, dan etnik
disebut juga sebagai budaya paternalistik. Oleh Jawa pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman
sebab itu dalam sistem nilai etnik Jawa dianggap Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
bahwa seseorang yang menentang pimpinan wawancara mendalam, dan studi dokumentasi, yang
dianggap sebagai tindakan durhaka atau mbalelo. dilakukan mulai Januari 2010 – Maret 2011. Pengujian
Kemudian dalam temuannya di Sumatera Barat keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi
bahwa budaya etnik Minangkabau menganut falfasat sumber. Sedangkan teknik analisis data ini merujuk
hidup bahwa setiap individu etnik Minangkabau kepada pendapat Miles dan Huberman (1992) yaitu
memiliki status yang sama, seperti yang terungkap analisis pendekatan kualitatif menggunakan
dalam petuah mereka "tagak samo tinggi, duduk interactive model of analysis. Informan dan
sama rendah" (berdiri sama tinggi, duduk sama Responden dalam penelitian ini adalah PNS yang
rendah) sehingga tidak ada sikap saling menguasai. bekerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
Terdapat prinsip egaliter dalam hubungan pimpinan Kabupaten Pasaman yang mempunyai tugas pokok
dengan PNS bawahannya, yaitu tidak terdapat jarak dan fungsi memberikan pelayanan publik, yaitu
yang jauh antara pimpinan dengan bawahan, sesuai Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
dengan pepatah Minangkabau yaitu “pemimpin Masyarakat (Kesbangpollinmas), Kantor Pelayanan
ditinggikan sarantiang, didahulukan salangkah Satu Pintu (Yantu), dan Badan Kepegawaian dan
(pemimpin ditinggi satu ranting (ibarat dahan kayu Pelatihan Daerah (BKPL).
pohon), didahulukan satu langkah). Namun, dalam
budaya etnik Minangkabau juga terdapat prinsip 4. HASIL PENELITIAN DAN
untuk menegakkan harga diri mempunyai dampak PEMBAHASAN
ego individual yang cukup tinggi untuk mempunyai Hasil penelitian menunjukkan bahwa PNS pada 3
posisi atau peranan tertentu dalam suatu kelompok. (tiga) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada
Hal ini sejalan dengan adanya falsafah "malu tak pemerintah kabupaten Pasaman Barat (kab Pasbar)
dapat dibagi". yang menjadi lokasi penelitian ini, terdapat
Bentuk budaya kerja paternalistik, hedonistik, kecenderungan yang kuat adanya pengaruh budaya
dan feodalistik juga ditemukan oleh peneliti lainnya kerja etnik. Disamping juga dipengaruhi budaya kerja
diantaranya Susanto, 1980; Danandjaja, 1986; yang berasal dari masa Orde Baru dan budaya modern
Paramita, 1992 (dalam Endang, 2020). Paternalistik akibat kemajuan teknologi dan informasi. Adapun
merupakan hubungan kebapakan antara pimpinan bentuk budaya kerja etnik mempunyai kecendrungan
dengan PNS dan masyarakat, patron-client suatu berpengaruh kepada budaya keberanian dan kearfian
pelayanan PNS pada organisasi pemerintah melihat dalam pelayanan publik yang prima disajikan berikut
aspek ketokohan seseorang dapat masyarakat atau ini.
hubungan seseorang dengan tokoh atau orang yang PNS yang berasal dari etnik Minangkabau dalam
mempunyai kedudukan tertentu dalam masyarakat. pelayanan publik berkaitan dengan budaya kerja
Hedonistik terkait dengan kemungkinan keberanian dan kearifan yaitu budaya kerja etnik
mendapatkan materi tertentu dalam mendapat Minangkabau dalam bentuk budaya kerja penuh
kenyamanan keduniawian. Feodalistik suatu perhitungan dan “galie”. Budaya kerja etnik
hubungan pelayanan publik yang melihat aspek Minangkabau yang sebelum melakukan sesuatu maka
status sosial dalam kemasyarakatan, misal status ia memperhitungkan resiko yang akan terjadi. Sesuai
kebangsawan, priyayi atau kedudukan dan jabatan dengan pepatah “duduak marauik batuang, tagak
formal lainnya. maninjau jarak” (duduk mengayam bambu, berdiri
Gambaran hasil penelitian terkait diatas melihat jangkauan). Pepatah berkaitan lainnya” ma
selanjutnya peneliti memformulasi penelitian ini ukua bayang-bayang sepanjang badan” (mengukur
untuk mendalami lebih lanjut pengaruh budaya bayang tubuh diri sendiri). Sedangkan budaya kerja
kerja etnik terhadap budaya kerja keberanian dan “galie” sejalan dengan budaya kerja penuh
kearifan PNS pada organisasi Pemerintah di daerah perhitungan, sehingga mempunyai kecenderungan
dalam pelayanan publik. untuk mengelak dari resiko.
PNS yang berasal dari etnik Mandailing PNS
3. METODOLOGI PENELITIAN dalam pelayanan publik berkaitan dengan budaya
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan secara kerja keberanian dan kearifan, mempunyai
kualitatif. Maksud pendekatan kualitatif yaitu kecenderungan adanya keberanian mengambil suatu
pendekatan yang mengunakan analisis sebab akibat langkah kebijaksanaan, terutama bilamana yang
yang terjadi di lapangan (Moleong, 1993). Penelitian berurusan tersebut orang-orang yang sama etnik
ini dilakukan melalui studi lapangan dengan dengannya, ini sejalan dengan semboyan “alak hita”.
menggunakan pendekatan kualitatif untuk Ini sejalan dengan bentuk budaya kerja etnik

[65]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

Mandailing yang mempunyai ikatan primodial yang dalam pelayanan yang dilakukan. Sedangkan jika
tinggi, berani dalam menghadapi sesuatu dan rasa orang yang berurusan merupakan masyarakat awam,
setiakawan yang kuat. Namun cenderung keberanian cenderung dilayani dengan prosedur yang kaku dan
mengambil kebijakan tersebut dilakukan kurang lambat.
perhitungan, karena ingin segera selesai sesuatu Keadaan diatas menunjukkan bahwa PNS dalam
urusan. Dalam hal terlihat adanya kurang arif dalam memberikan pelayanan publik cenderung masih
mengambil kebijaksanaan tersebut. tampak menjaga jarak sosial (social distance) yang
PNS yang berasal dari etnik Jawa PNS dalam terlalu jauh dengan kelompok sasarannya yakni
pelayanan publik berkaitan dengan budaya kerja publik dan pengguna jasa layanan. Sehingga kondisi
keberanian dan kearifan, mempunyai kecenderungan ini menyebabkan masyarakat yang awam dalam
kurang berani mengambil suatu langkah berurusan berada dalam posisi “tidak berdaya” dan
kebijaksanaan. Ini sejalan dengan bentuk budaya terpaksa mengikuti prosedur yang kaku, ketat, dan
kerja etnik Jawa yang segan mengambil kebijakan cenderung lama untuk mendapatkan penyelesaian
karena dianggap melangkahi atasan bagi etnik Jawa urusan tersebut. Berbeda dengan masyarakat yang
atasan pada hakikat dianggap sebagai seorang mempunyai kedudukan tertentu akan mendapat
”Bapak” atau adanya budaya kerja paternalistik, pelayanan dalam berurusan lebih baik dan fleksibel,
kemudian mereka cenderung menjalankan sesuatu serta ada kemauan PNS menerapkan budaya kerja
sesuai dengan prosedur yang sudah baku dan kaku. keberanian dan kearifan untuk mempercepat dan
Sebagaimana dijelaskan oleh Hofstede dalam memperlancar urusan tersebut.
teorinya bahwa pembentukkan mind set programing Kemudian berdasarkan penelusuran lebih lanjut
suatu budaya kerja dipengaruhi oleh berbagai aspek penyebab lainnya kuat pengaruh budaya etnik
lingkungan. Dengan kenyataan dari temuan yang terhadap budaya kerja keberanian dan kearifan PNS,
peneliti peroleh bahwa upaya perubahan budaya kerja berdasarkan ungkapan beberapa informan bahwa
oleh Pemerintah Pusat hanya lebih cenderung sebatas pengalaman mereka sebelum menjadi PNS, sebagian
mengeluarkan aturan bagi aparatur negara baik dari mereka pernah bekerja sebagai pegawai swasta,
berkaitan dengan budaya kerja maupun UU pelayanan ada juga yang sebelumnya menjadi pegawai honorer
publik, namun belum diringi dengan sosialisasi secara di lingkungan pemkab. Bagi mereka pernah bekerja
intensif kepada pada PNS yang berada di pemerintah di perusahaan swasta yang menerapkan bentuk
daerah merupakan penyebab utama menjadi kuat budaya kerja sebagaimana budaya kerja modern dari
pengaruh budaya kerja etnik. Sejalan dengan yang negara di Barat, terasa lebih senang bekerja sebagai
dikemukakan oleh Schein (1992) bahwa suatu budaya PNS. Hal ini karena sebagai PNS mereka tidak ada
kerja pada suatu organisasi harus dilakukan kekuatiran di berhentikan karena bekerja tidak
internalisasi agar para anggota organisasi mampu mencapai target yang seharusnya. Sebagai PNS
memahami nilai-nilai budaya kerja tersebut dan terasa nyaman karena ada kepastian pendapatan dari
kemudian menerapkannya. gaji dan penghasilan lainnya sesuai aturan berlaku
PNS di lokasi penelitian ini cenderung lebih dalam waktu jangka panjang. Sejalan dengan teori X
dominan melakukan bentuk budaya keberanian dan dari McGregor, maka budaya kerja keberanian dan
kearifan berdasarkan budaya kerja etnik mereka, kearifan menjadi cenderung sulit terjadi disebabkan
disebabkan mereka lebih merasa telah merupakan motivasi utama seseorang menjadi PNS adalah
sebagai kebiasaan yang cenderung sulit berubah tanpa adanya kepastian mendapat uang dalam jangka
dilakukan perubahan secara tegas dari pimpinan waktu lama. Sehingga setelah menjadi PNS bagi
terkait. Kecenderungan PNS dari ketiga etnik mereka yang merasa berkemungkinan sulit
menjalankan sesuatu tugas sesuai dengan rutinitas. mendapat jabatan, promosi dalam berkarir dalam
Keberanian dan kearifan yang dapat menghasilkan organisasi pemerintah daerah kecenderungan malas
pengambilan keputusan dan inovasi bagi perubahan dalam bekerja, tidak ingin tangguang jawab, tidak
budaya kerja dalam pelayanan publik cenderung mempunyai ambisi, tidak peduli pada tujuan
belum berjalan sebagaimana mestinya. Yang organisasi. Untuk itu pada teori ini diperlukan
ditemukan dari hasil observasi dan wawancara di adanya kontrol yang ketat dari pimpinan kepada
lokasi penelitian adalah budaya kerja menunggu bawahan / para pegawai dalam bekerja.
perintah dari atasan, menunggu petunjuk dari atasan Dari pembahasan diatas maka sejalan dengan
serta mengikuti peraturan dari atasan tidak ada dikemukakan oleh Rini (2002) para pemimpin
keberanian dan kearifan bertindak. administrasi negara harus memadukan gaya
Selanjutnya berdasarkan ungkapan masyarakat manajemen Barat, Jepang, Cina dengan gaya
yang berurusan dengan ketiga SKPD tersebut, PNS manajemen budaya tradisional Indonesia sehingga
dalam melayani mereka masih cenderung melihat menghasilkan budaya kerja yang positif untuk
tentang status sosial seseorang dalam masyarakat. diterapkan. Menurut peneliti perpaduan ini di
Jika yang berurusan mempunyai status sosial Indonesia sebaiknya dilakukan dengan
misalnya tokoh masyarakat, orang mempunyai menggunakan pendekatan nilai-nilai keyakinan
kedudukan tertentu, maka akan mendapatkan prioritas agama penduduk di Indonesia. Sebagaimana juga

[66]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

dikemukakan oleh Tika (2008) bahwa nilai dan Kependudukan dan Kebijakan. Universitas
keyakinan agama mempunyai pengaruh yang kuat Gadjah Mada.
bagi perubahan budaya. Rini, Endang Sulistya.(2002). Manajemen
Mayoritas PNS di lingkungan pemerintah Indonesia: Perpaduan Manajemen Barat dan
kabupaten Pasaman Barat adalah beragama Islam, Timur serta Budaya Tradisional. Diakses tanggal
disamping ada juga PNS beragama Kristen. Salah 16 Februari 2008 dari Digitized by USU digital
satu upaya yang mampu menghasilkan perubahan library.
budaya kerja PNS adalah dengan pembinaan kepada Hofstede, G.(1984). Culture’s Consequences :
semua PNS dalam bentuk kegiatan wirid/ceramah International in Work – Related Values.
agama, secara periodik dengan materinya kerja Abridged Edition. Volume 5, Cross-Cultural
dihubungkaitkan antara budaya kerja menurut Research and Methodology Series.
Pemerintah, budaya kerja etnik positif dan budaya _________________. Tanpa tahun. Cultural
kerja yang diajurkan dalam agama. Perpaduan Dimensions For Indonesia. Makalah.
budaya bekerja ini dapat membangun suatu Gitosudarmo, Indriyo. (1986). Prinsip Dasar
kesadaran kosmik spiritual yang religius untuk Manajemen. BPFE, Yogyakarta.
diekspresikan dalam bekerja, termasuk dalam Kato, Tsuyoshi. (2005). Adat Minangkabau dan
melaksanakan pelayanan publik yang prima di Merantau dalam Perspektif Sejarah. Balai
daerah. Pustaka.Jakarta. Penerjemah Gusti Anan dan
Akiko Iwata.
5. PENUTUP Koentjaraningrat (2002). Kebudayaan Mentalitas
5.1 Kesimpulan dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia.
Kesimpulan penelitian ini, bahwa masih kuatnya Koentjacaraningrat.(2004). Manusia dan
pengaruh budaya kerja etnik terhadap budaya kerja Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. Jakarta.
keberanian dan kearifan PNS. Bentuk pengaruh yang (Kebudayaan Batak, Pajung Bangun hal 94 –
kuat tersebut adalah PNS etnik Minangkabau 117) (Kebudayaan Minangkabau, Umar Junus
cenderung berupaya mengelak dari resiko (cenderung 248 – 265) (Kebudayaan Jawa, Kodiran 329 –
galie) dalam hal keberanian dan kearifan, suatu 354).
pengambilan keputusan, etnik Jawa cenderung Miles, Matthew B, and Michael Huberman. 1992.
mengikuti prosedural yang ketat dan kaku atau Analisis Data Kualitatif. (terjemahan). UI Press.
menunggu arahan pimpinan (paternalistik) dalam Jakarta.
budaya kerja keberanian dan kearifan, etnik Moleong, Lexy J. (1993). Metode Penelitian
Mandailing cenderung primodial dalam budaya kerja Kualitatif. Remadja Rosda Karya. Bandung.
keberanian dan kearifan. Navis, A.A.(1984). Alam Takambang Jadi Guru.
Grafiti Pers. Jakarta.
5.2 Saran Tika, H.Moh.Pabundu. 2006. Budaya Organisasi
Sebaiknya perlu dilakukan upaya bagi perubahan dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Bumi
budaya kerja keberanian dan kearifan PNS di Aksara. Jakarta.
kabupaten Pasaman Barat perlu dilakukan langkah Weber, Max. 2001. Etika Protestan dan Semangat
antara lain; (1) perlu adanya upaya pelatihan oleh Kapitalisme. Terjemahan.
pemerintah daerah bagi penanaman nilai-nilai budaya
kerja, (2) perlu Kepala Daerah untuk menggiatkan Biodata Penulis
secara periodik wirid/ceramah bagi PNS di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Aldri Frinaldi, lahir di Jakarta / 12 Februari 1970 ,
dengan tema berkaitan dengan nilai – nilai budaya menyelesaikan S1 di Fakultas Hukum UNAND,
kerja perpaduan budaya kerja yang ditetapkan tamat tahun 1995, kemudian S2 di Universitas
Pemerintah, budaya kerja etnik yang positif dan Hasanuddin, Makassar, tamat tahun 2000, sekarang
budaya kerja yang terdapat dalam ajaran agama. sedang mengikuti studi lanjutan yaitu S3(Ph.D.)
tentang Culture of Public Administration, pada
6. PUSTAKA College Law, Government and International Studies
Suyono, Agus. (2007). Budaya Birokrasi Pelayanan Affair, Universiti Utara Malaysia (UUM), sejak
Publik. Jurnal FIA – UB tanggal 5 Januari 2008 tahun 2006. Bertugas sebagai Dosen pada prodi Ilmu
diakses dari www.lib.unair.ac.id Administrasi Negara FIS UNP. Mulai menjadi tahun
Darminto. (2007). Aspek Budaya dan Kinerja 1998 hingga sekarang.
Aparatur Pemerintah. Artikel. Juli. Diakses
tanggal 15 September 2007 dari www.Gerbang
Jabar.go.id Muhamad Ali bin Embi, lahir di Sungai Gelugor,
Dwiyanto, Agus.(2002). Reformasi Birokasi Publik Pulau Pinang, Malaysia pada Juli 1968. Menyelesai-
di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi kan Undergraduate (S1) dan memperoleh gelar
BPA pada UUM di Universiti Utara Malaysia tahun

[67]
Proceeding Simposium Nasional Otonomi Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7
LAB-ANE FISIP Untirta

1992. Menamatkan Master Degree (MPA) pada


University of Southern California, USA pada tahun
1995. Memperoleh Ph.D pada University Sains
Malaya pada tahun 2004. Saat ini adalah Profesor
Madya bidang Public Management pada Kolej
Undang-undang, Kerajaan dan Kajian Antara
Bangsa, Universiti Utara Malaysia., Sintok Kedah
Darul Aman, Malaysia.

[68]

Anda mungkin juga menyukai