Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS

KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DI KABUPATEN MALINAU

Oleh : Yolanda Putri Arcawanti

NIM : 031447375

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA MALINAU

FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2021
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS
KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DI KABUPATEN MALINAU

Yolanda Putri Arcawanti


Email: yolanda99835@gmail.com
Program Studi Administrasi Negara Fakultas Hukum Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Terbuka, Malinau

ABSTRAK

Dalam penelitian ini akan dijelaskan tentang pengaruh budaya organisasi terhadap
kinerja pegawai. Tujuan dalam Budaya Organisasi dan Kinerja Karyawan akan diuji
menggunakan 3 gagasan. Penelitian ini menggunakan studi pustaka dengan menganalisis
beberapa artikel yang mempengaruhi Budaya Organisasi dan Kinerja Pegawai pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malinau. Dalam metode penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif, metode pengumpulan informasi, analisis informasi, penyajian informasi,
dan penarikan kesimpulan. Budaya Organisasi secara operasional dapat mempengaruhi
Kinerja Organisasi. Dari hasil analisis tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan pengaruh
budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Malinau dari tahun ke tahun.

ABSTRACT

In this study, it will be explained about the influence of organizational culture on


employee performance. Goals in Organizational Culture and Employee Performance will be
tested using 3 ideas. This study uses the literature by analyzing several articles that affect
Organizational Culture and Employee Performance at the Culture and Tourism Office in
Malinau Regency. In this research method using qualitative research, methods of gathering
information, analyzing information, presenting information, and drawing conclusions.
Organizational Culture, operationally, can affect Organizational Performance. From the
results of this analysis, it is intended to show the influence of organizational culture on
employee performance at the Culture and Tourism Office of Malinau Regency from year to
year.

Kata Kunci : Pengaruh, Budaya Organisasi, Dinas Budpar, Kabupaten Malinau


PENDAHULUAN

Budaya adalah salah satu unsur terpenting dari organisasi. Budaya organisasi sangat
menentukan bagaimana pada para anggota organisasi bekerja, bagaimana karyawan
memperlakukan pelanggan, dan bagaimana karyawan berinteraksi.

Kebudayaan didefinisikan sebagai totalitas dalam pengetahuan manusia ialah


makhluk sosial yang akan digunakan dalam memahami serta menginterprestasikan area dan
pengalamannya, dan menjadikan landasan sebagai tingkah- lakunya. Kebudayaan merupakan
serangkaian aturan- aturan, petunjuk- petunjuk, rencana- rencana, serta strategi- strategi yang
terdiri atas serangkaian model- model kognitif yang dimiliki oleh manusia, dan digunakan
secara selektif dalam mengalami area yang terwujud dalam tingkah- laku serta tindakan-
tindakannya.( Hlm. 2- 18 alinea I).

Menurut ketetapan MPRS Nomor I- II tahun 1960 Dalam dunia modern


Kepariwisataan merupakan sesuatu yang memenuhi kebutuhan manusia dalam rohani serta
jasmani setelah sebagian waktu untuk bekerja serta untuk melihat- lihat wilayah
lain( pariwisata dalam negeri) ataupun negara- negara lain( pariwisata luar negeri).

Dalam sebagian urusan kebudayaan yang harus di laksanakan oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Malinau berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Malinau No 04
tahun 2009 tentang organisasi serta tata kerja dinas daerah merupakan dengan tugas pokok
dapat membantu Bupati dalam melakukan sebagian urusan pemerintah daerah yang
dirumuskannya dalam kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata yang bisa
meliputi objek serta fasilitas wisata, promosi serta penyuluhan wisata, seni serta budaya dan
juga melakukan tata usaha kantor. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kebudayaan daerah
serta melindungi keasliannya supaya menjadi daerah yang mempunyai karakteristik khas
tertentu.

Perihal ini belum cukup buat mempertahankan kebudayaan leluhur yang telah ada
saat sebelum kita lahir yang dimana butuh adanya perhatian yang lebih oleh pemerintah
dengan situasi serta keadaan saat ini dimana era terus mengalami perubahan kearah masa
modernisasi. Dengan adanya jaman yang lebih maju dan mudah menerima pengaruh dari luar
dari pada dibanding memahami daerahnya sendiri, apa lagi dengan fenomena semacam ini
yang di alami banyak dari kalangan pemuda serta pemudi yang merupakan penerus generasi
masa yang akan datang. Dengan adanya Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau yang
merupakan aparatur negeri nyatanya dalam perihal ini dapat betul- betul merancang
kebijakan- kebijakan yang diberikan supaya perihal tersebut bisa di minimalisirkan, sebab
bila tidak di rencanakan pelestarian maka daerah akan kehilangan karakteristik khasnya.
Bukan cuma pemerintah saja, warga pula wajib dapat bekerjasama supaya kelestarian dalam
pengembangan budaya Kabupaten Malinau bisa berjalan sesuai yang di rencanakan.
KAJIAN TEORI

1. Pengertian Budaya Organisasi

Pengertian budaya organisasi yang dikemukakan oleh Schein seperti dikutip


oleh Luthans memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang budaya organisasi
dibandingkan dengan pengertian yang disampaikan oleh Stephen P. Robbins,
McShane dan Von Glinow. Menurut Schein, budaya organisasi di samping diciptakan
dan diyakini sebagai nilai bersama juga diajarkan kepada anggota baru dari organisasi
tersebut.

Budaya organisasi merupakan sistem yang kompleks dan abstrak. Demikian,


beberapa karakteristik budaya organisasi yang dapat dikemukakan, adalah sebagai
berikut. (Luthans, 2008) :

1. Adanya keteraturan perilaku yang dapat diamati. Ketika individu di dalam


organisasi berinteraksi satu sama lain maka mereka menggunakan bahasa, istilah,
dan ritual-ritual yang diterima/dipahami bersama.
2. Norma-norma yang digunakan untuk standar perilaku dalam organisasi. Yaitu
norma- norma yang merupakan pengarah dalam menentukan mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh dilakukan oleh anggota organisasi.
3. Nilai-nilai dominan. Di dalam organisasi terdapat nilai-nilai utama yang dianjurkan
dan diharapkan digunakan secara kolektif. Contoh nilai utama tersebut adalah
kualitas produk yang tinggi, efisiensi, dan kehadiran yang tinggi.
4. Filosofi organisasi. Filosofi adalah kebijakan-kebijakan yang memaksa pegawai
atau pelanggan agar mentaati keyakinan/kepercayaan (beliefs) organisasi.
5. Aturan-aturan. Di dalam organisasi biasanya terdapat aturan-aturan yang ketat
yang harus ditaati oleh seluruh anggotanya. Anggota-anggota baru harus mentaati
aturan-aturan tersebut agar mereka dapat diterima secara penuh sebagai anggota
organisasi.
6. Iklim organisasi. Iklim organisasi berkaitan dengan keseluruhan "rasa" yang
ditunjukkan oleh layout fisik, pola interaksi, dan cara-cara yang digunakan oleh
anggota organisasi dalam berhubungan dengan pihak luar organisasi.
2. Budaya Organisasi dan Kinerja

Hubungan antara budaya organisasi merupakan hubungan yang kuat serta


kinerja yang unggul. Di dalam sesuatu organisasi yang berbudaya kuat, seluruh
karyawan mulai dari tingkatan manajer hingga dengan karyawan biasa menganut
bersama seperangkat nilai- nilai serta tata cara kerja secara relatif tidak berubah- ubah.
Para karyawan baru hendak mengadopsi nilai- nilai dengan cepat. Untuk mereka yang
melanggar norma- norma tersebut maka akan ditegur ataupun terkena sanksi. Nilai-
nilai ataupun norma- norma terwujud dalam pernyataan visi dan misi organisasi, yang
secara terus menerus mendorong para anggota organisasi untuk menaati pernyataan
tersebut. Nilai maupun norma dalam sesuatu budaya yang kuat cenderung tidak
berganti, walaupun terdapat pergantian pimpinan.

Terdapat 3 gagasan( Kotter& Heskett, 1992: 16) yang sangat berkaitan


antara kekuatan budaya organisasi dan kinerja, ialah:

1. Penyatuan tujuan. Dalam budaya yang kuat, hingga karyawan cenderung bekerja
sederap serta seirama mengikuti pemimpinnya.
2. Tingkatan motivasi yang luar biasa. Dalam budaya yang kuat hingga terciptalah
motivasi karyawan yang tinggi. Motivasi tinggi tersebut timbul sebab terdapat
nilai- nilai yang dianut bersama serta memunculkan sikap yang bisa membuat
orang merasakan adanya kenyamanan bekerja, serta adam penghargaan baginya.
3. Terdapatnya struktur serta kontrol yang diperlukan. Dalam budaya yang kuat ada
struktur serta kontrol yang bisa dibutuhkan untuk karyawan tanpa wajib
bergantung pada ketentuan birokrasi yang ketat serta yang bisa menekankan
timbulnya motivasi serta inovasi.

Budaya kuat akan dilindungi serta dilestarikan oleh tim manajemen melalui
cara untuk mengomunikasikan visi, misi, serta filosofi manajemen yang
memperhitungkan( 1) terdapatnya sesuatu penghargaan atas martabat dan hak tiap
individu;( 2) membagikan pelayanan terbaik kepada pelanggan; dan( 3) melakukan
seluruh tugas dengan metode yang lebih unggul( Kotter& Heskett, 1992: 19).

Perspektif ini disebut Teori 1. Sedangkan dalam Teori II dikatakan bahwa


kinerja bisa dicapai dalam budaya kuat apabila" arah budaya bisa menyelaraskan serta
memotivasi karyawan" maksudnya terdapat" kecocokan" antara budaya organisasi
serta motivasi karyawan( Kotter& Heskett, 1992: 31- 37).

Sehubungan dengan visi dan misi untuk membentuk budaya organisasi yang
tangguh dan kuat, di bawah ini adalah visi dan misi yang dimiliki oleh instansi
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" dan
salah satu bagiannya. Visi dan misi ini merupakan rumusan baru yang harus diadakan
berkaitan dengan perubahan-perubahan lingkungan organisasi.

Agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan efektif dan efisien,
sebagai contoh, "LEMIGAS" (instansi pemerintah dalam bidang penelitian dan
pengembangan teknologi minyak dan gas bumi) telah membentuk visi dan misinya,
yaitu:

Visi:

Terwujudnya organisasi penelitian dan pengembangan yang tangguh, unggul dan


mandiri, mempunyai reputasi nasional dan internasional.

Misi:

1. Menghasilkan teknologi baru, hak cipta, dan paten.


2. Memberi pelayanan teknik dan informasi kepada masyarakat, industri migas dan
pemerintah dalam pengusahaan, pengelolaan dan pemanfaatan migas.
3. Mengembangkan pusat data minyak dan gas bumi.

Sedangkan Bagian Umum/Tata Usaha mempunyai visi dan misi:

Visi:

Terwujudnya pelayanan ketatausahaan yang profesional dalam semangat


kebersamaan.

Misi:
Melaksanakan pelayanan yang tangguh secara terpadu dengan memanfaatkan
sarana/prasarana dan sumber daya manusia yang ada.

Ternyata, dengan adanya visi dan misi baru, yang di kemudian hari dipahami,
dihayati, dan dilaksanakan, maka kinerja "LEMIGAS" menjadi lebih baik. LEMIGAS
dapat memproduksi hak paten temuan-temuan teknologi migas, yang sebelumnya
tidak ada. Pemasukan hasil jasa konsultasi teknologi meningkat, yang sebelumnya
kecil. Hal ini dapat terjadi oleh adanya kebersamaan terhadap nilai-nilai (shared
values) visi dan misi yang dihayati dan telah meresap dalam diri sanubari para
anggota organisasi. Masing-masing sadar bahwa ia adalah bagian penting dari seluruh
proses organisasi. Bahwa peningkatan kinerja perseorangan menjadi penting untuk
mewujudkan kinerja organisasi. Kinerja yang baik akan mendatangkan peningkatan
kesejahteraan anggota.
PEMBAHASAN

A. Pariwisata

Sebagai daerah yang baru saja membangun, industri hotel dan pariwisata di
Kabupaten Malinau belum berkembang pesat meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa
eksotisme alam Malinau layak untuk dijual khususnya dalam kerangka ekoturisme.
Selain memiliki keindahan alam yang eksotis, Malinau juga memiliki keragaman seni
budaya dari berbagai suku yang ada seperti seni tarian, kerajinan tangan dan adat
istiadat yang unik. Dari keindahan alam Malinau dan keragaman seni budayanya
belum mendapatkan dukungan penuh dari infrastruktur daerah khususnya transportasi
yang masih terbatas. Kondisi ini yang akan berpengaruh terhadap kunjungan
wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Namun demikian, beberapa fasilitas pendukung seperti hotel, rumah makan


dan transportasi di wilayah ibukota sudah cukup memadai. Jumlah hotel di Kabupaten
Malinau sampai dengan tahun 2009 sebanyak 9 buah dengan jumlah kamar sebanyak
173 dimana seluruhnya masih berkelas melati. Jumlah ini tidak mengalami perubahan
dibandingkan tahun 2007 dimana jumlah hotel juga sebanyak 9 buah dengan jumlah
kamar sebanyak 173 buah.

Table 5 Statistik Pariwisata Kabupaten Malinau Tahun 2002-2009

Uraian 2002 2004 2006 2007 2008 2009


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Akomodasi
Hotel - - - - - -
Berbintang
(buah)
Hotel Non 6 7 7 9 9 9
Bintang
(buah)
Jumlah 110 123 123 173 173 173
Kamar
(buah)
Restoran 10 14 23 34
(buah)

Beberapa objek wisata yang sering dikunjungi wisatawan khususnya domestic


antara lain Air Terjun Marthin Billa di Kecamatan Malinau Selatan dan Air Panas
Semolon di Kecamatan Mentarang. Para peneliti tersebut pada umumnya
melakukan penelitian terhadap flora dan fauna serta berbagai keanekaragaman hayati
lainnya yang berada di TNKM tersebut. Kendala utama para pelancong untuk sampai
ketempat tujuan adalah akses transportasi yang masih terbatas sehingga membutuhkan
biaya yang cukup besar untuk dapat sampai ke tujuan.

Terkait pengembangan seni dan budaya daerah, Pemerintah Kabupaten


Malinau memfasilitasi dengan memberikan dukungan dana bagi pengembangan seni
budaya baik berupa pembangunan gedung kesenian, promosi seni budaya dalam event
nasional maupun internasional serta pelatihan bagi generasi muda dalam rangka
pelestarian seni dan budaya daerah.

Kabupaten Malinau disebut Bumi Intimung. Malinau ialah wilayah kawasan


pemukiman yang semula ditempati suku Tidung. Wilayah ini selanjutnya jadi
kampung, berubah jadi kecamatan. Kini Malinau jadi ibukota kabupaten.

Kabupaten Malinau mempunyai potensi wisata yang sangat kaya serta


spesifik. Dan Kabupaten Malinau telah terbentuk berdasarkan Undang- undangNomor
47 Tahun 1999 tentang Pemekaran Kabupaten.

B. Informasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Dalam informasi ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malinau


membuktikan banyaknya destinasi wisata di wilayah yang lumayan potensial untuk
dikembangkan. Seperti beberapa yang sangat terkenal di antara lain ialah, destinasi
wisata alam pemandian air panas Semolon serta air terjun Marthin Billa. Tetapi
kemampuan wisata ini pada umumnya belum diketahui luas, sehingga berefek pada
sedikitnya kunjungan wisatawan, serta pada kesimpulannya terkesan tidak terurus.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malinau Ajang Kahang
berkata bahwa, ada sebagian kemampuan wisata yang dapat dikelola dengan baik,
disebabkan hambatan keterbatasan operasional, yang menyebabkan seluruh
kemampuan yang terdapat tidak membolehkan buat dikelola serta dipelihara seluruh.
Sehingga dengan terdapatnya skala prioritas buat pengelolaan objek wisata yang
terdapat. Hingga hambatan dalam operasionalnya memanglah tidak dapat di kelola
sekalian ataupun memelihara objek wisata, jadi dengan terdapatnya skala prioritas ini
yang mana lebih diminati serta banyak didatangi yang bisa jadi dari sisi pembiayaan
oprasionalnya pula hendak terjangkau bila itu yang utamakan, bukan berarti
menelantarkan, objek wisata yang dikala ini kerap didatangi oleh pengunjung itu yang
hendak prioritaskan buat pengembangkannya.

Dalam sesuatu pengembangan desa wisata serta objek- objek wisata yang
dapat dijangkau dengan gampang oleh wisatawan hingga hendak di prioritaskan oleh
Dinas Pariwisata Kabupaten Malinau, sebab terdapatnya keterkaitan dengan ekonomi
lokal, hingga hendak berdampaknya untuk pengembangan ekonomi warga setempat.

C. Pemekaran Kebudayaan serta Pariwisata

Di sebagian wilayah pemekaran baru seperti di Provinsi Kalimatan Utara yang


lahir tahun 2012 bersumber pada Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2012,
perkembangan zona pariwisata bisa dibilang lamban ataupun belum maksimal.
Sementara itu aspek ini sangat mempengaruhi terhadap kenaikan pemasukan warga
paling utama pemasukan asli wilayah. Indonesia selaku negeri yang mempunyai
kekayaan alam, dalam penerapan pertumbuhan pariwisata masih dihadapkan dengan
permasalahan pokok semacam minimnya akses, baik data ataupun akses transportasi
di wilayah pemekaran baru, paling utama di wilayah Indonesia bagian timur, jauh
tertinggal dengan wilayah lain semacam di Pulau Jawa, Sumatera serta Bali.

Salah satu wilayah pemekaran baru yang mempunyai kemampuan pariwisata


alam terdapat di Kalimantan Utara tepatnya di Kabupaten Malinau yang dikelola oleh
pihak pemerintah wilayah Kabupaten melalui dinas pariwisata.
D. Mutu Pelayanan Kebudayaan dan Pariwisata

Mutu pelayanan merupakan sesuatu permulaan dari kepuasan pelanggan serta


pula hasil dari kepuasan pelanggan, baik mutu pelayanan serta kepuasan pelanggan
ini pengaruhi keseriusan kunjungan yang lebih kuat sehingga kenaikan mutu
pelayanan wajib berorientasi pada pelanggan.
Pentingnya kenaikan mutu pelayanan di Kabupaten Malinau bisa berguna
pada perkembangan ekonomi yang baik sebab Kabupaten Malinau ialah salah satu
wilayah tujuan wisata yang tidak kalah menarik dengan wilayah yang lain di
Indonesia. Wisata Kabupaten Malinau mempunyai keunggulan ialah wisata alam
yang masih alami semacam, hutan konservasi, desa wisata serta masih
banyak lagi. Bila dikelola dengan kreatif nyatanya hendak jadi wisata unggulan yang
dapat ikut memberi pendapatan untuk wilayah lewat PAD( Pendapatan Asli Wilayah).
Tetapi sampai saat ini objek wisata di Malinau masih butuh dikelola lebih baik lagi
paling utama soal pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung seakan- akan
dinas pariwisata tidak ikut berfungsi terhadap kenaikan pelayanan pada dinas pariwisata.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Malinau, pelayanan pariwisata
Kabupaten Malinau hingga saat ini masih belum mempunyai kemajuan yang
signifikan sebagai sesuatu wilayah tujuan wisata. Perihal ini bisa dilihat dari
keadaan fasilitas prasarana wisata, jumlah kunjungan wisatawan, serta donasi yang
diberikan oleh zona pariwisata ke dalam PAD( pendapatan asli wilayah). Turis yang
tiba berkunjung masih bimbang wajib berhubungan dengan siapa buat bisa melancong
di Kabupaten Malinau. Sementara itu sudah jelas kalau dinas pariwisata merupakan
institusi pemerintah yang berfungsi dalam urusan kepariwisataan.
PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Bersumber pada pembahasan yang telah di uraikan dalam penelitian ini, hingga
merumuskan bahwa Pengaruh Kebudayaan Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Malinau, dimana dalam Pelestarian dan
pemeliharaan kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Malinau tidak lepas dari hasil
pengelolaan pemerintah melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Malinau.
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakannya unntuk memahami dan menginterpretasi area dan
pengalamannya, serta jadi pedoman untuk tingkah lakunya.

Dalam kepariwisataan, kualitas pelayanan ialah kunci utama karena berhubungan


dengan pemenuhan kepuasan turis. Mengenai ini disebabkan kualitas pelayanan
kepariwisataan ialah suatu permulaan dari kepuasan turis dan hasil dari usaha pelayanan oleh
dinas pariwisata, yang memperngaruhi intensitas kunjungan yang lebih kuat sehingga
peningkatan kualitas pelayanan kepariwisataan ini harus berorientasi sepenuhnya pada turis,
baik dalam negara maupun mancanegara. Pelayanan yang baik oleh dinas pariwisata hendak
memberikan akibat positif buat pembangunan daerah spesialnya Kabupaten Malinau.
DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Khizar Humayun & Jackson, June. (1996). Mengelola Keragaman

Budaya di Lingkungan Kerja. Terj. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Draft, Richard L. (1992). Organization Theory and Design. 4th Ed.

Singapore: West Publishing Company.

Davis, Keith & Newstrom, John W. (1993). Perilaku dalam Organisasi. Terj.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hardjana, Andre A. (1994). Budaya Organisasi: Sebuah Kerangka

Pemahaman. Bahan Diskusi dalam Seminar BPIS. Jakarta: 14 Juli 1994.

Melalatoa, M. Junus (Peny). (1997). Sistem Budaya Indonesia. Jakarta:

PT Pamator.

Pace, R. Wayne & Faules, Don F. (1998), Komunikasi Organisasi, Terj.,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Daft, Richard L. (1998). Organization Theory and Design. St.Paul, West

Publishing Company.

Jerald Greenberg and Robert A. Baron. (2003). Behavior in Organizations.

8ed. New Jersey: Pearson Education.

Robbins Stephen P. (1994). Teori Organisasi: Struktur, Desain, dan Aplikasi.

Edisi 3. Jakarta: Penerbit Arcan.

Universitas Terbuka. (2008). Pencapaian Standar Mutu Internasional dalam

Pendidikan Jarak Jauh UT melalui Penerapan Sistem jaminan Kualitas.

Tidak dipublikasikan.
Asang Ferdinan, Darwin (2018). Kreativitas Pemerintah Daerah dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepariwisataan di Dinas Pariwisata Kabupaten Malinau.

Puspa Nilam, Sri. (2015). Peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam
Pengembangan Budaya Daertah di Kabupaten Malinau.

Artikel-artikel :

http://herlando-herlan.blogspot.com/p/pengertian-budaya-dan-pariwisata.html

https://rri.co.id/tarakan/kaltara/1162953/prioritas-pengembangan-wisata-di-malinau

Anda mungkin juga menyukai