Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL MINI RISET

Pengamatan Budaya Organisasi pada PREKSU (Ayam Geprek dan Susu)


Dosen Pembimbing : Bp. Achmad Sobirin Drs.,M.B.A., Ph.D., Ak

Disusun oleh :
Tria Marliana (16311186)
Imro’ul Qois Hisni A (16311207)
Faza Oktavia (16311238)
Arizal Nur Dwinawan (16311241)
Aditya Bagus Saputra (16311243)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
A. LATAR BELAKANG
Religiusitas menjadi bagian terpenting dalam jiwa seorang insan dan mengandung
makna yaitu bersifat keagamaan. Sedangkan nilai religius merupakan suatu sistem.
Sedangkan nilai religius merupakan suatu sistem nilai yang dijadikan prinsip-prinsip atau
aturan-aturan yang dipelajari dan dilaksanakan dalam organisasi atau lembaga.
Implementasi nilai-nilai religiusitas tidak hanya diterapkan pada lembaga dakwah atau
organisasi berbasis Islam. Nanum, bisa juga diterapkan pada usaha atau bisnis. Nilai-nilai
religiusitas akan terpolarisasi dengan baik jika mampu direalisasikan secara sistematis pada
budaya kerja. Sebab, nilai-nilai religiusitas pada budaya kerja itu sendiri adalah bagian dari
sumber daya manusia (SDM) yang mana tidak bisa dipisahkan dengan jiwa maupun raga bagi
manusia yang terlibat didalamnya.
Budaya kerja adalah nilai-nilai sosial atau suatu keseluruhan pola perilaku yang
berkaitan dengan akal dan budi manusia dalam melakukan suatu pekerjaan.
Usaha atau bisnis adalah peluang untuk mendapatkan pendapatan dan menjadi salah
satu cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan mengembangkan jiwa-jiwa
kewirausahaan. Bisnis yang dijalankan tanpa meninggalkan syariat-syariat Islam adalah ciri
khas yang pantas untuk diapresiasi. Bahkan bisnis yang turut aktif mendakwahkan nilai-nilai
Islam baik dimulai dari atasan hingga bawahan bisa dijadikan suri tauladan. Di Indonesia,
beberapa pengusaha telah menerapkan bisnis dengan prinsip syari’ah. Baik bisnis dibidang
sandang, pangan, maupun papan. Salah satu usaha atau bisnis yang menerapkan nilai-nilai
religiusitas pada budaya kerja karyawan dibidang pangan adalah Waroeng Preksu
Yogyakarta.
Waroeng Preksu Yogyakarta adalah salah satu contoh nyata yang menjalankan
operasionalnya dengan unsur-unsur islami didalamnya. Waroeng Preksu Yogyakarta menjual
produk makanan dan minuman yakni berupa menu ayam geprek dengan berbagai macam rasa
dan susu serta variasi minuman lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana impelementasi nilai-nilai budaya organisasi di Waroeng Preksu Yogyakarta?
2. Bagaimana dampak-dampak impelemntasi nilai-nilai budaya organisasi di Waroeng
Preksu Yogyakarta?

C. TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI
Robbins (2006) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu system makna
bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi yang membedakan organisasi itu
dengan yang lain. Budaya organisasi adalah suatu system nilai yang diperoleh dan
dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya, yang
terbentuk menjadi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak
dalam mencapai tujuan organisasi. Budaya yang tumbuh menjadi kuat mampu memacu
organisasi kearah perkembangan yang lebih baik.
B. FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi budaya organisasi
adalah sebagai tapal batas tingkah laku individu yang ada didalamnya.
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.
C. DIMENSI DAN INDIKATOR BUDAYA ORGANISASI
Dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya organisasi, menurut
Robbins dan Judge (2008:256) ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama
menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu :
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif
dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian ke hal yang rinci. Sejauh mana para karyawan diharapkan mau
memperlihatkan kecermatan, analisis, dan perhatian kepada rincian.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manjemen focus pada hasil bukan pada teknik dan proses
yang digunakan untuk mendapatkan hasil itu.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil
pada orang–orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan dalam tim-tim kerja,
bukannya individu.
6. Keagresifan. Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif, bukan bersantai.
7. Kemantapan. Sejauh mana kegiatan organisasi menekanka dipertahankannya status
sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi.
D. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK BUDAYA ORGANISASI
Menurut Tika (2010:5), ada beberapa unsur yang mempengaruhi terbentuknya budaya
organisasi yaitu:
1. Asumsi dasar Asumsi dasar berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun
kelompok dalam organisasi untuk berperilaku.
2. Keyakinan untuk dianut Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan
dilaksanakan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai
yang dapat berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum
organisasi/perusahaan, filosofi usaha, atau prinsip-prinsip yang menjelaskan usaha.
3. Pemimpin atau kelompok pencipta pengembangan budaya organisasi Budaya
organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin organisasi atau
kelompok tertentu dalam organisasi tersebut.
4. Pedoman mengatasi masalah Dalam organisasi terdapat dua masalah pokok yang
sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. Kedua
masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar keyakinan yang dianut bersama
anggota organisasi.
5. Berbagi nilai (sharing value) Dalam budaya organisasi perlu berbagai nilai terhadap
apa yang paling penting diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi
seseorang.
6. Pewarisan (learning process) Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota
organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai
pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam organisasi/perusahaan tersebut.
7. Penyesuaian atau adaptasi Perlu adanya penyesuaian terhadap pelaksanaan peraturan
atau norma yang berlaku dalam organisasi tersebut, serta penyesuaian antara
organisasi dengan perubahan lingkungan.
E. TIPE-TIPE BUDAYA ORGANISASI
Tipe Budaya Organisasi Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki yang
diterjemahkan oleh Erly Suandy (2006:86):
1. Budaya konstruktif adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk berinteraksi
dengan orang lain dan mengerjakan tugas dan proyeknya dengan cara yang akan
membantu mereka dalam memuaskan kebutuhannya, berhubungan dengan pencapaian
tujuan aktualisasi diri, penghargaan yang manusiawi, dan persatuan.
2. Budaya pasif-defensif bercirikan keyakinan yang memungkinkan bahwa karyawan
berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara yang tidak mengancam keamanan
kerjanya sendiri. Budaya ini mendorong keyakinan normatif yang berhubungan
dengan persetujuan, konvensional, ketergantungan, dan penghindaran.
3. Perusahaan dengan budaya agresif-defensif mendorong karyawannya untuk
mengerjakan tugasnya dengan keras untuk melindungi keamanan kerja dan status
mereka. Tipe budaya ini lebih bercirikan keyakinan normatif yang mencerminkan
oposisi, kekuasaan dan kompetitif.

D. METODOLOGI
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang difinisikan sebagai metode penelitian
ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata
(lisan/tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia. Penelitian bersifat dekriptif untuk dapat
menggambarkan dan menganalisa secara objektif mengenai budaya organisasi di
Waroeng Preksu Yogyakarta.
2. Ruang lingkup penelitian
a. Subjek penelitian
Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitiannya yaitu Manajer cabang Preksu
dan karyawan Preksu khusus Waroeng Preksu yang berlokasi di Jl Rambutan
Condong Catur.
b. Objek penelitian
Objek penelitiannya adalah di Waroeng Preksu Yogyakarta.
3. Data dan Sumber Data
a. Sumber data primer
Data diperoleh secara langsung berupa informasi dari narasumber atau observasi di
lokasi objek penelitian.
b. Sumber data sekunder
Data di peroleh dari dokumentasi berupa sosial media dan website.

E. HASIL
Waroeng Preksu memiliki Visi dan Misi yang didirikan oleh Owner Preksu Ferry
Atmaja, S.T pada tahun 8 Januari 2014 yaitu Akhirat dan Dunia. Waroeng Preksu Yogyakarta
memiliki tujuan menjadi bagian nusantara yang terbaik dan terbesar di Indonesia, berasaskan
syariat Islam. Pada proses menjalankan bisnis, Preksu berlandaskan hukum Islam yakni Al-
Quran dan Sunah Rasulullah SAW, Ladang dakwah. Bisnis yang ada di Preksu bisa dijadikan
sarana untuk mensyiarkan Islam dan lahan pahala bagi yang bersangkutan didalamnya. Dan
bermanfaat bagi umat, melalui berbagi dan berdakwah. Melalui berbagi dan berdakwah,
Preksu diharapkan terus memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya, khususnya umat
Islam.
Beberapa bentuk tindakan yang mencerminkan nilai-nilai religusitas pada budaya
kerja karyawan di Waroeng Preksu Yogyakarta yaitu ketika adzan berkumandang, khusus
karyawan laki-laki bergegas untuk pergi berjamaah ke masjid dekat lokasi warung tersebut.
Tidak menjadi alasan bagi mereka untuk menunda shalat meskipun konsumen terus
berdatangan. Jika ada konsumen yang membatalkan dan tidak jadi membeli bukan menjadi
persoalan. Hal tersebut menjadi salah satu prinsip yang dipegang oleh pendiri Waroeng
Preksu Yogyakarta “rezeki sudah ada yang mengatur sehingga tidak perlu khawatir”.
Di Waroeng Preksu Yogyakarta juga mempunyai program kajian rutin yakni satu
minggu satu kali yang dilaksanakan pada hari jumat. Bagi yang tidak berhalangan hadir,
karyawan wajib mengikutinya. Waroeng Preksu buka mulai jam 09.00 wib, setiap karyawan
yang shift pagi masuk jam 07.00 wib. Sebelum memulai rutinitas diawali dengan membaca
Al-Quran terlebih dahulu 10-15 menit kemudian berdoa bersama dan ditutup dengan doa juga.
Syarat-syarat menjadi karyawan di Waroeng Preksu yaitu Islam, sehat jasmani dan
rohani, dan bisa membaca Al-Quran. Dan juga bagi karyawan akhwat diwajibkan berjilbab
.Pengaruh atau manfaat yang dirasakan karyawan dalam menerapkan nilai-nilai religiusitas
dalam budaya kerja karyawan yakni mereka merasa menjadi lebih amanah dan lebih loyal
kepada perusahaan, merasa membutuhkan, nyaman dalam arti ramah beragama, dan budaya
hubungan antara atasan dan bawahan di Waroeng Preksu juga mengguanakan sistem
kekeluargaan sehingga tidak ada membeda-bedakan antara ikhwan-akhwat tetapi tetap ada
batas-batasnya.
Penerapan punishment pada budaya kerja karyawan di Waroeng Preksu yaitu SP 1 itu
peringatan. Bentuknya potongan gaji 50 ribu dan bersih-bersih waroeng. Hukuman atas
kesalahan seperti menghilangkan ayam/lalai dalam tanggungjawab, tidak jamaah ke masjid.
SP 2 potongannya 100/150 ribu. Pindah divisi/ bersih-bersih waroeng. Kesalahan seperti 1
bulan tidak hadir tanpa keterangan lebih dari 3 hari, ikhwan ketahuan merokok. SP 3
dikeluarkan. Kesalahan seperti pacaran, ketahuan diluar tidak berhijab, tertangkap polisi, dan
korupsi keuangan kantor.
Dalam penerapan program tersebut, kendala yang terjadi berasal dari individu masing-
masing dalam kesadaran menjalankan dengan baik. Solusinya bagi siapapun yang melanggar
SOP akan diberikan punishment. Ada tindakan jelas bukan didiamkan. Rencana juga intel
untuk memantau diluar.
Selain itu berdasarkan observasi, di Waroeng Preksu Yogyakarta pada setiap hari
Senin dan Kamis (bagi yang bepuasa) disediakan 50 porsi gratis. Begitu juga dengan hari
Jumat bagi yang membaca Q.S Al Kahfi, menu yang dihidangkan adalah ayam geprek dan es
teh atau es jeruk. Syarat bagi yang berhak menerima adalah kejujuran.
Waroeng Preksu Yogyakarta memiliki akun media sosial khususnya instagram yang
dijadikan sebagai peluang untuk meng-update menu-menunya yang bervariasi . Selain itu,
Waroeng Preksu Yogyakarta juga aktif memposting gambar/video yang berkonten dakwah
Islam. Selain dakwah melalui media sosial, Preksu juga memasang poster-poster yang berisi
dakwah di waroeng tersebut.
Bentuk nyata dari dakwah yang diterapkan oleh Preksu kepada karyawannya melalui
implementasi nilai-nilai religiusitas pada budaya kerja. Adanya penerapan nilai-nilai
religiusitas pada budaya kerja karyawan di Waroeng Preksu menjadi penekanan bahwa
dakwah bisa dilakukan melalui usaha/bisnis sehingga mampu mengembangkan kualitas
sumber daya manusia.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai religiusitas
dalam berbagai dimensi yang diimplementasikan melalui program-program keagamaan.
Program keagamaan meliputi dari program tadarus pagi, shalat berjamaah dimasjid wajib bagi
karyawan laki-laki, program berbagi, kajian rutin setiap jumat, halaqah tahsin Preksu, dan
tabligh akbar setiap pekan akhir bulan. Dalam implementasinya beberapa program telah
berjalan secara maksimal.
Implementasi nilai-nilai religiusitas berdampak pada budaya kerja karyawan yakni
sudah mampu mencapai tujuan dan manfaat budaya kerja. Selain itu juga berdampak pada
dimensi budaya kerja terkait sikap terhadap pekerjaan dan perilaku ketika bekerja yakni
menjadi lebih tanggung jawab dan amanah. Namun ada juga sedikit dampak yang cenderung
kurang baik yakni karena lamanya konsumen/pelanggan dalam menunggu datangnya
hidangan ketika break shalat meskipun sudah diantisipasi dengan pengumuman beberapa
menit sebelum adzan berkumandang, konsumen yang tetap membeli harus sabar menunggu
sehingga dari mereka merasa kurang terkait kepuasan pelayanannya.

G. SARAN
Dari hasil penelitian, perlu disampaikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi tim manajemen Waroeng Preksu Yogyakarta sebaiknya lenih mengoptimalkan lagi
program Halaqah Tahsin Preksu. Sebab mempelajari Al-Quran merupakan kewajiban
bagi setiap muslim maupun muslimah.
2. Sebaiknya tim manajemen merealisasikan rencana program Training Center dengan
harapan bisa menjadikan kualitas sumber daya manusia Waroeng Preksu Yogyakarta
menjadi lebih baik sehingga kepuasan konsumen akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai