Menara Enjiniring, Jalan Ciputat Raya No.123 Pondok Pinang, Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12310
Menara Enjiniring, Jalan Ciputat Raya No.123 Pondok Pinang, Kebayoran Lama,
Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12310
oleh :
Syarif Hidayatullah / 13115037
Heriansyah, M.T.
NIP: 198801192018031001
ii
LEMBAR PENGESAHAN PT. PLN ENJINIRING
Menara Enjiniring, Jalan Ciputat Raya No.123 Pondok Pinang, Kebayoran Lama,
Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12310
oleh :
Syarif Hidayatullah / 13115037
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktik di PT. Prima
Layanan Enjiniring dan dapat merampungkan laporan kerja praktik yang berjudul
“Evaluasi Peletakan Arrester Pada GI 150 kV Karet Lama”.
Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis tercinta Bpk.
Fajri dan Ibu Yunita Asmar; kakak tersayang Mutiara, Fanny mella, Faidil Ihsan
serta seluruh keluarga atas dukungan dan nasihat yang telah diberikan.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Pak Heriansyah ST., M.T, selaku dosen
pembimbing kerja praktik, Pak Rouf dan Pak Diwan selaku pembimbing kerja
praktik di PT. Prima Layanan Enjiniring yang telah memberikan motivasi dan
pembelajaran dengan penuh kesabaran juga membuka wawasan hingga proses
kerja praktik selesai.
Terima kasih kepada Pak Erwin selaku SDM dan Pak Rizal selaku
Manajer di PT. Prima Layanan Enjiniring yang telah banyak membantu terkait
proses administrasi. Terma kasih penulis ucapkan juga kepada teman senasib dan
seperjuangan kerja praktik yaitu sdr. Dzaky Hilmi dan sdr. Nugraha Triokta serta
kakak tingkat yang telah memberikan ilmu dan pemahaman kepada penulis.
iv
ABSTRAK
v
DAFTAR ISI
vi
BAB IV EVALUASI DAN PELETAKAN ARRESTER.......................................18
4.1 Gardu Induk 150 kV Karet Lama.................................................................18
4.2 Tegangan Pengenal Arreseter (UC)..............................................................22
4.3 Tegangan Kerja Arrester (UA)......................................................................23
4.4 Faktor Perlindungan......................................................................................23
4.5 Jarak Lindung Lightning Arrester Terhadap Transformator.........................24
4.6 Tegangan Terpa Tertinggi Tranformator Berdasarkan Lokasi Arrester........25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................31
5.1 Kesimpulan...................................................................................................31
5.2 Saran.............................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. x
vii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 1. Logo PLN Enjiniring..............................................................................6
Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Prima Layanan Nasional Enjiniring................7
Gambar 3. Menara PT.Prima Layanan Nasional Enjiniring....................................8
Gambar 4. Ilustrasi sambaran petir..........................................................................9
Gambar 5. Ilustrasi sambaran petir pada SUTT.....................................................10
Gambar 6. Ilustrasi sambaran petir pada kawat tanah............................................11
Gambar 7. Ilustrasi sambaran petir pada kawat fasa..............................................11
Gambar 8. Bentuk gelombang impuls petir standar...............................................12
Gambar 9. LA ABB EXLIM P150 BAY TRAFO 3 CG PAULES 60 MVA..........15
Gambar 10. Kontruksi arrester jenis katup............................................................16
Gambar 11. Tabel Kemampuan Isolasi Peralatan..................................................17
Gambar 12. Single Line GI 150 kV Karet Lama...................................................18
Gambar 13. Transformator 1 ABB.........................................................................25
Gambar 14. Transformator 2 UNINDO.................................................................26
Gambar 15. Transformator 3 CG PAULES............................................................26
Gambar 16. Transformator X.................................................................................27
Gambar 17. Transformator 1 ABB.........................................................................28
Gambar 18. Transformator 2 UNINDO.................................................................28
Gambar 19. Transformator 3 CG PAULES............................................................29
Gambar 20. Transformator X.................................................................................29
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses tegangan lebih petir pada gardu induk
2. Bagaimana cara kerja lightning arrester
3. Menentukan jarak lindung arrester pada peralatan
4. Melakukan analisa berdasarkan letak arrester menggunakan rumus empiris
I.3 Tujuan
Adapun tujuan mahasiswa melaksanakan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah ilmu dan wawasan mengenai ilmu teknik elektro di bidang
transmisi dan distribusi tenaga listrik
2. Memahami proses tegangan lebih yang disebabkan oleh terpa petir pada
gardu induk
3. Melakukan analisa studi untuk meningkatkan keandalan Lightning
Arrester dengan cara menghitung jarak lindung dan mengevaluasi
peletakkannya terhadap transformator
4. Membandingkan hasil analisis terhadap keadaan di lokasi
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
3
4. Menjalankan kegiatan perindustrian perangkat keras dan perangkat lunak
bidang ketenagalistrikan dan peralatan lain yang terkait dengan tenaga
listrik, Melakukan kerja sama dengan badan lain atau pihak lain atau
badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik dari dalam negeri
maupun luar negeri di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi
dan informasi yang berkaitan dengan ketenagalistrikan.
4
jasa konsultasi enjiniring
informasi teknologi
pendidikan dan pelatihan
serta penelitian dan pengembangan
VISI
Menjadi perusahaan enjiniring ketenagalistrikan terkemuka di Asia yang
tumbuh berkembang dan memenuhinharapan stakehoder.
MISI
Menyediakan solusi enjiniring terpadu dibidang ketenagalistrikan.
mengembangkan bisnis EPC, IPP dan O&M di bidang ketenagalistikan.
meningkatkan kompetensi enjiniring ketenagalistrikan. meningkatkan
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
MOTO Perusahaan
Your Best Engineering Partner
5
2.4 Lambang / Logo PT. Prima Layanan Nasional Enjiniring
Bentuk Logo
Secara visual bentuk maupun lambang logo PT PLN Enjiniring adalah 'stilasi'
atau olahan bentuk kilat yang memiliki makna ketenagalistrikan. Bentuk kilat
dirancang dengan lebih dinamis dan memiliki visi kedepan, sehingga bentuk
yang dinamis dan futuristik ini akan memberikan semangat kepada SDM yang
handal yang dimiliki oleh PT PLN Enjiniring untuk meningkatkan serta
memuaskan pelanggan dari segi waktu, biaya maupun kualitas pelayanan
Warna Merah
Melambangkan kedinamisan, bagaikan api yang tidak pernah padam
Warna Kuning
Memiliki makna semangat untuk selalu bekerja dan berkarya demi memajukan
Perusahaan dan selalu berusaha memuaskan pelanggan
Warna Biru
Lebih memberi makna kematangan serta profesional dalam setiap pekerjaan
6
2.5 Struktur Organisasi PT. Prima Layanan Nasional Enjiniring
Adapun struktur organisasi perusahaan seperti Gambar 2 berikut ini :
7
dan Spesialis Manajemen Enjiniring - Koordinasi
Komisioning - Pemeriksaaan terakhi - Dokumentasi -
Garansi dan uji pengoperasian - koordinasi Intergrasi.
Pengaturan Proyek - pengawas proyek - Koordinasi K3
4. Operasi Optimasi proses - Lingkungan , manajemen mutu dan
risiko - jadual pemeliharaan - Optimasi penyebaran -
Sistem informasi, Operasi, Manajemen dan Lingkungan
5. Konsultansi Analisa pasar - Studi tarif - Pengembangan proyek.
Bisnis Strategi dan organisasi - pemodelan keuangan -
Manajemen proyek - Uji kelayakan - solusi IT
BAB III
TEORI DASAR
8
3.1 Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan tegangan lebih atau overvoltage adalah latar belakang dari
lightning arrester bekerja, gangguan ini sering terjadi pada gardu induk, ada
beberapa penyebab gangguan tersebut bisa terjadi, berdasarkan standard IEC
Overvoltage diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Lightning Overvoltage (Surja Petir)
2. Switching Overvoltage (Surja hubung)
3. Temporary Overvoltage (temporer)
9
Gambar 5. Ilustrasi sambaran petir pada SUTT
Gangguan tegangan lebih pada surja petir terbagi menjadi dua yaitu sambaran
langsung dan sambaran tak langsung.
10
Gambar 6. Ilustrasi sambaran petir pada kawat tanah
11
3.1.2 Tegangan lebih akibat surja hubung
Bila gangguan tegangan lebih akibat surja petir berhubungan dengan alam
yaitu faktor eksternal, maka gangguan pada surja hubung dikarenakan faktor
internal karena pelepasan beban dari suatu peralatan pensaklaran umumnya
dilakukan oleh Circuit Breaker/(CB) ketika penutupan dan pembukaan pada
hantaran (switching) atau terjadinya pelepasan pada trafo beban nol. Peristiwa
tersebut mengakibatkan gejala transien yang mengakibatkan terjadinya tegangan
lebih hubung.
3.2 Bentuk Gelombang Arus Petir
Bentuk gelombang arus petir akan mengganbarkan besaran arus serta
kenaikan arus dan durasi gelombang arus petir terjadi. K.Berger telah melakukan
pengamatan terhadap arus petir dan didapatkan adanya perbedaan bentuk
gelombang arus petir satu sama lain. Perbedaan tersebut menimbulkan perbedaan
standar gelombang arus petir di beberapa negara seperti Jerman (VDE), Jepang
(JIS) dan standar internasional mengacu pada International Electrotechnical
Commission (IEC).
12
3.3 Perlindungan Gardu Induk Terhadap Petir
Gardu induk merupakan pusat listrik yang menyalurkan konsumsi tenaga
listrik melalui saluran udara transmisi distribusi. Saluran udara rawan terhadap
sambaran petir yang menghasilkan gelombang berjalan (surja tegangan) yang
dapat masuk ke pusat listrik. Untuk mengatasi hal tersebut di dalam pusat listrik
harus terpasang lightning arrester yang berfungsi menangkal gelombang berjalan
dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat listrik.
Penggunaan kawat tanah pada hantaran udara dan pada gardu memberikan
perlindungan yang cukup baik dari sambaran petir yang bisa menyebabkan over
voltage pada hantaran, akan tetapi tidak cukup baik untuk melindungi gelombang
berjalan menuju peralatan di gardu terlebih jika pada hantaran terjadi
backflashover karena itu arrester harus terdapat pada gardu.
Lightning arrester memiliki tegangan kerja pada tegangan di atas tegangan
operasi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan akan berhenti
beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi over
current pada tegangan operasi.
Tingkat isolasi dasar/(TID) arrester harus berada di bawah tingkat isolasi
transformator agar apabila sampai terjadi flashover, maka diharapkan terjadi pada
arrester dan tidak pada transformator. Transformator adalah bagian pusat listrik
yang paling mahal dan rawan terhadap sambaran petir. Selain itu, apabila terjadi
kerusakan transformator, maka daya dari pusat listrik yang akan di salurkan akan
terganggu.
13
yang keluar dari pusat listrik merupakan bagian instalasi pusat listrik yang paling
rawan sambaran petir dan karenanya harus diberi lightning arrester. Selain itu,
lightning arrester harus berada di depan setiap transformator dan harus terletak
sedekat mungkin dengan transformator. Hal ini perlu karena surja petir yang
merupakan gelombang berjalan menuju transformator akan melihat transformator
sebagai suatu ujung terbuka (karena transformator mempunyai isolasi terhadap
bumi / tanah) sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat dengan
gelombang yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal ini, lightning arrester
harus dipasang sedekat mungkin dengan transformator.
Jika sebuah gelombang berjalan yang ditimbulkan oleh sambaran Petir
menuju ke transformator maka transformator akan lebih bersifat sebagai rangkaian
kapasitif dari pada rangkaian induktif. Surja petir mempunyai muka gelombang
yang sangat curam, sehingga dalam waktu yang sangat pendek tidak mungkin arus
mengalir pada induktansi yang berharga besar dari gulungan transformator. Tetapi
terdapat kapasitansi antara gulungan transformator ke inti besi dari transformator,
hal ini menyebabkan transformator bereaksi sebagai beban kapasitif terhadap
gelombang berjalan yang disebabkan tegangan lebih Petir. Jika terpa datang dan
menimbulkan tembusnya isolasi pada transformator maka transformator akan
mengalami gangguan dan proses penyaluran energi listrik ke masyarakat akan
mengalami gangguan.
14
sambaran surja arrester akan meneruskan surja pada peralatan sampai nilai
tegangan kerjanya telah tercapai maka arrester akan bekerja dan langsung
meneruskan arus surja menuju tanah, sebelum CB dan DS terbuka untuk
menghindari pemutusan arus listrik.
15
1. Harga tahanan turun cepat saat arus terpa mengalir sehingga tegangan
antara terminal arrester tidak terlalu besar
2. Harga tahanan naik saat arus terpa sudah lewat sehingga membatasi
follow current dari power frequency voltage
3. Sela api / spark gap dan tahanan disusun secara seri didalam wadah
porselen yang kedap air sehingga terlindungi dari kelembaban kotor dan
hujan.
Metode pengamanan pada arrester ini adalah ketika terjadi surja petir dan
sela arrester akan terpercik maka akan ada arus masuk yang cukup besar pada
arrester. Karena resistor yang digunakan adalah resistor tak linier, maka ketika
awal surja nilai tahanan akan mengecil karena arus yang membesar. Hal ini akan
membatasi tegangan maksimal pada terminal arrester, namun ketika arus mulai
turun maka tahanan resistor membesar, sehingga arus susulan dapat dihambat oleh
nilai tahanan yang besar ini.
16
3.3 Tingkat Isolasi Dasar (TID/BIL)
17
BAB IV
EVALUASI PELETAKAN ARRESTER PADA GI 150 KV KARET
LAMA
18
Tabel 2. Jenis Arrester Pada Trafo GI Karet
NO. MERK/TYPE TEGANGAN
1 ABB EXLIM P 150 AH170 150 KV
2 ABB EXLIM P 150 AH170 150 KV
Untuk menganalisa jarak yang optimal dari arrester menuju transformator maka
harus mengetahui tegangan pengenal arrester, koefisien tanah dari sistem
pentanahan, tegangan kerja arrester dan menentukan kecuraman gelombang terpa.
19
Tabel 5. Tabel Refrensi Maximum Impulse Sparkover Test Voltages
20
21
4.2 Tegangan Pengenal Arreseter (UC)
22
Adapun menentukan koefisien pentanahan bisa dilihat dari grounding
sistem gardu tersebut, pada umumnya jika sistem diketanahkan langsung maka
bernilai 0,8 dan 1,0 jika tidak diketanahkan langsung. Adapun koefisien
pentanahan bernilai 0,81 maka dengan rumus diatas didapat harga UC = 133,65 kV
23
Fp = 650 – 506 = 22%
4.5 Jarak Lindung Lightning Arrester Terhadap Transformator
Ketika GI mengalami gangguan tegangan lebih akibat surja petir
gelombang terpa akan berjalan menuju gardu melalui saluran udara maka tugas
arrester untuk memotong amplitudo gelombang tersebut sebesar tegangan kerja
arrester. Untuk mengetahui jarak lindung yang optimal dari suatu arrester maka
digunakan rumus empiris yaitu:
Ut = UA + 2 × ..............................................................................................(4)
L =
Dimana,
Ut = Tegangan gelombang datang ke transformator (kV)
UA = Tegangan kerja arrester (kV)
du/dt = Kecuraman gelombang (kV/µs)
v = kecepatan gelombang berjalan
(300m/µs)
L = Jarak antara arreseter dan transformator (m)
L =
= 26,38 m
24
4.6 Tegangan Terpa Tertinggi Tranformator Berdasarkan Lokasi Arrester
Gelombang terpa yang datang menuju transformator akan dipotong sesuai
dengan tegangan kerja arrester, akan tetapi arrester bekerja setelah tegangan kerja
terlampaui yang berarti ada gelombang terpa tertinggi yang diterima transformator
sebelum arrester bekerja. Gelombang terpa tersebut tidak boleh melebihi dari BIL
transformator karena bisa merusak transformator. Besarnya gelombang terpa yang
datang dipengaruhi oleh jarak antara arrester dan transformator.
25
Gambar 14. Transformator 2 UNINDO
26
Gambar 16. Transformator X
Pada jarak 6,8,25 meter transformator 1-3 terpa mencapai trafo pada waktu
27
hanya menganalisa suatu besaran tegangan gelombang terpa datang dari suatu
jarak pada satu bay atau line dari suatu transmisi yang terhubung dengan
transformator.
28
Gambar 18. Transformator 2 UNINDO
29
Gambar 20. Transformator X
Data perhitungan dari gambar diatas terlihat bahwa semakin besar jarak antara
arrester dan transformator maka semakin besar pula tegangan terpa yang di
terima transformator, pengujian dengan Transformator X yang di asumsikan
memiliki jarak yang melebihi jarak minimum arrester akan mengakibatkan
tegangan gelombang terpa yang diterima transformator melebihi dari BIL
transformator itu sendiri yaitu dengan gelombang terpa datang sebesar 654,4 kV
dari BIL transformator sebesar 650 kV.
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
31
3. Jarak lindung arrester terhadap transformator sebesar 26,38 meter nilai
tersebut didapat menggunakan rumus empiris. Semua transformator pada
gardu berada pada jarak lindung dengan jarak terjauh sepanjang 25 meter
pada Transformator 3 CG PAULES.
4. Terpa akan mencapai waktu yang sama untuk mencapai tegangan kerja
maka arrester akan bekerja secepat mungkin dengan asumsi memiliki
selang waktu yang sama dengan terpa mencapai tranformator ditinjau
menggunakan rumus empiris gelombang terpa yang diterima
Transformator 1 ABB sebesar 503,2 kV Transformator 2 UNINDO 517,6
kV Transformator 3 CG PAULES 640 kV. Ketiga transformator pada
Gardu Induk Karet lama dalam posisi aman pada jarak lindung arrester
dimana tegangan terpa puncak yang diterima transformator tidak melebihi
BIL transformator. Untuk perbandingan dengan Transformator X dengan
panjang 27 meter melebihi batas minimum jarak arrester sebesar 26,38
meter dengan gelombang terpa yang diterima sebesar 654,4 kV yang
sudah melebihi BIL transformator sebesar 650 kV.
5.2 Saran
1. Untuk pengembangan penelitian dianjurkan menggunakan sumber data
primer menggunakan analisa yang lebih mendalam dan bisa diaplikasikan
pada jaringan transmisi lainnya.
2. Untuk menghindari masalah-masalah kerusakan akibat gangguan tegangan
lebih, sebaiknya pengecekan alat harus diadakan secara rutin karena jika
arrester pada transformator tidak berfungsi. ditinjau berdasarkan bay CSW
transformator tidak berada pada jarak lindung arrester.
32
DAFTAR PUSTAKA
x
C-1