Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM DINAMIS

Tujuan :
Mahasiswa diharapkan mampu :
− Mengetahui teknik optimasi dari serangkaian kegiatan yang berurutan
− Mengetahui contoh kasus problema yang dapat diselesaikan dengan program
dinamis
− Mengetahui cara pengambilan keputusan dari serangkaian kegiatan yang
berurutan
− Memformulasikan dan menyelesaikan persoalan-persoalan program dinamis

Pokok Bahasan
− Pendahuluan
− Contoh Prototype
− Karakteristik Persoalan Program Dinamis
− Kategori Persoalan Program Dinamis
− Soal-soal dan pemecahan persoalan program dinamis

1
I. PROGRAM DINAMIS

I.1. Pendahuluan
Program Dinamis (PD) adalah suatu teknik dalam metode kuantitatif yang
berguna dalam menentukan urutan keputusan yang saling berhubungan. PD
memberikan prosedur yang sistematis dalam menentukan kombinasi keputusan-
keputusan yang memaksimumkan efektifitas sistem secara keseluruhan.
Berbeda dengan program linier, PD tidak mempunyai formulasi yang standar untuk
persoalan-persoalannya. PD merupakan suatu pendekatan yang sifatnya umum dalam
memecahkan persoalan-persoalan yang ada, dan persamaan-persamaan khusus yang
digunakan harus dikembangkan sesuai dengan permasalahannya. Oleh karena itu perlu
diketahui struktur umum dari persoalan-persoalan PD untuk dapat mengenali apakah
suatu persoalan dapat diselesaikan dengan prosedur PD serta bagaimana
memecahkannya.
I.2. Contoh Prototype
Suatu persoalan dibuat khusus untuk mengilustrasikan dan memperkenalkan
terminologi PD, yaitu persoalan penentuan rute terpendek dari suatu tempat (kota A)
asal tempat (kota J) tujuan dengan melalui kota-kota lain (lihat gbr).

Bila jarak antar kota adalah seperti tertera pada tabel, rute mana yang harus dipilih.

2
I.3. Karakteristik Persoalan Program Dinamis
Persoalan penentuan rute terpendek adalah prototype persoalan PD dan dibuat
sebagai ilustrasi untuk memahami persoalan-persoalan PD. Salah satu cara untuk
mengenali suatu permesalahan yang dapat diformulasikan ke dalam persoalan PD
adalah dengan memperhatikan struktur dasarnya yang analog dengan persoalan rute
terpendek tersebut.

Karakteristik persoalan PD adalah :


a). Persoalan dapat dibagi dalam tahapan-tahapan (stage), dan suatu kebijakan harus
dibuat pada setiap tahapan tersebut. Persoalan penentuan rute terpendek dibagi menjadi
4 tahap, yaitu bagain-bagian perjalanan. Kebijakan yang diambil untuk setiap tahapan
adalah tujuan perjalanan (pada bagian yang bersangkutan). Persoalan-persoalan PD
yang lain juga menentukan urutan keputusan yang saling berhubungan seperti ini.

b). Pada setiap tahap tersdapat status-status (state). Status-status pada setiap tahap pada
contoh di atas adalah kota-kota yang dapat dilalui dalam setiap tahapan perjalanan.
Secara umum status adalah kondisi sistem yang dapat terjadi pada suatu tahapan
tertentu. Jumlah status ini dapat terbatas (finite, seperti pada contoh prototype tersebut),
atau tak terbatas (infinite).

c). Efek dari setiap kebijakan yang diambil pada setiap tahap adalah
mentransformasikan status yang ada ke status yang berkaiatn pada tahap berikutnya.
Keputusan yang diambil untuk menuju state (kota) berikutnya dalam contoh di atas
akan menyebabkan perpindahan dari suatu kota ke kota lain dalam rangkaian perjalanan
dari kota J.

Hal ini menyebabkan persoalan-persoalan PD dapat diinterpretasikan sebagai persoalan


network yang terdiri atas kolom-kolom yang berisi simpul-simpul. Setiap kolom
menyatakan tahap, sehingga aliran dari suatu simpul hanya dapat menuju ke simpul-
simpul pada kolom di sebelah kanannya.

Jika memang kasusnya demikian maka tujuan dari persoalan ini adalah menentukan
rute terpendek /terpanjang dari suatu network.

d). Adanya suatu hubungan rekrusif yang mengidentifikasikan kebijakan optimum dari
setiap status pada tahap ke-n dengan menggunakan kebijakan optimum setiap status

3
pada tahap ke n+1. menurut metode PD pertama-tama dicari penyelesaian optimum dari
bagian kecil problema tersebut. Kemudian bagian kecil dari problema secara sistematis
diperbesar dan dicari penyelesaian optimumnya. Demikian seterusnya sehingga
problema secara keseluruhan telah terselesaikan. Penyelesaian yang demikian disebut
recursion.

e). Dengan menggunakan relasi rekursif prosedur untuk mendapatkan solusi persoalan
PD lebih mudah dimulai dari penentuan kebijakan optimal dari setiap status yang ada
pada tahap terakhir atau perhitungan dilakukan secara mundur (backward computation
system). Menurut cara ini pertama-tama dihitung besarnya nilai yang timbul pada tahap
terakhir. Perhitungan pada stage terakhir ini disebut sebagai problema 1-stage.
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai yang timbul pada 2 stage terakhir, yang
disebugt problema 2 stage. Demikian seterusnya sehingga yang terakhir adalah
perhitungan nilai yang timbul pada seluruh stage yang ada yang disebut sebagai
problema N-stage. Perhitungan ini dapat dijelaskan dengan diagram di bawah ini.
X1 Xn Xn+1 XN

S1 Tahap S2 Sn Tahap Sn+1 Tahap Tahap


l 1 n n+1 N

g1 g2 g3 g4
1-tahap
2 tahap
3-tahap
4-tahap

Variable keputusan Xn (n = 1, 2, … N) adalah state yang terpilih pada stage n.


- fn (Sn, Xn) = total jarak/ biaya pada stage n.
- X*n = harga dari Xn yang memberikan fn(sn,xn) yang optimum yaitu f*n(Sn, Xn)
,
maka f*n(Sn,Xn). = fn (Sn,X*n).
Problema 1-stage : f*N (SN, XN) = gN(SN,XN)

4
Problema 2-stage : f*N-1 (SN-1, Xn-1) = Opt fn-1(sn-1,xn-1)
= Opt gN-1(SN-1, XN-1), f*N(SN, XN)
Problema n-stage : f*n (Sn, Xn) = Opt fn(Sn,Xn)
= Opt gn(Sn, Xn) + f*n+1(Sn+1,Xn+1)
Problema 1-stage : f*1(S1, X1) = Opt f1(S1, X1)
= Opt g1(S1,X1) + f*2(S2, X2)

I.4. Kategori Persoalan Program Dinamis

Persoalan PD dapat dikategorikan berdasarkan :

a). Perpindahan Status Sistem :

➢ Persoalan yang bersifat deterministik, yakni bila perpindahan dari suatu status
sistem (pada tahp yang ada) ke status sistem lain (pada tahap berikutnya) secara
pasti dapat dilakukan bila keputusan untuk perpindahan tersebut memang
dimungkinkan.

➢ Persoalan yang bersifat probabilistik, yakni bila peralihan dari suatu status
sistem ke status sistem pada tahap berikutnya ditentukan melalui suatu distribusi
probabilitas.

b). Jenis variable status sistem :

➢ Diskrit

➢ Kontinu

c). Jumlah Tahapan (stage)

➢ Terbatas (Finite)

➢ Tak terbatas (infinite)

I.5. Soal-soal dan Pemecahan Persoalan Program Dinamis

Pertama akan dibahas persoalan rute terpendek pada contoh prototype yang telah
diuraikan sebelumnya.

5
Penyelesaian

Problema di atas terdiri dari 4 tahap (stage) pemilihan kota yang diperlukan untuk
mencapai kota tujuan (kota J) dari tempat pemberangkatan (kota A), yakni :

− Tahap I, dari kota A ke kota-kota B, C, atau D

− Tahap II, dari kota B, C atau D ke kota E, F atau G

− Tahap III, dari kota-kota E, F atau G ke kota H atau I

− Tahap IV, dari kota-kota H atau I ke kota J

Salah satu cara untuk memperoleh solusi persoalan ini adalah dengan cara coba-coba.
Akan tetapi bila persoalannya cukup besar. Cara penyelesaian seperti ini akan sangat
merepotkan. PD memberikan solusi dengan perhitungan yang jauh lebih sedikit
dibandingkan cara coba-coba tersebut.

PD dimulai dengan sebagian kecil dari persoalan yang dihadapi dan menentukan solusi
optimalnya. Kemudian secara bertahap persoalan tersebut diperbesar dan dicari solusi
optimalnya berdasarkan solusi optimal dari bagian sebelumnya. Demikian seterusnya
sampai persoalan secara utuh terselesaikan. Secara rinci, penyelesaian contoh soal di
atas dengan menggunakan PD sbb :

a). Variabel Xn (n = 1, 2, 3, 4) adalah tujuan yang dapat dicapai pada tahap ke-n. Jadi
rute yang dilalui adalah A → X1 → X2 → X3 → X4 , dimana X4 = J.

b). Fn (Sn,Xn) adalah jarak total dari kebijaksanaan terbaik yang terdapat pada tahap-
tahap yang harus ditempuh, dari kota S menuju kota Xn. Untuk nilai-nila S dan n
tertentu yang ada, X*n adalah nilai Xn yang memberikan fn (sn, xn) terkecil, dan f*n(S)
adalah nilai Fn (Sn,Xn) yang minimum tersebut. Jadi f*n (Sn,Xn) = fn (Sn,X*n). Tujuan
yang ingin dicapai adalah mendapatkan f*(1) dan rute yang harus ditempuh. PD
mendapatkan f*(1) dan rute tersebut dengan menentukan secara berturut-turut f*4
(S4,X4), f*3 (S3,X3), f*2 (S2,X2) dan kemudian f*1 (S1,X1).

c). Bila perjalanan yang harus ditempuh hanya tinggal satu tahap saja, maka rutenya
secara keseluruhan hanya ditentukan oleh tujuan (kota) terakhir saja. Sehingga untuk
keadaan ini dapat ditulis :

6
S4 F4*(s4,x4) X4*
X4

H 3 J

I 4 J

d). Bila perjalanan yang masih harus ditempuh masih 2 tahap, maka solusinya
memerlukan beberapa perhitungan. Sebagai contoh dari kota E perjalanan dapat
diteruskan ke kota H (dengan jarak g EH = 1) atau ke kota I (dengan jarak g EI = 4). Bila
dipilih kota H, maka tambahan jarak minimum yang harus ditempuh (setelah sampai ke
kota H dan dilanjutkan ke kota J) adalah 3, sehingga jarak yang harus ditempuh untuk
keputusan tersebut adalah 1+3 = 4.

Demikian pula halnya bila dipilih kota I sebagai tujuan, jarak yang harus ditempuh
adalah 4+4 = 8. oleh karena itu pilihan terbaik adalah kota H, x*3 = 8, sebab pilihan ini
memberikan jarak total yang minimum, f*3 (E) = 4.

Dengan cara yang sama dapat ditentukan pula jarak yang harus ditempuh dari kota F
dan G. Dengan demikian solusi persoalan 2 tahap adalah :

Problema 2-stage

S3 f(s3,x3) = g3(s3,x3) + f4* X3*


X3 f3*
H I

E 4 8 4 H

F 9 7 7 I

G 6 7 6 G

e). Solusi persoalan 3 tahap dapat diperoleh dengan cara yang sama dan hasil
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Problema 3-stage

X3 f 2(S2,X2)= g2(S2,x2) + f3* f2* X2*

7
S2 E F G

B 11 11 12 11 E,F

C 7 9 10 7 E

D 8 8 11 8 E,F

f). Dari persoalan 3 tahap di atas, maka persoalan selanjutnya adalah persoalan 4 tahap,
yaitu telah mencakup seluruh persoalan. Jarak total minimum dari kota A ke kota-kota
B, C atau D sebagai kebijakan optimal adalah jarak dari tahap pertama ini ditambah
dengan jarak minimum dari B, C atau D ke kota-kota berikutnya, sehingga solusi
persoalan 4 tahap ini adalah :

Problema 4-stage

X1 f 1(S1,X1)= g1(S1,x21 + f3*


S1 12* X1*
B C D

A 13 11 11 11 C,D

Solusi optimum dari persoalan rute terpendek ini adalah keputusan bahwa dari
pemberangkatan kota A perjalanan berikutnya kota C atau D.

Jika kota C dipilih sebagai tujuan pertama, yakni x*2 = E; dan dari hasil ini persoalan 2
tahap memberikan nilai x*3 = H untuk s = E. Yang terakhir persoalan 1-tahap
memberikan x*4 = J untuk S4 = H.

Jika kota D dipilih sebagai tujuan pertama, yakni x*1 = D, maka ada 2 rute optimum
yang dapat dipilih, yaitu A → D → E → H → J dan A → D → F → I → J masing-
masing dengan jarak total minimum f*2 = 11.

2. Seorang pedagang memiliki 4 toko, telah membeli 6 keranjang buah untuk dijual di
masing-masing tokonya. Si pedagang ingin mengetahui bagaimana cara terbaik untuk
mengalokasikan buah yang telah dibelinya kepada 4 toko yang dimilikinya agar
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

8
Tabel di bawah ini memperlihatkan total keuntungan (dalam ratusan ribu rupiah) yang
diharapkan pada masing-masing toko apabila dialokasikan berbagai jumlah keranjang.

Jumlah Besar keuntungan yang diharapkan (ratusan ribu rupiah)

Keranjang Toko 1 Toko 2 Toko 3 Toko 4

1 4 2 6 2

2 6 4 8 2

3 7 6 8 4

4 7 8 8 4

5 7 8 8 4

6 7 8 8 4

Permasalahannya berapa keranjang yang harus dialokasikan pada masing-masing toko


agar keuntungan maksimal.

Penyelesaian

Problema di atas dapat dipandang sebagai problema dinamis dengan 4 stage yaitu sesuai
dengan banyaknya toko, sebagai state atau variabel keputusan adalah jumlah keranjang
yang harus dialaokasikan pada tiap stage.

Secara diagram dapat digambarkan sbb :

X1 X2 X3 X4

S1 S2 Sn S3 S4 S5
Tahap Tahap Tahap Tahap
1 2 3 4

g1 g2 g3 g4

Jumlah keranjang yang akan dialokasikan sebanyak 6 unit dinyatakan sebagai S 1 = 6.


dari jumlah yang 6 keranjang ini, sebagian dialokasikan ke toko 1 dan sisa yang belum
dialokasikan ini adalah sebanyak S2. Sebagian dari S 2 ini akan dialokasikan pula pada
toko 2 sehingga sisanya tinggal S3. kemudian sebagian dari S3 ini dialokasikan pula

9
pada toko 3 sehingga sisanya tinggal S4 keranjang. Sisa sebesar S4 keranjang
seluruhnya dialokasikan ke toko 4. oleh karena seluruhnya telah teralokasi maka S 5 =
0.

Pada persoalan ini sebagai stage adalah toko dan sebagai stae atau variabel keputusan
adalah jumlah keranjang yang harus dialokasikan dalam setiap stage.

Misalkan :

Xn (n= 1,2,3,4) = decision variable (variabel keputusan) pada stage n

pn (n= 1,2,3,4) = keuntungan yang diperoleh pada stage n

sn(n=1,2,3,4)= banyaknya keranjang yang masih tersisa untuk dialokasikan


pada stage berikutnya

fn (Sn, Xn) = total keuntungan

Formulasi model matematik dari problem ini adalah sbb :

Misalkan pi xi adalah besarnya keuntungan yang diperoleh apabila xi keranjang


dialokasikan kepada toko I, maka sebagai tujuan adalah memilih x 1, x2, x3 dan x4 agar
total keuntungan sebesar-besarnya secara matematis dapat ditulis:

4
F.Tujuan : Maks.  pi( Xi)
1=1

4
F.Pembatas :  Xi = 6
1=1

Dan i adalah bilangan bulat positip.

Total keuntungan adalah :

4 4
fn (Sn, Xn) = pn(X n) +  pi( Xi)
1=1
dan  Xi = 1
1=1

f (S ) = Maks f (S , X ) ,
*
Karena n n n
n n

10
f (S , X ) = Maksp ( X f (S − X )
* *
Maka )+
n n n n n n +1 n n

Problema 1 stage

f*4(S4) = Maks { p4(x4)}

Optimasi keuntungan yang dapat diperoleh dari toko 4 (stage 4) pada berbagai jumlah
keranjang yang mungkin ditawarkan. Andaikata jumlah keranjang tidak ada yang
tersisa untuk dialokasikan di toko 4 berarti semuanya telah dialokasikan pada toko-toko
sebelumnya, maka keuntungan yang diperoleh pada toko 4 ini adalah nol. Tetapi apabila
masih ada tersisa 1, maka keuntungan yang diperoleh adalah 2. Dengan cara yang sama
akan dapat diketahui besarnya keuntungan dari toko 4 bila banyak keranjang yang
masih tersisa pada toko ini adalah 2, 3, 4, 5, dan 6 seperti terlihat dalam tabel berikut :

X4 f*4(S4) X*4

S4

0 0 0

1 2 1

2 3 2

3 4 3

4 4 4

5 4 5

6 4 6

Problema 2-stage
Problema 2-stage ini adalah pengalokasian jumlah keranjang kepada toko 3 dan toko 4.
Secara matematis dapat ditulis :

11
Pada S3 = 0, f*3(s3,x3) = 0. Tetapi apabila masih ada satu keranjang lagi yang akan
dialokasikan pada toko 3 dan toko 4 dan pada toko 3 dialokasikan nol keranjang berarti
pada toko 4 dialokasikan 1 keranjang. Dengan cara ini total keuntungan yang akan
diperoleh dari kedua toko ini adalah 0+2 = 2. Alternatif lain adalah dari 1 sisa keranjang
tersebut, 1 keranjang dialokasikan pada toko 3, yang berarti kepada toko 4 dialokasikan
sebanyak nol keranjang. Denagn cara ini total keuntungan yang diperoleh dari toko 3
dan toko 4 adalah 6+0 =6. Kedua alternatif ini dapat ditulis :

Pada s3 = 1, maka f*3(s3,x3) = Maks (0+2), (6+0) = 6

Karena keuntungan maksimum yaitu 6 diperoleh pada alternatif kedua, maka f*3(s3,x3)
= 6 dan x*3 = 1.

Dengan cara yang sama dapat pula diperoleh cara pengalokasi yang akan memberikan
keuntungan maksimum pada kedua toko ini apabila s3 = 2, 3, 4, 5 dan 6. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

X3 f3 (S3,X3)= p3(X3) + f*3 (S3-X3) f3(S3) X*3

S3 0 1 2 3 4 5 6

0 0 0 0

1 2 6 6 1

2 3 8 8 8 1, 2

3 4 9 10 8 10 2

4 4 10 11 10 8 11 2

5 4 10 12 11 10 8 12 2

6 4 10 12 12 11 10 8 12 2,3

Problema 3-stage

12
Problema 3-stage adalah pengalokasian jumlah keranjang pada toko 2, toko 3 dan toko
4. Bila untuk ketiga toko ini masih tersisa nol keranjang, atau dengan kata lain seluruh
keranjang dialokasikan pada toko 1, maka besarnya keuntungan yang akan diperoleh
dari ketiga toko ini adalah nol. Jadi pada s2 = 0, maka :

F2(S2,X2) = p2 (X2) + f*3(S3) = 0 + 0 = 0.

Bila ada sisa keranjang (S2 = 1) maka ada 2 cara untuk mengalokasikan keranjang ini,
yaitu kepada toko 2 dialokasikan 1 keranjang dan kepada toko 3 dan toko 4 tidak ada
atupun kepada toko 2 tidak dialokasikan tetapi kepada toko 3 dan toko 4 sebanyak 1
keranjang. Menurut altenatif pertama besarnya keuntungan dapat diperoleh dari ketiga
toko ini adalah 2+0 = 2, dan alternatif kedua memberikan keuntungan sebesar 0+6 = 6.
Karena keuntungan terbesar diperoleh pada alternatif kedua pada S2 = 1, maka
F*2(S2,X2) = 6 dan X*2 = 0. Selanjutnya besarnya keuntungan dai ketiga toko ini pada
S2 = 2, 3, 4, 5, dan 6 dapat dihitung dengan cara yang sama, hasil lengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut :

X2 F2 (S3,X2)= p2(X2) + f*2(S2-X2) X*2


f*2(S2)
S2 0 1 2 3 4 5 6

0 0 0 0

1 6 2 6 0

2 8 8 4 8 0, 1

3 0 0 10 6 10 0,1, 2

4 1 12 12 12 8 12 1,2,3

5 2 13 14 14 14 9 14 2,3,4

6 2 14 15 16 16 15 0 16 3,4

13
Problema 4-stage

Problema 4-stage adalah pengalokasian seluruh keranjang kepada toko 1, 2, 3, dan 4.


Apabila pada toko 1 tidak ada dialokasikan keranjang berarti pada toko 2, 3, dan 4 harus
dialokasikan keenam keranjang buah tersebut. Cara ini memberikan total keuntungan 0
+ 16 = 16. jika hanya 1 keranjang dialokasikan kepada toko 1 maka sisanya 5 keranjang
dialokasikan kepada toko 2, 3, dan 4. Besarnya keuntungan yang diperoleh dengan cara
ini adalah 4 + 14 = 18. Dengan cara yang sama dapat dihitung total keuntungan apabila
kepada toko 1 dialokasikan sebanyak 2, 3, 4, 5 dan 6 keranjang. Secara lengkap
besarnya keuntungan pada problema 4 stage adalah sbb :

X1 f(S1,X1) = p1(X1) + f*2 (S1-X1) f*1(S1) X*1

S1 0 1 2 3 4 5 6

6 16 18 18 17 15 13 7 18 1,2

Hasil perhitungan pada problema 4 stage memperlihatkan bahwa si pedagang harus


mengalokasikan sebanyak 1 atau 2 keranjang pada toko 1. Misalkan dia memilih X*1 =
1. Pada problema 3 stage untuk S2 = 5 diperoleh X*2 = 2 atau X*2 = 3 atau X2* = 4.
Bila dipilih x*2 = 2, maka untuk problema 2 stage pada S3 = 3 diperoleh X3 = 2. Terakhir
pada problema 1 stage dimana s4 = 1, diperoleh X*4 = 1. Jadi salah satu cara
pengalokasian yang optimum adalah 1 keranjang untuk toko 1, 2 keranjang untuk toko
2, 2 keranjang untuk toko 3 dan 1 keranjang untuk toko 4, yang memberikan total
keuntungan = 18. Dengan cara yang sama dapat dilihat seluruh alternatif cara
pengalokasian yang optimum yang memberikan total keuntungan yang sama besarnya,
yaitu 18.

Jumlah keranjang yang dialokasikan pada

14
Toko 1 Toko 2 Toko 3 Toko 4 Total
Keuntungan

1 2 2 1 18

1 3 1 1 18

1 3 2 0 18

1 4 1 0 18

2 1 2 1 18

2 2 1 1 18

2 2 2 0 18

2 3 1 0 18

3. Suatu proyek ruang angkasa sedang melakukan penelitian untuk memecahkan suatu
problema dalam bidang engineering. Untuk tujuan itu 3 team research sedang mencoba
cara pendekatan yang masing-masing berbeda. Suatu perkiraan sudah dibuat bahwa
dengan keadaan sekarang probabilitas masing-masing team yang disebut team 1, team
2 dan team 3 akan menemui kegagalan sebesar 0,40; 0,60; dan 0,80. Jadi probabilitas
bahwa ketiga team research tersebut akan gagal semuanya adalah (0,40)(0,60)(0,80) =
0,192. Karena tujuan adalah meminimumkan probabilitas kegagalan ini, suatu
keputusan telah dibuat yaitu memperbantukan sebanyak 2 orang tenaga ahli dianatara
ketiga team tadi.

Dengan adanya tenaga ahli ini diperkirakan probabilitas gagalnya masing-masing team
akan menurun dan besarnya tergantung dari banyaknya tenaga ahli yang diperbantukan
kepada masing-masing team. Tabel di bawah ini adalh suatu perkiraan tentang
probabilitas kegagalan team 1, team 2 dan team 3 apabila kepada masing-masing team
ini diperbantukan sebanyak 0, 1, atau 3-2 tenaga ahli. Problema adalah mendapatkan
cara pengalokasian tenaga ahli untuk meminimumkan probabilitas gagalnya ketiga
team secara kesuluruhan.

15
Jumlah Probabilitas kegagalan

Tenaga Ahli
Team 1 Team 2 Team 3

0 0,40 0,60 0,80

1 0,20 0.40 0,50

2 0,15 0,20 0,30

Penyelesaian

Dalam problema ini sebagai stage adalah team research dan sebagai state adalah
banyaknya tenaga ahli yang diperbantukan pada state tertentu.

Variabel keputusan (decision variable) xn (n = 1, 2, 3 adalah banyaknya tenaga ahli


yang diperbantukan pada stage n (team n).

Dynamic programming system dari masalah di atas dapat digambarkan sbb :


X1 X2 X3

S1 =2 Tahap S2 STahap
n S3 Tahap S4 =0
1 2 3

p1 p2 p3
1-stage

2-stage

3-stage

Misalkan pi(xi ) adalah probabilitas dari gagalnya team 1, jika pada team ini
diperbantukan sebanyak xi tenaga ahli. Tujuannya adalah memilih x1, x2 dan x3 agar :
p1(x1), p2(x2), p3(x3) sekecil mungkin atau :

MIn
3

p ( x ) = p ( x ). p ( x ). p ( x )
i i 1 1 2 2 3 3
dan x =2
i =1
i
i =1

16
Xi adalah bilangan integer positip

3 3
Bila f (s , x ) = p ( x ).Min  p ( x )
n n n n n
i = n +1
i i
dan x = s
i =1
i n

Untuk n = 1, 2 3, maka :

*
f (s ) = Min f (s , x )
n n n n

Untuk n = 3 , (problema 1-stage)

*
f (s ) = Min p ( x )
3 3 3 3

Untuk n = 2 (problema 2-stage):

f (s ) = Min  p ( x ). f (s − x )


* *

2 2 2 2 3 2 2

Untuk n=1 (problema 3-stage

f (s ) = Min  p ( x ). f (s − x )


* *

1 1 1 1 2 1 1

Dengan menggunakan persamaan matematik tersebut maka penyelesaian problema


adalah :

Problema 1-sage)

S3 f (s , x ) X*3
3 3 3

0 0,80 0

1 0,50 1

2 0,30 2

17
Problema 2-stage)

X2
f (s ) = Min p ( x ). f (s − x )
* *

2 2 2 2 3 2 2

S2 f*2(S2) X*2
0 1 2

0 0,48 0,48 0

1 0,30 0,32 0,30 0

2 0,18 0,20 0,16 0,16 2

Problema 3-stage

X2
f (s ) = Min p ( x ). f (s − x )
* *

2 2 2 2 3 2 2

S2 f*2(S2) X*2
0 1 2

2 0,064 0,060 0,072 0,060 1

Dari penyelesaian di atas diketahui bahwa pada S1 = 2 diperoleh X*1 = 1. Kepada team
1 akan dialokasikan 1 tenaga ahli. Jadi untuk team 2 dan 3 masih tersisa 1 tenaga ahli
lagi sehingga S2 = 1. Pada S2 = 1 diperoleh X*2 = 0. Dengan perkataan lain pada team
2 tidak perlu diperbantukan tenaga ahli. Oleh karena itu S3 = 1. Pada S3= 1 diperoleh
x*3 = 1.

Kesimpulan : penyelesaian optimum dari problema adalah kepada team 1 dan team 3
perlu diperbantukan tenaga ahli masing-masing sebanyak 1 orang sedang pada team 2
tidak perlu diperbantukan. Probabilitas kegagalan seluruhnya adalah 0,060.

18

Anda mungkin juga menyukai