Anda di halaman 1dari 17

PENGETAHUAN PRAKTIK KESEHATAN MULUT

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN


YARSI ANGKATAN 2015

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Kedokteran

FATHIMAH AYU R

NPM 1102015075

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JANUARI, 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui oleh dosen pembimbing, naskah publikasi dari:

Nama : Fathimah Ayu R


NPM : 1102015075
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Universitas YARSI
Tingkat : Pendidikan Sarjana I
Judul : Pengetahuan Praktik Kesehatan Mulut Mahasiswa
Fakultas Kedokteran YARSI Angkatan 2015

Pembimbing Klinis : dr. Riyani Wikaningrum, MSc

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran.

Jakarta, 31 Januari 2019

Dosen Pembimbing Klinis, Peneliti,

dr. Riyani Wikaningrum, MSc Fathimah Ayu R

2
ABSTRAK
PENGETAHUAN PRAKTIK KESEHATAN MULUT MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI ANGKATAN 2015
Fathimah Ayu R 1, Riyani Wikaningrum2, Amir Mahmud3
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI; 2Staf pengajar Klinis Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI; 3Staf pengajar Agama Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Korespondensi : fayur98@gmail.com

Latar Belakang : Fokal infeksi tersering berasal dari mulut, hal ini disebabkan oleh karena infeksi
pada gigi dan gusi. Penyebab utama terjadinya peradangan pada gusi adalah pembentukan plak
pada gigi. Pencegahan pembentukan plak adalah salah satu upaya untuk mencegah terjadinya fokal
infeksi. Usaha untuk mengontrol dan mencegah pembentukan plak dapat dilakukan secara
sederhana, efektif dan praktis yaitu dengan cara menggosok gigi secara teliti dan teratur. Di
Indonesia masih banyak ditemukan kekeliruan dalam kebiasaan menyikat gigi. Teknik menyikat
gigi yang tidak adekuat dalam penghilangan plak dan dapat menyebabkan abrasi jaringan keras
atau resesi gingival, sehingga diperlukannya pengetahuan yang benar mengenai cara menyikat
gigi. Menjaga kesehatan gigi dan mulut akan sangat menentukan kualitas hidup manusia,

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik menggunakan desain Cross-
sectional. Sampel dari penelitian ini adalah Mahasiswa FKA YARSI 2015 sebanyak 90 orang.
pengumpulan penelitian dengan menggunakan kuisioner dan lembar tilik.

Hasil : Dari 90 responden hasil pengisian kuisioner didapatkan 88 orang dalam kategori tinggi
pada pengetahuan, didapatkan 86 orang dalam kategori tinggi pada sikap, dan 85 orang dalam
kategori tinggi pada Tindakan. Pada hasil observasi didapatkan 78 orang dalam kategori tinggi.
Hasil uji statistik Chi-Square antara Pengetahuan dengan praktik, sikap dengan praktik, dan
tindakan dengan praktik masing-masing adalah p=0.927 (p>0.05), p=0.143 (p>0.05), p=0.176
(p>0.05) menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan diantara pengetahuan, sikap, dan
tindakan dengan praktik menyikat gigi.

Kesimpulan : Tingkat pengetauan, sikap dan tindakan mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi,
Tingkat praktik menyikat gigi mahasiswa termasuk dalam kategori tinggi, tetapi tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik pada mahasiswa FKA YARSI
angkatan 2015.

Kata Kunci : Pengetahuan, Kesehatan mulut, Menyikat Gigi, Fokal Infeksi.

3
ABSTRACT
ORAL HYGINE KNOWLEDGE AND PRACTICE AMONG MEDICAL
STUDENT YARSI BATCH 2015
Fathimah Ayu R 1, Riyani Wikaningrum2, Amir Mahmud3
1
Faculty of medicine students in YARSI University, 2 Departement of Medicine, Faculty of
Medicine, YARSI University, 3 Departement of Islamic Study, Faculty of Medicine, YARSI
University
Correspondence: fayur98@gmail.com

Background: Focal infection mostly comes from the infection of the oral cavity. Plaque formation
is the main cause of gingivitis. Toothbrushing is one of the easiest way to prevent a Plaque
formation that can cause a focal infection. There are still many mistakes among Indonesia citizen
on toothbrushing. A wrong technique on toothbrushing can cause greater damage such as Tissue
abration and Ginggival recession gingival, therefore a good toothbrushing technique is needed.
Keeping good oral health can determine the quality of someone life.

Metode : This study is a descriptive analytic study using a cross-sectional design. The sample of
this study was 90 FKA YARSI Students. collection of research using questionnaires and Checklist.

Hasil : Out of 90 respondents the results of filling out the questionnaire there are 88 people in the
high category of knowledge, 86 people in the high category of attitudes, and 85 people in the high
category on Actions. In the observation results, 78 people were in the high category. The results of
the Chi-Square statistical test between Knowledge and practice, attitudes with practice, and actions
with practice were respectively p = 0.927 (p> 0.05), p = 0.143 (p> 0.05), p = 0.176 (p> 0.05)
indicating that there is no significant relationship between knowledge, attitudes, and actions with
the practice of brushing teeth.

Kesimpulan : The level of knowledge, attitudes and actions of YARSI medical students are in the
high category, The level of practice of brushing students' teeth is included in the high category, but
there is no significant relationship between knowledge and practice for students of the 2015 FKA
YARSI

Kata Kunci : Knowledge, Oral Health, toothbrush, focal infection.

4
Pendahuluan

Fokal infeksi tersering berasal dari mulut, hal ini disebabkan oleh karena
infeksi pada gigi dan gusi, serta dapat juga melalui prosedur dental. Penyebab
utama terjadinya peradangan pada gusi adalah karena pembentukan plak pada gigi
(Yaacob et al., 2104). Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air liur
seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit, sisa makanan serta
bakteri. Plak ini mula mula berbentuk seperti agar cair yang lama kelamaan
menjadi kelat, tempat tumbuhnya bakteri seperti Streptococcus. Bakteri seperti
Streptococcus mutans dapat mensintesis polisakarida besar seperti dextrans dan
levans dari sukrosa yang nantinya akan mengakibatkan karies pada gigi (Brooks
& Carroll, 2012), karies yang dibiarkan dapat berlanjut menjadi gingivitis hingga
periodontitis yang nantinya akan menyebabkan bakteremia dan fokal infeksi

Pencegahan pembentukan plak adalah salah satu upaya untuk mencegah


terjadinya fokal infeksi. Usaha untuk mengontrol dan mencegah pembentukan
plak dapat dilakukan secara sederhana, efektif dan praktis yaitu dengan cara
menggosok gigi secara teliti dan teratur, terutama permukaan interproksimal
sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Cuqini, et al.,
2006). Hasil sensus Rikesdas tahun 2013 mengatakan bahwa perilaku benar dalam
menyikat gigi berkaitan dengan faktor gender, ekonomi, dan daerah tempat
tinggal, menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi
pada saat mandi pagi maupun mandi sore, (76,6%). Menyikat gigi dengan benar
adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan
hanya 2,3 %.

Teknik menyikat gigi yang tidak adekuat dalam penghilangan plak dan
dapat menyebabkan abrasi jaringan keras atau resesi gingiva. Karena itu,
pengetahuan tentang produk kebersihan mulut, prosedur, dan perilaku merupakan
faktor penting dalam mencegah penyakit mulut dan mencapai kesehatan mulut
yang baik (Badovinac, 2012). Mahasiswa fakultas kedokteran Universitas YARSI
angaktan 2015 merupakan mahasiswa kedokteran tingkat tiga yang telah melewati

5
berbagai kurikulum kedokteran diharapkan mempunyai pengetahuan yang baik
tentang fokal infeksi dan cara mencegahnya, mahasiswa tersebut juga diharapkan
dapat mengedukasi pasien tata cara menjaga kesehatan mulut apabila terdapat
suatu kasus fokal infeksi.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik, Rancangan penelitian ini


menggunakan desain penelitian cross-sectional observasi.Populasi pada penelitian
ini adalah Mahasiswa dan Mahasiswi kelas A Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI angkatan 2015 sebanyak 125 orang. Penelitian ini mengumpulkan data
menggunakan pengisisan kuisoner dan lembar tilik.

Hasil

Populasi mahasiswa untuk penelitian ini adalah Mahasiswa dan Mahasiswi


kelas A Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2015 sebanyak 125
orang, tetapi dikarenakan terbatasnya waktu dan beberapa mahasiswa turun kelas
maka didapatkan 90 orang responden yang bersedia mengisi kuisioner, dan yang
bersedia melakukan observasi didapatkan 81 orang responden. Dari 90 mahasiswa
yang terkumpul proporsi jenis kelamin terbanyak yaitu jenis kelamin perempuan
sebanyak 72 orang (80%). Dari 90 responden mayoritas berusia 21 tahun
sebanyak 57 orang (63.3%). Dari 90 responden 36 orang (40%) terakhir
berkunjung ke dokter dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan .

6
Tabel 1. Karakteristik Sampel Mahasiswa
Kategori Frekuensi Presentase
Jenis kelamin Perempuan 72 80 %
Laki-Laki 18 20 %
Usia 20 Tahun 12 13.4%
21 Tahun 57 63.3%
22 Tahun 18 20 %
23 Tahun 1 1.1 %
24 Tahun 2 2.2%
Terakhir Berkunjung < 6 bulan 25 27.78 %
Ke Dokter Gigi 6 bulan 5 5.56 %
> 6 bulan 36 40 %

Tidak ingat 22 24.45 %


Tidak Pernah 2 2.3 %

Pengetahuan, Sikap, dan tindakan dinilai dengan menggunakan kuisioner


yang berisi 60 soal tentang menjaga kesehatan dan kebersihan mulut, 20 soal
untuk pengetahuan, 20 soal untuk sikap dan 20 soal untuk tindakan. Kriteria
penilaian untuk sikap dan tindakan menggunakan Skala Likert. Peneliti
membagikan kuisioner kepada mahasiswa YARSI kelas A angkatan 2015
sebanyak 90 orang. Responden akan mendapatkan kategori pengetahuan buruk
apabila total skor 0-2, sedang 21-40, tinggi 41-60. Responden akan mendapatkan
kategori sikap buruk apabila total skor 0-26, Sedang 27-53, Tinggi 54-80.
Responden akan mendapatkan kategori tindakan buruk apabila total skor 0-26,
Sedang 27-53, Tinggi bila 54-80.

7
Tabel 2. Skor Pengetahuan
Kategori Frekuensi Presentase
Buruk 0 0%
Sedang 2 2.2 %
Tinggi 88 97.8 %

Didapatkan tingkat pengetahuan mahasiswa YARSI terhadap menjaga


kebersihan dan kesehatan mulut mayoritas pada kategori tinggi yaitu sebanyak 88
orang (97.8%).

Tabel 3. Butir Pertanyaan Pengetahuan Dengan Jawaban Salah


No Pertanyaan Frekuensi
2 Menyikat gigi membuat gigi menjadi lebih putih 60
5 Menyikat gigi dua kali sehari ketika mandi pagi 52
dan mandi sore
19 Gigi goyang sebaiknya dicabut 47

Pada soal pengetahuan terdapat 3 soal yang mayoritas responden salah


menjawab dibandingkan dengan pertanyaan yang lain. Paling banyak mahasiswa
salah menjawab pada soal nomor 2 yaitu sebanyak 60 orang.

Tabel 4. Skor Sikap


Kategori Frekuensi Presentase
Buruk 0 0%
Sedang 4 4.4 %
Tinggi 86 95.6 %

Didapatkan tingkat sikap mahasiswa YARSI terhadap menjaga kebersihan


dan kesehatan mulut mayoritas pada kategori tinggu yaitu sebanyak 86 orang
(95.6%).

8
Tabel 5. Skor Tindakan
Kategori Frekuensi Prensentase
Buruk 0 0%
Sedang 5 5.6 %
Tinggi 85 94.4 %

Didapatkan tingkat tindakan mahasiswa YARSI terhadap menjaga


kebersihan dan kesehatan mulut mayoritas pada kategori tinggi yaitu sebanyak 85
orang (94.4%).

Dari 90 responden yang mengisi kuisioner, hanya 81 responden yang


bersedia melakukan observasi menyikat gigi. Observasi dilakukan dengan peneliti
yang sama dan dilakukan setelah responden selesai mengisi kuisioner dan lembar
persetujuan. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan lembar tilik,
penulis menilai teknik menyikat gigi mahasiswa YARSI angkatan 2015.
Responden akan mendapatkan kategori Baik dalam praktik apabia total skor hasil
observasi 26 – 18, Sedang 17 – 9, Buruk 8 – 0. Bisa dilihat pada Tabel 6
sebagian besar mahasiswa mendapatkan kategori Baik sebanyak 78 orang
(96,3%).

Tabel 6. Skor Observasi


Kategori frekuensi persentase
Buruk 0 0%
Sedang 3 3.7 %
Baik 78 96.3 %

9
Tabel 7. Deskripsi Skor Observasi

No Tindakan Jumlah Jumlah Jumlah


tidak melakukan melakuka
melakuka tidak n dengan
n sempurna sempurna
1 Menyiapkan sikat gigi dan pasta yang 0 0 81
mengandung Fluor Banyaknya pasta kurang (0%) (0%) (100%)
lebih sebesar sebutir kacang tanah (1/2 cm )
2 Berkumur-kumur dengan air bersih sebelum 24 0 57
menyikat gigi (29.6%) (0%) (70.4%)

3 Seluruh permukaan gigi disikat dengan 1 59 21


gerakan maju mundur pendek-pendek atau (1.2%) (72,8%) (25,9%)
memutar selama ± 2 menit
4 Berikan perlahan lahan khusus pada daerah 4 58 19
pertemuan antara gigi dan gusi. (4.9%) (71.6%) (23.5%)

5 Menyikat permukaan gigi atas bagian luar 0 0 81


dengan gerakan maju mundur pendek- (0%) (0%) (100%)
pendek
6 Menyikat permukaan gigi atas bagian dalam 1 23 57
dengan gerakan maju mundur pendek- (1.2%) (28.4%) (70.4%)
pendek
7 Menyikat permukaan gigi bawah bagian luar 0 0 81
dengan gerakan maju mundur pendek- (0%) (0%) (100%)
pendek
8 Menyikat permukaan gigi bawah bagian 1 20 60
dalam dengan gerakan maju mundur pendek- (1.2%) (24.7%) (74.1%)
pendek
9 Bersihkan permukaan kunyah gigi atas 1 0 80
(1.2%) (0%) (98.8%)

10 Bersihkan permukaan kunyah gigi bawah 1 0 80


(1.2%) (0%) (98.8%)

11 Sikatlah lidah dan langit-langit dengan 59 1 21


gerakan maju mundur dan berulang-ulang. (72.8%) (1.2%) (25.9%)

12 Setelah menyikat gigi, berkumurlah 1 kali 1 13 67


saja agar sisa fluor masih ada di gigi. (1.2%) (16.0%) (82.7%)

13 Sikat gigi dibersihkan dengan air dan 2 0 79


disimpan tegak dengan kepala sikat di atas. (2.5%) (0%) (97.5%)

10
Analisa Hubungan Antara Pengetahuan, sikap dan tindakan dengan praktik
Tabel 8. Analisis Data Hubungan Antara Pengetahuan dengan Praktik
Praktik
P
Buruk Sedang Baik
Pengetahuan Buruk 0 0 0
0% 0% 0%
Sedang 0 0 2
0% 0% 100% 0.927
Tinggi 0 3 76
0% 3.8% 96.2%

Dari tabel diatas hasil tabulasi silang menunjukan bahwa 76 orang (96.2%)
memiliki skor pengetahuan dengan kategori tinggi dan skor praktik dengan
kategori baik. Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square p=0.927 (p>0.05)
menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan praktik mahasiswa.

Tabel 9. Analisis Data Hubungan Antara Sikap dengan Praktik


Praktik
P
Buruk Sedang Baik
Sikap Buruk 0 0 0
0% 0% 0%
Sedang 0 1 3
0% 25% 75% 0.143
Tinggi 0 2 76
0% 3.7% 97.4%

Dari tabel diatas hasil tabulasi silang menunjukan bahwa presentase yang
memiliki skor sikap tinggi dan memiliki skor praktik baik 75 orang (97.4%). Hasil
analisis dengan menggunakan Chi square p=0.143 (p>0.05) menunjukan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan praktik mahasiswa.

11
Tabel 10. Analisis Data Hubungan Antara Tindakan dengan Praktik
Praktik
P
Buruk Sedang Baik
Tindakan Buruk 0 0 0
0% 0% 0%
Sedang 0 1 4
0% 20% 80% 0.176
Tinggi 0 2 74
0% 2.6% 97.4%

Dari tabel diatas hasil tabulasi silang menunjukan bahwa presentase 1


orang (20%) responden yang memiliki skor sikap tinggi dan memiliki skor praktik
baik 74 orang (97.4%). Hasil analisis dengan menggunakan Chi square p=0.176
(p>0.05) menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap
dengan praktik mahasiswa.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan Mahasiswa FKA


YARSI angkatan 2015 tentang menjaga kebersihan mulut dan praktik menyikat
gigi. Penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi
dan mulut Mahasiswa YARSI angkatan 2015 kelas A sebagian besar dalam
kategori tinggi, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa YARSI angkatan 2015
sudah mengetahui cara menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut dengan
benar. Presentase mahasiswa yang mendapatkan kategori tinggi dalam
pengetahuan ada 88 orang (97,8%), dalam sikap ada 86 orang (95,6%), dan
tindakan ada 85 orang (94,4%). Hal ini dapat disebabkan karena mahasiswa
YARSI angkatan 2015 merupakan mahasiswa tingkat akhir sehingga sudah
mendapatkan cukup pengetahuan seperti pada penelitian oleh Dharmawati (2016)
penelitian pada guru Penjaskes SD di kecamatan Tampak Siring Gianyar tentang
hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan masa kerja dengan tingkat
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, mengatakan bahwa tingkat pengetahuan
sangat baik mengenai kesehatan gigi dan mulut terbanyak ada pada responden
yang mempunyai tingkat pendidikan S1 dibandingkan dengan D2. Dari penelitian

12
tersebut dapat diasumsikan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi maka
pengetahuan terhadap terhadap kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut akan
tinggi pula.

Penilaian praktik menyikat gigi mahasiswa YARSI angkatan 2015 kelas A


termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 78 orang (96.3%). Namun meskipun
termasuk dalam kategori tinggi masih banyak mahasiswa yang tidak melakukan
tindakan menyikat lidah, pada soal lembar tilik nomor 11 yaitu “Sikatlah lidah
dan langit-langit dengan gerakan maju mundur dan berulang-ulang” sebanyak 59
(72.8%) mahasiswa tidak melakukannya. Pentingnya menyikat bagian lidah
disimpulkan oleh Danser (2003) bahwa koloni bakteri pada lidah berhubungan
dengan pembentukan plak pada gigi, bila plak tersebut dibiarkan akan
menyebabkan periodontitis dan karies. Koloni tersebut juga dapat menyebabkan
adanya bau mulut dikarenakan adanya degradasi protein, peptida, asam amino
oleh mikroorganisme tersebut. Danser juga menyimpulkan bahwa menyikat lidah
dapat mengurangi penumpukan bakteri pada lidah sehingga dapat mengurangi
jumlah total semua spesies bakteri Streptococcus dan pembentukan plak pada
gigi. Penelitian oleh Quirynen (2004) mengatakan bahwa salah satu efek samping
dari membersihkan lidah menggunakan sikat gigi adalah timbulnya refleks
muntah, maka dari itu banyak yang malas membersihkan lidah dikarenakan
adanya refleks muntah.

Pada lembar tilik nomor 4 “Berikan perlahan lahan khusus pada daerah
pertemuan antara gigi dan gusi” terdapat 58 orang (71.6%) melakukan secara
tidak sempurna dan sebanyak 4 orang (4.9%) tidak melakukannya. Penelitian
oleh Simonsoro (2013) mengatakan betapa pentingnya menyikat gigi pada bagian
pertemuan antara gusi dan gigi dikarenakan ditemukan banyaknya bakteri
Streptococcus di sekitar sulcus vestibular gigi dibandingkan pada sulcus lingual
gigi. Bakteri aerob atau aerob fakultatif seperti Streptococcus sering ditemukan
pada bagian vestibular gigi karena terpapar banyak oksigen. Daerah permukaan
gigi dan kantung Periodontal merupakan tempat awal mula terjadinya karies gigi

13
dan penyakit periodontal, sehingga membersihkan daerah pertemuan antara gigi
dan gusi sangat diperlukan.

Hasil analisis hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap praktik


menyikat gigi menggunakan uji Chi square didapatkan nilai p value 0.927, 0.143,
0.176 (p>0.05) yang berarti dalam penelitian ini bermaksud bahwa secara
perhitungan statisik tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan praktik,
hal ini mungkin disebabkan karena praktik menyikat gigi dipengaruhi oleh banyak
faktor tidak hanya pengetahuan dan sikap, tapi juga dapat dipengaruhi oleh
kebiasaan, sehingga walaupun responden mempunyai pengetahuan yang cukup
baik mengenai cara menjaga kebersihan gigi dan mulut, tetapi apabila sudah
terbiasa dengan cara menyikat gigi yang salah maka tindakan pun menjadi salah.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Dewanti (2012) yang mengatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan kesehatan
gigi dan perilaku perawatan gigi, penelitian ini dilakukan pada anak sekolah di
SDN Pondok Cina 4 Depok, Dewanti menemukan bahwa Hasil uji statistik antara
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perawatan gigi diperoleh
nilai p = 0,013. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan perilaku perawatan gigi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Masyaroh (2013) yang


mengatakan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap,
dan tindakan terhadap praktik pada Pada anak usia sekolah di SDN 136
Pekanbaru yang dikarenakan banyak faktor karena perilaku menyikat gigi
seseorang perilaku seseorang itu dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
tingkat pendidikan, pengetahuan, tradisi, kepercayaan, nilai, sistem dan
pengalaman. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa pengetahuan siswa
dan siswi yang baik tentang kesehatan gigi dan mulut tidak menentukan siswa dan
siswi tersebut memiliki perilaku baik, begitu juga sebaliknya kurangnya
pengetahuan siswa dan siswi tentang kesehatan gigi dan mulut tidak menentukan
mereka memiliki perilaku yang buruk juga.

14
Kesimpulan

Tingkat pengetahuan mengenai kesehatan mulut mahasiswa YARSI


angkatan 2015 kelas A dalam kategori tinggi sebanyak 88 orang (97,8%). tingkat
praktik menyikat gigi mahasiswa YARSI angkatan 2015 kelas A dalam kategori
tinggi sebanyak 78 orang (96,3%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan dengan praktik menyikat gigi pada penelitian ini.

Saran
Diharapkan bagi mahasiswa fakultas kedokteran YARSI angkatan 2015
lebih memperhatikan lagi kesehatan individu masing-masing serta dapat
mengaplikasikan cara menyikat gigi yang baik dan benar. Untuk peneliti
selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara
tindakan dengan pengetahuan. Peneliti berharap untuk selanjutnya dapat
menambahkan populasi yang lebih luas tidak hanya dari satu universitas saja.

15
Referensi
Badovinac, A., Bozic, D., Vucinac, I., Vesligaj, J., Vrazic, D., Plancak, D., (2012)
Oral Health Attitudes and Behavior of Dental Students at the University of
Zagreb, Croatia . dilihat 9 Mei 2018
http://www.jdentaled.org/content/77/9/1171.long

Brooks, G & Carroll, K, 2012, ‘Bakteriologi’, dalam Mikrobiologi kedokteran


Jawetz, Melnick, & Adelberg ; ahli bahasa, Aryandhito Widhi Nugroho;
editor bahasa Indonesia Asityaputri, A. Ed. 25. Jakarta: EGC. hal.169-170
Cuqini A.M., Thompson M., Warren R.P., 2006. Correlation Between Two
Plaque Indices In Assesment of Toothbrush Effectiveness. The Journal of
Contemporary Dental Practice. Vol.7.
http://www.jaypeejournals.com/eJournals/ShowText.aspx?ID=1719&Type=
FREE&TYP=TOP&IN=&IID=149&isPDF=YES

Danser, MM., Gomez, SM., Weijden VD., 2003. Tongue Coating And Tongue
Brushing : A Literature Review. Dilihat 28 Desember 2018.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1034/j.1601-5037.2003.00034.x

Dewanti., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dengan


Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Pondok Cina 4
Depok. Dilihat 28 Desember 2018.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20311320-S42783-
Hubungan%20tingkat.pdf

Dharmawati, IGAA., Wirata, IN., 2016. Hubungan Tingkat Pendidikan, Umur,


Dan Masa Kerja Dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pada Guru Penjaskes SD Di Kecamatan Tampak Siring Gianyar. Dilihat 28
Desember 2018.
http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/keperawatangigi/wp-
content/uploads/2017/02/ilovepdf_merged.pdf

Masyaroh, A., Indriarti, G., Jumaini., 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan


Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut Terhadap Perilaku Menyikat Gigi Pada
Anak Usia Sekolah Di SDN 136 Pekanbaru. Dilihat 28 Desember 2018.
https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/4098/HUBUNGA
N%20TINGKAT%20PENGETAHUAN%20TENTANG%20KEBERSIHA
N%20GIGI%20DAN%20MULUT%20TERHADAP%20PERILAKU%20
MENYIKAT%20GIGI%20PADA%20ANAK%20USIA%20SEKOLAH%2
0DI%20~1.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Quirynen, M., Avontroodt, P., Soers, C., Zhao, H., Pauwels, M., Van
Steenberghe, D., 2004. Impact of Tongue On Microbial Load And Taste. J
Clin Periodontal, 10 (31), p. 506-510.

16
Simonsoro, A., Tomas, I., Rubio, RC., Catalan, MD., Nyaad, B., Mira, A., 2013.
Microbial Geography Of The Oral Cavity. Dilihat 28 Desember 2018.
https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0022034513488119?url_ver=
Z39.88-
2003&rfr_id=ori%3Arid%3Acrossref.org&rfr_dat=cr_pub%3Dpubmed

Yaacob M, Worthington HV, Deacon SA, Deery C, Walmsley AD, Robinson PG,
Glenny AM. Powered versus manual toothbrushing for oral health.
Cochrane Database of Systematic Reviews 2014, Issue 6. Art. No.:
CD002281. DOI: 10.1002/14651858.CD002281.pub3.

17

Anda mungkin juga menyukai