KELAINAN MUSKULOSKELETAL
Disusun Oleh :
Anisa Ayuningtyas (1102015027)
Fathimah Ayu Rahimah (1102015075)
Indah Pratiwi (1102015097)
Monica Octafiani (1102015140)
Salma Nara Fadhilla (1102015212)
Pembimbing :
1
BAB I
KEGANASAN
1. TUMOR
A. Definisi
B. Patofisiologi
2
↓
Osteolitik (destruksi tulang), Osteoblastik (pembentukan tulang).
↓
Pertumbuhan tulang yang abortif
C. Klasifikasi
Kondroma
3
4
Osteokondroma
5
Kondroblastoma
6
Kondromiksoid Fibroma
Tumor ini biasanya didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda. Pada
tulang panjang paling banyak di daerah metafisis dan lokasinya eksentrik,
paling sering pada tulang sekitar lutut.
Gambaran radiologik tumor ini tampak sebagai daerah yang radiolusen
dan ostiolitik di daerah metafisis tulang panjang, letaknya eksentris, berbatas
tegas, kadang-kadang dengan pinggiran sklerotik. Korteks menipis karena
ekspansi tumor. Tidak ada reaksi periosteal. Kalsifikasi jarang. Kadang-kadang
terdapat gambaran menyerupai busa sabun (soap-bubble appearance).
7
Osteoma
Tumor jinak tulang ini termasuk jarang dan terdiri seluruhnya dari
tulang yang berdiferensiasi baik. Biasanya ditemukan di daerah sinus paranasal
dan kalvarium. Bila lokasinya pada sinus paranasal dapat menimbulkan
gangguan drainase. Osteoma dilaporkan terjadi di setiap bagian dari tulang
temporal termasuk di skuama, mastoid, liang telinga, kavum glenoid, telinga
tengah, tuba eustasius, apeks petrous dan prosesus stiloideus.
Gambaran radiologik : Biasanya terlihat sebagai bayangan opak yang
bundar atau lonjong, berbatas tegas. Jarang lebih besar dari 2,5 cm. yang
diliputi oleh bagian sklerotik pada radioopak.
Osteoid Osteoma
Osteoid osteoma merupakan lesi osteoid jinak yang menyerupai abses
tulang kronik low-grade. Saat ini banyak peneliti menganggap osteoid osteoma
sebagai proses yang reaktif,kemungkinan berasal dari inflamasi, namun patog
enesisnya belum diketahui. Sekitar 75% kasus terjadi pada umur antara 11 dan
26 tahun. Ini lebih sering hingga dua kali pada laki-laki. Tibia dan
8
femur merupakan lokasi yang sering menjadi. Lokasi : Osteoid osteoma
terutama terjadi di tulang kerangka apendikular, dimana
ekstremitas bawah lebih sering terkena dari pada ekstremitas atas.
Gambaran Radiologi : temuan radiografi khas dari osteoid osteoma meliputi
nidus intracotical, yang akan menampilkan sejumlah variabel mineralisasi,
disertai dengan penebalan korteks dan reaktif sklerosis dalam poros tulang
panjang. Fokus radiolusen sering disebut
sebagai nidus karena fokus biasanya terletak di pusat daerah reaktif sklerosis.
Nidus itu bulat atau oval dan biasanya lebih kecil dari 1-2 cm. Kepadatan
tulang dapat berkurang karena tidak digunakan karena sakit.
Foto polos osteoid osteoma pada pasien laki-laki usia 17 tahun dengan
nyeri ditangan. Lesi ini merupakan karakteristik nidus kecil dengan
sclerosis.
9
Foto polos bagian
tubuh, menunjukan
suatu area densitas
sirkuler dengan
radiolusen pada bagian
tengah yang merupakan
nidus pada leher femur.
10
Gambaran radiologik : tampak daerah radiolusen pada ujung tulang panjang
dengan batas yang tidak tegas. Ada zona transisi antara tulang normal dan
patologik, biasanya kurang dari 1 cm.
Lesi biasanya eksentrik, bersifat ekspansif sehingga korteks menjadi tipis.
Tidak ada reaksi periosteal. Tumor yang sudah besar dapat mengenai seluruh
lebar tulang dan sering terjadi fraktur patologik.
Osteoblastoma
Tumor dengan ukuran yang berukuran lebih besar dari osteoid Osteoma,
lebih jarang dan paling sering di tulang vertebra. Ukuran lebih dari 1 cm.
Perbedaan dengan osteoid osteoma adalah osteoblastoma tidak memproduksi
prostaglandin/ prostasiklin yang menyebabkan reaksi jaringan.
Lokasi : Dapat mengenai tulang panjang dan pendek dengan predileksi pada
tulang vertebra.
11
Gambaran radiologi : Tampak daerah osteolitik dengan pinggir yang
tidak/sedikit sklerotik. Gambaran mirip dengan abses tulang. Lesi radiolusen
ditemukan matriks tipe radiodensities. Ukuran lesi lebih besar dari 2 cm.
Osteosarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan
prognosis yang buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun.
Jumlah kasus meningkat lagi setelah umur 50 tahun yang disebabkan oleh
adanya degenerasi maligna,terutama penyakit. Paling sering ditemukan sekitar
lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang-tulang yang sering terkena adalah femur
distal, tibia proksimal, humerus proksimal, dan pelvis. Pada tulang panjang,
tumor biasanya mengenai metafisis. Garis epifiser merupakan barrier dan tumor
jarang menembusnya. Metastasis cepat terjadi secara hematogen, biasanya ke
dalam paru.
Gambaran Radiologi:
Didapat 3 macam gambaran radiologi, yaitu:
1. Gambaran osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama.
12
2. Gambaran osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan tumor
tulang.
3. Gambaran campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan tumor
tulang.
Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang,
kebanyakan pada diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan
tulang iga. Kira-kira 75 % dari penderita dibawah umur 20 tahun, paling sering
umur 5-15 tahun.
Gambaran radiologik : tampak lesi destruktif yang bersifat infiltratif
yang berawal di medula; pada foto terlihat sebagai daerah daerah radiolusen.
Tumor cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal. Kadang-kadang
reaksi periostealnya tampak sebagai garis-garis yang berlapis-lapis menyerupai
kulit bawang dan dikenal sebagai onion peel appearance. Gambaran ini pernah
13
dianggap patognomonis untuk tumor ini, tetapi ternyata bisa dijumpai pada lesi
tulang lain.
Kondrosarkoma
14
Myoloma Multipel
Merupakan tumor ganas yang lebih banyak menyerang kaum pria dengan
usia diatas 40 tahun. Lokasi : akan mengenai sekaligus beberapa tulang dan
disatu tulang dapat ditemukan lebih dari satu lesi (multipel) seperti tlang
vertebra, pelvis, dan tengkorak. Radiologi : tampak lesi ostiolitik yang bulat
memberikan gambaran punched out.
15
16
BAB II
INFEKSI
1. Osteomielitis
A. Definisi
Osteomielitis (osteo-berasal dari kata Yunani yaitu osteon, berarti
tulang, myelo artinya sumsum, dan-itis berarti peradangan) secara sederhana
berarti infeksi tulang atau sumsum tulang.(9)
Berdasarkan kamus kedokteran Dorland, osteomielitis ialah radang tulang
yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi
lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat
tersebar melalui tulang, melibatkan sum-sum, korteks, dan periosteum.(10)
B. Patofisiologi
17
darah, meningkatkan tekanan intraosseous dan mempengaruhi aliran darah.
Disebabkan infeksi yang tidak diobati sehingga menjadi kronis, nekrosis iskemik
tulang menghasilkan pemisahan fragmen devaskularisasi yang besar (sequester).
Ketika nanah menembus korteks, subperiosteal atau membentuk abses pada
jaringan lunak, dan peningkatan periosteum akan menumpuk tulang baru
(involucrum) sekitar sequester.
Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil, dan kongesti atau tersumbatnya pembuluh
darah merupakan temuan histologis utama osteomielitis akut. Fitur yang
membedakan dari osteomielitis kronis, yaitu tulang yang nekrosis, dicirikan oleh
tidak adanya osteosit yang hidup. Terdapat sel mononuklear yang dominan pada
infeksi kronis, dan granulasi dan jaringan fibrosa menggantikan tulang yang telah
diserap kembali oleh osteoklas. Pada tahap kronis, organisme mungkin terlalu
sedikit untuk dilihat pada pewarnaan. (3)
C. Gambaran radiologi
Soft tissue swelling (tanda awal)
Reaksi periosteal
Destruksi tulang (tampak daerah yang berdensitas lebih rendah daripada
tulang)
18
Gambar Osteomielitis kronis pada tibia.
Tibia membesar dan sklerotik akrena pembentukan ulang baru di luar korteks yang
menyatu dengan korteks. Tampak daerah radiolusen pada tibia menunjukan destruksi.
Bayangan sekwester terlihat sebagai tulang padat dikelilingi dengan radiolusen.
Tampak fraktur patologik pada tibia bagian proksimal.
A.. Definisi
19
B. Patofisiologi
Fase reaktivasi dapat terjadi di paru atau diluar paru. Pada paru, rektifasi
penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas, sembuh dengan fibrosis dan kalsifikasi
atau membentuk kaverne dan terjadi bronkiektasi. Reaktivasi sarang infeksi
dapat menyerang berbagai organ selain paru. Ginjal merupakan organ kedua
yang paling sering terinfeksi ; selanjutnya kelenjar limfe, tuba , tulang, sendi,
otak, kelenjar adrenal ,saluran cerna dan kelenjar mamma. Meskipun jarang,
tuberkulosa kongenital dapat ditemukan pada bayi, ditularkan melalui vena
umbilikal atau cairan amnion ibu yang terinfeksi. Perjalanan infeksi pada
vertebra dimulai setelah terjadi fase hematogen atau reaktivasi kuman dorman.
Vertebra yang paling sering terinfeksi adalah vertebra torako-lumbal (T8- L3).
Bagian anterior vertebra lebih sering terinfeksi dibandingkan dengan bagian
posterior.
C. Gambaran radiologi
20
Pada fase lanjut, kerusakan bagian anterior semakin parah. Korpus menjadi
kolaps dan terjadi fusi anterior yang menghasilkan angulasi yang khas disebut
gibbus. Bayangan opaque pada sisi lateral vertebra, memanjang kearah distal,
merupakan gambaran abses psoas pada torakal bawah dan torakolumbal yang
berbentuk fusiform.
Tampak lesi destruktif pada metafisis distal radius, berbentuk lonjong dengan batas
tegas. Tampak sedikit reaksi periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.
21
BAB III
FRAKTUR DAN DISLOKASI
2) Fraktur linier
Fraktur ini harus dibedakan dengan sutura dan pembuluh darah. Pada foto,
fraktur ini terlihat sebagai garis radiolusen, paling sering di daerah parietal.
22
Garis fraktur biasanya lebih radiolusen daripada pembuluh darah dan arahnya
tidak beraturan.
3) Fraktur diastasis
Biasanya lebih sering terjadi pada anak-anak dan terlihat sebagai pelebaran
sutura.
23
Gambar fraktur diastasis pada tulang kepala
24
a. Tulang belakang servikal
Pemeriksaan radiologi bergantung pada keadaan pasien. Pada pasien
dengan trauma berat (misal tidak sadar, fraktur multipel) pemeriksaan harus
dilakukan dengan hati hati dan semua foto harus dibuat dengan pasien berbaring
terlentang dan meminimalisir manipulasi.vFoto yang terpenting adalah foto
lateral dengan pasien berbaring dan sinar horizontal.
Biasanya segmen bawah tulang leher (CI – CVII) tertutup oleh bahy.
Untuk mengatasi hal ini bahu direndahkab dengan cara menaruj jedua lengan
pasien ke bawah. Proyeksi oblik dapat menambah informasi tentang keadaan
pedikel, foramina intervertebra, dan sendi apofiseal. Bila keadaan pasien baik,
sebaiknya dilakukan:
o Foto AP, termasuk dengan mulut terbuka untuk melihat CI dan C2
o Foto lateral
o Foto oblik kanan dan kiri
Klasifikasi trauma servikal terdiri dari:
a. Berdasarkan mekanisme trauma
a. Hiperfleksi
b. Fleksi-rotasi
c. Hiperkestensi
d. Ekstensi-rotasi
e. Kompresi vertical
b. Berdasarkan derajat kestabilan
a. Stabil
b. Tidak stabil
Stabilitas dalam hal trauma tulang tulang servikal dimaksud dengan tetap
utuhnya komponen ligamento-skeletal pada saat terjadinya trauma, sehingga
memungkinkan tidak terjadinya pergeseran satu segmen tulang leher terhadap
yang lainnya.
25
Trauma hiperfleksi:
1. Subluksasi anterior: terjadi karena terdapat robekan pada sebagian ligament
di posterior tulang leher, dan ligament longitudinal anterior utuh. Merupakan
lesi stabil. Tanda penting pada subluksasi anterior adalah terdapat angulasi
ke posterior (kifosis) local pada tempat kerusakan ligament Tanda lainnya
ialah:
o Jarak yang melebar antara prosesus spinosus
o Subluksasi sendi apofiseal
26
o Pembengkakan jaringan lunak pravertebral.
27
bersangkutan dan vertebra proksimal dalam posisi oblik, sedangkan vertebra
distalnya tetap dalam posisi lateral.
Trauma hiperekstensi
1. Fraktur dislokasi hiperekstensi
Dapat terjadi fraktur pedikel. Prosesus artikularis, lamina dan prosesus
spinosus. Fraktur avulsi korpus vertebra bgian postero-inferior. Merupakan
lesi tidak stabil karena terdapat kerusakan pada elemen posterior leher dan
ligament yang bersangkutan.
28
2. Hangman’s fracture
Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior CII dan CIII.
Hangman’s fracture
Trauma ekstensi-rotasi
Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi
Fraktur kompresi vertical
Terjadi akibat diteruskannya tenaga trauma melalui kepala, kondilus oksipitalis,
ke tulang leher. Terdapat dua, yaitu:
o Bursting fracture dari atlas (Jefferson’s fracture)
29
o Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah
Jefferson’s fracture
b. Tulang belakang torakal dan lumbal
Pemeriksaan radiologi rutin untuk trauma tulang belakang torakal dan
lumbal ada proyeksi AP dan lateral. Bila trauma berat, maka foto dibuat dengan
pasien tidur telentang dan foto lateral dibuat dengan sinar horizontal. Pada
kompresi terjadi fraktur kompresi vertebra, dan pada trauma langsung dapat
timbul fraktur elemen posterior vertebra, korpus vertebra, dan iga didekatnya.
Pada fraktur kompresi tampak korpus vertebra berbentuk baji pada foto lateral.
30
Fraktur kompresi lumbal
Pada foto AP, terdapat pelebaran bayangan mediastinum di daerah yang
bersangkutan menunjukkan adanya hematom paravertebral. Pada daerah
torakolumbal dan lumbal, mekanisme trauma dapat bersifat fleksi, ekstensi,
rotasi, atau kompresi vertical. Trauma fleksi merupakan yang paling sering dan
menimbulkan fraktur kompresi.
Trauma rotasi paling sering terjadi pada vertebra torakolumbal (TX –
LI) dan dapat menimbulkan fraktur dislokasi disebabkan karena kerusakan pada
elemen posterior vertebra. Pengendara mobil yang memakai sabuk pengaman
dapat mengalami seat-belt injury (Chance fracture) di daerah lumbal bila
kendaraan yang melaju cepat mendadak direm. Trauma vertebra terjadi karena
fleksi tulang belakang dan menyebabkan kerusakan pada elemen posterior
vertebra.
31
Fraktur Klavikula
Dislokasi akromioklavikular
32
3. Dislokasi sendi bahu:
a. Dislokasi anterior (subkorakoid):
Terlihat kaput humeri keluar dari fossa glenoidalis dan berada di bawah
prosesus korakoid.
33
Dislokasi posterior (subakromial)
34
Fraktur kolum humerus
35
Gambaran radiologis fraktur suprakondilar
36
Gambaran radiologis fraktur epikondilus medial
- Epikondilus lateralis
Fraktur epikondilus lateral sangat jarang terjadi dan biasanya
disebabkan oleh fraktur avulsi. Fraktur dari epikondilus lateral dapat
mengalami kesalahan diagnosis akibat radiolusensi dari epiphysis.
Pengobatan dilakukan dengan imobilisasi dengan cara siku difleksikan
sampai 90 derajat dan lengan bawah dalam posisi supinasi.
37
semua patah tulang siku. Fraktur kepala radius juga biasa terjadi akibat cedera
lainnya. Mekanisme terjadinya adalah jatuh dengan posisi tangan yang
hiperekstensi.
Fraktur kepala radius ini ditandai dengan nyeri seperti ditusuk-tusuk di
kepala radius (terletak di sepanjang lateral siku) dan nyeri pada posisi
pronasi/supinasi. Pemeriksaan radiografi perlu dilakukan dengan hati-hati
karena patah tulang mungkin tidak terlihat. Untuk fraktur kepala radius tanpa
dislokasi posisi fleksi biasanya cukup untuk menangani fraktur. Pada fraktur
kepala radius dengan dislokasi, dapat dilakukan splint pada posterior lengan
panjang dengan siku dalam posisi fleksi 90° dan lengan bawah disupinasi penuh
dan ditempatkan dalam sling.
38
Gambaran radiologis fraktur olekranon
39
Fraktur Galeazzi
2) Fraktur Colles
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan
angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi fragmen distal ke radial.
Dapat bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosessus stiloid ulna.3
40
Fraktur Colles
41
Fraktur Smith
42
Fraktur tulang navikulare manus
Ada sifat umum pada tulang-tulang yang terdiri atas tulang spongiosa yang
banyak dengan korteks yang tipis, yaitu :
Sukar melihat garis fraktur
Pembetukan reaksi periosteal yang minim atau sama sekali tidak ada.
Fraktur jenis ini sangat sukar dilihat karena garis fraktur sangat tipis dan
lebih mudah dilihat setelah beberapa hari. Hal ini karena trabekula yang letaknya
dekat garis fraktur diabsorbsi sehingga jarak antara kedua fragmen tulang lebih
lebar. Fraktur melalui pinggang (waist) tulang navikulare dapat menimbulkan
gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal dan menimbulkan nekrosis
avaskular.3
43
Fraktur metakarpal
Frakur ini sering terjadi. Fraktur distal metakarpal V sering terjadi setelah
meninju3
Fraktur Bennett
Fraktur dislokasi pada basis metakarpal I. Bila diduga ada fraktur atau
dislokasi pada tulang tangan harus dibuat:3
Foto PA, lateral, oblik
Bila meragukan dibuat foto tangan yang sehat untuk perbandingan
44
Fraktur Bennet posisi Frontal
45
Dislokasi tulang karpalia
Tidak sering terjadi, tetapi seringkali tidak terdiagnosis. Sangat penting
untuk membuat foto kedua tangan dan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
Seluruh karpus dapat megalami dislokasi ke voler atau posterior
Satu atau lebih tulang karpalia barisan proksimal tetap pada tempatnya,
biasanya tulang lunatum, sedangkan tulang-tulang karpus lainnya mengalami
dislokasi, disebut dislokasi perilunar (peri-lunar dislocation).
Tulang lunatum dislokasi ke voler.
Perilunar dislocation
6. FRAKTUR PADA PELVIS
- Biasanya terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada pekerja industry
- Kelainan pada jaringan lunak seringkali lebih serius/parah daripada fraktur itu
sendiri
46
Fraktur pelvis terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Fraktur stabil
2. Fraktur tidak stabil
Pelvis merupakan suatu struktur berbentuk cincin. Suatu fraktur yang tidak
menyebabkan terputusnya cincin atau bila cincin terputusnya hanya pada satu
tempat saja disebut fraktur stabil. Apabila cincin pelvis terputus pada 2 atau lebih
tempat di mana salah satu berada diatas sendi panggul (misal tulang ilium, sendi
sakro-iliaka, sacrum), maka termasuk ke dalam fraktur tidak stabil. Berbagai
variasi kombinasi fraktur dapat terjadi.
Komplikasi pada fraktur pelvis:
- Perdarahan, dan dapat terjadi secara massif
- Ruptur buli buli dan uretra
- Ruptur rectum atau vagina (jarang)
Fraktur tulang sacrum terkadang sulit dilihat, terutama apabila terdapat
banyak udara dan tinja dalam usus, sehingga sebagiknya dilakukan levamen
sebelum pengambilan foto.
Fraktur pelvis
47
7. FRAKTUR DAN DISLOKASI PADA SENDI PANGGUL DAN FEMUR
1. Dislokasi sendi panggul
- Dislokasi posterior : paling sering
- Dislokasi anterior : jarang, akibat abduksi berlebihan
- Dislokasi sentral : dengan fraktur asetabulum
48
Hip fraktur
3. Fraktur kollum femoris
Terutama pada orang-orang tua dan yang tulangnya porotik. Bila fraktur
intrakapsuler, hal ini sering mengakibatkan nekrosis avascular kaput femur
karena terputusnya aliran darah ke kaput femur. Pembentukan kallus pada
fraktur kollum femur biasanya sedikit. Penentuan konsolidasi terutama
didasarkan pada adanya kontinuitas trabekula melalui garis fraktur.
49
Fraktur kolum femoris
50
s
Fraktur patella
51
Fraktur distal femur
3. Fraktur tibia proksimal
- Fraktur kondilus medial atau lateral tibia (tibial plateu fracture)
- Fraktur avulsi dari eminensia interkondiloidea, biasanya dengan rupture
ligament krusiatum anterior.
52
Fraktur tibia proksimaL
53
Gambar derajat fraktur pada pergelangan kaki menurut Lauge-Hansen
Gambar Fraktur pergelangan kaki derajat II (kiri), Fraktur pergelangan kaki derajat III
(tengah), Fraktur tibia posterior (kanan)
54
BAB IV
PENYAKIT DEGENERATIF
1. OSTEOATRITIS
A. DEFINISI
Osteoartitis (OA) merupakan suatu penyakit degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan biokimia kartilago sendi di sendi sinovial. Hal ini ditandai
dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya
ketebalan serta sklerosis dari tulang di dekat persendian tersebut, pertumbuhan
osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan,
dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.
B. PATOFISIOLOGI
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan
tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan
keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui (Soeroso, 2006). Kerusakan tersebut
diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh
beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera (Felson,
2006). Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu :
Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di
dasarnya . Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada
rentang gerak (Range of motion) sendi (Felson, 2006).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2006).
55
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekano
reseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang
dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak (Felson,
2006).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi
memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk
menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang
terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan
(impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan
sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago
memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima (Felson, 2006).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan
sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika
bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai
penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum
timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui
lebih lanjut tentang kartilago (Felson, 2006).
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen
tipe dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi
molekul – molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah
molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan
kepadatan pada kartilago (Felson, 2006).
Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruha
elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim
pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor
(TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut
akan merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-
56
molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga
keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan
(Felson, 2006).
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk
memecah kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di
matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas
serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari
kartilago (Felson, 2006).
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi
pergantian matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses
degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis
prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek
terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat
proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis
aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini
berlangsung pada proses awal timbulnya OA (Felson, 2006).
Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian
matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan
degradasi Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki
metabolisme yang sangat aktif (Felson, 2006).
Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan
melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan
cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan
kolagen akan mudah mengendur (Felson, 2006). Kegagalan dari mekanisme
pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya OA pada sendi (Felson, 2006).
57
C. GAMBARAN RADIOLOGI
Kriteria diagnosis dari OA lutut berdasarkan American College of
Rheumatology yaitu adanya nyeri pada lutut dan pada foto rontgen ditemukan
adanya gambaran osteofit serta sekurang kurangnya satu dari usia > 50 tahun,
kaku sendi pada pagi hari < 30 menit dan adanya krepitasi.
58
Grading Osterarthritis
59
2. SPONDYLOSIS
A. DEFINISI
Spondylosis adalah sejenis penyakit rematik yang menyerang tulang
belakang (spine osteoarthritis) yang disebabkan oleh proses degenerasi
sehingga mengganggu fungsi dan struktur normal tulang belakang. Spondylosis
dapat terjadi pada leher (cervical), punggung tengah (thoracal), maupun
punggung bawah (lumbal). Proses degenerasi dapat menyerang sendi antar ruas
tulang belakang, tulang dan juga penyokongnya (ligament).
B. GAMBARAN RADIOLOGI
Apabila menemukan gejala tersebut dokter biasanya menanyakan
keluhan dan melakukan pemeriksaan fisik seperti nyeri tekan dan jangkauan
gerak. Setelah itu apabila dianggap perlu, dokter akan menyarankan penderita
melakukan berbagai pemeriksaan misalnya X-ray, CT-scan atau MRI.
60
Gambar 2. Spondylosis Servical
61
Gambar 6. Penyempitan DIV dan Osteofit
62
Gambar 7. Osteofit atau Spur Formation
63
3. HNP
A. DEFINISI
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari
discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal
menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix
spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
B. PATOFISIOLOGI
HNP atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula disebut
sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies adalah
penyebab tersering nyeri pugggung bawah akut, kronik atau berulang.
Penonjolan, ruptur, pergeseran adalah istilah yang digunakan pada nucleus
yang terdorong keluar diskus. Apabila nucleus mendapat tekanan, sedangkan
64
nucleus berada diantara dua end plate dari korpus vertebra yang berahadapan
dan dikelilingi oleh annulus fibrosus maka tekanan tersebut menyebabkan
nucleus terdesak keluar, yang disebut Hernia Nucleus Pulposus.
Herniasi diskus dapat terjadi pada midline, tetapi lebih sering terjadi
pada satu sisi. Keluhan nyeri dapat unilateral, bilateral atau bilateral tetapi lebih
berat ke satu sisi. Penyebabnya sering oleh karena trauma fleksi, dan terutama
trauma berulang dapat mengenai ligamentum longitudinal posterior dan
annulus fibrosus yang telah mengalami proses degenarasi. Sciatica, yang
ditandai dengan nyeri yang menjalar ke arah kaki sesuai dengan distribusi
dermatof saraf yang terkena, adalah gejala yang pada umumnya terjadi dan
ditemukan pada 40% dari pasien dengan HNP.
C. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi
sakro-iliaka), Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus,
penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil.
Pada kasus disk bulging, radiografi polos memperlihatkan gambaran tidak
langsung dari degenerasi diskus seperti kehilangan ketinggian diskus
intervertebralis, vacuum phenomen* dalam bentuk gas di disk, dan osteofit
endplate
65
Dalam kebanyakan kasus hernia nucleus pulposus (HNP), foto polos
tulang belakang lumbosakral atau tulang belakang leher tidak diperlukan. Foto
polos tidak dapat memperlihatkan herniasi, tetapi digunakan untuk
menyingkirkan kondisi lainnya misalnya, fraktur, kanker, dan infeksi.
66
BAB V
KELAINAN KONGENITAL
1. Osteogenesis Imperfecta
67
hidroksiprolin menyebabkan rigiditas pada molekul kolagen,
Hidroksiprolin terbentuk melalui hidroksilasi pascatranslasi pada residu
prolin terikat peptida yang dikatalis oleh enzim prolil-3-hidroksilase. Enzim
ini memiliki kofaktor berupa asam askorbat (vitamin C) dan α-ketoglutarat.
Lisin pada posisi Y juga dapat dimodifikasi secara pascatranslasi menjadi
hidroksilisin melalui kerja enzim lisil-3-hidroksilase dengan kofaktor yang
serupa.4
68
Lebih dari 90% penderita osteogenesis imperfecta memiliki sejumlah
mutasi dominan dalam gen COL1α1 pada lengan panjang kromosom 17
posisi 21.3-22.1 dan COL1α2 pada lengan panjang kromosom 7 posisi
22. Gen COL1α1 dan COL1α2 masing-masing mengkode proα1(I) dan
proα2(I). Mutasi yang paling banyak terjadi yaitu penghapusan gen
parsial serta duplikasinya. Mutasi lain yang terjadi mempengaruhi
penyambungan RNA. Umumnya mutasi akan mengakibatkan
penurunan ekspresi kolagen atau rantai proα yang strukturnya
abnormal, membentuk fibril abnormal, sehingga melemahkan
keseluruhan struktur tulang. Jika terdapat satu rantai yang abnormal,
rantai ini dapat berinteraksi dengan dua rantai yang normal, tetapi
pelipatan dapat dicegah, sehingga mengakibatkan penguraian enzimatik
seluruh rantai yang disebut procollagen suicide, yang bermanifestasi
sebagai osteogenesis imperfecta nonletal. Jika kedua rantai yang
abnormal, kelainan akan muncul secara genotif dan fenotif. Sementara
itu, jika ketiga rantai yang abnormal, akan bermanifestasi sebagai
osteogenesis imperfecta letal.4
69
radiografi berhubungan dengan jenis osteogenesis imperfecta dan tingkat
keparahan penyakit.3,6
1. Gambaran Radiografi Umum
Gambaran radiografi umum osteogenesis imperfecta yaitu
osteoporosis umum dari kedua kerangka aksial dan
apendikular. Kondisi tulang tipis, overtubulasi dengan korteks tipis.6
Tampak adanya reaksi periosteal, gambaran osteopenia, dan sklerosis
metafisis.9
70
Gambar 14. Radiografi femur posteroanterior laki-laki, 6 bulan, dengan
osteogenesis imperfecta menunjukkan sklerosis metafisis distal femur.
(Sumber: Paterson CR, 2003.)
71
termasuk osteosarkoma, miositis ossifikans, osteomielitis kronis, dan
osteokondroma.6
72
Gambar 16. Penyembuhan fraktur humerus diafisis kiri dengan
pembentukan kalus pada pasien dengan osteogenesis imperfecta. (Sumber:
Kirpalani A, 2012.)
73
Selain itu, dengan peningkatan keparahan penyakit, tulang
kranial tengkorak menunjukkan densitas yang rendah dan tampak tulang-
tulang Wormian, yaitu tulang-tulang kecil di intrasutura.6,9
Gambar 18. Radiografi kranial lateral pada pasien wanita muda dengan
tipe III osteogenesis imperfecta menunjukkan beberapa tulang Wormian.
(Sumber: Kirpalani A, 2012.)
74
Gambar 19. Röntgen kranial posteroanterior pada pasien wanita muda
dengan tipe III osteogenesis imperfecta menunjukkan beberapa tulang
Wormian. (Sumber: Kirpalani A, 2012.)
75
(a) (b)
Gambar 20. Radiografi kruris anteroposterior laki-laki dengan
osteogenesis imperfecta tipe IA pada usia:
A. 3 tahun saat pertama kali mengalami fraktur tibialis, dan
B. 6 tahun saat keempat kali mengalami fraktur tibialis.
(Sumber: Paterson CR, 2003.)
76
Gambar 21. Bayi baru lahir dengan osteogenesis imperfecta. Tampak
gambaran fraktur multipel dan deformitas pada seluruh tulang.
(Sumber: Rogers LF, Auringer ST, 1998.)
77
Tulang kraniofasial lunak dengan kalvarium, besar tipis
menyebabkan fasies segitiga.
78
Gambar 23. Radiografi vertebra lateral pada anak 1 tahun dengan
osteogenesis imperfecta. (Sumber: Kirpalani A, 2012.)
79
Gambar 24. Radiografi osteogenesis imperfecta tipe III anak usia 6 tahun.
A. Tulang tibialis dan fibularis kanan dan kiri tampak osteoporotik dengan
metaphyseal flaring, popcorn appearance pada plat pertumbuhan, dan
placement intramedullary rod.
B. Tulang-tulang vertebra terkompresi dan tampak osteoporotik.
(Sumber: Marini JC, 2007. Dalam Kliegman RM et al, ed., 2007.)
d. Osteogenesisimperfecta tipe IV
Gambaran radiografi dari osteogenesis imperfecta tipe IV mirip
dengan gambaran umum osteogenesis imperfecta. Gambaran khas yang
diasosiasikan dengan tipe IV adalah invaginasi basiler dengan atau tanpa
80
kompresi batang otak. Hal ini mungkin terdeteksi pada radiografi polos
tengkorak atau tulang vertebra servikalis.
Gambar 25. Radiografi cruris pada pasien dengan osteogenesis imperfecta tipe
I menunjukkan bukti osteoporosis parah, overtubulasi tibia dan fibula, dan
81
patahan penyembuhan diafisis transversal tibia. Terdapat beberapa garis
pemulihan pertumbuhan metafisis artikulasio genu dengan pengobatan
pamidronat. (Sumber: Suresh SS, Thomas JK, 2010.)
82
2. Polidaktili dan Sindaktili
A. Definisi
yang artinya banyak dan (daktulos) yang artinya jari, juga dikenal sebagai
Sindaktili berarti fusi jari tangan atau jari kaki, baik yang terdiri hanya
dari kulit (anyaman) atau dengan falang tulang menyatu (synostosis). Pada
polisindaktili kedua kondisi ada, baik dalam anggota gerak yang sama atau
B. Patofisiologi
kongenital ekstremitas. Cacat ini berasal dari prenatal hasil dari embriogenesis
yaitu:1
83
2. Tahap embrio (embryonic stage), awal minggu keempat sampai
84
Bebersps tipe sel seperti melanosit mengalami migrasi ke
tempatnya semula.
tangan.
yang spesifik, khas untuk setiap jaringan atau struktur dan waktunya
struktur sudah selesai terbentuk pada titik tertentu, maka proses itu
C. Gambaran radiologi
85
a. Polidaktili
86
DAFTAR PUSTAKA
87
21. Manske, MC. Kennedy, CD. Jerry I. Huang. 2017. Classifications in Brief: The
Wassel Classification for Radial Polydactyly. Clinical Orthopaedics and
Related Research. 475:1740–1746
22. Kempto, Steve J. N., Brett F. Michelotti. 2019. Syndactyly Reconstruction
Dalam Global Reconstructive Surgery. Elsevier.
23. Salhi, Saoussen., Aaron J. Berger. 2019. Syndactyly Reconstruction Dalam
Global Reconstructive Surgery. Elsevier.
88