Anda di halaman 1dari 8

Kajian Terhadap Penerapan..(W.

Prasuadi, dkk)

KAJIAN TERHADAP PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PADA FASE PRA-


PENGOPERASIAN REAKTOR DAYA
W. Prasuad, Subiharto dan Slamet Supriyanto
Pusat Reaktor Serba Guna – BATAN
Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Banten
prasuad@batan.go.id

ABSTRAK
KAJIAN TERHADAP PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PADA FASE PRA -
PENGOPERASIAN REAKTOR DAYA. Telah dilakukan kajian terhadap kesiapan sumberdaya
individu, proses dan organisasi (IPO) dalam penerapan budaya keselamatan pada fase pra-operasi
reaktor daya non komersial di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Kajian dilakukan melalui
analisis terhadap implementasi No. 200/KA/X/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan
Budaya Keselamatan kesiapan organisasi dan individu terhadap persyaratan pada IAEA Safety
Report Series No. SRS No. 74. Sebanyak 7 (tujuh) tantangan generik yang terdapat pada IAEA Safety
Report Series No. SRS secara bertahap telah diimplementasikan di BATAN. Hal ini diharapkan dapat
meyakinkan para pemangku kepentingan, bahwa kesiapan penerapan budaya keselamatan pada aspek
IPO dalam persiapan pra-pengoperasian reaktor daya telah dilaksanakan sesuai persyaratan IAEA.
Pemenuhan tantangan dengan implementasi yang sudah dilakukan di BATAN dan diperoleh adanya
keselarasan penerapan budaya keselamatan dengan memperluas pada lingkup sistem manajemen,
sikap perilaku selamat dalam meningkatkan kinerja keselamatan. Masih perlu dilakukan kajian secara
kualitatif dan kuantitatif terhadap seluruh tantangan yang dipersyaratkan melalui pengukuran survey,
observasi dan FGD dengan melibatkan pemangku kepentingan.

Kata Kunci : pra-operasi reaktor daya, persyaratan generik, budaya keselamatan pada reaktor daya

ABSTRACT
STUDY OF THE IMPLEMENTATION PHASE OF SAFETY CULTURE IN PRE - OPERATION
POWER REACTOR. Has been done a study on the readiness of the individual resources, technology
/ processes and organization (IPO) in the implementation of safety culture in the pre-operating non-
commercial power reactor in the National Nuclear Energy Agency (BATAN). The study were done
through an analysed of the implementation of the rule No. 200/KA/X/2012 on Guidelines for
Application of Safety Culture readiness of organizations and individuals against the requirements of
the IAEA Safety Report Series No. SRS No. 74. A total of seven (7) generic challenges contained in the
IAEA Safety Report Series No. SRS has gradually been implemented in BATAN. It is expected to
reassure stakeholders that the readiness of the implementation of safety culture on aspects of the
operation of IPO in preparation for power reactors have been implemented according to the
requirements of the IAEA. Fulfillment of the challenges to the implementation of that has been done in
BATAN and obtained better harmonization of safety culture implementation by extending the scope of
the management system, the behavior attitude in improving safety performance. Still necessary to
study qualitatively and kuantitatif to all the challenges required by measurement surveys, observation
and focus group discussions (FGD) involving stakeholders.

Kata Kunci : pre-operating power reactors, generic requirements, safety culture in power reactor

PENDAHULUAN lulus fase pertama dari tiga fase pengembangan


infrastruktur PLTN. Fase pertama ini berisi tentang
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) kesiapan infrastruktur untuk penetapan pelaksanaan
menetapkan Indonesia berhasil menyelesaikan fase proyek pembangunan PLTN. Dengan perencanaan
pertama pengembangan infrastruktur pembangkit yang matang, PLTN di Indonesia bisa dibangun dan
listrik tenaga nuklir (PLTN). Deputi Direktur beroperasi dengan aman," kata Bychkov dalam
Jenderal IAEA Alexander Bychkov mengatakan kunjungannya ke Badan Pengkajian dan Penerapan
Indonesia punya kemampuan dan sumber daya Teknologi, Jakarta, Kamis, 21 Agustus 2014.
untuk membangun PLTN. Indonesia dinyatakan

82
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir ISBN 976-602-6423-00-9
PRSG Tahun 2016

Untuk mewujudkan PLTN komersial di - banyak organisasi yang dengan latar belakang
Indonesia, telah banyak dilakukan kajian, seminar budaya kerja yang berbeda akan terlibat dalam
internasional, peningkatan SDM maupun aspek proyek, dan mereka perlu dikoordinasikan dan
politik dan kebijakan pemerintah dalam dikelola, dengan tugas dan tanggung jawab yang
pembangunan nuclear power plant (NPP). jelas, akuntabilitas dan protokol dalam pelaksanaan
Kebijakan pembangunan NPP komersial mutlak pembangunan PLTN;
berada ditangan pemerintah, namun untuk - proyek akan melibatkan berbagai negara dan
menunjukkan kemampuan pengoperasian NPP, budaya yang berbeda, yang dapat mengakibatkan
BATAN akan mengusulkan pembangunan NPP kesulitan dalam komunikasi dan koordinasi;
Non-Komersial atau lebih dikenal sebagai Reaktor - Pembangunan PLTN baru mungkin berlokasi di
Daya Eksperimental (RDE). negara-negara di mana tidak ada industri nuklir
Salah satu aspek keselamatan yang juga atau pengetahuan yang terkait nuklir dan
sangat berperan pembangunan NPP Non-Komersial infrastruktur, atau di negara-negara dengan industri
secara socio culture adalah kesiapan perilaku mapan tetapi tidak berpengalaman dalam
personel dan organisasi yang memiliki budaya konstruksi pada fasilitas nuklir;
keselamatan yang kuat. Dalam rangka fase pra Pengoperasian NPP non komersial (RDE)
pengoperasian NPP, BATAN telah mengeluarkan membutuhkan pemikiran, pendekatan yang
perka BATAN No. 200/KA/X/2012 tentang mempertimbangkan sistem yang kompleks secara
Pedoman Pelaksanaan Penerapan Budaya keseluruhan. Hal ini didasarkan pada pengamatan
Keselamatan[1]. Peraturan Kepala BATAN ini bahwa unsur-unsur sistem sering dipahami dalam
dijadikan pedoman dalam penguatan budaya konteks hubungan antar satu sistem dengan sistem
keselamatan dalam pengoperasian NPP Non lain. Sistem mempertimbangkan konsep dinamis
Komersial maupun komersial yang sangat terkini, interaksi social, politik dan logistik serta
bersinergi dengan persyaratan sistem manajemen hubungan sebab dan akibat. Pola pengembangan
keselamatan, budaya keselamatan BATAN serta budaya keselamatan dan budaya kerja dilakukan
peraturan perundangan lainnya. melalui siklus yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Mengingat banyak tantangan akan
dihadapi dalam masa pra-pembangunan PLTN
seperti fase sebelum pelaksanaan proyek, desain,
konstruksi dan commissioning PLTN maka
keselamatan nuklir sudah dimulai pada saat
dimulainya proyek dengan tantangan utama adalah
untuk memastikan bahwa praktek-praktek budaya
keselamatan yang kuat telah diterapkan dari awal
proyek untuk menghindari kekurangan baik pendek
maupun jangka jangka. Pengalaman menunjukkan
bahwa fokus utama pembangunan PLTN pada
aspek teknis (teknologi), jadwal proyek dan
anggaran tetapi kurang pada sisi individu dan
organisasi, maka dalam beberapa kasus, kondisi
yang seperti ini akan berkontribusi sebagai
penyebab masalah keselamatan untuk jangka
panjang[2]. Misalnya, dalam satu proyek konstruksi
PLTN, kondisi penyimpanan komponen yang buruk Gambar. 1 Model proses pengembangan
yang disediakan oleh pemasok akan mengakibatkan Budaya Keselamatan Kolb[1]
masalah korosi dan masalah keselamatan yang
berkaitan dengan kehandalan jangka panjang Siklus ini diawali dari pengalaman,
komponen ini, dan memiliki dampak ekonomi perenungan, pengkajian, adanya konsep penerapan
dalam hal jadwal dan persyaratan pengawasan percobaan yang dilakukan secara berkelanjutan
tambahan selama operasi. Tantangan yang untuk penguatan budaya keselamatan.
berkaitan dengan budaya keselamatan selama fase Sebagai contoh, sistem berpikir akan
pra-operasional meliputi berikut ini[3,4]: mempertimbangkan apakah kapasitas badan
- organisasi dengan pengalaman langsung yang pengawas nasional sesuai dengan tuntutan
terbatas mungkin terlibat dan dalam beberapa pengawasan proyek PLTN dalam kaitannya dengan
kasus, mungkin memiliki pengetahuan cukup kemampuan sumber daya dan tingkat pengalaman
tentang persyaratan keselamatan nuklir; nuklir dari Negara Anggota IAEA.

83
Kajian Terhadap Penerapan..(W.Prasuadi, dkk)

Proyek pembangkit listrik tenaga nuklir Pada kajian makalah ini, dibahas
melibatkan sistem jaringan interaksi dinamis dan mengenai konsep implementasi budaya
hubungan yang bisa mendapatkan keuntungan dari keselamatan pada fase pra-pengoperasian reaktor
penerapan sistem. Dalam pembangunan PLTN, daya non komersial dengan focus pada organisasi
akan akan banyak melibatkan sistem sosial, proses pengoperasi, sehingga akan diperoleh suatu
kerja, teknologi yang kompleks, politik, ekonomi, gambaran kesiapan pendekatan keselamatan
energi global, lingkungan hidup, peraturan pengoperasian PLTN dari aspek budaya
perundang undangan serta sumber daya manusia. keselamatan.
Model kerangka kerja terpadu sering digunakan
untuk menyoroti faktor yang mempengaruhi sistem 1. METODOLOGI
terintegrasi pembangunan PLTN ditunjukkan pada
Kajian ini dilakukan melalui studi literatur
Gambar 2.
terhadap peraturan, pedoman, atau standar
ketenaganukliran yang berhubungan dengan budaya
keselamatan nuklir dan sistem manajemen
keselamatan serta penerapan budaya keselamatan
yang telah dilaksanakan di BATAN. Referensi
utama yang digunakan adalah: No. 200/KA/X/2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Budaya
Keselamatan[1] , dan SRS No.74, Safety Culture in
Pre-operational Phases of Nuclear Power Plant
Projects[2]. Penekanan pada kajian ini difokuskan
pada aspek kesiapan organisasi pengoperasi dalam
penerapan budaya keselamatan dalam pra-operasi
reaktor daya eksperimental di BATAN.

2. HASIL DAN PEMBAHSAN


Langkah pertama penerapan budaya keselamatan
yang kuat dalam proses pra-operasi RDE adalah
Gambar.2. Model kerangka terpadu untuk sistem
manajemen dalam tenaga nuklir[2] untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi
dan untuk memperluas pemahaman dan
Kondisi terkini untuk pembangunan implikasinya. Lingkup tantangan ini termasuk
proyek-proyek PLTN menambahkan dimensi kasus khusus antara lain:
tambahan yang sangat dipengarusi oleh empat - negara newcomer dalam pembangunan reaktor
faktor eksternal budaya keselamatan yang daya den kean keterbatasan dalam infrastruktur
ditunjukkan pada Tabel-1. nuklir;
-Vendors, produsen dan kontraktor, khususnya
Tabel 1 Dimensi budaya keselamatan dalam dalam organisasi pengelolaan nuklir kurang akrab
pembangunan PLTN dengan persyaratan nuklir;
-Badan regulator dan pengaruhnya terhadap budaya
 Kewajiban dan harapan internasional keselamatan.
 Tata kelola perusahaan nasional dan regional Untuk mengkaji sejauh mana status kesiapan aspek
 Budaya lokal, nasional dan regional budaya keselamatan dalam perencanaan RDE,
 Lingkungan (iklim politik, keuangan dan ditampilkan persyaratan serta implementasi yang
ketersediaan sumber daya) sudah dilaksanakan di BATAN terhadap delapan
tantangan generik yang mengadopsi pada dokumen
Dalam keterkaitan dengan pengaruh eksternal, IAEA SRS 74[2] dan implementasi yang sudah
pemangku kepentingan secara terpisah diterapkan ditampilkan pada Table-2.
mengembangkan system manajemen, peraturan dan
standar yang sesuai dengan kebutuhan masing Tabel-2. Tantangan organisasi pengoperasiaalamn
masing, misalkan menyiapkan standar NPP terkait budaya keselamatan
pengoperasian, peraturan pengawasan
pengoperasian , persyaratan perijinan, sanksi serta Tantangan generik Implementasi generik
standar proteksi radiasi dan keselamatan sesuai IAEA SRS74 budaya keselamatan
lingkungan untuk PLTN non komersial. BATAN
Memahami Internalisasi: perka 200,
keselamatan dan SB006[7], Perka

84
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir ISBN 976-602-6423-00-9
PRSG Tahun 2016

budaya keselamatan 020/KA/I/2012[8], mungkin bermanfaat langsung dan mengakui


nuklir, khususnya Proteksi radiasi dan bahwa solusi apapun yang diusulkan harus
untuk organisasi baru keselamatan lingkungan disesuaikan dengan realitas budaya dan operasional
dibidang tenaga (SB016), BBS, safety organisasi. Menggunakan model sederhana pada
nuklir ; climate, program 5R, Gambar 3 diharapkan dapat membantu organisasi
security culture. pengoperasi untuk memahami aspek yang
Pencapaian scoring “B” mendasari setiap tantangan, dan dapat memberikan
semua unit kerja konsep struktur yang berguna untuk mengevaluasi
BATAN solusi potensial dan ancaman bahaya yang mungkin
Aspek multikultural Koordinasi, komunikasi terjadi. Gambar 2 membagi budaya keselamatan
dan multinasional dan sosialisasi tingkat menjadi tiga elemen yang saling berkaitan. Setiap
program tenaga nuklir internasional, tingkat organisasi dapat mengembangkan sendiri
yang modern nasional, pemerintah kandungan elemen, seperti yang ditunjukkan oleh
daerah dan masyarakat, tumpukan berlapis-lapis dalam Gambar 3.
tentang program nuklir
BATAN;
Renstra BATAN 2015-
2019; KAK Budaya
Keselamatan 2015-2019.
Peran kepemimpinan Pelatihan dan workshop
dalam penguatan budaya keselamatan,
budaya keselamatan change management
untuk esselon-II; safety
leadership.
Persyaratan Penguatan komunitas
kompetensi dan SDM malalui pelatihan,
kompetisi untuk studi kasus, komunikasi
sumber daya manusia dan koordinasi pelaksana
yang berpengalaman keselamatan dan budaya
Gambar-2. Model integrasi tiga elemen budaya
keselamatan tingkat keselamatan[1]
kawasan
Proses sistem Sertifikasi SB006 Unsur-unsur komponen adalah sebagai
manajemen untuk OHSAS 18001:2008 di berikut:
mendukung budaya semua unit kerja
keselamatan (klausul 4.1.5) Sistem Manajemen keselamatan (SMK)
Pembelajaran Sarasehan budaya SMK termasuk kerangka normatif untuk mencapai
organisasi dan umpan keselamatan BATAN, praktik dan hasil yang diinginkan, seperti;
balik informasi Lokakarya Keselamatan penerapan peraturan, sistem manajemen
Penilaian budaya Kaji diri budaya keselamatan, proses, prosedur, manajemen risiko,
(keselamatan) dan keselamatan dan struktur organisasi, bagian bagian khusus, program
perbaikan terus- tindakan perbaikan hasil dan rencana kerja manajemen.
menerus assessment untuk
penyusunan progam[3] Penarapan dan Praktek
Komunikasi dan Asistensi budaya Beberapa contoh praktek-praktek dan tindakan
interface keselamatan, audit: GRS- penerapan seperti pengambilan keputusan, perilaku
3, SB006 OHSAS pemimpin dan pekerja, kepatuhan terhadap
18001:2008; manajemen prosedur , proses pembelajaran, interaksi antara
terpadu, program manusia, alur kerja dan peralatan, interaksi antara
sosialisasi organisasi dan pemangku kepentingan lainnya.
Daerah yang tumpang tindih antara unsur-
Salah satu pendekatan yang dikaji adalah unsur merupakan interface. Pusat segitiga
tantangan generik bagi negara yang baru akan menunjukkan tumpang tindih dari ketiga unsur,
membangun fasilitas reaktor daya adalah memilih atau daerah dimana kinerja keselamatan memiliki
berbagai pendekatan dan metode yang disarankan, dampak yang paling penting. Jika setiap elemen
antara lain adanya komponen sumber daya jauh dari yang lain, daerah pusat menurun dan
manusia (SDM) memilih orang-orang yang daerah interface yang terkait semakin kecil,

85
Kajian Terhadap Penerapan..(W.Prasuadi, dkk)

menghasilkan risiko yang lebih besar. Misalnya, d. tukar pengalaman dan informasi terkait
jika pemahaman bergeser jauh dari dua unsur penerapan budaya keselamatan antar unit kerja
lainnya, interface antara manajemen untuk di lingkungan BATAN; sudah dilakukan studi
keselamatan' dan 'tindakan dan praktik' tetap sama banding antar satker, melakukan sarasehan
tetapi keselarasan berkurang dengan 'pemahaman' budaya keselamatan untuk mendapatkan best
memperkenalkan risiko. Kondisi ini masih sejalan practices yang dapat ditilarkan. Kegiatan ini
dengan model implementasi pada Perka BATAN dilakukan dalam agenda Sarasehan dan
No.200/KA/X/2012 yang menekankan integrasi Lokakarya budaya keselamatan.
pada sistem manajemen dan budaya keselamatan e. pelatihan rekualifikasi individu, penyediaan
pada tingkatan artefak, tata nilai dan asumsi dasar, sarana dan prasarana belajar yang memadai;
seperti ditunjukkan pada Gambar 3. melakukan rekualifikasi SIB individu, pelatihan
Pada karakteristik kelima peraturan sistem manajemen, workshop budaya
Kepala BATAN No. 200/KA/X/2012 tentang keselamatan, sarasehan budaya keselamatan;
Pedoman Pelaksanaan Penerapan Budaya f. membuat progress report budaya keselamatan
Keselamatan, disebutkan bahwa: Keselamatan tahunan kepada Badan Pengawas laporan
sebagai penggerak. Kemampuan untuk belajar dari budkes BATAN ke BAPETEN tahun 2014.
pengalaman dan pembelajaran dari organisasi lain Selain memenuhi persyaratan untuk
harus dikembangkan melalui pelatihan secara pembangunan PLTN, pangalaman praktis sangat
berkala untuk semua individu termasuk manajer diperlukan sebagai suatu modal tangible organisasi
senior. dan individu pengelelola PLTN. Pada SRS 74
disampaikan beberapa tantangan praktis yang akan
dihadapi oleh pengelola PLTN. Untuk Negara yang
akan membangun PLTN harus memulai program
tenaga nuklir melalui pembelajaran dari
pengalaman internasional. Mengacu pada SRS 74
IAEA, best practices untuk memulai langkah-
langkah untuk menanamkan langkah awal budaya
keselamatan (lagging) indicators serta beberapa
pertimbangan awal disampaikan pãda Tabel-3.

Tabel-3. Indikator lagging BATAN dalam penarapan


Dokumen IAEA SRS 74[1].

Key challenges Lagging indicators


Gambar-3. Hubungan Budaya Keselamatan Becoming a signatory Kepatuhan terhadap
dan Manajemen Keselamatan[1] to all applicable IAEA peraturan perundangan
and international
Beberapa best practices yang sudah conventions
dilaksanakan dalam mendukung penerapan budaya Committing to Hasil jejak pendapat
keselamatan pada fase pra-pengoperasian reaktor transparency and masyakat terhadap
daya non komersial menunjukkan kesiapan SDM openness to ensure that pembangunan PLTN
dan BATAN selaku organisasi telah siap, antara all participants and non komersial,
lain: international agencies penilaian badan regulasi
a. inspeksi K3 oleh individu dan manajemen; telah understand the chosen
dilakukan pengawasan internal fasilitas, audit national strategy and
internal manajemen keselamatan, dan plans.
engawasan standar mutu nuklir oleh PSMN- Determining the level of Hasil jejak pendapat
BATAN; public acceptance, masyarakat terhadap
b. pelaksanaan penilaian diri keselamatan; since this affects the pembangunan PLTN
dilakukannya penilaian diri oleh setiap unit ability to attract human non komersial
kerja, ( klausul 4.1.5 SB006 dan Pasal 3.4 Perka and financial resources
200); Performing an early Hasil jejak pendapat
c. pelaporan terbuka masalah keselamatan (near assessment of national masyaakat terhadap
miss, incident, accident); setiap unit kerja telah and local cultural pembangunan PLTN
mendokumentasikan setiap incident, accident attributes in relation to non komersial;
serta data tentang tindakan save dan unsave; safety awareness and Kaji diri budaya
attitudes toward risk. keselamatan dan

86
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir ISBN 976-602-6423-00-9
PRSG Tahun 2016

National and local budaya keamanan di following a positive BAPETEN No. 4


cultures are the context seluruh unit kerja dan decision to proceed Tahun 2014.
within which a safety kawasan nuklir. may leave a regulatory
culture must be body unprepared.
developed. It is Regulatory skills, like
important to direct operator skills, require
efforts at strategies that considerable time to
counter attributes that develop. It is important
would hinder the to establish a
development of a strong regulatory framework
safety culture that includes
Assigning leaders with Penguatan pada safety requirements to support
an understanding of leadership melalui the development of a
and commitment to penetapan pemenuhan strong safety culture
developing a strong kualifikasi SDM . and to establish a
safety culture. Such Sosialisasi, internalisasi management system in
leaders have the budaya keselamatan, accordance with the
courage to promote penyusunan buku saku requirements set out in
organizational learning budaya keselamatan Establishing Membangun
by questioning international kerjasama dengan
established practices, cooperation and IAEA melalui pelatihan
revitalizing complacent consortium agreements personel dan
organizations and that include safety konsorsium
helping those who are culture requirements internasional yang
not familiar with best and that address long mencakup persyaratan
practices. term needs, and budaya keselamatan;
Engaging external Telah melibatkan encouraging public kebutuhan jangka
expertise in the early keahlian eksternal scrutiny and panjang, dan
phases of an NPP dalam fase awal proyek engagement during the mendorong
project, specifically in PLTN, khususnya di development of these memberikan ruang
the areas of safety, bidang agreements. untuk pengawasan;
safety culture, human keselamatan,budaya Agreements assist in Perjanjian melalui
performance, keselamatan, kinerja developing long term promosi PLTN dan
organizational design, SDM (BBS)[9,10] , relationships between layanan Web. BATAN;
management system desain organisasi, operators and vendors Penyiapan transfer
design and regulatory desain sistem through such means as pengetahuan dari pihak
development. manajemen dan the establishment of ketiga.
pengembangan consortia that include
peraturan. technology transfer
Developing the Telah melakukan arrangements. The
competency and peningkatan global nature of the
capability to conduct kompetensi dan nuclear supply chain
technical reviews and kemampuan untuk makes this aspect
assessments of nuclear melakukan tinjauan important for long term
safety through all teknis dan penilaian performance.
phases of an NPP keselamatan nuklir Developing a national Adanya STTN (Sekolah
project melalui semua tahapan nuclear education and Tinggi Teknologi
proyek PLTN, melalui training plan that Nuklir) BATAN,
pembentukan tim teknis includes safety culture menjamin ketersediaan
dan tim manajemen. training as an tenaga ahli dalam
Establishing an The Management important element; bidang nuklir;
effective regulatory System for Facilities undertaking work Pelatihan yang
organization in the pre- and Activities and exchange programmes mencakup pelatihan
project phase, since the applications (IAEA to develop local budaya keselamatan
momentum associated Safety Standards Series expertise; participating sebagai elemen penting;
with new build projects No. GS-R-3) [5,6], Perka in IAEA and other melakukan studi
international nuclear banding untuk

87
Kajian Terhadap Penerapan..(W.Prasuadi, dkk)

industry information mengembangkan - untuk tranformasi budaya keselamatan telah


exchange programmes keahlian lokal; dilakukan beberapa kegiatan berupa sarasehan,
starting in Berpartisipasi dalam lokakarya, pelatihan, pembentukan komunitas
kegiatan IAEA dan penggerak budaya keselamatan BATAN yang
program pertukaran berfungsi untuk menggali pengetahuan tasid dari
informasi industri staff senior serta penyiapan Nuclear Knowledge
nuklir internasional Management dalam bentuk safety Culture
lainnya. Community of Practices (COP).
Melaksanaan studi - BATAN telah menerapkan budaya keselamatan
hrmonisasi antara dengan mengintegrasikan ketiga unsur yang
security and safety diidentifikasi pada Gambar. 2; manajemen untuk
culture. keselamatan, tindakan dan praktik serta
pemahaman asumsi dasar, persepsi risiko dan
Pada fase awal tahap penerapan pra-operasional kompetensi. Integrasi efektif elemen-elemen ini
budaya keselamatan telah dilaksanakan antara lain: akan menjamin hasil yang diperlukan pada
- mengembangkan pengaturan transfer keselamatan nuklir.
pengetahuan untuk memastikan pengembangan - Perlu meningkatkan kompetensi teknis dan
keahlian berlanjut di pengoperasian reaktor non kemampuan untuk menilai implikasi keselamatan
daya, keselamatan nuklir dan budaya keselamatan nuklir sangat penting untuk membangun budaya
maupun budaya keamanan nuklir; keselamatan yang kuat dalam industri nuklir.
- memastikan bahwa rencana proyek mencakup - Keberhasilan pengoperasian PLTN non-
unsur-unsur budaya keselamatan dan persyaratan komersial akan memberikan kepercayaan diri para
untuk tetap mempertahankan budaya keselamatan pemangku kepentingan dalam menentukan
ada dalam perencanaan; kebijakan energy terbarukan secara nasional.
- mengembangkan kajian perencanaan untuk - Dari aspek manajemen keselamatan dan budaya
pemenuhan persyaratan budaya keselamatan; keselamatan, penerapan pra-operasional budaya
- adanya sistem manajemen pengetahuan dan keselamatan BATAN telah siap, namun perlu
manajemen perubahan yang menjamin manajemen pengkajian yang lebih mendalam terhadap
konfigurasi seluruh tahapan; pengorganisasiannya.
- melakukan tahapan standar PLTN untuk -
menghindari biaya besar yang terkait dengan
DAFTAR PUSTAKA
membangun kembali konfigurasi desain yang
hilang atau tidak jelas selama tahap operasi, di 1. BATAN No. 200/KA/X/2012 tentang Pedoman
mana masalah konfigurasi menimbulkan Pelaksanaan Penerapan Budaya Keselamatan,
kekhawatiran keselamatan. 2012.
2. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY
KESIMPULAN AGENCY, Safety Culture In Pre-Operational
Phases Of Nuclear Power Plan Projects, IAEA
Dari hasil Kajian dokumen dan Safety Report Series No. SRS No. 74, IAEA,
implementasi yang diindikasikan dari indikator Vienna (2006).
lagging dan leading, disimpulkan: 3. NUCLEAR REGULATORY COMMISSION,
- secara alamiah penerapan budaya keselamatan Improving Quality and the Assurance of
dalam fase pra-operasional proyek PLTN non Quality in the Design and Construction
komersial akan mengkonstruksi diri untuk fokus of Nuclear Power Plants, ReportNo.
pada sistem yang terintegrasi. Untuk itu perlu NUREG-1055, NRC, Washington DC (1984).
dipersiapkan secara berjenjang kesiapan individu, 4. FINNISH RADIATION AND NUCLEAR
SAFETY AUTHORITY (STUK),
organisasi dan teknologi untuk mendukung Management of Safety Requirements in
pengoperasian PLTN non komersial. Subcontracting During the Olkiluoto 3 Nuclear
- aspek keselamatan dan budaya keselamatan telah Power Plant Construction Phase, Investigation
diimplementasikan diantaranya; sistem manajemen Report 1/06, STUK, Helsinki (2006).
keselamatan SB006 OHSAS 18001:2008 dan 5. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY
Perka BATAN No.020/KA/I/2012, serta Standar AGENCY, The Management System for
BATAN tentang proteksi radiasi dan keselamatan Facilities and Activities, IAEA Safety Standards
lingkungan yang bersinergi dengan Perka Series No. GS-R-3, IAEA, Vienna (2006).
BAPATEN No. 4 Tahun 2013 tentang manajemen 6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY
fasilitas dan manajemen keselamatan serta AGENCY, Application of the Management
peraturan eksternal lainnya. System for Facilities and Activities, IAEA Safety

88
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir ISBN 976-602-6423-00-9
PRSG Tahun 2016

Standards Series No. GS-G-3.1, IAEA, Vienna (


2006).
7. BATAN, STANDAR BATAN NOMOR SB006
OHSAS 18001:2008(2008), PERSYARATAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA, JAKARTA.
8. Peraturan Kepala BATAN Nomor
020/KA/I/2012(2012), Identifikasi Bahaya dan
Pengendalian Risiko, Jakarta.
9. HERUTOMO B.,(2014), Behavior base
safety, Bahan ajar pelatihan budaya
keselamatan, Pusdiklat BATAN, 2014, Jakarta.
10. PRASUAD W.,(2014), Strategi dalam
implementasi dan pengembangan budaya
keselamatan. Prosiding PPID Buku-II PSTA
BATAN, Yogyakarta 10-11 Juni 2014, ISSN
0216-3128, halaman 84-91.

89

Anda mungkin juga menyukai