Anda di halaman 1dari 6

Gangguan menstruasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umumnya, gangguan kesehatan yang dirasakan kaum perempuan berkaitan erat
dengan organ kewanitaannya. Proses perkembangan seorang perempuan
membawanya pada suatu tahapan tertentu yang mempengaruhi kondisi tubuhnya.
Keadaan ini menimbulkan berbagai masalah gangguan kesehatan yang cukup khas.
Beberapa masalah kesehatan perempuan bersifat normal dan tiak perlu
dikhawatirkan. Sebagian lagi memerlukan penanganan yang cepat dan intensif agar
tidak fatal akibatnya.
Salah satu masalah yang sering dialami oleh perempuan adalah gangguan
menstruasi yang terjadi setiap bulan. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik
dan terjadi menurut siklusnya dari rahim yang menggambarkan rangsangan
hormonal pada endometrium karena tidak terjadi kehamilan. Menstruasi
menggambarkan kedewasaan biologis seorang perempuan. Masa menstruasi terjadi
karena menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron. Menurunnya hormon-
hormon tersebut mengakibatkan kerusakan lapisan endometrium. Akibatnya,
terjadi perdarahan dan pelepasan lapisan endometrium yang disebut darah
menstruasi. Gangguan-gangguan menstruasi yang sering dialami oleh perempuan
adalah Hipomenorhea, Hipermenorhea, Polimenorhea, Oligomenorhea,
Kriptomenorhea, dan Amenorhea

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian menstruasi ?
2. Bagaimana proses terjadinya menstruasi ?
3. Apa saja gangguan-gangguan yang sering dialami perempuan yang haid ?
4. Apa penyebab terjadinya gangguan menstruasi ?
5. Bagaimana penanganan yang tepat dalam mengatasi gangguan-gangguan haid ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian menstruasi.
2. Mengetahui proses fisiologis terjadinya menstruasi.
3. Mengetahui gangguan-gangguan menstruasi secara fisiologis dan patologis.
4. Mengetahui penyebab terjadinya gangguan-gangguan menstruasi.
5. Mengetahui penanganan yang tepat dalam mengatasi gangguan-gangguan haid.

BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan terjadi menurut siklusnya dari
rahim yang menggambarkan rangsangan hormonal pada endometrium karena tidak
terjadi kehamilan. Menstruasi menggambarkan kedewasaan biologis seorang
perempuan. Masa menstruasi terjadi karena menurunnya kadar hormon estrogen
dan progesteron. Menurunnya hormon-hormon tersebut mengakibatkan kerusakan
lapisan endometrium. Akibatnya, terjadi perdarahan dan pelepasan lapisan
endometrium yang disebut darah menstruasi.
Lamanya siklus darah menstruasi yang normal dihitung dari jarak antara tanggal
mulainya menstrusai sebelumnya dengan mulainya menstruasi berikutnya, yaitu
berkisar antara 25-32 hari. Lama menstruasi antara 3 – 7 hari. Ada juga perempuan
yang mengalami menstruasi 1-2 hari, kemudian perdarahan sedikit demi sedikit
mengikutinya. Sebagian lagi mengalami menstruasi yang lebih lama, yaitu 7-10
hari. Jumlah darah yang dikeluarkan saat menstruasi sekitar 20 – 40 ml. Oleh
karena itu, wajar jika beberapa perempuan merasa sangat lemas saat menstruasi
dan membutuhkan 2 – 5 pembalut untuk menampung darah menstruasi setiap
harinya.
Sebagian perempuan mengalami nyeri saat menstruasi (dismenorhea). Hal ini
dikarenakan saluran rahim yang masih sempit sehingga bersifat normal. Namun
perlu diwaspadai kemungkinan nyeri tersebut karena endometriousis.

B. Proses Fisiologis Terjadinya Menstruasi


Haid dipengaruhi berbagai hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang
dikeluarkan oleh hipothalamus dan memicu hipofisis anterior mengeluarkan hormon
FSH. FSH (Folikel Stimulating Hormon) memicu pematangan folikel diovarium,
sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar Estrogen akan
mengakibatkan proliferasi sel endometrium (penebalan dari endometrium).
Estrogen yang tinggi memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon
LH (Luteinizing hormon). LH akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus
luteum untuk mensintesis progesteron. Progesteron sendiri menyebabkan
perubahan sekretorik pada endometrium sehingga terjadi Fase sekresi / fase
luteal. Fase sekresi selalu tetap 14 hari, meskipun siklus haid bervariasi, yang
berbeda adalah fase proliferasinya, sehingga harus berhati2 untuk menentukan
masa subur. Gangguan haid dan siklusnya, bisa berupa :
 Ritme (irama haid)
 Banyaknya darah haid yang keluar
 Lamanya darah haid yang keluar
 Perdarahan tidak teratur , dimana interval datangnya haid tidak tentu
 Perdarahan bercak (spotting) prahaid, pertengahan siklus dan pasca haid
Ritme haid abnormal
* Polimenore : haid terlalu sering, < 21 hari * Oligomenore: haid terlalu jarang, > 35
hari
* Tidak terjadi haid : Amenore
* Metroragia : Perdarahan tidak teratur diluar siklus haid
Kelainan Haid berdasarkan Banyaknya darah haid abnormal
o Hipermenore : darah haid banyak, ganti pembalut > 6x perhari
o Hipomenore : darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut < 2x perhari o
Perdarahan bercak (spotting) o Kelainan Haid berdasarkan Lamanya darah haid
yang keluar o Menoragia : Darah haid keluar > 6 hari
o Brakimenore : Darah haid yang keluar < 2 hari Perdarahan uterus disfungsional
(PUD) adalah Perdarahan uterus abnormal, dimana terjadi gangguan fungsional
mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium Yang bukan
disebabkan kelainan organik alat reproduksi seperti mioma uteri atau kista pada
ovarium. Dapat ditemukan pada usia perimenars, usia reproduksi, usia
perimenopause PUD usia perimenars • Usia menars : usia mulai terjadinya haid
(rata2 11 tahun) hingga memasuki usia reproduksi • 3-5 tahun • Siklus haid tidak
teratur baik lama maupun jumlah • PUD terjadi krn siklus anovulatorik (95-98%) •
D/ anovulasi & analisis hormonal (-) PUD usia reproduksi • Siklus yang berovulasi
(65%) dan siklus yang tidak berovulasi • Analisis hormonal biasanya normal • Diduga
akibat gangguan di sentral (disregulasi) akibat adanya gangguan psikis • Pastikan
dulu adanya ovulasi dengan suhu basal badan, sitologi vagina atau analisis
hormonal • Usia > 35 tahun sebaiknya dilakukan kuret untuk menyingkirkan adanya
keganasan pada endometrium
PUD usia perimenopause
• Usia antara pramenopause dan pasca menopause
• Sekitar usia 40-50 tahun
• 95% siklus tidak berovulasi
• Analisis hormonal : FSH, LH, estradiol, prolaktin
• Kadar FSH > 35mIU/ml

C. Gangguan-gangguan Menstruasi secara Fisiologis dan Patologis


1. DISMENOREA
Dismenorea adalah nyeri uteri pada saat menstruasi. Dismenorea primer tidak
dikaitkan dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit organic. Intensitas
Dismenorea bisa berkurang setelah hamil atau pada umur sekitar 30 tahun.
Dismenorea primer mengenai sekitar 50-75% wanita yang masih menstruasi. Sekitar
10 mengalami Dismenorea berat. Sehingga mereka tidak bisa bekerja. Dismenorea
sekunder timbul sebagai respon terhadap penyakit organic seperti PID,
endometriosis, fibroid uteri, dan pemakaian IUD. Ada beberapa factor yang
dikaitkan dengan Dismenorea primer yaitu prostaglandin uterine yang tinggi,
aktivitas uteri abnormal, dan factor emosi/psokologis. Belum diketahui dengan
jelas bagaimana prostaglandin menyebabkan Dismenorea tetapi diketahui bahwa
perempuan dengan Dismenorea mempunyai prostaglandin yang empat kali lebih
tinggi daripada perempuan tanpa Dismenorea. Dismenorea primer biasa timbul
pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram
dan dirasakan pada abdomen bawah.
MANAJEMEN ASUHAN
Dismenorea primer diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang bisa menghalangi
sintesis dan metabolisme prostaglandin. Obat anti inflamasi non steroid (non
steroidal anti inflammatory drugs, NSAID) adalah obat yang efektif untuk
menghambat sintesis prostaglandin. Contoh obat-obat ini adalah ibuprofem,
naproxen, dan ketoprofen. Dismenorea sekunder diatasi dengan memperbaiki
penyebab organic.
2. AMENOREA
Amenorea (tidak ada menstruasi) ada dua bentuk primer dan sekunder. Amenorea
primer timbul apabila menstruasi pertama tidak terjadi pada umur 16 tahun.
Amenorea primer bisa diakibatkan oleh kelainan genetic, endokrin, atau defect
perkembangan congenital. Amenorea sekunder timbul apabila seorang wanita yang
sudah menstruasi berhenti menstruasinya selama 3-6 bulan. Kadang-kadang tidak
ada menstruasi, satu kali masih dianggap normal. Kehamilan adalah penyebab
utama Amenorea. Amenorea sekunder bisa juga timbul sebagai respon terhadap
stress yang berat, perubahan fungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, ovarium,
tiroid, dan kelenjar adrenal. Wanita yang memakai kontransepsi oral bisa juga
mengalami Amenorea 6 bulan setelah berhenti memakai kontrasepsi oral.
Amenorea sekunder bisa juga dialami oleh atlit yang terlalu banyak menghabiskan
kalori, karena menarche yang normal memerlukan sekitar 17% lemak dari tubuh.
Hilangnya 10-15% berat badan dapat menyebabkan Amenorea. Amenorea bisa juga
mempengaruhi kepadatan tulang dan mengakibatkan osteoporosis. Seorang wnaita
yang tidak ada ovulasi bisa mengalami kanker endometrium, perdarahan uterus
disfungsional, dan infertilitas.
MANAJEMEN ASUHAN
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan system reproduksi dilakukan dengan teliti.
Kehamilan perlu dikesampingkan. Pengobatan bergantung pada penyebab
Amenorea. Terapi hormone bisa diberikan. Wanita dengan Amenorea memerlukan
konseling untuk menangani gangguan konsep diri dan infertilitas.
3. SINDROM PREMENSTRUASI.
Sindrom premenstruasi (Premenstrual syndrome, PMS) adalah sekelompok gejala
fisik maupun tingkah laku yang timbul pada pertengahan siklus menstruasi, dan
disusul dengan periode tanpa gejala. Resert melaporkan (tailor 1994) bahwa sekitar
10-30% wanita produktif mengalami sindrom premenstruasi. Etiologi dari PMS
belum diketahui. Para peneliti beranggapan bahwa PMS adalah akibat dari factor
hormonal, psikologis dan nutrisi. PMS mempunyai gejala yang tidak jelas. Etiologi
yang belum diketahui mempersulit mencari penyebab dan efek dari perubahan
psikologis.
MANAJEMEN ASUHAN
Perawat membantu klien dan keluarganya mengerti kemungkinan penyebab dari
sindrom dan rasional pengobatan yang dianjurkan.gerak badan aerobic sangat
dianjurkan karena dapat mengeluarkan endorphin (suatu polipeptida yang
dihasilkan otak) yang biasa meningkatkan suasana hati (mood). Jelaskan kepada
klien pentingnya mencegah kelelahan karena bisa memperberat gejala PMS
terutama pada tahap premenstruasi. Tenik menangani strees juga sangat
dianjurkan.

Pedoman pendidikan kesehatan untuk wanita dengan PMS


1. Jelaskan kemungkinan penyebab dari PMS dan penanganannya.
2. Ajarkan teknik relaksasi
3. Hindari kegiatan yang menimbulkan strees selama periode premenstruasi.
4. Harus cukup istirahat terutama pada periode premenstruasi. Kelelahan dapat
memperberat gejala PMS.
5. Makan obat untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Kurangi/berhenti merokok.
7. Kurangi konsumsi kafein atau alcohol.
8. Gerak badan aerobic secara teratur.
9. Diet seimbang, protein yang cukup, kurangi garam dan gula.

4. PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL


Perdarahan uterus disfungsional (disfungsional uterine bleeding, DUB) adalah
perdarahan dari uterus yang banyak atau tidak teratur tanpa penyebab yang jelas.
Perdarahan uterus disfungsional dapat berupa menstruasi yang terlalu banyak,
menstruasi yang berlangsung lama dan perdarahan diantara menstruasi. DUB bisa
diakibatkan oleh banyak factor tetapi yang paling sering adalah abnormalitas
endokrin. Penyakit sistemis bisa juga menjadi factor penyebab seperti penyakit
hepar karena bisa mengganggu metabolisme estrogen; diskrasia darah bisa
mengakibatkan perdarahan spontan. DUB pada waktu perimenopouse dan
postmenopouse diakibatkan dengan kanker uterus.
Perdarahan uterus disfungsional bisa timbul diantara menstruasi atau pada waktu
menstruasi. Pada menoragia, pembalut bisa menjadi sangat basah sehingga harus
diganti tiap 1-2jam selama satu minggu atau lebih. Tidak jelas dari anovulasi tetapi
bisa dikatikan dengan disfungsi aksis hipotalamus-hipofisis-ovarian yang
mengakibatkan berlangsungnya estrogen dari endometrium. Karena estrimulasi
estrogen ini, endometrium tumbuh sekalipun sudah tidak ada suplai darah,
kemudian sebagian terkupas secara tidak teratur. Anovulasi bisa juga timbul karena
abnormalitas tiroid atau adrenal.
MANAJEMEN ASUHAN
Untuk diagnosis DUB, diperlukan riwayat perdarahan yang lengkap yang meliput
frekuensi, banyaknya dan lamanya perdarahan. Termasuk dalam uji laboratorium
adalah pemeriksaan darah lengkap untuk memperkirakan banyaknya darah yang
hilang, uji kehamilan, pemeriksaan tiroid, uji ovulasi dan pemeriksaan koagulasi.
Untuk mengkaji masalah struktur dan keganasan, dapat dilaksanakan papsmear,
pemeriksaan pelvis, ultrasonografi, biopsy endometrium dan sonohisterografi.
Penanganan medis bergantung pada penyebab perdarahan. Apabila tidak ada
penyebab organic, dianjurkan penangannan konservatif. Pilihan farmakologis untuk
menghentikan perdarahannya atau menguranginya, meliputi estrogen, progestin,
obat anti inflamasi nonsteroid, obat anti fibrinolitik, dan agonisis hormone pelepas
gonadotropin seperti danazol. Histeriktomi dilakukan apabila perdarahan tidak
dapat ditangani konservatif.
5. ENDOMETRIOSIS
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya
terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga dalam rongga pelvis. Etiologi
endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah dikemukakan :
1. Secara congenital sudah ada sel-sel endometrium diluar uterus.
2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
3. Refluks mentruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba falopi, sampai
ke rongga pelvis.
4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami
endometriosis.
Setiap kali menstruasi datang, sel-sel endometrium yang tumbuh diluar uterus juga
dipengaruhi oleh hormone ovarian dan perdarahan menstruasi juga terjadi
ditempat ada sel-sel endometrium. Darah disekitar jaringan menimbulkan respon
inflamasi. Gumpalan darah bisa timbul dan disebut kista coklat dan bisa terpalpasi.
Kadang-kadang kista ini bisa pecah dan sel-sel endometrium yang ada didalam kista
bisa tersebar didalam rongga pelvis. Inflamasi yang berulang-ulang bisa
menyebabkan adesi (perlengketan). Adesi yang berat bisa membuat organ-organ
dalam rongga pelvis saling lengket, atau adesi bisa juga menyebabkan penyempitan
usus atau vesikaurinaria ( striktur). Diantara organ-organ dalam pelvis, ovarium
yang paling sering mengalami endometriosis. Organ-organ lain yang juga bisa
terkena adalah pelvis, peritoneum, kavum douglas anterior dan posterior, utero
sacral, ligamentum rotundum dan latum. Endometriosis bekembang secara
perlahan dan biasanya tidak menimbulkan gejala sampai pada umur 30-4-0 tahun.
Gejala yang khas adalah menstruasi yang sakit yang makin lama menjadi makin
sakit. Gejala-gejala yang lain bisa nyeri abdomen, dispareunia, menstruasu tidak
tertur dan disfungsi vesika urinaria. Pemeriksaan pelis menunjukkan uterus yang
retrofert, terfiksasi, membesar, nodular dan sakit apabila ditekan.
MANAJEMEN ASUHAN
Cara yang pasti untuk mendiagnosis Endometriosis adalah laparaskopi. Endoskopi
dapat dilakuakan untuk mengetahui luasnya endometriosis, dan biopsy untuk
mengetahui apakah ada keganasan. Kehamilan bisa memperlampat perkembangan
endometriosis karena menstruasi (ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi.
Ada beberapa wanita yang menjadi asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas
wanita dengan endometriosis rendah maka bagi pasangan yang menginginkan anak
memerlukan bantuan medis.
Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan progestrin yang
tinggi dapat menyebabkan atrofi endometrium.obat-obat anti gonadotropik seperti
denasol dapat juga dipakai untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol dapat
menghentikan perkembangan endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan
atrofi jaringan endometrium yang ada diluar uterus (jaringan endometrium
ektopik). Kelemahan dari obat-obat ini adalah sangat mahal, adanya efek samping
seperti mual, cepat lelah, deprsi, berat badan bertambah, menyerupai gejala
menopause dan osteoporosis.
Apabila tidak ada respon terhadap terapi konserfatif interfensi bedah dapat
dilaksanakan. Pembedahan laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa
mempertahankan fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adesi dan
mengahancurkan jaringan endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah
radikal meliputi pengangkatan uterus, tuba falopi dan ovarium. Endometriosis bisa
berhenti ketika menopause.
6. Pseudomenorhe
Suatu keadaan haid tetapi haid tersebut tidak dapat keluar karena tertutupnya
leher rahim, vagina, atau selaput dara. Tanda dari gejala adalah nyeri 5 hari tanpa
perdarahan, dan pada pemerikasaan terlihat sel darah menonjol berwarna kebiru-
biruan karena adanya darah yang berkumpul di belakangnya. Penyebab dari
pseudoamenorhe ada 2, yaitu :
a. Konginental, yaitu suatu keadaan dimana selaput dara tidak berlubang.
b. Acquisita, yaitu suatu keadaan dimana terjadi perlekatan saluranleher rahim
atau vagina akibat adanya radang, gonorahe, Diphteri.
7. Menstruasi Praecox
Perdarahan pada anak muda kurang dari 8 – 10 tahun yang disertai dengan
tumbunya rambut kelamin dan pertumbuhan buah dada. Klasifikasi dan penyebab
dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pubertas Praecox yang disertai terbentuknya hormon gonadotropin dan dapat
menimbulkan kehamilan.
b. Pseudo pubertas praecox yaitu tidak adanya hormon gonadotropin.
8. Hypomenorhe
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau kurang dari biasanya.
Lama perdarahan secara normal sudah terhenti dalam 7 hari . penyebab karena
setalah dilakukan miomekonium / gangguan endokrin.
9. Oligomenorhe
Suatu keadaan dimana haid jaran terjadi dan siklusnya lebih panjang. Tanda dan
gejalanya adalah haid jarang (setiap 35 hari) dan perdarahan haid biasanya
berkurang. Penyebabnya adalah :
a. Perpanjangan stadium folikuler (lamanya 8 – 9 hari dimulai dari hari ke 5
mensruasi)
b. Perpanjangan stadium luteal (lamanya 15-18 hari setelah ovulasi)
10. Hipermenorhe
Suatu perdarahan yang banyak dari normal dan lebih lama disertai dengan adanya
bekuan darah tetapi siklus tertatur. Penyebabnya antara lain karena terlalu
lelah,mioma uteri, hipertensi,penyakit jntung, endometritis, endometriotis, dan
hemofilia. Tanda dan gejalanya adalah waktu haidlebih panjang 7-8 hari,
perdarahan haid teratur disertai bekuan darah, dan siklus haid teratur.

Anda mungkin juga menyukai