Anda di halaman 1dari 2

Alifia Rachmawati (161710101005)

THP B 2016 - Kelompok 3

Ekspor Kopi

Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora, fauna, suku, budaya, dan
sumber daya alamnya. Hal itu sudah dikenal di seluruh dunia dari dulu hingga
sekarang. Seluruh daerah di Indonesia memiliki potensi tinggi untuk SDAnya yang
tersebar dari Sabang hingga Merauke. Faktor kekayaan SDA di Indonesia didukung
oleh letak geografis dan iklim negara ini yang dapat menumbuhkan berbagai
macam jenis komoditas yang dibutuhkan manusia. Dilatarbelakangi oleh hasil
kekayaan alam yang begitu besar dan kebutuhan dunia akan komoditas Indonesia
berujung dengan dilakukannya kegiatan perdagangan komoditas dari Indonesia ke
luar negeri yang biasa disebut dengan ekspor. Produk komoditas dari Indonesia
banyak yang telah diekspor ke seluruh dunia dan telah dikenal kualitasnya,
misalnya kopi.

Kopi banyak ditumbuhkan di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan tumbuhnya


berbagai macam jenis kopi khas Indonesia seperti Kopi Gayo, Kopi Toraja, Kopi
Bali Kintamani, dan lain-lain. Selain itu, kopi yang banyak dicari di dunia juga
dapat tumbuh baik di Indonesia yaitu kopi Robusta dan Arabika. Hal ini
menjadikan kopi sebagai salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Dikutip
dari situs Detik.com (10/5/2017), menyatakan bahwa produksi kopi Indonesia di
2016 sebesar 637.539 ton. Angka tersebut turun dibandingkan dengan produksi
di 2015 sebesar 639.412 ton. Penurunan ini disebabkan berkurangnya luas lahan
dari 1,23 juta hektar di 2015 menjadi 1,28 juta hektar di 2016. Lahan tersebut
diproyeksi kembali menurun di 2017 lantaran ada beberapa kebun yang
mengalami peremajaan. Sementara mengacu data Kementerian Perdagangan,
nilai ekspor kopi Indonesia di periode Januari-Oktober 2016 sebesar US$ 775,14
juta, turun dibandingkan periode yang sama di 2015 yakni US$ 1,04 miliar.
Sementara nilai ekspor sepanjang di 2015 sebesar US$ 1,19 miliar, di 2014
sebesar US$ 1,03 miliar, dan di 2013 sebesar US$ 1,17 miliar. Sementara jika
mengacu pada ekspor di 2015, Amerika Serikat (AS) jadi negara tujuan ekspor paling
utama dengan nilai ekspor US$ 281,15 juta atau 23,47% dari total pasar ekspor Kopi
Indonesia. Disusul Jepang dengan nilai US$ 104,96 juta (8,7%), Jerman US$ 88,4 juta
(7,4%), Italia US$ 84 juta (7%), dan Malaysia sebesar US$ 70,8 juta (5,9%).

Menurut Moenardji Soedargo, Dewan Penasihat Gabungan Eksportir Kopi Indonesia


(GAEKI), menyatakan bahwa "Permintaan kopi dari Indonesia selalu banyak, hanya
pasokannya yang susah. Kalau bicara kopi Robusta Indonesia, perusahaan-perusahaan
penggorengan kopi di dunia itu merasa kurang afdhol kalau blend berbagai macam kopi,
tanpa kopi Robusta dari Indonesia," ujarnya. Sebenarnya pasokan kopi bisa saja sudah
melebihi permintaan, namun sesampainya di negara tujuan kemungkinan dilakukannya
pengecekan ulang. Jika kopi sampai di negara tujuan dalam kondisi yang sudah atau
hampir busuk, maka kopi akan dikembalikan atau harga kopi bisa diturunkan jauh dari
harga standar. Hal-hal tersebutlah yang merugikan negara kita di bidang ekspor.

Solusi dari permasalahan ekspor kopi tersebut bisa dimulai dari teknik atau cara
perkebunan yang mengelola kopi. Kita sebagai mahasiswa jurusan THP yang sudah
mendapatkan ilmu dari kelas kuliah dapat menyalurkan kontribusi kita dengan
melakukan pembinaan atau memberikan ilmu kita kepada petani kopi tentang hal-hal
apa saja yang dapat dilakukan untuk dapat menjaga kualitas kopi hingga di negara tujuan.
Kenapa harus dari petani kopi? Karena di Indonesia pengahasil kopi didominasi oleh
perkebunan rakyat. Begitu juga dengan pemerintah dapat memberikan bimbingan, alat-
alat canggih, teknologi terkini kepada petani untuk dapat bersaing global dengan negara
lain.

Anda mungkin juga menyukai