Pedoman Penyusunan Dan Penerapan PPK CP Dan Protokol Klinis
Pedoman Penyusunan Dan Penerapan PPK CP Dan Protokol Klinis
Pedoman Penyusunan Dan Penerapan PPK CP Dan Protokol Klinis
PENDAHULUAN
1
bersifat nasional dan dibuat oleh organisasi profesi, sedangkan SPO dibuat
oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
Dalam penerapannya, panduan praktek klinis perlu dikaji dan dijabarkan oleh
pihak rumah sakit menjadi suatu standart yang telah disesuaikan dengan
sarana, prasarana, dan peralatan yang dimiliki sehingga standart atau
pedoman pelayanan klinis tersebut dapat diimplementasikan. Dokter dalam
menjalankan tugas dan memberikan pelayanan medis harus sesuai dengan
standart tersebut. Dalam hal ini, panduan klinis dapat dianalogikan dengan
standart atau pedomam pelayanan klinis.
Panduan praktek klinik merupakan panduan terkini untuk tata laksana pasien,
karenanya harus selalu mengikuti kemajuan ilmu dan tehnologi kedokteran.
Untuk itu PPK secara periodic perlu dilakukan revisi, biasanya setiap 2 tahun.
Idealnya meskipun tidak ada perbaikan, peninjauan tetap dilakukan setiap 2
tahun. Masukan untuk revisi diperoleh dari PNPK (Panduan Nasional Praktek
Klinis) yang terbaru, pustaka mutakhir, serta pemantauan rutin apakah PPK
selama ini dapat menjadi dan sudah dikerjakan dengan baik.
2
1.2 TUJUAN
2. Meningkatkan mutu pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan
tertentu bekerjasama dengan tim multidisiplin
3. Mengurangi jumlah intervensi yang tidak perlu atau berbahaya
4. Memberikan opsi pengobatan dan perawatan terbaik dengan
keuntungan maksimal
5. Menghindari terjadinya medication eror secara dini
6. Memberikan opsi pengobatan dengan resiko terkecil
7. Memberikan tata laksana asuhan dengan biaya yang memadai.
3
BAB II
URAIAN
4
Asesmen Antropometri
Asesmen Biokimia
Asesmen Klinis
Asesmen Riwayat Makan
Asesmen Riwayat Personal
3. Diagnosis
4. Intervensi
Perencanaan
Implementasi
Edukasi
Konseling Gizi
Koordinasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain.
5. Monitoring dan Evaluasi
6. Re Asesmen
7. Indicator / Outcome
8. Kepustakaan
5
Rekomendasi alternative terapi jika ada interaksi obat
5. Monitoring dan Evaluasi
Efek terapi obat
Adverse drug reaction (ADR)
6. Edukasi dan Informasi
Kepatuhan minum obat
Efek samping obat
Cara menggunakan obat yang benar
Cara menyimpan obat yang benar
7. Penelaah Kritis: Apoteker Klinis
8. Indicator
9. Kepustakaan
Clinical pathway dibuat untuk memberikan rincian apa yang harus dilakukan
pada kondisi klinis tertentu, yang memberikan rencana tata laksana hari demi
hari dengan standar pelayanan yang dianggap sesuai. Pelayanan dalam CP
bersifat multidisiplin sehingga semua pihak yang terlibat dalam pelayanan
dokter/ dokter gigi, perawat, nutrisionis/ dietisien, apoteker, dll dapat
menggunakan format yang sama. Perkembangan pasien dapat dimonitor
setiap hari, baik intervensi maupun outcomenya.
6
sedangkan barisnya merupakan observasi / pemeriksaan/ tindakan/
intervensi yang diperlukan. Disertai juga dengan checklist yang harus diisi
namun juga diberikan ruang untuk menuliskan hal hal yang perlu dicatat.
1. Menjadi panduan bagi seluruh staf medis rumah sakit yang terlibat dalam
memberikan pelayanan yang berstandar (kendali mutu
2. Mengurangi variasi dalam pelayanan, sehingga biaya lebih mudah
diprediksi
3. Pelayanan lebih terstandarisasi, meningkatkan kualitas pelayanan
(quality of care)
4. Dasar penghitungan real cost suatu kasus
5. Meningkatkan kualitas dari informasi yang telah dikumpulkan
6. Diharapkan dapat mengurangi biaya dengan menurunkan length of stay,
dan tetap memelihara mutu pelayanan
7. Sebagai pembanding pada CBG cost, terutama pada kasus kasus high
cost, high volume
8. Meningkatkan kepuasan pasien
7
6. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit
penyerta, atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors).
7. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam
rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.
1. Menentukan topic
Topic dipilih berdasarkan kategori, diantaranya high volume, high cost,
high risk, dan problem prone. Selain itu juga dapat berdasarkan pada
data klaim INA-CBG’S yang besar gapnya atau berdasarkan pada data
10 besar penyakit.
2. Menunjuk coordinator (penasehat multidisiplin)
3. Menetapkan pemain kunci
Pemain kunci adalah siapa saja yang akan terlibat dalam pelayanan
pasien tersebut mulai dari dokter penanggungjawab pelayanan, perawat,
laborat, farmasi, gizi, rehabilitasi, dsb.
4. Kunjungan lapangan
Dilakukan bench marking ke RS acuan yang terlebih dahulu menerapkan
CP agar didapatkan gambaran.
5. Pencarian literature
Literature mengenai ilmu terkini yang digunakan dalam pelayanan
penyakit sesuai dengan topic yang telah dipilih.
6. Melaksanakan customer focus group
Melakukan diskusi dengan pasien atau mantan pasien dengan tujuan
untuk menggali keinginan pasien dalam suatu pelayanan kesehatan
sehingga dapat dicapai kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan.
7. Telaah pedoman praktek klinis
8
Telaah terhadap pedoman praktek klinis baik terhadap SPM (Standart
pelayanan medic) atau SAK (Standart Asuhan Keperawatan), standart
tersebut harus direvisi sesuai update ilmu dan kenyataan dilapangan.
8. Analisis casemix
Melakukan analisa berdasarkan kasus kasus yang terjadi
9. Menetapkan desain clinical pathway
Desain CP harus memuat komponen-komponen CP tanpa terkecuali
10. Pengukuran proses dan outcome
Menetapkan item-item aktivitas dari proses maupun outcome pelayanan
yang akan dinilai.
11. Sosialisasi dan edukasi
Sosialisasi dan edukasi CP dilakukan kepada seluruh staf RS yang akan
berkaitan dengan penerapan CP. Sosialisasi dan edukasi mengenai apa
itu CP, apa kegunaannya, kapan digunakan, dan bagaimana cara
pengisiannya. Sosialisasi dan edukasi ini penting dilakukan guna
menunjang keberhasilan pengimplementasian CP.
12. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara berkala untuk menilai tingkat kepatuhan
penggunaan CP atau adanya berbagai variasi yang terjadi. Hasil
evaluasi dapat dijadikan dasar untuk merevisi CP agar menjadi lebih baik
lagi.
9
11. Tinggi badan
12. Tanggal dan jam keluar RS
13. Lama rawat
14. Rencana rawat
15. Ruang rawat/ kelas
16. Rujukan
III. Isi clinical pathway
A. Baris
1. Asesmen awal
a) Medis
b) Keperawatan
2. Laboratorium
3. Radiologi/ imaging
4. Konsultasi
5. Asesmen lanjutan
a) medis
b) keperawatan
c) gizi
d) farmasi
6. Diagnosis
a) Medis
b) Keperawatan
c) Gizi
7. Discharge planning
8. Edukasi terintegrasi
a) Informasi medis
b) Gizi
c) Keperawatan
d) Farmasi
e) Pengisian formulir informasi dan edukasi terintegrasi
9. Terapi/ medikamentosa
a) Injeksi
b) Cairan infuse
c) Obat oral
d) Obat anastesi
10
10. Tata laksana/ intervensi
a) Medis
b) Keperawatan
c) Gizi
d) Farmasi
11. Monitoring dan evaluasi
a) Dokter DPJP
b) Keperawatan
c) Gizi
d) Farmasi
12. Mobilisasi/ rehabilitasi
a) Medis
b) Keperawatan
c) fisioterapi
13. Outcome/ hasil
a) Medis
b) Keperawatan
c) Gizi
d) farmasi
14. Kriteria pulang
15. Rencana pulang/ edukasi pelayanan lanjutan
16. Variant
B. Kolom
1. Kegiatan
2. Uraian kegiatan
3. Hari penyakit dan hari rawat (hari/jam)
4. Keterangan
IV. Penanggung jawab
1. Dokter penanggungjawab pelayanan
2. Perawat penanggung jawab
3. Pelaksana verivikasi
V. Keterangan
Arsir kotak : wajib dilaksanakan
Arsir lurus :boleh dilakukan/ boleh tidak dilakukan
(√) : checklist
11
Cara pengisian clinical pathway
12
BAB III
PENUTUP
13