Anda di halaman 1dari 98

p-ISSN: 2527-497X

e-ISSN: 2580-4448

JURNAL
INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

01
Kerusakan dan
Perilaku Bendungan
Hasil Inspeksi Luar
Biasa Akibat Gempa
Lombok

02
Lead Rubber Bearing
(LRB) sebagai Solusi
Gempa 1000 Tahunan
pada Jembatan
Kenteng Salatiga

Bendungan Mila, Dompu


sumber foto: Biro Komunikasi Publik, Kementerian PUPR

03
Evaluasi terhadap
Implementasi
Pembangunan
Rumah Tahan
Gempa Tipikal
Tembokan pada
Perumahan
Bersubsidi di Serang
Banten

dan 7 (Tujuh) Artikel


Menarik Lainnya

Jembatan Soekarno, Manado Rusun Polri, Jakarta Barat


sumber foto: Biro Komunikasi Publik, Kementerian PUPR sumber foto: Biro Komunikasi Publik, Kementerian PUPR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

p-ISSN 2527-497X
e-ISSN 2580-4448

JURNAL
INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

JURNAL INFRASTRUKTUR i
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

JURNAL
INFRASTRUKTUR
Vol. 52 No.
Vol. No. 01
01 Juni
April2019
2017

Susunan Redaksi Jurnal Infrastruktur

Pengarah : Ir. Lolly Martina Martief, MT.

Penanggung Jawab : Ir. Moeh. Adam, MM.

Mitra Bestari : Prof. Dr. Ir. Nieke Karnaningroem Dipl.SE, M.Sc (Institut Teknologi Sepuluh
Nopember)
Prof. Dr-Ing. Muhammad Yamin Jinca, MS.Tr. (Universitas Hasanuddin
Makassar)
Dr.techn. Umboro Lasminto, ST., M.Sc. (Institut Teknologi Sepuluh
Nopember)

Redaktur : Drs. Haris Marzuki Susila

Dewan Penyunting : Diana Febrianti, S.Kom., MMT


Lia Sari Mulyati, S.Pd., M.Pd
Luthfi Ainuddin, ST

Redaksi

Desain : Mardiyan Syah, A.Md

Fotografer : Imam Syahid Izzatur Rahim, A.Md

Sekretariat : Rosna Kumala Sary, SE


Nurul Febiyanti, A.Md

Website : bpsdm.pu.go.id/jurnal

Email : jafung.bpsdm.pupr@gmail.com

Alamat : Pusdiklat Manajemen dan Pengembangan Jabatan Fungsional


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jl. Sapta Taruna Raya Komplek PU Pasar Jumat Jakarta Selatan 12330
Telp. 021-759 08822

Jurnal Volume No Hal Jakarta p-ISSN e-ISSN


INFRASTRUKTUR 5 01 001 - 092 Juni 2019 2527-497X 2580-4448

ii JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

DAFTAR ISI

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii

Pengantar Redaksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv

1. KERUSAKAN DAN PERILAKU BENDUNGAN HASIL INSPEKSI LUAR BIASA 1-1


AKIBAT GEMPA LOMBOK
Gede Suardiari, Supardi, Joko Mulyono

2. LEAD RUBBER BEARING (LRB) SEBAGAI SOLUSI GEMPA 1000 TAHUNAN PADA 1-7
JEMBATAN KENTENG SALATIGA
Wahyuningsih Tri Hermani

3. EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN RUMAH TAHAN 1 - 13


GEMPA TIPIKAL TEMBOKAN PADA PERUMAHAN BERSUBSIDI DI SERANG
BANTEN
Meassa Monikha Sari, Dessy Triana

4. MIKROZONASI KEGEMPAAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI 1 - 20


GEOGRAFIS (SIG) UNTUK ANALISIS BAHAYA GEMPA KOTAMADYA
SURAKARTA
Widodo, Sudibyakto, Sulis Nur Syamsudin

5. MITIGASI BENCANA BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SAMPEAN 1 - 27


BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DI WILAYAH BONDOWOSO DAN
SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR
Yosi Darmawan Arifianto

6. ANALISIS ENERGI TERBARUKAN TENAGA SURYA SEBAGAI PENGGANTI 1 - 37


ENERGI KONVENSIONAL UNTUK TRAFFIC LIGHT DI KOTA MAKASSAR
Nurul Muktiah Said, M. Yamin Jinca, Yashinta Kumala Dewi

7. PEMODELAN ESTIMASI VOLUME STRUKTUR ATAS JEMBATAN TIPE I-GIRDER 1 - 45


Irma Dewi Adriati, Andreas Triwiyono, Muslikh

8. EVALUASI EFISIENSI KINERJA TANGKASAKI SEBAGAI MODA PENGANGKUT 1 - 54


SAMPAH KOTA MAKASSAR
Yashinta Sutopo , M. Yamin Jinca, M. Fathien Azmy, Muhammad Irfan

9. EVALUASI PEMENUHAN SPM JALAN TOL SEBAGAI WUJUD AKUNTABILITAS 1 - 63


PEMERINTAH
Diki Zulkarnaen

10. PERHITUNGAN NILAI KOROSIVITAS AIR TERHADAP INFRASTRUKTUR SUMBER 1 - 72


DAYA AIR BERBAHAN LOGAM
Devita Satya Lestari

Lampiran Abstrak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 - 80

Lampiran Pedoman Penulisan Jurnal Infrastruktur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 - 90

JURNAL INFRASTRUKTUR iii


Vol. 5 No. 01 Juni 2019

PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Infrastruktur merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusdiklat Manajemen dan Pengemban-
gan Jafung. Maksud dan tujuan diterbitkannya Jurnal Infrastruktur adalah sebagai sarana pertukaran ilmu
pengetahuan dan informasi yang berkaitan dengan bidang PUPR. Jurnal ini diharapkan dapat menumbuhkan
kreatifitas dan pertukaran gagasan diantara para pejabat fungsional, pejabat struktural, baik di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat maupun Kementerian/Lembaga/Instansi terkait dengan pemban-
gunan infrastruktur. Selain itu kami juga berharap para akademisi, baik dari institusi swasta maupun negeri
di Indonesia pada ilmu teknik bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Dengan harapan kreatifitas
tersebut akan bermuara pada peningkatan kualitas infrastruktur Kementerian PUPR demi kemajuan tanah
air tercinta, atau hanya sekedar memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk berperan aktif dalam rangka
pengembangan ilmu dan teknologi terutama di bidang PUPR.

Kami mengucapkan terima kasih dan selamat kepada para penulis yang telah memberikan kontribusi signifi-
kan dalam pengembangan ilmu dan teknologi di bidang PUPR, demikian juga kepada para mitra bestari (re-
viewer) yang telah meluangkan waktunya untuk menilai naskah yang dimuat pada edisi ini. Karena jurnal ini
merupakan wadah insan PUPR yang Profesional dalam menuangkan buah pikiran, ide atau gagasan baru yang
orisinil, dan inovasinya, maka eksistensinya memerlukan partisipasi aktif para anggota berupa penyampaian
tulisan ilmiah. Hal tersebut yang mendorong kami untuk tiada hentinya menghimbau dan mengundang para
pejabat fungsional bidang PUPR untuk mempublikasikan hasil penelitian/kajiannya.

Jurnal Infrastruktur Volume 5 No. 1 Juni 2019 ini merupakan terbitan jurnal yang ketujuh dengan kontributor
yang terdiri dari 1 (satu) orang Pengawas, 2 (dua) orang Widyaiswara, 2 (dua) orang Teknik Pengairan, 2 (dua)
orang Teknik Jalan dan Jembatan, 2 (dua) orang Mahasiswa Universitas Hasanuddin, 3 (tiga) orang Dosen
Universitas Gajah Mada, 5 (lima) orang Dosen Universitas Hasanuddin, 1 (satu) orang Dosen Universitas Is-
lam Indonesia, 2 (dua) orang Dosen Univesitas Serang Raya, 1 (satu) orang Pelaksana Badan Penelitian dan
Pengembangan. Kami juga telah meluncurkan jurnal online (e-jurnal) dalam rangka memenuhi persyaratan
proses akreditasi jurnal. Adapun tulisan terkait bidang pengairan sebanyak 2 artikel, bidang jalan dan jem-
batan sebanyak 5 artikel, dan bidang penyehatan lingkungan sebanyak 2 artikel.

Kami menyadari Jurnal Infrastruktur ini masih jauh dari sempurna. Berkenaan dengan hal tersebut, bersama
ini kami informasikan bahwa kami menerima masukan konstruktif dari para pembaca dan pemerhati yang
dapat disampaikan kepada kami melalui alamat email yang tertera pada lembar susunan redaksi, atau melalui
e-jurnal.

Redaksi

Jurnal INFRASTRUKTUR

iv JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

KERUSAKAN DAN PERILAKU BENDUNGAN


HASIL INSPEKSI LUAR BIASA AKIBAT GEMPA LOMBOK

Gede Suardiari1, Supardi2, Joko Mulyono3

Teknik Pengairan Ahli Madya


1,3

Teknik Pengairan Ahli Muda


2

1,2,3
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: gedesuardiari@gmail.com1, supardi.bws@gmail.com2, omjoko06@yahoo.co.id3

Abstract

Dam has big advantages but also has big potential of disastrous damage. Tectonic earthquake in Lombok
happened simultaneausly Alt magnitude 6.4 on 29 July 2018, magnitude 7.0 on 5 August 2018, magnitude
6.2 on 9 August 2018 and magnitude 6.9 on 19 August 2018. The earthquake damaged 83392 living hauses,
3540 public and Social amenities, including water irrigation. The earthquake also killed 560 people with with
loss of about 7.45 billion. Inspection then conducted soon after the earthquake aiming at determining the
damage and the safety of dam structure and all supporting equipment of the dam operation. Since the
earthquake was magnitude 7.0, the area should be inspected are around 125 km in radius of the earthquake
epicentre. Extraordinary inspection consisted of two activities 1) visual inspection on the components of dam
structure, either above or under the water surfaces, 2) field inspection and study on record of instruments
to determine the behaviour of dam including the water seepage of dam, the current deformation and the
strength of water pressure in the wall and foundation of dam. The inspection showed that earthquake in
Lombok damaged the dam structure and made some cracks in the wall of dam. Out of 32 dams, 31 dams
could be categorized as good enough to operate while the rest need more study to assure the condition to
operate. The analysis on the record of seepage and pores data, and the position of dam, it is inferred that
there is nothing that over the parameter potentially to cause damages and reduce the safety of the dams.

Keywords: earthquake, damages, behavior, dam

Abstrak

Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula.
Gempa tektonik terjadi di Pulau Lombok berturut-turut dengan kekuatan 6,4 skala Richter tanggal 29 Juli
2018, skala 7,0 skala Richter tanggal 5 Agustus 2018, skala 6,2 skala Richter tanggal 9 Agustus 2018 dan
terakhir skala 6,9 skala Richter tanggal 19 Agustus 2018. Akibat gempa tersebut terdapat 83.392 unit rumah
penduduk rusak, 3.540 unit fasilitas umum dan sosial rusak termasuk bangunan air irigasi juga mengalami
kerusakan dan korban jiwa mencapai 560 orang meninggal dunia dengan kerugian 7,45 triliun. Inpeksi luar
biasa dilakukan segera setelah terjadinya gempa bumi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan
dan tingkat keamanan struktur bendungan serta peralatan pendukungnya terhadap pengoperasian
bendungan. Karena gempa yang terjadi bermagnitudo 7.0 skala richter, maka lokasi bendungan yang harus
di inspeksi adalah sampai radius 125 km dari pusat gempa. Inpeksi luar biasa mencakup 2 kegiatan yaitu 1)
inspeksi visual atas komponen struktur bendungan baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan
air dan 2) inspeksi lapangan dan kajian atas catatan instrumentasi untuk menilai perilaku bendungan
meliputi air rembesan waduk, laju deformasi yang terjadi dan besarnya tekanan air pori di dalam tubuh
bendungan dan atau di pondasi bendungan. Dari hasil inspeksi luar biasa diketahui gempa bumi di Lombok
telah menimbulkan kerusakan pada bangunan infrastruktur bendungan berupa retakan pada permukaan
timbunan. Dari 32 bendungan yang ada, terdapat 31 bendungan kondisi baik sehingga dapat beroperasi
dan 1 bendungan dalam kondisi cukup sehingga dapat beroperasi namun diperlukan analisa teknik untuk
memastikan kondisi keamanan bendungan. Hasil analisis terhadap pencatatan data rembesan, tekanan pori
dan penurunan tubuh bendungan, diketahui tidak terdapat hasil pemantauan yang melebihi parameter-
parameter dalam desain yang berpotensi gangguan terhadap keamanan bendungan.

Kata Kunci: gempa, kerusakan, perilaku, bendungan

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-1


Vol.5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN menahan dan menampung air, dapat pula dibangun


untuk menahan dan menampung limbah tambang,
Pembangunan bendungan di suatu daerah berperan atau menampung lumpur sehingga terbentuk
penting bagi kemajuan daerah disekitar bendungan, waduk. Pembangunan bendungan dan pengelolaan
karena banyak manfaat yang dapat dinikmati oleh bendungan beserta waduknya harus dilaksanakan
masyarakat di sekitarnya. Terdapat 70 Bendungan berdasarkan pada konsepsi keamanan bendungan
di Provinsi NTB yaitu 32 buah Bendungan berada dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang
di Wilayah Sungai (WS) Lombok dan 38 buah tertuang dalam berbagai norma, standar, pedoman
Bendungan di WS Sumbawa. Manfaat yang dapat dan manual untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi
diperoleh oleh masyarakat yaitu diantaranya untuk sumber daya air, pengawetan air, pengendalian
persediaan air, sebagai pembangkit listrik dan daya rusak air, dan fungsi pengamanan tampungan
sebagai tempat rekreasi. Bendungan disamping limbah tambang atau tampungan lumpur.
memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan
potensi bahaya yang besar pula, bendungan yang 2.2. Gempa di Pulau Lombok
runtuh akan menimbulkan banjir bandang yang
dahsyat sampai jauh ke daerah hilir yang akan Gempa bumi merupakan bencana yang sangat
mengakibatkan timbulnya banyak korban jiwa dan sering terjadi di Indonesia. Gempa bumi yang terjadi
harta benda serta kerusakan lingkungan yang parah. di Pulau Lombok merupakan gempa bumi tektonik.
Sejarah menunjukkan bahwa wilayah Lombok
Gempa tektonik terjadi di Pulau Lombok berturut- pernah mengalami gempa kuat. Di tahun 1257,
turut dengan kekuatan 6,4 skala Richter tanggal 29 terjadi letusan gunung api dan gempa bumi tujuh
Juli 2018, skala 7,0 skala Richter tanggal 5 Agustus hari berturut-turut dan diikuti tsunami, kemudian
2018, skala 6,2 skala Richter tanggal 9 Agustus 2018 pada tahun 1815, 1856, 1970, 1978, 1979, 2000,
dan terakhir 6,9 skala Richter tanggal 19 Agustus 2013, dan tahun 2016.
2018. Khusus untuk Pulau Lombok kerusakan akibat
gempa terparah terjadi di Kabupaten Lombok Timur, Semua lempeng aktif di Indonesia, termasuk
Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Barat dan lempeng Indo-Australia yang menghujam di bawah
juga mengakibatkan kerusakan kecil di Kabupaten pulau Lombok bergerak dengan kecepatan rata-rata
Lombok Tengah dan Kota Mataram. Menurut sekitar 7 cm per tahun. Lebih lambat dari kecepatan
Nugroho, Sutopo Purwo, 2018, akibat gempa tumbuhnya kuku di jari manusia. Lempeng ini
tersebut terdapat 83.392 unit rumah penduduk bertumbukan sambil bergerak perlahan dan sering
rusak, 3.540 unit fasilitas umum dan sosial rusak tertahan dengan lempeng lainnya. Pada saat
termasuk bangunan air irigasi yang juga mengalami itulah lempeng bumi mengumpulkan energy terus
kerusakan dan korban jiwa mencapai 560 orang menerus, sampai menemukan caranya sendiri untuk
meninggal dunia dan 1.469 orang luka-luka dengan melepaskannya melalui gempa besar maupun kecil.
kerugian 7,45 triliun. Badan Geologi menyampaikan
pemicu gempa bumi di Lombok dihubungkan dengan Peristiwa ini juga menjadi cukup merusak karena
aktivitas zona patahan belakang busur flores (Flores daerah tempat terjadinya gempa tersebut
Back Arc Thrust) (BMKG Denpasar, 2018). merupakan kawasan perbukitan yang tersusun
dari batuan gunung berapi seperti misalnya lava,
Unit Pengelola Bendungan (UPB) Balai Wilayah
tufa dan breksi. Kawasan seperti ini sangat rentan
Sungai (BWS) Nusa Tenggara I telah melaksanakan
untuk terjadi efek topografi horizontal. Dengan
inpeksi luar biasa yaitu inspeksi yang dilakukan
begitu, semakin curam lereng, semakin besar
segera setelah terjadinya peristiwa luar biasa akibat
guncangannya. Namun gempa ini dipandang sebagai
gempa bumi dengan tujuan untuk mengetahui
sesuatu yang baik karena ini berarti telah terjadi
tingkat kerusakan dan tingkat keamanan struktur
pelepasan energi dari bebatuan di sekitar kawasan
bendungan serta peralatan pendukungnya terhadap
gempa sehingga aktivitas lempeng menjadi normal
pengoperasian bendungan. Inspeksi luar biasa telah
dan stabil kembali. Walau begitu, gempa tektonik
dilaksanakan dari tanggal 10 Agustus 2018 sampai
merupakan jenis gempa yang labil, dengan kata
dengan tanggal 10 bulan September 2018 dengan
lain, suatu saat akan terjadi lagi gempa serupa.
personil berjumlah 16 orang terdiri dari Staf Unit
Pengelola Bendungan dan Koordinator Bendungan Pemeriksaan luar biasa, yaitu inspeksi yang
yang terbagi dalam 6 Group inspeksi. dilakukan oleh Pemilik/Pengelola bendungan yang
dilakukan segera setelah terjadinya peristiwa luar
2. TINJAUAN PUSTAKA
biasa seperti gempa bumi, banjir besar, sabotase
2.1. Bendungan dan lain sebagainya (Pedoman Inspeksi Bendungan,
2015).
Mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor Ada dua tahap pemeriksaan yang perlu dilakukan,
27/PRT/M/2015 tentang Bendungan. Bendungan yaitu : 1) Pemeriksaan segera, yang dilakukan oleh
adalah bangunan yang berupa urukan tanah, Operator Bendungan dan 2) Pemeriksaan lanjutan
urukan batu, dan beton, yang dibangun selain untuk oleh Tenaga Ahli dan atau Komisi/Balai.

1-2 JURNAL INFRASTRUKTUR


Vol. 5 No. 01 Juni 2019

Terkait dengan kejadian gempa bumi dan bila 3. METODE PENELITIAN


goncangan gempa terasa di lokasi bendungan,
bendungan harus segera diinspeksi dengan 3.1. Lokasi Studi
frekwensi sekurang-kurangnya sekali dalam
seminggu-selama periode empat sampai enam Inspeksi luar biasa terhadap infrastruktur dan perilaku
minggu. Perubahan perilaku bendungan, biasanya Bendungan dilaksanakan pada 32 Bendungan di
baru terlihat beberapa minggu setelah terjadinya WS Lombok. Pembagian lokasi Bendungan untuk
gempa. Sebagai referensi, berikut disajikan tabel dilakukan inspeksi luar biasa didasarkan pada radius
besaran gempa dalam sekala Richter dan jarak dari pusat gempa yaitu Bendungan yang berada
pusat gempa terhadap bendungan yang apabila pada radius 40 km dari pusat gempa terdapat 3
hal tersebut terjadi pada suatu bendungan, maka Bendungan yaitu Bendungan Kembar II, Propok
perlu segera dilakukan inspeksi luar biasa pada Batu Tinja dan Senang. Bendungan yang berada
bendungan tersebut. pada radius 50 km dari pusat gempa terdapat 4
Bendungan yaitu Bendungan Gegurik, Gunung
Tabel 1. Besaran dan jarak gempa Paok, Jago dan Penede Gandor. Pada radius 60 km
untuk inspeksi luar biasa terdapat 6 Bendungan yaitu Bendungan Jurang
Besaran Gempa Jarak Pusat Gempa Dao, Pandanduri, Inen Ratu, Bringe, Kali Ujung
Sekala Richter Dari Bendungan dan Lingkuk Lamun. Pada radius 70 km terdapat
≥4 ≤ 25 Km
≥5 ≤ 50 Km 7 Bendungan yaitu Bendungan Jerowaru, Tundak,
≥6 ≤ 80 Km Pare, Batu Nampar, Pejanggik, Surabaya dan
≥7 ≤ 125 Km Jelantik. Pada radius 80 km terdapat 5 Bendungan
≥8 ≤ 150 Km yaitu Bendungan Batu Tulis, Pengga, Batujai, Sepit
Sumber: Pedoman Inspeksi Bendungan, 2015 dan Kuang Rundun. Pada Radius 90 km terdapat
2.3. Pemantauan Instrumentasi 4 Bendungan yaitu Bendungan Mapasan, Jangkih
Jawe, Batu Bokah dan Pancor. Pada Radius 100
Pemantauan instrumentasi yang dipasang baik pada km terdapat 2 Bendungan yaitu Bendungan Telaga
bendungan maupun di sekitarnya mempunyai peran Lebur dan Kengkang. Pada radius 110 km terdapat 1
penting dalam program keamanan bendungan. Bendungan yaitu Bendungan Tibu Kuning. Lokasi 32
Fungsi utama pemasangan instrumentasi dalam Bendungan di Wilayah Sungai Lombok ditunjukkan
pembangunan bendungan antara lain adalah pada Gambar 1.
untuk pengendalian konstruksi, penilaian perilaku
pengisian awal dan pemantauan jangka panjang
mengharuskan agar dilakukan pemantauan secara
terus menerus dan berkesinambungan, yang
ditunjang oleh institusi/organisasi dengan perangkat
lunak dan perangkat kerasnya untuk dapat
dilaksanakannya tugas dan fungsi dari pemantauan
keamanan bendungan.

Sistem instrumentasi bendungan paling tidak


harus mencangkup pengukuran dan pemantauan
terhadap : besarnya tekanan air pori di dalam
tubuh bendungan dan/atau di pondasi bendungan,
kuantitas dan kualitas air rembesan/bocoran waduk Gambar 1. Peta Lokasi Pusat Gempa dan
serta pengukuran jenis dan laju deformasi yang Sebaran Bendungan di WS Lombok
terjadi. Vibratin Wire Piezometer yaitu instrument
yang berfungsi untuk mengukur tekanan pori air 3.2. Pendekatan Analisis
pada saat penimbunan galian. Settlement Plate
yaitu instrument yang berfungsi untuk mengukur Data dalam inspeksi luar biasa ini diperoleh dengan
penurunan tanah asli. V-noth (sekat ukur Thompson) cara survey, observasi dan pengamatan di lapangan
adalah alat pengukur debit rembesan. terhadap kondisi bendungan sampai dengan 110 km
dari pusat gempa mencakup 32 buah bendungan
Untuk bendungan tertentu, sistem instrumentasi yang terkena gempa. Pelaksanaan analisis ini
juga mencakup pemantauan atas faktor-faktor dimulai dengan identifikasi masalah yang selajutnya
eksternal, misalnya kegempaan yang sewaktu- diikuti dengan pengumpulan data-data penunjang
waktu dapat terjadi. Kondisi dan fungsi peralatan analisis. Data-data yang dikumpulkan berupa data
pemantauan perilaku bendungan perlu diperiksa dan kerusakan bendungan, desain bendungan, tekanan
dievaluasi, begitu juga pemantauan kegempaan, pori, penurunan tubuh bendungan, ketingian air
pemantauan perilaku tebing tumpuan termasuk bendungan dan rembesan.
pondasi (Soedibyo, 1987).
Analisis meliputi kerusakan dan perilaku bendungan
melalui analisis data sistem instrumentasi
Bendungan Pandanduri yang mencakup pengukuran

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-3


Vol.5 No. 01 Juni 2019

dan pemantauan terhadap besarnya tekanan air beban normal dan kemungkinan kurang aman pada
pori di dalam tubuh bendungan dan/atau di pondasi banjir desain dan gempa desain sehingga diperlukan
bendungan, kuantitas air rembesan/bocoran waduk analisis teknik untuk memastikan kondisi keamanan
serta pengukuran jenis dan laju deformasi yang bendungan dan bendungan dapat beroperasi seperti
terjadi. biasa.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2. Perilaku Bendungan (Kasus Bendungan


Pandanduri radius 60 km dari pusat
4.1. Kerusakan Bendungan (radius 110 km gempa)
dari pusat gempa)
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi
Hasil inspeksi menunjukkan bahwa gempa bumi peralatan instrumentasi yaitu piezometer, settlement
telah menimbulkan kerusakan pada bangunan point dan V-Notch diketahui bahwa perlatan tersebut
infrastruktur Bendungan. Terdapat 2 (dua) masih berfungsi dengan baik. Setelah dilakukan
bendungan yang mengalami kerusakan dengan analisis terhadap data hasil pencatatan rembesan,
kondisi rusak ringan hingga rusak sedang yaitu tekanan pori dan penurunan tubuh bendungan
Bendungan Gegurik dan Bendungan Jago pada dapat diuraikan sebagai berikut.
radius 50 km dari pusat gempa. Pada Bendungan
Gegurik dengan jenis kerusakan berupa retakan 1-5 4.3. Rembesan
mm melintang dan memanjang serta parapet rusak
dan rip rap hilir terbongkar akan tetapi masih aman. Berdasarkan Gambar 3, menunjukkan bahwa nilai
Pada Bendungan Jago terdapat kerusakan berupa debit rembesan pada Bendungan Pandanduri
retakan dengan lebar 20 cm dan panjang 10 meter sebelum terjadinya gempa yaitu pada awal Juli
pada tubuh bendungan dengan katagori tidak aman. sampai dengan akhir Juli terus mengalami penurunan
Beberapa kerusakan pada Bendungan Jago dapat dari 0,555 liter/detik menjadi 0,386 liter/detik
dilihat pada Gambar 2. mengikuti penurunan dari elevasi muka air. Akan
tetapi setelah terjadi gempa tanggal 29 Juli 2018
dengan skala 6,4 skala richter dan disusul gempa
tanggal 5 Agustus 2018 dengan skala 7,0 skala
richter, terjadi kenaikan nilai rembesan dari 0,386
liter/detik menjadi 0,495 liter/detik (meningkat
28%). Hal ini terjadi karena akibat gaya gempa
akan menambah bidang rembesan dan kecepatan
aliran. Selanjutnya disusul kejadian gempa tanggal
9 Agustus 2018 dengan skala 6,2 skala richter dan
tanggal 19 Agustus 2018 dengan skala 6,9 skala
richter, terlihat bahwa rembesan tetap sebesar 0,495
liter/detik sesuai dengan kejadin tanggal 5 Agustus
Gambar 2. Foto Kerusakan Bendungan Jago 2018. Dan setelah selesai gempa, mulai tanggal
Secara keseluruhan dari jumlah 32 Bendungan di 23 Agustus 2018 terjadi penurunan rembesan
Pulau Lombok, terdapat 31 Bendungan dalam kondisi mengikuti elevasi muka air waduk. Besaran nilai
baik dan aman dengan indikator tidak terdapat rembesan sebesar 0,495 liter/detik sehabis gempa
kekurangan pada saat ini maupun yang berpotensi masih lebih kecil dari batasan nilai rembesan yang
terjadi pada kondisi luar biasa sehingga Bendungan diperbolehkan yaitu sebesar 2,4 liter/detik sehingga
tersebut dapat beroperasi seperti biasa. Sedangkan dapat dikatakan nilai rembesan yang terjadi akibat
1 Bendungan yaitu Bendungan Jago dalam keadaan gempa masih aman.
cukup artinya tidak ada indikasi kurang aman pada

Gambar 3. Grafik Rembesan V-Notch dan Elevasi


Muka Air Waduk Bendungan Pandanduri

1-4 JURNAL INFRASTRUKTUR


Vol. 5 No. 01 Juni 2019

4.4. Penurunan Tubuh Bendungan

Gambar 4. Grafik Multi Layer Settlement Main Dam

Berdasarkan Gambar 4, menunjukkan bahwa bendungan pada seluruh layer. Hal ini berarti tubuh
hasil pembacaan multilayer settlement dengan bendungan Pandanduri pada waktu pelaksanaan
menggunakan alat Inklinometer diketahui bahwa pembangunan sangat bagus terutama dalam proses
akibat gempa tanggal 29 Juli 2018 dengan skala pemadatannya sehingga masing-masing layer
6,4 skala richter terjadi penurunan tegak tubuh sangat kompak dan tahan terhadap penurunan
bendungan pada layer VS-10 dan VS-11 masing- tegak tubuh Bendungan akibat gempa. Besaran
masing sebesar 0,001 meter. Selanjutnya disusul nilai deformasi tubuh bendungan sebesar 0,001
gempa tanggal 9 Agustus 2018 dengan skala meter sehabis gempa masih lebih kecil dari batasan
6,2 skala richter, terjadi penurunan tegak tubuh nilai deformasi maksimum tubuh bendungan yang
bendungan pada layer VS-8 dan VS-10 masing- diperbolehkan yaitu sebesar 0,788 meter (1-2 %
masing sebesar 0,001 meter. Selanjutnya akibat dari tinggi puncak tubuh bendungan).
gempa tanggal 19 Agustus 2018 dengan skala 6,9
skala richter, tidak terjadi penurunan tegak tubuh 4.5. Tekanan Pori

Gambar 5. Grafik Pisometer dan Elevasi Muka Air Waduk

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-5


Vol.5 No. 01 Juni 2019

Gambar 6. Grafik Histerisis Tekanan Air Pori


Berdasarkan Gambar 5, hasil pembacaan Piezometer C. Pada Saat gempa terjadi, Strong Motion
menunjukkan bahwa nilai tekanan air pori yang di Accelerograph (SMA) tidak berfungsi karena
ukur pada Bendungan Pandanduri akibat gempa baterai habis sehingga pencatatan getaran
tanggal 5 Agustus 2018 dengan skala 7,0 skala gempa di Bendungan Pandanduri tidak terukur.
richter, terjadi kenaikan nilai tekanan air pori pada Sebaiknya pemasangan SMA dilengkapi dengan
PP.26 0,011 mH2O, PP.28 terjadi kenaikan tekanan prosedur pemeliharaan dan dilaksanakan inspeksi
air pori 0,028 mH2O, dan pada PP.30 terjadi kenaikan berkala oleh Petugas Bendungan sehingga SMA
tekanan air pori 0,002 mH2O. Secara rata-rata terjadi tetap dalam kondisi siap mencatat getaran
kenaikan tekanan air pori sebesar 0,014 mH2O, hal gempa.
ini karena akibat gaya gempa akan menyebabkan
pertambahan beban pada lapisan tanah jenuh air 5.2. Saran
sehingga tekanan air pori pada lapisan tanah jenuh
air akan meningkat. Akan tetapi tidak ada nilai A. Perlu dilakukan segera Pemeriksaan Besar yaitu
tekanan air pori yang berubah signifikan sehingga pemeriksaan secara menyeluruh terhadap aspek
dapat disimpulkan nilai tekanan air pori akibat gempa teknis maupun aspek non teknis dalam rangka
bumi masih dalam batas normal. Dari Gambar 6 evaluasi keamanan bendungan.
yaitu Grafik histerisis tekanan air pori pada PP. 103
B. Perlu dikaji resiko gempa susulan yang mungkin
diketahui bahwa hasil evaluasi satu siklus tahunan
terjadi melalui kajian awal kegempaan lokasi dan
tidak menunjukkan anomali tekanan air pori. Hal ini
perencanaan bendungan baru secara lebih detail
berarti kejadian gempa tidak berdampak signifikan
mengacu gempa kala ulang.
terhadap pola tekanan air pori.
DAFTAR PUSTAKA
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kementerian PUPR, 2015, Peraturan Menteri
5.1. Kesimpulan
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan hal-hal Nomor 27 Tahun 2015 tentang Bendungan,
sebagai berikut: Kementerian Pekerjaan dan Perumahan
Rakyat, Jakarta.
A. Secara keseluruhan dari jumlah 32 Bendungan
yang ada, terdapat 31 Bendungan dalam kondisi Kementerian PUPR, 2015, Pedoman Inspeksi
baik dan aman sehingga Bendungan tersebut Bendungan, Kementerian Pekerjaan dan
dapat beroperasi seperti biasa. Sedangkan 1 Perumahan Rakyat, Jakarta.
Bendungan yaitu Bendungan Jago dalam keadaan
cukup sehingga diperlukan analisis teknik untuk BMKG Denpasar, 2018, Gempa Lombok : Kronologi –
memastikan kondisi keamanan dan bendungan Kekuatan Gempa – Penyebab dan Akibatnya,
dapat beroperasi seperti biasa. BMKG Denpasar.

B. Setelah dilakukan analisis terhadap pencatatan Nugroho, Sutopo Purwo, 2018. 32.129 Unit
data rembesan, tekanan pori dan penurunan Rumah Rusak Akibat Gempa Lombok Telah
tubuh bendungan, maka tidak terdapat hasil Diverifikasi, Upaya Perbaikan Rumah Terus
pemantauan yang melebihi parameter-parameter Dilakukan (diakses 26 September 2018).
dalam desain yang berpotensi gangguan terhadap
keamanan bendungan. Soedibyo, 1987, Teknik Bendungan, Cetakan Kedua,
PT Pradnya Paramita, Jakarta.

1-6 JURNAL INFRASTRUKTUR


Vol. 5 No. 01 Juni 2019

LEAD RUBBER BEARING (LRB)


SEBAGAI SOLUSI GEMPA 1000 TAHUNAN
PADA JEMBATAN KENTENG SALATIGA

Wahyuningsih Tri Hermani

Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda


Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: wahyuningsihth@yahoo.co.id

Abstract

Kenteng bridge foundation works using pile bore. Field evaluation by visiting geotechnical specialists by re-
ferring to the latest borelog results carried out by the contractor. After checking by the independent checker
team, it was found that the bore pile pole pull reaction against the 1000 year earthquake load exceeded
the pull support capacity of the borepile pole so that it was suggested by the Commission for the Security
of Road Bridges and Tunnels (KKJTJ) to reduce the pull force on borepile. Initially it was recommended to
use High-Damping Rubber Bearings (HDRB), but it was constrained by the time of HDRB procurement which
requires a maximum of 4 months. Therefore, to be able to withstand a 1000-year earthquake load, the use
of Lead Rubber Bearings (LRB) is chosen which only requires about 2 months of procurement.The method
used in this study by evaluating the use of Lead Rubber Bearings (LRB) on the Kenteng bridge using load
analysis and calculations pull the bore pile pole. From the study of the use of the Kenteng Bridge Lead Rub-
ber Bearing (LRB) on the construction of segments 4 and 5 of the Semarang-Solo toll road located in the
Salatiga-Kartosuro Sta. 48.375 has a maximum design for the Kenteng 260 ton LRB Bridge. The use of se-
lected designs, namely LRB, is ready to bear 72 tons. The implementation method is divided into 2, namely
the installation of LRB for simple span and continuous span.

Keywords: LRB, bearing, earthquake, bridge

Abstrak

Pekerjaan pondasi jembatan Kenteng menggunakan bore pile. Evaluasi di lapangan oleh visiting spesialis
geoteknik dengan mengacu pada hasil borelog terbaru yang dilaksanakan oleh kontraktor. Setelah dilaku-
kan pengecekan oleh tim independent checker diketahui reaksi gaya tarik tiang bore pile terhadap beban
gempa 1000 tahun melampaui daya dukung tarik tiang borepile sehingga atas saran Komisi Keamanan Jem-
batan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) untuk menurunkan gaya tarik pada borepile. Pada awalnya disarankan
menggunakan High-Damping Rubber Bearing (HDRB), tetapi terkendala dengan waktu pengadaan HDRB
yang membutuhkan waktu paling cepat 4 bulan. Oleh karena itu, untuk dapat menahan beban gempa 1000
tahun dipilih penggunaan Lead Rubber Bearing (LRB) yang hanya membutuhkan waktu pengadaan sekitar
2 bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengevaluasi penggunaan Lead Rubber Bear-
ing (LRB) pada jembatan Kenteng menggunakan perhitungan analisa beban dan gaya tarik tiang bore pile.
Dari kajian pada penggunaan Lead Rubber Bearing (LRB) Jembatan Kenteng pada pembangunan jalan tol
Semarang-Solo segmen 4 dan 5 yang berada pada ruas Salatiga-Kartosuro Sta. 48.375 mempunyai desain
maksimum untuk LRB Jembatan Kenteng 260 ton. Penggunaan desain bearing yang dipilh yaitu LRB yang
siap mampu memikul 72 ton. Metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu pemasangan LRB untuk simple
span dan continuous span.

Kata kunci: LRB, bearing, gempa, jembatan

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-7


Vol.5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN Lead Rubber Bearing (LRB) merupakan produk


pengembangan dari Elastomeric Rubber Bearing
Pembangunan jalan tol Semarang-Solo segmen dengan penambahan material timbal sebagai inti
4 dan 5 berada pada ruas Salatiga-Kartosuro Sta. dari komponen bantalan (Gambar 1). Timbal men-
40.409 s.d 71.785 sepanjang 41.466 Km merupak- dukung kemampuan bantalan untuk menyerap
an program nasional untuk mendukung pemerataan dan menyebarkan secara merata beban horizontal
pembangunan guna meningkatkan perekonomian yang diterima bantalan. Dengan karakter deformasi
masyarakat. Jembatan Kenteng berada pada Sta. plastis dari timbal, bantalan tipe ini memiliki daya
48.375, mempunyai bentang 495 m dengan 2 abut- tahan lebih terhadap gempa bumi, beban kejut, be-
men dan 11 pilar, jarak antar pilar 40 m dan diam- ban angin, dan sebagainya. Struktur molekul timbal
eter 1,5 m dengan kedalaman bore pile 30 m s.d setelah menerima beban akan kembali pada struk-
40 m. tur awal ketika suhu ruang akan kembali ke ukuran
semula.
Struktur pondasi berdiri harus dapat menahan be-
ban yang terjadi, juga pergerakan pondasi harus Model pengembangan Smart lead rubber bearing
dalam batasan tertentu. Salah satu beban utama (SMA-LRB) menggunakan perangkat lunak elemen
dalam perencanaan pondasi gedung atau bangunan hingga. Verifikasi keakuratan model jembatan jalan
sipil adalah beban aksial pondasi dan penurunan raya dengan tiga bentang kontinyu dievaluasi dalam
pondasi tersebut (Solikhati, 2011). Beban aksial tipe gempa. Hasil mengungkapkan bahwa kabel
yang terjadi pada suatu pondasi adalah akibat dari SMA secara memuaskan dapat mengurangi per-
beban bangunan diatasnya, beban sendiri dari pon- mintaan regangan geser di LRB dan menahan per-
dasi tersebut. Oleh karena itu, kapasitas aksial dan pindahan geladak dengan meningkatkan kekakuan
penurunan pondasi yang terjadi perlu diperhitung- efektif isolator elastomer. Akibatnya, kemungkinan
kan agar dapat mendukung struktur dengan baik. kegagalan pada bantalan, dan masalah yang tidak
pada kursi di dek jembatan dapat dikurangi secara
Pekerjaan pondasi jembatan Kenteng menggunakan efektif. (Farzhad Hedayati et al, 2017) (Malgorzata
bore pile. Evaluasi di lapangan oleh visiting spesialis Szczesna et al, 2019).
geoteknik dengan mengacu pada hasil borelog ter-
baru yang dilaksanakan oleh kontraktor. Setelah di- Penggunaan Smart lead rubber bearing (SMA-LRB)
lakukan pengecekan oleh tim independent checker, (Gambar 2) dalam menambah bantalan karet untuk
ternyata diketahui reaksi gaya tarik tiang bore pile mengisolasi jembatan jalan raya dapat mengisolasi
terhadap beban gempa 1000 tahun melampaui daya kerangka bangunan bertingkat. Hal ini menunjuk-
dukung tarik tiang bore pile sehingga atas saran kan bahwa SMA-LRB sebagian besar mengurangi
Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan perpindahan isolator dibandingkan dengan LRB kon-
(KKJTJ) untuk menurunkan gaya tarik pada bore vensional. Hal ini untuk meminimalkan perpindahan
pile. Pada awalnya disarankan menggunakan High- isolator serta memaksimalkan efisiensi isolasi den-
Damping Rubber Bearing (HDRB), tetapi terkendala gan tujuan kekokohan desain yang optimal. (Ma-
dengan waktu pengadaan HDRB yang membutuh- sanobu Shinozua et al, 2015)
kan waktu paling cepat 4 bulan. Oleh karena itu, un-
tuk dapat menahan bebangempa 1000 tahun dipilih Dalam model Smart lead rubber bearing (SMA-LRB)
penggunaan Lead Rubber Bearing (LRB) yang hanya terbaru, efek kawat SMA lintas ganda dipisahkan
membutuhkan waktu pengadaan sekitar 2 bulan. dari LRB dan dibuat secara paralel. Dalam model
SMA-LRB, perilaku LRB diidealkan menggunakan
2. TINJAUAN PUSTAKA model bilinear kinematic hardening (BKH).

Lead Rubber Bearing (LRB) adalah sistemi solasi


yang menggabungkan bantalan karet lapisan lami-
nasi dengan sumbat timah; yang pertama menang-
gung beban dan mengisolasi getaran, dan yang ter-
akhir menyerap energi sebagai peredam. (Keyvan
Zeynali & Habib Saeed, 2018). Gambar 2. Jembatan multi bentang yang
diisolasi oleh bantalan karet timbal berbasis SMA
lintas ganda (SMA-LRB) (dimensi dalam mm)

Beberapa keuntungan penggunaan LRB diantaran-


ya:

A. Kredibilitas tinggi, sejak 1986 para arsitek mulai


mengadopsi isolasi seismik pada bangunan di Je-
pang. Banyak Konstruksi bangunan yang meng-
gunakan sistem isolasi seperti LRB sangat andal
selama gempa bumi yang meliputi gempa bumi
Gambar 1. Lead Rubber Bearing (LRB) Hanshin Besar.

1-8 JURNAL INFRASTRUKTUR


Vol. 5 No. 01 Juni 2019

B. Daya Tahan Tinggi, LRB dapat memenuhi per- bel untuk memperpanjang periode struktur). Pada
syaratan untuk kinerja bantalan yang stabil den- nilai regangan geser 250 hingga 300%, kekakuan
gan mendukung beban, memungkinkan peman- horizontal akan meningkat kembali akibat pengaruh
jangan dan rotasi girder selama periode waktu hardening effects. Pengaruh ini berfungsi sebagai
yang panjang. “sekring” untuk membatasi deformasi yang melebi-
hi batas gempa maksimum yang direncanakan. Per-
C. Kinerja Tinggi, LRB dapat dirancang sesuai den- angkat LRB disajikan pada Gambar 3.
gan ukuran dan karakteristik struktur sebagai
Nilai kekakuan dan redaman dari LRB bergantung
fungsi peredam getaran dan kelayakan (pemicu)
pada besarnya nilai shear strain yang terjadi. Pada
dapat ditentukan dengan menyesuaikan ukuran
pemodelan linear, umumnya digunakan pendekatan
steker timbal.
nilai kekakuan efektif (Keff) dan redaman efektif (ξeff)
untuk menggambarkan nilai kekakuan dan redaman
pada suatu nilai perpindahan tertentu seperti di-
perlihatkan pada Gambar 4.

Gambar 3. Skema peredam karet dengan timbal


Lead Rubber Bearing (LRB) merupakan salah satu
jenis laminated rubber bearing yang terbuat dari
campuran senyawa karet dengan nilai rasio redaman
yang tinggi. (Reni Suryanita, 2017). LRB terdiri dari Gambar 4. Parameter kekakuan efektif (Keff)
beberapa lapisan karet dan lempengan baja. Lead dan redaman efektif (ξeff) perangkat HDRB
Rubber Bearing (LRB) memiliki nilai kekakuan awal Sumber: FEMA P-751 Chapter 12, Seismically
yang tinggi sehingga mampu mengakomodasi gaya Isolated Structures
angin dan gempa ringan tanpa berdeformasi secara
3. METODE PENELITIAN
signifikan. Dengan meningkatnya eksitasi gempa
maka deformasi lateral meningkat dan modulus
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
geser dari rubber akan menurun dan menghasilk-
an system isolasi dasar yang efektif (cukup fleksi- Lokasi penelitian berada di Jembatan Kali Kenteng

Gambar 5. Lokasi Jembatan Kali Kenteng

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-9


Vol.5 No. 01 Juni 2019

pada pembangunan jalan tol Salatiga-Kartosuro 4.1. Pemilihan Alternatif


Sta. 48.375 dan waktu penelitian pada tahun 2018.
Gambar lokasi dan tampak atas jembatan disajikan Tim independent checker menyarankan untuk meng-
pada Gambar 5 dan Gambar 6. (Anonim, 2018) gunakan LRB (Gambar 8) yang diambil dari desain

Gambar 6. Tampak atas Jembatan Kali Kenteng


3.2. Jenis Penelitian yang telah siap sehingga membutuhkan waktu un-
tuk pengadaan kurang lebih 1 bulan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan
mengevaluasi penggunaan Lead Rubber Bearing Ada dua alternative dari tim independent checker
(LRB) pada jembatan Kenteng menggunakan perhi- memilih LRB dengan pertimbangan waktu pen-
tungan analisa beban dan gaya tarik tiang bore pile. gadaan yang kurang dari 2 bulan adalah sebagai
berikut:
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penggunaan 2 baris LRB dibagian bawah masing-
Desain Jembatan Kali Kenteng pada pembangu- masing girder dengan sistem dirubah menjadi
nan jalan tol Semarang-Solo segmen 4 dan 5 yang simple beam dengan linked slab.
berada pada ruas Salatiga-Kartosuro Sta. 48.375
disajikan pada Gambar 7. B. Penggunaan 2 baris LRB dibagian bawah masing-

Gambar 7. Desain Jembatan Kali Kenteng

Gambar 8. Pemasangan LRB

1 - 10 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

masing girder dengan sistem semi continuous


beam dimana diafragma ujung terpisah dengan
pierhead

Saran dari BPJT yang memerlukan koordinasi BUJT,


Konsultan Supervisi dan Kontraktor dengan tim in-
dependent checker sebagai berikut:

A. Dari dua alternative yang disampaikan oleh tim


independent checker, maka dipilih alternative 2
dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Jarak antara ujung girder sebesar 230 cm


telah memenuhi persyaratan jarak minimum
60 cm untuk sistem semi continuous beam.

2. Tulangan tambahan pada ujung girder yang Gambar 10. Gambaran pemasangan LRB
telah didesain sebagai fully continuous beam Continuous Span
dapat dipakai untuk tipe semi continuous
beam. Pemilihan pemasangan LRB dengan pertimbangan:

3. Meskipun demikian tim independent checker A. Perlunya desain baru LRB yang dapat memikul
agar memeriksa kembali momen kapasitas di beban rencana 260 ton dan beban gempa sesuai
tengah bentang jika menggunakan semi con- kondisi setempat.
tinuous beam.
B. Pada bagian struktur yang tidak menggunakan
B. Perlu dilaksanakan evaluasi kesesuaian desain LRB dipertimbangkan penggunaan modular ex-
LRB dari desain yang telah siap dengan beban pansion joint terhadap struktur yang menerus
mati dan beban gempa rencana untuk Jembatan untuk mengakomodir perbedaan waktu getar
Kali Kenteng. dan displacement ketika gempa terjadi.

C. Desain LRB yang telah siap mampu memikul 72 Untuk Jembatan Kali Kentengdan Kali Serang, pen-
ton, sedangkan desain maksimum pada LRB un- empatan LRB disesuaikan dengan tipe span yang
tuk Jembatan Kali Kenteng adalah 260 ton. Se- ada, untuk tipe simple span (Gambar 9) LRB akan
hingga disarankan dari tim checker menggunak- ditambatkan terlebih dahulu pada balok girder. Se-
an 3 baris LRB, dengan 2 posisi LRB pada bagian dangkan untuk continuous span (Gambar 10), LRB
bawah girder. akan ditambatkan terlebih dahulu pada pier head
tiap pilar.
4.2. Rencana Desain Bearing

Desain LRB yang telah siap mampu memikul 72 ton,


sedangkan desain maksimum pada LRB untuk Jem-
batan Kali Kenteng adalah 260 ton. Sehingga disa-
rankan dari tim checker menggunakan 3 baris LRB,
dengan 2 posisi LRB pada bagian bawah girder. Block
out pada ujung PCI Girder untuk menempatkan LRB
akan melemahkan kekuatan girder itu sendiri.

Gambar 11. Lubang angkur penambat LRB


pada balok girder

Gambar 9. Gambaran pemasangan LRB


Simple Span

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 11
Vol.5 No. 01 Juni 2019

Gambar 12. Erection Girder dan Posisi Angkur LRB

Gambar 13. Grouting angkur LRB dan Angkur yang sudah terpasang
Malgorzata Szczesna et al, 2019, Downregulation of
5. KESIMPULAN DAN SARAN LRB in VMH/DMH during the second half of
gestation and upregulation of SOCS-3 n ARC
5.1. Kesimpulan in ate-pregnant ews- Implications for leptin
resistance, University of Agriculture Krakow,
Dari kajian penggunaan Lead Rubber Bearing (LRB) Poland.
Jembatan Kenteng dapat diambil kesimpulan:
Masanobu Shinozuka et al, 2015, Shape Memory
A. Pemilihan LRB dengan pertimbangan waktu pen- Alloy Supplemented Lead Rubber Bearing
gadaan yang kurang dari 2 bulan. (SMA-LRB) for Seismic Isolation, University of
California Irvine, USA.
B. Desain maksimum LRB untuk Jembatan Kenteng
260 ton, sehingga dipilih penggunaan desain Reni Suryanita, 2017, Penggunaan High Damping
bearing dengan LRB yang siap mampu memikul Rubber Bearing System pada Struktur Ban-
72 ton. gunan Gedung Dengan Analisis Time History,
Makalah Teknik Sipil Universitas Riau, Riau.
5.2. Saran
Solikhati, 2011, Pengertian dan Macam Pondasi,
Dari kajian yang dilakukan, rekomendasi yang di-
http://eprints.undip.ac.id/28167/1/ penger-
berikansebagaiberikut:
tian_dan_macam_pondasi.pdf
Tim independent checker agar menghitung kembali
Zeynali Keyvan and Saeed Habib, 2018, Experi-
kebutuhan dimensi dan tulangan pierhead dan ad-
mental and Numerical Investigation of Lead-
anya akibat penambahan beban mati yang mungkin
Rubber Dampers in Chevron Concentrically
akan menambah gaya gaya dalam substructure.
Braced Frames, Elsevier Ltd, http://dx.doi.
DAFTAR PUSTAKA org/10.1016/j.acme.2017.06.004

Anonim, 2018, Proyek Pembangunan Tol Salatiga-


Kartosuro, PT. Waskita, Jakarta

Farshad Hedayati Dezfuli et al, 2017, Effect of con-


stitutive on seismic response of an SMA-LRB
isolated highway bridge, University of British
Columbia, Canada.

1 - 12 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN


RUMAH TAHAN GEMPA TIPIKAL TEMBOKAN PADA
PERUMAHAN BERSUBSIDI DI SERANG BANTEN
Meassa Monikha Sari1, Dessy Triana2

Dosen Program Studi Teknik Sipil


1,2

1,2
Universitas Serang Raya
Email: khasanny@yahoo.com1, dessytriana@yahoo.co.id2

Abstract

A subsidized house generally is kind of masonry house which is susceptible to get loss and damages caused
by earthquake. An earthquake does not cause casualty but a collapsed building does it. The purpose of this
study is to evaluate how far the implementation in developing earthquake resistant house case study typical
of masonry, in the subsidized housings in Serang, Banten. The object is masonry building with type of less
than 36 of the 20 subsidized housings in Serang Banten and it used purposive sampling method. The visual
inspection by checking the structural and non-structural components of the building, interview, survey and
observation as data collective methods. The result shows there is only 15% of subsidized housings on this
study which was built considering the criteria of an earthquake resistant building, 45% of them was less
constructed and 40% of subsidized housing was not built appropriately to a minimum requirements in the
standard of earthquake resistant building. Based on the evaluation results, it can be said that in the building
construction needs more attention and control from the government, developers and the building’s owner
to reduce loss and house damages caused by earthquake in the future.

Keywords: earthquake, subsidized house, typical of masonry

Abstrak

Rumah bersubsidi pada umumnya adalah bangunan tipikal tembokan yang rentan mengalami kerugian
dan kerusakan akibat gempa. Timbulnya korban jiwa ketika terjadi gempa secara umum disebabkan oleh
tertimpa bangunan yang roboh, bukan disebabkan oleh gempa itu sendiri. Tujuan penelitian adalah men-
gevaluasi sejauh mana implementasi pembangunan rumah tahan gempa tipikal tembokan sudah diterapkan
oleh para pengembang pada perumahan bersubsidi di Serang, Banten. Objek penelitian adalah bangunan
rumah tinggal tipe kurang dari 36 pada 20 perumahan bersubsidi di Serang Banten, menggunakan teknik
purposive sampling. Metode pengumpulan data melalui visual inspection komponen struktural dan non-
struktural pada bangunan rumah, didukung wawancara, survey dan observasi di lapangan. Hasil peneli-
tian menunjukkan hanya 15% perumahan bersubsidi dibangun memenuhi kriteria bangunan rumah tahan
gempa, sedangkan 45% dinilai kurang memenuhi dan 40% tidak memenuhi syarat minimum rumah tahan
gempa tipikal tembokan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam pembangunan
rumah bersubsidi diperlukan perhatian lebih dan kontrol dari pemerintah, pengembang dan pemilik rumah
untuk mengurangi kerugian dan kerusakan apabila terjadi gempa.

Kata Kunci: gempa, rumah bersubsidi, tipikal tembokan

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 13
Vol.5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA

Saat ini di Serang Provinsi Banten, sektor peruma- 2.1. Bangunan Rumah Tahan Gempa
han menjadi salah satu jenis investasi yang paling
banyak diminati selain ritel. Provinsi Banten menjadi Bangunan tahan gempa didefinisikan sebagai ban-
primadona bagi wilayah pengembangan peruma- gunan yang mampu menahan beban gempa rencana
han bersubsidi ditengah lesunya permintaan akan tanpa mengalami kerusakan berlebihan atau tidak
properti komersial. Seperti yang dituturkan oleh roboh akibat gempa tersebut (Sulendra, 2011).
Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI), Adali Bangunan rumah tahan gempa sejatinya adalah
(2017) bahwa karakteristik wilayah Banten masih bangunan aman dari gempa. Penerapan bangunan
memungkinkan untuk menggarap pasar perumahan rumah tahan gempa dapat dilakukan pada bangu-
bersubsidi yang memicu bermunculannya developer nan yang baru akan dibangun maupun pada bangu-
yang menggarap segmen ini. Serapan pembangu- nan yang telah ada (exist) dengan beberapa metode
nan perumahan bersubsidi bagi masyarakat ber- perkuatan. Bangunan rumah tipikal tembokan yang
penghasilan rendah masih berpusat di Kota dan Ka- umumnya banyak dipakai di perumahan bersubsidi
bupaten Serang dimana sampai pertengahan tahun dapat dibangun dengan mengikuti kaidah bangunan
2017 telah dibangun 3.000 unit rumah bersubsidi tahan gempa. Filosofi bangunan tahan gempa dalam
dari total target 8.500 unit (Adali, 2017). Adi (2016) adalah sebagai berikut:

Unit rumah subsidi pada umumnya adalah rumah A. Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak men-
tipikal tembokan karena selain harga material- galami kerusakan baik pada komponen non-
nya semakin terjangkau, juga memberikan kesan struktural (dinding retak, genting dan langit-
gengsi yang lebih tinggi. Rumah tipikal tembokan langit jatuh, kaca pecah, dsb) maupun pada
sendiri ada yang dibangun dengan perkuatan dan komponen strukturalnya (kolom dan balok retak,
ada yang tanpa perkuatan. Rumah tipikal tembokan pondasi amblas, dsb).
akan sangat rentan mengalami kerusakan akibat
gempa apalagi jika dalam pembangunannya diban- B. Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh men-
gun tanpa perkuatan dan tidak mengikuti kaidah galami kerusakan pada komponennon struktural,
bangunan rumah tahan gempa. Dampak kerusakan tetapi tidak boleh rusak pada komponen struk-
terbesar akibat gempa adalah bangunan rumah tural, sedangkan pada bangunan sederhana bo-
tinggal dan infrastruktur (Artatia dan Hakim, 2015). leh mengalami kerusakan tembok.
Pada beberapa kejadian gempa misalnya gempa
C. Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh men-
Jogja (2006), gempa Pandeglang (2009) maupun
galami kerusakan baik pada komponen non
gempa Lebak Banten yang baru terjadi awal tahun
struktural maupun komponen struktural, akan
2018 tidak hanya menyebabkan kerusakan gedung
tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat,
sekolah, gedung pemerintahan dan tempat ibadah
artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup
tetapi juga ratusan bahkan ribuan bangunan rumah
waktu bagi penghuni untuk keluar/mengungsi ke
warga yang sebagian besar adalah tipikal tembokan
tempat aman.
dengan tipe rusak ringan, sedang, berat bahkan ro-
boh. Menurut Widodo (2012), faktor penyebab be- Menurut Winarno dan Fauziah (2012), pencegahan
sarnya kerusakan struktur bangunan akibat gempa kerusakan rumah tipikal tembokan akibat gempa
adalah karakteristik gempa (Peak Ground Accelera- perlu dilengkapi dengan elemen-elemen struktur
tion atau PGA, duration of strong shaking, frequency tahan gempa terutama sloof, kolom, balok latei, dan
content dan length of fault rupture), karakteristik balok ring yang harus menyatu menjadi satu kes-
site dan karakteristik struktur. Karakteristik struk- atuan. Selain itu sambungan antara bagian-bagian
tur dipengaruhi oleh proses pelaksanaan di lapan- tersebut harus baik sehingga kesatuan struktur akan
gan. Pelaksanaan yang sering tidak sesuai dengan terbentuk. Bila bahan beton, tembok dan tulan-
perencanaan dominan menjadi penyebab rusaknya gan berkualitas saling menyatu dengan baik, maka
suatu bangunan, sehingga pengawasan sangat di- akan membentuk struktur yang kuat. Pada bangu-
perlukan agar bangunan yang dihasilkan memiliki nan yang telah berdiri dapat diberikan perkuatan
kualitas yang cukup baik minimal untuk menahan sehingga struktur bangunan menjadi lebih daktail.
beban gempa yang mungkin terjadi. Beberapa metode perkuatan pada bangunan rumah
tinggal tembokan agar aman terhadap gempa dalam
Oleh sebab itu, sebagai salah satu upaya mitigasi
Panduan Perbaikan dan Perkuatan Rumah Tinggal
bencana, penelitian ini dilakukan dengan tujuan un-
Pasangan Bata Agar Aman Terhadap Gempa (2009)
tuk mengevaluasi sejauh mana implementasi pem-
antara lain perkuatan sloof dengan menambahkan
bangunan rumah tahan gempa tipikal tembokan di
pasangan besi tulangan pada sloof, perkuatan dind-
perumahan bersubsidi di Serang agar kerusakan
ing dengan menambahkan kolom untuk memperke-
bangunan terutama bangunan rumah tinggal tipikal
cil luasan dinding, penambahan besi tulangan pada
tembokan akibat gempa yang tejadi di masa men-
kolom, perkuatan balok ring dengan menambahkan
datang dapat diminimalisir.
besi tulangan, perkuatan bukaan dengan menam-
bahkan besi tulangan di sekeliling bukaan, perkua-

1 - 14 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

tan gunungan yaitu dengan menambahkan besi tu- Denah bangunan yang tidak simetris maka denah
langan di balok miring dan pembuatan ikatan angin. bangunan tersebut harus dipisahkan dengan alur
pemisah sedemikian rupa sehingga menjadi rang-
2.2. Konsep Dasar Bangunan Rumah Tahan kaian denah yang simetris misalnya bentuk denah
Gempa L, U dan denah T.Penempatan dinding-dinding pe-

Dari segi struktur, berdasarkan Pedoman Teknis


Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa yang
dikeluarkan oleh Dirjen Cipta Karya (2006) bangu-
nan rumah yang dibuat atau direncanakan harus
mengikuti ketentuan-ketentuan berikut.

2.2.1. Pondasi

Pondasi harus ditempatkan pada tanah yang keras


dan hindari penempatan pondasi pada sebagian ta-
nah keras dan sebagian tanah lunak. Penampang Gambar 3. Denah simetris sederhana
melintang pondasi harus simetris seperti yang di- Sumber: Perencanaan Bangunan
tunjukkan oleh Gambar 1(a), dan sangat disarank- Rumah Sederhana Tahan Gempa
an menggunakan pondasi menerus yaitu mengikuti
panjang denah bangunan yang dibuat pada kedala- nyekat dan bukaan pintu/jendela harus simetris
man yang sama seperti pada Gambar 1(b). Apabila terhadap sumbu denah bangunan seperti yang di-
menggunakan pondasi setempat/umpak, maka ma- tunjukkan oleh Gambar 4 (a), sedangkan bidang
sing-masing pondasi setempat tersebut harus diikat dinding harus dibuat membentuk kota-kotak tertu-
satu dengan yang lainnya secara kaku dengan balok tup, diperlihatkan oleh Gambar 4 (b).
pengikat.

(a) (b)
Gambar 1. (a) Penampang melintang pondasi batu kali; (b) Pondasi menerus
Sumber: Pedoman Teknis (2006)

Penggunaan pondasi pada kondisi tanah lunak dapat 2.2.3. Lokasi Bangunan
digunakan pondasi pelat beton atau jenis pondasi
alternatif lainnya seperti yang ditunjukkan oleh Dalam memilih dimana lokasi bangunan akan didiri-
Gambar 2. kan, maka untuk menjamin keamanan terhadap
gempa perlu diperhatikan hal-hal berikut:

A. Bila bangunan rumah akan dibangun pada la-


han perbukitan, maka lereng bukit harus dipilih
yang stabil agar tidak longsor pada saat gempa
terjadi.

B. Bila bangunan akan dibangun di lahan dataran,


Gambar 2. Pondasi pelat dari beton bertulang
maka bangunan tidak diprerkenankan diban-
Sumber: Pedoman Teknis (2006)
gun di lokasi yang memiliki jenis tanah yang
2.2.2. Denah sangat halus dan tanah liat yang sensitif (tanah
mengembang).
Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris
terhadap kedua sumbu bangunan dan tidak terlalu 2.2.4. Desain Struktur
panjang. Perbandingan lebar bangunan dengan pan-
jang 1:2. Contoh denah simetris sederhana adalah Struktur bangunan rumah tinggal harus didesain
bujursangkar dan empat persegi panjang, sedan- sedemikian rupa sehingga memiliki daktilitas yang
gkan lingkaran dan segi delapan termasuk denah baik (baik pada material maupun strukturnya); kel-
simetris tidak sederhana seperti yang ditunjukkan enturan pada strukturnya, dan memiliki daya tahan
oleh Gambar 3. terhadap kerusakan.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 15
Vol.5 No. 01 Juni 2019

(a) (b)
Gambar 4. (a). Contoh penempatan dinding penyekat,
(b). Bidang dinding pada bangunan gedung
Sumber: Pedoman Teknis (2006)
2.2.5. Kuda-Kuda
3. METODE PENELITIAN
Kuda-kuda untuk bangunan rumah tahan gempa
disarankan menggunakan kuda-kuda papan paku. 3.1. Lokasi Penelitian
Kuda-kuda ini cukup ringan dan pembuatannya cu-
kup sederhana. Ukuran kayu yang digunakan 2 cm Penelitian ini dilakukan di Serang, Banten dimana
x 10 cm, dan jumlah paku yang digunakan minimum sebagai objek penelitian adalah bangunan rumah
4 buah paku dengan panjang 2,5 kali tebal kayu. tinggal pada perumahan bersubsidi. Perumahan
bersubsidi yang dipilih berlokasi di Kota Serang dan
2.2.6. Atap Bangunan Kabupaten Serang, Provinsi Banten sesuai dengan
Tabel 1. Teknik pengambilan sampel rumah yang
akan dievaluasi adalah teknik sampel bertujuan
(purposive sampling). Purposive sampling dilakukan
dengan cara mengambil sampel bukan didasarkan
atas strata dan random, tetapi didasarkan atas ad-
anya tujuan tertentu (Arikunto, 2013). Teknik ini
Gambar 5. Atap bangunan dapat digunakan karena mempertimbangkan keter-
Sumber: Pedoman Teknis (2006) batasan waktu, tenaga dan biaya. Setiap peruma-
han diwakili oleh 2 tipe rumah, maksimum tipe 36,
Bentuk-bentuk atap yang terlalu besar dan berat dimana masing-masing tipe sebanyak 2 rumah se-
dapat membahayakan keamanan struktur, karena hingga terdapat 80 rumah yang harus diperiksa.
dapat mengakibatkan beban gempa yang lebih be-
Tabel 1. Daftar perumahan sebagai objek penelitian
No Nama Perumahan No Nama Perumahan

1 Perum. Banten Indah Permai 11 Perum. Taman Ciruas Permai

2 Perum. Taman Banten Lestari 12 Perum. Graha Walantaka

3 Perum. Puri Delta Kasemen 13 Perum. Grand Sutra Cilegon

4 Perum. Harmony Residence 14 Perum. Taman Krakatau

5 Perum. Griya Barokah Asri 15 Perum. Lebakwana Griya Asri

6 Perum. Bukit Tirta Nirmala 16 Perum. Sukawana Asri

7 Perum. Dalung Mandira 17 Perum. Puri Pratama Cisait

8 Perum. Kiara Rahayu 18 Perum. Senopati Estate

9 Perum. Kamilan Permai 19 Perum. Griya Lestari Cisait

10 Perum. Puri Anggrek 20 Perum. Serang Hijau

sar.Rangka atap sebuah bangunan juga turut ber- 3.2. Pengumpulan Dan Analisa Data
peran dalam mempercepat keruntuhan sebuah ban-
gunan (Adi, 2016). Gambar 5 memperlihatkan atap Pengumpulan data untuk evaluasi rumah bersub-
bangunan yang disarankan pada bangunan rumah sidi dilakukan dengan cara pemeriksaan langsung,
tahan gempa.Sangat dianjurkan untuk menggunak- observasi lapangan serta survey wawancara ke-
an bahan atap yang ringan dan sederhana seperti pada pemilik rumah menggunakan formulir isian
seng, asbes gelombang atau aluminium dimana ba- evaluasi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 7.
han penutup atap asbes atau seng harus diikat pada Pemeriksaan meliputi elemen struktural dan elemen
gording dengan paku, pelat besi atau baut. non-struktural, terdiri dari 11 komponen, setiap

1 - 16 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

komponen terdiri dari beberapa item dengan total


40 item pengamatan per rumah. Teknis pelaksa-
naan pengambilan data yaitu rumah yang dijadikan
sampel diperiksa langsung dan diceklis pada for-
mulir penilaian struktur, apakah bangunan memiliki
(jawaban “YA”), tidak memiliki (jawaban “TIDAK”),
atau memiliki tetapi kurang memenuhi kriteria yang
diharuskan (jawaban “KURANG”) pada komponen-
komponen bangunan rumah tahan gempa tipikal
tembokan. Perhitungan skor bangunan dengan
mengakumulasi jumlah jawaban ”YA” dikalikan 1,0;
sedangkan jumlah jawaban “KURANG” dikalikan 0,5
kemudian diakumulasikan sehingga diperoleh suatu
nilai hasil penjumlahan. Persentase skor bangunan
yaitu persentase yang dihitung dari pembagian jum-
lah nilai dengan 40 (jumlah item ceklis). Bagan alir
evaluasi bangunan rumah tinggal ditunjukkan oleh
Gambar 6.

Gambar 6. Tahapan evaluasi rumah

Gambar 7. Formulir isian evaluasi rumah


Sumber: Kurniati dan Teguh (2013)

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 17
Vol.5 No. 01 Juni 2019

Pengolahan data menggunakan Ms. Excel untuk manjang kurang memenuhi yang seharusnya
menghasilkan berbagai nilai skor bangunan rumah minimal 4φ10 serta tulangan begel yang juga
tinggal. Penentuan jarak interval indikator menurut kurang memenuhi kriteriamanual perancangan
Widoyoko (2014), memenuhi rumus. yaitu minimal φ8 dengan jarak 150 mm. Seban-
jumlah skor tertinggi - jumlah skor terendah
Jarak interval (i) = (1)
jumlah kelas interval
Skor bangunan rumah tinggal yang diperoleh di- yak 10% tidak menempatkan angkur ke pondasi.
kategorikan menjadi 3 kategori sesuai jumlah kelas Hanya 35% yang memenuhi perbandingan 1 se-
interval yaitu kategori “Tidak Memenuhi”, “Kurang men : 2 pasir : 3 kerikil pada campuran beton
Memenuhi” dan “Memenuhi”, sehingga akan diketa- sloof sedangkan 65% campuran beton kurang
hui berapa banyak perumahan yang bersubsidi yang bagus. Sebanyak 100% perumahan bersubsidi
dibangun memenuhi kriteria bangunan rumah tahan pembuatan beton dilakukan secara manual.
gempa.
E. Kolom, sebanyak 10% memenuhi ukuran kolom
4. HASIL DAN PEMBAHASAN yang sesuai kriteria (min 15 cm x15 cm) se-
dangkan 80% memiliki ukuran yang lebih kecil.
Rumah tipikal tembokan pada perumahan bersub- Sebanyak 100% menggunakan tulangan me-
sidi di Serang, Banten ditunjukkan oleh Gambar 8. manjang dengan diameter kurang dari kriteria
(minimal 4φ10), begitupula tulangan begel yang
kurang memenuhi kriteria minimum. Hanya 35%
perumahan yang memiliki beton kolom yang ti-
dak keropos.

F. Dinding, semua perumahan memiliki angkur


ke kolom akan tetapi dalam kategori kurang
memenuhi kriteria. Sebanyak 70% perumahan
memiliki campuran mortar untuk spesi kurang
memenuhi perbandingan 1 semen: 4 pasir. Se-
banyak 95% perumahan memasang dinding 1 la-
pis antara 2 rumah dengan dinding berupa hebel
dan batako.

G. Ring Balk, semua perumahan atau 100% kurang


memenuhi syarat pada ukuran ring balk (mini-
Gambar 8. Rumah tipikal tembokan di
mal 12 cm x 15 cm), tulangan memanjang serta
perumahan bersubsidi
tulangan begel juga kurang memenuhi syarat
Berdasarkan pemeriksaan visual komponen-kompo- minimal. Sebanyak 75% campuran beton kurang
nen struktural dan non-struktural di lapangan, di- memenuhi 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.
peroleh hasil sebagai berikut.
H. Detil tulangan pada pertemuan ujung balok dan
A. Gambar rencana, semua rumah pada perumahan kolom pada semua perumahan diangkur tetapi
bersubsidi dalam penelitian dibangun berdasar- panjangnya kurang, dan 90% perumahan per-
kan gambar rencana atau 100% sesuai dengan akitan tulanggannya secara manual.
gambar rencana.
I. Sambungan, sebanyak 5% perumahan ada over-
B. Denah, sebanyak 100% perumahan bersubsidi lap sambungan dan 25% tidak ada overlap.
menggunakan denah simetris dan terdapat 5%
yang memiliki tonjolan lebih dari 25% dari uku- J. Gunung-gunung, semua rumah di perumahan
ran denah terbesar. bersubsidi memiliki ikatan angin dan gunung-
gunung dari beton akan tetapi ukuran gunung-
C. Pondasi, terdapat 85% perumahan bersubsidi gunung, tulangan memanjang serta tulangan
menggunakan pondasi batu kali sedangkan 15% begelnya kurang memenuhi kriteria.
menggunakan pondasi pelat beton. Akan tetapi
95% pondasi batu kali hanya pada kedalaman K. Kuda-kuda, terdapat 30% perumahan yang
sekitar 20-40 cm, sedangkan seharusnya ponda- menggunakan kayu sebagai kuda-kuda, tetapi
si memiliki kedalaman minimal 60 cm. Sebanyak ukuran kayu masih kurang dari syarat minimum
90% perumahan kurang memenuhi syarat cam- 6 cm x 12 cm, sedangkan sisanya telah meng-
puran mortar untuk spesi 1 semen : 4 pasir. gunakan baja ringan. Secara umum peruma-
han yang menggunakan kuda-kuda baja ringan
D. Sloof,semua perumahan memiliki sloof tetapi adalah perumahan yang dibangun kurang dari 3
ukuran sloof kurang memenuhi persayaratan tahun.
minimal (minimal 15 cm x 20 cm), tulangan me-

1 - 18 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

L. Atap, sebanyak 60% perumahan bersubsidi Perlu dicari perumahan-perumahan bersubsidi yang
menggunakan atap genteng beton. Padahal atap sedang dalam proses pembangunan, sehingga vi-
genteng beton cenderung lebih berat daripada sual inpection lebih mudah dilakukan. Perlu penga-
bahan genteng lainnya. wasan dari pemerintah pada pelaksanaan pemban-
gunan untuk menghasilkan bangunan berkualitas
Secara umum, semua perumahan telah memiliki lebih baik.
semua komponen struktural dan non struktural,
akan tetapi pada pelaksanaan di lapangan pemban- DAFTAR PUSTAKA
gunan rumah tidak mengaplikasikan persyaratan
minimum yang seharusnya. Hal ini dapat disebab- Adali, R., (2017), Rumah Bersubsidi di Banten Jadi
kan oleh berbagai faktor baik dari sisi pengembang Primadona, dalam laman www.property.bis-
maupun dari sisi pemilik rumah. Hasil wawancara nis.com, diakses pada 31 Juli 2018.
dengan para pemilik rumah, sebagian besar pemi-
lik rumah tidak mengamati proses pembangunan Adi, A.S.W., (2016), Evaluasi Kesesuaian Bangu-
rumah, dikarenakan kebanyakan rumah yang di- nan Rumah Tinggal Terhadap Aturan Rumah
pasarkan sudah selesai dibangun dengan tampilan Sederhana Tahan Gempa, Studi Kasus di Ke-
minimalis, warna yang menarik, harga yang murah camatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Skrip-
dan siap ditempati. Oleh sebab itu pemilik rumah si, Universitas Muhammadiyah Purworejo
tidak terlalu paham bagaimana detail komponen
Arikunto, Suharsimi., (2013), Prosedur Penelitian
struktural dan non struktural rumahnya. Berdasar-
Studi Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Edisi
kan persamaan (1), jarak interval diperoleh adalah
Revisi 2010, Jakarta
6, maka jumlah perumahan yang masuk dalam kat-
egori “Memenuhi”, “Kurang Memenuhi” serta “Tidak Artatia, H. dan Hakim, R.B.F., (2015), Pengelompo-
memenuhi” persyaratan pembangunan rumah tah- kan Dampak Gempa Bumi dari Segi Kerusakan
an gempa ditunjukkan oleh Tabel 2. Fasilitas pada Provinsi yang Berpotensi Gem-
Tabel 2. Persentase perumahan yang memenuhi pa di Indonesia Menggunakan K-Means-Clus-
kriteria bangunan rumah tahan gempa tering, Prosiding Seminar Nasional Matema-
Skor Jumlah Persentase tika dan Pendidikan Matematika, Universitas
Kategori
Bangunan Perumahan (%) Muhammadiyah Surakarta, Solo
59 - 64 8 40 Tidak Memenuhi
65 – 70 9 45 Kurang Memenuhi Kurniati, D. dan Teguh, M., (2013), Evaluasi Pem-
71 - 76 3 15 Memenuhi bangunan Huntap Pasca Erupsi Merapi, Pro-
sumber: Hasil olah data primer siding Seminar Nasional Statistika “Statistika
Dalam Manajemen Kebencanaan”, FMIPA,
Dari Tabel 2, hanya 3 perumahan atau 15% yang Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta
dibangun memenuhi kriteria bangunan rumah tah-
an gempa, sedangkan 45% (9 perumahan) dini- Panduan Perbaikan dan Perkuatan Rumah Tinggal
lai kurang memenuhi dan 40% atau 8 perumahan Pasangan Bata Agar Aman Terhadap Gempa,
bersubsidi tidak memenuhi. Banyaknya perumahan (2009), Japan Platform, SNS, Universitas
yang masuk dalam kriteria tidak memenuhi perlu Gadjah Mada
menjadi perhatian karena memiliki risiko yang lebih
tinggi mengalami kerusakan apabila terjadi gempa. Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tah-
Rumah-rumah pada perumahan dengan kriteria an Gempa, (2006), Direktur Jenderal Cipta
kurang memenuhi dapat diperkuatagar menjadi Karya, Jakarta
lebih tahan gempa. Akan tetapi untuk perkuatan
Sulendra, I. K., (2011), Evaluasi dan Tindakan Pen-
itu sendiri, dibutuhkan kesadaran dan kesediaan
gurangan Kerusakan Bangunan Berdasarkan
dari pemilik rumah dikarenakn harus mengeluarkan
Peta Zonasi Gempa Tahun 2010, Jurnal IN-
dana sendiri.
FRASTRUKTUR, Vol. 1 No. 2 Desember 2011,
5. KESIMPULAN DAN SARAN Hlmn. 71-78

5.1. Kesimpulan Widodo, P., (2012), Seismologi Teknik dan Rekayasa


Kegempaan, Pustaka Pelajar, Jogjakarta
Kesimpulan dari penelitian yaitu implementasi pem-
bangunan rumah tahan gempa tipikal tembokan Widoyoko, E.K.P, (2014), Teknik Penyusunan Instru-
pada perumahan bersubsidi di Serang, Banten ma- men Penelitian, Pustaka Pelajar, Jogjakarta
sih belum memenuhi kriteria minimum rumah gem-
Winarno, S dan Fauziah, M., (2012), Rasio Manfaat-
pa sehingga sangat perlu untuk diperkuat baik dari
Biaya Pada Penerapan Elemen-Elemen Struk-
segi komponen struktural maupun komponen non
tur Tahan Gempa Untuk Rumah Tinggal, Jur-
struktural bangunan.
nal Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1 N0. 3
5.2. Saran September 2012, Hlmn. 159-166

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 19
Vol.5 No. 01 Juni 2019

MIKROZONASI KEGEMPAAN DENGAN APLIKASI


SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
UNTUK ANALISIS BAHAYA GEMPA
KOTAMADYA SURAKARTA

Widodo1, Sudibyakto2, Sulis Nur Syamsudin3

1
Dosen Program Studi Teknik Sipil FTSP, 2Dosen Geo-Info Program Pasca Sarjana,
3
Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda
1
Universitas Islam Indonesia, 2Universitas Gajah Mada,
3
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: widodonz@yahoo.com1, sudibyakto@gmail.com2, sulisnursyamsudin@gmail.com3

Abstract

Surakarta Municipality in accordance with the Surakarta-Giritontro (1992) sheet is a fold, cesarean, muscular
and lake area. This fold consists of an anticline and syncline involving rocks from the Semilir Formation,
Oyo Formation, Wonosari-Punung Formation, and Kepek Formation. It is this geographical, geological and
seismotectonic location that makes Surakarta Municipality relatively close to the earthquake sources which
caused Surakarta Municipality to have the potential to impact the earthquake. Planning and construction
of facilities and infrastructure in Surakarta Municipality, especially those concerning the livelihood of many
people, must really pay attention to the seismic aspects. If the building is not well planned for earthquake
hazards, then the risk of losses that may occur will be large given the high earthquake hazard in Surakarta
Municipality.The method in this study is to determine the parameters and seismic analysis using the SHAP
program and the total probability theory with the EQ-RISK sofware. Synthetic digitization data uses the
SHINT program and 1-dimensional wave propagation analysis to the surface with the NERA program. The
value of acceleration at the surface of the ground resulting from wave propagation to the surface is then
made a contour map using SURFER software. The results obtained from this study are the maximum
acceleration contour maps on the ground surface for the PGA spectral period with a 500 year return period
obtained results ranging from 0.15-0.24g.

Keywords: surface acceleration, time history, contour map

Abstrak

Kotamadya Surakarta sesuai lembar Surakarta-Giritontro (1992) merupakan daerah lipatan, sesar, kekar, dan
perdanauan. Lipatan ini terdiri dari antiklin dan sinklin yang melibatkan batuan dari Formasi Semilir, Formasi
Oyo, Formasi Wonosari-Punung, dan Formasi Kepek. Letak geografis, geologis dan seismotektonik inilah
yang menjadikan Kotamadya Surakarta relatif dekat dengan sumber-sumber gempa yang menyebabkan
Kotamadya Surakarta sangat berpotensi terhadap dampak gempa bumi. Perencanaan dan pembangunan
sarana dan prasarana di Kotamadya Surakarta terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus
betul-betul memperhatikan aspek kegempaan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko kerugian yang
mungkin terjadi akibat dari dampak gempa bumi yang bersifat merusak dan menyebabkan korban jiwa.
Metode dalam penelitian ini adalah dengan menentukan parameter dan analisis seismik menggunakan
program SHAP dan teori probabilitas total dengan piranti EQ-RISK. Data digitasi sintetik menggunakan
program SHINT dan Analisis perambatan gelombang 1 dimensi ke permukaan tanah dengan program NERA.
Nilai percepatan di permukaan tanah hasil dari perambatan gelombang ke permukaan tersebut kemudian
dibuat peta kontur dengan menggunakan software SURFER. Hasil dari penelitian ini adalah peta kontur
percepatan maksimum dipermukaan tanah untuk periode spektral PGA dengan periode ulang 500 tahun
diperoleh hasil berkisar antara 0.15-0.24g.

Kata kunci: percepatan permukaan, riwayat waktu, peta kontur

1 - 20 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN pembuat kebijakan dan para pengambil keputusan


baik dari pihak swasta maupun pemerintahan
Zonasi wilayah gempa di Indonesia menggambarkan dalam merumuskan arah pelaksanaan mitigasi
bahwa hampir 60% kota-kota di Indonesia terletak di dalam mengurangi risiko bencana gempa bumi di
daerah tinggi atau sangat tinggi risikonya terhadap Kotamadya Surakarta.
gempa, atau sekitar 290 kota yang berisiko tinggi
dari 481 kota di Indonesia (IUDMP, 2001). Seperti 2. TINJAUAN PUSTAKA
beberapa kota lainnya yang memiliki tingkat risiko
gempa yang tinggi, kotamadya Surakarta termasuk Studi tentang mikrozonasi telah di lakukan di
salah satu daerah di Indonesia yang cukup rawan beberapa kota di Indonesia, diantara beberapa
terhadap bahaya gempa. Kotamadya Surakarta penelitan mikrozonasi yang pernah dilakukan
dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah sungai besar adalah penelitian Hendriyawan, 2001 melakukan
yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali studi analisis risiko gempa dan mikrozonasi kota
Pepe. Dilihat dari aspek geologi sesuai lembar Jakarta menunjukkan bahwa analisis respons tanah
Surakarta-Giritontro (1992) merupakan daerah dinamik menggunakan ground motion sintetis untuk
lipatan, sesar, kekar, dan perdanauan. Lipatan ini periode ulang 500 tahun pada gempa di bedrock
terdiri dari antiklin dan sinklin yang melibatkan menhasilkan akselerasi puncak pada permukaan
batuan dari Formasi Semilir, Formasi Oyo, Formasi tanah antara 0,22 g sampai 0,32 g dan faktor
Wonosari-Punung, dan Formasi Kepek. Disamping amplifikasi beragam antara 1,1 hingga 1,7 untuk
itu juga dipengaruhi oleh getaran gempa bumi tipe tanah SD(stiff soil) dan SE(soft soil). Hasil
yang terjadi di Selatan jawa yang lokasi sesarnya akhir dari tesis ini adalah pembuatan peta kontur
berdekatan dengan Kotamadya Surakarta. Letak iso-akselerasi maksimum, peta kontur amplifikasi
geografis, geologis dan seismotektonik kotamadya dan analisis variasi respons spektra di permukaan
Surakarta yang relatif dekat dengan sumber-sumber tanah untuk kota Jakarta. Haifani, 2008 melakukan
gempa di sekitar Pulau Jawa yang menyebabkan penelitian tentang “GIS application on macro-
kotamadya Surakarta sangat berpotensi terhadap seismic hazard analysis in Yogyakarta province”
dampak gempa bumi yang bersifat merusak dan menghasilkan bahwa nilai PGA untuk periode ulang
menyebabkan korban jiwa. 500 tahun yang diperoleh penelitian ini (0,49 g)
dan pembuatan peta seismic hazard menggunakan
Kotamadya Surakarta merupakan tempat potensial aplikasi GIS dengan berdasarkan hasil percepatan
bagi penanaman modal sehingga pembangunan puncak tanah (PGA) di Provinsi Daerah Istimewa
struktur dan infrastruktur hendaknya sudah Yogyakarata. Dari penelitian-penelitian tersebut
memperhatikan aspek kegempaan untuk diatas dapat diketahui bahwa untuk mengurangi
menghindari kerugian yang mungkin timbul karena dampak yang diakibatkan oleh gempa bumi, maka
pengaruh gempa bumi. Salah satu hal mendasar respon tanah perlu diperhitungkan dalam analisis
yang diperlukan untuk mengurangi risiko apabila bahaya gempa karena akan berpengaruh terhadap
terjadi gempa bumi adalah perencanaan struktur perkembangan suatu area. Hal ini perlu dilaksanakan
bangunan yang tahan gempa yang memperhatikan dalam upaya meminimalisasi kerusakan bangunan
koefisien geser dasar (base shear coefficient) struktur dan infrastruktur akibat bencana gempa
sebagai acuan untuk menentukan desain struktur bumi yang sering terjadi di selatan pulau Jawa.
pada tahap selanjutnya. Untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat mengenai karakteristik 3. METODOLOGI
wilayah yang kaitanya dengan dampak gempa
bumi maka studi seismic hazard analysis dengan Analisis risiko gempa (seismic risk analysis)
mikrozonasi kegempaan merupakan solusi yang didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya
tepat. Mikrozonasi kegempaan merupakan suatu gempa dengan intensitas dan periode ulang tertentu
studi pemetaan kawasan peka getaran dengan selama suatu masa guna bangunan (N tahun).
mempertimbangkan kondisi tanah setempat Hubungan antara risiko gempa, resiko tahunan dan
yang dimaksudkan untuk tujuan mitigasi bencana masa layan bangunan dapat dirumuskan seperti
alam khususnya gempa bumi sehingga kerugian berikut :
yang diterima akibat bencana gempa bumi dapat
n
terkurangi. Rn = 1 − (1 − Ra ) (1)
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung
dengan,
percepatan gempa dipermukaan tanah dengan
berdasarkan hasil penyelidikan tanah setempat, Rn = risiko gempa
untuk mendapatkan data digitasi sintetik riwayat Ra = risiko tahunan = 1/T
waktu gempa yang sesuai untuk Kotamadya N = masa guna bangunan
Surakarta dan memperoleh peta kontur percepatan T = perioda ulang gempa.
dipermukaan tanah di Kotamadya Surakarta.
Perbedaan fungsi bangunan sangat berpengaruh
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terhadap periode ulang gempa rencana yang
adalah memberikan masukan informasi bagi para

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 21
Vol.5 No. 01 Juni 2019

digunakan. Saat ini, peraturan bangunan Februari 1903 dan yang paling akhir pada tanggal 30
international untuk bangunan tahan gempa Desember 2008 dengan jarak pusat gempa dalam
menggunakan peta hazard kegempaan dengan radius 500 km dan kedalaman gempa lebih kecil
risiko terlampaui sebesar 10% dan 2 % selama atau sama dengan 250 km, seperti terlihat pada
masa guna bangunan 50 tahun atau periode ulang Gambar 1 di bawah ini, yaitu episenter gempa di
gempa 475 tahun dan 2475 tahun. Oleh karena sekitar Pulau Jawa, tahun pengamatan 1903-2008
itu, peta kontur percepatan tanah merupakan peta dengan magnitude minimum 5.0 dan kedalaman
zonasi percepatan maksimum dipermukaan tanah maksimum 250 km.
untuk periode ulang 475 tahun kegempaan.
3.2. Pengolahan Data Gempa
Studi mikrozonasi kegempaan untuk Kotamadya
Surakarta dikerjakan dengan mengikuti tahapan- Data gempa yang telah terkumpul diolah sebagai
tahapan sebagai berikut: berikut :

3.1. Pengumpulan Data Gempa A. Konversi skala magnitude gempa menjadi skala
magnituda momen (Mw karena data yang
terkumpul umumnya memiliki skala magnitude
yang berbeda.

B. Penentuan gempa-gempa independen dengan


melakukan pemilahan gempa utama (main
shock) dan gempa ikutan (foreshock dan
aftershock) menggunakan kriteria time window
dan distance window.

C. Analisis kelengkapan data gempa dengan


menggunakan kriteria Stepp (1973).
Gambar 1. Sebaran episenter gempa di
3.3. Identifikasi dan Pemodelan Zona Sumber
sekitar Pulau Jawa
Gempa

Seismic hazard analysis pada suatu lokasi Identifikasi sumber gempa dilakukan berdasarkan
memerlukan seluruh data yang mencatat kejadian kondisi geologi, seismologi dan geofisika. Sumber
gempa yang pernah terjadi di lokasi yang ditinjau gempa atau patahan aktif diidentifikasi melalui
selama rentang periode pengamatan tertentu. Dalam pergerakan relatif antar lempeng atau berdasarkan
studi ini, data kejadian gempa di waktu lampau kondisi seismisitasnya menggunakan data historis
yang pernah terjadi dan mempengaruhi wilayah kejadian gempa serta mekanisme sumber gempa.
Surakarta dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu: Pemodelan patahan aktif zona sumber gempa
yang digunakan dalam seismic hazard analysis
A. Katalog gempa Indonesia yang sudah tersedia
seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini, yaitu
pada program SHAP (hendriyawan, 2005).
Model zona sumber gempa yang di gunakan untuk
B. Katalog gempa yang dikeluarkan oleh ANSS wilayah Indonesia (Engkon kertapati,2006) (dalam
Earthquake catalog. Dangkua, 2006).

Gambar 2. Model zona sumber


gempa untuk wilayah Indonesia

Dari pencarian tersebut diperoleh katalog gabungan Pemodelan zona sumber gempa dilakukan untuk
yang mencakup area yang membujur dari 100˚ BT menghubungkan data kejadian gempa dengan
sampai 106˚ BT dan melintang dari -12˚LS sampai metode perhitungan yang digunakan dalam
-2˚ LS. Pencatatan pertama adalah pada tanggal 27 menentukan tingkat risiko gempa. Pemodelan

1 - 22 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

dilakukan guna memberi gambaran distribusi M dan jarak hiposenter, R sebagai variabel acak
episenter, frekuensi dan pergeseran relatif lempeng indenpenden yang kontinus. Teori probabilitas total
(slip rate) sumber gempa. Hasil pemodelan model dapat dinyatakan dalam formula dasar sebagai
patahan aktif terlihat seperti pada Gambar 3 di berikut:
bawah ini, yaitu distribusi episenter gempa di sekitar
Surakarta dengan momen magnitude 5>Mw>8.5 P[I ≥ i ] = ∫ ∫ P[I ≥ i m & r ]. f M (m). f R (r )dm .dr (2)
pada segmen jawa. r m

3.4. Perhitungan Parameter Seismik Zona dimana,


Sumber Gempa
fM = fungsi distribusi magnitude
fR = fungsi distribusi jarak hiposenter
P [I > i |M dan R] = probabilitas bersyarat dari
intensitas I yang melampaui

nilai i pada lokasi yang ditinjau untuk kejadian


gempa dengan magnitude M dan jarak hiposenter R

Dalam studi ini, seismic hazard analysis dilakukan


dengan menggunakan PSHA untuk model sumber
gempa 2 dimensi (2-D). Analisis PSHA ini dilakukan
dengan menggunakan bantuan software EQ-RISK
(EQS).

3.7. Deagregasi

Deagregasi diperlukan dalam pemilihan data


ground motion untuk analisis respon dinamik tanah.
Deagregasi menghasilkan controlling earthquake
Gambar 3. Distribusi episenter gempa di yaitu gempa yang memberikan kontribusi terbesar
sekitar Surakarta terhadap bahaya kegempaan suatu wilayah tertentu.
Deagregasi dapat dinyatakan dalam formula dasar
Karakteristik dan aktifitas kegempaan suatu daerah sebagai berikut:
umumnya digambarkan oleh parameter seismik
yang digunakan dalam analisis seismic hazard.
Parameter seismik yang digunakan dalam analisis M controlling =
∑ M (Kontribusikejadian / tahun )
i

bahaya kegempaan antara lain adalah recurrence ∑ (Kontibusikejadian / tahun ) (3)


rate dan b-value, magnituda maksimum dan slip
rate, serta fungsi atenuasi.
Rcontrolling =
∑ R (Kontribusikejadian / tahun )
i

Proses pengolahan data gempa, identifikasi dan


pemodelan zona sumber gempa, perhitungan
∑ (Kontibusikejadian / tahun ) (4)
parameter seismik zona sumber gempa mengunakan Pada penelitian ini deagregasi dilakukan untuk
sofware bantu SHAP yang dikembangkan oleh periode pendek (short periode) dengan T=0.2 detik
Hendriyawan dkk (2005). dan periode panjang (long period) dengan T=1.0
detik untuk menghitung magnituda dan jarak yang
3.5. Ketidakpastian Parameter Gempa (Logic
paling mewakili dari suatu mekanisme sumber
Tree)
gempa untuk periode ulang 500 tahun. Dari hasil
Logic tree digunakan untuk memperhitungkan deagregasi menunjukkan bahwa untuk periode
ketidakpastian dalam penentuan parameter- ulang 500 tahun dengan T=0.2 detik dan T=1.0
parameter seismik yang digunakan. Pendekatan detik, seperti terlihat pada Tabel 1.
logic tree memungkinkan penggunaan beberapa Tabel 1. Hasil Deagregasi untuk periode
alternatif metode atau model dalam analisis dengan ulang gempa 500 tahun
memberikan pembobotan yang merepresentasikan Periode Spektra
keakuratan relatif masing-masing model. Zona Sumber T=0.2 detik T=1.0 detik
Gempa
M (Mw) R (km) M (Mw) R (km)
3.6. Seismic Hazard Analysis
Benioff 5.6 37 5.8 41
Megathrust 5.8 50 6.0 55
Analisis bahaya kegempaan pada studi ini dilakukan
dengan menggunakan Teori Probabilitas Total Shallow Crustal 6.3 166 6.5 163
(McGuire, 1976) berdasarkan konsep probabilitas
dari Cornell (1968). Teori ini menggunakan asumsi
bahwa suatu kejadian gempa dengan magnitude,

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 23
Vol.5 No. 01 Juni 2019

Nilai magnitude (M) dan Jarak (R) diatas diperoleh


dengan menggunakan sofware deagregasi dengan
input data dari hasil output perhitungan EQ-RISK
(EQS). Untuk zona subduksi yang terdiri zona benioff
dan zona megathrust atenuasi yang digunakan
adalah Young dkk (1997), sedangan untuk zona
Shallow crustal digunakan atenuasi Campbell dkk
(2003).

3.8. Pembuatan Ground Motion Time Histories Gambar 4. Ground motion desain gempa
Sintetik Benioff dengan T=0.2 detik

Berdasarkan deagregasi hasil analisis bahaya


kegempaan diperoleh magnituda (M) dan jarak (R)
paling dominan mempengaruhi seismisitas wilayah
Surakarta. Berdasarkan hal tersebut dicari rekaman
percepatan gempa yang memiliki karakteristik
sumber gempa seperti mekanisme, magnituda,
dan jarak yang paling mendekati hasil deagregasi.
Time histories yang direkomendasikan dapat dilihat
dalam Tabel 2. Gambar 5. Ground motion desain gempa
Benioff denganT=1.0 detik
Tabel 2. karakteristik ground motion dalam spectral matching
Zona
M R Sumber
Sumber Record Event
(Mw) (km) Data
Gempa
CHALFANT/A- Chalfant Valley
Benioff 6.2 37.2 CDMG
BEN270 1986/07/21 14:42
CHALFANT/A- Chalfant Valley
Megathrust 6.2 50.8 CDMG
MAM290 1986/07/21 14:42
Shallow WHITTIER/A- Whittier Narrows
6 86 CDMG
Crustal ROS000 1987/10/01 14:42

Tiga (3) set ground motion time-histories dari


data gempa natural seperti terlihat pada Tabel 2
di atas dipilih untuk merepresentasikan perbedaan
mekanisme sumber gempa megathrust, benioff,
dan shallow crustal. Data rekaman gempa yang
dipilih kemudian dimodifikasi sehingga spektranya
mendekati target spektra menggunakan metoda
spectrum matching analysis (SMA). Analisis pada
tahap ini menggunakan bantuan program SYNTH.
Gambar 6. Ground motion desain Megathrust
3.9. Analisis Respon Permukaan dengan T=0.2 detik

Untuk menentukan parameter gempa pada


permukaan dilakukan analisis respon tanah 1-D
pada titik lokasi tertentu (titik penyelidikan tanah)
dengan memakai masukan ground motion time
histories sintetis batuan dasar. Respon spektra hasil
perhitungan getaran permukaan tanah dianalisis
secara statik atau diinterpretasikan untuk menyusun
desain spektrum percepatan permukaan tanah.
Analisis pada tahap ini menggunakan bantuan Gambar 7. Ground motion desain Megathrust
program NERA. dengan T=1.0 detik

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4-9 merupakan data ground motion desain
dari hasil spectral matching untuk tiap mekanisme
Hasil digitasi ground motion design di lokasi studi pada T=0.2 detik dan T=1.0 detik. Dari Gambar
digambarkan dalam scaled time histories berupa tersebut diatas telihat bahwa mekanisme benioff
data digitasi acceleration time histories. Untuk lebih besar diantara mekanisme lain, karena dari
lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada Gambar 4, hasil peak baserock acceleration (PBA) untuk
Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, dan mekanisme benioff menunjukkan hasil yang lebih
Gambar 9. besar diantara mekanisme lain.

1 - 24 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

Hasil peta zonasi percepatan maksimum untuk


periode spektral PGA, 0.2 detik dan 1.0 detik seperti
terlihat berturut-turut pada Gambar 10-Gambar 12.

Gambar 8. Ground motion desain Shallow


Crustal dengan T=0.2 detik

Gambar 12. Peta percepatan maksimum


dipermukaan tanah pada perioda 1.0 detik

Implikasi dari peta kontur percepatan di permukaan


tanah di atas adalah sebagai pembanding dari peta
Gambar 9. Ground motion desain Shallow percepatan tanah di batuan dasar yang ada pada SNI
Crustal dengan T=1.0 detik 03-1726-2002, karena sebelumnya belum pernah
ada penelitian sama yang meneliti tentang seismic
hazard analysis di kotamadya Surakarta. Peta
percepatan dipermukaan tersebut diperlukan untuk
menentukan kebutuhan kekuatan terhadap struktur
baru ataupun kontrol terhadap struktur bangunan
yang sudah ada. Kontrol terhadap struktur bangunan
perlu dilakukan mengingat bangunan yang sudah
ada didisain dengan peraturan-peraturan lama
sehingga membutuhkan evaluasi terhadap kinerja
bangunan. Hasil evaluasi kinerja bangunan tersebut
menunjukkan apakah bangunan membutuhkan
tambahan perkuatan (strengthening) sebagai salah
satu upaya dalam mitigasi gempa bumi sehingga
dapat meminimalkan kerusakan yang akan terjadi
Gambar 10. Peta percepatan maksimum
apabila bangunan digoncang kembali oleh gempa.
dipermukaan tanah pada perioda 0.0 detik

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah


dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:

A. Percepatan gelombang gempa di batuan dasar


dengan periode ulang 500 tahun untuk periode
0.0 yang disyaratkan oleh SNI-1726-2002
untuk wilayah Surakarta adalah 0.15g. Hasil
perhitungan bahaya gempa dari PSHA dengan
periode ulang gempa 500 dan 2500 tahun untuk
Gambar 11. Peta percepatan maksimum
periode 0.0, 0.2 dan 1.0 secara berturut-turut
dipermukaan tanah pada perioda 0.2 detik
adalah 0.201g; 0.415g; 0.155g dan 0.333g;
Hasil dari analisis seismic hazard probabilistik ini 0.702g; 0.271g. Melihat selisih nilai percepatan
adalah berupa peta zonasi percepatan maksimum gelombang gempa antara SNI-1726-2002 dan
dipermukaan tanah untuk perioda ulang 500 tahun hasil perhitungan PSHA sebesar 0.051g maka
(9.5% probabilitas terlampaui dalam 50 tahun). Nilai menunjukkan perlunya evaluasi lebih lanjut dan
percepatan dipermukaan tanah tersebut merupakan revisi terhadap SNI-1726-2002.
hasil dari proses perambatan gelombang dari
batuan dasar ke permukaan dengan program NERA. B. Rekaman percepatan gempa yang memiliki
Kemudian dibuat peta zonasi percepatan maksimum kemiripan seismotektonik dengan wilayah
di permukaan tanah untuk kotamadya Surakarta. Kotamadya Surakarta adalah:

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 25
Vol.5 No. 01 Juni 2019

1. Untuk zona sumber gempa Benioff rekaman DAFTAR PUSTAKA


yang digunakan adalah Chalfant/A-Ben270
( Kejadian gempa di Chalfant Valley terjadi AzlanAdnan, dkk. (2006), Development Of Synthetic
pada tanggal 21 juli 1986 jam 14:42 dengan Time Histories At Bedrock for Kuala Lumpur,
momen magnitude 6.2, jarak 37.2 km dan Faculty of Civil Engineering-Universiti
sumber data CDMG). Teknologi Malaysia, Malaysia.

2. Untuk zona sumber gempa Megathrust Dangkua, D.T.(2006), Peta hazard Kegempaan
rekaman yang digunakan adalah Chalfant/A- Wilayah Indonesia, Program Studi Magister
Mam290 ( Kejadian gempa di Chalfant Valley Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung,
terjadi pada tanggal 21 juli 1986 jam 14:42 Bandung, Indonesia.
dengan momen magnitude 6.2, jarak 50.8 km
dan sumber data CDMG). Gardner, J.K., Knopoff, L., (1974), Is the Sequence
of Earthquakes in Southern California, with
3. Untuk zona sumber gempa Shallow crustal Aftershocks removed, Poissonian, Bulletin of
rekaman yang digunakan adalah Whittier/A- the Seismological Society of America, Vol. 64,
ROS000 ( Kejadian gempa di Whittier Narrows No. 5.
terjadi pada tanggal 02 oktober 1987 jam
14:42 dengan momen magnitude 6, jarak 86 Haifani, A.K.(2008), Gis application on macro-
km dan sumber data CDMG). seismic hazard analysis in Yogyakarta
province, Doble degree M.Sc. Programme
C. Hasil peta kontur percepatan di permukaan tanah Gajah Mada University International Institute
untuk periode spectral 0.0 detik dengan periode for Geo-Information and Earth Observation.
ulang 500 tahun menunjukkan hasil berkisar
antara 0.15-0.25g. Hendriyawan (2001), Studi Analisis Resiko Gempa
dan Mikrozonasi Kota Jakarta, Program Studi
5.2. Saran Magister Teknik Sipil, Institut Teknologi
Bandung, Bandung, Indonesia.
Adapun saran yang mungkin dapat dijadikan
sumbang pikiran bagi peneliti selanjutnya, adalah Irsyam, M., Firmansyah, J. (1999), Development of
sebagai berikut: Seismic Hazard Map for Indonesia , Prosiding
konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan,
A. Analisis risiko gempa hendaklah dilakukan dengan Bandung, Indonesia.
pemodelan 3D yang memperhitungkan banyak
parameter, seperti slip rate dan besarnya dip dari Irsyam, M., dkk. (2007), Usulan Revisi Peta Hazard
suatu sumber gempa dan persamaan attenuasi Kegempaan Wilayah Indonesia, Jurusan
yang dipergunakan. Hal ini dikarenakan akan Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung,
memberikan hasil yang lebih signifikan atau lebih Bandung, Indonesia.
mendekati kondisi di lapangan.
Kramer, S. L., (1996), “Geotechnical Earthquake
B. Untuk pemodelan zona sumber gempa hendaknya Engineering”, Prentice-Hall, Inc., Upper
tidak hanya pada zona subduksi dan shallow Suddle River, New Jersey.
crustal saja, tetapi perlunya ditambahkan
pemodelan zona background seismicity sehingga McGuire, R.K., (2004), “ Seismic Hazard and Risk
akan diperoleh hasil yang lebih akurat. Analysis”, Earthquake Engineering Research
Institute, Boulder, Colorado.
C. Hasil mikrozonasi akan lebih akurat bila data
tanah lebih banyak dan lebih merata di seluruh Shah, H.C., Boen ,T. (1996), Seismic Hazard Model
Kotamadya Surakarta. Disamping itu, penentuan for Indonesia, Stanford University, 1-21
kedalaman batuan dasar sebaiknya dilakukan
Widodo, (2000), Respons Dinamik Struktur Elastik,
D. dengan penelitian di lapangan sehingga
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam
lebih akurat. Semakin dalam pengeboran akan
Indonesia, UII Press, Yogyakarta.
meningkatkan keakuratan penentuan properties
dinamika tanah sehingga analisis respons Young, R.R., Chiou, S.J., Silva, W.J., Humphrey,
dinamika tanah dapat dilakukan dengan lebih J.R, 1997, “ Strong Ground Motion
teliti. Attenuation Relationship for Subduction Zone
Earthquakes,” Seismological Research Latter,
E. Perlunya penelitian parameter kecepatan gaya
vol.68, no 1, pp 58-73.
geser tanah (Vs) melalui pengujian tanah baik
itu pengeboran atau pengujian seismic (seismic
down/cross hole) pada Kotamadya Surakarta
guna untuk menentukan profil kondisi tanah dan
kedalaman di batuan dasar (bedrock) secara
lebih teliti.

1 - 26 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

MITIGASI BENCANA BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SAMPEAN


BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT,
DI WILAYAH BONDOWOSO DAN SITUBONDO,
PROVINSI JAWA TIMUR

Yosi Darmawan Arifianto

Widyaiswara Ahli Muda


Balai Diklat PUPR Wilayah VI Surabaya, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: yosmillenia@yahoo.com

Abstract

The Sampean Baru Dam, which is located in the Sampean watershed, was built in 1976, its main purpose
is to fulfill irrigation water needs for the people of Bondowoso and Situbondo. Not yet optimal management
of Dams causes frequent flooding in the Sampean watershed. Flood events that occur as well as the iden-
tification of the increasingly critical level of the Sampean watershed are behind the need for community-
based flood disaster mitigation studies, with the aim of anticipating and minimizing losses due to similar
floods and for preserving and preserving existing natural resources. Empowerment of people living around
reservoirs or dams is expected to improve the quality of life of these communities. With the empowerment
of the economy of the community around the reservoir, it is hoped that the community will take part in
maintaining and maintaining the dam both directly and indirectly through increasing community capac-
ity, increasing community independence, improving people’s lives, and increasing the sustainability of de-
velopment activities. Some community empowerment-based disaster mitigation activities include forming
Non Govermental Organization that are engaged in the field of concern for natural disasters, conducting
training and counseling through the establishment of Tangguh Bencana Village, implementing upstream
downstream Cost Sharing programs, namely people who benefit from watershed management both directly
and indirectly must bear management costs based on the principle of adequate funds (cost recovery), and
several other mitigation activities.

Keywords: dam, watershed, empowerment

Abstrak

Bendungan Sampean Baru yang berada pada DAS Sampean dibangun tahun 1976 tujuan utamanya adalah
untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi bagi masyarakat Bondowoso dan Situbondo. Pengelolaan Bendun-
gan yang belum maksimal menyebabkan seringkali terjadi banjir pada DAS Sampean tersebut. Peristiwa
banjir yang terjadi serta identifikasi semakin tingginya tingkat kekritisan DAS Sampean, melatar belakangi
perlunya dilakukan kajian mitigasi bencana banjir berbasis partisipasi masyarakat, dengan tujuan untuk
mengantisipasi dan meminimalisasi kerugian akibat banjir serupa serta untuk menjaga dan melestarikan
sumberdaya alam yang ada. Pemberdayaan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar waduk atau bend-
ungan diharapkan akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat tersebut. Dengan adanya pemberdayaan
perekonomian masyarakat di sekitar waduk diharapkan masyarakat ikut serta berperan dalam menjaga dan
memelihara bendungan baik secara langung maupun tidak langsung melalui peningkatan kemampuan ma-
syarakat, peningkatan kemandirian masyarakat, peningkatan taraf kehidupan masyarakat, dan peningka-
tan kesinambungan (sustainability) kegiatan pembangunan. Beberapa kegiatan mitigasi bencana berbasis
pemberdayaan masyarakat antara lain membentuk LSM yang bergerak dalam bidang kepedulian terhadap
bencana alam, melakukan pelatihan dan penyuluhan melalui pembentukan Desa Tangguh Bencana, penera-
pan program Cost Sharing hulu hilir yaitu masyarakat yg memperoleh manfaat atas pengelolaan DAS baik
secara langsung maupun tak langsung wajib menanggung biaya pengelolaan berdasarkan prinsip kecuku-
pan dana (cost recovery), dan beberapa kegiatan mitigasi lainnya.

Kata Kunci: bendungan, DAS, pemberdayaan

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 27
Vol.5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN Bendungan Sampean Baru merupakan sebuah


Bendungan yang berada di Kabupaten Bondowoso
Salah satu penyebab banjir adalah terjadinya aliran Provinsi Jawa Timur. Bendungan ini berada didalam
permukaan yang diakibatkan oleh hujan dengan in- Daerah Aliran Sungai (DAS) Sampean. Wilayah
tensitas tinggi dan berdurasi lama. Sungai Sampean Bondowoso dan Situbondo yang dilalui oleh aliran
di beberapa tempat tidak dapat mengalirkan air, se- Sungai Sampean merupakan daerah cekungan ber-
lain itu adanya pendangkalan atau sedimentasi pada bentuk mangkuk yang dikelilingi oleh Gunung Ijen,
dasar sungai mengurangi kapasitas pengaliran. Ke- Gunung Raung, dan Gunung Argopuro. Sungai Sam-
jadian banjir di DAS sampean dalam kurun waktu pean bermata air di lereng Gunung Argopuro dan
1922-2008 adalah: bermuara di Selat Madura. Wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS) Sampean sekitar 80% (delapan pu-
A. Tahun 1922, debit banjir yang terjadi 2400 m3/dt. luh persen) terletak di Kabupaten Bondowoso dan
sisanya terletak di Kabupaten Situbondo.
B. Tahun 1993, air Sungai Sampean yang melintasi
kota Bondowoso meluber diatas tanggul akibat
tanggul keropos. Debit aliran berkisar antara 900
–1000 m3/dt.

C. Tahun 2002, kejadian banjir terjadi 2 (dua) kali


pada daerah hilir DAS Sampean di Kabupaten
Situbondo, yaitu pada tanggal 29 Januari dan 4
Februari. Debit yang terjadi diperkirakan sebesar Gambar 1. Bendungan Sampean Baru dengan
2000 m3/dt.Kerugian yang ditimbulkan antara 6 pintu manual dan 1 pintu otomatis
lain:

1. Bangunan pengairan (PU) senilai Rp.25 mi- 1.2. Permasalahan


lyar.
Kabupaten Bondowoso memiliki luas wilayah
2. Bangunan non PU senilai Rp. 4,7 milyar. 1.560,10 Km2 dengan kondisi topografi wilayah yang
bervariasi, mulai dari dataran sampai berbukit dan
3. Korban jiwa meninggal 35 orang. bergunung, sehingga berbentuk cekungan besar
(basin). Gugusan gunung yang mengelilingi Kabu-
D. Tanggal 8 Februari 2008, terjadi banjir di DAS paten Bondowoso adalah : di sebelah timur terdapat
sampean yang mencakup Kabupaten Bondowoso Gunung Raung dan Gunung Ijen yang masih aktif,
dan Situbondo. Debit diperkirakan sebesar 2500 Gunung Widodaren dan Gunung Suket; di sebelah
m3/dt, dengan intensitas hujan antara 115 mm – Barat terdapat Pegunungan Hyang dengan puncak
181 mm yang melebihi curah hujan normal yaitu Gunung Argopuro, Gunung Kilap dan Gunung Krinc-
100 mm. Kerugian yang diakibatkan banjir, an- ing; sedangkan di sebelah Utara terdapat Gunung
tara lain: Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.

1. Di Kabupaten Bondowoso, 16 bendung, dan Bentang alam wilayah Kabupaten Bondowoso be-
beberapa plengsengan sungai. rada pada ketinggian antara 50-3.328 meter di atas
permukaan laut. Daerah dengan ketinggian teren-
2. Di Kabupaten Situbondo, kerusakan pada say- dah berada di Desa Grujugan Kecamatan Cermee,
ap pelimpah (side spillway) Bendung Sampe- dan tertinggi di Puncak Gunung Raung Kecamatan
an lama, rusak dan tertutupnya pintu intake Tlogosari. Secara proporsional, 3,27% wilayah bera-
kiri dan kanan bendung Sampean lama, tang- da pada ketinggian di bawah 100 meter dpl, 49,11%
gul parapet dibeberapa lokasi ambruk, Oprit berada pada ketinggian antara 100-500 meter dpl,
jembatan pada jalan raya Surabaya-Banyu- 17,75% berada pada ketinggian 500-1.000 meter
wangi terputus. dpl, dan 27,87% berada pada ketinggian diatas
1.000 meter dpl.
1.1. Latar Belakang
Dalam aspek kelerengan wilayah sangat berva-
Sebelum Bendungan Sampean Baru dibangun, Kali
riasi, yaitu : kemiringan 0-2% seluas 19.083 ha
Sampean telah dimanfaatkan untuk mengairi dae-
(12,23%), kemiringan 3-15% seluas 56.816,9 ha
rah Irigasi Sampean Lama dengan areal seluas
(36,42%), kemiringan 16-40% seluas 30.470,3
10.260 Ha di Kabupaten Situbondo melalui Bendung
ha (19,53%) dan kemiringan diatas 40% seluas
Sampean Lama yang terletak 16 km di hilir Bendung
49.639,8 ha (31,82%). Sehingga bagian wilayah
Sampean Baru. Tujuan dibangun Bendungan Sam-
yang memenuhi kriteria untuk menjadi kawasan
pean Baru adalah untuk lebih memperluas areal iri-
lindung relatif cukup besar.
gasi. Sedangkan manfaat pembangunan Bendung
Sampean Baru adalah untuk irigasi seluas 8.146 ha Tinjauan geologis Kabupaten Bondowoso menunjuk-
dan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro kan adanya 5 jenis batuan penyusun wilayah, yaitu
(PLTMH) sebesar 1,8 MW hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api

1 - 28 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 2. TINJAUAN PUSTAKA


8,5%, dan miasem, jasies sedimen 1,5%. Sedang-
kan jenis tanah terdiri dari : 96,9% bertekstur se- Menurut Gruner (1962), peristiwa kegagalan/kerun-
dang yang meliputi lempung, lempung berdebu, dan tuhan bendungan yang terjadi selama ini dikarena-
lempung liat berpasir, dan 3,1% bertekstur kasar kan fraktor-faktor sebagai berikut :
yang meliputi pasir dan pasir berlempung.
A. Keruntuhan/kerusakan bantuan pondasi 40%
Kedalaman efektif tanah berkisar antara 30 cm - 90 B. Pelimpah kurang/tidak memadai 23%
cm, dengan komposisi: 57,4% memiliki kedalamam C. Kualitas konstruksi 12%
efektif diatas 90 cm, 15,6% memiliki kedalaman D. Amblesan yang tidak merata 10%
efektif antara 60 cm-90 cm, 14,7% memiliki kedala- E. Tekanan air pori berlebihan 5%
man efektif antara 30 cm - 60 cm, dan 12,3% me- F. Longsoran 2%
miliki kedalaman efektif dibawah 30 cm. Hampir se- G. Kualitas material 2%
bagian besar wilayah sangat sesuai untuk budidaya H. Kesalahan operasional 2%
pertanian dan perkebunan. I. Perang, gempa bumi, dan faktor lain-lain 2%

Secara hidrologis, curah hujan rata-rata dari 33 sta- Dari hasil penelitian diatas terlihat bahwa kerun-
siun pengukur adalah 1.558,64 mm pertahun, dan tuhan bendungan sebagian besar disebabkan oleh
rata-rata hari hujan sebanyak 87 hari dengan per- faktor geologi yaitu sebesar 59%. Masyarakat akan
bandingan bulan kering dan bulan basah sebesar dapat diberdayakan secara maksimal dalam me-
140%, atau termasuk dalam iklim type E, yaitu lebih mantau keruntuhan bendungan dari faktor geologi,
banyak bulan kering daripada bulan basah. Pada be- setidaknya masyarakat dapat memberikan informa-
berapa kawasan ketersediaan air tanah melimpah, si awal mengenai gejala-gejala keruntuhan bendun-
namun pada kawasan yang lain terdapat kawasan gan kepada pengelola bendungan. Tentunya pem-
yang sulit air (rawan kekeringan). berdayaan masyarakat tersebut harus mempunyai
wadah berupa Lembaga atau Komunitas Masyarakat
Sungai utama yang melalui wilayah Kabupaten Bon-
dowoso adalah Sungai Sampean yang membelah Suatu lembaga atau komunitas masyarakat yang
wilayah kabupaten,Sungai Deluwang di sisi barat, terbentuk harus bermanfaat atau menguntungkan
dan Sungai Telaga di sisi timur. Kabupaten Bondo- bagi masyarakat. Banyak pelaksanaan proyek pem-
woso berada pada 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai berdayaan masyarakat yang tidak berhasil. Tri Pran-
(DAS), yaitu DAS Sampean, DAS Deluwang dan adji (2005) menyatakan bahwa secara konsepsional
DAS Banyuputih (Kalipahit). Sebagian besar wilayah penyebab kurang berhasilnya upaya pemberdayaan
Kabupaten Bondowoso berada dalam DAS Sampe- masyarakat untuk perbaikan pengelolaan sum-
an. Terdapat 119 mata air yang tersebar di selu- berdaya lahan dan air, yaitu: pertama, umumnya
ruh wilayah dan 3 sumber air panas di Kecamatan masih terlalu berorientasi pada pencapaian target
Sempol, yang sebagian besar sumber tersebut telah fisik jangka pendek dan bersifat sentralistik. Kedua,
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti air upaya dan kegiatan tampak sebagai respon sesaat;
bersih, irigasi, perikanan dan parwisata. dan ketiga, terlalu menekankan pada pemberian bu-
daya fisik dan material daripada penguatan budaya
Kondisi wilayah sebagaimana diuraikan diatas men- non-material atau mental kelembagaan masyarakat
jadikan Kabupaten Bondowoso memiliki tingkat ker- secara keseluruhan, masih bersifat parsial belum
awanan yang cukup tinggi terhadap terjadinya ben- komprehensif dan holistik.
cana alam. Tingkat kemiringan dan tekstur tanah
yang sedemikian, menjadi salah satu penyebab ter- Kebanyakan lembaga P3A yang terbentuk, seba-
jadinya erosi/longsor dan rendahnya jumlah cadan- gian besar tidak aktif setelah kegiatan atau proyek
gan air. Tanah yang mudah erosi seluas 46.974,2 pemberdayaannya selesai. Tidak atau belum tercip-
ha (30,1%) dapat dijumpai di hampir seluruh keca- tanya kemandirian masyarakat serta belum terlak-
matan di Kabupaten Bondowoso. Adanya 2 gunung sanannya peningkatan taraf hidup masyakat adalah
berapi yang relatif masih aktif (Raung dan Ijen), penyebab utamanya. Perbaikan kesejahteraan ma-
menjadikan Kecamatan Ijen, Tlogosari, Sukosari syarakat adakah kata kunci utama sebagai motivasi
dan Sumberwringin cukup rawan terhadap bencana para petani untuk bergabung dalam suatu komu-
vulkanis. Sedangkan karakteristik DAS Sampean nitas. Maka pembentukan kelompok masyarakat
yang menyempit di bagian hilir menjadikan bebera- atau upaya pemberdayaan masyarakat dalam pen-
pa kawasan (Klabang, Prajekan, Cermee dan Kabu- gelolaan bendungan tidak terlepas dari kondisi ini.
paten Situbondo) menjadi rawan diterjang bencana Masyarakat harus yakin akan memperoleh manfaat
banjir bandang. dan keuntungan, jika ikut serta dalam pengelolaan
bendungan.
Berdasarkan hal diatas untuk Pengurangan Resiko
Bencana pada Daerah Rawan Bencana Banjir dan, Terbentuknya komunitas masyarakat yang berkelan-
perlu dilakukan upaya melakukan mitigasi struktural jutan harus didukung oleh analisis yang akurat
dan non struktural di Kabupaten Bondowoso. tentang aspek ekonomi. Seberapa jauh dan besar
manfaat yang akan didapat dalam ikut serta menge-

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 29
Vol.5 No. 01 Juni 2019

lola bendungan. Seperti diketahui daerah di sekitar hulu menyebabkan waktu konsentrasi aliran debit
bendungan yang dapat digarap dan dimanfaatkan banjir pendek. Dengan kondisi di atas maka ban-
masyarakat antara lain untuk: a) perikanan; b) bu- jir yang terjadi di Kali Sampean bersifat banjir ban-
didaya pertanian pada sabuk hijau; dan c) rekreasi dang dimana debit banjir datang dalam waktu cepat
dan wisata air. Namun demikian tergantung pada dengan magnitude besar tetapi tidak berlangsung
tahap awal pemberdayaan masyarakat, yakni hasil lama. Karena bersifat banjir bandang, maka penan-
kajian tentang permasalahan dan potensi sumber- ganannya untuk menurunkan besarnya debit banjir
daya yang terdapat di sekitar lokasi. Dari sini akan adalah dengan memperbesar waktu konsentrasinya.
diketahui lebih jauh prospek pertumbuhan ekonomi Salah satu upaya memperbesar waktu konsentrasi
secara optimal bagi komunitas masyarakat setem- adalah menampung air sementara di hulu sebelum
pat. mengalir ke sungai utama. Tampungan-tampungan
air dapat berupa reservoir, waduk, kolam retensi
Jika prospek manfaat sekitar bendungan terbatas, maupun embung. Konsepnya adalah air hujan yang
karena potensi sumberdaya hanya pada cakupan jatuh di DAS di tampung sementara. Kelebihan air
areal yang sempit, maka dapat diperluas komuni- hujan dari kapasitas tampung waduk/reservoir akan
tas menjadi satu daerah tangkapan atau daerah ali- melimpah dan dialirkan ke sungai. Dari konsep ini
ran sungai (DAS). Sehingga sasaran pemberdayaan maka debit yang mengalir ke sungai lebih kecil kare-
meluas yang semula hanya pengelolaan bendungan na yang mengalir adalah kelebihan dari tampungan
menjadi pengelolaan suatu DAS. Keuntungan dari dan debit puncak dari masing-masing sub DAS tidak
segi pengelolaan DAS termasuk waduk yang ada, mengalir secara bersamaan ke sungai utama.
sangat mendesak mengingat makin kritisnya kondi-
si DAS-DAS di pulau Jawa. Sudah terbukti bahwa
proses sedimentasi pada waduk-waduk relatif baru,
seperti Wonogiri (Gajahmungkur), Kedungombo,
Sudirman, dan sebagainya, berlangsung lebih cepat.
Karena itu sebenarnya pengelolaan bendungan atau
waduk saja, akan kurang berhasil tanpa disertai
pengelolaan DAS. Dari aspek pengelolaan DAS man-
faat partisipasi masyarakat antara lain:

A. Mengurangi erosi pada DAS;


B. Mengembalikan dan meningkatkan produktivitas
lahan;
C. Menekan laju pertambahan lahan kritis
D. Meningkatkan daya serap DAS;
E. Mengurangi debit banjir;
F. Memperpanjang proses pendangkalan waduk.
Gambar 2. Bentuk DAS Sampean
3. METODE PENELITIAN Di Kabupaten Bondowoso dan Situbondo terdapat
embung-embung kecil atau oleh masyarakat se-
Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini,
tempat disebut waduk lapangan sebanyak 21 buah
antara lain:
yang tersebar di Kabupaten Bondowoso sebanyak
A. Analisis potensi banjir pada DAS Sampean dan 19 buah dan di Kabupaten Situbondo sebanyak 2
Bendungan Sampean Baru buah. Sebagian besar waduk lapangan tersebut
merupakan peninggalan sejak jaman Belanda. Pada
B. Analisis potensi tampungan berupa waduk atau jaman dahulu waduk lapangan tersebut digunakan
embung pada DAS Sampean, dalam analisis oleh Pemerintah Kolonial untuk mengairi lahan-lah-
ini dilaksanakan penelusuran di lapangan un- an tebu yang sengaja ditanam oleh Pemerintah Ko-
tuk menginventarisasi potensi tampungan yang lonial saat itu. Sampai saat ini pengelolaan waduk
berupa embung atau waduk lapangan yang ada lapangan belum optimal dikarenakan keterbatasan
di DAS Sampean. biaya dan kurangnya kesadaran masyarakat setem-
pat. Selain waduk lapangan diatas juga terdapat
C. Analisis bentuk pemberdayaan masyarakat yang potensi tampungan lain yang embung yang belum
sesuai diterapkan di DAS Sampean serta kombi- dikembangkan, antara lain EmbungTasnan (Taman),
nasi antara berbagai metode mitigasi, yaitu miti- Embung Walidono 1, Embung Walidono 2, Embung
gasi struktural dan non struktural. Cangkring, Embung Mandiro, Embung Selolembu,
Embung Pandak, Embung Pakis, Embung Gubri 1,
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Embung Gubri 2 dan Embung Cabang. Lokasi-loka-
si Waduk dan embung tersebut dapat dilihat pada
Bentuk DAS Sampean cenderung menyerupai mang- Gambar 3.
kok sehingga debit puncak dari masing-masing sub
DAS mengalir sampai ke sungai utama dalam waktu
hampir bersamaan. Topografi yang cukup terjal di

1 - 30 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

D. Terpeliharanya kesinambungan (sustainabil-
ity) kegiatan pembangunan.

Penyebab kurang berhasilnya upaya pemberday-


aan masyarakat untuk perbaikan pengelolaan sum-
berdaya lahan dan air, yaitu: pertama, umumnya
masih terlalu berorientasi pada pencapaian target
fisik jangka pendek dan bersifat sentralistik. Kedua,
upaya dan kegiatan tampak sebagai respon sesaat;
dan ketiga, terlalu menekankan pada pemberian bu-
daya fisik dan material daripada penguatan budaya
non-material atau mental kelembagaan masyarakat
secara keseluruhan, masih bersifat parsial  belum
komprehensif dan holistik.

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang terben-


Gambar 3. Potensi Tampungan di DAS tuk, sebagian besar tidak aktif setelah kegiatan atau
Sampean proyek pemberdayaannya selesai. Tidak atau belum
terciptanya kemandirian masyarakat  serta belum
Pengelolaan embung-embung kecil dapat diserah- terlaksanannya peningkatan taraf hidup masyakat
kan kepada Pemerintahan Desa. Masyarakat desa adalah penyebab utamanya. Perbaikan kesejahter-
diberi kesempatan untuk mengelola embung, di- aan masyarakat adakah kata kunci utama seb-
antaranya dengan memelihara ikan pada embung- agai motivasi para petani untuk bergabung dalam
embung tersebut. Desa juga dapat memanfaatkan suatu komunitas. Maka pembentukan kelompok
embung-embung tersebut menjadi tempat wisata masyarakat atau upaya pemberdayaan masyara-
air atau wisata pemancingan. Tentunya pengelolaan kat dalam pengelolaan bendungan tidak terlepas
desa harus ada MoU (Memorandum of Understand- dari kondisi ini. Masyarakat harus yakin akan mem-
ing) dengan instansi pengelola embung tersebut. peroleh manfaat dan keuntungan, jika ikut serta
Restribusi kolam pemancingan, obyek wisata dan dalam pengelolaan bendungan. Keterbatasan tena-
pengelolaan ikan dapat dimanfaatkan untuk meme- ga pelaksana operasi dan pemeliharaan bendun-
lihara embung-embung tersebut, selain fungsi gan diikuti oleh keterbatasan fasilitas dan instalasi
utama embung tersebut adalah untuk menyimpan pengamanan bendungan, masih adanya bendungan
kelebihan air di musim hujan atau dapat berfungsi lama yang belum dilengkapi instalasi (piezometer,
sebagai kolam retensi banjir. Keberadaan embung- inclinometer,strainmeter,  dll) atau jika ada sudah
embung tersebut diharapkan membawa manfaat tidak dipantau secara rutin, atau bahkan peralatan-
yang besar bagi masyarakat disekitarnya. Pember- nya sudah tidak berfungsi sama sekali. Dengan
dayaan masyarakat dalam hal ini akan membawa kondisi tenaga dan dana operasi dan pemeliharaan
manfaat bagi instansi pengelola embung dan juga yang tersedia, maka instansi pengelola tidak mung-
bagi ekonomi masyarakat sendiri. kin mampu melayani dan menjalankan tugasnya
dengan baik. Maka melibatkan masyarakat dalam
Pemberdayaan masyarakat dalam pengertian yang pengelolaan bendungan merupakan alternatif  yang
luas adalah proses untuk memfasilitasi dan men- tepat dan strategis. Upaya memberdayakan ma-
dorong masyarakat agar mampu menempatkan syarakat dalam kegiatan pengelolaan bendungan,
diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama bukan barang baru karena peran masyarakat petani
dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya un- (P3A) yang sudah lama dirintis, yakni dalam penge-
tuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka lolaan jaringan irigasi sejak tahun 1980-an.
panjang. Ini merupakan prinsip utama dalam kon-
sep pembangunan berkelanjutan atau  sustainable Dalam era globalisasi ini masyarakat dituntut un-
development. Dari lingkungan strategis yang dimiliki tuk selalu siap dalam menghadapi perubahan yang
oleh masyarakat lokal, seperti lingkungan produksi, begitu cepat dalam segala bidang. Perubahan yang
ekonomi, sosial dan ekologi. Maka dengan pember- begitu cepat akan mempengaruhi pola pikir dan
dayaan, anggota masyarakat akan mampu untuk semua aktivitas masyarakat. Dalam rangka mem-
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya se- persiapkan kondisi tersebut perlu diupayakan un-
cara optimal dan terlibat secara penuh dalam me- tuk dapat mengembangkan potensi ekonomi ma-
kanisme produksi, ekonomi, sosial dan lingkungan syarakat di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
hidupnya. Paling tidak ada empat kata kunci dalam Pengembangan poteni ekonomi dengan masyarakat
pemberdayaan masyarakat, ialah: sebagai pelaku utamanya akan meningkatkan kuali-
tas hidupnya serta menumbuhkan kepercayaan diri
A. Peningkatan kemampuan masyarakat; dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat.

B. Terciptanya kemandirian masyarakat; Pemberdayaan masyarakat yang bertempat tinggal


di sekitar waduk atau bendungan diharapkan akan
C. Meningkatnya taraf kehidupan masyarakat;
meningkatkan kualitas hidupnya dimana masyara-

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 31
Vol.5 No. 01 Juni 2019

kat tersebut yang secara langung tidak mendapat- meluas yang semula hanya pengelolaan bendungan
kan manfaat dari adanya pembangunan bendungan. menjadi pengelolaan suatu DAS. Keuntungan dari
Dengan adanya pemberdayaan perekonomian ma- segi pengelolaan DAS termasuk waduk yang ada,
syarakat di sekitar waduk ini diharapkan juga ma- sangat mendesak mengingat makin kritisnya kondisi
syarakat ikut serta berperan dalam menjaga dan DAS-DAS di pulau Jawa. Karena itu sebenarnya pen-
memelihara bendungan baik secara langung mau- gelolaan bendungan atau waduk saja, akan kurang
pun tidak langsung. Pemberdayaan ekonomi ma- berhasil tanpa disertai pengelolaan DAS. Dari aspek
syarakat ini dalam kegiatannya melibatkan partisi- pengelolaan DAS manfaat partisipasi masyarakat
pasi aktif dari mayarakat dan memanfaatkan aset antara lain:
waduk yang berupa air, lahan, serta sumber daya
alam lainnya yang mungkin dapat diberdayakan A. Mengurangi erosi pada DAS
untuk kepentingan ekonomi masyarakat. Dengan
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang meman- B. Mengembalikan dan meningkatkan produktivitas
faatkan aset bendungan, diharapkan membangun lahan
mayarakat untuk merasa memiliki, menjaga dan
C. Menekan laju pertambahan lahan kritis
memelihara bendungan serta prasarana lainnya.
Masyarakat dilibatkan secara aktif dalam proses D. Meningkatkan daya serap DAS
pemberdayaan ekonomi ini mulai dari awal hing-
ga terbentuknya jenis usaha yang telah diepakati. E. Mengurangi debit banjir
Dengan demikian mayarakat akan merasa memiliki
dan ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan F. Memperpanjang proses pendangkalan waduk.
usaha tersebut.
Faktor internal dan eksternal merupakan hal yang
Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan haruslah tak terpisahkan dalam proses pemberdayaan ma-
bersifat sederhana, tidak rumit, dikelola secara syarakat. Kedua faktor itu saling mempengaruhi dan
transparan, diatur dan dimonitor oleh masyarakat berkontribusi secara sinergis dan dinamis. Namun
itu sendiri. Jenis kegiatan ini harus dipertimbangkan seringkali faktor internal menjadi lebih penting, uta-
kondisi sosial dan budaya setempat agar dapat ber- manya dalam terwujudnya self-organizing dalam
jalan dengan baik dan berkesinambungan. Selain itu masyarakat. Tradisi masyarakat adalah satu faktor
harulah dipertimbangan dampak terhadap lingkun- internal, yang oleh para ahli sebagai bentuk social
gannya agar kondisi di sekitar bendungan dan waduk ralationship, merupakan suatu networking spesifik
tetap terjaga. Proses pemberdayaan masyarakat ini dan termasuk modal masyarakat (social capital).
harus dilakukan secara bertahap agar masyarakat Menurut Delivery (2004) proses pemberdayaan ma-
tidak merasa terpaksa sehingga program ini dapat syarakat perlu didampingi oleh suatu tim fasilitator
berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Den- yang bersifat multidisiplin. Maka tim pendamping
gan demikian masyarakat akan merasa memiliki atau fasilitator adalah salah satu faktor eksternal
dan berusaha untuk mempertahankan jenis usaha yang utama. Dimana peran tim sangat aktif pada
tersebut. Tujuan utama dari pemberdayaan eko- awalnya, tetapi akan berkurang secara bertahap
nomi masyarakat di sekitar waduk ini adalah untuk selama proses pemberdayaan berjalan, sampai ma-
melatih masyarakat berwira usaha untuk mening- syarakat mampu melanjutkan kegiatannya secara
katkan kualitas hidupnya dengan segenap kemam- mandiri. Tahapan dalam proses pemberdayaan pada
puan yang ada. dasarnya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai beri-
kut:
Terbentuknya komunitas masyarakat yang berkelan-
jutan harus didukung oleh analisis yang akurat A. Identifikasi dan pengkajian permasalahan
tentang aspek ekonomi. Seberapa jauh dan besar serta potensi masyarakat dengan melibatkan
manfaat yang akan didapat dalam ikut serta menge- sepenuhnya pada peranserta masyarakat;
lola bendungan. Seperti diketahui daerah di sekitar
bendungan yang dapat digarap dan dimanfaatkan B. Mengembangkan rencana kegiatan kelompok
masyarakat antara lain untuk perikanan, budidaya berdasar hasil kajian;
pertanian pada sabuk hijau serta rekreasi dan wisa- C. Implementasi rencana kegiatan kelompok;
ta air. Namun demikian tergantung pada tahap awal
pemberdayaan masyarakat, yakni hasil kajian ten- D. Pemantauan dan evaluasi.
tang permasalahan dan potensi sumberdaya yang
terdapat di sekitar lokasi. Dari sini akan diketahui Pada kedua kegiatan pertama (1 dan 2) biasa dipak-
lebih jauh prospek pertumbuhan ekonomi secara ai metode PRA (participatory rural appraisal) yang
optimal bagi komunitas masyarakat setempat.  dikembangkan pertama kali oleh Robert Chambers.
Semua itu mengarah pada perlunya ditingkatkan
Jika prospek manfaat sekitar bendungan terbatas, kemampuan masyarakat dengan berbagai penyulu-
karena potensi sumberdaya hanya pada cakupan han dan pelatihan. Maka peranan tim fasilitator se-
areal yang sempit, maka dapat diperluas komuni- bagai motivator adalah sangat penting, sehingga
tas menjadi satu daerah tangkapan atau daerah ali- kemampuan atau keprofesionalan tim harus dapat
ran sungai (DAS). Sehingga sasaran pemberdayaan diandalkan.

1 - 32 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

Pada tahap awal pemberdayaan, tim fasilitator ha- Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, masyarakat
rus dapat menjelaskan dan menjadarkan masyara- diharapkan akan mampu menjalankan pemantauan/
kat akan bahaya jebolnya bendungan. Memperke- pengukuran diperlukan. Atau minimal dapat melak-
nalkan rentannya kondisi bendungan-bendungan sanakan inspeksi visual akan tanda-tanda kelainan
lama peninggalan masa kolonial Belanda, di anta- pada tubuh bendungan, seperti: penurunan/ambles
ranya ada yang sudah berumur lebih dari 90 ta- mercu bendungan, retakan-retakan, lubang-lubang,
hun, serta menjelaskan keterbatasan kemampuan kaki bendungan yang menggelembung atau longsor,
instansi pengelola. Pegangan atau parameter uta- bocoran-bocoran, dan sebagainya. Kecuali itu, tentu
ma yang menentukan dan mempengaruhi perilaku, saja masyarakat juga dibekali larangan-larangan
watak dan keutuhan bendungan secara keseluruhan yang menjadikan lemahnya tubuh bendungan tim-
yang harus dipantau dan dicermati dengan saksama bunan tanah, seperti: menanam pohon, membuat
adalah (Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Penga- bangunan di atasnya, membuat jalan setapak melin-
matan Bendungan, 2003): tas kaki bendungan, membongkar batu rip-rap, dan
lain-lain. Pengamatan teknis kondisi darurat oleh
A. Rembesan dan bocoran mencakup sumber bo- masyarakat Secara sederhana masyarakat awam
coran, laju bocoran, kualitas dan kuantitas bo- dapat diberdayakan mengenal tanda-tanda bahaya
coran; yang mengancam jebolnya bendungan tanah. Se-
lanjutnya mereka segera melaporkan kepada petu-
B. Penurunan (settlement) dan tinggi jagaan (free- gas berwenang jika terjadi tanda-tanda tersebut.
board), mencakup besar dan laju penurunan; Berdasar laporan masyarakat maka petugas yang
berwenang secepatnya mengambil tindakan. Berikut
C. Deformasi yang terjadi, internal maupun ekster-
beberapa indikasi kondisi darurat bendungan tanah,
nal, mencakup lokasi dan laju dan besarannya;
yang secara visual tampak, dan perlu mendapat
D. Tegangan air pori dan gaya angkat, mencakup perhatian dan penanganan yang tepat dan cepat:
variasi dan besaran;
A. Air meluap di atas mercu bendungan (overtop-
E. Tekanan internal, mencakup pola, besaran dan ping);
perubahannya.
B. Mengalir bocoran (seepage) yang keruh;
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan bendun-
C. Kenaikan bocoran signifikan dalam selang waktu
gan, khususnya dalam rangka pengamanan bend-
singkat;
ungan, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua
kegiatan: pemantauan dan inspeksi. Untuk bendun- D. Retakan (cracking), longsor (sliding) dan penge-
gan lama secara rinci kegiatan itu sebagai berikut: lupasan (sloughing) pada lereng bendungan;
Pemantauan (monitoring), dengan instrumen (pen-
gukuran): E. Bocoran muncul dan terkonsentrasi dekat tubuh
bendungan;
A. Rembesan dan bocoran: dengan bangunan ukur
V-Notch pada saluran drainase pada kaki bend- F. Menyembul mata air di hilir bendungan atau
ungan sisi luar, diukur dua kali per bulan; dekat kaki bendungan;

B. Penurunan: dengan instrumen patok geser dan G. Timbulnya pusaran air (whirpool) dalam kolam
EDM (Electronic Distance Measurement), diukur waduk.
dua kali setahun saat waduk penuh;
Dengan dukungan sistem pelaporan yang mudah
C. Deformasi (eksternal): dengan instrumen patok dan cepat hasil pengamatan dan inspeksi masyara-
geser, EDM (Electronic Distance Measurement), kat harus segera ditanggapi dan ditindaklanjuti oleh
ekstensometer permukaan, diukur sekali dalam instansi pengelola. Perlu pula disiapkan dan diso-
tiga bulan; sialisasikan prosedur peringatan dini (early warn-
ing system) dan petunjuk perbaikan darurat (flood
D. Untuk deformasi internal (regangan): dengan fighting) pada bendungan tanah, termasuk prosedur
instrumen inklinometer, pengukur regangan, pelaksanaan evakuasi. Semua keterampilan teknis
ekstensometer, diukur sekali dalam tiga bulan; ini harus dapat dikuasai dengan baik oleh masyara-
kat melalui berbagai penyuluhan dan pelatihan yang
E. Tegangan pori dan gaya angkat: dengan instru-
terprogram. Tindakan darurat Beberapa tindakan
men pizometer, diukur dua kali per bulan;
darurat yang dapat diambil, di antaranya adalah:
F. Tekanan internal: dengan instrumen sel-tekan-
A. Ancaman bahaya limpasan (overtopping) oleh
an/stressmeter, diukur sekali dalam tiga bulan.
banjir
Inspeksi atau pengamatan visual, melihat adan-
1. Buka pintu pembuang atau pintu banjir (flood
ya perubahan fisik tubuh bendungan secara kasat
gate) sampai maksimum
mata, dilakukan satu sampai dua kali per bulan.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 33
Vol.5 No. 01 Juni 2019

2. Tempatkan karung pasir sepanjang mercu galaman untuk mengetahui permasalahannya


bendungan untuk menambah free board dan kemungkinan perbaikannya.

3. Tempatkan riprap (tumpukan batu) atau ka- Mitigasi dalam bencana banjir terbagi menjadi 2
rung pasir pada bagian bendungan yang ru- macam, yaitu mitigasi secara struktural dan mitiga-
sak si secara non-struktural. Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing mitigasi.
4. Lakukan tindakan perlindungan erosi pada
bagian hilir lereng bendungan dengan men- A. Mitigasi Struktural
empatkan riprap atau material sejenisnya
Mitigasi Struktural adalah upaya yang dilakukan demi
5. Belokkan air banjir ke sekitar bendungan atau meminimalisir bencana seperti dengan melakukan
ke pelimpah darurat (emergency spillway) pembangunan danal khusus untuk mencegah ban-
jir dan dengan membuat rekayasa teknis bangunan
B. Pengikisan bendungan karena aliran rembesan tahan bencana, serta infrastruktur bangunan tahan
(seepage) melalui tubuh bendungan atau pon- air. Dimana infrastruktur bangunan yang tahan air
dasi nantinya diharapkan agar tidak memberikan dam-
pak yang begitu parah apabila bencana tersebut ter-
1. Tutup lubang rembesan dengan material yang jadi. Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan
sesuai (karung pasir, riprap, tanah, bentonite, metode mitigasi struktural adalah:
atau lembaran plastik jika bocoran pada ba-
gian hulu dari bendungan) 1. Membangun tembok pertahanan dan tanggul.
Sangat dianjurkan untuk membangun tembok
2. Turunkan muka air waduk sampai kecepatan pertahanan dan tanggul di sepanjang aliran
aliran menurun dan tak membahayakan erosi, sungai yang memang rawan apabila terjadi
atau menghentikan rembesan banjir, seperti kawasan yang dekat dengan
penduduk. Hal ini sangat membantu untuk
3. Letakkan pasir atau krikil sebagai filter pada
mengurangi resiko dari bencana banjir yang
rembesan untuk mengurangi larutnya buti-
kerap terjadi pada tingkat debit banjir yang
ran-butiran tanah tubuh bendungan
tidak bisa diprediksi.
4. Teruskan penurunan muka air waduk sampai
rembesan berhenti atau terkendali.

5. Pengisian kembali waduk sampai muka air


normal hanya dilakukan setelah perbaikan
masalah rembesan selesai

C. Longsoran atau keruntuhan lereng pada hilir atau


hulu lereng bendungan

1. Turunkan muka air waduk sampai ketinggian


atau level yang dianggap aman (hubungi in-
sinyur Dam Safety Division untuk menentu-
kan muka air yang aman, jika pintu/lubang Gambar 4. Pembuatan Tembok Penahan
spillway terbendung/tertutup/macet lakukan dan Tanggul oleh Masyarakat
pemompaan atau membuat sifon)
2. Mengatur kecepatan aliran dan debit air. Di-
2. Kembalikan turunnya free board dengan usahakan untuk memperhatikan kecepatan
menempatkan karung pasir di atas amblesan aliran dan debit air di daerah hulu. Yang di-
maksud disini adalah dengan mengatur ali-
3.
Stabilkan longsoran dengan memberati ran masuk dan keluar air di bagian hulu serta
(counter weight) bagian kaki bendungan den- membangun bendungan / waduk guna mem-
gan tanah, batu atau krikil bendung banjir.

D. Keruntuhan/kegagalan bangunan pelimpah (spill- 3. Membersihkan sungai dan pembuatan sude-


way) dan pintu pengeluaran (outlet) tan. Pembersihan sungai sangatlah penting,
dimana hal ini untuk mengurangi sedimentasi
1. Turunkan muka air waduk sampai elevasi
yang telah terjadi di sungai, cara ini dapat
aman.
diterapkan di sungai yang memiliki saluran
terbuka, tertutup ataupun di terowongan.
2. Lalukan tindakan pencegahan sementara un-
tuk melindungi kerusakan bangunan

3. Jika perlu, cari atau sewa penyelam berpen-

1 - 34 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

6. Menguji peralatan dan langkah selanjutnya,


menguji sarana sistem peringatan dini terha-
dap banjir serta memikirkan langkah selanjut-
nya apabila sarana tersebut belum tersedia.

7. Menyiapkan Persediaan Sandang, Papan dan


Pangan, mempersiapkan persediaan tanggap
darurat seperti menyediakan bahan pangan,
air minum dan alat yang akan digunakan ke-
tika bencana banjir terjadi.

8. Membuat Standar Operasional Prose-


dur (SOP) Bencana Banjir, merencanakan SOP
untuk tahap tanggap darurat yang nantinya
melibatkan semua anggota yang bertujuan
Gambar 5. Pembersihan Sungai Oleh untuk  mengidentifikasi daerah rawan ban-
Masyarakat jir,  identifikasi rute evakuasi, mepersiap-
kan peralatan evakuasi dan juga tempat pen-
B. Mitigasi Non-Struktural gungsian sementara.
Mitigasi non-struktural adalah upaya yang dilakukan 9. Mengadakan simulasi evakuasi, melakukan
selain mitigasi struktural seperti dengan perenca- percobaan pelatihan evakuasi apabila ben-
naan wilayah dan & asuransi. Dalam mitigasi non- cana banjir terjadi dan menguji kesiapan tem-
struktural ini sangat mengharapkan dari perkem- pat pengungisan sementara beserta perleng-
bangan teknologi yang semakin maju. Harapannya kapan dalam pengungsian.
adalah teknologi yang dapat memprediksi, mengan-
tisipasi & mengurangi resiko terjadinya suatu ben- 10. Program Cost Sharing hulu hilir, mengingat
cana. DAS Sampean terletak di 2 kabupaten yaitu
Bondowoso dan Situbondo, maka masyara-
Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan kat dapat dilibatkan dalam program terse-
metode mitigasi non-struktural adalah: but, terutama kegiatan-kegiatan non struk-
tural. Masyarakat yg memperoleh manfaat
1. Melakukan pelatihan dan penyuluhan, mel-
atas pengelolaan DAS baik secara langsung
atih, mendidik dan memberikan pelatihan
maupun tidak langsung wajib menanggung
kepada masyarakat akan bahaya banjir yang
biaya pengelolaan berdasarkan prinsip ke-
disertai dengan pelatihan lapangan melalui
cukupan dana (cost recovery). Program ini
pembentukan Desa Tangguh Bencana (Taga-
juga menganjurkan masyarakat daerah hilir
na).
memberikan dana kompensasi kepada daerah
2. Mengevaluasi Daerah Rawan Banjir, melaku- hulu untuk mengamankan wilayah DAS, den-
kan pengamatan dan penelusuran di tempat gan kata lain pihak yang lebih diuntungkan
yang rawan banjir, sehingga apabila ada tang- diharapkan dapat memberikan kontribusinya
gul yang sudah tidak kuat segera diperbaiki. kepada pihak yang dirugikan. Untuk itu perlu
juga dibentuk lembaga yang mengkoordinir
3. Memperbaiki Sarana dan Prasarana, menga- dan mengelola penanggungan biaya bersama
jukan proposal untuk pembangunan perbai- (cost sharing). Lembaga ini mempunyai fung-
kan sarana dan prasarana yang memang su- si antara lain:
dah tidak layak.
a. mampu memberikan seperangkat aturan,
4. Menganalisa data-data yang berkaitan den- norma, ketentuan tentang hak & kewa-
gan banjir, mengevaluasi dan memonitor data jiban pihak hulu dan hilir;
curah hujan, debit air dan informasi yang
berkaitan dengan banjir seperti daerah yang b. dapat memberikan jaminan bahwa setiap
rawan banjir dan  mengidentifikasi daerah pihak yang terlibat harus mau dan mampu
yang rawan banjir tersebut. Apakah memang untuk mentaati kesepakatan.
ada tanggul yang rusak atau memang daerah
5. KESIMPULAN DAN SARAN
tersebut sangat berbahaya apabila ditempati.
5.1. Kesimpulan
5. Membuat mapping, membuat peta sederhana
untuk daerah yang rawan banjir disertai den- Pemberdayaan masyarakat yang bertempat ting-
gan rute pengungsian, lokasi POSKO dan lo- gal di sekitar waduk diharapkan akan meningkat-
kasi pos pengamat banjir. kan kualitas hidupnya. Dengan adanya pemberday-
aan perekonomian masyarakat di sekitar waduk ini
diharapkan juga masyarakat ikut serta berperan

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 35
Vol.5 No. 01 Juni 2019

dalam menjaga dan memelihara bendungan baik Yosi Darmawan Arifianto. Studi Alternatif Pengelo-
secara langung maupun tidak langsung. laan Banjir DAS Sampean Hilir, Provinsi Jawa
Timur. Pusdiklat Menjafung Kementerian
5.2. Saran PUPR. 2017

Beberapa kegiatan mitigasi bencana berbasis pem-


berdayaan masyarakat antara lain melakukan pela-
tihan dan penyuluhan melalui pembentukan Desa
Tangguh Bencana, melaksanakan kegiatan penga-
manan bendungan dengan pemantauan dan inspeksi
oleh masyarakat, penerapan program Cost Sharing
hulu hilir yaitu masyarakat yg memperoleh manfaat
atas pengelolaan DAS baik secara langsung mau-
pun tidak langsung wajib menanggung biaya pen-
gelolaan berdasarkan prinsip kecukupan dana (cost
recovery), dan beberapa kegiatan mitigasi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran


Sungai. Gadjah Mada University Press, Bu-
laksumur Yogyakarta. 1995

Bartle, Phil (2003):  Keywords C of Community 


Development, Empowerment, Participa-
tion,  dalam  http://www.scn.org/ip/cds/cmp/
key-chtm.

Canadian Dam Association (2007):  Dam Safety


Guidelines, dalam www.cda.htm

Dit Bina Teknik, Ditjen PSDA (2003): Pedoman Op-


erasi, Pemeliharaan dan Pengamatan  Bend-
ungan,  Bagian 3, Sistem Instrumentasi dan
Pemantauan, Dep Kimpraswil,Jakarta.

Delivery (2004), Pemberdayaan Masyarakat dalam


Praktek, http://www. deliveri.org/guidelines/
how/hm_7/hm_7_ summaryi.htm

Supriyanto dan Subejo (2004): Harmonisasi Pember-


dayaan Masyarakat Pedesaan dengan  Pem-
bangunan Berkelanjutan, Buletin Ekstensia,
Pusat Penyuluhan Pertanian,  Deptan RI, Vol
19/Th XI/2004.

Subejo dan Supriyanto (2004): Metodologi Pendeka-


tan Pemberdayaan Masyarakat,  Kuliah In-
tensif Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan
(SORem), Dewan Mahasiswa Fak Pertanian,
UGM, 16 Mei 2004.

Tri Pranaji (2005): Pemberdayaan Kelembagaan dan


Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air, Men-
cari Strategi dan Kebijakan yang Sesuai untuk
Pemantapan Ketahanan Pangan 2006-2009,
Makalah pada Workshop Pengelolaan Lahan
dan Air untuk Ketahanan Pangan, Auditorium
Gedung F, Dep Pertanian, 3 Oktober 2005.

UNDP (1998):  Capacity Assessment and Develop-


ment in A System and Strategic Manage-
ment Context, Technical Advisory Paper No.3

1 - 36 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

ANALISIS ENERGI TERBARUKAN TENAGA SURYA


SEBAGAI PENGGANTI ENERGI KONVENSIONAL
UNTUK TRAFFIC LIGHT DI KOTA MAKASSAR
1 2
Nurul Muktiah Said , M. Yamin3 Jinca ,
Yashinta Kumala Dewi
1
Mahasiswa Program Studi S1 Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota,
2,3
Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota
1,2,3
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Email: nurulmuktia10@gmail.com1, my_jinca@yahoo.com2,
yashintasutopo@yahoo.com3

Abstract

One of the attempt that shall do in order to minimise the convensional energy dependency in traffic light
is using one of Makassar city’s potency which is solar energy as the source of its electricity. Therefore, if
the PLN cut down the electricity then the traffic light will be able to still operate, then the traffic stilll going
smoothly. This research aims to (1) indentify the main factors that affect in application of solar energy for
traffic light (2) to analyse the probability of feasibility in applicating solar energy as conventional energy
alternate which seen from sustainability aspects. Analytical hierarchy process is using in this research as a
method to find the proability of feasibility in applicating both energy resources (convetional and solar). The
result shown that solar energy has the higher probability value in the applicating in traffic light. It indicate
that the solar energy is possible to be utilized or applicated as the energy source alternate for traffic light
in Makassar City.

Keyword: solar power, energy conventional, traffic light, sustainable

Abstrak

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir ketergantungan penggunaan energi konven-
sional pada traffic light adalah dengan memanfaatkan salah satu potensi yang dimiliki kota Makassar yaitu
energi matahari sebagai sumber energi listriknya. Oleh sebab itu, apabila listrik PLN padam atau terputus
maka traffic light tenaga surya tidak akan terganggu dan akan tetap menyala, sehingga kondisi lalu lintas
tetap berjalan dengan baik. Studi ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh
dalam pemanfaatan energi terbarukan tenaga surya untuk traffic light dan (2) menganalisis probabil-
ity kelayakan pemanfaatan energi terbarukan tenaga surya sebagai pengganti energi konvensional yang
dilihat dari aspek sustainable. Metode analisis yang digunakan adalah AHP (analytical hierarchy process)
untuk menemukan probability kelayakan pemanfaatan kedua energi alternatif (energi terbarukan tenaga
surya dengan energi konvensional). Hasil dari analisis menunjukkan bahwa energi terbarukan tenaga surya
yang memiliki nilai probability tertinggi dalam pemanfaatan energi alternatif untuk traffic light. Hal ini
menunjukkan bahwa energi terbarukan tenaga surya memungkinkan untuk dimanfaatkan atau diterapkan
sebagai sumber energi listrik untuk traffic light di kota Makassar.

Kata Kunci: tenaga surya, energi konvensional, traffic light, sustainable

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 37
Vol.5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN 2.2. Energi terbarukan

Pertumbuhan penduduk serta penggunaan teknolo- Energi Terbarukan yaitu energi yang berasal dari
gi dalam kehiduan sehari-hari yang pesat, otoma- sumber alami yang dapat dihasilkan lagi dan ramah
tis semakin meningkat kebutuhan dan beban listrik lingkungan. Energi terbarukan merupakan sumber
di daerah perkotaan yang tidak diimbangi dengan energi paling bersih yang ada di planet ini yaitu en-
pembangunan fasilitas pembangkit listrik yang baru. ergi matahari, air, angin, biomassa, panas bumi,
Potensi intensitas radiasi matahari di kota Makassar biofuel, dan biogas (Buku Panduan Energi Terbaru-
terbilang mencukupi (Baharuddin dan Muh. Taufik kan, 2011).
Ishak, 2012), hal ini memungkinkan untuk peman-
faatan energi matahari menjadi energi listrik yang 2.3. Traffic Light Tenaga Surya
tepat untuk traffic light terutama saat listrik PLN
padam atau terputus maka traffic light tenaga surya Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
tidak akan terganggu dan tetap menyala (Ansar Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa
Suyuti dan Syafaruddin, 2011). traffic light atau lampu lalu lintas adalah lampu
yang mengendalikan arus lalu-lintas yang terpas-
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk me- ang di persimpangan jalan, tempat penyeberangan
minimalisir penggunaan energi konvensional pada pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu
traffic light serta termasuk contoh pembangunan lintas lainnya.
berkelanjutan salah satunya sustainable energy
yaitu penyediaan energi yang memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan gen-
erasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mer-
eka (Radar Planologi, 2018).

Serta diketahui bahwa Visi kota Makassar sebagai


“Kota Dunia yang Nyaman untuk Semua” maka di-
perlukan infrastruktur yang memadai dan berkelan-
jutan, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan
sumber energi terbarukan yang berpotensi sebagai
tenaga listrik untuk traffic light dan mendukung ke-
majuan kota tersebut. Alternatif pemanfaatan en-
ergi terbarukan tenaga surya dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi listrik traffic light karena
sumbernya ramah lingkungan dan tidak terbatas
serta pengaplikasiannya relatif sederhana. Pertan-
yaan penelitian dalam rumusan masalah adalah se-
bagai berikut.

A. Faktor apa yang berpengaruh dalam pemanfaatan


energi terbarukan tenaga surya untuk traffic light
Gambar 1. Komponen Traffic Light
di kota Makassar?
Tenaga Surya
B. Bagaimana probability kelayakan pemanfaatan Sumber: Google, 2018
energi terbarukan tenaga surya sebagai peng- Beberapa kelebihan dari penggunaan traffic light
ganti energi konvensional untuk traffic light di tenaga surya secara umum antara lain:
kota Makassar (dilihat dari aspek sustainable)?
A. Sebagai energi alternatif untuk mengurangi
2. TINJAUAN PUSTAKA ketergantungan masyarakat terhadap listrik,
khususnya pada lampu lalu lintas.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang En-
ergi disebutkan bahwa energi merupakan kemam- B. Panel surya merupakan salah satu solusi efektif
puan untuk melakukan kerja yang dapat berupa untuk masa depan
panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromag-
netika. Sumber energi dapat dikelompokkan seb- C. Panel surya mengandalkan tenaga surya sebagai
agai berikut: sumber energinya dan tidak menggunakan listrik
seperti lampu lalu lintas pada umumnya
2.1. Energi konvensional
D. Biaya perawatan untuk lampu lalu lintas pan-
Energi konvensional biasa disebut dengan energi tak el surya tergolong kecil karena hanya meliputi
terbarukan karena persediaannya terbatas di bumi pengecekan dan pengisian air aki
dan tidak ramah lingkungan yaitu batu bara, minyak
bumi, gas bumi, dan energi nuklir (Buku Panduan E. Bila tarif listrik terus mengalami kenaikan, lampu
Energi Terbarukan, 2011). lalu lintas panel surya dapat menjadi solusi yang

1 - 38 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

lebih ekonomis. 3.1. Teknik Analisis

F. Beberapa konsekuensinya antara lain: Studi pustaka atau literatur yang digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor sebagai sub kriteria
G. Kemungkinan fungsi traffic light bisa terganggu yang berpengaruh terhadap pemanfaatan energi
karena suplai energi surya yang kurang maksi- terbarukan tenaga surya untuk traffic light. Solusi
mal. masalah kedua di analisis menggunakan metode
AHP (analytical hierarchy process), bertujuan untuk
H. Untuk pengadaan dan pemasangannya traffic mendapatkan perbandingan probability kelayakan
light tenaga surya saat ini masih tergolong mahal tingkat pemanfaatan energi alternatif yaitu energi
karena komponennya masih banyak di import. terbarukan tenaga surya dengan energi konven-
sional.
2.4. AHP (analytical hierarchy process)

AHP digunakan untuk menemukan kelayakan alter-


natif pengganti energi konvensional. Perbandingan
berpasangan dalam analisis AHP dengan penguku-
ran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat
kesukaan, atau kepentingan atau perasaan (Saaty,
2001).

Langkah awal adalah menyusun perbandingan ber-


pasangan dan membandingkan dalam bentuk ber-
pasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem
hirarki. Kemudian ditransformasikan dalam bentuk
matriks perbandingan berpasangan untuk analisis
numerik. Sebagaimana contoh pada tabel 1 dan
Gambar 2. Skema Model Analisis AHP
skala penilaian ditampilkan seperti pada Tabel 2.
Pemanfaatan Energi Alternatif
Tabel 1. Matriks Perbandingan Berpasangan
Sumber: Hasil Analisis, 2018
D E F G
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
D 1 3 7 9
E 1/3 1 1/4 1/8 4.1. Penentuan Kriteria
F 1/7 4 1 5
Kriteria utama analisis kelayakan terdiri dari aspek
G 1/9 8 1/5 1 ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sub kriteria eko-
Sumber: Saaty, 2001 nomi, sosial, dan lingkungan sperti pada tabel 3
sampai dengan 5.
Tabel 2. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Tingkat
Definisi Keterangan
Kepentingan
1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama.
3 Sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu ele-
men dibandingkan dengan pasangannya.
5 Lebih penting Satu elemen sangat disukai dan secara praktis domi-
nasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen
pasangannya.
7 Sangat penting Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara praktis
dominasinya sangat, dibandingkan dengan elemen
pasangannya.
9 Mutlak lebih penting Satu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan den-
gan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai tengah diantara dua Nilai-nilai ini diperlukan suatu kompromi


pendapat yang berdampingan
Kebalikan Jika elemen i memiliki salah
satu angka diatas ketika
dibandingkan elemen j, maka
j memiliki kebalikannya ketika
dibanding elemen i
Sumber: Saaty, 2001
3. METODE PENELITIAN

Data primer yang digunakan melalui penyebaran


kuesioner dengan responden yang berkompeten
dalam hal energi terbarukan dan konvensional.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 39
Vol.5 No. 01 Juni 2019

Tabel 3. Sub Kriteria Ekonomi Berdasarkan hasil rerata tiap kriteria, dapat disim-
No Sub Kriteria Penilaian pulkan bahwa kriteria yang paling berpengaruhnya
1 Aspek penggunaan Berdasarkan harga bahan baku (sumber secara berurut adalah kriteria lingkungan, kriteria
BBM energi) murah, mahal, ataupun gratis ekonomi, dan yang terendah adalah kriteria sosial
2 Subsidi listrik • Membutuhkan subsidi atau tidak (Gambar 3).
• Sejumlah dana yang dibayar pemer-
intah ke perusahaan listrik apabila
berlaku subsidi
3 Harga listrik Tarif listrik sesuai penggunaan (murah,
mahal, ataupun gratis)
4 Ketergantungan Bergantung pada pasokan bahan baku
BBM sumber energi listrik (BBM/Energi
Surya)
5 Biaya pemulihan Biaya perbaikan atau pemulihan keru-
dampak sakan
lingkungan dan sosial

Sumber: Hasil Analisis, 2018


Tabel 4. Sub Kriteria Sosial Gambar 3. Diagram Nilai Prioritas
Kriteria
Sumber: Hasil Analisis, 2018

4.4. Rasio Nilai antara Sub Kriteria

Nilai perbandingan berpasangan masing-masing


sub kriteria tiap kriteria yang diperoleh dari kedua
responden adalah sebagai berikut.
Tabel 7. Nilai Rerata Sub Kriteria Ekonomi
Sub Kriteria Jum- Nilai
1 2 3 4 5 lah Prioritas
1 0,107 0,273 0,047 0,513 0,023 0,963 0,193
2 0,021 0,054 0,028 0,256 0,016 0,375 0,075
Sumber: Hasil Analisis, 2018
3 0,321 0,273 0,142 0,146 0,023 0,905 0,182
Tabel 5. Sub Kriteria Lingkungan 4 0,015 0,015 0,071 0,073 0,819 0,993 0,198
No Sub Kriteria Penilian 5 0,535 0,382 0,710 0,010 0,117 1,754 0,352
1 Dampak gas buan- Peningkatan gas CO2 menyebab-
Jumlah 4,990 1
gan dan hujan asam kan kerusakan dan berbahaya bagi
kesehatan Sumber: Hasil Analisis, 2018
2 Perubahan iklim Ketidakseimbangan alam menyebab-
kan iklim dan cuaca tidak menentu
Hasilnya, diketahui bahwa sub kriteria ekonomi
3 Polusi udara dan Pencemaran udara dan suara yang
bising mengganggu kesehatan yang paling berpengaruh adalah biaya pemulihan
4 Perubahan eko- Pencemaran dan kerusakan alam dampak dan yang terendah pengaruhnya adalah
sistem sumber mempengaruhi ekosistem sumber subsidi listrik (Gambar 4).
energi energi
5 Keselamatan ma- Keamanan dalam segi operasional,
syarakat pengguna operasi, hingga penggunaanya bagi
masyarakat.

Sumber: Hasil Analisis, 2018

4.2. Analisis Probability Tingkat Kelayakan

Analisis AHP dilakukan melalui perhitungan per-


bandingan berpasangan untuk mendapatkan nilai
prioritas.

4.3. Rasio Nilai antara Kriteria Gambar 4. Diagram Nilai Prioritas


Tabel 6. Nilai Rerata Kriteria Sub Kriteria Ekonomi
Kriteria Nilai Sumber: Hasil Analisis, 2018
Jumlah
1 2 3 Prioritas
Kriteria 1 0,250 0,125 0,300 0,675 0,230
Kriteria 2 0,250 0,125 0,099 0,474 0,158
Kriteria 3 0,500 0,750 0,600 1,850 0,612
Jumlah 2,999 1

Sumber: Hasil Analisis, 2018

1 - 40 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

Tabel 8. Nilai Rerata Sub Kriteria Sosial 4.5. Nilai Prioritas Kriteria dengan Sub Kriteria
Sub Kriteria Nilai
Tabel 10. Nilai Prioritas Kriteria
Jumlah
1 2 3 4 5 Prioritas dengan Sub Kriteria
1 0,524 0,089 0,243 0,071 0,357 1,284 0,220
Kriteria No. Sub Nilai Prioritas
2,66 0,455 Hasil Kali
2 0,524 0,447 0,405 0,642 0,642 (Nilai Prioritas) Kriteria Sub Kriteria
3 0,034 0,089 0,081 0,071 0,071 0,346 0,059 1 0,193 0,044
4 0,314 0,149 0,243 0,214 0,214 1,134 0,194
EKONOMI 2 0,075 0,020
5 0,020 0,223 0,027 0,071 0,071 0,412 0,072
3 0,182 0,041
Jumlah 5,836 1 (0,230) 4 0,198 0,050
Sumber: Hasil Analisis, 2018
5 0,352 0,080
Nilai Aspek Ekonomi 0,235
Hasilnya, diketahui bahwa sub kriteria sosial yang
1 0,220 0,034
paling berpengaruh adalah kebiasaan masyarakat
2 0,455 0,071
dan terendah adalah dampak kesehatan masyarakat SOSIAL
3 0,059 0,009
di sekitar (Gambar 5). (0,158) 4 0,194 0,030
5 0,072 0,011
Nilai Aspek Sosial 0,155
1 0,088 0,053

LINGKUNGAN 2 0,215 0,131


3 0,064 0,039
(0,612) 4 0,175 0,107
5 0,458 0,280
Nilai Aspek Lingkungan 0,610
Jumlah 1

Sumber: Hasil Analisis, 2018

Terlihat bahwa nilai sub kriteria ekonomi yaitu bi-


aya pemulihan dampak yang paling berpengaruh,
sub kriteria sosial yaitu kebiasaan masyarakat,
dan sub kriteria lingkungan yaitu keselamatan
masyarakat pengguna.
Gambar 5. Diagram Nilai Prioritas
Sub Kriteria Sosial 4.6. Kriteria Ekonomi
Sumber: Hasil Analisis, 2018
Pada kriteria ekonomi, sub kriteria yang paling ber-
Tabel 9. Nilai Rerata Sub Kriteria pengaruh adalah biaya pemulihan dampak, artinya
Lingkungan biaya perbaikan atau pemulihan kerusakan ling-
Sub Kriteria Nilai kungan dan sosial yang kemungkinan terjadi dari
Jumlah
1 2 3 4 5 Prioritas pemanfaatan energi alternatif ini dianggap sangat
1 0,081 0,133 0,187 0,036 0,070 0,437 0,088 berengaruh dibandingkan dengan sub kriteria lain-
2 0,081 0,133 0,25 0,498 0,099 1,061 0,215 nya. Sedangkan yang terendah pengaruhnya adalah
3 0,027 0,033 0,062 0,022 0,165 0,309 0,064 subsidi listrik, artinya dengan pemanfaatan energi
4 0,243 0,029 0,312 0,110 0,165 0,859 0,175 alternatif yang berkelanjutan manfaatnya dapat di-
5 0,567 0,669 0,187 0,332 0,498 2,253 0,458 rasakan baik ada atau tidaknya subsidi listrik.
Jumlah 4,919 1

Sumber: Hasil Analisis, 2018 Pada sub kriteria lainnya yang cukup berpengaruh
yaitu: (1) Aspek penggunaan BBM dalam peman-
Hasilnya, diketahui bahwa sub kriteria lingkungan faatan energi alternatif penting melihat sumber en-
yang paling berpengaruh adalah keselamatan ma- ergi yang murah, mudah, dan selalu ada, namun
syarakat pengguna dan terendah pengaruhnya sumber energi listrik saat ini masih bergantung
adalah polusi udara dan bising (Gambar 6).

Gambar 6. Diagram Nilai Prioritas Sub Kriteria Ekonomi


Sumber: Hasil Analisis, 2018

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 41
Vol.5 No. 01 Juni 2019

pada pasokan yang sumbernya dapat habis lama 4.8. Kriteria Lingkungan
kelamaan sehingga perlu adanya energi alternatif
sebagai penggati yang membantu pengadaan lis- Pada kriteria lingkungan, diketahui bahwa sub kri-
trik khususnya untuk traffic light, (2) harga listrik teria yang paling berpengaruh adalah keselamatan
memiliki peran dalam pemanfaatan energi alter- masyarakat pengguna, artinya dalam pemanfaatan
natif, diharapkan energi alternatif ini lebih murah energi alternatif penting memikirkan keamanan-
dalam segi tarif maupun operasionalnya, dan (3) nya dari operasional hingga proses penggunaanya
ketergantungan BBM menjadi salah satu pengaruh aman bagi masyarakat. Sedangkan yang terendah
nyata yang dapat dirasakan saat ini, listrik yang di- pengaruhnya adalah polusi udara dan bising, artinya
gunakan saat ini hampir semua bergantung pada pemanfaatan energi alternatif tidak menimbulkan
energi konvensional sehingga pemaanfaatan energi polusi meskipun ada pengaruhnya kecil sehingga
alternatif dianggap penting untuk diperhatikan agar tidak mengganggu kesehatan dan membahayakan
kedepannya mampu meminimalisir penggunaan ba- masyarakat.
han bakar.
Pada sub kriteria lain yang cukup berpengaruh yaitu:
4.7. Kriteria Sosial (1) Dampak gas buangan dan hujan asam artinya
pemanfaatan energi alternatif diharapkan mengu-
Pada kriteria sosial, sub kriteria yang paling berpen- rangi dan tidak menimbulkan gas buangan berba-
garuh adalah kebiasaan masyarakat, artinya masalah haya sehingga tidak terjadi efek gas rumah kaca
sosial di lingkup masyarakat dalam hal kebiasaan maupun hujan asam, (2) perubahan iklim diharap-
menggunakan listrik secara hemat maupun boros kan tidak terjadi secara berlebihan yang tidak dapat
sangat berpengaruh terhadap proses pemanfaatan diprediksi sehingga keadaan cuaca menjadi normal
energi alternatif karena dibutuhkan kesadaran ma- dengan pemanfaatan energi alternatif, dan (3) pe-
syarakat dalam menggunakan atau memanfaatkan rubahan ekosistem sumber energi akibat pencema-
listrik untuk kebutuhannya secara bijak, selain itu ran dan kerusakan alam mempengaruhi ekosistem
khususnya untuk traffic light sendiri penting adanya sumber energi sehingga diharapkan energi alternatif
pemanfaatan energi alternatif yang bertujuan mem- tidak sampai mengganggu ekosistem.
bantu agar traffic light terus menyala atau aktif mes-
ki terjadi pemadaman listrik, oleh karena itu cara Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
berpikir masyarakat termasuk pemerintah harus di- antara ketiga kriteria tersebut, kriteria yang paling
ubah untuk mendukung program hemat energi serta berpengaruh secara berurut adalah kriteria lingkun-
menggalakkan pemanfaatan energi alternatif secara gan (0,610), ekonomi (0,235), dan sosial (0,155).
perlahan untuk tujuan energi yang berkelanjutan. Sedangkan sub kriteria yang paling berpengaru-
Sedangkan yang terendah pengaruhnya adalah be- hantara tiap kriteria tersebut secara berurut adalah
ban (cost) masyarakat, pemanfaatan energi alter- keselamatan masyarakat pengguna (0,280), biaya
natif diharapkan mampu mengurangi beban bagi pemulihan dampak (0,080), dan kebiasaan ma-
masyarakat maupun pemerintah akibat tarif listrik syarakat (0,071).
yang selalu naik atau sering berubah mengikuti ke-
naikan dollar, khususnya untuk traffic light sehingga 4.9. Nilai Prioritas Kelayakan Alternatif Energi
dapat mandiri dengan memanfaatkan energi alter-
Nilai perbandingan prioritas kedua energi alterna-
natif sebagai penghasil listriknya meskipun saat ini
tif dengan memperhatikan tiap sub kriteria seperti
tarif listrik belum menjadi masalah serius karena
pada Tabel 11 sampai dengan 13 berikut.
faktor kebutuhan.
Tabel 11. Nilai Rerata ETTS dan Energi
Pada sub kriteria lain yang cukup berpengaruh yai- Konvensional untuk Sub Kriteria Ekonomi
tu: (1) Lapangan kerja dianggap cukup berpenga- Sub Kriteria Alternatif ETTS Konv. Jumlah N.P
ruh pada pemanfaatan energi alternatif yang dapat Aspek peng- ETTS 0,833 0,833 1,666 0,834
membuka peluang bagi masyarakat untuk bekerja gunaan BBM Konv. 0,166 0,166 0,332 0,166
dalam bidang tertentu misalnya dalam operasion- Jumlah 1,998 1
al, pemasangan alat, atau bagian pengawasan dan Subsidi listrik
ETTS 0,250 0,249 0,499 0,250
pemeliharaan komponen penghasil listrik, (2) kon- Konv. 0,750 0,750 1,500 0,750

flik sosial lahan memiliki pengaruh dikarenakan ke- Jumlah 1,999 1

mungkinan adanya konflik antara beberapa pihak Harga listrik


ETTS 0,833 0,833 1,666 0,834

pada penentuan lokasi pengoperasian dan pema- Konv. 0,166 0,166 0,332 0,166

sangan, dan (3) dampak kesehatan masyarakat di Jumlah 1,998 1


Ketergantun- ETTS 0,833 0,833 1,666 0,834
sekitar, artinya secara umum tujuan pemanfaatan
gan BBM Konv. 0,166 0,166 0,332 0,166
energi alternatif tidak menimbulkan adanya dampak
Jumlah 1,998 1
kesehatan masyarakat sekitar lokasi pemasangan
atau pengoperasian sumber energi listrik, kalaupun Biaya pemuli- ETTS 0,125 0,124 0,249 0,125
han dampak
ada maka tidak boleh membahayakan kesehatan Konv. 0,875 0,875 1,750 0,875
masyarakat secara umum terutama yang tinggal di Jumlah 1,999 1
sekitar lokasi. Sumber: Hasil Analisis, 2018

1 - 42 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

Tabel 12. Nilai Rerata ETTS dan Energi Tabel 14. Nilai Probability Kelayakan
Konvensional untuk Sub Kriteria Sosial Tingkat Pemanfaatan Energi Alternatif
No. Sub Alternatif Nilai Prioritas Jumlah
Sub Kriteria Alternatif ETTS Konv. Jumlah N.P
Kriteria Sub Kriteria ETTS Konvensional Total
Lapangan ETTS 0,250 0,249 0,499 0,250
Aspek Penggu-
kerja Konv. 0,750 0,750 1,500 0,750 E-1 0,834 0,166 1
naan BBM
Jumlah 1,999 1 E-2 Subsidi Listrik 0,250 0,750 1
Kebiasaan ETTS 0,833 0,833 1,666 0,834 E-3 Harga Listrik 0,834 0,166 1
masyarakat Konv. 0,166 0,166 0,332 0,166 Ketergantungan
E-4 0,834 0,166 1
BBM
Jumlah 1,998 1
Biaya Pemulihan
Beban (cost) ETTS 0,750 0,750 1,500 0,750 E-5 0,125 0,875 1
Dampak
masyarakat Konv. 0,249 0,250 0,499 0,250
S-1 Lapangan Kerja 0,250 0,750 1
Jumlah 1,999 1 Kebiasaan Ma-
S-2 0,834 0,166 1
Konflik sosial ETTS 0,250 0,249 0,499 0,250 syarakat
lahan Konv. 0,750 0,750 1,500 0,750 Beban (cost)
S-3 0,750 0,250 1
Masyarakat
Jumlah 1,999 1
Konflik Sosial
Dampak ETTS 0,166 0,166 0,332 0,166 S-4 0,250 0,750 1
Lahan
kesehatan
masyarakat Konv. 0,833 0,833 1,666 0,834 Dampak kes-
di sekitar S-5 ehatan Masyara- 0,166 0,834 1
kat di sekitar
Jumlah 1,998 1
Dampak Gas
Sumber: Hasil Analisis, 2018 L-1 Buangan dan 0,166 0,834 1
Hujan Asam

Catatan: L-2 Perubahan Iklim 0,800 0,200 1


Polusi Udara dan
L-3 0,858 0,142 1
Bising
ETTS = Energi Terbarukan Tenaga Surya
Perubahan Eko-
Konv. = Energi Konvensional L-4 sistem Sumber 0,834 0,166 1
N.P = Nilai Prioritas Energi
Keselamatan
Tabel 13. Nilai Rerata ETTS dan Energi L-5 Masyarakat 0,858 0,142 1
Konvensional untuk Sub Kriteria Lingkungan Pengguna
JUMLAH 8,643 6,357 15
Sub Kriteria Alternatif ETTS Konv. Jumlah N.P
Nilai Probability 0,576 0,423 1
Dampak gas ETTS 0,166 0,166 0,332 0,166
buangan dan Sumber: Hasil Analisis, 2018
hujan asam Konv. 0,833 0,833 1,666 0,834

Jumlah 1,998 1 5. KESIMPULAN DAN SARAN


Perubahan ETTS 0,800 0,800 1,600 0,800
iklim Konv. 0,200 0,200 0,400 0,200 5.1. Kesimpulan
Jumlah 2 1
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peman-
Polusi udara ETTS 0,857 0,857 1,714 0,858
dan bising
faatan energi terbarukan tenaga surya untuk traffic
Konv. 0,142 0,142 0,284 0,142
light adalah kriteria ekonomi, sosial, dan lingkun-
Jumlah 1,998 1
gan yang masing-masing mempunyai 5 bagian sub
Perubahan ETTS 0,833 0,833 1,666 0,834
ekosistem kriteria. Kriteria yang paling berpengaruh secara
sumber Konv. 0,166 0,166 0,332 0,166 berurut adalah kriteria lingkungan (0,610), ekonomi
energi
(0,235), dan sosial (0,155).
Jumlah 1,998 1
Keselamatan ETTS 0,857 0,857 1,714 0,858 Probability kelayakan tingkat pemanfaatan energi
masyarakat
pengguna Konv. 0,142 0,142 0,284 0,142 alternatif terbarukan tenaga surya dan energi kon-
vensional untuk traffic light adalah energi terbaru-
Jumlah 1,998 1
kan tenaga surya yang mempunyai probability 1,36
Sumber: Hasil Analisis, 2018
kali lebih besar dibanding energi konvensional.
Catatan:
5.2. Saran
E = Sub Kriteria Ekonomi no.1 - 5
S = Sub Kriteria Sosial no.1 - 5 Meingat kelayakan dan keterbarukan dari aspek
L = Sub Kriteria Lingkungan no.1 - 5 ekonomi, sosial, dan lingkungan energi terbarukan
tenaga surya lebih berpotensi untuk traffic light,
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa nilai ter- disarankan untuk memanfaatkan penggunaan en-
tinggi untuk pemanfaatan energi alternatif adalah ergi terbarukan tenaga surya untuk traffic light di
energi terbarukan tenaga surya. kota Makassar.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 43
Vol.5 No. 01 Juni 2019

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, & Ishak, Muh. Taufik. (2012). Anali-


sis Ketersediaan Matahari Di Makassar. Hasil
Penelitian fakultas Teknik, Vol. 6.

Buku Panduan Energi Terbarukan yang dikeluarkan


oleh Program Nasional Pemberdayaan Ma-
syarakat (PNPM) Mandiri. (2011).

Saaty, T.L., Vargas, L.G., (2001). Models, Methods,


Concepts and Applications of the Analytic Hi-
erarchy Process. Kluwer’s Academic Publish-
ers, Boston, USA.

Suyuti, Ansar, & Syafaruddin. (2011). Potensi Energi


Matahari di wilayah Sulawesi Selatan Berbasis
Perhitungan RetScreen Internasional. Jurnal
penelitian Staf pengajar, Teknik Elektro Uni-
versitas Hasanuddin, Makassar.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang En-


ergi.

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan.

Radar Planologi. (2018, November 6). 6 Penger-


tian Pembangunan Berkelanjutan Menurut
Para Ahli. Blog Teknik Planologi. http://www.
radarplanologi.com/2015/11/pengertian-
pembangunan-berkelanjutan.html

1 - 44 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

PEMODELAN ESTIMASI VOLUME STRUKTUR ATAS


JEMBATAN TIPE I-GIRDER

Irma Dewi Adriati1, Andreas Triwiyono2, Muslikh3

Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda


1

Dosen Magister Teknik Sarana Prasarana dan Bahan Bangunan


2, 3

1
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XIII, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2,3
Universitas Gadjah Mada
Email: irma.dewi.adriati@gmail.com, andreas.triwiyono@ugm.ac.id, muslikh_jtsl@ugm.ac.id

Abstract

One of the components contained in the document Plan and Strategy (Called RENSTRA document in Indo-
nesian Ministry of Public Works) development of infrastructure of the bridge is estimated requirement to
build a bridge or bridge replacement. In determining the forecast budget requirements, there are no clear
standards on how cost should be apportioned. The problem that arises is when the cost estimate has been
determined turned out to be less or too large compared to the results of detail planning, while the estimated
cost component is already listed in the budget plan. This ied to the making of Detailed Engineering Design
(DED) be tied to the value of pre-determined budget. This research aims to propose a material prediction
model for upper-structure of the bridge I-Girder type, so, by knowing the material prediction require-
ments, the budget requirements can be estimated more precisely. The database obtained by designing the
upper-structure of the bridge I-Girder type as many as 22 variations. Material quantity estimation models
were analyzed by the simple regression analysis methods. The span length is determined as independent
variables to predict the concrete volume, steel reinforcement volume and steel stand volume. This research
produced 10 simple equations to estimate the volume of concrete and steel work needed to build an I-Girder
bridge type.

Keywords: PCI Girder, upper-structure of the bridge, the concrete volume, steel weight

Abstrak

Salah satu komponen yang ada dalam dokumen Rencana dan Strategi (Renstra) pembangunan infrastruktur
jembatan adalah perkiraan kebutuhan anggaran pembangunan atau penggantian jembatan. Dalam penen-
tuan kebutuhan anggaran tersebut, tidak ada patokan yang jelas berapa jumlah anggaran yang dibutuhkan.
Masalah yang timbul adalah ketika perkiraan biaya yang telah ditentukan ternyata kurang atau terlalu besar
dibandingkan hasil dari perencanaan, sedangkan perkiraan komponen biaya dalam Renstra tersebut terlan-
jur masuk dalam rencana anggaran (RKAKL). Hal tersebut mengakibatkan pembuatan Detail Engineering
Design (DED) menjadi terikat dengan nilai anggaran yang telah ditentukan. Penelitian yang dilakukan bertu-
juan untuk membuat model estimasi volume struktur atas jembatan tipe I-Girder, sehingga dengan menge-
tahui perkiraan kebutuhan volume, maka pembuatan kebutuhan anggaran dapat diperkirakan dengan lebih
teliti dari awal. Basis data didapatkan dengan membuat desain struktur atas jembatan tipe balok I-Girder
sebanyak 22 variasi, kemudian menghitung kebutuhan volume pekerjaan beton, baja tulangan dan baja
strand prestressed. Model estimasi volume didapatkan melalui analisis regresi linier sederhana. Bentang
jembatan dipergunakan sebagai variabel bebas untuk memperkirakan volume beton, baja tulangan dan
baja strand yang dibutuhkan. Penelitian ini menghasilkan 10 persamaan sederhana untuk memperkirakan
volume pekerjaan beton dan baja yang dibutuhkan untuk membangun jembatan tipe I-Girder.

Kata Kunci: I-Girder, struktur atas jembatan, volume beton, berat baja

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 45
Vol.5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN Tiang Sandaran digunakan untuk memberi rasa


aman bagi kendaraan dan orang yang akan mele-
Rencana dan Strategi (Renstra) adalah dokumen wati jembatan tersebut. Fungsi dari tiang sanda-
perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin ran adalah sebagai perletakan dari pipa sandaran.
dicapai dalam kurun waktu 1-5 tahun, sehubungan Tingginya sekitar 125-145 cm dengan lebar 16 cm
dengan tugas dan fungsi suatu instansi, yang disu- dan tebal 10 cm.
sun berdasarkan perkembangan lingkungan strat-
egis. Renstra dalam bidang infrastruktur jembatan B. Trotoar
disusun berdasarkan prioritas penanganan dan ke-
butuhan pengembangan suatu wilayah. Salah satu Trotoar adalah bagian yang digunakan sebagai per-
komponen yang ada dalam dokumen Renstra adalah lintasan bagi pejalan kaki. Biasanya memiliki lebar
perkiraan kebutuhan anggaran pembangunan atau 0,5-2,0 meter.
penggantian jembatan.
C. Lantai Trotoar
Dalam penentuan kebutuhan angga-
ran tersebut, tidak ada patokan yang jelas Lantai Trotoar adalah lantai tepi dari pelat jembatan
dari Kementerian PUPR. Perkiraan biaya bi- yang berfungsi menahan beban-beban yang terjadi
asanya dipatok sebesar Rp. 300.000.000,00 – akibat tiang sandaran, pipa sandaran, beban trotoar
Rp. 400.000.000,00 per meter panjang untuk semua dan beban pejalan kaki.
tipe jembatan, yang mengacu pada pengalaman dan
D. Lantai Kendaraan
nilai pekerjaan sejenis sebelumnya. Masalah yang
timbul adalah ketika perkiraan biaya yang telah di- Lantai Kendaraan adalah bagian tengah dari pelat
tentukan ternyata kurang atau terlalu besar diband- jembatan yang berfungsi sebagai perlintasan kend-
ingkan hasil dari perencanaan, sedangkan perkiraan araan. Lebar jalur untuk kendaraan dibuat cukup
komponen biaya dalam Renstra tersebut terlanjur untuk perlintasan dua buah kendaraan yang besar.
masuk di dalam rencana anggaran (RKAKL), yang
berakibat pembuatan Detail Engineering Design E. Balok Diafragma
(DED) menjadi terikat dengan nilai anggaran yang
telah ditentukan. Balok Diafragma merupakan pengaku dari gelagar-
gelagar memanjang dan tidak memikul beban pelat
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibutuh- lantai dan diperhitungkan seperti balok biasa.
kan suatu model untuk menentukan perkiraan bi-
aya pembangunan jembatan dengan sederhana, F. Balok Memanjang
sehingga biaya pembangunan jembatan dapat di-
perkirakan kebutuhan biayanya dengan kesalahan Balok Memanjang merupakan balok utama yang
yang relatif kecil dan mendekati hasil DED. memikul beban dari lantai kendaraan maupun be-
ban kendaraan yang melewati jembatan tersebut
2. TINJAUAN PUSTAKA dan menyalurkan beban-beban tersebut menuju
pondasi. Besarnya ukuran balok memanjang ter-
2.1. Struktur Atas Jembatan gantung dari panjang bentang.

Gambar 1. Bentuk struktur atas jembatan tipe I-Girder


Menurut Manu (1994), bangunan atas terletak pada 2.2. Perencanaan Struktur Atas Jembatan
bagian atas jembatan yang berfungsi menampung
beban-beban akibat lalu lintas orang, kendaraan dan Beban yang bekerja pada struktur atas jembatan
lain-lain dan kemudian menyalurkannya ke bangu- menurut SNI 1725:2016 tentang Pembebanan un-
nan bawah. Bagian-bagian yang termasuk struktur tuk jembatan adalah:
atas jembatan beton bertulang seperti yang ditun-
jukkan pada Gambar 1 adalah: A. Beban permanen

A. Tiang Sandaran Massa setiap bagian bangunan harus dihitung ber-

1 - 46 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

dasarkan dimensi yang tertera dalam gambar dan B. Beban lalu-lintas


berat jenis bahan yang digunakan. Berat dari ba-
gian-bagian bangunan tersebut adalah massa dika- 1. Beban truk “T”
likan dengan percepatan gravitasi (g). Percepatan
gravitasi yang digunakan dalam standar ini adalah Beban truk “T” adalah satu kendaraan berat
9,81 m/detik2. dengan 3 gandar yang ditempatkan pada be-
berapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana.
Beban mati merupakan kumpulan berat setiap kom- Tiap gandar terdiri atas dua bidang kontak
ponen struktural dan non struktural. Setiap kompo- pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi
nen ini harus dianggap sebagai satu kesatuan aksi pengaruh roda kendaraan berat. Hanya satu
yang tidak terpisahkan pada waktu menerapkan truk “T” diterapkan per lajur lalu lintas ren-
faktor beban normal dan faktor beban terkurangi. cana.
Beban permanen terdiri dari berat sendiri (MS), dan
beban mati tambahan/utilitas (MA). Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan
truk semi trailer yang mempunyai susunan
1. Berat sendiri dan berat as seperti terlihat dalam Gambar
2. Berat dari masing-masing as disebarkan
Berat sendiri adalah berat bagian tersebut menjadi 2 beban merata sama besar yang
dan elemen-elemen struktural lain yang dipi- merupakan bidang kontak antara roda dengan
kulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat permukaan lantai. Jarak antara 2 as tersebut
bahan dan bagian jembatan yang merupakan dapat diubah-ubah antara 4,0 m sampai 9,0 m
elemen struktural, ditambah dengan elemen untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada
nonstruktural yang dianggap tetap. arah memanjang jembatan. Bidang kontak
roda kendaraan yang terdiri atas satu atau dua
2. Beban mati tambahan roda diasumsikan mempunyai bentuk persegi
panjang dengan panjang 750 mm dan lebar
Beban mati tambahan adalah berat seluruh 250 mm. Tekanan ban harus diasumsikan ter-
bahan yang menimbulkan suatu beban pada distribusi secara merata pada permukaan bi-
jembatan yang merupakan elemen non struk- dang kontak.

Gambar 2. Pembebanan truk “T” (500 kN)


Sumber: SNI 1725:2016

tural dan mungkin besarnya berubah selama Untuk pembebanan truk “T”, Faktor Beban
umur rencana. Jembatan harus dianalisis Dinamis (FBD) diambil 30%. Harga FBD yang
mampu memikul beban mati tambahan sep- dihitung digunakan pada seluruh bagian ban-
erti penambahan lapis perkerasan di kemu- gunan yang berada diatas permukaan tanah.
dian hari, beban genangan air apabila sistem
drainase tidak berjalan dengan baik, dan be- 2. Beban pejalan kaki
ban utilitas jembatan seperti tiang listrik dan
instalasi ME. Semua komponen trotoar yang lebih lebar
dari 600 mm harus direncanakan untuk me-

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 47
Vol.5 No. 01 Juni 2019

mikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5 ah data terdistribusi normal atau tidak. Analisis
kPa dan dianggap bekerja secara bersamaan parametrik seperti regresi linier mensyaratkan bah-
dengan beban kendaraan pada masing-mas- wa data harus terdistribusi normal. Uji normalitas
ing lajur kendaraan. Jika trotoar dapat dinaiki pada regresi bisa menggunakan beberapa metode,
maka beban pejalan kaki tidak perlu diang- antara lain dengan metode Kolmogrof-smirnov Z
gap bekerja secara bersamaan dengan be- untuk menguji normalitas data masing-masing vari-
ban kendaraan. Jika ada kemungkinan trotoar abel.
berubah fungsi di masa depan menjadi lajur
kendaraan, maka beban hidup kendaraan ha- Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
rus diterapkan pada jarak 250 mm dari tepi dalam model regresi, variabel pengganggu atau re-
dalam parapet untuk perencanaan komponen sidual mempunyai distribusi normal, seperti diketa-
jembatan lainnya. Dalam hal ini, faktor beban hui, uji t mengasumsikan bahwa residual mengikuti
dinamis tidak perlu dipertimbangkan. distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar, maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sam-
C. Aksi lingkungan pel kecil. Ada dua cara untuk mengetahui apakah
residual memiliki distribusi normal atau tidak yaitu
1. Pengaruh temperatur dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalam uji
Kolmogorov-smirnov, suatu data dikatakan terdis-
Variasi temperatur jembatan rata-rata digu- tribusi normal jika nilai asymptotic significance lebih
nakan dalam menghitung pergerakan pada dari 0,05 (Ghozali, 2011).
temperatur dan sambungan pelat lantai, dan
untuk menghitung beban akibat terjadinya 2.5. Uji Ketepatan Statistik
pengekangan dari pergerakan tersebut
Ketepatan fungsi regresi dalam memperkirakan nilai
2. Beban angin pada kendaraan aktual dapat diukur dari goodnes of fit-nya. Secara
statistik, hal ini dapat diukur dari nilai-nilai koefisien
Jika dibenarkan oleh kondisi setempat, per- determinasi dan nilai statistik t. Perhitungan statis-
encana dapat menggunakan kecepatan angin tik disebut signifikan secara statistik apabila nilai
rencana dasar yang berbeda untuk kombinasi uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah
pembebanan yang tidak melibatkan kondisi dimana H0 ditolak), sebaliknya, disebut tidak signifi-
beban angin yang bekerja pada kendaraan. kan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah
Arah angin rencana harus diasumsikan hori- dimana H0 diterima.
zontal, kecuali ditentukan lain.
A. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
D. Faktor Beban dan Kombinasi Beban
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
Faktor beban untuk tiap jenis beban dan kombinasi seberapa jauh kemampuan model dalam menerang-
pembebanan ditentukan berdasarkan Pasal 6 SNI kan variasi variabel dependen. Nilai R2 mempunyai
1725:2016 Pembebanan untuk Jembatan. interval antara 0 sampai 1. Semakin besar nilai R2,
semakin baik hasil model regresi tersebut dan se-
2.3. Korelasi
makin mendekati 0, maka variabel independen se-
Tujuan analisis korelasi adalah untuk mengetahui cara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel
apakah di antara dua variabel terdapat hubungan, dan dependen.
jika ada hubungan, bagaimana arah hubungan dan
B. Uji t
seberapa besar hubungan tersebut. Secara teoritis,
dua variabel dapat tidak berhubungan sama sekali Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari penga-
(r = 0), berhubungan secara sempurna (r = 1), atau ruh variabel independen secara individu terhadap
di antara kedua angka tersebut. Arah korelasi juga variabel dependen dengan menganggap variabel
dapat positif (berhubungan searah) atau negatif lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan untuk mem-
(berhubungan berlainan arah) (Santoso, 2015). bandingkan antara thitung dan ttabel atau melihat
nilai signifikansinya. Pengambilan keputusan ber-
Analisis korelasi untuk menguji hubungan antar
dasar signifikansi adalah sebagai berikut:
variabel menggunakan Korelasi Product Moment.
Menurut Priyanto (2010), analisis Product Moment 1. Signifikansi > 0,05, berarti H0 diterima;
atau Pearson Correlation digunakan untuk mengeta-
hui hubungan antara dua variabel, yang mengukur 2. Signifikansi ≤ 0,05, berarti H0 ditolak.
seberapa kuat hubungannya, positif atau negatif,
dan untuk mengetahui apakah hubungannya signifi- 3. METODE PENELITIAN
kan atau tidak.
Tahapan penelitian dilakukan dengan langkah-lang-
2.4. Uji Normalitas Data kah sebagai berikut:

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apak- A. Tahapan pertama adalah penentuan topik pene-

1 - 48 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

litian, perumusan masalah, tujuan penelitian, 1. Desain Struktur Atas


manfaat serta pembatasan masalah yang digu-
nakan sebagai dasar-dasar pelaksanaan peneli- Sebagai basis data digunakan desain struktur
tian. atas jembatan sebanyak 22 variasi bentang
dengan rincian seperti Tabel 1 pada jembatan
B. Tahapan kedua adalah studi literatur dengan kelas A dengan lebar lantai 9 meter (1 – 7 –
melakukan studi terhadap penelitian sejenis 1).
yang pernah dilakukan oleh peneliti lain dan me-
maparkan dasar-dasar teori yang berkaitan den- 2. Perhitungan Volume Pekerjaan
gan penelitian baik bersumber dari buku mau-
pun hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan Menghitung volume beton untuk balok I-Gird-
sebelumnya sebagai acuan dalam pembahasan er, beton fc’ 28 MPa, baja tulangan ulir, baja
hasil penelitian. tulangan polos dan baja strand prestressed
untuk tiap variasi desain. Beton fc’ 28 MPa
C. Tahapan ketiga adalah pengembangan basis data pada penelitian digunakan pada struktur pelat
dengan melakukan desain struktur atas jem- lantai, diafragma, deck slab, trotoar, dan san-
batan dengan variasi ukuran bentang dengan daran.
tahapan sebagai berikut:
D. Tahapan keempat adalah tahapan analisis statis-
Tabel 1. Variasi desain struktur atas untuk
tik, diawali dengan uji korelasi dan normalitas
jarak antar girder 1,40 m dan 1,85 m
data kemudian dianalisis regresi linear sederha-
Jarak antar Bentang Jarak antar Bentang na dengan program SPSS.
No No
girder (m) (m) girder (m) (m)
1 16 1 16 E. Tahapan kelima adalah pengujian model yang di-
2 22 2 22 dapatkan dengan menggunakan koefisien deter-
3 30 3 23 minasi R2, dan uji –t.
4 31 4 30
F. Tahapan terakhir adalah melakukan pembahasan
5 39 5 31
dan penarikan kesimpulan.
1,40 6 40 1,85 6 35
7 41 7 36 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
8 46 8 38
9 47 9 40 Berdasarkan hasil analisis struktur dan perhitungan
10 49 10 43 volume pekerjaan tiap variasi desain, didapatkan
11 50 11 44 basis data untuk pemodelan estimasi volume struk-
tur atas seperti pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Basis data hasil variasi desain untuk jarak antar girder 1,40 m

Variabel
Variabel Terikat
Bebas
Vol. Berat Berat Baja
Vol. Beton Berat Baja
No Bentang Beton Baja Strand
I-Girder fc’ 28 MPa Ulir Polos Prestressed
(m) (m3) (m3) (kg) (kg) (kg)
L Vcg Vc28 Vsu Vsp Vss
1 16 27,06 56,04 9477,91 1271,14 2038,57
2 22 45,24 77,47 13489,08 1975,03 3508,97
3 30 94,44 105,03 24093,12 803,06 6181,16
4 31 97,26 108,28 24689,88 821,10 6819,36
5 39 169,98 125,41 33944,41 954,13 13491,48
6 40 174,00 128,45 34843,32 980,51 14585,52
7 41 178,80 132,05 35963,19 1004,23 15592,14
8 46 225,60 150,46 41467,30 1219,88 18596,28
9 47 230,10 153,47 42288,21 1242,02 19429,92
10 49 239,10 159,51 44577,37 1290,55 23039,16
11 50 243,60 162,55 46790,28 1412,93 26371,20

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 49
Vol.5 No. 01 Juni 2019

Tabel 3. Basis data hasil variasi desain untuk jarak antar girder 1,85 m

Variabel
Variabel Terikat
Bebas
Vol. Beton Vol. Beton Berat Baja Berat Baja Berat Baja Strand
No Bentang
I-Girder fc’ 28 MPa Ulir Polos Prestressed
(m) (m3) (m3) (kg) (kg) (kg)
L Vcg Vc28 Vsu Vsp Vss
1 16 28,20 57,72 12566,97 1282,81 1341,48
2 22 59,60 80,12 20978,93 509,34 2556,55
3 23 62,00 83,38 21868,79 525,49 2933,54
4 30 111,50 99,92 29403,47 685,24 5773,25
5 31 114,85 102,98 30388,27 649,87 6321,05
6 35 128,25 116,42 34560,23 790,47 9175,60
7 36 131,60 119,51 35615,03 815,34 9851,55
8 38 138,30 125,67 38524,63 859,85 12037,50
9 40 164,80 134,11 40123,58 899,37 10641,00
10 43 176,80 145,44 43993,93 966,66 13504,80
11 44 180,55 148,54 45083,73 1066,54 14859,85

Gambar 3. Grafik hubungan antara bentang jembatan dengan volume beton

Gambar 4. Grafik hubungan antara bentang jembatan dengan berat baja


Grafik hubungan antara bentang jem- Grafik hubungan antara bentang jembatan den-
batan dengan volume beton I-Girder dan vol- gan berat baja ditunjukkan pada Gambar 4. Gam-
ume beton fc’ 28 Mpa ditunjukkan pada Gam- bar 4 menunjukkan adanya penurunan volume baja
bar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa volume strand prestressed yang tajam dari bentang 38 m ke
beton I-Girder dengan s = 1,85 m lebih besar dari bentang 40 m untuk balok I-Girder dengan s = 1,85
s = 1,40 m untuk bentang 15 m sampai 35 m, m, hal ini disebabkan oleh tinggi balok I-Girder pada
dan lebih kecil untuk bentang diatas 35 m. Selain bentang 40 m lebih tinggi dari bentang 38 m (170
itu, terdapat kenaikan volume beton I-Girder yang cm untuk bentang 38 m dan 210 untuk bentang 40
tajam pada s = 1,85 m dari bentang 38 m ke 40 m. m). Selain itu, terdapat penurunan kebutuhan baja
Hal ini disebabkan oleh perubahan tinggi I-Girder tulangan polos, karena kebutuhan baja tulangan po-
dari 170 cm ke 210 cm. los pada balok I-Girder berkurang seiring kenaikan
panjang bentang.

1 - 50 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

Balok girder dengan s = 1,40 m mempunyai keting- Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment
gian yang lebih kecil dari balok girder dengan s = dapat diketahui
1,85 m pada bentang yang sama sehingga cocok
digunakan untuk jembatan dengan kedalaman sun- A. Nilai koefisien korelasi antara variabel volume
gai yang dangkal, akan tetapi balok girder dengan beton I-Girder (Vcg), variabel volume beton fc’
s = 1,40 m membutuhkan 6 buah girder sedang- 28 MPa (Vc28), variabel berat baja tulangan ulir
kan balok girder s = 1,85 m hanya membutuhkan 5 (Vsu), dan berat baja strand prestressed (Vss),
buah girder, sehingga biaya pemasangannya akan dengan variabel bentang (L) berturut-turut
lebih mahal. adalah 0,993, 0,997, 0,998, dan 0,966 (0,80
< koefisien < 1,00), yang menunjukkan bahwa
4.1. Uji Normalitas Data tingkat hubungannya sangat kuat. Tanda posi-
tif menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi
Dari hasil keluaran uji normalitas data untuk jarak adalah positif, artinya semakin besar bentang
antar girder 1,40 m, didapatkan nilai asymptotic jembatan, maka volume beton dan berat baja
significance data residual untuk pemodelan dengan yang dibutuhkan akan semakin besar. Nilai sig-
variabel volume beton I-Girder (Vcg), volume beton nifikansi sebesar 0,000 (< 0,05), artinya ter-
fc’ 28 MPa (Vc28), berat baja tulangan ulir (Vsu), berat dapat hubungan yang signifikan antara volume
baja tulangan polos (Vsp), dan berat baja strand pre- beton dan berat baja dengan bentang jembatan.
stressed (Vss), berturut-turut sebesar 0,200, 0,121,
0,187, 0,200, dan 0,089. Nilai tersebut lebih besar B. Nilai koefisien korelasi antara variabel berat baja
dari 0,05, yang artinya dapat disimpulkan bahwa tulangan polos (Vsp) dengan variabel bentang
data residual terdistribusi normal. (L) adalah 0,146 (0,00 < koefisien < 0,199),
yang menunjukkan bahwa tingkat hubungan-
Hasil keluaran uji normalitas data untuk jarak antar nya sangat rendah. Tanda negatif menunjukkan
girder 1,85 m, didapatkan nilai asymptotic signifi- bahwa hubungan yang terjadi adalah negatif,
cance data residual sebesar 0,200 untuk pemodelan artinya semakin besar bentang jembatan, maka
dengan variabel volume beton I-Girder (Vcg), berat berat baja tulangan polos yang dibutuhkan akan
baja tulangan ulir (Vsu), berat baja tulangan polos semakin kecil. Hal ini disebabkan karena dalam
(Vsp), dan berat baja strand prestressed (Vss), serta tabel WIKA, semakin besar ukuran bentang, tu-
0,136 untuk pemodelan dengan variabel volume be- langan polos yang digunakan semakin kecil. Ni-
ton fc’ 28 MPa (Vc28). Nilai tersebut lebih besar dari lai signifikansi sebesar 0,669 (> 0,05), artinya
0,05, dan dapat disimpulkan bahwa data residual hubungannya tidak signifikan.
terdistribusi normal.
Hasil uji korelasi product moment ditunjukkan pada
4.2. Analisis Korelasi Product Moment untuk jarak s = 1,85 m ditunjukkan pada Tabel 5.

Hasil uji korelasi product moment ditunjukkan pada


untuk jarak s = 1,40 m ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Product Moment untuk s = 1,40 m

Koefisien Nilai Tingkat Arah


No Korelasi
Korelasi Signifikansi Korelasi Korelasi
1 Vcg dengan L 0,993 0,000 Sangat Kuat Positif
2 Vc28 dengan L 0,997 0,000 Sangat Kuat Positif
3 Vsu dengan L 0,998 0,000 Sangat Kuat Positif
4 Vsp dengan L 0,146 0,669 Sangat Rendah Negatif
5 Vss dengan L 0,966 0,000 Sangat Kuat Positif

Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Product Moment untuk s = 1,85 m

Koefisien Nilai Tingkat Arah


No Korelasi
Korelasi Signifikansi Korelasi Korelasi
1 Vcg dengan L 0,995 0,000 Sangat Kuat Positif
2 Vc28 dengan L 0,997 0,000 Sangat Kuat Positif
3 Vsu dengan L 0,999 0,000 Sangat Kuat Positif
Sangat Ren-
4 Vsp dengan L 0,195 0,565 Positif
dah
5 Vss dengan L 0,980 0,000 Sangat Kuat Positif

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 51
Vol.5 No. 01 Juni 2019

Dari hasil keluaran tersebut dapat diketahui bebera- Tabel 6. Hasil uji statistik t model struktur atas
pa hal sebagai berikut: untuk s = 1,40 m
Nilai Nilai Signifikansi
A. Nilai koefisien korelasi antara variabel volume be- No Variabel
Koefisien B t
ton I-Girder (Vcg), variabel volume beton fc’ 28 A. Volume Beton I-Girder (Vcg)
MPa (Vc28), variabel berat baja tulangan ulir (Vsu),
1 Konstanta -102,300 0,000
dan berat baja strand prestressed (Vss), dengan
2 Bentang (L) 6,935 0,000
variabel bentang (L) berturut-turut adalah 0,995,
B. Volume Beton fc’ 28 MPa (Vc28)
0,997, 0,999, dan 0,980 (0,80 < koefisien <
1,00), yang menunjukkan bahwa tingkat hubun- 1 Konstanta 10,108 0,008
gannya sangat kuat. Tanda positif menunjukkan 2 Bentang (L) 3,035 0,000
bahwa hubungan yang terjadi adalah positif, arti- C. Berat Baja Tulangan Ulir (Vsu)
nya semakin besar bentang jembatan, maka vol- 1 Konstanta -9419,999 0,000
ume beton dan berat baja yang dibutuhkan akan 2 Bentang (L) 1107,650 0,000
semakin besar. Nilai signifikansi sebesar 0,000 D. Berat Baja Tulangan Polos (Vsp)
(< 0,05), artinya terdapat hubungan yang sig-
1 Konstanta 1339,965 0,006
nifikan antara volume beton dan berat baja den-
2 Bentang (L) -4,294 0,669
gan bentang jembatan.
E. Berat Baja Strand Prestressed (Vss)
B. Nilai koefisien korelasi antara variabel berat baja 1 Konstanta -12233,705 0,001
tulangan polos (Vsp) dengan variabel bentang (L) 2 Bentang (L) 691,544 0,000
adalah 0,195 (0,00 < koefisien < 0,199), yang
Tabel 7. Hasil uji statistik t model struktur atas
menunjukkan bahwa tingkat hubungannya san-
untuk s = 1,85 m
gat rendah. Tanda positif menunjukkan bahwa
hubungan yang terjadi adalah positif, artinya se- Nilai Nilai Signifikansi
No Variabel
makin besar bentang jembatan, maka berat baja Koefisien B t
yang dibutuhkan akan semakin besar. Nilai sig- A. Volume Beton I-Girder (Vcg)
nifikansi sebesar 0,565 (> 0,05), artinya hubun- 1 Konstanta -59,670 0,000
gannya tidak signifikan. 2 Bentang (L) 5,455 0,000
B. Volume Beton fc’ 28 MPa (Vc28)
4.3. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
1 Konstanta 8,378 0,013
Dari hasil uji R2 untuk jarak antar girder 1,40 m, 2 Bentang (L) 3,133 0,000
didapatkan nilai koefisien determinasi untuk varia- C. Berat Baja Tulangan Ulir (Vsu)
bel terikat Vcg, Vc28, Vsu, Vsp, dan Vss berturut-turut 1 Konstanta -4568,627 0,000
sebesar 0,986, 0,994, 0,997, 0,021 dan 0,933. Ni-
2 Bentang (L) 1126,711 0,000
lai tersebut menunjukkan bahwa 98,6% Vcg, 99,4%
D. Berat Baja Tulangan Polos (Vsp)
Vc28, 99,7% Vsu, 2,1% Vsp, dan 93,3% Vss dipenga-
ruhi oleh variabel bebas yaitu bentang (L), sedan- 1 Konstanta 661,271 0,042
gkan persentase sisanya dipengaruhi oleh variabel 2 Bentang (L) 4,964 0,565
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. E. Berat Baja Strand Prestressed (Vss)
1 Konstanta -8062,443 0,000
Nilai standart error of the estimate untuk variabel
2 Bentang (L) 496,321 0,000
Vcg, Vc28, Vsu, Vsp, dan Vss berturut-turut sebesar
9,82, 2,71, 711,97, 346,64, dan 2212,14. Jika nilai Signifikansi t untuk variabel terikat Vcg, Vc28, Vsu, dan
standart error of the estimate semakin kecil, maka Vss mempunyai nilai kurang dari 0,05 yang menun-
kemampuan model regresi dalam memprediksi vari- jukkan bahwa variabel bebas (L) berpengaruh se-
abel terikat semakin tepat. cara signifikan terhadap variabel terikat, sedangkan
pada variabel Vsp, signifikansi t untuk s = 1,40 m dan
Untuk jarak antar girder 1,85 m didapatkan nilai
s = 1,85 m bernilai 0,669 dan 0,565 yang menun-
koefisien determinasi untuk variabel terikat Vcg, Vc28,
jukkan bahwa variabel bebas (L) tidak berpengaruh
Vsu, Vsp, dan Vss berturut-turut sebesar 0,989, 0,994,
secara signifikan terhadap variabel variabel terikat
0,998, 0,038 dan 0,959. Nilai standart error of the
(Vsp). Nilai signifikansi konstanta B kurang dari 0,05
estimate untuk variabel Vcg, Vc28, Vsu, Vsp, dan Vss
sehingga konstanta dapat dipakai sebagai konstanta
berturut-turut sebesar 5,44, 2,33, 488,84, 239,24,
model.
dan 978,98.
4.5. Persamaan Regresi Hasil Pemodelan
4.4. Uji Statistik t
Dari hasil analisis regresi linier sederhana dan
Hasil uji statistik t ditunjukkan dalam Tabel 6 dan
pengujian-pengujian model yang telah dilaku-
Tabel 7.
kan, dapat disimpulkan bahwa model perki-
raan volume struktur atas jembatan tipe
I-Girder adalah:

1 - 52 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

A. Model jembatan dengan jarak antar girder 1,40 m tipe I-Girder, diperlukan penelitian lebih lanjut un-
tuk struktur bawah jembatan dan tipe jembatan
Vcg = -102,300 + 6,935L yang lain. Penelitian ini masih dapat dikembangkan
sampai dengan pemodelan biaya.
Vc28 = 10,108 + 3,035L
DAFTAR PUSTAKA
Vsu = -9419,999 + 1107,650L
Badan Standardisasi Nasional. (2004). RSNI T-12-
Vsp = 1339,965 - 4,294L 2004: Perencanaan struktur beton untuk jem-
batan. Jakarta: BSN.
Vss = -12233,705 + 691,544L
Badan Standardisasi Nasional. (2016). SNI
B. Model jembatan dengan jarak antar girder 1,85 m
1725:2016: Pembebanan untuk jembatan.
Vcg = -59,670 + 5,455L Jakarta: BSN.

Vc28 = 8,378 + 3,133L Direktorat Jenderal Bina Marga. (2014). Spesifika-


si Umum 2010 Revisi 3. Jakarta: Direktorat
Vsu = -4568,627 + 1126,711L Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan
Umum.
Vsp = 661,271 + 4,964L
Elka, V.A. (2012). Model Biaya Pemeliharaan Rutin
Vss = -8062,443 + 496,321L terhadap Kerusakan Jalan pada Jalan Arteri
Utara-Barat Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta:
Dengan: UAJY.

Vcg : Volume beton I-Girder (m3) Fragkakis, N., Marinelli, M., & Lambropoulos, S.
(2015). Preliminary Cost Estimation Model For
Vc28 : Volume beton fc’ 28 MPa (m3)
Culvert. Elsevie
Vsu : Berat baja tulangan ulir (kg)

Vsp : Berat baja tulangan polos (kg)

Vss : Berat baja strand prestressed (kg)

L : Bentang jembatan (m)

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat


diambil kesimpulan sebagai berikut:

A. Pelat lantai jembatan dengan kuat tekan beton


fc’ 28 MPa pada jarak antar girder (s) 1,40 m di-
dapatkan tulangan pokok D16-150 dan tulangan
bagi D13-150, sedangkan pada jarak antar girder
(s) 1,85 m didapatkan tulangan pokok D16-100
dan tulangan bagi D13-100;

B. Dari hasil analisis korelasi Product Moment, uji


R2 (koefisien determinasi) dan uji t dapat disim-
pulkan bahwa model yang dihasilkan dapat digu-
nakan untuk memperkirakan kebutuhan volume
struktur atas jembatan tipe I-Girder, sehingga
dengan mengetahui kebutuhan volume pekerjaan
utama, kebutuhan anggaran dapat diperkirakan
lebih teliti sebelum penyusunan perencanaan de-
tail (detailed engineering design) dilaksanakan.

5.2. Saran

Model estimasi volume yang diusulkan melalui pene-


litian ini hanya terbatas pada struktur atas jembatan

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 53
Vol.5 No. 01 Juni 2019

EVALUASI EFISIENSI KINERJA TANGKASAKI


SEBAGAI MODA PENGANGKUT SAMPAH KOTA MAKASSAR

Yashinta Sutopo 1, M. Yamin Jinca2,


M. Fathien Azmy3, Muhammad Irfan4

Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota


1,2,3

Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota


4

1,2,3,4
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Email: yashintasutopo@yahoo.com1, my_jinca@yahoo.com2,
fathienazmy@gmail.com3, vanirvan03@gmail.com4

Abstract

The research aimed to evaluate the eficiency of Tangkasaki Truck as a waste transportation mode of City of
Makassar. The evaluation includes speed, technology, container capacity, number of petugas, compatibility
to access road and waste bin, tidiness during the loading process, applicability of information system, and
recognizability by the users. The evalution on speed was focused on t2 which is time required in the load-
ing process from the individual bin to the truck container. Data was obtained from literature study and field
survey. Analysis was done by using indicators developed from comparative study of modes with relatively
high efficiency that are currently implemented in developed cities. Comparation was then made between the
ideal (das Sollen) and the existing condition (das Sein). The research was conducted in 3 (three) months,
from July to October 2017. The research found that the A level of performance is occupied by the mode with
robotic technology with a full automatic system, which required only 6 seconds/house of t2 and 6 seconds.
petugass/house service. Compared to such optimum level of performance, the analysis concluded that
Tangkasaki is in the C level or even much lower as it can reach 85 seconds/house t2 and 123 seconds.petu-
gass/house service, and even more. In order to improve the overal level of performance, it is highly recom-
mended therefore, for the City of Makassar to replace the existing mode with an A level of performance or
at least B. It is necessary to improve the citizen’s participation and to implement a trash pickup schedule
and an adequate information system to enhance better participation of the citizens.

Keywords: efficiency, Tangkasaki, transportation, waste, makassar

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi Truk Tangkasaki sebagai moda pengangkut sampah
Kota Makassar dan menghasilkan rekomendasi untuk peningkatannya di masa depan. Evaluasi mencakup
kecepatan dalam pengangkutan, teknologi, kapasitas kontainer, jumlah petugas yang dibutuhkan, kom-
patibilitas moda dengan jalan dan bak sampah, kerapihan dalam prosesnya, aplikasi sistem informasi, dan
kemudahan pengguna dalam mengenali moda dan petugasnya. Evaluasi kecepatan dikhususkan pada t2
yaitu waktu yang dibutuhkan dalam proses pemuatan sampah dari bak sampah ke kontainer truk. Data
penelitian didapatkan dari studi literatur dan survei lapangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan
indikator yang disusun berdasarkan studi banding moda-moda pengangkut sampah yang dianggap relatif
efisien saat ini yang diaplikasi di kota-kota maju. Metode perbandingan dan pembobotan dilakukan dengan
membandingkan antara kondisi eksisting (das Sein) dengan ideal (das Sollen). Total waktu penelitian adalah
3 (tiga) bulan, yaitu dari Juli hingga Oktober 2017. Dari studi banding didapatkan bahwa level A ditempati
oleh moda berteknologi robotic, bersistem full automatic yang hanya membutuhkan t2 sebesar 6 detik/
rumah dan kinerja pelayanan sebesar 6 detik.petugas/rumah. Dari analisis disimpulkan bahwa kinerja Tang-
kasaki secara umum berada pada level C dengan nilai t2 rata-rata adalah 20-85 detik/rumah dan kinerja
petugas rata-rata 123 detik.petugas/rumah. Untuk peningkatan kinerja dan pengurangan t2 direkomenda-
sikan penggantian moda pengangkut sampah yang ada saat ini ke jenis moda dengan efisiensi pada level
A atau minimal B. Diperlukan pula peningkatan kerjasama dengan warga dalam proses pengangkutan, dan
implementasi jadwal dan sistem informasi pendukungnya yang akan memudahkan warga dalam merespon
dan mempersiapkan kontribusinya dengan lebih baik.

Kata Kunci: efisiensi, tangkasaki, pengangkut, sampah, makassar

1 - 54 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN dan rapih/bersih selama proses pengangkutan


berlangsung. Adapun total waktu pelayanan (t)
Makassar merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi sangat bergantung pada efisiensi setidaknya 5
Selatan dan merupakan kota terbesar di Indonesia waktu yaitu: waktu tempuh perjalanan (t1 + t3 +
timur. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per t4), waktu pemuatan di satu titik lokasi sampah
kapita yang pesat di kota ini membawa dampak pada (t2) dan waktu pembongkaran sampah di Tempat
perubahan gaya hidup dan peningkatan konsumsi Pembuangan Akhir (TPA) (t5). Waktu t2 itu sendiri
masyarakatnya. Seiring dengan hal tersebut, setidaknya mencakup t2a sampai dengan t2e.
produksi sampah meningkat tajam dan dampak Berikut ilustrasi sederhana yang menggambarkan t
negatifnya terhadap lingkungan pun semakin besar. dan khususnya t2.
Dengan jumlah penduduk di atas 1,5 juta jiwa dan
pertumbuhan ekonomi di atas 7% per tahun (2016),
sebanyak lebih dari 700 ton sampah ditangani oleh
pemerintah kota per harinya. Volume sampah ini
sangat membebani infrastruktur eksisting dan
kapasitas pengelolaan lokal serta menjadi masalah
yang cukup kompleks untuk diatasi oleh pemerintah
kota.

Salah satu isu penting di Kota Makassar adalah sistem


pengangkutan sampah yang belum efisien. Sistem
pengangkutan sampah mencakup lima komponen Gambar 1. Komponen Waktu Pengangkutan
yaitu jaringan jalan, rute pengangkutan, moda Sampah (t)
pengangkutan, jadwal pengangkutan dan sistem
informasi pendukung. Diantara kelima komponen Keterangan:
tersebut, moda pengangkut sampah merupakan
salah satu masalah utama. Untuk mengatasi hal t: total waktu yang dibutuhkan oleh 1 moda
ini, Pemerintah Kota Makassar mengoperasikan melayani hingga kontainer penuh (detik)
moda sampah Tangkasaki (singkatan dari Truk
Angkutan Sampah Kita) yang dilengkapi teknologi t1: waktu perjalanan dari lokasi parkir moda di TPA
waste tracking devices berbasis GIS dan customer ke rumah/lokasi sampah pertama (detik)
service berbasis online application. Saat ini terdapat
lebih dari 140 unit Tangkasaki yang tersebar di 14 t2: waktu yang diperlukan untuk memuat sampah
kecamatan di Kota Makassar. Dengan jumlah ini di satu titik (detik)
diharapkan kinerja pengangkutan menjadi lebih
t3: waktu perjalanan dari lokasi sampah pertama
efisien.
ke lokasi sampah berikutnya (detik)
Penelitian ini tertarik untuk mengevaluasi seberapa
t4: waktu perjalanan dari lokasi sampah terakhir ke
efisien kinerja Tangkasaki jika dibandingkan dengan
TPA (detik)
moda pengangkut sampah yang diaplikasikan di kota-
kota maju di dunia. Diharapkan dengan penelitian t5: waktu pembongkaran muatan sampah di TPA
ini dapat dihasilkan sebuah metode evaluasi yang (detik)
relatif komprehensif disertai rekomendasi untuk
perbaikan di masa depan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan sampah terdiri dari tujuh kegiatan


yaitu pemilahan, pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, pemanfaatan dan
pembuangan akhir. Efisiensi pada setiap kegiatan,
utamanya moda pengangkutan, merupakan hal
penting yang perlu diusahakan karena sangat
menentukan efisiensi pengelolaan sampah secara
keseluruhan. Gambar 2. Komponen waktu pemuatan
sampah (t2)
Kinerja moda pengangkut sampah yang baik
memiliki beberapa kriteria, diantaranya cepat, Keterangan:
berkapasitas besar, mudah dalam pengoperasian,
t2: waktu yang diperlukan untuk memuat sampah
membutuhkan seminim mungkin jumlah petugas,
di satu titik (detik)
kompatibel dengan desain bak sampah dan desain
jalan, dilengkapi dengan smart teknologi dan t2a: waktu yang diperlukan petugas untuk berjalan
sistem informasi, mudah dikenali oleh masyarakat, ke arah tempat/titik sampah (detik)

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 55
Vol.5 No. 01 Juni 2019

t2b: waktu yang diperlukan petugas untuk kan moda pengangkut mengakses bak-bak sampah
membawa dan menuangkan bak ke kontainer dengan mudah dan cepat.
(detik)
Pada truk model 1, 2 dan 3 diatas, terlihat alat
t2c: waktu yang diperlukan untuk mengembalikan pengerek robotik secara fleksibel menjangkau bak
bak sampah ke posisi semula (detik) sampah warga. Diperlukan hanya 1 orang petugas.
Pengepresan dilakukan secara automatic. Moda me-
t2d: waktu yang diperlukan untuk mengepres/ miliki kapasitas besar dan berwarna terang dileng-
mengatur sampah dalam kontainer (detik) kapi logo yang mudah dikenali. Konsekuensi dari
model ini yaitu bak sampah warga harus kompatibel
t2e: waktu yang diperlukan petugas untuk berjalan dengan moda pengangkut, dijejer rapi di pinggir ja-
kembali ke moda (detik). lan, dan lebar jalan harus cukup leluasa untuk moda
parkir dan sistem pengerek bekerja dengan sempur-
Hasil kajian terhadap 13 moda dalam penelitian ini
nan. Tingkat kerapihan pelayanan sangat baik, tidak
ditampilkan sebagai berikut.
terlihat ada sampah yang berserakan saat proses
pemuatan berlangsung. Perhitungan waktu t2 dimu-
lai sesaat setelah moda berhenti didepan bak/titik
sampah dan berakhir sesaat setelah moda siap ber-
jalan kembali. Nilai t2 yang diukur untuk masing-
masing model 1, 2, dan 3 secara berurut adalah 13,
11 dan 15 detik.

Truk model 4 ini mirip dengan model 1, 2, dan 3,


yang membedakan hanya pada kontainer kecil yang
menjadi penampungan sementara yang terletak di
depan hidung truk. Kontainer kecil ini memungkin
truk bergerak lebih cepat karena jarak penumpa-
han sampah oleh kait pengerek otomatik menjadi
lebih dekat dibandingkan jika bak langsung ditump-
ahkan ke dalam kontainer utama. Penumpahan dari
kontainer kecil ke kontainer utama dapat ditunda
setelah kontainer kecil penuh, yaitu setelah menam-
pung sekitar 3–5 bak sampah warga. Pengosongan
kontainer kecil ke kontainer utama membutuhkan
waktu hanya sekitar 20 detik. Proses pengepresan
dikendalikan secara secara automatic diruang ke-
mudi dan dapat berlangsung selagi truk berjalan.
Tingkat kerapihan pelayanan cukup baik, namun
masih terdapat resiko sampah berserakan saat
proses berlangsung. Nilai t2 model 4 adalah 6 detik.

Truk model 5 ini mirip dengan model 4, dimana ter-


dapat kontainer kecil di depan hidung truk namun
menggunakan kait pengerek berteknologi manual.
Hal ini mengharuskan petugas untuk turun dari truk,
menggeser bak sampah warga lalu mengaitkannya
ke pengerek dan menekan tombol pemuatan ke truk
Gambar 3. 13 Moda Pengangkut Sampah kontainer. Tingkat kerapihan pelayanan cukup baik,
di Kota-kota di dunia (t2) namun resiko sampah berserakan masih ada. Nilai
t2 model 5 adalah 29 detik.
Keterangan gambar:
Truk model 6 dan 7 ini mirip dengan model 5, memi-
Dari studi literatur dan studi banding memperlihat- liki kait pengerek yang dioperasikan secara manual.
kan bahwa kemajuan teknologi dan desain inovatif Kapasitas kontainer yang terbatas dan kontainer
pada moda pengangkut berpengaruh pada tinggin- yang didesain membuka pada sisi samping meng-
ya tingkat efisiensi pelayanan, disamping faktor haruskan pengepresan sampah dilakukan setiap kali
pemilihan rute, jadwal pengangkutan dan kualitas sampah selesai diangkut untuk menyediakan ruang
pelayanan jaringan jalan. Pemilihan rute tercepat bagi sampah berikutnya. Tombol pengepresan ter-
dan pengangkutan pada waktu pagi/subuh dan ten- dapat diluar bodi truk sehingga selama proses ber-
gah malam umumnya dilakukan untuk mengurangi langsung, petugas harus berada di luar truk untuk
perlambatan (delay time) akibat kepadatan volume mengawasi secara langsung dan siaga jika terdapat
lalu-lintas. Lebar jalan dan persimpangan didesain sampah yang berserakan keluar. Tingkat kerapihan
yang sesuai fungsi dan standar minimal memudah- pelayanan cukup baik, namun resiko sampah ber-

1 - 56 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

serakan cukup besar. Nilai t2 model 6 dan 7 secara kutan lebih lama, namun volume yang diangkut
berurut adalah 53 dan 70 detik. jauh lebih besar karena dimensi bak sampah warga
juga lebih besar. Nilai t2 model 11 adalah 40 detik.
Truk model 8 mirip dengan model 7, juga memiliki
kontainer samping namun dilengkapi kait pengerek Pada model 12, kontainer truk didesain dengan bu-
yang mampu mengerek dua bak sampah sekaligus kaan belakang dengan kait pengerek manual se-
sehingga lebih besar volume sampah yang dapat hingga dibutuhkan petugas untuk mengaitkannya
terangkut dalam satu waktu. Nilai t2 model 8 adalah ke bak sampah warga dan mengawasi selama pros-
43 detik. Selanjutnya adalah model 9 dan 10 yang es pengepresan berlangsung. Selanjutnya adalah
dilengkapi dengan kontainer kecil yang memanjang model 13 yang diaplikasi disalah satu kota di Je-
dan menyatu dengan bodi kanan truk. Model ini pang. Moda berukuran relatif kecil dengan kapasi-
memiliki kapasitas terbatas dan harus selalu diko- tas kontainer yang sangat terbatas namun didesain
songkan setiap kali pengangkutan berlangsung, sangat kompatibel dengan lebar jalan lingkungan
karenanya memakan waktu yang jauh lebih besar yang relatif sempit. Dioperasikan oleh 3 orang petu-
dibandingkan model 1. Idealnya dibutuhkan 2 petu- gas, termasuk pengemudi. Warga tidak menggu-
gas yaitu 1 orang pengemudi dan 1 petugas yang nakan bak sampah, plastik-plastik sampah diletak-
siaga mengawasi jika terdapat sampah yang tidak kan begitu saja di depan bangunan pada saat jadwal
terangkut sempurna. Tingkat kerapihan pelayanan pengangkutan tiba. Dua orang petugas memungut
cukup baik, namun resiko sampah berserakan relatif dengan cepat sampah di kiri dan kanan jalan den-
besar. Nilai t2 model 9 dan 10 secara berurut adalah gan menggunakan tangan dan memasukkannya ke
50 dan 65 detik. kontainer kendaraan yang dibiarkan tetap terbuka
selama proses berlangsung. Pengepresan dikenda-
Pada truk model 11, diperlukan tingkat kompati- likan pengemudi dan berlangsung terus-menerus.
bilitas yang sangat baik antara pengerek dan bak Nilai t2 model 13 adalah 30 detik.
sampah. Petugas harus menghentikan kendaraan
beberapa meter dari bak sampah, lalu turun berja- Berikut rangkuman karakteristik dan kinerja 13 je-
lan untuk mengatur bak sedemikian rupa sehingga nis moda yang menjadi model studi banding pada
tuas pengerek dapat pas masuk ke lubang kanan penelitian ini.
dan kiri bak. Petugas kemudian mengemudikan truk
maju menghampiri bak, mengerek bak ke atas dan
menumpahkannya langsung ke kontainer utama.
Setelah bak diturunkan dan tuas pengerek dilepas-
kan, petugas kemudian mengemudikan truk mun-
dur ke belakang dan menghentikannya, lalu turun
berjalan kaki untuk mengembalikan bak ke posisi
semula. Pengaturan ini menjadikan waktu pengang-

Tabel 1. Karakteristik & Kinerja Moda Pengangkut Sampah Model 1 s/d 7


Model pembanding
No Karakteristik Moda
1 2 3 4 5 6 7
1 Arah pemuatan Samping Samping Samping Depan Depan Samping Samping
2 Teknologi Pengerek Robotik Robotik Robotik Robotik Semi Semi Semi
3 Sistem Pengepresan Otomatik Otomatik Otomatik Otomatik Otomatik Otomatik Otomatik
4 Kapasitas sekali muat kg) ± 10 ± 10 ± 10 ± 10 ± 10 ± 10 ± 10
5 Jumlah petugas 1 1 1 1 1 1 1
6 Kompatibilitas dgn jalan Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
7 Kompatibilitas dengan bak Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
8 Sampah berserak (%) 0 0 0 <3 <5 <5 <3
9 Waktu persiapan 0 0 0 0 ± 10 ± 10 ± 10
(t2-a + t2-e) (detik)
10 t2 (detik) ± 13 ± 11 ± 15 ±6 ± 29 ± 53 ± 70
11 E1 (detik/kg) 1.3 1.1 1.5 0.6 2.9 5.3 7.0
12 E2 (detik/kg.petugas) 1.3 1.1 1.5 0.6 2.9 5.3 7.0
13 E3 (detik.petugas/kg) 1.3 1.1 1.5 0.6 2.9 5.3 7.0
14 Sistem informasi * * * * * * *
15 Moda dikenali Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah
16 Petugas dikenali Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah

Sumber: Penulis, 2017

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 57
Vol.5 No. 01 Juni 2019

Tabel 2. Karakteristik & Kinerja Moda Pengangkut Sampah


Model 8 s/D 13
Model pembanding
No Karakteristik Moda
8 9 10 11 12 13
1 Arah pemuatan Samping Samping Samping Depan Belakang Belakang
2 Teknologi Pengerek Semi Manual Manual Otomatik Semi Manual
3 Sistem Pengepresan Otomatik Otomatik Otomatik Otomatik Otomatik Otomatik
4 Kapasitas sekali muat ± 20 ± 10 ± 10 ± 20 ± 10 ± 30
Kg)
5 Jumlah petugas 1 1 1 1 1 3
6 Kompatibilitas dgn jalan Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
7 Kompatibilitas dgn bak Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tidak
8 Sampah berserak (%) <3 <5 <5 <5 <3 0
9 Waktu persiapan ± 10 ± 10 ± 10 ± 20 ± 10 0
(t2-a + t2-e) (detik)
10 t2 (detik) ± 43 ± 50 ± 65 ± 40 ±50 ± 30
11 E1 (detik/kg) 4.3 5.0 6.5 4.0 5.0 3.0
12 E2 (detik/kg.petugas) 4.3 5.0 6.5 4.0 5.0 1.0
13 E3 (detik.petugas/kg) 4.3 5.0 6.5 4.0 5.0 3.0
14 Sistem informasi * * * * * *
15 Moda dikenali Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah
16 Petugas dikenali Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah
Sein (yaitu kinerja Tangakasaki saat ini) dengan
das Sollen (kinerja moda-moda yang dijadikan
pembanding). Total waktu penelitian adalah 3 bulan,
3. METODE PENELITIAN yaitu dari Juli hingga Oktober 2017.

Penelitian ini tertarik untuk mengevaluasi kinerja 3.1. Indikator Penilaian Berdasarkan Hasil
Tangkasaki. Data yang dibutuhkan didapatkan dari Studi Banding
studi literatur dan survei lapangan. Indikator dan
bobot penilaian disusun berdasarkan studi banding Berikut Tabel 3, indikator ideal (das Sollen) yang
moda-moda pengangkut sampah yang diaplikasi di disusun berdasarkan hasil studi banding pada Tabel
kota-kota maju yang dianggap relatif efisien saat 1 dan 2 yang nantinya digunakan sebagai dasar
ini. Metode perbandingan dilakukan antara das penilaian kinerja Tangkasaki.
Tabel 3. Indikator Penilaian Kinerja Moda
Pengangkut Sampah
Bobot Penilaian
No Karakteristik Moda
3 2 1
1 Arah pemuatan Depan Samping Belakang
2 Teknologi pengerek sampah Robotik Semi Manual
3 Sistem pengepresan Automatic Manual Tidak ada
4 Kapasitas sekali muat (kg) ≥30 10 < X < 30 ≤10
5 Minimal jumlah petugas termasuk driver 1 2-3 ≥3
6 Kompatibilitas dengan desain & lebar Tinggi Cukup Rendah
jalan
7 Kompatibilitas dengan desain bak sam- Tinggi Cukup Rendah
pah
8 Sampah berserakan (%) 0 <5 >5
9 Waktu persiapan (t2-a + t2-e) (detik) 0 ± 10 > ± 10
10 Total waktu pemuatan (t2) (detik) ≤ 25 25 < X < 50 ≥ 50
11 E1 (detik/kg) ≤ 1.2 1.2 < X < 2.4 ≥ 2.4
12 E2 (detik/kg.petugas) ≤ 1.5 1.5 < X < 3.0 ≥ 3.0
13 E3 (detik.petugas/kg) ≤ 2.0 2.0 < X < 5.0 ≥ 5.0
14 Sistem informasi pendukung Web, In- Web, Call tidak ada
teractive centre
15 Moda dapat dengan mudah dikenali Mudah Cukup mudah Tidak mudah
16 Petugas dapat dengan mudah dikenali Mudah Cukup mudah Tidak mudah
Penilaian terhadap kinerja moda pengangkut sampah secara umum:
A, jika pada kolom 3 terdapat lebih banyak indikator yang sesuai,
B, jika pada kolom 2 terdapat lebih banyak indikator yang sesuai, dan
C, jika pada kolom 1 terdapat lebih banyak indikator yang sesuai.

1 - 58 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

menjadikan efisiensi kerja lebih tinggi (0.3 detik/


E1= t2/K
kg.petugas), bahkan jika dibandingkan dengan
model 4 yang menggunakan sistem pemuatan full
Efisiensi moda pengangkutan dalam hal waktu: automatic yang membutuhkan hanya 1 petugas saja
Keterangan: (0.6 detik/kg.petugas). Sistem ini sepertinya men-
guntungkan pada kawasan padat penduduk dengan
E1 : Efisiensi dalam waktu dan kapasitas (detik/ model perumahan vertikal dan multi unit misalnya
titik atau detik/kg) apartemen. Ketika semua sampah dari lantai-lantai
atas ditumpuk di satu titik di lantai dasar, petugas
t2 : Waktu pemuatan (detik) dapat dengan sigap mengambilnya sekaligus dan
disaat yang sama dapat pula melayani bangunan-
K : Jumlah titik sampah yang terlayani (per titik bangunan lainnya yang saling berdekatan seperti
bisa 1 atau lebih rumah, per rumah bisa yang terlihat pada model 13. Namun, pada kawasan
sekitar 10 kg) dengan kepadatan rendah dengan model peruma-
han single houses dengan volume sampah yang
Contoh moda pada model 7 dengan t2 terbesar:
juga relatif rendah seperti pada kondisi yang terlihat
pada model 1, 2, 3, dan 4, jumlah petugas yang
E1 = 70 detik/1 titik, dimana 1 titik terdapat ±10
banyak dapat menjadi kurang efisien karena kurang
Kg maka = 7 detik/kg
mempengaruhi waktu dan volume sampah yang ter-
Bandingkan dengan model 13 dengan petugas muat. Jumlah petugas yang besar juga membawa
terbanyak: dampak pada peningkatan biaya operasional.
E3 =E1 ×Op
E1 = 30 detik/3 titik = 10 detik/titik atau 1 detik/
kg Efisiensi moda pengangkutan dalam hal waktu dan
jumlah petugas:
Bandingkan pula dengan model 4 dengan t2
terkecil: Keterangan:

E1 = 6 detik/ 1 titik = 6 detik/titik atau 0.6 detik/ E3 : Efisiensi dalam hal waktu dan jumlah petugas
kg (detik.petugas/kg)

Semakin besar t2 maka semakin rendah tingkat Contoh moda pada model 7 dengan hanya 1
efisiensi suatu moda pengangkut. Efisiensi moda petugas namun t2 terbesar:
dalam hal jumlah petugas didapatkan sebagai
E3 = 7 detik/kg x 1 petugas = 7 detik.petugas/kg
E2 =E1/Op
Bandingkan dengan model 13 dengan petugas
berikut:
terbanyak dan volume pemuatan terbesar:
Keterangan:
E3 = 1 detik/kg x 3 petugas = 3 detik.petugas/kg
E2 : Efisiensi dalam hal waktu, kapasitas dan
Bandingkan pula dengan model 4 dengan petugas
petugas (detik/kg.petugas)
paling sedikit dan t2 terendah:
E1 : Efisiensi dalam waktu dan kapasitas (detik/kg)
E3 = 0.6 detik/kg x 1 petugas = 0.6 detik.petugas/
kg
Op : Jumlah minimal petugas (petugas)
Semakin lama waktu yang dibutuhkan dan semakin
Contoh moda pada model 7 dengan 1 petugas:
banyak petugas yang terlibat dalam proses
E2 = 7 detik/kg /1 petugas = 7 detik/kg.petugas pemuatan maka semakin menurun efisiensi kinerja
dari moda pengangkut dan membawa konsekuensi
Bandingkan dengan model 13 dengan 3 petugas: pada semakin besarnya biaya operasional yang
dibutuhkan. Model 4 adalah yang terefisien diantara
E2 = 1 detik/kg /3 petugas = 0.3 detik/kg.petugas 13 moda yang dijadikan pembanding dalam
penelitian ini.
Bandingkan pula dengan model 4 dengan hanya 1
petugas:

E2 = 0.6 detik/kg /1 petugas = 0.6 detik/kg.petugas

Jumlah petugas yang banyak berpotensi memper-


cepat proses pemuatan sampah. Dari perhitun-
gan diatas terlihat pada model 13 bahwa 3 petu-
gas meski dengan sistem pemuatan manual dapat

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 59
Vol.5 No. 01 Juni 2019

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

(1) (2) (3)

Gambar 4. Truk Tangkasaki Kota Makassar dan Aplikasi Online untuk Users
Sumber: (1) dan (2) oleh penulis, 2017. (3) web resmi Tangkasaki

Gambar 5. Hasil survei di 9 titik pemuatan sampah Tangkasaki

TTangkasaki adalah kendaraan pengangkut sampah sampah ke dalam kontainer dan 1 orang lainnya
hasil modifikasi yang tidak standar seperti umumnya berada di dalam kontainer untuk memilah dan
truk sampah lainnya. Moda ini tidak dilengkapi mengatur sampah yang masuk agar terdapat ruang
alat pengerek dan teknologi pengepresan. Seluruh untuk sampah berikutnya. Berikut hasil survei di
proses dari A sampai Z dilakukan secara manual 9 titik pemuatan sampah Tangkasaki, malam hari
dan membutuhkan minimal 3-5 petugas: 1 orang dengan 3 petugas. Seluruh foto diambil oleh penulis
sebagai pengemudi, 2-3 orang bertugas memuat dan seluruh keterangan ditambahkan oleh penulis.

1 - 60 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

Di titik 1 terlihat t2 lebih lama namun karena petu- Di titik 4, 9 dan sering terlihat di titik-titik lain-
gas dibantu oleh beberapa warga yang datang mem- nya, beberapa warga tidak memiliki bak sampah
bawa bak sampahnya sehingga proses menjadi lebih sehingga petugas harus memungut sampah yang
singkat. Di titik ini sekitar 5 rumah yang terlayani. berserakan satu demi satu dan ini menjadikan wak-
Di titik 2 dan 3 terlihat petugas termasuk pengemu- tu pemuatan sampah menjadi lebih lama. Untuk
di turun mengambil bak sampah dari rumah-rumah menghemat waktu, seringkali sampah-sampah ke-
Table 3. Hasil Survei dan Analisis Efisiensi Tangkasaki

Jumlah E1 E3
Titik K t2 (de- Op E2
rumah (detik/ (detik.pet/
Survei (kg) tik) (pet) (detik/kg.pet)
per titik kg) kg)
1 5 ±40 ±425 3 10.6 3.5 31.9
2 7 ±50 ±558 3 11.2 3.7 33.5
3 3 ±10 ±70 3 7.0 2.3 21.0
4 3 ±10 ±80 3 8.0 2.7 24.0
5 5 ±50 ±145 3 2.9 1.0 8.7
6 3 ±40 ±65 3 1.6 0.5 4.9
7 1 ±10 ±43 3 4.3 1.4 12.9
8 1 ±10 ±20 3 2.0 0.7 6.0
9 1 ±10 ±40 3 4.0 1.3 12.0
Nilai 160.7 3 5.7 1.9
17.2
rata-rata

Tabel 4. Penilaian Efisiensi Kinerja Moda Pengangkut Sampah Tangkasaki

No Indikator Penilaian 3 2 1
1 Arah pemuatan Depan Samping Belakang
2 Teknologi pengerek sampah Robotik Semi Manual
3 Sistem pengepresan Otomatik Manual Tidak ada
4 Kapasitas sekali muat (1 bak=±10 kg) ≥30 10 < X < 30 ≤10
(Kg)
5 Minimal jumlah petugas termasuk driver 1 2 ≥3
6 Kompatibilitas dengan desain & lebar Tinggi Cukup Rendah
jalan
7 Kompatibilitas dengan desain bak sampah Tinggi Cukup Rendah
8 Sampah berserakan (%) 0 <5 >5
9 Waktu persiapan (t2-a + t2-e) (detik) 0 ± 10 > ± 10
10 Total waktu pemuatan (t2) (detik) ≤ 25 10 < X < 50 ≥ 50
11 E1 (detik/kg) ≤ 1.2 1.2 < X < 2.4 ≥ 2.4
12 E2 (detik/kg.petugas) ≤ 1.2 1.2 < X < 2.4 ≥ 2.4
13 E3 (detik.petugas/kg) ≤ 1.2 1.2 < X < 2.4 ≥ 2.4
14 Sistem informasi pendukung Web, Interac- Web, Call tidak ada
tive centre
15 Moda dapat dengan mudah dikenali Mudah Cukup mudah Tidak mudah
16 Petugas dapat dengan mudah dikenali Mudah Cukup mudah Tidak mudah
Penilaian terhadap kinerja moda pengangkut sampah secara umum:

A. jika pada kolom 3 terdapat lebih banyak indikator yang sesuai,

B. jika pada kolom 2 terdapat lebih banyak indikator yang sesuai, dan

C. jika pada kolom 1 terdapat lebih banyak indikator yang sesuai.

warga, dibantu oleh warga dan tukang parkir. Waktu cil tidak diangkut namun dibiarkan tetap tergeletak.
terlama adalah waktu yang dibutuhkan petugas un- Pada titik 7 dan sering terjadi di titik-titik lainnya,
tuk berjalan ke rumah-rumah warga (t2a) yang ke- beberapa warga meletakkan bak sampah mereka di
banyakan berada di dalam dalam rumah atau di dalam pagar yang tertutup,
sehingga petugas harus berjalan panjang dan ber-
lorong, membawa bak sampah ke kontainer truk teriak menginformasikan keberadaan mereka dan
(t2a) dan membawanya kembali ke rumah warga agar warga keluar membawa sampahnya. Sering
(t2c) dan berjalan kembali ke moda (t2e). Di titik 2 terlihat tukang parkir jalanan atau satpam setem-
dan 4 ini sekitar 8–10 rumah terlayani. pat membantu membawakan sampah warga ke truk

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 61
Vol.5 No. 01 Juni 2019

pengangkut untuk mempercepat proses pemuatan. Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
Ini menunjukkan bahwa jumlah 3 petugas kurang 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penen-
memadai. Dengan kondisi eksisting yang demikian, tuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pe-
dibutuhkan minimal 5 petugas untuk mempercepat nataan Ruang, Perumahan dan Permukiman
proses pengangkutan. dan Pekerjaan Umum.

Untuk memudahkan dan mempercepat t2 di SNI 3242-2008 Tentang Tata Cara Pengelolaan Sam-
sepanjang rute pengangkutan, pintu kontainer truk pah di Permukiman.
dibiarkan tetap terbuka, sementara 2 petugas yang
bergelantungan di belakangnya bersiaga untuk Sumber foto dan video studi banding beragam moda
naik turun memuat sampah dan memastikan tidak pengangkut sampah:
ada sampah yang berceceran. Karena kapasitas
kontainer relatif kecil untuk skala kota, moda harus Thrash ‘N’ Trash Productions (27 Maret 2015).
bolak balik ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Garbage Trucks: On Route, In Action! Vid-
beberapa kali dalam sehari untuk bongkar muat eo di unggah di https://www.youtube.com/
sampah. Di titik 9, total t2 adalah 80 detik. Hasil watch?v=LTUjiLxzDQs (terakhir di akses
survei dan evaluasi efisiensi Tangkasaki dirangkum tanggal 25 Oktober 2017)
pada tabel 3 dan 4 (ditunjukkan oleh kotak yang di
Thrash ‘N’ Trash Productions (14 Januari 2014).
diberi warna).
Waste Management Garbage Trucks. Vid-
5. KESIMPULAN DAN SARAN eo di unggah di https://www.youtube.com/
watch?v=HsEI3sx2Jds (terakhir di akses
5.1. Kesimpulan tanggal 25 Oktober 2017)

Hasil survei menunjukkan nilai t2 Tangkasaki 3amrepmike3 (22 November 2012). Garbage Day
berkisar antara 20-558 detik dengan nilai rata- (2012) Part 2.
rata t2=160.7detik, E1=5.7detik/kg, E2=1.9detik/
Video diunggah di https://www.youtube.com/
kg.petugas, dan E3=17.2detik.petugas/kg. Nilai ini
watch?v=UNWD_1iaGf0 (terakhir di akses
relatif sangat besar jika dibandingkan dengan moda
tanggal 25 Oktober 2017)
level A yang berteknologi robotic dan full automatic
yang hanya membutuhkan t2=6detik, E1=0.6detik/ WasteManTony (19 Desember 2016). A Brand
kg, E2=0.6 detik/kg.petugas, dan E3=0.6detik. New Garbage Truck on Route AY-4. Video
petugas/kg. Hasil evaluasi terhadap 15 karakteristik diunggah di https://www.youtube.com/
menunjukkan pelayanan Tangkasaki berada pada watch?v=gqMUcj8dN7w (terakhir di akses
level C (bahkan bisa jadi lebih rendah). tanggal 25 Oktober 2017)
5.2. Saran Trashman242 (3 Agustus 2015). DSNY – New York’s
Garbage Trucks. Video diunggah di https://
Penelitian merekomendasikan agar Kota Makassar
www.youtube.com/watch?v=eQe_hPd73Fs.
mempertimbangkan penggantian Tangkasaki
(terakhir di akses tanggal 25 Oktober 2017)
dengan moda berkinerja level A atau minimal
B. Penghematan waktu dapat membuka potensi
perluasan zona pelayanan. Kerjasama warga sangat
diperlukan dalam hal penyediaan bak- bak sampah
pribadi yang kompatibel dengan moda pengangkut
dan dalam peletakannya di pinggir jalan saat
j a d w a l p e n g a n g k u t a n t i b a agar memudahkan
petugas bekerja dengan cepat. Implementasi
penjadwalan dan sistem informasi pendukungnya
dibutuhkan agar warga dapat mempersiapkan
kontribusinya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Friedrich, Markus. Multimodal Transportation


Planning, Compedium Master of Infrastructure
Planning (2003/2004), Institute fuer Strassen-
und Verkehrswesen, Universitaet Stutggart.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah


Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan.
2003. Pedoman pengelolaan Persampahan
Perkotaan.

1 - 62 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

EVALUASI pemenuhan spm jalan tol


sebagai wujud akuntabilitas pemerintah

Diki Zulkarnaen

Widyaiswara Ahli Muda


Balai Diklat PUPR Wilayah III Jakarta, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: zulkarnaen204@yahoo.com

Abstract

Responsibility is an obligation to be responsible, while accountability is an obligation of responsibility that


must be achieved. Accountability aspects are in the form of a relationship, results oriented, require reports,
require consequences, and improve performance. Accountability could be seen from the perspective of ac-
countability and accountability mechanisms. Minimum Service Standard (SPM) is a provision regarding the
type and quality of mandatory minimum basic services that is obtained by each citizen. SPM is structured as
a means for the Government to ensure access and quality of basic services provided to the community can
be fulfilled. The preparation of SPM must be simple, concrete, easy to measure, open, affordable and ac-
countable, and have a deadline for achievement. Fulfillment of SPM for toll roads based on Minister of Public
Works Regulation Number 16 of 2014, concerning Toll Road SPM. SPM toll roads have 8 service substances,
those are toll road conditions, average travel speed, accessibility, mobility, safety, rescue units and service
assistance, environment, and Rest / Rest and Service Area. Fulfilling the SPM value is very related to the
level of toll road services, so that the results of this fulfillment can be considered as a result of the perfor-
mance of a toll road. In this paper, we will discuss the fulfillment of SPM as a form of government account-
ability and recommendations to improve the effectiveness and efficiency of SPM compliance evaluation.

Keywords: accountability, SPM, evaluation, performance, tol tariff

Abstrak

Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggung jawaban yang harus dicapai. Aspek-aspek akuntabilitas berupa sebuah hubungan, berorien-
tasi pada pada hasil, membutuhkan adanya laporan, memerlukan konsekuensi, dan memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas dapat dilihat dari perspektif mekanisme akuntabilitas maupun tingkatan akuntabilitas. Stan-
dar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang meru-
pakan urusan wajib yang diperoleh oleh setiap warga secara minimal . SPM disusun sebagai sarana bagi
Pemerintah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar yang diberikan kepada masyarakat dapat
terpenuhi. SPM yang disusun harus bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan
dapat dipertanggung jawabkan, serta mempunyai batas waktu pencapaian. Pelaksanaan pemenuhan SPM
untuk jalan tol mengacu pada Peraturan Menteri PU Nomor 16 Tahun 2014, tentang SPM Jalan Tol. SPM
jalan tol memiliki 8 substansi pelayanan, yaitu kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksessibilitas,
mobilitas, keselamatan, unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan, lingkungan, dan Tempat
Istirahat/Tempat Istirahat dan Pelayanan. Pemenuhan nilai SPM berkaitan erat dengan tingkat pelayanan
jalan tol, sehingga hasil pemenuhan ini dapat dianggap sebagai hasil kinerja suatu ruas jalan tol. Dalam
jurnal ini dibahas Pemenuhan SPM Jalan Tol sebagai wujud akuntabiltas pemerintah dan rekomendasi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi evaluasi pemenuhan SPM Jalan Tol.

Kata Kunci: akuntabilitas, SPM, evaluasi, kinerja, tarif tol

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 63
Vol.5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN SPM Jalan Tol merupakan wujud akuntabilitas


pemerintah di dalam peningkatan pelayanan kepada
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, masyarakat, khususnya masyarakat pengguna jalan
yang terlintas adalah sesuatu yang sangat tol.
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas Selama ini, evaluasi pemenuhan SPM dilaksanakan
sering disamakan dengan responsibilitas atau oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan Badan
tanggung jawab. Responsibilitas adalah kewajiban Usaha Jalan Tol (BUJT), serta belum sepenuhnya
untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas melibatkan Ditjen Bina Marga. Sementara itu sebagai
adalah kewajiban pertanggung jawaban yang harus unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap
dicapai (Lembaga Administrasi Negara, 2015). pembinaan penyelenggaraan jalan nasional,
termasuk jalan tol, Ditjen Bina Marga memiliki
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap Direktorat kompetensi untuk melaksanakan evaluasi
individu, kelompok, termasuk institusi pemerintah SPM. Selain itu Ditjen Bina Marga pun membawahi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi Balai-Balai Pelaksanaan Jalan Nasional yang
amanahnya, antara lain adalah: tersebar di seluruh Indonesia sehingga mempunyai
kapasitas untuk melaksanakan evaluasi SPM Jalan
A. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan Tol di seluruh Indonesia.
benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara
kepentingan publik dengan kepentingan sektor, 2. TINJAUAN PUSTAKA
kelompok, dan pribadi;
2.1. Aspek-Aspek Akuntabilitas
B. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk
menghindari dan mencegah keterlibatan dalam Aspek-aspek akuntabilitas (Lembaga Administrasi
politik praktis; Negara, 2015) adalah sebagai berikut:

C. Memperlakukan warga negara secara adil di A. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Account-
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan abilityis a relationship)
pelayanan publik;
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua
D. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten pihak antara individu/kelompok/institusi dengan
dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan
pemerintahan. bertanggung jawab memberikan arahan yang
memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Di sisi
2005, tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan lain, individu/kelompok/institusi bertanggung jawab
Standar Pelayanan Minimal, Standar Pelayanan untuk memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab
Minimal (SPM) adalah suatu ketentuan tentang itu, dalam akuntabilitas, hubungan yang terjadi
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan adalah hubungan yang bertanggung jawab antara
urusan wajib yang diperoleh oleh setiap warga kedua belah pihak.
secara minimal. SPM terdiri atas indikator-indikator
yang merupakan tolok ukur prestasi kuantitatif dan B. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Account-
kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan ability is results oriented)
besaran sasaran yang akan dipenuhi dalam
pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah
proses, hasil atau manfaat pelayanan. Pelayanan perilaku aparat pemerintah yang bertanggung
dasar yang dimaksud adalah jenis pelayanan publik jawab, adil dan inovatif. Dalam konteks ini,
yang mendasar dan mutlak harus dipenuhi untuk setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk
kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan
ekonomi dan pemerintahan. kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil
SPM disusun sebagai sarana bagi Pemerintah untuk yang maksimal.
menjamin akses dan mutu pelayanan dasar yang
diberikan kepada masyarakat dapat terpenuhi. SPM C. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
yang disusun harus bersifat sederhana, konkrit, (Accountability requires reporting)
mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat
dipertanggung jawabkan, serta mempunyai batas Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
waktu pencapaian. SPM dikembangkan sesuai Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu
dengan perkembangan kebutuhan, prioritas dan menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang
kemampuan keuangan nasional serta kemampuan telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta
kelembagaan dan personil dalam bidang mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan
bersangkutan. Salah satu pemenuhan SPM adalah proses yang telah dilakukan. Dalam birokrasi, bentuk
Pemenuhan SPM Jalan Tol. Evaluasi pemenuhan akuntabilitas setiap individu berwujud suatu laporan
yang didasarkan pada kontrak kerja, sedangkan

1 - 64 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

untuk institusi adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Kinerja Instansi Pemerintah). Akuntabilitas vertikal adalah pertanggung jawaban
atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih
D. Akuntabilitas memerlukan konsekuesi (Account- tinggi, misalnya pertanggung jawaban Dinas
ability is meaningless without consequences). Kabupaten/Kota kepada Kepala Daerah, kemudian
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat.
menunjukkan tanggung jawab, dan tanggung Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat
jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi pemerintah untuk melaporkan kepada publik.
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi. Misalnya, pelaksanaan pemilu, referendum, dan
berbagai mekanisme akuntabilitas publik yang
E. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountabil- melibatkan tekanan dari warga. Akuntabilitas
ity improves performance). Tujuan utama dari horizontal adalah pertanggungjawaban kepada
akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kiner- masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan
ja PNS dalam memberikan pelayanan kepada pejabat pemerintah untuk melaporkan kepada para
masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas pejabat lainnya dan lembaga negara. Contohnya
yang bersifat proaktif (proactive accountability), adalah Komisi Pemilihan Umum dan Komisi
akuntabilitas dimaknai sebagai sebuah hubun- Pemberantasan Korupsi yang independen
gan dan proses yang direncanakan untuk men-
capai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, Akuntabilitas di dalam evaluasi pemenuhan SPM Ja-
penempatan sumber daya yang tepat, dan evalu- lan Tol merupakan akuntabilitas vertikal dan juga
asi kinerja. Dalam hal ini proses setiap indivi- horizontal. Akuntabilitas vertikal dalam arti meru-
du/kelompok/institusi akan diminta pertanggung pakan bentuk pertanggung jawaban Menteri PUPR
jawaban secara aktif yang terlibat dalam proses sebagai penanggung jawab penyelenggara urusan
evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja. pemerintahan di bidang jalan kepada Presiden.
Akuntabilitas horizontal berarti bentuk pertanggung
2.2. Pentingnya Akuntabilitas jawaban Kementerian PUPR kepada masyarakat di
dalam peningkatan pelayanan jalan tol. Pemenuhan
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi
nilai SPM ini berkaitan erat dengan tingkat pelay-
yang berlaku pada setiap level organisasi sebagai
anan jalan tol, sehingga hasil pemenuhan ini dapat
suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
dianggap sebagai hasil kinerja suatu ruas jalan tol.
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada
atasannya. 2.3. Mekanisme Akuntablitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas
(Bovens, 2007), yaitu: tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara
berbeda-beda dari setiap anggota organisasi hingga
A. Penyediaan kontrol demokratis (peran demokrasi)
membentuk perilaku yang berbeda-beda pula.
dengan membangun sistem yang melibatkan
Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara
stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk
lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi,
masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif
sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV,
dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik
fingerprints). Untuk memenuhi terwujudnya
ditingkat kementrian, lembaga maupun daerah);
organisasi sektor publik yang akuntabel, maka
B. Pencegahan korupsi dan penyalahgunaan mekanisme akuntabilitas harus mengandung
kekuasaan (peran konstitusional); dimensi sebagai berikut (Lembaga Administrasi
Negara, 2015).
C. Peningkatkan efisiensi dan efektivitas
A. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah for probity and legality). Akuntabilitas hukum
dengan aparat birokrasi, serta antara pemerintah terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan
dengan masyarakat. Kontrak antara kedua belah peraturan yang diterapkan.
pihak tersebut memiliki ciri antara lain: Pertama,
akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian B. Akuntabilitas proses (process accountability).
yang bukan bagian dari tanggung jawabnya. Kedua, Akuntabilitas proses terkait dengan prosedur
akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran yang digunakan dalam melaksanakan
sosial dua arah antara yang menuntut dan yang tugas apakah sudah cukup baik dalam hal
menjadi bertanggungjawabnya. Ketiga, hubungan kecukupan sistem informasi akuntansi,
akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan sistem informasi manajemen, dan prosedur
struktural (pemerintah dan publik) yang dapat administrasi. Akuntabilitas ini diterjemahkan
dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk melalui pemberian pelayanan publik yang
menuntut jawaban. cepat, responsif, dan murah. Pengawasan dan
pemeriksaan akuntabilitas proses dilakukan
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam yaitu untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi dan
akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan nepotisme.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 65
Vol.5 No. 01 Juni 2019

C. Akuntabilitas program (program accountability). masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.
Akuntabilitas ini dapat memberikan pertimbangan Jadi akuntabilitas stakeholder adalah tanggung
apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, jawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan
dan apakah ada alternatif program lain yang pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan
memberikan hasil maksimal dengan biaya bermartabat.
minimal.
Evaluasi Pemenuhan SPM Jalan Tol merupakan
D. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability). tingkatan akuntabilitas organisasi berupa
Akuntabilitas ini terkait dengan pertanggung pertanggung jawaban pemerintah dalam hal ini
jawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil Kementerian PUPR melalui LAKIP yang berisi
terhadap DPR dan masyarakat luas. capaian-capaian kinerja Kementerian PUPR.

Evaluasi Pemenuhan SPM Jalan Tol dari sisi dimensi


akuntabilitas merupakan dimensi akuntabilitas
kebijakan dan juga akuntabilitas program.
Akuntabilitas program berupa pertanggung
jawaban program pemerintah kepada masyarakat.
Akuntabilitas kebijakan berupa pertanggung
jawaban kebijakan pemerintah kepada masyarakat
luas.

2.4. Tingkatan Akuntabilitas

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda


yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi,
dan akuntabilitas stakeholder.

A. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability).


Gambar 1. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai
yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, (Sumber : Lembaga Administrasi Negara, 2015)
integritas, moral dan etika. Pribadi yang akunta- Evaluasi Pemenuhan SPM jalan tol di Indonesia
bel adalah yang menjadikan dirinya sebagai ba- mengacu pada Peraturan Menteri PU Nomor 16 Ta-
gian dari solusi dan bukan masalah. hun 2014, tentang Standar Pelayanan Minimal Ja-
lan Tol. SPM jalan tol ini memiliki 8 (delapan) sub-
B. Akuntabilitas Individu. Akuntabilitas individu stansi pelayanan, yaitu kondisi jalan tol, kecepatan
mengacu pada hubungan antara individu dan tempuh rata-rata, aksessibilitas, mobilitas, kesela-
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS den- matan, unit pertolongan/penyelamatan dan ban-
gan instansinya sebagai pemberi kewenangan. tuan pelayanan, lingkungan, dan Tempat Istirahat/
Pemberi kewenangan bertanggung jawab untuk Tempat Istirahat dan Pelayanan. Masing-masing
memberikan arahan yang memadai, bimbingan, Substansi pelayanan memiliki indikator yang akan
dan sumber daya serta menghilangkan hambatan diukur dan harus dipenuhi oleh ruas jalan tol dalam
kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara upaya memenuhi nilai SPM. Pemenuhan nilai SPM
bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung ini berkaitan erat dengan tingkat pelayanan jalan tol
jawabnya. sehingga hasil pemenuhan dapat dianggap sebagai
hasil kinerja suatu ruas jalan tol. SPM Jalan Tol ini
C. Akuntabilitas Kelompok. Kinerja sebuah institusi
wajib dipenuhi oleh BUJT dalam rangka pelayanan
biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok.
kepada pengguna jalan tol. Standar Pelayanan Min-
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelom-
imal Jalan Tol dievaluasi secara berkala setiap 6
pok, maka pembagian kewenangan dan seman-
(enam) bulan berdasarkan hasil pengawasan fungsi
gat kerjasama yang tinggi antar berbagai kelom-
dan manfaat yang dilaksanakan oleh Kementerian
pok yang ada dalam sebuah institusi memainkan
PUPR. Dengan terbitnya Permen PUPR No 6 tahun
peranan yang penting dalam tercapainya kinerja
2018 tentang Wewenang dan Tugas Ditjen Bina
organisasi yang diharapkan.
Marga, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), dan Badan
D. Akuntabilitas Organisasi. Akuntabilitas organisa- Usaha Jalan Tol (BUJT) di dalam Penyelenggaraan
si mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang Jalan Tol, maka evaluasi Pemenuhan SPM dilak-
telah dicapai, baik pelapora yang dilakukan oleh sanakan oleh BPJT berupa evaluasi pengoperasian
individu terhadap organisasi/institusi maupun dan Ditjen Bina Marga berupa evaluasi teknis. Ber-
kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya. dasarkan hasil evaluasi tersebut, BUJT dapat mem-
peroleh penyesuain tarif tol setiap 2 tahun mengacu
E. Akuntabilitas Stakeholder. Stakeholder yang di- pada UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan PP
maksud adalah masyarakat umum, pengguna Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol.
layanan, dan pembayar pajak yang memberikan

1 - 66 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

3. METODE PENELITIAN sebagai berikut :

Metode yang digunakan di dalam studi ini adalah A. Kondisi Jalan Tol, yang meliputi indikator di per-
metode deskriptif untuk menjelaskan konsep akunt- kerasan alur utama, drainase, median, dan bahu
abilitas pemerintahan, proses pemenuhan SPM Ja- jalan, yang mencakup seluruh ruas jalan tol.
lan Tol, serta relasi antara konsep akuntabilitas dan
pelaksanaan pemenuhan SPM. Studi ini menggu- 1. Indikator perkerasan utama berupa kekesa-
nakan literatur-literatur dan peraturan perundangan tan, ketidak rataan, tidak ada lubang, tidak
yang relevan. ada rutting (alur), dan tidak ada retak. In-
dikator ini mencakup seluruh ruas jalan tol.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu toleransi pemenuhan berkisar antara
2x24 jam sampai dengan 1 minggu.
Dari hasil penelaahan didapatkan hasil bahwa
Akuntabilitas dalam Evaluasi pemenuhan SPM 2. Indikator pada drainase berupa tidak ada
Jalan Tol merupakan akuntabilitas vertikal dan dan endapan dan penampang saluran berfungsi.
sekaligus juga merupakan akuntabilitas horizontal. Indikator ini mencakup seluruh ruas jalan tol,
Akuntabilitas vertikal dalam arti merupakan bentuk dengan waktu pemenuhan toleransi 1 min-
pertanggung jawaban Menteri PUPR sebagai ggu.
penanggung jawab penyelenggaraan sebagian
urusan pemerintahan di bidang jalan kepada 3. Pada median, indikatornya berupa kerb, Me-
Presiden selaku Kepala Pemerintahan. Akuntabilitas dian Concrete Barrier (pemisah jalur dari be-
horizontal berarti bentuk pertanggung jawaban ton), Guard Rail (besi penahan yang berfungsi
Kementerian PUPR kepada masyarakat masyarakat sebagai pagar ), dan Wire Rope (tali baja)
pengguna jalan tol. dapat berfungsi. Indikator ini mencakup selu-
ruh ruas jalan tol, dengan waktu pemenuhan
Dari sisi dimensi akuntabilitas, Evaluasi Pemenuhan toleransi 1 minggu
SPM Jalan Tol merupakan dimensi akuntabilitas ke-
bijakan (policy accountability) berupa pertanggung 4. Pada bahu jalan, tidak ada lubang, tidak ada
jawaban kebijakan pemerintah dalam hal penye- rutting, tidak ada retak, dan tidak ada round-
lenggaraan jalan tol kepada masyarakat luas ing. Indikator ini mencakup seluruh ruas jalan
tol. Waktu toleransi pemenuhan beriksar an-
Dari perspektif tingkatan akuntabilitas, dapat tara 2x24 jam sampai dengan 1 minggu.
dianalisis bahwa Evaluasi pemenuhan SPM Jalan
Tol merupakan tingkatan akuntabilitas organisasi
berupa pertanggung jawaban pemerintah dalam hal
ini Kementerian PUPR melalui Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah yang berisi capaian-
capaian kinerja Kementerian PUPR, termasuk di
dalamnya capaian kinerja penyelenggaraan jalan
tol.

Standar pelayanan minimal untuk jalan tol di Indo-


nesia mengacu kepada Peraturan Menteri PU Nomor
16 Tahun 2014, tentang Standar Pelayanan Minimal Gambar 2. Kondisi Jalan Tol yang mulus pada ruas
Jalan Tol. Di dalam Peraturan Menteri ini, SPM jalan Jalan Tol Cikopo – Palimanan
tol memiliki 8 (delapan) substansi pelayanan, yaitu (Sumber : Dokumentasi Penulis)
kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, ak-
sessibilitas, mobilitas, keselamatan, unit pertolon- 5. Kecepatan tempuh rata-rata, yang meliputi
gan/penyelamatan dan bantuan pelayanan, lingkun- indikator kecepatan tempuh rata-rata dalam
gan, dan Tempat Istirahat / Tempat Istirahat dan kondisi normal, yang mencakup jalan tol
Pelayanan. Permen PU Nomor 16 Tahun 2014 ini dalam kota (≥40 km/jam) dan jalan tol luar
merupakan penyempurnaan dari Permen PU Nomor kota (≥60 km/jam). Waktu pemenuhan setiap
392 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Mini- saat di dalam kondisi normal.
mal. Di dalam Peraturan Menteri ini sudah mengatur
seluruh subtansi pelayanan seperti diatur di dalam 6. Aksessibilitas, yang meliputi indikator ke-
Permen PU Nomor 16 Tahun 2014, kecuali untuk 2 cepatan transaksi rata-rata di gerbang tol
substansi yaitu lingkungan dan Tempat Istirahat/ tol sistem terbuka, sistem tertutup, dan Ger-
Tempat Istirahat dan Pelayanan bang Tol Otomatis (GTO), dan jumlah ant-
rian di gardu tol. Tolak ukur untuk Gerbang
Masing-masing Substansi pelayanan memiliki indi- Tol sistem terbuka maksimal 6 detik setiap
kator yang akan diukur dan harus dipenuhi oleh ruas kendaraan, sistem tertutup untuk Gardu ma-
jalan tol dalam upaya memenuhi nilai SPM. Seluruh suk maksimal setiap 5 detik setiap kendaraan
substansi SPM Jalan Tol tersebut dapat dijelaskan dan untuk gardu keluar maksimal 9 detik se-

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 67
Vol.5 No. 01 Juni 2019

tiap kendaraan, sedangkan untuk GTO ambil Komunikasi / Kondisi Jalan Tol, dan nomor
kartu maksimal 4 detik setiap kendaraan dan telepon informasi tol). Ambulans tersedia 1
untuk GTO transaksi maksimal 5 detik setiap unit per 25 km yang dilengkapi dengan stan-
kendaraan. dar peralatan P3K dan paramedis. Kendaraan
derek tersedia 1 unit per 5 km untuk ruas
7. Mobilitas, yang meliputi indikator kecepatan jalan tol yang Lalu Lintas Kendaraan Harian
penangan hambatan lalu lintas, kecepatan (LHR) di atas 100.000 kendaraan per hari.
penanganan Patroli Jalan Raya (PJR), dan Ke- Untuk ruas jalan tol yang LHR nya di bawah
cepatan Penanganan Kendaraan Derek. Patr- 100.000, kendaraan derek tersedia setiap 10
oli Jalan Raya akan melalui lokasi yang sama km. Untuk PJR tersedia 1 unit per 5 km un-
setiap 30 menit, sementara penderekan ke tuk jalan tol dengan LHR > 100.000 dan 1
bengkel terdekat dengan menggunakan derek unit per 10 km untuk jalan tol dengan LHR
resmi dan gratis. Tolak ukur Kecepatan pen- < 100.000. Untuk kendaraan PJR, tersedia 1
anganan PJR adalah penanganan dan penin- unit per 15 km. Untuk kendaraan resque ter-
dakan terhadap hambatan lalu lintas dan me- diri 1 unit per 50 km. Sistem Informasi dan
nindak kendaraan yang berjalan tidak sesuai Komunikasi Lalu Lintas (Virtual Message Sign/
aturan. Waktu penanganan dan penindakan VMS) tersedia 50 meter sebelum akses ma-
kurang dari 15 menit saat terjadi hambatan. suk jalan tol) dan nomor telepon informasi tol
tertera pada gerbang masuk dan gerbang kel-
uar, di dalam ruas jalan tol dan pada kartu tol.

Gambar 3. Gerbang Tol Salatiga pada Ruas


Jalan Tol Semarang – Solo
(Sumber : Dokumentasi Penulis)

8. Keselamatan, yang meliputi indikator Petun-


juk jalan perambuan, marka jalan, Guide
Post / Reflektor, patok kilometer, dan patok Gambar 4. Simulasi Penanganan Kecelakaan
hektometer), Fasilitas lainnya (Penerangan pada Pemeriksaan SPM di Jalan Tol Tangerang
Jalan Umum untuk wilayah perkotaan, anti – Merak
silau, pagar rumija, pagar pengaman), Pen- (Sumber : Dokumentasi Penulis)
anganan Kecelakaan, serta Pengamanan dan
Penegakan Hukum. Perambuan meliputi ke- 10. Lingkungan, yang meliputi indikator kebersi-
lengkapan dan kejelasan perintah dan laran- han (dalam ruang milik jalan/rumija tol, Kan-
gan serta petunjuk, patok kilometer dipasang tor Operasi dan Gardu Tol), tanaman dalam
per km, dan patok hektometer dipasang per rumija tol, dan rumput di dalam maupun luar
200 meter. Fasilitas lainnya terpasang untuk rumija. Tolak ukur kebersihan dalam rumija
seluruh ruas jalan tol. Untuk penanganan tol adalah tidak ada sampah dan kantor oper-
kecelakaan, korban kecelakaan dievakuasi asi dan gardu tol tidak ada sampah, terawat,
gratis ke rumah sakit rujukan dalam waktu dan bersih. Tanaman dalam rumija tol tidak
kurang dari 20 menit saat terjadi kecelakaan, mengganggu fungsi jalan tol dan rumput di
sedangkan kendaraan korban kecelakaan di- rumija dan di luar rumija tidak lebih tinggi
lakukan penderakan gratis ke pool derek yang dari 30 cm.
masih dalam jalan tol dalam waktu penan-
ganan kurang dari 15 menit saat terjadi ke- 11. Tempat Istirahat (TI) dan Tempat Istirahat
celakaan. Untuk pengamanan dan penegakan Pelayan (TIP), yang meliputi indikator Kondisi
hukum di ruas jalan tol, tolak ukurnya berupa Jalan, on/off ramp, toilet, Parkir Kendaraan,
keberadaan PJR yang siap panggil dalam 24 Penerangan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar
jam. Umu (SPBU), Bengkel Umum, dan Tempat
Makan Minum). Kondisi jalan di seluruh per-
9. Unit Pertolongan/penyelamatan dan bantuan mukaan jalan di tempat istirahat tidak ada
pelayanan, yang meliputi indikator Ambulans, lubang, retak, dan pecah. Kondisi on/off ramp
Kendaraan Derek, Polisi Patroli Jalan Raya, permukaan jalan di jalur masuk dan keluar
Kendaraan Rescue, dan Sistem Informasi

1 - 68 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

tempat istirahat tidak ada lubang, retak, dan yang terus bertambah banyak di seluruh wilayah In-
pecah. Toilet berfungsi 100%, bersih, dan gra- donesia, dibandingkan dengan jumlah personil Tim
tis. Parkir kendaraan berfungsi 100 persen, yang terbatas, hal ini menyebabkan Tim BPJT terus
teratur, bersih, dan gratis. Penerangan ber- menerus mengunjungi ruas jalan tol di seluruh In-
fungsi 100% dengan mengacu kepada stan- donesia untuk melakukan evaluasi pemenuhan SPM
dar Penerangan Jalan Umum, SPBU berfungsi untuk setiap bulannya. Pengawasan yang dilakukan
100% dengan mengacu kepada ketetapan setiap bulan untuk setiap ruas jalan tol secara terus
Energi Sumber Daya Mineral. Bengkel umum menerus tentu tidak efisien. Dari sisi BUJT, penga-
dan tempat makan dan minum berfungsi wasan yang dilakukan setiap saat akan menguran-
100% dan harus memiliki izin usaha. gi kemandirian BUJT di dalam pengoperasian dan
pemeliharaan jalan tol.

Sementara itu, Ditjen Bina Bina Marga melakukan


evaluasi teknis terhadap ruas jalan tol yang akan
mengalami penyesuaian tarif. Untuk pengawasan
pemenuhan SPM terhadap ruas jalan tol yang tidak
mengalami penyesuaian tarif, Ditjen Bina Marga ti-
dak dilibatkan. Sementara Ditjen Bina Marga pun
memiliki Direktorat yang kompeten di dalam pelak-
sanaan evaluasi teknis pemenuhan standar pelay-
anan minimal jalan bebas hambatan dan jalan tol
(Pasal 429 huruf d PerMen PUPR No 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR).

Gambar 5. Penghijauan di Jalan Tol Surabaya – Pemenuhan nilai SPM juga sangat berkaitan dengan
Gresik tingkat pelayanan jalan tol, sehingga hasil pemenu-
(Sumber : Dokumentasi Penulis) han ini dapat dianggap sebagai hasil kinerja suatu
ruas jalan tol. BUJT berhak untuk memperoleh pe-
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 6 Ta- nyesuaian tarif tol setiap 2 tahun sekali, berdasar-
hun 2018 tentang Wewenang dan Tugas Ditjen Bina kan pengaruh laju inflasi. Inflasi adalah data inflasi
Marga, BPJT, dan BUJT dalam Penyelenggaraan Jalan wilayah yang bersangkutan dari Badan Pusat Statis-
Tol, diatur bahwa evaluasi pemenuhan SPM Jalan tik. Tiga bulan sebelum penyesuaian tarif tol, BUJT
Tol diselenggarakan bersama-sama oleh Ditjen Bina akan memberitahukan kepada BPJT bahwa BUJT
Marga, BPJT, dan BUJT. Ditjen Bina Marga bertang- telah memenuhi SPM, sehingga BUJT akan men-
gung jawab di dalam pelaksanaan evaluasi bidang gusulkan penyesuain tarif tol. Berdasarkan usulan
teknis. BPJT bertanggung jawab di dalam pelaksa- BUJT, Menteri PUPR akan menetapkan penyesuain
naan evaluasi pengoperasian, sementara BUJT ber- tarif tol dalam waktu setiap 2 tahun setelah awal
tanggung jawab di dalam pemenuhan persyaratan pengoperasian jalan tol dengan mengeluarkan
SPM. Penetapan Penyesuaian Tarif Tol. Penyesuaian Tarif
Tol dapat ditunda sampai dengan BUJT memenuhi
teguran dari Pemerintah atas belum dipenuhinya
ketentuan UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Pasal 48 Ayat 3 dan PP Nomor 15 Tahun 2015 Pasal
68 ayat 1 yang berbunyi Evaluasi dan penyesuaian
tarif tol dilakukan setiap 2 tahun sekali berdasarkan
pengaruh laju inflasi.

Kualitas evaluasi pemenuhan SPM Jalan Tol akan


sangat menentukan kualitas pelayanan suatu
ruas jalan tol. Bila suatu ruas jalan tol tidak dapat
memenuhi pelayanan minimal, seperti masih ban-
yaknya lubang di jalan tol yang tidak segera ditan-
Gambar 6. Rest Area yang bersih di Jalan Tol gani atau keretakan pada struktur jalan yang tidak
Surabaya – Gresik segera diperbaiki, maka BUJT tidak dapat melaku-
(Sumber : Dokumentasi Penulis) kan penyesuaian tarif. Tertundanya penyesuaian
tarif akan menganggu cash flow pendapatan BUJT
Best practice selama ini, BPJT melakukan evaluasi yang akan mempengaruhi kinerja jalan tol, yang
pemenuhan SPM setiap per 6 bulan sesuai den- pada akhirnya akan menurunkan tingkat pelayanan
gan yang diatur di dalam Perjanjian Pengusahaan kepada masyarakat pengguna jalan tol.
Jalan Tol (PPJT). Sementara untuk setiap bulannya,
dilakukan evaluasi pemenuhan SPM oleh Tim BPJT. Ruas-ruas Jalan Tol yang tidak dapat memenuhi
Dengan kondisi jumlah ruas jalan tol beroperasi SPM karena misalnya tidak memenuhi kecepatan
tempuh minimal rata-rata dan/atau jumlah antrian

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 69
Vol.5 No. 01 Juni 2019

kendaraan akan menyebabkan kinerja ruas jalan tol sehingga kinerja pelayanannya menurun, dapat di-
tersebut menurun. Terhadap ruas jalan tol tersebut lakukan audit kinerja yang dilaksanakan oleh APIP
dapat dilakukan audit kinerja oleh Aparat Pemeriksa sesuai Pasal 50 PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Internal Pemerintah (APIP). Audit kinerja meru- Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
pakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Dengan terbitnya Peraturan Menteri PUPR Nomor
yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan 6 Tahun 2018 tentang Wewenang dan Tugas Ditjen
efektivitas (Pasal 50 PP Nomor 60 Tahun 2008 ten- Bina Marga, BPJT, dan BUJT dalam Penyelenggaraan
tang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah). Jalan Tol, evaluasi pemenuhan SPM Jalan Tol dis-
elenggarakan bersama-sama oleh Ditjen Bina Mar-
5.KESIMPULAN DAN SARAN ga, BPJT, dan BUJT. Diharapkan dengan keterlibatan
penuh Ditjen Bina Marga sebagai pembina jalan na-
5.1. Kesimpulan sional termasuk jalan tol, kualitas evaluasi pemenu-
han SPM akan dapat semakin terus meningkat, yang
Akuntabilitas di dalam evaluasi pemenuhan SPM Ja- pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelay-
lan Tol merupakan akuntabilitas vertikal dan sekal- anan kepada masyarakat pengguna jalan tol.
igus akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas vertikal
dalam arti merupakan bentuk pertanggung jawa- 5.2. Saran
ban Menteri PUPR sebagai penanggung jawab pe-
nyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang ja- Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi reko-
lan kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan. mendasi terkait pemenuhan SPM Jalan Tol sebagai
Akuntabilitas horizontal berarti bentuk pertanggung berikut:
jawaban Kementerian PUPR kepada masyarakat di
dalam peningkatan pelayanan jalan tol, khususnya A. Untuk meningkatkan policy accountability ke-
masyarakat pengguna jalan tol. pada masyarakat, Pemerintah menugaskan APIP
(BPKP) di dalam pelaksanaan evaluasi pemenu-
Dari sisi dimensi akuntabilitas, Evaluasi Pemenuhan han SPM untuk ruas-ruas jalan tol yang tidak
SPM Jalan Tol merupakan dimensi akuntabilitas ke- memenuhi persyaratan SPM.
bijakan (policy accountability) berupa pertanggung
jawaban kebijakan pemerintah dalam hal penye- B. Demi tercapainya peningkatan pengawasan
lenggaraan jalan tol kepada masyarakat luas pemenuhan SPM yang lebih efisien, Ditjen
Bina Marga dan BPJT menyusun Standar Op-
Dari perspektif tingkatan akuntabilitas, dapat eration Procedur (SOP) Pengawasan Pemenu-
disimpulkan Evaluasi Pemenuhan SPM Jalan Tol han SPM dalam bentuk Peraturan Menteri agar
merupakan tingkatan akuntabilitas organisasi BUJT melakukan self assesment secara mandiri,
berupa pertanggung jawaban pemerintah dalam transparan, dan akuntabel;
hal ini Kementerian PUPR melalui LAKIP yang
berisi capaian-capaian kinerja Kementerian C. Dalam rangka peningkatan efektivitas pelak-
PUPR, termasuk di dalamnya capaian kinerja sanaan Pemenuhan SPM Jalan Tol, Ditjen Bina
penyelenggaraan jalan tol. Marga menugaskan Balai Besar Pelaksanaan Ja-
lan Nasional (BBPJN), Balai Pelaksanaan Jalan
Standar pelayanan minimal untuk jalan tol di In- Nasional (BPJN), dan Satker Perencanaan dan
donesia mengacu kepada Peraturan Menteri Peker- Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) untuk mem-
jaan Umum Nomor 16 Tahun 2014, tentang Standar bantu pelaksanaan evaluasi teknis. Pelaksanaan
Pelayanan Minimal Jalan Tol. SPM jalan tol memi- evaluasi pemenuhan SPM dapat dilakukan secara
liki 8 (delapan) substansi pelayanan, yaitu kondisi month to month atau bahkan day to day karena
jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksessibili- wilayah kerja Balai yang jangkauannya luas di
tas, mobilitas, keselamatan, unit pertolongan/peny- seluruh Indonesia. Sehingga BBPJN, BPJN, mau-
elamatan dan bantuan pelayanan, lingkungan, dan pun Satker P2JN tidak hanya melaksanakan eval-
Tempat Istirahat/Tempat Istirahat dan Pelayanan. uasi jalan nasional, tetapi juga evaluasi jalan tol.
Masing-masing Substansi pelayanan memiliki in-
dikator yang akan diukur dan harus dipenuhi oleh D. Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 6
ruas jalan tol dalam upaya memenuhi nilai SPM. Tahun 2018 tentang Wewenang dan Tugas Ditjen
Bina Marga, BPJT, dan BUJT dalam Penyeleng-
Kualitas evaluasi pemenuhan SPM Jalan Tol akan san- garaan Jalan Tol, evaluasi pemenuhan SPM Jalan
gat menentukan kualitas pelayanan suatu ruas jalan Tol diselenggarakan bersama-sama oleh Ditjen
tol. Bila suatu ruas jalan tol tidak dapat memenuhi Bina Marga, BPJT, dan BUJT. Klausul evaluasi
pelayanan minimal, sepertinya masih banyaknya pemenuhan SPM oleh Ditjen Bina Marga dican-
lubang di jalan tol atau kerusakan struktur jalan tumkan pada PPJT sehingga pelaksanaannya
yang tidak segara ditangani, maka BUJT tidak dapat dapat berjalan efektif.
melakukan penyesuaian tarif yang akan mengaki-
batkan terganggunya kinerja suatu ruas jalan tol.
Terhadap ruas Jalan Tol tidak dapat memenuhi SPM

1 - 70 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

DAFTAR PUSTAKA

Bovens, M. (2007) Analysing and Assessing Ac-


countability: A Conceptual Framework’ Euro-
pean Law Journal, Vol. 13(4), pp. 447–468.

Lembaga Administrasi Negara (2015) Akuntabilitas,


Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan I dan II , Jakarta.

Peraturan Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2019 ten-


tang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Peraturan Menteri PUPR Nomor 6 Tahun 2018 ten-


tang Wewenang dan Tugas Direktorat Jen-
deral Bina Marga, Badan Pengatur Jalan Tol,
dan Badan Usaha Jalan Tol dalam Penyeleng-
garaan Jalan Tol

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Ta-


hun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal
Jalan Tol

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 ten-


tang Jalan Tol

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.60 Ta-


hun 2008, tentang Sistem Pengendalian In-
tern Pemerintah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.65 Ta-


hun 2005, tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Peraturan Menteri PU Nomor 392 Tahun 2005 ten-


tang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Ja-


lan

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 71
Vol.5 No. 01 Juni 2019

Perhitungan NILAI Korosivitas Air


Terhadap Infrastruktur Sumber Daya Air Berbahan Logam

Devita Satya Lestari

Penelaah Standar dan Pedoman


Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: devianastasia.dd@gmail.com

Abstract

Corrosion, or better known as rust, is very troubling, especially if it occurs in water resources infrastructure
made from metal, for example: if corrosion occurs in bridges, weirs, dams, wastewater treatment plants
made of metal, riverbanks and the buildings water resources infrastructure others that made of metal in
the reservoir. Because of corrosion is very detrimental to water resources infrastructure, then do a study
of the procedures for calculating water corrosivity, that is with using analysis data in one of the reservoirs
in Indonesia, that is data the Sermo Reservoir. This study uses 2 (two) water corrosivity calculating formu-
las Langelier Saturation Index (LSI) from Metcalf and Eddy, 2003. This study uses Sermo reservoir data,
then data from the analysis carried out in the field and in the laboratory are included in 2 (two) calculation
formula and based the calculation result of Langelier Saturation Index using a decrease formula from the
LSI Calculator and result the calculation of LSI using software from the website or LSI Calculator, the water
corrosivity the Sermo reservoir is highly corrosive to water resources infrastructure made from metal. The
conclusion of this study, the calculation formula of the LSI method by using a decrease formula from LSI
Calculator and LSI that uses software from the website or LSI Calculator is used for water resources infra-
structure made from metal.

Keyword: corrosion, metal, procedure for calculating water corrosivity, water resources infrastructure

Abstrak

Korosi atau yang lebih dikenal dengan istilah karat sangat meresahkan terutama jika terjadi di prasarana
atau infrastruktur sumber daya air berbahan logam, misalnya: jika korosi terjadi di jembatan, bendung,
bendungan, instalasi pengolahan air limbah yang terbuat dari logam bangunan perlindungan tebing sun-
gai dan bangunan-bangunan infrastruktur sumber daya air lainnya yang terbuat dari logam yang terdapat
di waduk. Dikarenakan korosi bersifat sangat merugikan terhadap infrastruktur sumber daya air, maka
dilakukanlah kajian mengenai tata cara perhitungan korosivitas air dengan menggunakan data-data hasil
analisa di salah satu Waduk di Indonesia yakni data Waduk Sermo. Kajian ini menggunakan 2 (dua) rumus
perhitungan korosivitas air Langelier Saturation Index (LSI) dari Metcalf dan Eddy, 2003. Kajian ini meng-
gunakan data-data Waduk Sermo, kemudian data hasil analisis yang dilakukan di lapangan maupun di
laboratorium dimasukkan ke dalam 2 (dua) rumus perhitungan dan berdasarkan hasil perhitungan Langelier
Saturation Index menggunakan penurunan rumus dari LSI Calculator dan hasil perhitungan LSI menggu-
nakan perangkat lunak dari website atau LSI Calculator, korosivitas air waduk Sermo bersifat sangat korosif
terhadap infrastruktur berbahan logam. Kesimpulan dari kajian ini, rumus perhitungan metode LSI dengan
menggunakan penurunan rumus dari LSI Calculator dan LSI yang menggunakan perangkat lunak dari web-
site atau LSI Calculator digunakan untuk infrastruktur berbahan logam.

Kata Kunci: infrastruktur sumber daya air, korosi, logam, tata cara perhitungan korosivitas air

1 - 72 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

1. PENDAHULUAN

Korosi atau yang lebih dikenal dengan istilah karat


korosivitas air terhadap infrastruktur sumber daya air.
telah menjadi permasalahan yang sangat meresah-
Sebagian besar korosi banyak menyerang bahan-ba-
kan. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
han logam. Air yang memiliki sifat korosi atau meru-
teknologi, hampir semua peralatan yang digunakan
sak sangat berdampak terhadap infrastruktur sumber
manusia terbuat dari logam. Logam yang telah di-
daya air berbahan logam. Pengertian dari infrastruktur
gunakan sejak dahulu dalam penggunaannya me-
sumber daya air berbahan logam adalah suatu bangu-
nimbulkan masalah besar yakni korosi atau karat. nan air yang terbuat dari bahan-bahan logam, yang
Akibat yang ditimbulkan dari korosi atau karat juga meliputi bendungan, waduk, embung, bendung, sal-
sangat merugikan terutama apabila terjadi di prasa- uran irigasi dan/atau saluran air baku (rancangan pe-
rana atau infrastruktur sumber daya air, misalnya: doman korosivitas, 2018). Rumus-rumus yang digu-
jika korosi terjadi di jembatan, bendung, bendun- nakan dalam menghitung nilai korosivitas air terhadap
gan, instalasi pengolahan air limbah yang terbuat infrastruktur sumber daya air berbahan logam dalam
dari logam, bangunan perlindungan tebing sungai kajian ini, menggunakan 2 (dua) rumus perhitungan,
dan bangunan-bangunan infrastruktur sumber daya yakni: Langelier Saturation Index (LSI) yang diperoleh
air lainnya yang terbuat dari logam dan terdapat di dengan menurunkan rumus dari Langelier Saturation
waduk. Index Calculator dan Langelier Saturation Index Cal-
culator atau LSI yang menggunakan perangkat lunak
Karena korosi bersifat sangat merugikan terutama atau website (kedua rumus perhitungan ini bersum-
apabila terjadi di infrastruktur sumber daya air, ber dari Metcalf dan Eddy, 2003). Jika data-data ha-
maka dilakukanlah kajian dan penelitian mengenai sil analisa telah dimasukkan ke dalam rumus-rumus
perhitungan korosivitas air dengan menggunakan perhitungan, akan diperoleh penilaian korosivitas air
data-data hasil analisa di salah satu Waduk di In- terhadap infrastruktur sumber daya air, apakah air
donesia yakni Waduk Sermo (studi kasus di Waduk waduk/air sungai/air danau tersebut bersifat korosif
Sermo). Kajian ini menggunakan 2 (dua) rumus atau tidak terhadap bangunan-bangunan/infrastruktur
perhitungan korosivitas air Langelier Saturation sumber daya air yang terdapat di sekeliling waduk/
Index (LSI) dari Metcalf dan Eddy, 2003. Dengan sungai/danau.
mengetahui bagaimana cara menghitung nilai koro-
Berikut adalah uraian rumus dan reaksi dari penu-
sivitas air, diharapkan adanya tindakan pencegahan
runan rumus Langelier Saturation Index Calculator:
dan pengendalian korosivitas air serta diharapkan
pula akan menjadi acuan dalam melakukan peren- 2.1. Perhitungan Langelier Saturation Index
canaan pembangunan infrastruktur, sekaligus per- (LSI) dengan menggunakan penurunan ru-
ingatan dini terkait pengaruh korosivitas terhadap mus dari Langelier Saturation Index Calcu-
ketahanan bangunan air bagi para stakeholders. lator (Metcalf dan Eddy, 2003)

2. TINJAUAN PUSTAKA LSI=pH-pHs (1)
Korosi merupakan suatu permasalahan besar yang
Keterangan:
mencakup segala aspek kehidupan. Korosi disebut
juga suatu penyakit dalam dunia teknik, walaupun LSI = Langelier Saturation Index;
secara langsung tidak termasuk produk teknik (Andi, pHs = pH saturasi;
2016). Korosi berasal dari bahasa latin yaitu “Cor- pH = nilai pH.
rodere” yang berarti perusakan logam atau berkarat
(Marlina, dkk, 2015). Secara definisi, korosi meru- Persamaan rumus:
pakan proses degradasi atau perusakan material
(HCO3-)aq (H+)aq + (CO32-)aq (Ca2+)aq + (CO32-)aq
yang terjadi dan disebabkan oleh pengaruh lingkun-
(CaCO3)s (Ca2+)aq + (HCO3-)aq (H+)aq + (CaCO3)s
gan sekelilingnya (rancangan pedoman korosivitas,
2018), yang dimaksud dengan lingkungan sekeliling Karena pengertian Ka adalah konstanta kesetimban-
adalah udara dengan sinar matahari, embun, air ta- gan ion karbonat atau bikarbonat terhadap waktu,
war, air laut, air danau, air sungai dan tanah yang maka:
berupa tanah pertanian, tanah rawa, tanah kapur
Ka =(γH++ . [H+ ] . γCO3(2-) . [CO3(2-)] )/(γHCO3- . [HCO3-]) (2)
dan tanah berpasir/berbatu-batu (Tian, dkk, 2014).
Korosi dapat berjalan secara cepat ataupun lambat Keterangan :
tergantung dari material bahan, lingkungan, temper-
atur dan lain sebagainya (Pieter, 2017) dan penger- γH+ = koefisien aktivitas dari ion hidrogen (H+)
tian dari korosivitas air adalah perihal mengenai si-
γCO32- = koefisien aktivitas dari ion karbonat (CO32-)
fat suatu bahan, dalam hal ini adalah air, yang dapat
menyebabkan korosi terutama pada infrastruktur
γHCO3- = koefisien aktivitas dari ion bikarbonat
sumber daya air berbahan logam (rancangan pedo-
(HCO3-)
man korosivitas, 2018) sedangkan pengertian dari
nilai korosivitas air ialah suatu nilai dari hasil perhi- [H+ ] = konsentrasi dari ion hidrogen
tungan, yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat (M/Molaritas)

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 73
Vol.5 No. 01 Juni 2019

= konsentrasi dari ion karbonat


[CO32-]
(M/Molaritas)

[HCO3-] = konsentrasi dari ion bikarbonat


(M/Molaritas)

KSp = γCa2+ . [Ca2+] . γCO_32- . [CO32-] (3)


Penilaian hasil perhitungan Langelier Saturation In-
Keterangan: dex (LSI) adalah hasil akhir dari pengukuran koro-
sivitas air terhadap infrastruktur sumber daya air.
KSp = hasil kali kelarutan sebagai fungsi waktu Penilaian tersebut mengacu pada Tabel 1.

K = = (4) Tabel 1. Penilaian Langelier Saturation


Index/LSI berdasarkan
LSI Tingkat Korosivitas Air
-2 < LSI < -1 Sangat korosif
K = (5)
-1 < LSI < -0,5 Korosif sedang, tidak mem-
bentuk kapur/kerak
Jika x = y dan log (x) = log (y), maka:
-0,5 < LSI < 0 Korosif ringan, tidak mem-
log (K) = log (6) bentuk kapur/kerak
0 Seimbang, tidak menyebab-
kan korosif
log (x*y) = log (x) + log (y)
0 < LSI < 0,5 Membentuk kapur/kerak
sedikit dan korosif
log (x/y) = log (x) - log (y)
0,5 < LSI < 2 Membentuk kapur/kerak
log (K) = log ( Ca . [Ca ] . HCO3 . [HCO3 ]) -
2+ 2+ - - tapi tidak korosif
log ( H+ . [H+]) Sumber: Metcalf dan Eddy, 2003

log (K) = log ( Ca2+ . [Ca2+] . HCO3- . [HCO3-]) - Rumus-rumus perhitungan dengan menggunakan
log ( H+) - log [H+] acuan dari Metcalf dan Eddy, 2003 lebih cocok di-
gunakan untuk menghitung nilai korosivitas air ter-
log (H+) = log ( Ca2+ . [Ca2+] . HCO3- . [HCO3-]) - hadap infrastruktur sumber daya air berbahan baku
log ( H+. K) logam karena infrastruktur sumber daya air berba-
han baku logam biasanya lebih cepat terkena korosi
-log (H+) = -log
dan setelah dilakukan kajian dan penelitian dengan
memperhatikan beberapa aspek diantaranya adalah
Maka rumus dari pHs adalah: tabel penilaian yang digunakan untuk tingkat ko-
rosivitas air pada rumus perhitungan ini, lebih luas
pHs = -log rentang penilaiannya dan lebih spesifik yakni pada
range LSI -2 s/d 2.
pHs = -log
Kelemahan cara perhitungan Langelier Saturation
pHs = -log Index (LSI) dengan menggunakan penurunan ru-
mus dari LSI Calculator adalah rumus perhitungan
Keterangan: yang digunakan rumit, sementara kelebihannya
adalah jika tidak ada koneksi internet, cara perhi-
Ka = konstanta kesetimbangan karbonat atau bikar- tungan ini yang dapat digunakan untuk menghitung
bonat terhadap waktu nilai korosivitas air terhadap infrastruktur sumber
daya air berbahan baku logam. Kemudian kelema-
Ka = 9,2.10-13.T + 2,3.10-11 ;
han cara perhitungan Langelier Saturation Index
(LSI) dengan menggunakan perangkat lunak dari
T (suhu/temperatur) dalam (°C)
website atau LSI Calculator adalah jika tidak ada
γ = koefisien aktivitas = koneksi internet, perhitungan ini tidak dapat digu-
nakan sementara kelebihannya adalah perhitungan
Zi = muatan ion, Ca2+ = 2 ; HCO3- = -1 ; H+= 1 ini lebih simpel atau lebih praktis karena data-data
hasil analisis dapat langsung dimasukkan ke dalam
I = ionic strength = (2,5.10-5) . TDS (residu terlarut kolom parameter dan mengklik tombol perintah Cal-
dalam mg/L). culate the Langelier Saturation Index, maka hasil
atau nilai korosivitas air akan keluar.
KSp = hasil kali kelarutan sebagai fungsi waktu

KSp = 9,237 . 10-9 . e -0,0277.T


; T (suhu/temperatur)
dalam (°C)

1 - 74 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

3. METODE PENELITIAN 2. Sungai dengan debit antara 5 m3/s – 150 m3/s,


contoh air diambil di 2 (dua) titik, masing-
Tahapan kegiatan dalam penelitian ini akan dijabar- masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai,
kan dalam bagan alir pada Gambar 1. pada 0,5 kali kedalaman air dari permukaan.

Gambar 1. Bagan alir penentuan korosivitas air ter-


hadap berbagai bahan infrastruktur sumber daya air

Kajian ini menggunakan data primer Waduk Sermo. 3. Sungai dengan debit > 150 m3/s, contoh air
Pelaksanaan pengambilan contoh air untuk penen- diambil minimum di 6 (enam) titik, masing-
tuan tingkat korosivitas air mengacu pada SNI masing pada jarak 1/4, 1/2 dan 3/4 lebar
6989.57:2008 seperti hal-hal sebagai berikut. sungai pada 0,2 dan 0,8 kali kedalaman air
dari permukaan.
A. Untuk pengaruh pada infrastruktur berbahan lo-
gam Catatan: jumlah sampel per lokasi pengambilan di
sungai adalah 1 (satu) buah sampel, yang meru-
Lokasi pengambilan contoh air berjarak 1 - 2 meter pakan campuran dengan perbandingan volume yang
dari bagian/komponen infrastruktur sumber daya air sama dari masing-masing titik pengambilan.
yang berpotensi terkena dampak korosi, sedangkan
untuk infrastruktur yang memanjang diambil setiap Sedangkan jumlah titik pengambilan contoh air un-
panjang infrastruktur maksimum 100 meter. Con- tuk lokasi pengambilan di danau atau waduk, seb-
toh untuk panjang infrastruktur 150 meter, jumlah agai berikut:
contoh air yang diambil sebanyak 2 (dua) sampel,
dengan jarak 1-2 meter dari infrastruktur. 1. Danau atau waduk yang kedalamannya < 10
meter, contoh air diambil di 2 (dua) titik yaitu
B. Untuk di sumber air pada permukaan dan bagian dasar danau/
waduk.
Jumlah titik pengambilan contoh air untuk lokasi
pengambilan di sungai, sebagai berikut: 2. Danau atau waduk yang kedalamannya 10 m
s.d. < 30 m, contoh air diambil di 3 (tiga) ti-
1. Sungai dengan debit < 5 m3/s, contoh air di- tik yaitu pada permukaan, bagian tengah dan
ambil di 1 (satu) titik yaitu pada 0,5 kali ke- bagian dasar danau/waduk.
dalaman air dari permukaan.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 75
Vol.5 No. 01 Juni 2019

3. Danau atau waduk yang kedalamannya 30 m 3. Alkaliniti


s.d. < 100 m, contoh air diambil di 4 (empat)
titik yaitu pada permukaan, bagian tengah, di 4. Daya Hantar Listrik (DHL)
atas bagian dasar dan bagian dasar danau/
waduk. B. Parameter kualitas air yang diuji di laboratorium:

4. Danau atau waduk yang kedalamannya 100 1. Kalsium


m s.d. > 100 meter, titik sampling ditambah
2. Residu terlarut/Total Dissolved Solids (TDS)*
sesuai kebutuhan.
3. Kesadahan (CaCO3)
Catatan: masing-masing titik adalah 1 (satu)
buah sampel, misalkan untuk 3 (tiga) titik be- Catatan: *Pengujian residu terlarut/Total Dis-
rarti 3 (tiga) buah sampel. solved Solids (TDS) dilaksanakan jika diperlukan.

Pengambilan contoh air minimum dilakukan 3.2. Perhitungan


pada 2 (dua) periode yaitu yang mewakili
musim hujan dan musim kemarau. 3.2.1. Perhitungan tingkat korosivitas air un-
tuk infrastruktur berbahan logam
a. Kedalaman waduk/danau < 10 m (d < 10
m) Perhitungan Langelier Saturation Index (LSI) den-
gan menggunakan penurunan rumus dari Langelier
b. Kedalaman waduk/danau ≤ 10 m s.d. < Saturation Index Calculator berdasarkan Metcalf dan
30 m (10 m ≤ d < 30 m) Eddy, 2003 dapat menggunakan rumus dan reaksi
pada persamaan (1) s/d persamaan (6). Penilaian
c. Kedalaman waduk/danau ≤ 30 m s.d <
hasil perhitungan Langelier Saturation Index (LSI)
100 m (30 m ≤ d < 100 m)
tersebut mengacu pada Tabel 1.

3.2.2. Perhitungan Langelier Saturation Index


(LSI) menggunakan Langelier Satura-
tion Index Calculator (Metcalf dan Eddy,
2003)

Perhitungan Langelier Saturation Index tersebut


dapat menggunakan perangkat lunak atau web-
site untuk menghitung LSI seperti yang ada pada
Lenntech atau Langelier Saturation Index Calcula-
tor. Penilaian hasil perhitungan Langelier Saturation
Index (LSI) adalah hasil akhir dari pengukuran ko-
rosivitas air terhadap infrastruktur sumber daya air.
Penilaian ini juga mengacu pada Tabel 1.

3.3. Aturan penulisan angka desimal di be-


lakang koma

A. Pada rumus perhitungan Saturation Index (pfm,


pK2, pKw, pKsc, [HCO3-]), Langelier Saturation
Gambar 2. Titik pengambilan contoh air pada Index (A,B,C,D) dan Langelier Saturation In-
danau atau waduk dex Metcalf dan Eddy (Ka, γHCO3-, γCa2+, γH+, Ksp)
3.1. Pengujian menggunakan 4 angka/4 digit di belakang koma,
misalnya x,xxxx ; xx,xxxx ; xxx,xxxx.
Pengujian korosivitas air terhadap infrastruktur
sumber daya air ataupun pada sumber air dilakukan B. Pada rumus perhitungan Saturation Index dan
secara langsung di lapangan dan di laboratorium. Langelier Saturation Index (pHs, SI, LSI) meng-
gunakan 2 angka/2 digit di belakang koma, mis-
3.1.1. Pengujian korosivitas air untuk infra- alnya x,xx ; xx,xx.
struktur berbahan logam berdasarkan
metode LSI: Pembulatan angka desimal mengikuti aturan seb-
agai berikut:
A. Parameter kualitas air yang diuji secara langsung
di lapangan: A. Jika diperoleh angka desimal kurang dari 5 (lima)
maka pembulatan turun, tapi jika lebih dari 5
1. Suhu/temperatur (lima) pembulatan naik.

2. pH Contoh: 14,554 dibulatkan menjadi 14,55

1 - 76 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

14,676 dibulatkan menjadi 14,68 Kesadahan (CaCO3) = 79,8 mg/L


0,81434 dibulatkan menjadi 0,8143
0,34586 dibulatkan menjadi 0,3459 Maka,
I=(2,5×10-5 ) TDS
B. Jika diperoleh angka desimal 5 (lima) maka pem- I=(2,5×10-5 ) ×134
bulatannya adalah angka genap yang terdekat, I=3,35×10-3
maka angka 5 (lima) tersebut menjadi hilang, Ka=9,2×10-13 T+2,3×10-11
tetapi bila angka di depannya ganjil maka pem- Ka=9,2×10-13 (26,6°C)+2,3×10-11
bulatan akan naik. Ka=2,4472×10-11+2,3×10-11
Ka=4,7472×10-11
Contoh: 14,465 dibulatkan menjadi 14,46
14,675 dibulatkan menjadi 14,68
0,32565 dibulatkan menjadi 0,3256
0,82455 dibulatkan menjadi 0,8246

C. Jumlah desimal dalam proses penghitungan perlu


ditambah 1 digit dari rencana hasil akhir, misal
yang hasilnya dua digit maka seluruh perhitun-
gannya minimum 2 + 1 = 3 digit dengan pembu-
latan seperti poin a dan b. (Zi = muatan ion ; Ca2+ = 2 ; HCO3- = -1 ; H+ = 1)

Alasan mengapa penulisan angka di belakang koma


dalam penggunaan rumus dibatasi adalah agar ter-
dapat kesamaan hasil perhitungan nilai korosivitas
air, jika masing-masing menghitung dengan meng-
gunakan rumus ini. γ
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan metode LSI (penurunan


rumus dari LSI Calculator, Metcalf dan
Eddy; 2003)

Informasi atau keterangan lengkap mengenai Waduk


Sermo dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Infomasi mengenai Waduk Sermo [HC03 -]
Nama sumber air : Waduk Sermo
Lokasi pengambilan Sampling Point-1
:
contoh air (air permukaan)
Luas genangan 157 ha pada elevasi
:
waduk spillway
Tanggal penguku-
: 1 September 2009
ran
Waktu pengukuran : 11.30 WIB
Kedalaman : 35,0 m
07⁰ 49’ 24” LS ;
Koordinat GPS :
110⁰ 07’ 21” BT
Kondisi cuaca : Cerah Ksp=9,237×10-9×e-0,0277 (T)
(Rancangan Pedoman Korosivitas, 2018) Ksp=9,237×10-9×e-0,0277 (26,6)
Ksp=9,237×10-9×0,4786
Diketahui air baku Waduk Sermo: Ksp=4,4208×10-9
Ka . γCa 2+.�Ca 2+ �.γHCO 3-. [HCO 3- ]
pHs = - log ( )
T = 26,6 °C γ H + .Ksp

pHs = - log
pH = 7,2
pHs = - log
Alkaliniti sebagai CaCO3 = 166 mg/L
pHs = - log 3,6608 x 10-8
Alkaliniti sebagai HC03 - = (166 mg/L : Mr CaCO3) x
Mr HCO3- = (166 mg/L : 50) x 61 = 202,52 mg/L pHs = 7,44

TDS = 134 mg/L

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 77
Vol.5 No. 01 Juni 2019

Tampilan perhitungan korosivitas air dengan meng-


gunakan perangkat lunak atau website (LSI Calcu-
lator), dapat dilihat dalam Gambar 3.
Penilaian LSI menggunakan Tabel 1. Tabel Penilaian Gambar 3. Langelier Saturation
Langelier Saturation Index/LSI (Metcalf dan Eddy, Index Calculator
2003) dan dari hasil perhitungan nilai Langelier Sat-
uration Index (LSI) yakni -0,24, diperoleh kesimpu-
lan bahwa nilai korosivitas air Waduk Sermo bersifat
sangat korosif terhadap infrastruktur sumber daya
air berbahan logam.

4.2. Hasil penilaian korosivitas air metode LSI


(penurunan rumus dari LSI Calculator,
Metcalf dan Eddy; 2003)

Hasil penilaian korosivitas air berdasarkan metode


perhitungan Langelier Saturation Index (LSI) (penu-
runan rumus dari LSI Calculator) dan adapun data
air baku Waduk Sermo diketahui sebagai berikut:
Tabel 3. Air Baku Waduk Sermo

Hasil
Parameter Satuan
pengukuran
Suhu/temperatur ⁰C 26,6
Residu terlarut/TDS mg/L 134
Alkaliniti sebagai CaCO3 mg/L 166 Penilaian LSI menggunakan Tabel 1. Tabel Penilaian
Alkaliniti sebagai HCO3- mg/L 202,52 Langelier Saturation Index/LSI (Metcalf dan Eddy,
Kesadahan mg/L 79,8 2003) dan dari hasil perhitungan nilai Langelier Sat-
pH - 7,2 uration Index (LSI) Calculator yakni -0,1, diperoleh
kesimpulan bahwa nilai korosivitas air Waduk Sermo
pHs - 7,44
bersifat sangat korosif terhadap infrastruktur sum-
LSI - -0,24
ber daya air berbahan logam.
sangat
Penilaian LSI
korosif Berdasarkan hasil kajian dan penelitian yang dilaku-
kan di Pusat Litbang Sumber Daya Air, rumus per-
(Rancangan pedoman korosivitas, 2018) hitungan Langelier Saturation Index (LSI) berdasar-
kan Metcalf dan Eddy, 2003, dapat diterapkan di
4.3. Hasil penilaian dan perhitungan korosivi- infrastruktur sumber daya air lainnya selain waduk,
tas air metode LSI Calculator, Metcalf dan dengan menggunakan data hasil analisa yang diper-
Eddy ; 2003) lukan, yakni meliputi data parameter suhu/temper-
atur, pH, Alkaliniti, Daya Hantar Listrik (DHL), Kal-
Hasil penilaian dan perhitungan korosivitas air ber- sium, Residu terlarut/Total Dissolved Solids (TDS)
dasarkan metode perhitungan Langelier Saturation dan Kesadahan (CaCO3) (rancangan pedoman koro-
Index (LSI) Calculator dan adapun data air baku sivitas, 2018).
Waduk Sermo diketahui sebagai berikut:
Tabel 4. Air Baku Waduk Sermo 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil
Parameter Satuan 5.1. Kesimpulan
pengukuran
Suhu/temperatur ⁰C 26,6 Berdasarkan hasil penilaian dari rumus perhitungan
Residu terlarut/TDS mg/L 134 korosivitas air dengan menggunakan penurunan ru-
Kesadahan (CaCO3) mg/L 79,8 mus dari LSI Calculator dan dengan menggunakan
perangkat lunak dari website atau LSI Calculator,
Alkaliniti sebagai mg/L 202,52
dapat disimpulkan bahwa korosivitas air Waduk
HCO3-
Sermo bersifat sangat korosif terhadap infrastruktur
pH - 7,2 berbahan logam.
pHs - 7,3
LSI - -0,1 5.2 Saran

sangat A. Rumus-rumus perhitungan korosivitas air dapat


Penilaian LSI
korosif
diterapkan juga dengan menggunakan data hasil
(Rancangan pedoman korosivitas, 2018) analisa dari infrastruktur sumber daya air lain-

1 - 78 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 5 No. 01 Juni 2019

nya, selain waduk, agar korosi atau karat dapat


dicegah serta dikendalikan dan supaya bangu-
nan-bangunan atau infrastruktur sumber daya
air ini tetap aman dari korosi/karat.

B. Perlu kajian lebih lanjut terhadap penggunaan


rumus-rumus perhitungan korosivitas air jika
menggunakan data hasil analisis di infrastruktur
sumber daya air lainnya di seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Pieter. 2017. Pengaruh Cacat Coating


dan Perbedaan Salinitas Terhadap Laju Ko-
rosi Pada daerah Splash Zone Menggunakan
Material Baja A36. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya.

Ariyanti, Dessy. 2009. Studi Metode Autoflush: Pen-


gendalian Scaling Pada Sistem Membran Re-
verse Osmosis Skala Rumah Tangga. Univer-
sitas Diponegoro. Semarang.

Irawan, Andi. 2016. Analisis Korosi Pada Pipa Gas.


Uiversitas Negeri Semarang. Semarang.

https://www.lenntech.com/calculators/langelier/in-
dex/langelier.htm accesed Februari 2019.

Metcalf & Eddy, 2003, Wastewater Engineering


Treatment and Reuse, Fourth Edition, Mc
Graw Hill, NY.

Pakpahan, S, Marlina., Ginting, Ediman., Supriha-


tin. 2015. Inhibisi Korosi Baja Karbon Rendah
C-Mn Steel Oleh Ekstrak Daun Teh (Camellia
sinensis) Dalam Medium Korosif. Jurnal Teori
dan Aplikasi Fisika Vol 03 No. 02.

Satya Lestari, Devita & Moelyo, Moelyadi. 2018.


Rancangan Pedoman Penentuan Korosivitas
Air Terhadap Infrastruktur Sumber Daya Air.
Bandung.

Standar Nasional Indonesia. 2008. Metode Pengam-


bilan Contoh Air Permukaan. Badan Stan-
dardisasi Nasional.

Wahyuni, Tian & Ab, Syamsudin. 2014. Pemanfaatan


Tanin Ekstrak Daun Jambu Biji Terhadap Laju
Korosi Besi Dalam Larutan NaCl 3% (w/v). Ju-
rnal Konversi Vol. 3, No.1.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 79
Vol.5 No. 01 Juni 2019 Lampiran

KERUSAKAN DAN PERILAKU BENDUNGAN


HASIL INSPEKSI LUAR BIASA AKIBAT GEMPA LOMBOK

Gede Suardiari1 , Supardi2, Joko Mulyono3


1,3
Teknik Pengairan Ahli Madya
2
Teknik Pengairan Ahli Muda
1,2,3
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: gedesuardiari@gmail.com1, supardi.bws@gmail.com2, omjoko06@yahoo.co.id3

Abstract

Dam has big advantages but also has big potential of disastrous damage. Tectonic earthquake in Lombok
happened simultaneausly Alt magnitude 6.4 on 29 July 2018, magnitude 7.0 on 5 August 2018, magnitude
6.2 on 9 August 2018 and magnitude 6.9 on 19 August 2018. The earthquake damaged 83392 living hauses,
3540 public and Social amenities, including water irrigation. The earthquake also killed 560 people with with
loss of about 7.45 billion. Inspection then conducted soon after the earthquake aiming at determining the
damage and the safety of dam structure and all supporting equipment of the dam operation. Since the
earthquake was magnitude 7.0, the area should be inspected are around 125 km in radius of the earthquake
epicentre. Extraordinary inspection consisted of two activities 1) visual inspection on the components of dam
structure, either above or under the water surfaces, 2) field inspection and study on record of instruments
to determine the behaviour of dam including the water seepage of dam, the current deformation and the
strength of water pressure in the wall and foundation of dam. The inspection showed that earthquake in
Lombok damaged the dam structure and made some cracks in the wall of dam. Out of 32 dams, 31 dams
could be categorized as good enough to operate while the rest need more study to assure the condition to
operate. The analysis on the record of seepage and pores data, and the position of dam, it is inferred that
there is nothing that over the parameter potentially to cause damages and reduce the safety of the dams.

Keywords: earthquake, damages, behavior, dam

Abstrak

Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula.
Gempa tektonik terjadi di Pulau Lombok berturut-turut dengan kekuatan 6,4 skala Richter tanggal 29 Juli
2018, skala 7,0 skala Richter tanggal 5 Agustus 2018, skala 6,2 skala Richter tanggal 9 Agustus 2018 dan
terakhir skala 6,9 skala Richter tanggal 19 Agustus 2018. Akibat gempa tersebut terdapat 83.392 unit rumah
penduduk rusak, 3.540 unit fasilitas umum dan sosial rusak termasuk bangunan air irigasi juga mengalami
kerusakan dan korban jiwa mencapai 560 orang meninggal dunia dengan kerugian 7,45 triliun. Inpeksi luar
biasa dilakukan segera setelah terjadinya gempa bumi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan
dan tingkat keamanan struktur bendungan serta peralatan pendukungnya terhadap pengoperasian
bendungan. Karena gempa yang terjadi bermagnitudo 7.0 skala richter, maka lokasi bendungan yang harus
di inspeksi adalah sampai radius 125 km dari pusat gempa. Inpeksi luar biasa mencakup 2 kegiatan yaitu 1)
inspeksi visual atas komponen struktur bendungan baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan
air dan 2) inspeksi lapangan dan kajian atas catatan instrumentasi untuk menilai perilaku bendungan
meliputi air rembesan waduk, laju deformasi yang terjadi dan besarnya tekanan air pori di dalam tubuh
bendungan dan atau di pondasi bendungan. Dari hasil inspeksi luar biasa diketahui gempa bumi di Lombok
telah menimbulkan kerusakan pada bangunan infrastruktur bendungan berupa retakan pada permukaan
timbunan. Dari 32 bendungan yang ada, terdapat 31 bendungan kondisi baik sehingga dapat beroperasi
dan 1 bendungan dalam kondisi cukup sehingga dapat beroperasi namun diperlukan analisa teknik untuk
memastikan kondisi keamanan bendungan. Hasil analisis terhadap pencatatan data rembesan, tekanan pori
dan penurunan tubuh bendungan, diketahui tidak terdapat hasil pemantauan yang melebihi parameter-
parameter dalam desain yang berpotensi gangguan terhadap keamanan bendungan.

Kata Kunci: gempa, kerusakan, perilaku, bendungan

1 - 80 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 5 No. 01 Juni 2019

LEAD RUBBER BEARING (LRB)


SEBAGAI SOLUSI GEMPA 1000 TAHUNAN
PADA JEMBATAN KENTENG SALATIGA

Wahyuningsih Tri Hermani

Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda


Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: wahyuningsihth@yahoo.co.id

Abstract

Kenteng bridge foundation works using pile bore. Field evaluation by visiting geotechnical specialists by re-
ferring to the latest borelog results carried out by the contractor. After checking by the independent checker
team, it was found that the bore pile pole pull reaction against the 1000 year earthquake load exceeded
the pull support capacity of the borepile pole so that it was suggested by the Commission for the Security
of Road Bridges and Tunnels (KKJTJ) to reduce the pull force on borepile. Initially it was recommended to
use High-Damping Rubber Bearings (HDRB), but it was constrained by the time of HDRB procurement which
requires a maximum of 4 months. Therefore, to be able to withstand a 1000-year earthquake load, the use
of Lead Rubber Bearings (LRB) is chosen which only requires about 2 months of procurement.The method
used in this study by evaluating the use of Lead Rubber Bearings (LRB) on the Kenteng bridge using load
analysis and calculations pull the bore pile pole. From the study of the use of the Kenteng Bridge Lead Rub-
ber Bearing (LRB) on the construction of segments 4 and 5 of the Semarang-Solo toll road located in the
Salatiga-Kartosuro Sta. 48.375 has a maximum design for the Kenteng 260 ton LRB Bridge. The use of se-
lected designs, namely LRB, is ready to bear 72 tons. The implementation method is divided into 2, namely
the installation of LRB for simple span and continuous span.

Keywords: LRB, bearing, earthquake, bridge

Abstrak

Pekerjaan pondasi jembatan Kenteng menggunakan bore pile. Evaluasi di lapangan oleh visiting spesialis
geoteknik dengan mengacu pada hasil borelog terbaru yang dilaksanakan oleh kontraktor. Setelah dilaku-
kan pengecekan oleh tim independent checker diketahui reaksi gaya tarik tiang bore pile terhadap beban
gempa 1000 tahun melampaui daya dukung tarik tiang borepile sehingga atas saran Komisi Keamanan Jem-
batan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) untuk menurunkan gaya tarik pada borepile. Pada awalnya disarankan
menggunakan High-Damping Rubber Bearing (HDRB), tetapi terkendala dengan waktu pengadaan HDRB
yang membutuhkan waktu paling cepat 4 bulan. Oleh karena itu, untuk dapat menahan beban gempa 1000
tahun dipilih penggunaan Lead Rubber Bearing (LRB) yang hanya membutuhkan waktu pengadaan sekitar
2 bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengevaluasi penggunaan Lead Rubber Bear-
ing (LRB) pada jembatan Kenteng menggunakan perhitungan analisa beban dan gaya tarik tiang bore pile.
Dari kajian pada penggunaan Lead Rubber Bearing (LRB) Jembatan Kenteng pada pembangunan jalan tol
Semarang-Solo segmen 4 dan 5 yang berada pada ruas Salatiga-Kartosuro Sta. 48.375 mempunyai desain
maksimum untuk LRB Jembatan Kenteng 260 ton. Penggunaan desain bearing yang dipilh yaitu LRB yang
siap mampu memikul 72 ton. Metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu pemasangan LRB untuk simple
span dan continuous span.

Kata kunci: LRB, bearing, gempa, jembatan

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 81
Vol.5 No. 01 Juni 2019 Lampiran

EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN


RUMAH TAHAN GEMPA TIPIKAL TEMBOKAN PADA
PERUMAHAN BERSUBSIDI DI SERANG BANTEN
Meassa Monikha Sari1, Dessy Triana2

Dosen Program Studi Teknik Sipil


1,2

1,2
Universitas Serang Raya
Email: khasanny@yahoo.com1, dessytriana@yahoo.co.id2

Abstract

A subsidized house generally is kind of masonry house which is susceptible to get loss and damages caused
by earthquake. An earthquake does not cause casualty but a collapsed building does it. The purpose of this
study is to evaluate how far the implementation in developing earthquake resistant house case study typical
of masonry, in the subsidized housings in Serang, Banten. The object is masonry building with type of less
than 36 of the 20 subsidized housings in Serang Banten and it used purposive sampling method. The visual
inspection by checking the structural and non-structural components of the building, interview, survey and
observation as data collective methods. The result shows there is only 15% of subsidized housings on this
study which was built considering the criteria of an earthquake resistant building, 45% of them was less
constructed and 40% of subsidized housing was not built appropriately to a minimum requirements in the
standard of earthquake resistant building. Based on the evaluation results, it can be said that in the building
construction needs more attention and control from the government, developers and the building’s owner
to reduce loss and house damages caused by earthquake in the future.

Keywords: earthquake, subsidized house, typical of masonry

Abstrak

Rumah bersubsidi pada umumnya adalah bangunan tipikal tembokan yang rentan mengalami kerugian
dan kerusakan akibat gempa. Timbulnya korban jiwa ketika terjadi gempa secara umum disebabkan oleh
tertimpa bangunan yang roboh, bukan disebabkan oleh gempa itu sendiri. Tujuan penelitian adalah men-
gevaluasi sejauh mana implementasi pembangunan rumah tahan gempa tipikal tembokan sudah diterapkan
oleh para pengembang pada perumahan bersubsidi di Serang, Banten. Objek penelitian adalah bangunan
rumah tinggal tipe kurang dari 36 pada 20 perumahan bersubsidi di Serang Banten, menggunakan teknik
purposive sampling. Metode pengumpulan data melalui visual inspection komponen struktural dan non-
struktural pada bangunan rumah, didukung wawancara, survey dan observasi di lapangan. Hasil peneli-
tian menunjukkan hanya 15% perumahan bersubsidi dibangun memenuhi kriteria bangunan rumah tahan
gempa, sedangkan 45% dinilai kurang memenuhi dan 40% tidak memenuhi syarat minimum rumah tahan
gempa tipikal tembokan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam pembangunan
rumah bersubsidi diperlukan perhatian lebih dan kontrol dari pemerintah, pengembang dan pemilik rumah
untuk mengurangi kerugian dan kerusakan apabila terjadi gempa.

Kata Kunci: gempa, rumah bersubsidi, tipikal tembokan

1 - 82 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 5 No. 01 Juni 2019

MIKROZONASI KEGEMPAAN DENGAN APLIKASI


SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
UNTUK ANALISIS BAHAYA GEMPA
KOTAMADYA SURAKARTA

Widodo1, Sudibyakto2, Sulis Nur Syamsudin3

Dosen Program Studi Teknik Sipil FTSP, 2Dosen Geo-Info Program Pasca Sarjana,
1

3
Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda
1
Universitas Islam Indonesia, 2Universitas Gajah Mada,
3
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: widodonz@yahoo.com1, sudibyakto@gmail.com2, sulisnursyamsudin@gmail.com3

Abstract

Surakarta Municipality in accordance with the Surakarta-Giritontro (1992) sheet is a fold, cesarean, muscular
and lake area. This fold consists of an anticline and syncline involving rocks from the Semilir Formation,
Oyo Formation, Wonosari-Punung Formation, and Kepek Formation. It is this geographical, geological and
seismotectonic location that makes Surakarta Municipality relatively close to the earthquake sources which
caused Surakarta Municipality to have the potential to impact the earthquake. Planning and construction
of facilities and infrastructure in Surakarta Municipality, especially those concerning the livelihood of many
people, must really pay attention to the seismic aspects. If the building is not well planned for earthquake
hazards, then the risk of losses that may occur will be large given the high earthquake hazard in Surakarta
Municipality.The method in this study is to determine the parameters and seismic analysis using the SHAP
program and the total probability theory with the EQ-RISK sofware. Synthetic digitization data uses the
SHINT program and 1-dimensional wave propagation analysis to the surface with the NERA program. The
value of acceleration at the surface of the ground resulting from wave propagation to the surface is then
made a contour map using SURFER software. The results obtained from this study are the maximum
acceleration contour maps on the ground surface for the PGA spectral period with a 500 year return period
obtained results ranging from 0.15-0.24g.

Keywords: surface acceleration, time history, contour map

Abstrak

Kotamadya Surakarta sesuai lembar Surakarta-Giritontro (1992) merupakan daerah lipatan, sesar, kekar, dan
perdanauan. Lipatan ini terdiri dari antiklin dan sinklin yang melibatkan batuan dari Formasi Semilir, Formasi
Oyo, Formasi Wonosari-Punung, dan Formasi Kepek. Letak geografis, geologis dan seismotektonik inilah
yang menjadikan Kotamadya Surakarta relatif dekat dengan sumber-sumber gempa yang menyebabkan
Kotamadya Surakarta sangat berpotensi terhadap dampak gempa bumi. Perencanaan dan pembangunan
sarana dan prasarana di Kotamadya Surakarta terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus
betul-betul memperhatikan aspek kegempaan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko kerugian yang
mungkin terjadi akibat dari dampak gempa bumi yang bersifat merusak dan menyebabkan korban jiwa.
Metode dalam penelitian ini adalah dengan menentukan parameter dan analisis seismik menggunakan
program SHAP dan teori probabilitas total dengan piranti EQ-RISK. Data digitasi sintetik menggunakan
program SHINT dan Analisis perambatan gelombang 1 dimensi ke permukaan tanah dengan program NERA.
Nilai percepatan di permukaan tanah hasil dari perambatan gelombang ke permukaan tersebut kemudian
dibuat peta kontur dengan menggunakan software SURFER. Hasil dari penelitian ini adalah peta kontur
percepatan maksimum dipermukaan tanah untuk periode spektral PGA dengan periode ulang 500 tahun
diperoleh hasil berkisar antara 0.15-0.24g.

Kata kunci: percepatan permukaan, riwayat waktu, peta kontur

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 83
Vol.5 No. 01 Juni 2019 Lampiran

MITIGASI BENCANA BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SAMPEAN


BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT,
DI WILAYAH BONDOWOSO DAN SITUBONDO,
PROVINSI JAWA TIMUR

Yosi Darmawan Arifianto

Widyaiswara Ahli Muda


Balai Diklat PUPR Wilayah VI Surabaya, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: yosmillenia@yahoo.com

Abstract

The Sampean Baru Dam, which is located in the Sampean watershed, was built in 1976, its main purpose
is to fulfill irrigation water needs for the people of Bondowoso and Situbondo. Not yet optimal management
of Dams causes frequent flooding in the Sampean watershed. Flood events that occur as well as the iden-
tification of the increasingly critical level of the Sampean watershed are behind the need for community-
based flood disaster mitigation studies, with the aim of anticipating and minimizing losses due to similar
floods and for preserving and preserving existing natural resources. Empowerment of people living around
reservoirs or dams is expected to improve the quality of life of these communities. With the empowerment
of the economy of the community around the reservoir, it is hoped that the community will take part in
maintaining and maintaining the dam both directly and indirectly through increasing community capac-
ity, increasing community independence, improving people’s lives, and increasing the sustainability of de-
velopment activities. Some community empowerment-based disaster mitigation activities include forming
Non Govermental Organization that are engaged in the field of concern for natural disasters, conducting
training and counseling through the establishment of Tangguh Bencana Village, implementing upstream
downstream Cost Sharing programs, namely people who benefit from watershed management both directly
and indirectly must bear management costs based on the principle of adequate funds (cost recovery), and
several other mitigation activities.

Keywords: dam, watershed, empowerment

Abstrak

Bendungan Sampean Baru yang berada pada DAS Sampean dibangun tahun 1976 tujuan utamanya adalah
untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi bagi masyarakat Bondowoso dan Situbondo. Pengelolaan Bendun-
gan yang belum maksimal menyebabkan seringkali terjadi banjir pada DAS Sampean tersebut. Peristiwa
banjir yang terjadi serta identifikasi semakin tingginya tingkat kekritisan DAS Sampean, melatar belakangi
perlunya dilakukan kajian mitigasi bencana banjir berbasis partisipasi masyarakat, dengan tujuan untuk
mengantisipasi dan meminimalisasi kerugian akibat banjir serupa serta untuk menjaga dan melestarikan
sumberdaya alam yang ada. Pemberdayaan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar waduk atau bend-
ungan diharapkan akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat tersebut. Dengan adanya pemberdayaan
perekonomian masyarakat di sekitar waduk diharapkan masyarakat ikut serta berperan dalam menjaga dan
memelihara bendungan baik secara langung maupun tidak langsung melalui peningkatan kemampuan ma-
syarakat, peningkatan kemandirian masyarakat, peningkatan taraf kehidupan masyarakat, dan peningka-
tan kesinambungan (sustainability) kegiatan pembangunan. Beberapa kegiatan mitigasi bencana berbasis
pemberdayaan masyarakat antara lain membentuk LSM yang bergerak dalam bidang kepedulian terhadap
bencana alam, melakukan pelatihan dan penyuluhan melalui pembentukan Desa Tangguh Bencana, penera-
pan program Cost Sharing hulu hilir yaitu masyarakat yg memperoleh manfaat atas pengelolaan DAS baik
secara langsung maupun tak langsung wajib menanggung biaya pengelolaan berdasarkan prinsip kecuku-
pan dana (cost recovery), dan beberapa kegiatan mitigasi lainnya.

Kata Kunci: bendungan, DAS, pemberdayaan

1 - 84 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 5 No. 01 Juni 2019

ANALISIS ENERGI TERBARUKAN TENAGA SURYA


SEBAGAI PENGGANTI ENERGI KONVENSIONAL
UNTUK TRAFFIC LIGHT DI KOTA MAKASSAR
1 2
Nurul Muktiah Said , M. Yamin3 Jinca ,
Yashinta Kumala Dewi
1
Mahasiswa Program Studi S1 Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota,
2,3
Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota
1,2,3
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Email: nurulmuktia10@gmail.com1, my_jinca@yahoo.com2,
yashintasutopo@yahoo.com3

Abstract

One of the attempt that shall do in order to minimise the convensional energy dependency in traffic light
is using one of Makassar city’s potency which is solar energy as the source of its electricity. Therefore, if
the PLN cut down the electricity then the traffic light will be able to still operate, then the traffic stilll going
smoothly. This research aims to (1) indentify the main factors that affect in application of solar energy for
traffic light (2) to analyse the probability of feasibility in applicating solar energy as conventional energy
alternate which seen from sustainability aspects. Analytical hierarchy process is using in this research as a
method to find the proability of feasibility in applicating both energy resources (convetional and solar). The
result shown that solar energy has the higher probability value in the applicating in traffic light. It indicate
that the solar energy is possible to be utilized or applicated as the energy source alternate for traffic light
in Makassar City.

Keyword: solar power, energy conventional, traffic light, sustainable

Abstrak

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir ketergantungan penggunaan energi konven-
sional pada traffic light adalah dengan memanfaatkan salah satu potensi yang dimiliki kota Makassar yaitu
energi matahari sebagai sumber energi listriknya. Oleh sebab itu, apabila listrik PLN padam atau terputus
maka traffic light tenaga surya tidak akan terganggu dan akan tetap menyala, sehingga kondisi lalu lintas
tetap berjalan dengan baik. Studi ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh
dalam pemanfaatan energi terbarukan tenaga surya untuk traffic light dan (2) menganalisis probabil-
ity kelayakan pemanfaatan energi terbarukan tenaga surya sebagai pengganti energi konvensional yang
dilihat dari aspek sustainable. Metode analisis yang digunakan adalah AHP (analytical hierarchy process)
untuk menemukan probability kelayakan pemanfaatan kedua energi alternatif (energi terbarukan tenaga
surya dengan energi konvensional). Hasil dari analisis menunjukkan bahwa energi terbarukan tenaga surya
yang memiliki nilai probability tertinggi dalam pemanfaatan energi alternatif untuk traffic light. Hal ini
menunjukkan bahwa energi terbarukan tenaga surya memungkinkan untuk dimanfaatkan atau diterapkan
sebagai sumber energi listrik untuk traffic light di kota Makassar.

Kata Kunci: tenaga surya, energi konvensional, traffic light, sustainable.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 85
Vol.5 No. 01 Juni 2019 Lampiran

PEMODELAN ESTIMASI VOLUME STRUKTUR ATAS


JEMBATAN TIPE I-GIRDER

Irma Dewi Adriati1, Andreas Triwiyono2, Muslikh3

Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda


1

Dosen Magister Teknik Sarana Prasarana dan Bahan Bangunan


2, 3

1
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XIII, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2,3
Universitas Gadjah Mada
Email: irma.dewi.adriati@gmail.com, andreas.triwiyono@ugm.ac.id, muslikh_jtsl@ugm.ac.id

Abstract

One of the components contained in the document Plan and Strategy (Called RENSTRA document in Indo-
nesian Ministry of Public Works) development of infrastructure of the bridge is estimated requirement to
build a bridge or bridge replacement. In determining the forecast budget requirements, there are no clear
standards on how cost should be apportioned. The problem that arises is when the cost estimate has been
determined turned out to be less or too large compared to the results of detail planning, while the estimated
cost component is already listed in the budget plan. This ied to the making of Detailed Engineering Design
(DED) be tied to the value of pre-determined budget. This research aims to propose a material prediction
model for upper-structure of the bridge I-Girder type, so, by knowing the material prediction require-
ments, the budget requirements can be estimated more precisely. The database obtained by designing the
upper-structure of the bridge I-Girder type as many as 22 variations. Material quantity estimation models
were analyzed by the simple regression analysis methods. The span length is determined as independent
variables to predict the concrete volume, steel reinforcement volume and steel stand volume. This research
produced 10 simple equations to estimate the volume of concrete and steel work needed to build an I-Girder
bridge type.

Keywords: PCI Girder, upper-structure of the bridge, the concrete volume, steel weight

Abstrak

Salah satu komponen yang ada dalam dokumen Rencana dan Strategi (Renstra) pembangunan infrastruktur
jembatan adalah perkiraan kebutuhan anggaran pembangunan atau penggantian jembatan. Dalam penen-
tuan kebutuhan anggaran tersebut, tidak ada patokan yang jelas berapa jumlah anggaran yang dibutuhkan.
Masalah yang timbul adalah ketika perkiraan biaya yang telah ditentukan ternyata kurang atau terlalu besar
dibandingkan hasil dari perencanaan, sedangkan perkiraan komponen biaya dalam Renstra tersebut terlan-
jur masuk dalam rencana anggaran (RKAKL). Hal tersebut mengakibatkan pembuatan Detail Engineering
Design (DED) menjadi terikat dengan nilai anggaran yang telah ditentukan. Penelitian yang dilakukan bertu-
juan untuk membuat model estimasi volume struktur atas jembatan tipe I-Girder, sehingga dengan menge-
tahui perkiraan kebutuhan volume, maka pembuatan kebutuhan anggaran dapat diperkirakan dengan lebih
teliti dari awal. Basis data didapatkan dengan membuat desain struktur atas jembatan tipe balok I-Girder
sebanyak 22 variasi, kemudian menghitung kebutuhan volume pekerjaan beton, baja tulangan dan baja
strand prestressed. Model estimasi volume didapatkan melalui analisis regresi linier sederhana. Bentang
jembatan dipergunakan sebagai variabel bebas untuk memperkirakan volume beton, baja tulangan dan
baja strand yang dibutuhkan. Penelitian ini menghasilkan 10 persamaan sederhana untuk memperkirakan
volume pekerjaan beton dan baja yang dibutuhkan untuk membangun jembatan tipe I-Girder.

Kata Kunci: I-Girder, struktur atas jembatan, volume beton, berat baja

1 - 86 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 5 No. 01 Juni 2019

EVALUASI EFISIENSI KINERJA TANGKASAKI


SEBAGAI MODA PENGANGKUT SAMPAH KOTA MAKASSAR

Yashinta Sutopo 1, M. Yamin Jinca2,


M. Fathien Azmy3, Muhammad Irfan4

Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota


1,2,3

Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota


4

1,2,3,4
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Email: yashintasutopo@yahoo.com1, my_jinca@yahoo.com2,
fathienazmy@gmail.com3, vanirvan03@gmail.com4

Abstract

The research aimed to evaluate the eficiency of Tangkasaki Truck as a waste transportation mode of City of
Makassar. The evaluation includes speed, technology, container capacity, number of petugas, compatibility
to access road and waste bin, tidiness during the loading process, applicability of information system, and
recognizability by the users. The evalution on speed was focused on t2 which is time required in the load-
ing process from the individual bin to the truck container. Data was obtained from literature study and field
survey. Analysis was done by using indicators developed from comparative study of modes with relatively
high efficiency that are currently implemented in developed cities. Comparation was then made between the
ideal (das Sollen) and the existing condition (das Sein). The research was conducted in 3 (three) months,
from July to October 2017. The research found that the A level of performance is occupied by the mode with
robotic technology with a full automatic system, which required only 6 seconds/house of t2 and 6 seconds.
petugass/house service. Compared to such optimum level of performance, the analysis concluded that
Tangkasaki is in the C level or even much lower as it can reach 85 seconds/house t2 and 123 seconds.petu-
gass/house service, and even more. In order to improve the overal level of performance, it is highly recom-
mended therefore, for the City of Makassar to replace the existing mode with an A level of performance or
at least B. It is necessary to improve the citizen’s participation and to implement a trash pickup schedule
and an adequate information system to enhance better participation of the citizens.

Keywords: efficiency, Tangkasaki, transportation, waste, makassar

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi Truk Tangkasaki sebagai moda pengangkut sampah
Kota Makassar dan menghasilkan rekomendasi untuk peningkatannya di masa depan. Evaluasi mencakup
kecepatan dalam pengangkutan, teknologi, kapasitas kontainer, jumlah petugas yang dibutuhkan, kom-
patibilitas moda dengan jalan dan bak sampah, kerapihan dalam prosesnya, aplikasi sistem informasi, dan
kemudahan pengguna dalam mengenali moda dan petugasnya. Evaluasi kecepatan dikhususkan pada t2
yaitu waktu yang dibutuhkan dalam proses pemuatan sampah dari bak sampah ke kontainer truk. Data
penelitian didapatkan dari studi literatur dan survei lapangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan
indikator yang disusun berdasarkan studi banding moda-moda pengangkut sampah yang dianggap relatif
efisien saat ini yang diaplikasi di kota-kota maju. Metode perbandingan dan pembobotan dilakukan dengan
membandingkan antara kondisi eksisting (das Sein) dengan ideal (das Sollen). Total waktu penelitian adalah
3 (tiga) bulan, yaitu dari Juli hingga Oktober 2017. Dari studi banding didapatkan bahwa level A ditempati
oleh moda berteknologi robotic, bersistem full automatic yang hanya membutuhkan t2 sebesar 6 detik/
rumah dan kinerja pelayanan sebesar 6 detik.petugas/rumah. Dari analisis disimpulkan bahwa kinerja Tang-
kasaki secara umum berada pada level C dengan nilai t2 rata-rata adalah 20-85 detik/rumah dan kinerja
petugas rata-rata 123 detik.petugas/rumah. Untuk peningkatan kinerja dan pengurangan t2 direkomenda-
sikan penggantian moda pengangkut sampah yang ada saat ini ke jenis moda dengan efisiensi pada level
A atau minimal B. Diperlukan pula peningkatan kerjasama dengan warga dalam proses pengangkutan, dan
implementasi jadwal dan sistem informasi pendukungnya yang akan memudahkan warga dalam merespon
dan mempersiapkan kontribusinya dengan lebih baik.

Kata Kunci: efisiensi, tangkasaki, pengangkut, sampah, makassar

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 87
Vol.5 No. 01 Juni 2019 Lampiran

EVALUASI pemenuhan spm jalan tol


sebagai wujud akuntabilitas pemerintah

Diki Zulkarnaen

Widyaiswara Ahli Muda


Balai Diklat PUPR Wilayah III Jakarta, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: zulkarnaen204@yahoo.com

Abstract

Responsibility is an obligation to be responsible, while accountability is an obligation of responsibility that


must be achieved. Accountability aspects are in the form of a relationship, results oriented, require reports,
require consequences, and improve performance. Accountability could be seen from the perspective of ac-
countability and accountability mechanisms. Minimum Service Standard (SPM) is a provision regarding the
type and quality of mandatory minimum basic services that is obtained by each citizen. SPM is structured as
a means for the Government to ensure access and quality of basic services provided to the community can
be fulfilled. The preparation of SPM must be simple, concrete, easy to measure, open, affordable and ac-
countable, and have a deadline for achievement. Fulfillment of SPM for toll roads based on Minister of Public
Works Regulation Number 16 of 2014, concerning Toll Road SPM. SPM toll roads have 8 service substances,
those are toll road conditions, average travel speed, accessibility, mobility, safety, rescue units and service
assistance, environment, and Rest / Rest and Service Area. Fulfilling the SPM value is very related to the
level of toll road services, so that the results of this fulfillment can be considered as a result of the perfor-
mance of a toll road. In this paper, we will discuss the fulfillment of SPM as a form of government account-
ability and recommendations to improve the effectiveness and efficiency of SPM compliance evaluation.

Keywords: accountability, SPM, evaluation, performance, tol tariff

Abstrak

Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggung jawaban yang harus dicapai. Aspek-aspek akuntabilitas berupa sebuah hubungan, berorien-
tasi pada pada hasil, membutuhkan adanya laporan, memerlukan konsekuensi, dan memperbaiki kinerja.
Akuntabilitas dapat dilihat dari perspektif mekanisme akuntabilitas maupun tingkatan akuntabilitas. Stan-
dar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang meru-
pakan urusan wajib yang diperoleh oleh setiap warga secara minimal . SPM disusun sebagai sarana bagi
Pemerintah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar yang diberikan kepada masyarakat dapat
terpenuhi. SPM yang disusun harus bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan
dapat dipertanggung jawabkan, serta mempunyai batas waktu pencapaian. Pelaksanaan pemenuhan SPM
untuk jalan tol mengacu pada Peraturan Menteri PU Nomor 16 Tahun 2014, tentang SPM Jalan Tol. SPM
jalan tol memiliki 8 substansi pelayanan, yaitu kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksessibilitas,
mobilitas, keselamatan, unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan, lingkungan, dan Tempat
Istirahat/Tempat Istirahat dan Pelayanan. Pemenuhan nilai SPM berkaitan erat dengan tingkat pelayanan
jalan tol, sehingga hasil pemenuhan ini dapat dianggap sebagai hasil kinerja suatu ruas jalan tol. Dalam
jurnal ini dibahas Pemenuhan SPM Jalan Tol sebagai wujud akuntabiltas pemerintah dan rekomendasi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi evaluasi pemenuhan SPM Jalan Tol.

Kata Kunci: akuntabilitas, SPM, evaluasi, kinerja, tarif tol

1 - 88 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 5 No. 01 Juni 2019

Perhitungan NILAI Korosivitas Air


Terhadap Infrastruktur Sumber Daya Air Berbahan Logam

Devita Satya Lestari

Penelaah Standar dan Pedoman


Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Email: devianastasia.dd@gmail.com

Abstract

Corrosion, or better known as rust, is very troubling, especially if it occurs in water resources infrastructure
made from metal, for example: if corrosion occurs in bridges, weirs, dams, wastewater treatment plants
made of metal, riverbanks and the buildings water resources infrastructure others that made of metal in
the reservoir. Because of corrosion is very detrimental to water resources infrastructure, then do a study
of the procedures for calculating water corrosivity, that is with using analysis data in one of the reservoirs
in Indonesia, that is data the Sermo Reservoir. This study uses 2 (two) water corrosivity calculating formu-
las Langelier Saturation Index (LSI) from Metcalf and Eddy, 2003. This study uses Sermo reservoir data,
then data from the analysis carried out in the field and in the laboratory are included in 2 (two) calculation
formula and based the calculation result of Langelier Saturation Index using a decrease formula from the
LSI Calculator and result the calculation of LSI using software from the website or LSI Calculator, the water
corrosivity the Sermo reservoir is highly corrosive to water resources infrastructure made from metal. The
conclusion of this study, the calculation formula of the LSI method by using a decrease formula from LSI
Calculator and LSI that uses software from the website or LSI Calculator is used for water resources infra-
structure made from metal.

Keyword: corrosion, metal, procedure for calculating water corrosivity, water resources infrastructure

Abstrak

Korosi atau yang lebih dikenal dengan istilah karat sangat meresahkan terutama jika terjadi di prasarana
atau infrastruktur sumber daya air berbahan logam, misalnya: jika korosi terjadi di jembatan, bendung,
bendungan, instalasi pengolahan air limbah yang terbuat dari logam bangunan perlindungan tebing sun-
gai dan bangunan-bangunan infrastruktur sumber daya air lainnya yang terbuat dari logam yang terdapat
di waduk. Dikarenakan korosi bersifat sangat merugikan terhadap infrastruktur sumber daya air, maka
dilakukanlah kajian mengenai tata cara perhitungan korosivitas air dengan menggunakan data-data hasil
analisa di salah satu Waduk di Indonesia yakni data Waduk Sermo. Kajian ini menggunakan 2 (dua) rumus
perhitungan korosivitas air Langelier Saturation Index (LSI) dari Metcalf dan Eddy, 2003. Kajian ini meng-
gunakan data-data Waduk Sermo, kemudian data hasil analisis yang dilakukan di lapangan maupun di
laboratorium dimasukkan ke dalam 2 (dua) rumus perhitungan dan berdasarkan hasil perhitungan Langelier
Saturation Index menggunakan penurunan rumus dari LSI Calculator dan hasil perhitungan LSI menggu-
nakan perangkat lunak dari website atau LSI Calculator, korosivitas air waduk Sermo bersifat sangat korosif
terhadap infrastruktur berbahan logam. Kesimpulan dari kajian ini, rumus perhitungan metode LSI dengan
menggunakan penurunan rumus dari LSI Calculator dan LSI yang menggunakan perangkat lunak dari web-
site atau LSI Calculator digunakan untuk infrastruktur berbahan logam.

Kata Kunci: infrastruktur sumber daya air, korosi, logam, tata cara perhitungan korosivitas air

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 89
Vol.5 No. 01 Juni 2019 Lampiran

PEDOMAN PENULISAN
JURNAL INFRASTRUKTUR

JUDUL ARTIKEL

(HURUF KAPITAL, Verdana, 12 pt, bold, centered, tidak lebih dari 12 kata)
(satu baris spasi kosong, 12 point font)

Penulis Pertama1), Penulis Kedua2), dst


(Verdana, 10 pt, bold, centered, dengan gelar)
(satu baris spasi kosong, 10 point font)

1
Institusi (Verdana, 10 pt)
2
Institusi (Verdana, 10 pt)
E-mail: author@address.com (Verdana, 10 pt)
(satu baris spasi kosong, 10 point font)

Abstract
(Verdana, 9 pt, bold, at most 200 words)
(satu baris spasi kosong, 9 point font)

Abstract should be written in English. The abstract is written with Verdana size 9, and single spacing. The
abstract should summarize the content of the paper, including problems, the aim of the research, research
method, and the results, and the conclusions of the paper. It should not contain any references or displayed
equations. The abstract should be no more than 200 words.
(satu baris spasi kosong, 9 point font)
Keywords: up to 5 keywords in English (Verdana, 9 pt, italics)
(dua baris spasi kosong, 9 point font)

Abstrak
(Verdana, 9 pt, bold)
(satu baris spasi kosong, 9 point font)

Abstrak dalam Bahasa Indonesia. Ditulis dengan font Verdana size 9 dan single spacing. Abstrak harus
merangkum isi makalah, termasuk permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, dan hasil, dan
kesimpulan dari makalah. Abstrak tidak mengandung referensi dan/atau persamaan.Tidak boleh lebih dari
200 kata.
(satu baris spasi kosong, Verdana, 9 point font)

Kata Kunci: terdiri dari 5 kata kunci (Verdana, 9 pt, italics)


(dua baris spasi kosong, Verdana, 9 point font)
1. PENDAHULUAN
Template ini digunakan sebagai pedoman penulisan Jurnal Infrastruktur di Pusdiklat Manajemen dan Pengembangan Jabatan
Fungsional Badan Pengembangan Sumbar Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Artikel
harus memuat Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan, serta Daftar
Pustaka. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia menggunakan jenis huruf Verdana, font size 9, spasi 1.5, rata kiri kanan,
margin kiri – kanan – atas – bawah masing-masing 3 cm, menggunakan kertas ukuran A4 (210 mm x 297 mm). Panjang naskah
8 – 12 halaman, termasuk gambar dan tabel. Bagian pendahuluan meliputi: latar belakang, rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian, dan tujuan penelitian. Penulisan bagian-bagian dari pendahuluan ini tanpa menggunakan subbab/subjudul. Sumber
referensi berasal dari sumber-sumber primer (jurnal) terbitan 5 tahun terakhir. Sumber acuan yang dicantumkan di awal
kalimat ditulis menggunakan sistem Nama (tahun), sedangkan bila dicantumkan di akhir kalimat menggunakan sistem (Nama,
tahun). Kutipan langsung lebih dari 3 baris, ditulis menggunakan spasi 1, indentasi kiri-kanan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan topik/ masalah yang dibahas (dapat berupa definisi), yang
digunakan untuk menjawab masalah yang dibahas. Tinjauan Pustaka tidak sekedar berisi kutipan dari berbagai sumber, tetapi
harus ditarik benang merahnya sehingga penulis mempunyai kesimpulan sendiri. Dalam Tinjauan Pustaka, dapat disertakan
hipotesis yaitu jawaban sementara atas masalah yang dibahas (jika diperlukan).
3. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian setidak-tidaknya menguraikan pendekatan yang digunakan dalam penelitian, populasi dan sampel penelitian,
menjelaskan definisi operasional variabel beserta alat pengukuran data atau cara mengumpulkan data, dan metode analisis
data.
Apabila alat pengukuran data menggunakan kuesioner, maka perlu dicantumkan hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Cara penyajian pada bagian ini dapat dilakukan: 1) pembahasan terpisah dari hasil atau 2) pembahasan menyatu dengan
penyajian hasil. Hasil yang dimaksud adalah rangkuman hasil-hasil analisis data, bukan hasil penelitian dalam bentuk
data mentah. Hasil analisis data dari software pengolah data statistik, disajikan dengan mengetik ulang dalam tabel yang
disesuaikan dengan kebutuhan, bukan dengan cara meng-copy output hasil analisis. Contoh penyajian data dalam bentuk
tabel seperti Tabel 1. (Lampiran tidak diperbolehkan ada dalam jurnal ini. Jika ada lampiran, mohon disertakan ke dalam
Hasil dan Pembahasan)

1 - 90 JURNAL INFRASTRUKTUR
Lampiran Vol. 5 No. 01 Juni 2019

Tabel 1. Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Sumber: Data sekunder yang diolah, Tahun 2015

Contoh penyajian data dalam bentuk gambar, grafik dan sejenisnya seperti pada Gambar 1 (resolusi minimal 150 dpi).

Gambar 1. Hasil Uji Structural Equation Model (SEM)


Sumber: Data primer yang diolah, 2015

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Simpulan merupakan ringkasan atas temuan penelitian dan implikasinya. Saran diberikan untuk pengembangan
dan penelitian lanjutan.

Saran dibuat berdasarkan kelemahan, pengalaman, kesulitan, kesalahan, temuan baru yang belum pernah
dibahas dan berbagai kemungkinan arah pembahasan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka merupakan bagian akhir dari makalah, ditulis dalam urutan alfabetis mengikuti APA Style
(http://www.apastyle.org/). Susunannya memuat: nama penulis, tahun publikasi, judul paper atau textbook,
nama jurnal atau penerbit, dan halaman. Berikut ini beberapa contoh cara penulisan daftar pustaka menurut
APA Style.
Daftar Pustaka : Berdasarkan Jumlah Penulis

Jika ada 2 (dua) Orang Penulis.


Wegener, D. T., & Petty, R. E. (1994). Mood management across affective states: The hedonic contingency
hypothesis. Journal of Personality & Social Psychology, 66, 1034-1048.

Jika ada 3 (tiga) sampai 7 (tujuh) Orang Penulis.


Kernis, M. H., Cornell, D. P., Sun, C. R., Berry, A., Harlow, T., & Bach, J. S. (1993). There’s more to self-esteem
than whether it is high or low: The importance of stability of self-esteem. Journal of Personality and Social
Psychology, 65, 1190-1204.

Jika ada lebih dari 7 (tujuh) Orang Penulis.


Miller, F. H., Choi, M. J., Angeli, L. L., Harland, A. A., Stamos, J. A., Thomas, S. T., . . . Rubin, L. H. (2009). Web
site usability for the blind and low-vision user. Technical Communication 57, 323-335.

Jika Organisasi sebagai Penulis.


American Psychological Association. (2003).

Jika Penulis tidak diketahui.


Merriam-Webster’s collegiate dictionary (10th ed.).(1993). Springfield, MA: Merriam-Webster.

Jika ada 2 (dua) atau lebih Buku/Jurnal dengan Penulis yang sama.
Berndt, T. J. (1981).
Berndt, T. J. (1999).
Berndt, T. J. (1999). Friends’ influence on students’ adjustment to school. Educational Psychologist, 34, 15-28.

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 91
Vol.5 No. 01 Juni 2019 Lampiran

Berndt, T. J., & Keefe, K. (1995). Friends’ influence on adolescents’ adjustment to school. Child Development,
66, 1312-1329.
Wegener, D. T., Kerr, N. L., Fleming, M. A., & Petty, R. E. (2000). Flexible corrections of juror judgments:
Implications for jury instructions. Psychology, Public Policy, & Law, 6, 629-654.
Wegener, D. T., Petty, R. E., & Klein, D. J. (1994). Effects of mood on high elaboration attitude change: The
mediating role of likelihood judgments. European Journal of Social Psychology, 24, 25-43.

Jika ada 2 (dua) atau lebih Buku/Jurnal dengan Penulis yang sama di tahun yang sama.
Berndt, T. J. (1981a). Age changes and changes over time in prosocial intentions and behavior between
friends. Developmental Psychology, 17, 408-416.
Berndt, T. J. (1981b). Effects of friendship on prosocial intentions and behavior. Child Development, 52, 636-
643.

Jika pustaka diambil dari Pendahuluan, Kata Pengantar, Dan Penutup.


Funk, R., & Kolln, M. (1998). Introduction. In E.W. Ludlow (Ed.), Understanding English Grammar (pp. 1-2).
Needham, MA: Allyn and Bacon.
Daftar Pustaka : Artikel dalam Periodik

Artikel dalam Jurnal berdasarkan Volume.


Harlow, H. F. (1983). Fundamentals for preparing psychology journal articles. Journal of Comparative and
Physiological Psychology, 55, 893-896.

Artikel dalam Jurnal berdasarkan Terbitan.


Scruton, R. (1996). The eclipse of listening. The New Criterion, 15(30), 5-13.

Artikel dalam Majalah.


Henry, W. A. (1990, April 9). Making the grade in today’s schools. Time, 135, 28-31.

Artikel dalam Koran.


Schultz, S. (2005, December 28). Calls made to strengthen state energy policies. The Country Today, pp. 1A,
2A.

Review
Baumeister, R. F. (1993). Exposing the self-knowledge myth [Review of the book The self-knower: A hero
under control ]. Contemporary Psychology, 38, 466-467.
Daftar Pustaka : Sumber-Sumber lain
Ensiklopedia.
Bergmann, P. G. (1993). Relativity. In The new encyclopedia britannica (Vol. 26, pp. 501-508). Chicago:
Encyclopedia Britannica.

Abstrak dalam Disertasi.


Yoshida, Y. (2001). Essays in urban transportation (Doctoral dissertation, Boston College, 2001). Dissertation
Abstracts International, 62, 7741A.

Dokumen Pemerintahan.
National Institute of Mental Health. (1990). Clinical training in serious mental illness (DHHS Publication No.
ADM 90-1679). Washington, DC: U.S. Government Printing Office.

Prosiding Seminar.
Schnase, J. L., & Cunnius, E. L. (Eds.). (1995). Proceedings from CSCL ‘95: The First International Conference
on Computer Support for Collaborative Learning. Mahwah, NJ: Erlbaum.
Daftar Pustaka : Sumber Non-Cetak lain

Interview, Email, dan Komunikasi Personal.


(E. Junaedi, Interview, 4 January 4, 2008).
A. Herman mengklarifikasi terkait kesalahan dalam pembangunan Jalan Tol di Gresik (Interview, 10
Desember, 2008).

1 - 92 JURNAL INFRASTRUKTUR
Jl. Sapta Taruna Raya No. 26, Komplek PU PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL
Pasar Jumat, Pondok Pinang, Kebayoran Lama BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Jakarta Selatan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
(021) 759 069 46 / (021) 759 069 46
Email: jafung.bpsdm.pupr@gmail.com
Web: bpsdm.pu.go.id/jurnal

Anda mungkin juga menyukai