Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sejarah merupakan hal yang penting bagi suatu Negara. Kata bung Karno
bangsa yang besar yaitu bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah atau sering
kita kenal dengan “JAS MERAH” yang artinya jangan sekali – kali melupakan
sejarah. Jika suatu negara ingin maju janganlah pernah melupakan sejarah
bagaimana Negara itu berdiri, di renungkan, di ingat, di pahami, dikoreksi dan
selanjutnya kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita sebagai Warga Negara Indonesia seharusnya mengetahui seluk beluk
bagaimana Negara Indonesia itu berdiri, dengan peristiwa apa Indonesia bisa
berdiri. Indonesia mengukir kisah perjuangan yang panjang dalam perjalanannya.
Kemerdekaan yang didapatkan sekarang ini bukanlah semudah membalikkan
telapak tangan. Bangsa Indonesia dijajah oleh negara lain selama berabad lamanya.
Penjajahan terlama dilakukan oleh Belanda. Belanda menjajah Indonesia selama
lebih kurang 350 tahun. Berbagai faktor yang melandasi penjajahan Belanda di
Indonesia, salah satunya adalah motif berdagang yang bergeser seiring dengan
keinginan untuk berkuasa. Berbagai konflik yang terjadi dengan penguasa
sebelumnya, yaitu Inggris dan Portugis menghadirkan persaingan. Persaingan yang
direalisasikan dengan adanya kongsi dagang yang merugikan Bangsa Indonesia. Di
antara bangsa-bangsa Barat yang datang di Indonesia, Belandalah yang paling
bernafsu menguasai Indonesia. Sebagai generasi muda, sangat penting untuk
mengetahui dan mempelajari sejarah perjuangan bangsa untuk menumbuhkan rasa
cinta kita yang mendalam kepada Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia pra
kemerdekaan ?
2. Peristiwa – peristiwa heroik apa saja pasca kemerdekaan ?
3. Bagaimana sejarah pada masa orde lama (1945 – 1966) ?
4. Bagaimana sejarah pada masa orde baru (1966 – 1998) ?
5. Bagaimana sejarah pada masa era reformasi (1998 – sekarang) ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia pra
kemerdekaan.
2. Mengetahui peristiwa-peristiwa heroik pasca kemerdekaan.
3. Mengetahui sejarah pada masa orde lama.
4. Mengetahui sejarah pada masa orde baru.
5. Mengetahui sejarah pada masa era reformasi.

1.4 Manfaat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan


Masa Bangsa Portugis
Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejamnya penjajahan
oleh beberapa negara asing. Diawali dari Portugis yang pertama kali datang ke
Malaka pada 1509. dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat
menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511. Setelah mendapatkan Malaka, portugis
mulai bergerak dari Madura sampai ke Ternate.
Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada
Portugis. Salah satu perlawan yang terkenal ialah perlawan Fatahillah yang berasal
dari Demak di Sunda Kelapa (Jakarta). kala itu Fatahillah dapat menyapu bangsa
Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa. Kemudian oleh Fatahillah nama
Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.
Masa Bangsa Spanyol
Keberhasilan Portugis mendorong bangsa Eropa yang lain untuk ikut mencari
untung. Kalau Portugis lebih memusatkan perhatian di Ternate, Spanyol lebih
tertarik bersekutu dengan Tidore. Terjadilah persaingan antara Portugis dan
Spanyol di kawasan Maluku. Spanyol kemudian membangun benteng di Tidore.
Pembangunan benteng ini semakin memperuncing persaingan persekutuan Portugis
dan Ternate dengan Spanyol dan Tidore. Akhirnya pada tahun 1527 terjadilah
pertempuran antara Ternate dengan bantuan Portugis melawan Tidore yang dibantu
oleh Spanyol. Benteng yang dibangun Spanyol di Tidore dapat direbut oleh
persekutuan Ternate dan Portugis.
Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan itu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati
diadakanlah Perjanjian Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain:
1) Maluku menjadi daerah pengaruh dan kegiatan Portugis.
2) Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina.
Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku. Dalam
melaksanakan monopoli perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi untuk
menanamkan kekuasaan di Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate
kemudian menentang Portugis.

Masa Pemerintahan penjajah Belanda


Masuknya Belanda ke Indonesia juga sebagai akhir dari masa penjajahan
bangsa Portugis (Penjajahan Portugis Berakhir pada 1602). Cornelius de Houtman
memimpin Belanda masuk ke Indonesia melalui Banten. Pada tahun 1602 Belanda
mendirikan Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Banten karena ingin
menguasai pasar rempah-rempah di Indonesia. kemudian lantaran pasar di Banten
mendapat saingan dari pedagang Inggris dan Tionghoa maka kantor VOC pindah
ke Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan, VOC mendapat perlawanan dari Sultan
Hasanuddin. Setelah berpindah-pindah tempat, akhirnya sampailah VOC di
Yogyakarta. Di Yogyakarta, VOC menyepakati perjanjian Giyanti yang isinya ialah
Belanda mengakui mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian
Giyanti juga membagi kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan
Kasunan Surakarta. kemudian pada tanggal 1 Januari 1800 VOC dibubarkan setelah
Perancis mengalahkan Belanda.
Penjajahan Belanda tidak berhenti Semenjak VOC dibubarkan. Belanda
kemudian memilih Daendels sebagai gubernur jenderal hindia belanda. Saat masa
Deandels, rakyat Indonesia dipaksa untuk membuat jalan raya dari Anyer hingga
Panarukan. Namun masa pemerintahan Daendels berlangsung singkat yang
kemudian diganti Johannes van den Bosch. Johannes Van den Bosch menerapkan
cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Dalam sistem tanam paksa, tiap desa wajib
menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor seperti tebu, kopi,
nila dll. Hasil tanam paksa ini harus dijual kepada pemerintah kolonial dengan
harga yang telah ditetapkan.

Masa Pemerintahan penjajah Jepang


Setelah 3,5 abad Belanda menjajah Indonesia, kemudian Jepang
menggantikan Penjajahan Belanda di Indonesia. kala itu melalui perjanjian Kalijati
pada tanggal 8 maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada jepang. Masa
pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada 17 agustus 1945.
Saat melakuakn penjajahan di NKRI Jepang membentuk beberapa organisasi.
Organisasi yang dibentuk Jepang antara lain ialah Putera, Heiho (pasukan Indonesia
buatan Jepang), PETA (Pembela Tanah Air), Jawa Hokokai (pengganti Putera).
Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan ramah oleh bangsa
Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.

Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 Jepang meyakinkan Indonesia tentang kemerdekaan dengan
membentuk Dokuritsu Junbi Tyosakai atau BPUPKI (Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada 28 April 1945, Jenderal
Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik anggota BPUPKI di
Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Kemlu). saat itu
Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan
wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P. Soeroso. Jumlah anggota
BPUPKI saat itu adalah 63 orang yang mewakili hampir seluruh wilayah di
Indonesia.

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang dan untuk
menindaklanjuti BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang yang
mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia dipimpin oleh Ir. Sukarno, dengan
wakilnya Drs. Moh. Hatta serta penasihatnya Ahmad Subarjo. kemudian Tanggal
14 Agustus 1945 Jepang menyerah karena kalah setelah bom atom dijatuhkan di
Hirosima dan Nagasaki. Kala itu Kondisi di Indonesia tidak menentu namun
membuka peluang baik karena Jepang menyatakan kalah perang namun Sekutu
tidak ada. Inilah waktu yang tepat sebagai klimaks tonggak-tonggak perjuangan
berabad-abad untuk menjadi bangsa yang berdaulat. kemudian 3 hari setelah Jepang
tak berdaya, yaitu tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 dinyatakan proklamasi
kemerdekaan Indonesia keseluruh dunia.
Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia merupakan jembatan emas,
sehingga mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia.
Menurut Surjumiharjo (1989), gerakan ini merupakan peristiwa yang serempak di
berbagai belahan bumi, khususnya di Asia dan Afrika.

2.2 Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Setelah Kemerdekaan


Konflik Indonesia dan Belanda
Atas nama bangsa Indonesia Proklamasi Kemerdekaan telah
dikumandangkan oleh Bung Karno didampingi oleh Bung Hatta pada tanggal 17
Agustus 1945. Satu langkah maju sudah ada pada genggaman bangsa Indonesia
melalui Proklamasi kemerdekaan tersebut. Sebagai negara yang baru
memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia mendapat simpati dari bangsa-bangsa
di dunia. Hal ini tampak dari adanya pengakuan negara lain terhadap Proklamasi
17 Agustus 1945. Sebagai sebuah negara merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus
1945 ditetapkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945) dan pemilihan Presiden yaitu
Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden.
Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu,
karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui
bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van
der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga
dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirkan orang-orang Belanda yang
melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah pada Jepang. Organisasi ini
semula didirikan dan berpusat di Australia.
Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL
setelah dilepas Oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda
berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan dimana-mana terjadi
pertempuran melawan NICA dan Sekutu. Tugas yang diemban oleh Sekutu yang
dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI)
ternyata memiliki agenda yang terselubung. Kedatangan pasukan Sekutu justru
diboncengi oleh NICA yang tidak lain adalah orang-orang Belanda yang ketika
Jepang datang melarikan diri ke Australia dan membentuk kekuatan di sana.
Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia Belanda. Dengan
demikian sikap Indonesia yang semula menerima kedatangan Sekutu menjadi
penuh kecurigaan dan kemudian berkembang menjadi permusuhan.
2.3 Peristiwa-Peristiwa Heroik Pasca Kemerdekaan
A. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di Semarang adalah
serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan
Tentara Jepang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia
terhadap Jepang pada masa transisi (bedakan dengan Peristiwa 10 November
– perlawanan terhebat rakyat Indonesia dalam melawan sekutu dan Belanda).
Pertempuran ini dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945 (walau kenyataannya
suasana sudah mulai memanas sebelumnya) dan berakhir tanggal 20 Oktober
1945.
B. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Pertempuran Surabaya ialah peristiwa sejarah perang antara pihak tentara
Britania Raya dengan tentara Indonesia. Peristiwa besar ini terjadi pada
tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya. Pertempuran ini merupakan
perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dan salah satu pertempuran terberat dan terbesar
dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional
atas perlawanan Indonesia kepada kolonialisme.
C. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran dasyat ini memakan waktu hampir satu bulan lamanya,
sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah ini
benar-benar membuat Inggris merasa berperang dipasifik, medan perang
Surabaya mendapat julukan “neraka” bagi mereka karena kerugian yg
disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit pengalaman mereka
tewas di surabaya serta puluhan alat perang rusak dan hancur diterjang badai
semangat arek-arek Surabaya.
Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota Surabaya telah menggetarkan
Bangsa Indonesia, semangat juang, pantang menyerah dan bertarung sampai
titik darah penghabisan demi tegaknya kedaulatan dan kehormatan bangsa
telah mereka tunjukan dengan penuh kegigihan. Banyaknya pejuang yang
gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara
yang membuat Inggris serasa terpanggang di neraka telah membuat kota
Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan dan tanggal 10
nopember diperingati setiap tahunnya sebagai hari Pahlawan.
D. Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai
membenahi daerahnya. Tugas pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera
ini adalah menegakkan kedaulatan dan membentuk Komite Nasional
Indonesia untuk wilayah Sumatera. Oleh karena itu, mulai dilakukan
pembersihan terhadap tentara Jepang dengan melucuti senjata dan menduduki
gedung-gedung pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober 1945, di Medan
mendarat pasukan Serikat yang diboncengi oleh NICA. Para Pemuda
Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan.
Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah
putih diinjak-injak oleh tamu di sebuah hotel. Para pemuda kemudian
menyerbu hotel tersebut sehingga mengakibatkan 96 korban luka-luka. Para
korban ternyata sebagian orang-orang NICA. Bentrokan antar Serikat dan
rakyat menjalar ke seluruh kota Medan. Peristiwa kepahlawanan ini
kemudian dikenal sebagai pertempuran “Medan Area”.
E. Bandung Lautan Api
Istilah Bandung Lautan Api menunjukkan terbakarnya kota Bandung
sebelah selatan akibat politik bumi hangus yang diterapkan TKR. Peristiwa
itu terjadi tanggal 23 Maret 1946 setelah ada ultimatum perintah pengosongan
Bandung oleh Sekutu. Seperti di kota-kota lainnya, di Bandung juga terjadi
pelucutan senjata terhadap Jepang. Di pihak lain, tentara Serikat
menghendaki agar persenjataan yang telah dikuasai rakyat Indonesia
diserahkan kepada mereka. Para pejuang akhirnya meninggalkan Bandung,
tetapi terlebih dahulu membumi hanguskan kota Bandung. Peristiwa tragis ini
kemudian dikenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api
F. Pertempuran Margarana
Latar belakang munculnya puputan Margarana atau pertempuran
Margarana sendiri bermula dari Perundingan Linggarjati. Pada tanggal 10
November 1946, Belanda melakukan perundingan linggarjati dengan
pemerintah Indonesia. Salah satu isi dari perundingan Linggajati adalah
Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah
kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Selanjutnya Belanda
diharuskan sudah meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1
Januari 1949. Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda mendaratkan
pasukannya kurang lebih 2000 tentara di Bali yang diikuti oleh tokoh-tokoh
yang memihak Belanda. Tujuan dari pendaratan Belanda ke Bali sendiri
adalah untuk menegakkan berdirinya Negara Indonesia Timur. Pada waktu
itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang menjabat sebagai Komandan
Resiman Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk mengadakan
konsultasi dengan Markas tertinggi TRI, sehingga dia tidak mengetahui
tentang pendaratan Belanda tersebut.
G. Pertempuran Laut Aru
Pertempuran Laut Aru adalah suatu pertempuran yang terjadi di Laut Aru,
Maluku, pada tanggal 15 Januari 1962 antara Indonesia dan Belanda. Insiden
ini terjadi sewaktu dua kapal jenis destroyer, pesawat jenis Neptune dan Frely
milik Belanda menyerang RI Matjan Tutul (650), RI Matjan Kumbang (653)
dan RI Harimau (654) milik Indonesia yang sedang berpatroli pada posisi
04,49° LS dan 135,02° BT. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran
ini setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, “Kobarkan semangat
pertempuran”.
H. Tindakan Heroik Di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945 terjadi perebutan kekuasaan dan para
pegawai negeri semua mogok karena peristiwa ini. Sejak pukul 10.00, mereka
mogok bekerja dan memaksa Jepang untuk menyerahkan semua kantor
Jepang ke Indonesia. Diperkuat oleh pengumuman oleh KNI DI Yogyakarta
pada 26 September 1945 bahwa kekuasaan di daerah itu sekarang berada di
tangan pemerintah RI. Kemudian terjadilah demo dan para pemuda berusaha
untuk merebut senjata dan peralatan perang, sedapat mungkin tanpa melalui
jalan kekerasan. Tapi karena usaha perundingan gagal, pada 1 Oktober
malam, para pemuda, BKR dan kepolisian menyerbu Tansi Otsuka Butai
yang berada di kota baru. Malam itu juga Otsuka Butai menyerah setelah 18
orang pemuda polisi gugur.
I. Peristiwa 11 Nopember 1946 di Sulawesi Selatan
Pada saat Belanda (Mayjend Van Mook) sedang mengadakan Konferensi
Denpasar dalam rangka pembentukan negara Indonesia Timur dan negara-
negara boneka lainnya, pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda
mengumumkan bahwa Sulawesi berada dalam status darurat perang dan
hukum militer (akibat dari penolakan rakyat terhadap rencana (pembentukan
Negara Indonesia Timur). Rakyat Sulawesi Selatan yang diangap menolak
atau tidak setuju/menentang rencana tersebut dibantai habis oleh pasukan
Belanda pimpinan Raymond Westerling yang mengakibatkan lebih dari
40.000 jiwa rakyat Sulawesi meninggal. Robert Wolter Monginsidi dan Andi
Matalatta yang memimpin pasukan untuk melawan kebiadaban Belanda
akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.
J. Peristiwa Merah Putih di Manado
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 februari 1946 di Manado. Para
pemuda Manado bersama laskar rakyat dari barisan pejuang melakukan
perebutan kekuasaan pemerintahan di Manado, Tomohon, dan Minahasa.
Sekitar 600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil ditahan. Adapun latar
belakang dari peristiwa ini yaitu keinginan pemuda untuk merebut kembali
kekuasan di seluruh Manado yang berada di tangan Belanda.

2.4 Sejarah Pada Masa Orde Lama ( 1945 – 1966 )

Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di


Indonesia. Ir. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah
Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang
terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno menandatangani Surat Perintah 11
Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi yang
dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal Soeharto
untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.
Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di
parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden
Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa
MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden
Republik Indonesia.

Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka
waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan
sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia
menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan
waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando.

Pemerintahan Soekarno pada era 1960-an, masa ekonomi surut di Indonesia.


Saat itu harga-harga melambung tinggi, sehingga pada tahun 1966 mahasiswa turun
ke jalan untuk mencegah rakyat yang turun. Mereka menuntut Tritura. Jika saat itu
rakyat yang turun, mungkin akan terjadi people power seperti yang terjadi di
Philipina.

Pemerintahan Rezim Militer (Orba) cukup baik pada era 1970-an dan 1980-
an, namun akhirnya kandas di penghujung 1990-an karena ketimpangan dari
pemerintah itu sendiri. Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem
pemerintahan berkali-kali. Liberal, terpimpin, dan sebagainya mewarnai politik
Orde Lama. Rakyat muak akan keadaan tersebut. Pemberontakan PKI pun sebagian
dikarenakan oleh kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan sosialisme/komunisme
(Bisa disebut Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan asas sama rata, jadi
faktor pemberontakan tersebut adalah ketidakadilan dari pemerintah Orde Lama.

Penerapan demokrasi orde lama

Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang


berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada
saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah
(inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian
bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950,
periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.

Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan


nasional dan mempersatukan bangsa Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula
yang memberikan peluang bagi kemungkinan kaburnya identitas tersebut
(Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945). Beberapa peristiwa pada Orde Lama
yang mengaburkan identitas nasional kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun
1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan
Pemberontakan PKI 1965.

Pembentukan Konstituante dan Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno (1950-


1959)

Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu


terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka
melalui perjanjian antara tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara
Indonesia Timur, & Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian pembentukan
Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950. Sejak 17 Agustus 1950, Negara
Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia 1950 yg menganut sistem kabinet parlementer. Era 1950-1959
adalah di mana presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai
dari 17 Agustus 1950 sampai 6 Juli 1959.

2.5 Sejarah Pada Masa Orde Baru ( 1966 – 1998)

Orde Baru adalah sebutan bagi masa


pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde
Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan
semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada
masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam
jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini
terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu,
kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

Masa Jabatan Presiden Suharto

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun
sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada
tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Politik Presiden Soeharto memulai
“Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah
kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada
akhir masa jabatannya.

Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan


Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19
September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan
kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB”,
dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun
setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau
Orde Baru. Pengucilan politik – di Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan
terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi
kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk
mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan
digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru.

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui


pembuatan aturan administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk
menyeleksi kekuatan lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET
(eks tapol). Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai
tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang
didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi
didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan
seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat
dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar
oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi
tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang
pembangunan antara pusat dan daerah.

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari


seminar Seskoad II 1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali
Moertopo. Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwitujuan, bisa
tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak
lain.Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan
kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat
kestabilan politik yang tinggi. Eksploitasi sumber daya Selama masa
pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya
alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun
tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi
dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Perkembangan Kekuasaan Orde Baru

Pada hakikatnya Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat,


bangsa dan negara yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945 atau sebagai koreksi terhadap penyelewengan penyelewengan yang
terjadi pada masa lalu.

Tritura mengungkapkan keinginan rakyat yang mendalam untuk


melaksanakan kehidupan bernegara sesuai dengan aspirasi masyarakat. Jawaban
dari tuntutan itu terdapat pada 3 ketetapan sebagai berikut :

1) Pengukuhan tindakan pengemban Supersemar yang membubarkan PKI dan


ormasnya (TAP MPRS No. IV dan No. IX / MPRS / 1966).
2) Pelarangan paham dan ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme
di Indonesia (TAP MPRS No. XXV / MPRS / 1966).
3) Pelurusan kembali tertib konstitusional berdasarkan Pancasila dan tertib
hukum (TAP MPRS No. XX / MPRS / 1966).

Pada tanggal 3 Pebruari 1967 DPR-GR yang menganjurkan kepada Soeharto


untuk melaksanakan Sidang Istimewa, sehingga pada 20 Pebruari 1967 Presiden
Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto. Tahap selanjutnya adalah
Penyederhanaan Partai, Memurnikan kembali politik luar negeri bebas aktif,
Menghentikan konfrontasi dengan Malaysia dan membentuk kerjasama ASEAN,
Kembali menjadi anggota PBB.

2.6 Sejarah Pada Masa Era Reformasi (1998 – sekarang)

Sejarah Reformasi 1998 - Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi


pada masa pemerintahan Orde Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang
politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru pada awal kemunculannya pada
tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan


pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan
kekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu
semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan
penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat
pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan


permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok
tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945
Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Pada dasarnya secara de jore (secara hukum)
kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat,
tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan
direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan
kekeluargaan (nepotisme).

Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada


institusi pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidak percayaan itulah yang menimbulkan
munculnya gerakan reformasi. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan
reformasi total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dam MPR yang
dipandang sarat dengan nuansa KKN.

Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah


menimbulkan ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi
oleh kelompok tertentu, konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan
pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air
semakin memanas setelah terjadinya peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996.
Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di dalam internal Partai
Demokrasi Indonesia (PDI).

Krisis moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan


Juli 1996, juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi
Indonesia ternyata belum mampu untuk menghadapi krisis global tersebut. Krisis
ekonomi Indonesia berawal dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat.

Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi


Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah
lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan
dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Sementara itu untuk
membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan pemerintah ini tidak
dapat memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank bermasalah tersebut semakin
bertambah besar dan tidak dapat di kembalikan begitu saja.

Krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan Negara, tetapi


juga telah menghancurkan keuangan nasional.Memasuki tahun anggaran 1998 /
1999, krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas ekonomi yang lainnya. Kondisi
perekonomian semakin memburuk, karena pada akhir tahun 1997 persedian
sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan
harga-harga barang naik tidak terkendali. Kelaparan dan kekurangan makanan
mulai melanda masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan moneter, pemerintah
meminta bantuan IMF. Namun, kucuran dana dari IMF yang sangat di harapkan
oleh pemerintah belum terelisasi, walaupun pada 15 januari 1998 Indonesia telah
menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF.

Pengangkatan B.J. Habibie Menjadi Presiden Republik Indonesia

Setelah B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia pada


tanggal 21 Mei 1998. Tugas Habibie menjadi Presiden menggantikan Presiden
Soeharto sangatlah berat yaitu berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi yang
mkelanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997.

Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J.
Habibie membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi
Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para menteri itu
diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, dan PDI. Dalam bidang
Ekonomi, Pemerintahan Habibie berusaha keras untuk melakukan perbaikan. Ada
beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk memperbaiki
perekonomian Indonesia diantaranya :

a. Merekapitulasi perbankan.
b. Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
c. Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
d. Menaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga di
bawah Rp. 10.000,-
e. Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan oleh IMF.

Anda mungkin juga menyukai