Anda di halaman 1dari 5

Masalah : Kecemasan

Penyebabnya :

Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan psikologis yang dapat
memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran
yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun,
rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi seseorang untuk
menjalani kehidupan sehari-hari dan menjalani kegiatan produktif.
Gangguan kecemasan adalah suatu emosi yang ditandai dengan perasaan gugup, khawatir,
peningkatan tekanan darah, dan perubahan fisik seperti tangan berkeringat, detak jantung lebih
cepat, mual, sakit perut, dan sakit kepala. Sama halnya dengan orang dewasa, gangguan
kecemasan pada anak juga bisa membuatnya sulit berkonsentrasi dan cenderung menghindari
situasi tertentu. Saat mengalami gangguan kecemasan, anak mungkin akan cenderung
memikirkan hal buruk, mengalami perubahan pola makan, susah tidur, agresif, dan tantrum.
Penyebab pasti rasa cemas belum diketahui. Namun, sudah terbukti bahwa rasa cemas
disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tertentu. Seperti gangguan mental lainnya, rasa cemas
disebabkan oleh gagalnya saraf-saraf otak untuk mengontrol emosi dan rasa takut. Berikut hal-
hal yang menjadi penyebab anak mudah cemas, seperti:
1. Merasa khawatir dengan prestasinya
Sebab semua anak ingin membanggakan orangtua dengan prestasinya di sekolah. Bila Anda
mengetahui permasalahannya mengenai nilai akademis, kesulitan anak dalam memahami
pelajaran, atau gagal dalam ulangannya.
2. Bertengkar dengan teman
Permasalahan yang terjadi di antara teman-temannya kadang membuat anak khawatir. Mereka
akan memikirkan bagaimana menghadapi temannya tersebut besok, kapan mereka akan
berbaikan, atau bagaimana cara mencari teman baru. Ini akan mengurangi semangat anak untuk
berangkat ke sekolah.
3. Mengalami kekerasan (bullying)
Anak bisa mendapatkan perlakuan ini secara verbal atau fisik. Bila hal ini terjadi, Anda sebagai
orangtua membutuhkan bantuan sekolah untuk mengatasi bullying secepatnya. Sebab bullying
bisa menyebabkan trauma pada anak dan memengaruhi kesehatan mental anak.
4. Pindah rumah atau pindah sekolah
Pindah rumah atau pindah sekolah membuat anak harus berusaha kembali untuk beradaptasi.
Anda bisa mengajak anak untuk bermain keluar, memperkenalkan anak dengan tetangga lain
yang seumuran dan memiliki sekolah yang sama. Ini memudahkan anak untuk memiliki
setidaknya satu teman baru di lingkungannya yang baru. Merekomendasikan anak untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler juga membantu anak mengeksplor diri dan beradaptasi.
5. Kondisi tubuh yang dimiliki anak
Bentuk tubuh memengaruhi anak kondisi psikis anak. Anak-anak yang cenderung memiliki
badan terlalu kurus atau terlalu gemuk, biasanya mendapatkan julukan khusus, misalnya ‘si
gendut’ atau ‘si kurus’. Anda sebaiknya tidak memanggilnya dengan julukan demikian. Untuk
mengubah kondisi tubuhnya mungkin Anda harus mengubah pola makan anak atau mengajaknya
untuk melakukan olahraga bersama.
6. Masalah dan perubahan keluarga
Setiap perubahan dan masalah yang terjadi dalam keluarga dapat mengganggu anak, misalnya
perceraian atau kehilangan anggota keluarga. Anda harus lebih mendekatkan diri dengan anak,
tetap memperlihatkan hubungan yang baik di depan anak, dan memberi penjelasan mengenai
perceraian atau ditinggal oleh anggota keluarga yang disayangi serta mengajari anak untuk
menerima perubahan.

Cara Mengatasi Kecemasan Siswa :


Mengingat dampak negatifnya terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik
atau mental siswa, maka perlu ada upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi
kecemasan siswa di sekolah, menurut Sudrajat (2011) di antaranya dapat dilakukan melalui :
1. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran dapat menyenangkan apabila bertolak dari potensi, minat dan kebutuhan
siswa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya berpusat pada
siswa, yang memungkinkan siswa untuk dapat mengkspresikan diri dan dapat mengambil
peran aktif dalam proses pembelajarannya.
2. Mengembangkan “sense of humor”
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyanya dapat mengembangkan “sense
of humor” dirinya maupun para siswanya. Kendati demikian, lelucon atau “joke” yang
dilontarkan tetap harus berdasar pada etika dan tidak memojokkan siswa.
3. Melakukan kegiatan selingan
Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game” atau “ice break” tertentu,
terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif. Dalam hal ini,
keterampilan guru dalam mengembangkan dinamika kelompok tampaknya sangat
diperlukan.
4. Pembelajaran di luar kelas
Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas,
sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.
5. Memberikan tugas akademik dengan tingkat kesulitan moderat
Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan yang moderat.
Dalam arti, tidak terlalu mudah karena akan menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan
kurang tertantang, tetapi tidak juga terlalu sulit yang dapat menyebabkan siswa frustrasi.
6. Menggunakan pendekatan humanistik
Menggunakan pendekatan humanistik dalam pengelolaan kelas, dimana siswa dapat
mengembangkan pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan
penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesama siswa. Sedapat mungkin guru
menghindari penggunaan reinforcement negatif (hukuman) jika terjadi tindakan indisipliner
pada siswanya.
7. Mengembangkan sistem penilaian yang menyenangkan
Mengembangkan sistem penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self assessment) atas tugas dan pekerjaan
yang telah dilakukannya. Pada saat berlangsungnya pengujian, ciptakan situasi yang tidak
mencekam, namun dengan tetap menjaga ketertiban dan objektivitas. Berikanlah umpan
balik yang positif selama dan sesudah melaksanakan suatu asesmen atau pengujian.
8. Menanamkan kesan positif dalam diri siswa
Di hadapan siswa, guru akan dipersepsi sebagai sosok pemegang otoritas yang dapat
memberikan hukuman. Oleh karena itu, guru seyogyanya berupaya untuk menanamkan
kesan positif dalam diri siswa, dengan hadir sebagai sosok yang menyenangkan, ramah,
cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.
9. Pengembangan manajemen sekolah
Pengembangan menajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana dan sarana
pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa, seperti ketersediaan alat
tulis, tempat duduk, ruangan kelas dan sebagainya. Di samping itu, ciptakanlah sekolah
sebagai lingkungan yang nyaman dan terbebas dari berbagai gangguan, terapkan disiplin
sekolah yang manusiawi serta hindari bentuk tindakan kekerasan fisik maupun psikis di
sekolah, baik yang dilakukan oleh guru, teman maupun orang-orang yang berada di luar
sekolah.
10. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai kekuatan inti di sekolah guna
mencegah dan mengatasi kecemasan siswa Dalam hal ini, ketersediaan konselor profesional
di sekolah tampaknya menjadi mutlak adanya.
 Langkah-langkah memberikan bimbingan dan bantuan yang efektif bagi siswa yang
mengalami kecemasan belajar 
Untuk memberikan bimbingan dan bantuan yang efektif bagi siswa yang mengalami
kecemasan belajar, maka seorang guru terlebih dahulu melakukan diagnosis kesulitan
belajar . Syah (2012) mengemukakan langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain :
1. Mengenal peserta didik yang mengalami kecemasan belajar
2. Memahami sifat dan jenis kecemasan belajar yang dialami oleh siswa
3. Menetapkan latar belakang siswa yang mengalami kecemasan belajar
4. Menetapkan usaha-usaha bantuan
5. Pelaksanaan bantuan
6. Tindak lanjut
7.
Pendekatan : Remidial dan Perkembangan
Alasan :
Pendekatan remedial adalah pendekatan yang mengarahkan pada upaya memperbaiki
kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam bentuk mengoptimalisasikan kelemahan
yang dimiliki peserta didik. Kegiatan layanan yang diberikan lebih fokus pada usaha pemecahan
masalah peserta didik. Pendekatan ini cocok digunakan karena faktor-faktor penyebab terjadinya
kecemasan yaitu salah satunya faktor lingkungan peserta didik yang merasa khawatir dengan
prestasinya. Dengan pendekatan remedial ini kita sebagai calon guru dapat memperbaiki
kesulitan atau pun ke khawatiran peserta didik tersebut dengan memahami penyebabnya terlebih
dahulu, lalu setelah itu memotivasi ataupun mengusulkan ide kepada anak untuk mengadakan
belajar kelompok dengan teman, juga bisa membantu membangkitkan semangatnya. Ini akan
mengubah pemikiran anak yang tadinya khawatir atau cemas dengan kegagalan menjadi
motivasi untuk belajar. Selain pendekatan remidial, pendekatan perkembangan juga dapat
digunakan untuk mengatasi kecemasan pada peserta didik.
Pendekatan perkembangan memiliki kegiatan yang lebih kompleks dan komprehensif
dengan visi edukatif, pengembangan, dan menyeluruh (outreach). Pendekatan perkembangan
cocok untuk peserta didik yang mengalami kecemasan maupun yang tidak mengalami
kecemasan, karena pada dasarnya pendekatan perkembangan menekankan pada layanan
bimbingan yang mengarah pada pencegahan dan pengembangan yang diberikan kepada seluruh
peserta didik, baik yang bermasalah ataupun tidak. Dengan menggunakan pendekatan
perkembangan dapat mengurangi peserta didik yang mengalami kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai