Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia Nya, buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di UPTD Puskesmas
Kedungtuban dapat diselesaikan.
Pedoman Pelayanan Kefarmasian ini dapat menjadi salah satu buku panduan dalam
pelayanan obat baik di UPTD Puskesmas Kedungtuban dan unit pelayanan
kesehatan dibawahnya.Pedoman ini memuat uraian tentang pengelolaan sumber
daya manusia, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan,administrasi, pelayanan resep, pelayanan informasi obat,
monitoring dan evaluasi penggunaan obat. Pedoman ini diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan tenaga farmasi yang bekerja di
Puskesmas.
Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yangtelah membantu dalam pelaksanaan penyusunan Buku Pedoman
Pelayanan Kefarmasian di UPTD Puskesmas Kedungtuban.Saran serta kritik
membangun tentunya sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan
di masa mendatang.
Akhir kata, semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi tenaga farmasi
dalammemberikan pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Kedungtuban.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Sasaran Pedoman
Tenaga Teknik Kefarmasian di UPTD Puskesmas Kedungtuban
E. Batasan Operasional
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Di UPTD Puskesmas Kedungtuban hanya memiliki 1 orang Tenaga Teknik
Kefarmasian.
C. Jadwal Kegiatan
Ruang Farmasi di UPTD Puskesmas Kedungtuban buka setiap hari kerja, Hari
Senin – Kamis pukul 07.00 s/d 14.00 WIB, Hari Jumat pukul 07.00 s/d 11.00
WIB dan Hari Sabtu pukul 07.00 s/d 12.30 WIB.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Le Lemari Lemari
Lemari Lemari Meja
Administrasi ma
ri
Meja Rak
Ruang O
penerim
Penyimpanan Obat
an resep
B
dan
Racik Le A
Ruang Farmasi ma
T
ri
B. Standar Fasilitas
A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas Kedungtuban meliputi 2 (dua)
kegiatan yaitu :
1. Kegiatan Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai,meliputi :
- Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
- Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
- Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
- Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai .
- Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
- Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai .
- Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
- Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
- Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat .
- Pelayanan Informasi Obat (PIO)
- Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
- Pemantauan Terapi Obat (PTO)
- Evaluasi Penggunaan Obat
B. Langkah Kegiatan
1. Kegiatan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai :
- Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan di UPTD Puskesmas Kedungtuban.
Langkah-langkah :
1. Petugas menentukan jumlah pemesanan obat berdasarkan data
pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, data
penyakit dan waktu/jadwal penerimaan obat ke puskesmas
2. Petugas menghitung kebutuhan obat : jumlah untuk periode yang akan
datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada periode
sebelumnya
- Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat.
Langkah-langkah :
1. Petugas melakukan permintaan rutin sesuai dengan jadwal yang
disusun oleh Gudang Farmasi Kabupaten
2. Petugas melakukan pemesanan dengan menggunakan formulir
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat(LPLPO) setiap 2
bulan sekali
- Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Adalah suatu kegiatan dalam menerima obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dari Gudang Farmasi Kabupaten sesuai dengan permintaan yang
telah diajukan.Tujuannya adalah agar Obat yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
Langkah-langkah :
1. Petugas melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk obat, harus
sesuai dengan isi LPLPO setiap penerimaan dari GFK.
2. Petugas penerima mengajukan keberatan bila obat tidak memenuhi
syarat dan petugas menulis jenis obat yang kurang bila ada
kekurangan
3. Petugas mencatat dan membukukan pada buku penerimaan obat dan
kartu stok gudang setiap penambahan obat-obatan
- Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Obat yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Langkah-langkah :
1. Petugas menerima obat dari Gudang Farmasi Kabupaten sesuai
dengan jadwal dari GFK
2. Petugas mencatat penambahan obat yang baru datang ke dalam buku
penerimaan obat dan kartu stok gudang yang berisi tanggal
penerimaan, jumlah penerimaan, jumlah akhir, sumber anggaran obat,
dan tanggal kadaluarsa
3. Petugas memisahkan obat sesuai jenisnya (tablet dus, tablet kaleng,
sirup, salep, injeksi dan alkes) kemudian menyusunnya ke dalam rak/
lemari
4. Petugas menyusun obat dengan sistem FIFO (First In First Out) yaitu
obat yang datang pertama kali ditempatkan didepannya obat yang baru
datang kemudian dan sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu obat
yang lebih awal kadaluarsa ditempatkan didepannya obat yang
kadaluarsa kemudian/lebih lama supaya dapat dikeluarkan lebih dahulu
- Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
unit Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Obat sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain: Sub unit
pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling, Posyandu, dan PKD.
Langkah-langkah :
1. Petugas menerima permintaan obat dari sub unit dengan
menggunakan format LPLPO sub unit
2. Petugas memenuhi kebutuhan obat sub unit sesuai permintaan.
- Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di
unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Obat terdiri dari: Pengendalian persediaan, Pengendalian
penggunaan, Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
Langkah-langkah :
1. Petugas menghitung pemakaian rata-rata obat setiap bulan di
puskesmas dan seluruh unit pelayanan (pustu dan PKD) disebut stok
kerja
2. Petugas menentukan stok optimum yaitu stok obat yang diserahkan
kepada unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/ kekosongan
dan menentukan stok pengaman yaitu stok yang disediakan untuk
mencegah sesuatu hal yang tak terduga,misal karena keterlambatan
pengiriman
3. Petugas menentukan waktu tunggu yaitu waktu yang diperlukan dari
mulai memesan sampai obat diterima
4. Petugas menjumlah obat yang dipesan yaitu jumlah stok kerja ditambah
stok pengaman ditambah hasil perkalian antara waktu tunggu dan
pemakaian rata-rata perminggu/perbulan ditambah sisa stok bulan lalu
5. Petugas memberikan catatan dan informasi ke ruang periksa tentang
persediaan obat yang masih banyak agar ditulis di resep
6. Petugas mendata dan memisahkan obat kadaluarsa untuk dilaporkan
kepada kepala puskesmas agar segera dimusnahkan
- Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
Merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai secara tertib, baik Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di
Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah: bukti bahwa
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan, sumber
data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, dan sumber data
untuk pembuatan laporan.
Langkah-langkah :
1. Petugas memasukkan pemakaian obat setiap hari dari resep ke dalam
register harian obat di dalam komputer
2. Petugas menjumlah setiap item obat per hari dari register harian dan
memasukkan ke dalam register bulanan sehingga dapat diketahui
pemakaian dan sisa obat pada saat itu
3. Petugas melakukan stok opname setiap akhir bulan yaitu menghitung
fisik obat secara riil /nyata untuk setiap jenis obat
4. Petugas membuat LPLPO setiap bulan sekali sesuai dengan hasil stok
opname obat dan membuat permintaan obat setiap 2 bulan sekali
5. Petugas membuat berita acara laporan mutasi obat dan stok opnam
obat setiap tri bulan
- Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk: mengendalikan dan
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai, sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan, memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai, dan memberikan penilaian terhadap capaian
kinerja pengelolaan
Langkah-langkah :
1. Petugas membuat LPLPO setiap bulan sekali sesuai dengan hasil stok
opname obat dan membuat permintaan obat setiap 2 bulan sekali
2. Petugas memberikan catatan dan informasi ke ruang periksa tentang
persediaan obat yang habis agar diganti dengan alternatif obat yang
lain yang mempunyai kegunaan yang sama
3. Petugas membuat permintaan obat ke GFK bila ada obat yang habis
sebelum jadwal permintaan obat dan masih tersedia di GFK, dengan
mengetahui Kepala Puskesmas
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama
bekerja. APD (Alat Pelindung Diri) merupakan peralatan pelindung yang digunakan
oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan.
APD yang digunakan di ruang farmasi antara lain :
1. Perlindungan mata dan wajah: Kacamata pelindung
2. Perlindungan badan : baju/jas lab
3. Perlindungan tangan : Handscoon/sarung tangan
4. Perlindungan pernafasan : Masker
5. Perlindungan kaki : sepatu
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan
atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk
keselamatan pasien (patient safety).
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana, dan Standar Prosedur Operasional.
b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama.
c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan
tingkat pendidikan masyarakat.
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian terintegrasi dengan program
pengendalian mutu pelayanan kesehatan Puskesmas yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1) monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan
antara capaian dengan rencana kerja); dan
2) memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
1) melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar; dan
2) meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk
memastikan bahwa aktivitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.
Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang melakukan proses.
Aktivitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.
Contoh: monitoring pelayanan resep, monitoring penggunaan Obat, monitoring
kinerja tenaga kefarmasian.
Untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian, dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui
metode berdasarkan waktu, cara, dan teknik pengambilan data.
Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas:
a. Retrospektif:pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan.
Contoh: survei kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
b. Prospektif: pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan
pelayanan.
Contoh: Waktu pelayanan kefarmasian disesuaikan dengan waktu pelayanan
kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:
a. Langsung (data primer): data diperoleh secara langsung dari sumber informasi
oleh pengambil data. Contoh: survei kepuasan pelanggan terhadap kualitas
pelayanan kefarmasian.
b. Tidak Langsung (data sekunder): data diperoleh dari sumber informasi yang tidak
langsung. Contoh: catatan penggunaan Obat, rekapitulasi data pengeluaran Obat.
Berdasarkan teknik pengumpulan data, evaluasi dapat dibagi menjadi:
a. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Contoh: survei
kepuasan pelanggan.
b. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan
menggunakan cek list atau perekaman. Contoh: pengamatan konseling pasien.
Pelaksanaan evaluasi terdiri atas:
a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan
pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja
yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan menyempurnakan
kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk menilai,
mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan kefarmasian secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1) Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan kefarmasian,
meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumber daya,
hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klinis dikaitkan dengan
pengobatan berbasis bukti.
2) Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh seluruh tenaga
kefarmasian terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati, penggunaan
sumber daya dan hasil yang diperoleh. Contoh: audit pelaksanaan sistem
manajemen mutu.
b. Review (pengkajian)
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan pelayanan
kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar. Contoh: kajian penggunaan
antibiotik.
BAB IX
PENUTUP