Anda di halaman 1dari 1

Dampak iklim terhadap pertanian

Pada tahun La-Nina curah hujan tahunan naik bila kita bandingkan dengan produktivitas
padi di Branti dan Kotabumi memiliki pola, yaitu apabila curah hujan naik maka
produktivitas padi naik. Demikian dengan jagung dan kedele jika curah hujan naik
produktivitas jagung dan kedele menurun, karena kedele tidak membutuhkan air seperti
padi. Pada tahun normal produktivitas padi lebih rendah dari pada tahun La-Nina, tetapi
untuk jagung dan kedele polanya sangat kompleks. Pada tahun El-Nino, produktivitas padi
tidak tergantung pada curah hujan tetapi pada air irigasi, akan tetapi untuk jagung dan kedele
berpengaruh ketika curah hujan naik produktivitas jagung dan kedele mangalami kenaikan.
Variabilitas iklim cukup erat kaitannya dengan produktivitas pertanian tanaman pangan di
pulau Sumatera. Sebagian besar Sumatera mempunyai surplus air lebih dari 8 bulan
sehingga mempunyai perioda tanam/mas a tanam yang relatif panjang dalam setahun.
Fenomena ENSO, terutama El-Nino memberikan pengaruh yang nyata terhadap curah hujan
wilayah dan ketersediaan air, terutama pada wilayah di Sumatera yang mempunyai pola
hujan monsoon seperti Lampung dan sekitarnya.

Dampak aktivitas pertanian terhadap Iklim


Sejak revolusi hijau digencarkan di dampak penggunaan sarana input produksi terhadap
produksi pertanian dan lingkungan, dampak sistem pertanian terhadap emisi gas rumah kaca
dan dampak kegiatan industri dan perluasan perkotaan di lahan pertanian. Di Indonesia,
lahan sawah merupakan sumber emisi gas rumah kaca terutama metana (CH4), N2O dan
CO2. Logam berat seperti Hg, Fe, Cd, Cu, Zn, dan Mn merupakan bahan-bahan utama yang
dihasilkan industri yang telah mencemari lingkungan.
Aktivitas petani padi merupakan sumber pencemaran lahan, air, dan lingkungan dari residu
pupuk dan pestisida yang diaplikasikan secara berlebihan, serta sebagai penghasil gas rumah
kaca (GRK), terutama gas metana (CH4), N2 O,dan CO2, khususnya di lahan sawah dan
lahan rawa pasang surut yang saat iniluasnya sekitar 8,50 juta ha atau 6,50% dari total luas
sawah dunia. Walaupun proporsinya tidak sebesar di sektor industri, GRK yang terbentuk di
lahan sawah dilaporkan ikut menyumbang terhadap pemanasan global yang berujung pada
perubahan iklim.
Bahaan bacaan :
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=dampak+iklim+terhadap+per
tanian&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3D282TgDTvwZsJ.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp2006/irsal.pdf

Anda mungkin juga menyukai