Anda di halaman 1dari 62

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PEKERJAAN SUKU AINU DI

AKANKO, HOKKAIDO

SKRIPSI

Oleh :
M. Bilya Badawi Sapto Hadi
C12.2015.00584

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG S1


FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2019
FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PEKERJAAN SUKU AINU DI
AKANKO, HOKKAIDO

SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan menjadi Sarjana Sastra

Oleh :
M. Bilya Badawi Sapto Hadi
C12.2015.00584

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG S1


FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2019

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS DAN BEBAS PLAGIASI

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini merupakan hasil karya saya
sendiri dan disusun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Universitas Dian Nuswantoro.
Jika ditemukan hari ternyata pernyataan ini tidak benar, saya akan bertanggung jawab
sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Dian Nuswantoro
kepada saya.

Semarang, 1 juli 2019

M. Bilya Badawi Sapto Hadi

ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Dian Nuswantoro, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : M. Bilya Badawi Sapto Hadi
Nim : C12.2015.00584
Program studi : Sastra Jepang
Fakultas : Fakultas Ilmu Budaya

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalty Noneksklusif (Non-Exclusive Royalty-
Free Right) atas karya saya yang berjudul :
FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PEKERJAAN suku AINU DI AKANKO HOKKAIDO
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas RoyaltyNoneksklusif ini
Universitas Dian Nuswantoro berhak menyimpan, mengalihmediakan/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti/pencipta dan
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang
Pada tanggal : 1 Juli 2019

Yang menyatakan

(M. Bilya Badawi Sapto Hadi)

iii
HALAMAN PESETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui dan dinyatakan layak oleh pembimbing skripsi pada tanggal 18
Juni 2019 untuk diujikan dalam Sidang Ujian Skripsi pada Program Studi Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Dian Nuswantoro.

Menyetujui,
Pembimbing Skripsi

Pipiet Furisari, S.S., M.Pd.

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Faktor penyebab perubahan pekerjaan suku Ainu di Akanko,


Hokkaido
Nama Mahasiswa : M. Bilya Badawi Sapto Hadi
NIM : C12.2015.00584

Telah diujikan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Sastra Jepang pada tanggal
Juli 2019 dan dinyatakan di terima

Ketua Penguji Sekretaris

Tri Mulyani Wahyuningsih, S.S., M.Hum. Bayu Aryanto, S.S., M.Hum.

Pembimbing Anggota

Pipiet Furisari, S.S., M.Hum. Budi Santoso S.S., M.Hum.

Disahkan oleh
Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Dr. Raden Arief Nugroho, S.S., M.Hum

v
MOTTO

َ ‫الصابر‬
﴾١٥٣﴿ ‫ين‬ َ ‫ِإ َّن ه‬
َّ ‫اَّلل َم َع‬
ِ
“…Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini, penulis persembahkan untuk :

1. Tuhan yang maha Esa yang selalu melimpahkan berkah, hidayah, serta inayah-
Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu, bapak serta keluarga saya yang selalu memberi dukungan secara materi
maupun rohani.
3. Ibu Pipiet Furisari, S.S, M.Pd selaku dosen pembimbing yang selalu memberi
masukan, nasehat, dan saran dengan penuh kesabaran.
4. Seluruh dosen Sastra Jepang UDINUS yang selalu memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi saya.
5. Para pejuang skripsi yang saling memberikan masukan dan dukungan.
6. Semua teman sastra Jepang angkatan 2015.
7. Seluruh teman di sastra Jepang FIB UDINUS.
8. Almamater Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi berkah,
hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PEKERJAAN SUKU AINU DI AKANKO, HOKKAIDO ini
dengan lancar. Skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom., selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang, yang telah memberikan bantuan sarana prasarana
selama masa kegiatan perkuliahan.
2. Bapak Dr. Raden Arief Nugroho, S.S., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
3. Bapak Achmad Basari, S.S., M.Pd., selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
4. Bapak Andy Bangkit Setiawan, M.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Sastra
Jepang Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
5. Ibu Tri Mulyani Wahyuningsih., selaku Dosen Wali yang senantiasa membantu
saya.
6. Ibu Pipiet Furisari S.S., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang penuh
kesabaran memberikan bimbingan, saran, kritik dan nasehat yang membangun,
serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik
dan tepat waktu.
7. Bu Irma, bu Oemi, pak Ryan, pak Asep, bu Diah, pak Budi, dan Takagi Hiroyuki
yang senantiasa membagikan ilmu-ilmu bermanfaat, berbagi pengalaman, kritik
dan nasehat yang membangun serta dukungan kepada penulis. Dosen-dosen
sastra Inggris FIB UDINUS yang juga senantiasa membagikan ilmu-ilmu
bermanfaat, pengalaman, kritik dan nasehat membangun serta dukungan
kepada penulis.
8. Keluarga dan teman-teman di program studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Dian Nuswantoro.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu yang
telah mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini.

viii
Akhirnya, penulis berharap karya ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi menyempurnakan skripsi
ini.

Semarang, 1 Juli 2019

M. Bilya Badawi Sapto Hadi

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISIINALITAS DAN BEBAS PLAGIASI ............................ ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................................... iii
HALAMAN PESETUJUAN UJIAN SKRIPSI ............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................................xii
ABSTRAK ............................................................................................................ xvi

要旨 ................................................................................................................ xvii
ABSTRACT ........................................................................................................ xviii
BAB 1 ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
1.5 Ruang Lingkup ....................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................ 5
BAB 2 ................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6
2.1 Penelitian sebelumnya ........................................................................... 6
2.2 Kajian Teori ............................................................................................ 7
2.2.1 Bentuk-bentuk perubahan sosial .................................................... 9
2.2.2 Faktor penyebab perubahan sosial ............................................... 11
BAB 3 ................................................................................................................. 13
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 13

x
3.1 JENIS PENELITIAN ................................................................................. 13
3.2 SUMBER DATA ..................................................................................... 14
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................................. 14
3.4 TEKNIK ANALISIS DATA......................................................................... 15
BAB 4 ................................................................................................................. 16
PEMBAHASAN .................................................................................................... 16
4.1 Gambaran umum suku Ainu................................................................. 16
4.2 Ainu Shinpou ....................................................................................... 20
4.2.1 Dampak setelah berlakunya Ainu Shinpou .................................... 21
4.3 Hasil Wawancara ................................................................................. 21
4.3.1 Informan 1 .................................................................................... 21
4.3.2 Informan 2 .................................................................................... 28
4.4 Perbandingan Gambaran umum suku Ainu dengan Analisis data ......... 30
BAB 5 ................................................................................................................. 32
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 32
5.1 KESIMPULAN ....................................................................................... 32
5.2 SARAN ................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 34
LAMPIRAN 1....................................................................................................... 35
LAMPIRAN 2....................................................................................................... 36
Transkrip wawancara dengan Koizumi san ......................................................... 36
LAMPIRAN 3....................................................................................................... 39
Transkrip wawancara dengan Nishida Masao san .............................................. 39
LAMPIRAN 4....................................................................................................... 42
Transkrip wawancara dengan Nishida Masao san .............................................. 42

xi
PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Daftar suku kata penulisan huruf romawi

あア いイ うウ えエ おオ

a i u e o
きゃキャ きゅキュ きょキョ
かカ きキ くク けケ こコ
kya kyu kyo
ka ki ku ke ko
ぎゃギャ ぎゅギュ ぎょギョ
がガ ぎギ ぐグ げゲ ごゴ
gya gyu gyo
ga gi gu ge go
しゃシャ しゅシュ しょショ
さサ しシ すス せセ そソ
sha shu sho
sa shi su se so
じゃジャ じゅジュ じょジョ
ざザ じジ ずズ ぜゼ ぞゾ
ja ju jo
za ji zu ze zo
ちゃチャ ちゅチュ ちょチョ
たタ ちチ つツ てテ とト
cha chu cho
ta chi tsu te to
ぢゃヂャ ぢゅヂュ ぢょヂョ
だダ ぢヂ づヅ でデ どド
ja ju jo
da ji zu de do
にゃニャ にゅニュ にょニョ
なナ に二 ぬヌ ねネ のノ
nya nyu nyo
na ni nu ne no
ひゃヒャ ひゅヒュ ひょヒョ
はハ ひヒ ふフ へヘ ほホ
hya hyu hyo
ha hi fu he ho
びゃビャ びゅビュ びょビョ
ばバ びビ ぶブ べベ ぼボ
bya byu byo
ba bi bu be bo
ぴゃピャ ぴゅピュ ぴょピョ
ぱパ ぴピ ぷプ ぺペ ぽポ
pya pyu pyo
pa pi pu pe po
みゃミャ みゅミュ みょミョ
まマ み三 むム めメ もモ
mya myu myo
ma mi mu me mo

やヤ ゆユ よヨ

ya yu yo
りゃリャ りゅリュ りょリョ
りリ れレ
らラ るル ろロ
rya ryu ryo
ri re
ra ru ro

わワ を

xii
Wa wo

xiii
2. Penulisan khusus kata bantu adalah sebagai berikut :

は ha

へ he

を wo

3. Penulisan khusus kata serapan adalah sebagai berikut :

ティ ti トゥ tu ディ di デゥ du

ファ fa フィ fi フェ fe フォ fo

ウィ wi ウェ we ウォ wo

4. Penulisan bunyi panjang dituliskan sesuai penulisan furigana.

Contoh : どうも doumo

修二 shuuji

きれい kirei

親しい shitashii

5. Penulisan 「ん」dilambangkan dengan “n”.

Contoh : 論文 ronbun

彼岸花 higanbana

ごめんなさい gomennasai

6. 「っ」(っ kecil) dilambangkan dengan merangkap konsonan berikutnya, khusus「っ

ち」(「っちゃ」, dan「っちゅ」) merupakan pengecualian.

Contoh : 実際 jissai

~になっちゃって -ninatchatte -*ninacchatte

xiv
7. Penulisan kata asing menggunakan cetak miring, kecuali nama orang dan
kutipan yang dikutip sesuai aslinya.
Contoh : tensai
freedom
Ono Daisuke

8. Dalam menulis nama orang Jepang, nama keluarga ditulis di depan.

Contoh : 神谷浩史 Kamiya Hiroshi

鈴木達央 Suzuki Tatsuhisa

xv
ABSTRAK

FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PEKERJAAN SUKU AINU DI AKANKO, HOKKAIDO

M. Bilya Badawi Sapto Hadi, NIM: C12.2015.00584. Halaman isi: 33 lembar. Halaman
Daftar Pustaka: 1 lembar. Halaman Lampiran: 8 lembar. Semarang: Program Sastra
Jepang Universitas Dian Nuswantoro.

Kata Kunci: suku Ainu, pekerjaan, pola hidup, orang pribumi Jepang, sosial budaya.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor penyebab perubahan pekerjaan


yang dialami oleh suku Ainu di Akanko Hokkaido. Penelitian ini menggunakan
metode induktif dalam penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini didapatkan
dengan cara wawancara semi terstruktur dengan narasumber orang Ainu sebagai
data primer dan narasumber kedua orang yang bukan suku Ainu namun bekerja
bersama di Ainu Kotan, Akanko, Hokkaido. Data tersebut kemudian dianalisis
menggunakan teori perubahan sosial oleh Soerjono Soekanto. Dari analisis data
ditemukan faktor penyebab perubahan pekerjaan orang suku Ainu. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa penyebab berubahnya pekerjaan orang suku Ainu
adalah diskriminasi yang dilakukan wajin terhadap suku Ainu, dan ditetapkan
hukum yang berisi tentang kebijakan asimilasi.

xvi
xvii

要旨

阿寒湖北海道におけるアイヌ方の職業変化の要因

氏名 :エム。ビルヤバダウィサプトハヂ 学生番号 :C12.2015.00584

卒業論文データ
本文 : 33 ページ
参考文献 : 1 ページ
添付 : 8 ページ
研究資料 :「聲の形」の漫画

スマラン・ディアン・ヌスワントロ大学、日本語。日本学部

キーワード :キーワード:アイヌ民族、仕事、生活、日本の先住民族、社会文化。

この研究は、阿寒湖北海道におけるアイヌ民族の職業の変化を引き起こす要因を調べること
を目的としています。 この研究は定性的研究において帰納的方法を使用しています。 本研
究のデータは、アイヌ民族を一次データとし、北海道阿寒湖のアイヌコタンで一緒に働いた第 2
話者としてのアイヌ民族との半構造化インタビューによって得られた。 データは後に Soeriono
Soekanto による社会変化理論を用いて分析された。 データ分析からアイヌの人々の職業変
化の原因の要因を見つけた。 その結果、アイヌ民族の職業転換の原因は、アイヌ族に対する
ワジンの差別と同化政策法であることが説明された。
xviii

ABSTRACT

Factors Causing The Change of Ainu People’s Occupation in Akanko, Hokkaido.


STUDY

M. Bilya Badawi Sapto Hadi, NIM: C12.2015.00584. Content: 33 pages. Bibliography: 1


page. Appendices: 8 pages. Semarang: Japanese Study Program Dian Nuswantoro
University.

Keywords: Aini Tribe, Profession, Habit, Japan Indigenous People, Social Culture.

The research aims to examine the factors that cause the change of Ainu people’s
occupation profession at the Akanko Hokkaido. This research uses inductive
methods in qualitative research. The data in this research were obtained by a
semi-structured interview with the Ainu people as the primary data and the
second participant who was not the Ainu tribe but worked together at the Ainu
Kotan, Akanko, Hokkaido. The Data were analyzed by using social change theory
by Soeriono Soekanto. From the data analysis it is found that there are several
factors causing the change of Ainu people's occupation change. The results
explained that the cause of the occupation change of the Ainu people are the
discrimination of Wajin against the Ainu tribe, and the assimilation policy law.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Suku Ainu merupakan salah satu suku di Jepang yang memiliki beduya
dan bahasa sendiri. Ainu adalah kata yang memiliki arti ‘manusia’ dalam bahasa
mereka sendiri, kata itu juga digunakan oleh orang-orang Jepang untuk
menandai orang asli atau pribumi yang bermukim dari daerah utara pulau
Honshu sampai selatan Kamchatka, termasuk sebelah selatan pulau
Sakhalin,yaitu pulau Kurile dan hilir sungai Aimer. Definisi Ainu masih selalu
menjadi bahan perdebatan, bahkan hingga jumlah keberadaan orang-orang Ainu
sampai sekarang masih menjadi misteri. Berdasarkan survei populasi yang
dilakukan oleh Hokkaido local government pada 1999, total orang-orang Ainu
yang tinggal di perfektur Hokkaido adalah 23,767 jiwa (jumlah tersebut
merupakan mereka yang menyebut diri mereka adalah orang Ainu).
Sebagaimana yang disebutkan oleh banyak dari orang-orang Ainu sendiri bahwa
jumlah dari mereka memungkinkan lebih banyak dan luas dari jumlah yang
tercatat dalam survei di Hokkaido, sejak banyak orang Ainu yang
menyembunyikan identitas Ainu mereka, mencerminkan fakta bahwa masih
banyak keturunan Ainu yang mencoba menyembunyikan latar belakang etnis
mereka dan menghindari diskriminasi dan stigma sosial (Cheung, 2005).

Masyarakat Ainu dipercaya telah ada sejak abad 12 atau 13, sebagaimana
yang tertulis dalam buku yang berjudul together with the Ainu (The Fondation
For Research and Promotion OF Ainu Culture,2017:4). Tidak pasti kapan wajin
(orang-orang yang bermigrasi dari Honshu ke Hokkaido pada sebelum zaman
Meiji) mulai bertempat tinggal di Ezo yang kita kenal dengan Hokkaido. Dalam
lingkungan utara yang keras, masyarakat Ainu menjalani hidup dengan
memancing, berburu, dan bercocok tanam, dan juga melakukan perdagangan

1
2

dengan masyarakat di daerah lain. Mereka membagi pekerjaan fisik untuk


dikerjakan laki-laki dan yang ringan untuk perempuan. Pekerjaan fisik misalnya
memancing dan berburu, dan pekerjaan perempuan seperti mengambil tanaman
liar atau bekerja di pabrik kain tenun menggunakan alat tenun. Kegiatan
semacam itu dilakukan sepanjang tahun. Pada awal musim semi mereka dapat
berburu Rusa dan beruang coklat,begitu pula mengambil tanaman dan sayuran
liar. Musim panas untuk memancing ikan trout(spesies ikan air tawar dan satu
famili dengan salmon) di sungai, musim gugur untuk memancing ikan salmon di

sungai dan di lepas pantai, dan juga bagus untuk mengambil sayuran liar (児島恭

子, 2018). Musim dingin untuk berburu hewan-hewan kecil, seperti kelinci dan

hewan kecil lainnya. Selain mereka bisa menghasilkan makanan dengan cara
tersebut, mereka juga membuat alat atau barang-barang kebutuhan sehari-hari
seperti tas, pakaian, sepatu dan lain-lain dari hewan buruan maupun tumbuhan
yang ada.

Dengan melakukan pola hidup seperti yang tersebut, seharusnya


masyarakat Ainu tidak memerlukan lagi pekerjaan lain. Namun pada tahun 2017
sampai 2018 ketika peneliti sedang melaksanakan progam internship atau
magang selama satu tahun di Jepang. Peneliti bekerja di hotel Gozensui daerah
Akancho, Kushiro-Shi, Hokkaido, dan di sana peneliti menemukan satu orang laki-
laki Ainu yang bekerja dengan membuka toko suvenir di perkampungan tempat
tinggal orang-orang Ainu yang disebut dengan Ainu Kotan dalam bahasa Ainu,
yang terletak dekat dari hotel tempat peneliti bekerja. Ada seorang Ainu lain
yang juga bekerja paruh waktu di hotel Tsuruga yang terletak bersebelahan
dengan hotel tempat peneliti bekerja. Beliau bekerja sebagai pendongeng
sejarah dan budaya dari masyarakat Ainu dengan memainkan alat musik
tradisional masyarakat Ainu. Selain itu juga banyak orang ainu yang tinggal di
Ainu Kotan atau kampung Ainu yang bekerja dengan membuka toko makanan
atau suvenir khas suku Ainu.
3

Kemudian dalam penelitian sebelumnya pada paper yang berjudul Kaiso


kesei katei to kaiso bunka no yoin: kaiso kesei katei no seikatsu shi yang ditulis

oleh Nozaki Goki pada tahun 2012 (野崎剛毅, 2012). Ditemukan beberapa

alasan mengapa suku Ainu yang sekarang ini beralih pekerjaan seperti bekerja
paruh waktu di berbagai tempat dikarenakan dari faktor penurunan pendapatan,
yang bermula dari pendidikan yang dipelajari tidak sejalan dengan pekerjaan
yang akan didapatkan, sehingga mendorong mereka untuk beralih ke bidang
pekerjaan yang lain, yang dapat meningkatkan perekonomian mereka.

Ditemukan pula faktor lain yang menyebabkan orang Ainu memiliki


pekerjaan di bidang lain seperti menjadi pengacara. Hal itu disebabkan karena
telah terjadi diskriminasi derajat terhadap suku Ainu, sehingga membuat para
orang tua suku Ainu menyuruh anaknya menjadi pengacara dalam rangka
memulihkan hak, dan kesenjangan yang telah terjadi. Seperti yang tertulis dalam
paper yang berjudul Ainu minzoku no [mienai hinkon]: Ainu minzoku kenkyuu no
paradaimu henkan no kokoromi. Yang ditulis oleh Nakamura Yasutoshi pada

tahun 2007 (中村康利, 2007).

Peneliti tertarik untuk meneliti tentang suku Ainu khususnya dalam aspek
pekerjaan mereka. Peneliti menemukan bahwa pola hidup orang suku Ainu
sekarang tidak sesuai atau telah mengalami perubahan dengan apa yang tertulis
dalam buku-buku tentang Ainu yang menjelaskan mengenai pekerjaan mereka.
4

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut :

Apa faktor penyebab perubahan pekerjaan suku Ainu?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan yang diteliti
oleh penulis adalah untuk mengetahui faktor penyebab perubahan pola hidup
khususnya dalam aspek pekerjaan orang-orang suku Ainu di masa sekarang.

1.4 Manfaat Penelitian


Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengembangan keilmuan terhadap ilmu yang behubungan dengan sejarah dan
perkembangan pola hidup suku Ainu.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,


baik bagi penulis maupun pembaca mengenai keberadaan suku Ainu dan faktor
penyebab perubahan pola hidup dalam aspek pekerjaan mereka.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian ini yaitu, menyelidiki faktor penyebab
perubahan pekerjaan orang-orang suku Ainu di Ainu Kotan, kota Akanko,
Hokkaido.
5

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan beberapa
subbab, yaitu:
Bab 1, menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan
laporan skripsi.
Bab 2, memaparkan tinjauan pustaka yang digunakan sebagai penguat
dalam penulisan skripsi ini.
Bab 3, merupakan metode penelitian. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini untuk mendapatkan jawaban terkait pada permasalahan.
Bab 4, menjelaskan dengan jelas mengenai analisis data tentang
perubahan pekerjaan orang suku Ainu yang di Hokkaido jepang.
Bab 5, berupa kesimpulan dan saran yang diperoleh melalui penelitian
yang dibahas pada bab sebelumnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian sebelumnya


Penelitian sebelumnya dalam paper Kaiso kesei katei to kaiso bunka no
yoin: kaiso kesei katei no seikatsu shi yang ditulis oleh Kazuhiro Nakazaki pada
tahun 2012. Dapat kita ketahui bahwa beberapa orang suku Ainu yang di teliti
dan di kelompokkan menjadi dua sudut pandang penelitian yaitu pelatihan
kejuruan laki-laki dan pelatihan kejuruan perempuan. Dan disimpulkan bahwa
pelatihan kejuruan perempuan lebih mudah mendapatkan pekerjaan yang
sejalan dengan pelatihan kejuruan yang telah diikuti dibanding laki-laki yang
sering kali sulit mendapat pekerjaan yang sesuai dengan jurusan pelatihan yang
telah dipelajari. Oleh sebab itu setelah para suami atau laki-laki mengalami
kegagalan dalam bidang pekerjaannya dan mengalami penurunan penghasilan,
hanya wanita yang dapat membantu meningkatkan penghasilan keluarga dengan
berusaha mencari pekerjaan sambilan di berbagai tempat.

Dalam paper yang berjudul Ainu minzoku no [mienai hinkon]: Ainu


minzoku kenkyuu no paradaimu henkan no kokoromi. Yang ditulis oleh Yasutoshi
Nakamura pada tahun 2007. Telah dilakukan penelitian dengan cara
mewawancarai orang Ainu, untuk membahas mengenai kemiskinan secara
turun-temurun seperti judul yang digunakan. Jadi dapat kita ketahui bahwa telah
terjadi diskriminasi derajat terhadap suku ainu yang akhirnya dapat menghambat
kesuksesan mereka dalam berkarir. Sehingga para orang tua di suku tersebut
menganjurkan anak atau keturunan mereka untuk menjadi Bengoshi atau
pengacara, dalam rangka untuk pemulihan hak.

6
7

Setelah membaca dan memahami paper tersebut, penelitian yang penulis


lakukan memiliki pokok pembahasan yang berbeda. Dalam paper Kaiso kesei
katei to kaiso bunka no yoin: kaiso kesei katei no seikatsu shi yang ditulis oleh
Nakazaki Kazuhiro pada tahun 2012, membahas tentang persiapan kejuruan
untuk mendapatkan pekerjaan. Sedangkan dalam penelitian yang akan penulis
lakukan adalah tentang hal apa yang melatar belakangi perubahan pekerjaan
yang dialami oleh suku Ainu. kemudian dalam paper Ainu minzoku no [mienai
hinkon]: Ainu minzoku kenkyuu no paradaimu henkan no kokoromi. Yang ditulis
oleh Nakamura Yasutoshi pada tahun 2007, membahas keturunan kemiskinan
atau dapat disebut juga membahas dari segi perekonomian yang menimbulkan
pengarahan bidang pekerjaan terhadap keturunan mereka, sedangkan peneliti
menganalisis data dari segi sosial dan hubungan mereka dengan masyarakat
Jepang, sehingga dapat diketahui faktor penyebab perubahan pekerjaan orang
suku Ainu.

2.2 Kajian Teori


Perubahan Sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan di dalam masyarakat, meliputi
pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk
mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam


struktur dan fungsi masyarakat. Pandangan serupa dikemukakan oleh Wilbert
Moore yang memandang perubahan sosial sebagai perubahan struktur sosial,
pola perilaku dan interakasi sosial. Sedangkan Menurut Mac Iver, perubahan
sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (Robert H. Laurer, 1993:289).

Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.


Perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang
lambat dan ada perubahan yang berjalan dengan cepat. Perubahan dapat
8

mengenai nilai dan norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial dan sebagainya.

 Definisi perubahan sosial menurut beberapa ahli sosiologi:


(Soerjono Soekanto,2009:262-263).
 Kingsley Davis mengartikan “perubahan sosial sebagai perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat”
(Soerjono Soekanto, 2009:262).
 MacIver mengatakan “perubahan-perubahan sosial merupakan
sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social
relationships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan
(equilibrium) hubungan sosial” (Soerjono Soekanto, 2009:263).
 JL.Gillin dan JP.Gillin mengatakan “perubahan-perubahan sosial
sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik
karena perubahanperubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya
difusi ataupun penemuanpenemuan baru dalam masyarakat”
(Soerjono Soekanto, 2009:263).
 Selo Soemardjan. Rumusannya adalah “segala perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat” (Soerjono Soekanto,
2009:263).

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan perubahan sosial adalah


perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat yang dapat mempengaruhi
9

pola interaksi sosial di dalam suatu yang dapat bersifat membangun karakter
manusia menuju proses yang lebih baik atau malah sebaliknya.

Perubahan Sosial memiliki beberapa karakteristik yaitu:

1. Pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur


immaterial.
2. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
3. Perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (social relationships) atau
sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
4. Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi
penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat.
5. Modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
6. Segala bentuk perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

2.2.1 Bentuk-bentuk perubahan sosial


A. Perubahan lambat dan perubahan cepat
1. Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu yang lama, rentetan
rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat,
dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya
tanpa rencana atau kehendak tertentu.
2. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan, dan
kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan pertumbuhan masyarakat
(Soerjono Soekanto, 2009:269).
10

Sementara itu perubahan-perubahan sosial yang berlangsung dengan


cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat. Secara Sosiologis agar suatu revolusi dapat terjadi, maka harus
dipenuhi syarat-syarat tertentu antara lain(Soerjono Soekanto,2009:271):

1. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.

2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu


memimpin masyarakat tersebut.

3. Pemimpin diharapkan dapat menampung keiginan-keinginan masyarakat


untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi
menjadi program dan arah gerakan.

4. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada


masyarakat.

5. Harus ada momentum yaitu saat dimana segala keadaan dan faktor sudah
tepat dan baik untuk memulai suatu gerakan.

B. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur


unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau yang berarti
bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian, misalnya, tidak akan membawa
pengaruh apa-apa bagi masyarakat dalam keseluruhannya, karena tidak
mengakibatkan perubahan- perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Sedangkan perubahan besar adalah perubahan-perubahan yang terjadi


pada unsur-unsur struktur sosial yaitu membawa pengaruh besar pada
masyarakat(Soerjono Soekanto, 2009:272).
11

C. Perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki (intended-change) atau perubahan yang


direncanakan (planned-change) dan perubahan yang tidak dikehendaki
(unitended-change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned-
change).

 Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan


perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan
terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan
perubahan didalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki
perubahan dinamakan agen of change yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat
sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga- lembaga
kemasyarakatan.
 Sedangkan perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang
tidak direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi
tanpa dikehendak atau berlangsung diluar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat
sosial yang tidak diharapkan masyarakat (Soerjono Soekanto,
2009:272-273).

2.2.2 Faktor penyebab perubahan sosial


Secara umum penyebab dari perubahan sosial budaya dibedakan atas
dua golongan besar, yaitu: Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri
dan Perubahan yang berasal dari luar masyarakat. Secara jelas akan dipaparkan
di bawah ini(Soerjono Soekanto,2009:275-282):

2.2.2.1 Perubahan yang Berasal dari Masyarakat


a. Bertambah atau berkurangnya penduduk.

Perubahan jumlah penduduk merupakan penyebab terjadinya perubahan


sosial, seperti pertambahan atau berkurangnya penduduk pada suatu daerah
12

tertentu. Bertambahnya penduduk pada suatu daerah dapat mengakibatkan


perubahan pada struktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sementara pada daerah lain terjadi kekosongan sebagai
akibat perpindahan penduduk tadi.

b. Penemuan-penemuan baru

Penemuan-penemuan baru akibat perkembangan ilmu pengetahuan baik


berupa teknologi maupun berupa gagasan-gagasan menyebar ke masyarakat,
dikenal, diakui, dan selanjutnya diterima serta menimbulkan perubahan
sosial.

c. Perubahan yang Berasal dari Luar Masyarakat.

Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar
manusia. Menurut Soerjono Soekanto sebab yang bersumber pada
lingkungan alam fisik yang kadang-kadang disebabkan oleh tindakan para
warga masyarakat itu sendiri. Misalnya, penebangan hutan secara liar oleh
segolongan anggota masyarakat memungkinkan untuk terjadinya tanah
longsor, banjir dan lain sebagainya.

d. Peperangan

Peperangan yang terjadi dalam satu masyarakat dengan masyarakat


lain menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat dahsyat karena
peralatan perang sangat canggih.

e. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

Adanya interaksi langsung antara satu masyarakat dengan masyarakat


lainnya akan menyebabkan saling pengaruh. Selain itu pengaruh dapat
berlangsung melalui komunikasi satu arah yakni komunikasi masyarakat
dengan media-media massa.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN


Dalam penelitian kali ini, metode yang digunakan adalah metode induktif
dalam penelitian kualitatif. Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian
kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu
berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang
diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa
kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan
terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim,
2002).

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-


strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan
demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti
merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena membahas suatu


realitas permasalahan yang terjadi pada masyarakat yaitu perubahan pola hidup
khususnya dalam aspek pekerjaan orang-orang suku Ainu di Akanko Hokkaido.
Pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data deskriptif yang bertujuan
menggambarkan secara tepat bentuk-bentuk perubahan pekerjaan yang dialami
orang suku Ainu.

13
14

3.2 SUMBER DATA


Penelitian ini menggunakan data dari hasil wawancara semi terstruktur
yang ditanyakan kepada nara sumber yaitu orang suku Ainu yang bekerja dengan
berdagang suvenir khas suku Ainu di kampung Ainu kota Akanko Hokkaido,
menggunakan video maupun audio rekaman. Hasil wawancara dianalisis dengan
metode induktif kualitatif yang mana membandingkan dari fenomena yang
ditemukan sebagai data dengan teori yang telah ada, dengan melakukan
wawancara nara sumber, sehingga diharapkan ditemukan anomali atau temuan
baru.

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk mengumpulkam data


sebagai berikut :
1. Peneliti mencari responden yang akan menjadi objek dalam penelitian,
yaitu orang suku Ainu yang tinggal di Akanko Hokkaido.
2. Peneliti membuat poin-poin sebagai dasar pertanyaan untuk
mewawancara responden berdasarkan rumusan masalah yang berkaitan
dengan penelitian ini.
3. Peneliti melakukan wawancara kepada responden.
4. Dalam penelitian ini data yang diperoleh menggunakan bahasa Jepang,
maka peneliti melakukan transkripsi dan menerjemahkan data
wawancara yang diperoleh untuk mempermudah menganalisis data.
5. Klasifikasi data wawancara, mengelompokkan data yang sudah terkumpul
berdasarkan bentuk-bentuk perubahan pola hidup yang dialami oleh
orang suku Ainu sekarang.
15

3.4 TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam analisis data, peneliti mengelompokkan data menjadi beberapa


tahapan yaitu :
1. Data hasil wawancara dikumpulkan kemudian data tersebut ditranskrip
dan analisis dengan cara coding dengan tipe conventional content
analysis.
2. Display data, data ditampilkan sesederhana mungkin supaya mudah
dipahami.
3. Interpretasi data, data hasil wawancara ditafsirkan dan dijelaskan lebih
mendalam untuk memecahkan rumusan masalah dalam penelitian.
4. Penarikan kesimpulan, data yang sudah terkumpul dan dianalisis secara
seksama disimpulkan sesuai tujuan penelitian.
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum suku Ainu


Berdasarkan survey populasi yang dilakukan oleh Hokkaido local
government pada 1999, total orang-orang Ainu yang tinggal di prefektur
Hokkaido adalah 23,767 jiwa (jumlah tersebut merupakan mereka yang
menyebut diri mereka adalah orang Ainu). Sebagaimana yang disebutkan oleh
banyak dari orang-orang Ainu sendiri bahwa jumlah dari mereka memungkinkan
lebih banyak dan luas dari jumlah yang tercatat dalam survey di Hokkaido, sejak
banyak orang Ainu yang menyembunyikan identitas Ainu mereka, mencerminkan
fakta bahwa masih banyak keturunan Ainu yang mencoba menyembunyikan
latar belakang etnis mereka dan menghindari diskriminasi dan stigma sosial
(Cheung, 2005).

Masyarakat Ainu dipercaya telah ada sejak abad 12 atau 13, sebagaimana
yang tertulis dalam buku yang berjudul together with the Ainu terbitan 2017.
Tidak pasti kapan wajin (orang-orang yang bermigrasi dari Honshu ke Hokkaido
pada sebelum zaman Meiji) mulai bertempat tinggal di Ezo yang kita kenal
dengan Hokkaido.

Dalam lingkungan utara yang keras, masyarakat Ainu menjalani hidup


dengan memancing, berburu, dan bercocok tanam, dan juga melakukan
perdagangan dengan masyarakat di daerah lain. Dan mereka membagi pekerjaan
fisik untuk dikerjakan laki-laki dan yang ringan untuk perempuan. Pekerjaan fisik
misalnya memancing dan berburu, dan pekerjaan perempuan seperti mengambil
tanaman liar atau bekerja di pabrik kain tenun menggunakan alat tenun.
Kegiatan semacam itu dilakukan sepanjang tahun.

16
17

Pada awal musim semi mereka dapat berburu Rusa dan beruang
coklat,begitu pula mengambil tanaman dan sayuran liar. Musim panas untuk
memancing ikan forel di sungai, musim gugur untuk memancing ikan salmon di

sungai dan di lepas pantai, dan juga bagus untuk mengambil sayuran liar (児島恭

子, 2018). Musim dingin untuk berburu hewan-hewan kecil, seperti kelinci dan

hewan kecil lainnya. Dan selain mereka bisa menghasilkan makanan dengan cara
tersebut, mereka juga membuat alat atau barang-barang kebutuhan sehari-hari
seperti tas, pakaian, sepatu dan lain-lain dari hewan buruan maupun tumbuhan
yang ada.

Ras Ainu merupakan masyarakat pribumi dari daerah utara Jepang,


sekarang ada sekitar 24.000 orang dan 7.000 diantaranya berumah tangga dan
tinggal di Hokkaido. Selama lebih dari 10 abad, mereka menderita karena
berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat Jepang untuk menyerang
dan menghilangkan mereka dari tanah mereka. Dan juga meng asimilasi mereka
secara budaya maupun bahasa. Pada sisi ini serupa dengan suku Indians du
Amerika dan suku Aborigin di Australia. Di bawah tekanan, pemerintah dan
parlemen Jepang secara formal mengakui bahwa suku Ainu adalah orang pribumi
Jepang pada tahun 2008, meskipun masih banyak yang diperdebatkan dan
terjadi banyak perubahan di berberbagai hal seperti isi yang terkandung dalam
buku pelajaran, keamanan kerja, dan tentang kelestarian warisan (Sugimoto,
2010).

Segera setelah restorasi Meiji, pemerintah Tokyo mengambil langkah


untuk menunjuk Hokkaido sebagai ‘ownerless land’ atau lahan tak berpemilik,
menyita lahan Ainu, dan tetap menjadikan lahan sebagai hak milik pemerintah
bagian biro pengembangan lahan. Mengirim milisi untuk mendukung pemerintah
dengan mengaspal jalan sebagai bentuk serangan dari ibu kota jepang terhadap
hutan yang masih alami. Pembaruan lahan, dilaksanakan selama pekerjaan
sekutu Jepang sekitar tahun 1940-an dan menyetarakan kepemilikan lahan untuk
18

populasi pertanian secara umum, hal ini menyebabkan efek tidak


menguntungkan bagi Ainu dengan hasil Ainu kehilangan sepertiga lahan
pertanian mereka di Hokkaido. Pemerintah dan proyek pengembangan
perusahaan tetap merendahkan kondisi komunitas Ainu. Proyek yang paling
kontroversial adalah pembangunan sebuah bendungan di Nibutani di bagian
barat daya pulau Hokkaido, dimana orang Ainu memiliki tradisi menangkap ikan
salmon. Pengadilan distrik Sapporo memutuskan untuk mendukung Ainu pada
1997 dan mengakui hak-hak adat mereka.

Mitsuharu Vincent Okada menjelaskan perlakuan diskriminatif pada suku


Ainu tak lepas dari kebijakan yang diskriminatif pula. Semua bermula,
menurutnya, dari manuver politik antara Jepang dan Rusia pada akhir abad 19.
Saat itu, Rusia berniat untuk memperpanjang kepemilikan terhadap wilayah yang
belum dikembangkan. Hal ini mendorong negosiasi antara Jepang dan Rusia
untuk menetapkan batas teritorial yang baru. Akhirnya, mereka sepakat bahwa
garis batas tersebut membentang di wilayah Urupu dan Etorofu di Kepulauan
Kuril sesuai dengan Perjanjian Shimoda (1855). Menurut perjanjian itu,
kepulauan Sakhalin disepakati menjadi tanah bersama kedua negara. Pada 1869,
Jepang memasukkan wilayah Ezo yang kelak berubah nama menjadi Hokkaido ke
dalam wilayah kekuasaannya. Enam tahun kemudian, kedua negara tersebut
kembali berunding dan hasilnya dikukuhkan dalam Perjanjian St. Peterburg. Isi
perjanjian tersebut adalah Rusia bakal mengontrol kepulauan Sakhalin dan
Jepang akan mengklaim Kepulauan Kuril. Di titik ini, orang Ainu harus memilih
kewarganegaraan yang berakibat pada paksaan untuk meninggalkan tanah
kelahiran. Setelah itu, regulasi demi regulasi yang mengakibatkan peminggiran
orang Ainu dikeluarkan. Pada 1869 hingga 1882, misalnya, pemerintah Jepang
mendirikan Komisi Pembangunan Hokkaido. Rencana pembangunan yang
digagas oleh komisi tersebut tidak menghiraukan tradisi dan budaya masyarakat
Ainu sebagai suku asli wilayah itu.
19

Ada pula aturan registrasi sensus pada tahun 1871 yang mengharuskan
orang Ainu mendaftarkan diri dan dipaksa menggunakan nama belakang Jepang.
Pada saat yang sama, mereka juga dipaksa berasimilasi seiring dengan
munculnya larangan menggunakan bahasa dan tradisi orang Ainu. Selain itu,
Okada menjelaskan sejak tahun 1896 sampai 1890an pemerintah Jepang
mengeluarkan aturan yang berdampak pada pengambilan alih lahan yang selama
ini dikelola oleh masyarakat Ainu. Pada 1899 sampai 1997, pemerintah Jepang
juga memberlakukan UU Perlindungan Bekas Masyarakat Asli Hokkaido. Meski
regulasi ini bertujuan untuk melindungi masyarakat Hokkaido, ketentuan di
dalamnya justru membatasi aktivitas orang Ainu. Aturan tersebut mendorong
orang Ainu untuk bertani, padahal mereka sangat bergantung pada kegiatan
menangkap ikan dan berburu. Hal ini menyebabkan banyak orang Ainu gagal
menjadi petani dan malah jadi buruh murah di pabrik. Undang-undang ini juga
menjamin pendidikan anak-anak Ainu. Namun, kurikulum dan bahasa pengantar
yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak ramah pada budaya orang
Ainu.

Kehidupan orang Ainu memasuki babak baru ketika UU Pemajuan Budaya,


Penyebaran dan Advokasi Pengetahuan Ainu disahkan pada 1997. UU ini
menyatakan Jepang sebagai negara multikultural. Setelah aturan ini diresmikan,
UU Perlindungan Bekas Masyarakat Asli Hokkaido tidak lagi berlaku. Dengan
demikian, pemerintah bukan lagi bertugas melindungi tapi justru
mempromosikan budaya Ainu (okada, 2012).
20

Sepuluh tahun berselang, Jepang ikut mendukung Deklarasi PBB tentang


Hak-Hak Penduduk Asli. Tindakan pemerintah Jepang ini mengisyaratkan
komitmen untuk menetapkan standar perlakuan masyarakat adat, mengusut
pelanggaran HAM, serta memberantas diskriminasi. Menurut Osaka, hal inilah
yang kemudian mendorong Jepang pada 2008 secara resmi mengakui Ainu
sebagai masyarakat adat dan berjanji membuat undang-undang baru untuk
mendukung kehidupan mereka. Bertahun-tahun setelah pengakuan tahun 2008,
kehidupan orang Ainu terus berubah. Menurut The Washington Post, upaya yang
signifikan telah digencarkan untuk menjaga kebudayaan dan bahasa suku Ainu.

4.2 Ainu Shinpou

Sistem Kebijakan Terkait Ainu

Ainu shinpou merupakan hukum yang berisi tentang kebijakan untuk


mengembangkan budaya Ainu, dan kebijakan untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat Ainu serta melestarikan budaya Ainu. Awal ditetapkannya Ainu
shinpou pada 17 april 1997,dan ditegakkan pada bulan Juli 1997, setelah itu
masih terjadi banyak perubahan dalam hukum tersebut hingga ditetapkannya
pembaruan hukum yang terbaru pada 19 april 2019 hukum tentang rekonstruksi

suku Ainu. [アイヌ政策推進会議, 2012]


21

4.2.1 Dampak setelah berlakunya Ainu Shinpou


Pemerintah Jepang mengakui pentingnya budaya populasi Ainu minoritas
mereka pada tahun 1997. Mereka merancang undang-undang untuk membantu
melindungi budaya orang yang sekarat; namun pemerintah kurang mau
mengakui aspek-aspek asli Ainu. Sepuluh tahun setelah pembentukan undang-
undang ini, PBB mengajukan Deklarasi tentang Hak-Hak Masyarakat Adat,
sebuah deklarasi tersebut tidak hanya untuk memperkuat hak budaya, tetapi
juga hak atas tanah dan penentuan nasib sendiri. Meskipun sebagian besar
masyarakat Jepang berkomentar negatif pada deklarasi ini, Jepang tetap
mendukung deklarasi ini.

4.3 Hasil Wawancara


Data dalam penelitian ini didapatkan melalui wawancara kepada Nishida
Masao salah satu orang ainu yang bekerja dengan membuka toko di Ainu kotan,
Akanko, Hokkaido. Data pendukung dalam penelitian ini didapatkan dari
wawancara kepada Koizumi sebagai orang yang berbaur bersama orang Ainu di
Ainu Kotan, Akanko, Hokkaido.

4.3.1 Informan 1
Nishida Masao bekerja dengan membuka toko di rumah. Beliau telah
mengelola toko tersebut sejak 46 tahun yang lalu hingga sekarang, sebelum itu
dikelola oleh orang tua beliau yang juga merupakan orang Ainu. hal ini diketahui
dari tuturan berikut:

(1:10) えっと、何年なるかな、46年前からここでやってましたね。その前
までは父さん母さんがここで、46年前に僕が引き継いでこの店をやって
ます。

Etto, nannennarukana, 46 nenmae kara kokode


yattemashitane. Sonomae made ha otosan okasan ga kokode,
46 nenmae ni boku ga hikitsuide kono mise wo yattemasu.
Sudah berapa tahun ya, sejak 46 tahun. Sebelum itu ayah dan
ibu yang mengelola toko, kemudian sejak 46 tahun yang lalu
saya yang menggantikan untuk mengelola toko hingga
sekarang.
22

Pada tuturan tersebut peneliti dapat mengetahui bahwa Nishida Masao


sebagai orang suku Ainu telah bekerja dengan membuka toko, bahkan
merupakan pekerjaan yang diwariskan dari jaman orang tua beliau. Jadi dapat
disimpulkan bahwa orang Ainu telah mulai bekerja lebih dari 50 tahun yang lalu.
Nishida Masao juga menjelaskan bahwa pekerjaan orang-orang suku Ainu
yang lain pada masa sekarang ini juga melakukan berbagai macam pekerjaan
seperti membuka toko, dan bekerja di industri perikanan. hal ini dapat diketahui
dalam tuturan berikut:

(2:36) 今は色んな仕事していますね。僕らみたいにここに観光で生活し
ている人もいるし、あと漁業やってる人もいるし、ま色んな仕事やっていま
すね。

Ima ha ironna shigoto shiteimasune. Bokura mitaini koko ni


kankoude seikatsu shiteiruhito mo irushi, ato gyogyou yatteru
hito mo iru shi, ma ironna shigoto yatteimasune.

Sekarang melakukan berbagai macam pekerjaan. Ada yang


bekerja dan bertempat tinggal di daerah pariwisata seperti
kami, ada juga yang bekerja di industri perikanan, ya
melakukan berbagai macam pekerjaan.

Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa pada masa sekarang ini orang
suku Ainu telah bekerja dengan pekerjaan yang bermacam-macam, dan juga
mereka telah mengalami perubahan pada aspek pekerjaan.
Dulu orang suku ainu berburu dan mengumpulkan makanan dari alam sekitar.
Sekarang melakukan berbagai macam pekerjaan, karena sesuka hati mengambil
makanan dari alam sudah tidak mungkin, jadi untuk kelangsungan hidup perlu
pekerjaan yang menghasilkan uang. Hal tersebut terbukti dalam kutipan berikut:
23

(2:08) え~、昔はあの~狩猟採集、そういうことで生活していましたね。
後 魚を取るとか山に山菜を取るとかね,しかをとるとか,狩猟採集民族だ
からアイヌ民族ね

E~, mukashi ha ano~ syuryosaisyu, souiukoto de seikatsu


shitemashitane. Ato sakana wo toru toka yama ni sanzai wo
tokane, shika wo toru toka, syuryousaisyuuminzoku dakara
ainu minzoku ne.

Dulu , berburu dan meramu, menjalani kehidupan dengan hal


seperti itu ya. Kemudian karena suku Ainu merupakan suku
yang berburu dan meramu, mereka juga berburu rusa, ke
gunung untuk mengambil sayuran gunung, dan juga
memancing.

Dari tuturan di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan yang dilakukan orang
Ainu dahulu tidak sama seperti sekarang atau dapat dikatakan mengalami
perubahan. Dan pak Nishida Masao juga menjelaskan bahwa beliau bekerja
seperti sekarang ini yaitu untuk kelangsungan hidup. Hal ini diketahui dari
tuturan berikut:

(4:06) じゃあそれはやっぱり生活するためですよね, 生きてるために仕事し


なければ、あの、何もしなければ生きませんから。

Jya sore ha yappari seikatsusuru tame desuyone, ikiteru tame


ni shigoto shinakereba, ano, nanimo shinakereba
ikimasenkara.

Kalau itu ya untuk kelangsungan hidup, harus bekerja supaya


bisa tetap hidup, kita tidak bisa hidup jika tidak melakukan
apa-apa.

Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan orang Ainu bekerja adalah untuk kelangsungan hidup mereka,
karena pekerjaan yang dulu dilakukan seperti berburu dan meramu sudah tidak
diperbolehkan, jadi mereka harus bekerja, seperti yang dituturkan nara sumber
di bawah ini:
24

(2:59) え~今はあの~自然なもの頂いて生活っていうことは無理ですから
ね。やっぱり動いたらお金を得る仕事をしてお金が必要ですら、ま、様々仕
事してますね

E~ ima ha ano~ shizen na mono itadaite seikatsutteiukoto ha


muri desukarane. Yappari ugoitara okane wo eru shigoto wo
shite okane ga hitsuyou desukara, ma, sama-zama shigoto
shitemasune.

Karena sekarang menjalani hidup dengan mengambil bahan-


bahan makanan dari alam sudah tidak mungkin ya. Jadi kalau
bergerak ya melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang,
karena uang itu penting ya. Jadi ya berbagai macam pekerjaan
dilakukan.

Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa sudah tidak mungkin melakukan
pekerjaan yang dilakukan seperti dulu. Orang Ainu mengerti bahwa yang
dibutuhkan untuk tetap dapat melanjutkan kehidupan di masa sekarang adalah
uang, jadi dengan sedikit terpaksa, berbagai macam pekerjaan dilakukan.
Nishida Masao juga menjelaskan faktor penyebab pekerjaan yang dulu
dilakukan, sudah tidak mungkin dilakukan atau dilarang di masa sekarang, yaitu
karena ada hukum yang melarang orang Ainu melakukan pekerjaan yang dulu
sebagai suku yang berpola hidup berburu dan meramu. hal ini terdapat dalam
tuturan berikut:

(4:46) うん、ありますね. あの~それこそ勝手にシカをとったもダメだし、あと


勝手にさけをとったもだめだし, 昔は自由だったけど, 今はそう言う事禁止に
なっていますからあの勝手にね仕事できません, 山行って勝手に木を切る事
もできないし

Un, arimasune, ano~ sorekoso katteni shika wo tottamo


damedashi, ato katte ni sakke tottamo dame dashi, mukashi ha
jiyuu dattakedo, ima ha souiu koto kinshi ni natteimasukara
ano katte ni ne shigoto dekimasen, yama itte katte ni ki wo kiru
koto mo dekinaishi.
25

Iya, ada. Oleh karena itu tidak boleh berburu rusa dengan
sembarang, kemudian tidak boleh sembarang memancing ikan
salmon, dulu hal seperti itu bebas namun sekarang sudah
dilarang, jadi tidak bisa bekerja dengan sembarang atau sesuka
hati, seperti pergi ke gunung lalu sembarang menebang pohon
juga tidak bisa.

Dari tuturan tersebut diketahui bahwa ada faktor lain yang menyebabkan
perubahan pola hidup dari orang Ainu khususnya di bidang pekerjaan, yaitu
karena ada hukum yang melarang orang suku Ainu untuk melakukan pekerjaan
yang dilakukan dulu yaitu berburu dan meramu secara sembarang.
Kemudian hal yang melatar belakangi perubahan pola hidup orang suku Ainu
hingga terbuat hukum untuk melarang pekerjaan orang suku Ainu adalah pernah
terjadi diskriminasi terhadap suku Ainu. hal ini dapat diketahui dari tuturan
berikut:

(5:51) そうだね、あの~最近できた法律ではまずえ~日本の先住民族
だってことをはっきりとめぎされていました本当の法律でね、今まではそれ
がなかったから日本先住民族だってことを今回初めて法律でみともらえて
ました、それともう一つあのアイヌ民族を差別人はダメですよっていう言葉
も法律の中にかしこまりました。

Soudane, ano~ saikin dekita houritsu de ha mazu e~ nihon no


senjyuuminzoku datte koto wo hakkiri to meigisareteimashita
hontou no houritsu de ne, ima made ha sorega nakattakara
nihon senjyuumizoku datte koto wo konnkai hajimete houritsu
de mitomoraeteimashita, sore to mou hitotsu ano
ainuminzoku wo sabetsu hito ha dame desuyotte iu kotoba mo
houritsu no naka ni kashikomarimashita.

Dalam hukum yang ditetapkan baru-baru ini, telah tertulis


dengan jelas pada hukum yang sekarang bahwa suku Ainu
disebut sebagai orang pribumi Jepang. Kali ini merupakan
pertama kali dimengerti sebagai orang pribumi Jepang, karena
sebelum itu memang belum pernah ada. Kemudian ada satu
lagi yaitu tertulis kalimat di dalam hukum bahwa tidak boleh
mendiskriminasi orang suku Ainu.
26

Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa telah ditetapkan hukum baru
yang disebut Ainu Shinpou yang berisi tentang Jepang yang telah mengakui suku
Ainu sebagai orang pribumi Jepang untuk pertama kali dan tertulis juga larangan
untuk tidak mendiskriminasi suku Ainu. dari hal tersebut dapat diketahui bahwa
pernah terjadi diskriminasi sebelum hukum itu dibuat.
Jumlah orang suku ainu yang tinggal di Hokkaido khususnya daerah akanko
yang berjumlah kurang lebih 100 orang dan juga jumlah data orang Ainu yang
tinggal di Jepang berdasarkan statistik berjumlah sekitar 15.000 atau 16.000
orang. Namun jumlah sebenarnya masih belum dapat dipastikan, karena banyak
orang ainu yang tidak mau mengakui bahwa dirinya orang ainu. hal ini dapat
diketahui dalam tuturan berikut:

(00:51) あ~、日本全体にですねえっとね統計所は 1 万 5,6千人ち


ょっとだね。本当は実際にはもっともっとたくさんいるはずです、ただ自分は
アイヌだっていうってない人がたくさんいますから。だから本当の数はまだわ
からないんですね。

A~, nihonzentainidesune ettone tokeijyo ha ichi man go, roku


sennincyottodane. Hontou ha jissai ni ha motto motto takusan
iru hazu desu, tada jibun ha ainudatteiuttenai hito ga takusan
imasukara. Dakara hontou no kazu ha mada
wakaranaindesune.

O~ seluruh jepang ya, secara statistik sekitar 15.000 hingga


16.000 orang. Seharusnya masih ada lebih banyak lagi, namun
banyak yang tidak mau mengakui bahwa dirinya adalah orang
ainu. oleh karena itu jumlah sesungguhnya masih belum dapat
diketahui.

Dari tuturan tersebut dapat diketahui jumlah orang Ainu yang tinggal di
daerah Akanko, Hokkaido dan data orang Ainu di seluruh Jepang namun data
tersebut belum dapat dipastikan karena seperti yang dituturkan nara sumber
bahwa masih banyak orang suku Ainu yang tidak mau mengakui bahwa dirinya
27

orang ainu. hal tersebut terjadi karena ada diskriminasi yang pernah dialami oleh
mereka.
Nishida masao tinggal di kampung Ainu atau yang biasa disebut dengan Ainu
kotan di daerah Akanko Hokkaido. Beliau juga menegaskan bahwa di sana
merupakan tempat tinggal orang suku ainu, jika bukan orang Ainu dan bukan
keturunan orang Ainu atau setidaknya memiliki ikatan darah dengan orang ainu
tidak bisa tinggal disana. Hal tersebut diketahui dalam tuturan berikut:

(2:15) ここ、皆そうですよ。ここは皆アイヌ系人が住んでる場所だから。少
なくてもお父さんかお母さんは必ずアイヌの人なんですここは。でなければ
ここに住むことができません。ここはね土地を無償でもらってるの、ただで、
アイヌの人にね。

Koko, minna soudesuyo. Koko ha minna ainukei hito ga


sundeiru basyo dakara. Sukunakutemo otosan ka okasan ha
kanarazu ainu no hito nandesu kokoha. Denakereba kokoni
sumu koto ga dekimasen. Koko ha ne tsuchi wo mushou de
moratteruno, tadade, ainu hitonine.

Orang-orang yang tinggal di sini sama. Karena disini


merupakan tempat tinggal orang-orang keturunan Ainu.
setidaknya orang yang tinggal di sini ayah atau ibunya adalah
orang Ainu, jika tidak tidak bisa tinggal di sini. Tanah yang
ditinggali ini merupakan tanah yang didapatkan atau diberikan
secara gratis kepada suku Ainu.

Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa hanya orang-orang keturunan


Ainu yang dapat tinggal di kampung Ainu yang di sebut Ainu kotan di daerah
Akanko Hokkaido.
Namun tidak menutup kemungkinan juga orang jepang yang bukan Ainu
untuk tinggal disitu melalui ikatan pernikahan seperti istri dari nara sumber yang
merupakan orang jepang namun keturunan orang Ainu. hal ini diketahui dari
kutipan berikut:
28

(1:55) 日本人です、でもね順調例えばあの~アイヌの血がはいっていま
す、うちの奥さんね。

Nihonjindesu, demone jyuncoutatoeba ano~ Ainu no chi ga


haitteimasu, uchi no okusanne.

Orang jepang, tapi contoh baiknya ya, istri saya memiliki darah
keturunan Ainu.

Dari tuturan tersebut diketahui bahwa istri Nishida Masao adalah orang
jepang namun baiknya masih keturunan Ainu, jadi orang yang bukan suku Ainu
sekarang bisa tinggal dan bekerja bersama di Ainu Kotan.

4.3.2 Informan 2
Nara sumber kedua adalah orang yang berbaur dan bekerja bersama orang
Ainu di Ainu kotan dan melestarikan budaya Ainu. beliau bernama Koizumi. hal
ini diketahui dari tuturan berikut:

(8:39) うん人が足りってないからあの~アイヌじゃなくてもアイヌの事が好
きな人も一緒に今は働いてるの

Un, hito ga tarittenaikara ano- Ainu jyanakutemo Ainu no koto


ga sukina hito mo issyouni ima ha hataraiteruno.

Ya karena orang Ainu tidak cukup banyak, meskipun bukan


orang Ainu orang yang suka hal-hal tentang Ainu, sekarang
bekerja bersama orang-orang Ainu.

Dari tuturan tersebut diketahui bahwa orang yang bukan orang Ainu
sekarang bisa bekerja bersama-sama dengan orang suku Ainu, karena jumlah
orang Ainu di Ainu Kotan yang sedikit.

Jumlah orang Ainu yang tinggal di Ainu Kotan bertambah sedikit karena
banyak yang keluar dikarenakan disana tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang
dapat menghasilkan banyak uang. Hal ini diketahui dari tuturan berikut:
29

(8:13) 両親も違うの。アイヌの人はアイヌコタンで働いてるけどあまりお金
がたくさん稼げないからだから若い人はアイヌコタンからでていちゃうの。

Ryoshin mo chigauno. Ainu no hito ha Ainu kotan de


hataraiteru kedo amari okane takusan kasegenaikara
wakaihito ga Ainu Kotan kara deteiccyauno.

Orang tua saya juga bukan orang Ainu. Orang Ainu bekerja di
Ainu Kotan tapi tidak bisa menghasilkan banyak uang, jadi
yang muda keluar dari Ainu Kotan.

Dari tuturan tersebut diketahui bahwa orang tua koizumi juga bukan orang
Ainu. diketahui juga alasan orang Ainu keluar dari Ainu Kotan adalah untuk
mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang lebih banyak.

Oleh karena itu orang suku Ainu sekarang melakukan berbagai pekerjaan
seperti bekerja di kantor dan membuka toko. Seperti dalam tuturan Koizumi
berikut:

(3:13) 今は普通に仕事しています。会社で働いたり、お店開いたり色んな
仕事しています。

Ima ha futsuu ni shigoto shiteimasune. Kaisya de hataraitari,


omise hiraitari ironna shigoto shiteimasu.

Sekrang bekerja seperti biasa. Melakukan berbagai macam


pekerjaan seperti membuka toko dan bekerja di kantor
perusahaan.

Dari tuturan tersebut diketahui bahwa suku Ainu sekarang bekerja seperti
orang jepang pada umumnya dan melakukan berbagai macam pekerjaan.

Orang suku Ainu melakukan pola hidup seperti orang jepang pada umumnya
karena terjadi diskriminasi dari wajin atau orang Jepang yang bermigrasi ke
Hokkaido. Hal ini diketahui dari tuturan Koizumi berikut:

(3:48) わじんが北海道に入って来てアイヌの文化をしたらダメっていうっ
て、わじんと同じ生活するようにさせられたから

Wajin ga hokkaidou ni haittekite Ainu no bunka wo shitara


dametteutte, wajin to onaji seikatsu suru youni
saseraretakara.

Wajin masuk ke Hokkaidou kemudian melarang suku Ainu


untuk tetap melakukan budaya Ainu,dan memaksa orang
30

suku Ainu untuk melakukan pola hidup yang sama dengan


wajin.

Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi diskriminasi asimilasi


untuk menghilangkan budaya Ainu dan mengganti dengan budaya orang Jepang
pada umumnya.

Diskriminasi yang terjadi bersumber dari ditetapkannya hukum yang berisi


tentang kebijakan asimilasi dan diskriminasi terhadap suku Ainu. Hal ini dapat
diketahui dari tuturan berikut:

(6:55) うん、法律でえっとアイヌの文化のことやったらダメっていう風になっ

Un, houritsu de etto Ainu bunka no koto yattara dametteiufu


ni natte

Ya, dengan ditetapkannya hukum, menjadi tidak boleh untuk


melakukan budaya suku Ainu.

Dari tuturan tersebut diketahui bahwa sumber dari diskriminasi orang Jepang
terhadap suku Ainu adalah dengan ditetapkannya hukum. Dangen begini
diketahui pula bahwa penjelasan dari Koizumi sebagai orang yang bukan suku
Ainu namun hidup dan bekerja bersama orang Ainu selaras dengan apa yang
dituturkan Nishida Masao sebagai nara sumber utama dalam penelitian ini.

4.4 Perbandingan Gambaran umum suku Ainu dengan Analisis data


Dalam paparan gamabaran umum yang didapatkan dari berbagai buku
maupun jurnal yang merupakan hasil dari penelitian sebelumnya, dapat
diketahui dari pola hidup hingga bidang pekerjaan yang suku Ainu kerjakan, dan
juga adanya diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah Jepang terhadap suku
Ainu, sehingga menyebabkan berbagai perubahan dari pola hidup hingga
pekerjaan mereka. Hal ini selaras dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan
kepada nara sumber yaitu orang Ainu bernama Nishida Masao yang bekerja
dengan berdagang dan tinggal di Ainu Kotan daerah Akanko Hokkaido.

Beliau menjelaskan dalam hasil wawancara bahwa pekerjaan orang suku


Ainu yang dulu merupakan pekerjaan yang dekat dengan alam, seperti berburu
dan meramu namun dengan adanya diskriminasi dari pihak pemerintah Jepang
31

pekerjaan tersebut menjadi terlarang atau tidak boleh dilakukan lagi, dan
kemudian dengan adanya kebijakan asimilasi, orang suku Ainu diharuskan
berpola hidup sama dengan orang Jepang pada umumnya, sehingga orang-orang
suku Ainu mencari pekerjaan atau mengerjakan pekerjaan yang bermacam-
macam salah satunya seperti pekerjaan Nishida Masao yaitu bekerja dengan
berdagang, membuka toko di rumah, yang mana tempat tinggalnya merupakan
daerah wisata.

Dalam hasil wawancara juga terdapat hal yang berbeda dari penelitian-
penelitian sebelumnya yaitu dari segi hukum yang akhir-akhir ini ditetapkan yang
disebut Ainu Shinpou. Hukum itu merupakan hukum yang mendukung pihak
suku Ainu, karena dalam hukum tersebut berisi tentang pemerintah Jepang yang
untuk pertama kalinya secara resmi dan tertulis jelas bahwa suku Ainu
merupakan bangsa pribumi Jepang, dan di dalamnya juga tertulis dengan jelas
kalimat yang melarang siapapun untuk mendiskriminasi suku Ainu.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Orang-orang suku Ainu merupakan orang pribumi Jepang yang tinggal
menyebar di seluruh pulau Hokkaido. Bahkan saat ini telah menyebar ke pulau-
pulau lain di seluruh Jepang. Mereka sejak dulu memiliki pekerjaan berburu dan
meramu seharusnya dengan pekerjaan tersebut mereka sudah tidak perlu
melakukan pekerjaan lain. Namun sekarang ini telah ditemukan orang-orang
suku Ainu melakukan berbagai macam pekerjaan, seperti membuka toko,
bekerja di kantor dan sebagainya, seperti orang Jepang pada umumnya.

Dari hasil penilitian menunjukkan bahwa pola hidup orang-orang suku


Ainu khususnya dalam aspek pekerjaan mengalami perubahan. Dari yang
dulunya bekerja dengan berburu dan meramu, sekarang melakukan berbagai
macam pekerjaan seperti orang Jepang pada umumnya, dikarenakan adanya
diskriminasi dari wajin atau orang Jepang yang bermigrasi ke pulau Hokkaido.
Bentuk-bentuk diskriminasi yang dialami bermacam-macam, contohnya seperti
larangan untuk melakukan pekerjaan berburu dan meramu dan diharuskan
melakukan pola hidup seperti orang Jepang pada umumnya. Diskriminasi
tersebut tidak hanya secara langsung diakukan oleh masyarakat Jepang namun
juga bersumber dari pemerintah Jepang dengan menetapkan hukum yang berisi
tentang kebijakan asimilasi.

Penderitaan suku Ainu akibat diskriminasi tersebut berlangsung selama


berpuluh-puluh tahun. Dalam jangka waktu selama itu juga terjadi peperangan
untuk memperebutkan lahan di pulau Hokkaido, antara wajin dan suku Ainu
sebanyak dua kali namun hasilnya suku Ainu tetap kalah. Seiring berjalannya
waktu, pemerintah Jepang mulai memandang masyarakat minoritas seperti suku
Ainu sebagai aset atau merupakan ragam budaya yang dimiliki Jepang. Kemudian

32
33

ditetapkan pembaruan-pembaruan dalam hukum yang berisi tentang


perlindungan ragam budaya minoritas sampai pelestarian budaya masyarakat
minoritas tersebut. Hingga akhirnya orang-orang Ainu secara resmi diaukui
sebagai orang pribumi Jepang setelah ditetapkan hukum yang disebut Ainu
Shinpou akhir-akhir ini. Dalam hukum tersebut juga terdapat larangan untuk
mendiskriminasi suku Ainu.

5.2 SARAN
untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah masukan, karena
dalam penelitian ini terfokus pada faktor penyebab orang suku Ainu di Ainu
Kotan, Akanko, Hokkaido mengalami perubahan pekerjaan. Sehingga masih
banyak aspek yang belum di analisis, seperti dari segi sejarah, hukum yang baru
di tetapkan dan sebagainya, kemudian dari sudut pandang yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

(2012). Retrieved from ア イ ヌ 政 策 推 進 会 議 :


https://www.kantei.go.jp/jp/singi/ainusuishin/policy.html

Cheung, S. C. (2005). rethinking ainu heritage: A case study of ainu settlement in


hokkaido. internayional jurnal of heritage studies.

Khalika, N. N. (2018, juni 11). tirto.id. Retrieved mei 21, 2019, from tirto.id:
https://tirto.id/asal-usul-diskriminasi-terhadap-orang-ainu-di-jepang-cLHE

okada, m. v. (2012). the plight of ainu, indigenous people of japan. myron B. Thompson
school of social work, university of hawaii at Moana.

Sugimoto, Y. (2010). An Introduction to. In An Introduction to (p. 209). New York: the
United States of America by Cambridge University Press.

the fondation for research and promotion of ainu culture (FRPAC). (2017). together with
the ainu. sapporo, Hokkaido: the fondation for research and promotion of ainu
culture (FRPAC).

中村康利. (2007). アイヌ民族の[見えない貧困]:アイヌ民族研究のパラダイム返還の試


み.

児島恭子. (2018). アイヌ文化の基礎知識. 千葉県浦安市入船 3-8-101: 発行株式会社草


風館.

野崎剛毅. (2012). 階層形成過程と形成文化の要因:階層形成過程としての生活史.

34
LAMPIRAN 1
Nishida Masao san dan toko suvenir miliknya di Ainu Kotan, Akanko, Hokkaido.

Koizumi san di gedung teater Ainu, setelah pertunjukan tarian Ainu.

35
LAMPIRAN 2

Transkrip wawancara dengan Koizumi san

0:01 どんな話がしたいの?
0:04 アイヌ人の仕事
0:26 今は普通の生活していますよ
0:29 普通の生活していますね
ん、会社ちょっと。。。たりとか、店やったりとか昔はあの~じきゅうちとくっていうか
0:31 今の話を聞きたいの私の仕事?
あの~なんか昔は、この前私本から読んだんですけどなんかアイヌ方が昔仕事し
0:54 なかたんでよろしですか
ん、そうだよ、昔はあの~漁魚撮ったりとかえっと山で山菜とったりとか山菜わか
1:12 る?
1:23 山菜はどういう事ですか
1:24 山菜は山にはいてる食べられるくさ
1:28 はい分かりました
1:31 あとりょうないからゆみやで、ゆみやってわかる?
1:39 ゆみや?分からないです
1:47 あるちぇりみたいなやつでこうつる
1:51 あ~あるちぇり、魚釣りですか?
魚釣りっていうか、魚のぼっこの先にこうかぎがついててこうそれでひかけてとる、わ
1:55 なを作ったりとかわかるわな?
12:07 はい、分かります

ん、そうわなとか、ひかけるやつで魚を撮ったりあとえっとしかとかあの動物つかまえ
2:11 て食べたりそしてけがわとかけがわわかるよね?
2:30 はい、わかります

けがわとかアイヌの作った木彫りとかそういうのをえっと北海道じゃない人アイヌじゃ
2:32 ない人にわたしてかわりに色んな物を手に入れてたの。
2:51 はい、そうしたらアイヌ方が昔から北海道に住んでいました
3:00 んずっといました、ほっかいどうアイヌしかいなかったの昔は
3:08 そうしたら、どうして今は仕事していますか?
今は普通に仕事しています。会社で働いたり、お店開いたり色んな仕事していま
3:15 す。

36
37

3:26 なんか特別な理由ありますか?
3:30 特別なぬ?

3:31 特別な理由とかありますか、どうして仕事をしているのかの理由、
3:39 えっと北海道にアイヌしかいなかったのにわじんってわかる?
3:46 わかります
わじんが北海道に入って来てアイヌの文化をしたらダメっていうって、わじんと同じ
3:48 生活するようにさせられたから
4:04 あ~そういう問題ですね
4:06 うん、問題です
4:11 最近アイヌ方が何人いるか知っていますか
4:19 えっとね、1万人とか3万人とか色んなせつがあるんだけど
4:33 そうしたらあの~今アイヌコタンにすんでいますね
4:45 うん
4:47 アイヌコタンは100人ぐらいかな阿寒のアイヌコタンで
4:59 それ以外はどこに住んでいますか
えっと北海道中に少しずついるし色んな所少しずついるし、あと東京とか日本中
5:02 あちこちいてくらしてる

5:18 そうしたら阿寒湖にアイヌ方住んでいる方どんな仕事していますか
阿寒湖の人はほとんどがお店を開いてアイヌのこうげいひ、えっとししゅうってわか
5:31 る?
5:44 分かりません
5:46 ししゅうはえっとぬのにいとでこうぬってもようをかくの
5:53 あ~はいいとでぬいて
5:59 いとでもよう作ったししゅうとかあと木彫り木はわかるよね
6:09 はいわかります

6:15 木にかたなでほるのそういうのうんお店で作って売って人が多いです阿寒湖は
6:35 そうしたらわじんからの生活を同じようにさせられたんですね、
6:46 そうです

6:47 それはどうやってさせられたんですか?なんか法律とか作ったりしますか?

6:57 うん、法律でえっとアイヌの文化のことやったらダメっていう風になって

7:19 じゃあちょっと失礼かもしれませんがこいずみさんが初めての仕事したのはいつから
38

ですか?

7:30 今の仕事?
7:32 いや、あの~初めての仕事
7:36 初めての仕事?
7:37 はい
7:39 高校卒業してから 18 歳で仕事してる
7:45 そうしたら両親も昔から仕事していましたか?

7:52 うん、ずっとしてました。でも私はアイヌの踊るしてるけど、アイヌじゃないの、うん
8:03 あ~でも両親はアイヌ方ですか?

両親も違うの。アイヌの人はアイヌコタンで働いてるけどあまりお金がたくさん稼げ
8:13 ないからだが若い人はアイヌコタンからでていちゃうの。
8:38 あ~そうですか。
うん人が足りってないからあの~アイヌじゃなくてもアイヌの事が好きな人も一緒に
8:39 今は働いてるの
8:49 そうですか
8:51 はい

8:55 でもそこあの~アイヌコタンになんかアイヌ方が本当のアイヌ方がまだいますか?
9:13 うん、たくさんいます、今はたくさんいます。
LAMPIRAN 3

Transkrip wawancara dengan Nishida Masao san

0:02 お名前は
0:05 西田まさおと言います
0:09 アイヌ人ですか?
0:10 そうです。
0:16 昔アイヌ方は仕事してないんですがなんで今働きますか
0:55 ん~、ま、生活のためですよね
0:57 せいかつのため?
1:00 ええ、そのために働いています、ご飯を食べるために。
1:06 いつからですか?
1:09 えっと、ここの店はね、
1:11 はい、ここの店
えっと、何年なるかな、46年前からここでやってましたね。その前までは父さん母さん
1:12 がここで、46年前に僕が引き継いでこの店をやってます。
1:43 そういえば、お父さんとお母さんはアイヌ方ですか
1:47 そうです。
1:53 奥さんがは
1:55 日本人です、でもね順調例えばあの~アイヌの血がはいっています、うちの奥さんね。
2:06 はい、あと、他のアイヌ方はどこですか
ここ、皆そうですよ。ここは皆アイヌ系人が住んでる場所だから。少なくてもお父さんか
お母さんは必ずアイヌの人なんですここは。でなければここに住むことができません。ここ
2:16 はね土地を無償でもらってるの、ただで、アイヌの人にね。
あと、なぜアイヌの店はそ
2:50 の木
あの~、この木は色んな種類があってえんじゅの人かねいちの人かね色んな種類があ
3:01 ります。
あの~、すみません息子と娘がいます
3:13 か?
3:20 おります。息子が三人います。
3:28 学生ですか
3:29 いや。あの~、社会人でえっと一番上はもう 50 歳になります。三人いる、男ばっかり

39
40

4:12 最後はアイヌ方ここで祭りがありますか
あります、今日もやったばっかりだべ、今日ね観光沈む始まるんでしょ、それの安全の
4:22 お祈りをしています。
41
LAMPIRAN 4

Transkrip wawancara dengan Nishida Masao san

この前のインタビューにここのアイヌコタンはアイヌ方の住んで
0:01 いる場所といましたね、全部北海道に住んでいますか
0:23 うん、北海道に住んでいますここだけじゃなく。
0:30 阿寒湖にアイヌ方は何人いますか
0:35 百人ちょっとですね
0:43 そして今アイヌ方が何人いますか全部
あ~、日本前提にですねえっとね統計所は一万 5,6千人ちょっ
とだね。本当は実際にはもっともっとたくさんいるはずです、た
だ自分はアイヌだっていうってない人がたくさんいますから。だ
0:51 から本当の数はまだわからないんですね。
1:23 アイヌコタンに村長がいますか
1:26 村長おります。
1:31 村長はどうやって選んでいますか
1:35 選挙です
1:38 選挙は人々がアイヌ方だけですか
そうです、ここのコタンの人達が皆で選挙して頂きます、ま村長
1:44 でわないんだけどまこのリーダーですね。
2:00 昔アイヌ方はどんな仕事しますたか
2:03 昔ですか
2:04 はい
え~、昔はあの~狩猟採集、そういうことで生活していました
ね。後魚を取るとか山に山菜を取るとかねしかをとるとかしりょ
2:07 うさいしゅう民族だからアイヌ民族ね
2:33 現在どんな仕事しっていますか
今は色んな仕事しっていますね。僕らみたいにここに観光で生活
している人もいるし、あと漁業やってる人もいるし、ま色んな仕
2:36 事やっていますね。
2:53 昔仕事しなかったのにどうして現在は仕事していますか
え~今はあの~自然なもの頂いて生活っていうことは無理ですか
らね。やっぱり動いたらお金を得る仕事をしてお金が必要です
3:00 ら、ま、様々仕事してますね
3:23 特別な理由がありますか
3:26 何?
3:27 特別な理由がありますか
3:29 何の理由ですか
42
43

特別な理由、あの~なんだ仕事しなければなりませんか?今、特
3:31 別な理由、生活じゃなくて
3:45 ん~ちょっと意味がわからないんだよね。どれ?
(ノートをみせます)これが何で今仕事しなければなりません
3:54 か?特別な理由がありますか?
4:00 あ~、そういうことか。
4:01 はい、あの~、生活じゃなくて自分の意見が
じゃあそれはやっぱり生活するためですよね生きてるために仕事
4:05 しなければ、あの、何もしなければ生きませんから。
昔はね、山行ってしか撮ったり川行って魚撮ったりそれで生きて
いただけど、今はそういうことできませんからね。必ずしごとし
なければなりません。
はい、そして何か法律で昔の仕事はダメって言われたことがあり
4:38 ますか?
うん、ありますね、あの~それこそ勝手にシカをとったもダメだ
し、あと勝手にさっけをとったもだめだし昔は自由だったけど今
はそう言う事禁止になっていますからあの勝手にね仕事できませ
4:45 ん山行って勝手に木を切る事もできないし
この法律は書いてある法律か大体日本人に知られている法律です
5:15 か
5:31 いや、しらせないんですよね
5:37 法律の内容は何ですか
5:41 え~法律は最近できた法律のこと?アイヌしんぽかな
5:45 はい
そうだね、あの~最近のできた法律ではまずえ~日本の先住民族
だってことをはっきりとめぎされていました本当の法律でね、今
まではそれがなかったから日本先住民族だってこと今回初めて法
律でみともらえてました、それともう一つあのアイヌ民族を差別
5:50 人はダメですよっていう言葉も法律の中にかしこまりました。
そういうことか、はい、それで終わりますありがとうございま
6:29 す。

Anda mungkin juga menyukai