Nama atau sebutan Jintan Hitam (Nigella sativa L,) ini berbeda-beda di setiap
wilayah Negara misalnya di kawasan Negara barat tanaman ini sering disebut black
carraway, black seeds atau coriander seeds sedangkan di negara-negara Persia,
tanaman ini dinamakan Zhonais atau coru syiah dan dalam bahasa Hindi kalonji. Di
Negara Malaysia dan Indonesia sendiri tanaman ini mempunyai nama “Jinten Hitam”
yang mana dalam kesehariannya masyarakat kita menggunakan sebagai rempah
bumbu masakan dan sebuah obatan herbal yang mampu menimalisir problem
kesehatannya. (Yulianti dan Junaedi, 2006).
Zwarte komijn, Nigella cultivee, Schwar zkummel, Black cumin (Heyne, 1987). Black
caraway, black seed, dan coriander sedes (Barat). Arab: Habbatusauda (biji hitam)
atau habbatul baraka (biji yang diberkati). Shonaiz (Persia); cotu siyah (Turki);
kalounji (Hindi). Di Indonesia dan Malaysia diberi nama jinten hitam (Yulianti dan
Junaedi, 2006).
Klasifikasi tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculases
Famili : Ranunculaceae
Genus : Nigella
C. Simplisia
Jintan hitam (Nigella sativa L.) merupakan tanaman herbal yang banyak
tumbuh di negara-negara Asia Tenggara, India, Pakistan, Afganistan dan telah
banyak dikembangbiakkan di Eropa dan Afrika Selatan (Paarakh, 2010; Mathur et
al., 2011).
Kandungan minyak atsiri dari biji jintan hitam merupakan bagian yang
paling sering dimanfaatkan sebagai bahan obat. Sejak berabad-abad lalu, biji jintan
hitam telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional agama Islam (Tibb-e Nabaw)
serta dalam sistem pengobatan tradisional India (Ayurveda) (Ibn Qayyim Al
Jauziyah, 1999; Sharma et al., 2005) .
Bagian yang digunakan dari jinten hitam utamanya adalah bijinya. Pemerian
Biji : bau khas, rasa pahit. Biji dikeringkan,disimpan atau bisa langsung
digunakan. Biji berwarna hitam tetapi setelah dipres minyaknya berwarna kuning
kecoklatan. Biji agak keras,jorong bersudut tiga tak beraturan dan sedikit
berbentuk kerucut,panjang 3mm,berkelenjar. (El Tahir et al, 2006).
Biji agak keras, bentuk limas ganda dengan kedua ujungnya meruncing, limas
yang satu lebih pendek dari yang lain, bersudut 3 sampai 4, panjang 1,5 mm sampai 2
mm, lebar lebih kurang 1 mm, permukaan luar berwarna hitam kecoklatan, hitam
kelabu sampai hitam, berbintik-bintik, kasar, berkerut, kadang-kadang dengan
beberapa rusuk membujur atau melintang. Pada penampang melintang, biji terlihat
kulit
biji berwarna coklat kehitaman sampai hitam, endosperm berwarna kuning kemerahan,
kelabu, atau kelabu kehitaman, lembaga berwarna kuning pucat sampai kelabu
(Anonim, 1979).
2. Analisis mikroskopi
Kulit biji epidermis luar terdiri dari selapis sel yang termampat, bentuk
memanjang,kadang-kadang berupa papila pendek, dinding tipis, warna coklat muda
atau coklat kehijauan. Dibawah epidermis terdapat beberapa lapis sel parenkimatik,
bentuk memanjang, termampat, tidak berwarna atau berwarna kehijauan, pada tiap
rusuk diduga terdapat berkas pembuluh, floem dan xylem sukar dibedakan karena
selnya termampat, pada daerah ini sel parenkim dibawah epidermis tidak termampat
dan selnya besar berbentuk pilogonal, kemudian berturut-turut terdapat selapis
sel berbentuk persegi empat, berdinding
tipis, tidak berwarna atau berwarna kehijauan,didalam sel terdapat hablur berbentuk
prisma besar, kadang-kadang hampir memenuhi ruangan sel, pada penambahan asam
klorida pekat P hablur tidak larut,selapis sel berbentuk palisade, tinggi ± 65 𝜇m,
tersusun sangat teratur, dinding tangensial dalam dan dinding radial sangat tebal,
warna agak kekuningan atau tidak berlignin, lumen sangat kecil terdapat di ujung
bagian luar, berbentuk trapesium
atau bundar telur, warna coklat kekuningan, selapis sel parenkimatik, bentuk persegi
empat tidak teratur, dinding tipis, sel jernih. Epidermis dalam terdiri dari selapis
sel berbentuk persegi empat tidak teratur, sel agak besar, lumen jernih, dinding berwa
rna coklat berpenebalan jala, dinding tangensial dalam lebih tebal. Endosperm terdiri
dari sel berbentuk polygonal, dinding tipis, tidak berwarna, penuh berisi butiral euron
dan tetes-tetes minyak. Embrio selnya lebih kecil dari sel endosperm,dinding tipis,
berisi butir aleuron dan tetes-tetes minyak. (Anonim, 1979)
Kandungan kimia Jintan hitam (Nigella sativa L.) kaya akan kandungan
nutrisi monosakarida yang dengan mudah dapat diserap oleh tubuh sebagai sumber
energi, juga mengandung non-starch polisakarida yang berfungsi sebagai sumber
serat. Tidak hanya serat, tetapi jintan hitam juga mengandung asam lemak tak jenuh
dan saponin (El Tahiret et al., 2006:1-19).
H. Indikasi
Ibnu Sina atau Avicenna yang terkenal dengan karya The Canon of Medicine
menyatakan jintan hitam sebagai biji yang dapat merangsang produksi energi
tubuh sehingga membantu pemulihan tenaga tubuh (Paarakh, 2010). Selain itu,
sistem pengobatan tradisional India, Ayurveda, menjelaskan bahwa jintan hitam
sering digunakan pada bermacam penyakit termasuk diabetes, asma, hipertensi,
inflamasi, batuk, bronkitis, demam, dan flu (Ali et al., 2003)
Jintan hitam memiliki aktivitas biologis dan potensi terapeutik yang luas.
Hingga saat ini, jintan hitam diketahui memiliki aktivitas terapeutik dengan
spektrum luas yaitu sebagai agen antidiabetik, antihipertensi, antikanker dan
imunomodulator, analgesik dan antiinflamasi, antibakteri, hepatoprotektif, dan
renal protektif serta antioksidan (Paarakh, 2010; Abdelmeguid et al., 2010;
Ahmad et al., 2013)
Ekstrak air N. sativa telah diteliti terhadap aktivitas anti inflamasi, analgetik
dan antipiretik pada hewan percobaan. Efek anti inflamasi diperlihatkan melalui
efek penghambatan udem yang diinduksi karagen dan efek analgesik dengan
peningkatan yang signifikan pada reaksi hot plat pada mencit dan tidak
memperlihatkan efek pireksia pada mencit yang diinduksi ragi (Al-Ghamdi MS,
2001).
Ekstrak air N. sativa menunjukkan penghambatan terhadap produksi NO
(Nitrat Oksida) suatu mediator pro inflamasi dan aksi anti inflamasinya
diperantarai melalui mekanisme tersebut (Mahmood MS et al., 2003).
Timokinon, konstituen utama pada N. sativa juga menunjukkan efek
penekanan terhadap produksi NO oleh makrofag tikus (El-Mahmoudy et al.,
2002).
Ekstrak air N. sativa meningkatkan proliferasi splenosit dan menekan sitokin
IL-6, TNF-α dan NO pada kultur isolasi splenosit dan makrofag mencit Balb/C
serta meningkatkan aktivitas sel NK terhadap sel tumor (Majdalawiech AF,
2010).
I. Daftar Pustaka