Anda di halaman 1dari 59

1

Handout KBM 2, PT Siper FT UNY


Dosen: Sumarjo H, MT.

I. Menggambar Denah dan Potongan

Prinsip Perancangan Denah dan Potongan Bangunan Tahan Gempa


Gempa dapat diartikan sebagai getaran/goncangan pada dasar atau pijakan
di atas bumi. Gempa dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis: (1) gempa
meteorik, (2) gempa tanah runtuh, (3) gempa letusan dan (4) gempa tektonik.
(Sarwidi, 2006). Gempa tektonik paling banyak menimbulkan kerusakan
bangunan dan infrastruktur di muka bumi. Gempa tektonik terjadi karena
gerakan pelat-pelat tektonik yang bersebelahan saling menjauhi (convergent)
atau saling menggeser (shear). Pelat-pelat tersebut mengalami penumpukan
tegangan yang diakibatkan oleh deformasi batuan. Apabila akumulasi
tegangan melampaui batas kekuatan pelat tektonik, akan terjadi pelepasan
energi secara tiba-tiba (snap). Peristiwa tersebut menimbulkan getaran yang
disebarkan ke segala arah permukaan bumi, yang dirasakan sebagai gempa
bumi. Bentuk denah dan tampang bangunan yang tahan gempa sebaiknya
memenuhi kriteria berikut:
1. Bentuk sederhana dan simetris
Bentuk struktur sederhana lebih tahan gempa karena perilaku struktur
akan lebih mudah dikenali. Bentuk yang rumit akan sulit untuk dikenali
dan kemampuan untuk mengenali masih terbatas teorinya. Bentuk
denah bangunan yang simetris kedua arah sumbu x dan sumbu y akan
mengurangi pengaruh torsi yang susah diperkirakan bila dilanda gempa.
Bangunan berbentuk leter L, T, U dan H, sebaiknya dihindari karena akan
lebih besar terjadi kerusakan bila terjadi gempa.
2. Bentuk struktur tidak terlalu langsing
Makin panjang denah bangunan, makin besar kemungkinan terjadi
gerakan gempa yang berlawanan pada kedua ujungnya. Apabila bentuk
bangunan harus panjang, dibuat pemisahan yang cukup lebar (sekitar
100 mm) untuk menghindari benturan kedua bangunan bila terjadi
gempa. Tinggi kelangsingan bangunan dibatasi antara 3-4 kali lebarnya,

1
2

makin tinggi bangunan makin besar tegangan yang terjadi akibat beban
guling gempa. (Gambar 1).

TIDAK BAIK
BAIK TIDAK BAIK
BAIK

H>4b

H<4b

b b

Gambar 1. Bentuk Denah Bangunan

3. Distribusi kekuatan sepanjang bangunan dan menerus


Prinsip distribusi kekuatan sepanjang bangunan dan menerus yaitu:
 Distribusi (bentang kolom) yang seragam
 Semua kolom dan dinding menerus tanpa pemutusan dari atap
sampai fondasi
 Semua balok berhubungan secara menerus
 Balok dan kolom mempunyai sumbu yang sama
 Balok dan kolom mempunyai lebar yang sama
 Struktur beton harus menerus dan monolit. (Gambar 2)

BAIK TIDAK BAIK

Gambar 2. Distribusi Struktur Tampang

2
3

Teknik Menggambar Denah


Gambar denah dan potongan adalah jenis gambar rancangan bangunan yang
paling dasar untuk menjelaskan bentuk dan struktur bangunan. Denah
berhungan dengan aspek horisontal bangunan dan potongan berhubungan
dengan aspek vertikal bangunan. Gambar denah dan potongan merupakan
gambar ortografis yang menjelaskan bentuk konstruksi, material, fungsi dan
dimensi konstruksi. Presentasi yang penting pada gambar denah dan
potongan yaitu ketebalan garis gambar, rendering material, dimensi yang jelas
dan notasi gambar. Gambar denah dan potongan pada umumnya dengan
skala yang sama, yaitu 1:200, 1:100, dan 1:50. Notasi ukuran yang penting
dalam gambar denah yaitu: ukuran ruang, tinggi lantai, ukuran struktur kolom,
letak pintu dan jendela, dan perletakan dinding. Untuk gambar potongan,
ukuran yang penting yaitu: ukuran kedalaman fondasi, tinggi lantai tingkat,
letak tangga, potongan struktur utama dan tinggi plafon.
1. Jenis Gambar Denah dan Gambar Potongan
Gambar denah bangunan dibedakan menjadi beberapa macam
tergantung peruntukan dalam penjelasan gambar rencana yang akan
dijelaskan. Denah tapak atau dikenal dengan nama gambar situasi (site
plan) adalah gambar tampak atas bangunan dan lingkungannya di
sekeliling radius bangunan. Gambar situasi dibuat dengan skala 1:1000,
1:500, 1:300, 1:200 dan 1:100. Bagian-bagian gambar situasi yang harus
dipresentasikan yaitu: tampak atas bangunan yang kadang diselesaikan
dengan rendering bayangan untuk menunjukkan variasi tinggi
bangunan, jalan lingkungan, peruntukan lingkungan bangunan, ukuran
garis sempadan, ukuran persil dan arah utara persil (site). Dalam
gamabr situasi ditunjukkan pula letak sumur sumber air bersih dan
peresapan air hujan dan air kotor. Gambar denah ruang merupakan
potongan horisontal ruang bangunan setinggi 1-1,5 m dari lantai dasar
dilihat dari atas. Skala gambar denah ruang pada umumnya dibuat
dengan skala 1:200, 1:100 dan 1:50. Bagian penting yang harus
dipresentasikan yaitu: ruang-ruang, letak kolom, dinding pembatas,
duga lantai, letak pintu dan jendela, notasi ukuran, notasi arah utara

3
4

denah, notasi nama ruang, pintu masuk utama (harus menghadap ke


arah bawah) dan notasi pemotongan melintang dan membujur. Gambar
denah yang lain merupakan penunjuk gambar detail seperti: gambar
denah fondasi, rencana atap, rencana pembesian, rencana sanitair,
penataan perabot, rencana lantai dan lain-lain.
Gambar potongan adalah gambar ortograpik yang merupakan gambar
potongan tampang bangunan melintang dan membujur atau bagian
bangunan yang diinginkan lainnya. Gambar potongan berguna untuk
menjelaskan konstruksi dan struktur tampang bangunan pada bagian
penting yang mewakili penjelasan struktur. Pemotongan melintang pada
umumnya pada bagian yang memotong tangga sehingga struktur
tangga, balok struktur, lantai, fondasi dan rangka atap dapat dijelaskan.
Potongan membujur untuk menjelaskan struktur bangunan yang
memanjang pada bagian struktur, lantai, tinggi ruang dan rangkaian
pendukung atap dan gordingnya. Gambar potongan dibuat dengan
skala sama dengan skala gambar denah, yaitu 1:200, 1:100 dan 1:50.
Bagian penting yang harus dipresentasikan pada gambar potongan yaitu
potongan ruang, lantai, struktur, potongan pintu jendela, atap, fondasi,
notasi kedalaman fondasi, ukuran fondasi dan ukuran-ukuran ruang.
2. Prinsip Menggambar Denah dan Potongan
Untuk dapat menghasilkan gambar denah dan potongan yang benar dan
baik, perlu diperhatikan prinsip-prinsip menggambar sebagai berikut:
 Tentukan letak gambar denah dan potongan pada lembar gambar
sesuai hukum proyeksi kuadran I (cara Eropa), gambar denah ada di
bagian bwah di atasnya adalah gambar potongan dan tampak.
 Untuk gambar situasi, arah utara site harus menghadap ke atas
tegak lurus lembar gambar, gambar situasi menyesuaikan keadaan
 Untuk gambar denah ruang, pintu masuk utama (entrance harus
menghadap ke bawah, arah utara site sembarang
 Notasi yang penting untuk gambar situasi yaitu ukuran persil, jarak
garis sempadan, letak sumur dan letak peresapan

4
5

 Notasi penting untuk gambar denah ruang yaitu ukuran ruang, letak
kolom, dan duga lantai dari jalan atau halaman.
3. Langkah Menggambar Denah dan Potongan
Agar dapat diperoleh hasil gambar yang benar, baik dan cepat, perlu
diperhatikan langkah-langkah menggambar sebagai berikut::
 Pastikan letak gambar sesuai hukum proyeksi kuadran I
 Tentukan skala gambar sesuai kertas yang akan digunakan
 Mulailah dengan menarik garis sumbu ukuran ruang-ruang
 Tentukan letak kolom struktur, ada gedung yang mengambil ukuran
as ruang dari kolomnya, namun ada pula yang mengambil ukuran as
dari dindingnya
 Tentukan letak pintu dan jendela dan arah pembukaannya
 Sesudah seluruh ruang tergambar, mulai ditebalkan bagian kolom
dahulu menyusul dinding dan pintu jendela
 Selesaikan rendering dinding, lantai dan arah pembukaan pintu
 Menggambar notasi dari nama ruang, tinggi lantai, ukuran ruang dan
notasi lainnya
 Untuk gambar potongan dimulai dari as lantai, kolom dan dinding
lainnya
 Notasi vertikal gambar potongan dengan satuan meter agar mudah
dibaca, sedangkan yang lain dengan sentimeter dan milimmeter.
 Contoh gambar denah dan potongan pada gambar 4 dan gambar 5
dan gambar 6. PETUNJUK UTARA SITE

PETUNJUK UTARA DENAH

NOMOR LANTAI (2)


2 . 10
NOMOR RUANG (10)

A GRID KOLOM VERTIKAL (A)


Gambar 3. Notasi Gambar Denah
5 GRID KOLOM HORISONTAL (5)

2 NOMOR DETAIL (2)


-- TERDAPAT PADA LEMBAR YANG SAMA (--)

5
6

Gambar 4. Gambar Denah Ruang

Gambar 5. Gambar Potongan

II. Menggambar Fondasi Batu Kali dan Sloof

6
7

Gambar konstruksi fondasi dalam rangkaian gambar kerja (bestek) pada


umumnya terdiri gambar denah fondasi dan gambar detail dari bagian
konstruksi pondasinya. Gambar denah fondasi menunjukkan seluruh bagian
fondasi bangunan tampak atas dari unsur-unsur jenis fondasi, lebar fondasi,
lebar galian, balok sloof dan ukuran as kolom atau dinding. Gambar denah
fondasi berguna sebagai pedoman pekerjaan galian fondasi, pekerjaan
fondasi, pekerjaan kolom dan pekerjaan balok sloof. Gambar detail fondasi
adalah gambar potongan dari bagian denah fondasi yang menunjukkan detail
potongan konstruksi fondasi dari unsur-unsur kedalaman fondasi, struktur
fondasi, lebar fondasi dan penulangan untuk fondasi pelat beton. Gambar
denah fondasi pada umumnya menggunakan skala gambar besar yaitu 1:50,
1:100 dan 1:200, sedangkan detail potongan konstruksi fondasi menggunakan
skala kecil 1:10 dan 1:20.

1. Standar gambar
Gambar kerja harus dibuat sesuai standar dokumen pekerjaan teknik,
mencakup gambar-gambar konstruksi yang dilengkapi catatan dan
informasi yang penting yang mudah ditafsirkan dengan cepat dan benar.
Standar gambar terkait dengan media gambar, arah utara, skala, notasi
(huruf, angka dan simbol) dan rendering bahan.
 Media gambar harus mudah direproduksi dan cukup awet, gambar
kerja pada saat ini umumnya menggunakan media kertas putih HVS
yang berukuran standar: A0: 841x1189, A1: 594x841, A2: 420x594,
A3: 297x420, A4: 210x297 mm. Semua kertas gambar dipotong di
luar margin, garis margin terletak di dalam dimensi.
 Notasi arah utara harus dilukiskan pada gambar situasi (site plan) dan
denah bangunan. Simbol arah utara situasi dan denah sedikit
berbeda, baik bentuk maupun arahnya. Simbol arah utara situasi,
arah panah harus menghadap sisi media gambar, sedangkan arah
utara denah tidak harus menghadap sisi atas media gambar.
 Skala gambar kerja harus ditulis di bawah judul setiap gambar,
terutama gambar detail. Gambar-gambar yang mungkin diperbesar

7
8

atau diperkecil ketika direproduksi harus diberi grafik skala panjang


untuk membantu pembaca mengetahui skala yang sebenarnya.
 Huruf gambar harus jelas dan mudah dibaca. Bentuk huruf yang
sederhana dan stantar teknik. Sebaiknya semua notasi gambar
menggunakan huruf balok agar jelas dan mudah dibaca.

PETUNJUK UTARA SITE

PETUNJUK UTARA DENAH

NOMOR LANTAI (2)


2 . 10
NOMOR RUANG (10)

A GRID KOLOM VERTIKAL (A)

Gambar 7. Notasi Gambar Fondasi


5 GRID KOLOM HORISONTAL (5)

2 NOMOR DETAIL (2)


-- TERDAPAT PADA LEMBAR YANG SAMA (--)

Gambar 8. Rendering Bahan Bangunan


2. Prinsip menggambar fondasi

8
9

Untuk membuat gambar konstruksi fondasi yang hasilnya komunikatif


dan sistematis perlu memperhatikan prinsip-prinsip menggambar
sebagai berikut:
 Seting gambar multi pandang dengan proyeksi sistem kuadran I (cara
Eropa), tampak dan potongan gambar arahnya didorong ke bidang
gambar, sehingga urutan gambar menjadi logis dan jelas.
 Ukuran as pokok diambil dari garis sumbu dengan skala yang teliti,
dilanjutkan menggambil ukuran unsur yang lain.
 Ukuran ketinggian (duga) dalam satuan meter dan ukuran datar
menggunakan ukuran centimeter atau milimeter. Penggunaan satuan
ganda ini untuk membedakan arah dua ukuran yang harus dibedakan
dengan jelas.
 Semua ukuran ketinggian diambil dari muka lantai 0.00 (duga dasar),
dan duga lantai 0.00 harus tetap digambar garisnya meskipun
sebagai garis bayangan.
 Ketebalan garis-garis gambar berirama sesuai dengan penekanan
susunan konstruksi, garis permukaan potongan bahan lebih
ditonjolkan, garis arsir lebih lemah dan penggunaan garis-garis sesuai
standar.
 Rendering dan notasi gambar menggunakan simbol gambar dan
tulisan yang standar dan mudah dibaca.
15 mm

15 mm

DENAH DETAIL

DETAIL DETAIL CATATAN

3. Langkah menggambar fondasi batu kali


Gambar 9. Seting Gambar Fondasi

9
10

Untuk dapat menggambar konstruksi fondasi batu kali dengan cepat,


tepat dan hasilnya baik, perlu ditempuh langkah-langkah menggambar
sebagai berikut:
 Tentukan lokasi letak gambar denah fondasi dan detail konstruksi
sesuai rencana skala yang dipakai.
 Tarik garis sumbu ukuran ruang-ruang denah bangunan dan pastikan
ukurannya tepat pada masing-masing as sumbunya.
 Tarik garis tipis sebagai ukuran tiap-tiap unsur konstruksi seperti:
ukuram kolom, lebar dasar fondasi, lebar muka fondasi, dan tebal
sloof.
 Tebalkan gambar denah fondasi dimulai dari garis konstruksi paling
atas, yaitu kolom, balok sloof, muka fondasi, lebar dasar fondasi, dan
kemiringan pasangan fondasi.
 Untuk fondasi menerus, penebalan dimulai dari garis sloof, muka
fondasi (menerus seluruh dinding sama lebar), lebar fondasi dan
pertemuan sudut fondasi.
 Hapus semua garis pertolongan unsur-unsur konstruksi yang tidak
terpakai.
 Gambar rendering terutama untu balok sloof dan kolom, untuk
pasangan fondasi batu kali, dalam gambar denah sebaiknya tidak
perlu direndering karena akan mengaburkan unsur kolom dan
sloofnya.
 Tarik garis-garis ukuran yang jaraknya cukup untuk menulis notasi
ukuran.
 Pilih dan gambar letak potongan konsturuksi yang akan digambar
detailnya dengan simbol yang benar.
 Tuliskan notasi ukuran ruang, grid kolom, potongan konstruksi dan
nama konstruksi yang tergambar.
 Mulailah menggambar detail konstruksi diawali dengan menggambar
garis tipis datar untuk garis duga lantai 0.00.
 Tarik garis tipis sebagai as kolom/dinding tegak yang memotong garis
duga lantai.

10
11

 Pastikan ukuran potongan unsur-unsur konstruksi dengan skala yang


tepat yang dimulai dari garis lantai 0.00.
 Tentukan tinggi muka pasangan fondasi yang diambil dari tinggi lantai
terendan dikurangi tebal tegel dan perekat tergel, dan pastikan bahwa
muka fondasi seluruh ruangan sama tinggi.
 Gambar tipis bentuk geometri konstruksi fondasi mulai dari lantai,
perekat lantai, balok sloof, pasangan batu kali, lantai kerja untuk tegel,
muka tanah dasar, lereng galian dan muka tanah.
 Tebalkan garis gambar setiap unsur konstruksi dengan menonjolkan
bagian permukaan bahan yang terpotong seperti sloof, dinding, dan
pasangan batu kali.
 Gambar angkur perkuatan hubungan pasangan batu kali dan balok
sloof untuk konstruksi fondasi tahan gempa.
 Hapus semua garis-garis bantu yang tidak terpakai.
 Gambar rendering pasangan batu kali, urug pasir/tanah, balok sloof,
dinding dan muka tanah dengan simbol yang standar.
 Tarik garis-garis ukuran konstruksi fondasi yang jaraknya cukup untuk
menulis notasi ukuran.
 Tuliskan notasi ukuran tinggi lantai, dalamnya fondasi dalam meter
dan lebar fondasi, ukuran sloof, ukuran kolom dan tebal dinding dalam
centimeter atau milimeter.

Gambar 10. Gambar Pondasi

11
12

15

PAS DINDING BATA


TEGEL LANTAI + 0.00
MUKA LANTAI 0.00 1 TEGEL LANTAI + 0.00
4 MUKA LANTAI 0.00 1
SLOOF BETON 4
25
RABAT URUG PASIR RABAT BETON URUG PASIR 25
- 0.30
- 0.30

PAS BATU KALI 70


URUG TANAH PAS BATU KALI 70
URUG TANAH

BATU KOSONG 25 BATU KOSONG 25


10 -1.35 -1.35
10
70 70
110 110

POT FONDASI 1 POT FONDASI 2

12
13

III. Menggambar Konstruksi Kolom dan Balok Beton Bertulang


Gambar struktur kolom dan balok beton bertulang pada umumnya terkait
dalam satu rangkaian dengan konstruksi pelat lantai. Rangkaian gambar
struktur beton terdiri: gambar denah penulangan pelat lantai, penulangan
balok, penulangan kolom dan kadang dilengkapi dengan daftar penulangan
tiap-tiap balok stuktur. Skala gambar untuk denah penulangan lantai 1:50,
1:100 dan 1:200, dan untuk gambar potongan penulangan baloknya skala
1:50, 1:25 dan 1:10. Untuk dapat membuat gambar konstruksi yang benar,
jelas dan standar, perlu memperhatikan prinsip-prinsip dan langkah
menggambar sebagai berikut:
1. Standar gambar konstruksi beton
Gambar kerja harus dibuat sesuai standar dokumen pekerjaan teknik,
mencakup gambar-gambar konstruksi yang dilengkapi catatan dan
informasi yang penting yang mudah ditafsirkan dengan cepat dan benar.
Standar gambar terkait dengan media gambar, arah utara, skala, notasi
(huruf, angka dan simbol) dan rendering bahan.
 Media gambar harus mudah direproduksi dan cukup awet, gambar
kerja pada saat ini umumnya menggunakan media kertas putih
karton/HVS yang berukuran standar: A0: 841x1189, A1: 594x841,
A2: 420x594, A3: 297x420, A4: 210x297 mm. Semua kertas gambar
dipotong di luar margin, garis margin terletak di dalam dimensi.
 Skala gambar kerja harus ditulis di bawah judul setiap gambar,
terutama gambar detail. Gambar-gambar yang mungkin diperbesar
atau diperkecil ketika direproduksi harus diberi grafik skala panjang
untuk membantu pembaca mengetahui skala yang sebenarnya.
 Huruf gambar harus jelas dan mudah dibaca. Bentuk huruf yang
sederhana dan stantar teknik. Sebaiknya semua notasi gambar
menggunakan huruf balok agar jelas dan mudah dibaca.
 Rendering dan notasi gambar menggunakan simbol gambar dan
tulisan yang standar dan mudah dibaca. (Gambar 32)

NOMOR LANTAI (2)


2 . 10
NOMOR RUANG (10)

A GRID KOLOM VERTIKAL (A)

13
5 GRID KOLOM HORISONTAL (5)
14

Gambar 11. Notasi Gambar Struktur Beton

2. Prinsip Menggambar Konstruksi Kolom dan Balok Beton Bertulang


Untuk membuat gambar konstruksi beton yang hasilnya komunikatif dan
sistematis perlu memperhatikan prinsip-prinsip menggambar sebagai
berikut:
 Memastikan data struktur beton terkait: ukuran ruang seperti:
panjang, lebar dan tinggi, ukuran unsur struktur seperti kolom, balok
dan pelat lantai, jumlah tulangan masing-masing unsur struktur
mencakup tulangan pokok struktur, tulangan bagi, tulangan ekstra
gempa, dan sengkang. Data lain yang bersifat normatif seperti
panjang penyaluran tegangan, panjang lewatan, ukuran selimut
beton, jarak sengkang dan kait / bengkokan.
 Gambar dilengkapi skedul konstruksi beton yang berisi: mutu beton,
mutu baja tulangan, ukuran komponen, jenis dan jumlah tulangan
pokok, jenis dan ukuran sengkang, daftar kebutuhan tulangan dan
bahan kimia yang mungkin digunakan.

14
15

 Seting gambar multi pandang dengan proyeksi sistem kuadran I (cara


Eropa), tampak dan potongan gambar arahnya didorong ke bidang
gambar, sehingga urutan gambar menjadi logis dan jelas.
 Ukuran as pokok diambil dari garis sumbu dengan skala yang teliti,
dilanjutkan menggambil ukuran unsur yang lain.
 Ketebalan garis-garis gambar berirama sesuai dengan penekanan
susunan konstruksi, garis permukaan potongan konstruksi lebih
ditonjolkan, garis arsir lebih lemah dan penggunaan garis-garis sesuai
standar.

15 mm

NOTASI
15 mm SKEDUL

DENAH

JUDUL

DETAIL

Gambar 12. Seting Gambar Struktur Beton

3. Langkah Menggambar Konstruksi Kolom dan Balok Beton


Bertulang
Untuk dapat menggambar struktur beton yang akurat, benar dan hasilnya
baik, perlu ditempuh langkah-langkah menggambar sebagai berikut:
 Tentukan lokasi letak gambar denah penulangan lantai dan detail
konstruksi sesuai rencana skala yang dipakai.
 Tarik garis sumbu ukuran ruang-ruang, letak kolom dan balok,
pastikan ukurannya tepat pada masing-masing as sumbunya.

15
16

 Tarik garis tipis sebagai ukuran tiap-tiap unsur konstruksi seperti:


ukuram kolom, lebar penyaluran penulangan lantai, dan rencana
penulangan daerah lapangan dan tumpuan.
 Tebalkan gambar penulangan beton dimulai dari gambar denah
lantai, kolom, balok dan rencana penulangan lantainya.
 Hapus semua garis pertolongan unsur-unsur konstruksi yang tidak
terpakai.
 Tarik garis-garis ukuran yang jaraknya cukup untuk menulis notasi
ukuran.
 Tuliskan notasi ukuran ruang, grid kolom, potongan konstruksi dan
nama konstruksi yang tergambar.
 Mulailah menggambar detail penulangan balok diawali dengan
menggambar garis tipis datar untuk garis duga lantai 0.00.
 Tarik garis tipis sebagai as kolom/dinding tegak yang memotong garis
duga lantai.
 Pastikan ukuran potongan unsur-unsur konstruksi lantai, balok dan
kolom dengan skala yang benar dari tiap sumbunya.
 Tebalkan garis gambar setiap unsur konstruksi dengan menonjolkan
bagian penulangan betonnya yang terpotong seperti balok dan kolom
 Gambar perkuatan tulangan gempa pada setiap sambungan
konstruksi dan lewatan tumpuan.
 Hapus semua garis-garis bantu yang tidak terpakai.
 Tarik garis-garis ukuran konstruksi fondasi yang jaraknya cukup untuk
menulis notasi ukuran.
 Tuliskan notasi ukuran tinggi lantai, dalamnya fondasi dalam meter
dan lebar fondasi, ukuran sloof, ukuran kolom dan tebal dinding dalam
centimeter atau milimeter.
Contoh-contoh gambar kerja struktur betong pada gambar dibawah.

16
17

17
18

18
19

19
20

IV. Menggambar Struktur Atap


Bentuk atap harus ditunjang oleh struktur atap yang memadahi agar atap
berbentuk dan berfungsi dengan baik. Dalam merancang struktur atap, harus
diketahui beban mati dan beban hidup atap. Beban mati terdiri: berat atap
sendiri, berat langit-langit dan berat perlengkapan atap/bangunan. Beban
hidup terdiri: manusia, hujan, dan angin. Bentuk struktur atap ditentukan oleh
bentuk atap, bahan struktur, bentuk ruang (langit-langit), dan sistem struktur.
Unsur-unsur struktur atap terdiri: reng, usuk, gording, kuda-kuda, jurai, dan
unsur pengaku lainnya.

1. Konstruksi kuda-kuda kayu


Kuda-kuda kayu tersusun dari rangkaian rangka batang kayu yang
terdiri: kaki kuda-kuda, balok tarik, balok gantung, sokong dan pengaku.
Bentuk rangka batang kuda-kuda kayu pada umumnya sederhana, kayu
hanya efeftif untuk sambungan tekan sehingga bentang kuda-kuda kayu
konvensional tidak lebih dari 9 m. (Gambar 39).

KUDA GANTUNG 1 TIANG KUDA GANTUNG 2 TIANG - -


-
- - - -
+ - +
+ -
- - - - - -
+ + + + +

MAK 7 M 9-12 M

Gambar 13. Bentuk Kuda-Kuda Kayu

Bentuk sambungan simpul kuda-kuda kayu harus sesuai dengan gaya


yang bekerja pada rangka batang, apakah batang tarik atau tekan. Untuk
batang tekan, sambungan dengan gigi dan pen alur, untuk sambungan
batang tarik dengan takik dan baut. Bentuk dan ukuran gigi menentukan
kekuatan kaki kuda-kuda. Bentuk gigi yang kuat adalah tegak lurus
batang kaki kuda-kuda, sudut luar terbagi sama. Antara gigi sambungan
dan kayu muka tidak boleh terlalu dekat karena kekuatan geser menjadi

20
21

mlemah. Ukuran minimum antara muka gigi dengan ujung kayu muka
minimum 12 cm, (Heinz Frick, 2004).
Ukuran kayu yang dipergunakan untuk kuda-kuda kayu yaitu, balok:
8x12, 8x14, 8x15, 6x10, 6x12, usuk: 5x7, 4x6 dan untuk reng: 2x3, dan
3x4 cm. (Gambar 40).

Gambar 14. Sambungan Simpul Kuda-Kuda Kayu

Penyambungan balok kuda-kuda kayu menggunakan balok kunci atau


klos gapit yang diperkuat baut minimal 4 buah. Jarak antar baut minimum
7 diameter baut, sedangkan jarak baut dengan muka kayu 7 diameter
dan atau lebih besar sama dengan 10 cm. (Heinz Frick, 2004). Bentuk

21
22

sambungan kayu memanjang yang dipakai yaitu: sambungan kait miring,


sambungan kait lurus dan kait mulut ikan. (Gambar 41).

Gambar 15. Sambungan Kayu Memanjang

Jarak gording pada kuda-kuda kayu ditentukan oleh jenis bahan dan
ukuran penutup atap. Untuk bahan penutup atap genteng, jarak gording
antara 1,5 m sampai 2,5 m. Untuk penutup atap asbes gelombang, jarak
gording diambil 1 m. Jarak antar kuda-kuda ditentukan oleh ukuran
gording yang dipakai, untuk gording kayu, jarak kuda-kuda maksimum 3
m, jarak yang lebih besar 3 m mengakibatkan gording melentur terlalu
besar. Jenis kuda-kuda kayu pada struktur atap terdiri konstruksi kuda
utuh, setengah kuda-kuda dan kuda pincang pada susut ruang untuk
menyagga jurai. (Gambar 42).

22
23

2. Konstruksi kuda-kuda baja


Kuda-kuda baja cocok untuk atap bentang lebar, di atas 9 m. Sifat baja
yang kuat menahan gaya tarik dan desak memungkinkan dikonstruksi
lebih bervariasi dan hemat bahan. Sambungan kuda-kuda baja cukup
stabil terhadap beban gaya batang karena menggunakan baja simpul
dan alat sambung baut atau las. Susunan rangka batang kuda-kuda baja
berkembang sejak lama dan sudah digunakan dengan resiko yang kecil.
(Gambar 7). Profil baja yang banyak dipergunakan untuk kuda-kuda baja
yaitu profil siku (L), untuk gording profil C atau U dan unkuk kolom profil
H atau I. Pada bentang ruang yang lebar > 10 m) digunakan kuda-kuda
trapesium yang jumlahnya 1 buah atau lebih tergantung lebar ruangnya.

Gambar 16. Kuda-Kuda Baja

3. Rangka atap beton


Struktur rangka atap beton sama dengan struktur lantai beton, terdiri
pelat lantai atap, balok anak dan balok induk. Permukaan bagian atap

23
24

atap beton yang datar dibuat miring 1%-2% untuk memudahkan air hujan
mengalir. Untuk mempertahankan fungsi atap beton, diperlukan
penyelesaian permukaan dengan bahan tertentu yang dapat
mengurangan mencegah rembesan air hujan seperti water proofing cair
atau lembaran.

V. Bahan Penutup Atap


Bahan penutup atap yang banyak dipergunakan di Indonesia yaitu
genteng tanah, genten beton, genteng keramik, seng, pelat semen berserat,
plastik, alumunium, kayu dan lain-lain. (Gambar 8). Syarat bahan atap yaitu
harus rapat air, tahan cuaca, aman dan bila mungkin awet. Sebaiknya tidak
menggunakan bahan penutup atap asbes, penelitian menunjukkan bahwa
serbuk asbestos jika terhirup dapat menyebabkan kanker paru. Saat ini di
pasaran telah tersedia bahan serupa yang tidak mengandung asbestos dan
aman digunakan. Genteng tanah tahan terhadap cuaca dan dapat menyerap
panas dengan baik, namun sering terdapat rembesan, untuk itu genteng tanah
sering dilapisi cat atau diglasur. Genteng beton cukup kuat namun kurang
baik menyerap panas. Seng tidak menyerap panas namun sangat ringan,
cocok untuk daerah gempa, kelemahan seng yaitu korosi, untuk mengatasi
diperlukan perawatan yang teratur. Pelat semen berserat rapat dan ringan,
namun kurang baik menyerap panas. Untuk mengurangi absorsi panas
penutup atap seng dan pelat semen berserat, ruang dibuat tinggi sekitar 3,5
m dan diberi plafon yang dapat menyerap panas misalnya kayu.
Pemasangan genteng disusun sedemikian dikaitkan pada reng, untuk
miring atap yang tajam > 450, genteng dipaku berselang agar genteng tidak
tergelincir turun. Pemasangan atap pelat semen berserat dan seng dipakukan
pada gording pada setiap lembarnya. Pada pertemuan bidang atap dipasang
bubungan (kerpus) dengan cara tembokan untuk atap genteng dan dengan
dipaku untuk atap seng dan pelat semen berserat. Pasangan bubungan
kerpus cukup berat oleh karena itu perlu konstruksi pendukung yang kuat.
Kebocoran atak banyak terjadi pada retaknya konstruksi kerpus, untuk itu
pengerjaan kerpus memerlukan perhatian yang cukup.

24
25

Gambar 17. Bahan Penutup Atap

Struktur Atap Tahan Gempa


Kerusakan atap akibat gempa bumi antara lain patahnya gunung-
gunung tembok pada atap, tergelincirnya genteng, keruntuhan struktur atap,
dan keruntuhan plafon akibat kejatuhan penutup atap. Gunung-gunung
tembok termasuk konstruksi yang berat sehingga rentan terhadap gaya
gempa. Kerusakan gunung-gunung dari retak sampai runtuh, keadaan runtuh
terjadi terutama untuk gunung-gunung yang tidak ada rangka betonnya.
Prinsip konstruksi atap tahan gempa menurut Lippsmeier (1980) antara lain
yaitu:
 Struktur atap yang monolit, dibuat dari elemen yang kuat dan fleksibel
dan disambung dengan erat pada konstruksi pemikulnya.
 Bentuk denah dan tampak sebaiknya kompak dan simetris agar
pembagian beban merata.
 Pada bangunan tidak simetris, bagian-bagian atap harus dipisah secara
struktural untuk memperoleh bentuk-bentuk kompak.
 Menghindari bentang atap yang terlalu besar.
 Menghindari bagian-bagian yang menjorok keluar, seperti emper
tempel, cerobong dan cerobong yang mudah lepas.

25
26

 Tidak menggunakan bahan struktur yang berat di atas pendukung yang


lemah.
 Menghindari pemakaian bahan yang rapuh, atau kostruksi lengkung
batu bata yang tidak terikat baik.
 Rangka atap dihubungkan dengan kuat ke kolom atau balok ring
dengan cara diberi angker yang tertanam.
Sarwidi (2006), mengemukakan untuk struktur atap yang tahan gempa
sebaiknya:
 Bahan penutup atap yang ringan seperti seng, asbes, alumunium dan
bahan lain yang ringan.
 Rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap dan harus
diangkerkan pada kolom atau ring balok.
 Pada arah memanjang, atap harus diperkuat dengan ikatan angin
antara rangka kuda-kudanya.
Struktur atap yang tahan gempa pada gambar: 45, dan 46.

Gambar 18. Perkuatan Ikatan Angin Antar Kuda-Kuda


Untuk Menahan Gaya Horisontal

26
27

Gambar 19. Perkuatan Horisontal Atap Bentang Lebar

Menggambar Atap
Rangkaian gambar atap terdiri: gambar denah rangka atap, kosntruksi
kuda-kuda, dan detail sambungan kuda-kuda. Skala gambar untuk denah
atap 1:50, 1:100 dan 1:200, dan untuk gambar kosntruksi kuda-kuda skala
1:100 dan 1:50, dan untuk detail hubungan konstruksi dengan skala 1:25 dan
1:10. Untuk dapat membuat gambar konstruksi yang benar, jelas dan standar,
perlu memperhatikan prinsip-prinsip dan langkah menggambar sebagai
berikut:
1. Standar gambar atap
Gambar kerja harus dibuat sesuai standar dokumen pekerjaan teknik,
mencakup gambar-gambar konstruksi yang dilengkapi catatan dan
informasi yang penting yang mudah ditafsirkan dengan cepat dan benar.
Standar gambar terkait dengan media gambar, arah utara, skala, notasi
(huruf, angka dan simbol) dan rendering bahan.
 Media gambar harus mudah direproduksi dan cukup awet, gambar
kerja pada saat ini umumnya menggunakan media kertas putih HVS
yang berukuran standar: A0: 841x1189, A1: 594x841, A2: 420x594,
A3: 297x420, A4: 210x297 mm. Semua kertas gambar dipotong di
luar margin, garis margin terletak di dalam dimensi.
 Notasi arah utara harus dilukiskan pada gambar situasi (site plan) dan
denah bangunan. Simbol arah utara situasi dan denah sedikit
berbeda, baik bentuk maupun arahnya. Simbol arah utara situasi,

27
28

arah panah harus menghadap sisi media gambar, sedangkan arah


utara denah tidak harus menghadap sisi atas media gambar.
 Skala gambar kerja harus ditulis di bawah judul setiap gambar,
terutama gambar detail. Gambar-gambar yang mungkin diperbesar
atau diperkecil ketika direproduksi harus diberi grafik skala panjang
untuk membantu pembaca mengetahui skala yang sebenarnya.
 Huruf gambar harus jelas dan mudah dibaca. Bentuk huruf yang
sederhana dan stantar teknik. Sebaiknya semua notasi gambar
menggunakan huruf balok agar jelas dan mudah dibaca.

2. Prinsip menggambar atap


Untuk membuat gambar konstruksi atap yang hasilnya komunikatif dan
sistematis perlu memperhatikan prinsip-prinsip menggambar sebagai
berikut:
 Memastikan data struktur atap terkait: ukuran ruang seperti: panjang
dan lebar ruang, ukuran unsur struktur seperti bahan penutup atap,
bentuk kuda-kuda, bahan konstruksi kuda-kuda, arah gaya yang
bekerja pada kuda-kuda dan lain-lain.
 Seting gambar multi pandang dengan proyeksi sistem kuadran I (cara
Eropa), tampak dan potongan gambar arahnya didorong ke bidang
gambar, sehingga urutan gambar menjadi logis dan jelas.
 Ukuran as pokok letak kuda-kuda dan jurai diambil dari garis sumbu
dengan skala yang teliti, dilanjutkan menggambil ukuran unsur yang
lain.
 Pertemuan miring atap (jurai) diambil 450 atau sudut lain yang
dikehendaki khusus dipastikan menurut tinggi dinding pendukungnya.
Untuk dinding sama tinggi, pertemuan atap langsung diambil dari
pertemuan teritisnya, untuk dinding tidak sama tinggi, pertemuan
puncak atap dilukis dengan proyeksi multi pandang tampak samping
dan tampak atas. (Gambar 47).
 Ketebalan garis-garis gambar berirama sesuai dengan penekanan
susunan konstruksi, garis permukaan potongan konstruksi lebih

28
29

ditonjolkan, garis arsir lebih lemah dan penggunaan garis-garis sesuai


standar.
 Ukuran gambar seperti bentang kuda-kuda, miring atap dan unsur
konstruksi yang lain dalam satuan derajad, milimeter atau sentimeter.
 Rendering dan notasi gambar menggunakan simbol gambar dan
tulisan yang standar dan mudah dibaca.

H1 H2

Gambar 20. Pertemuan Bubungan Atap untuk Dinding


Tidak Sama Tinggi
3. Langkah menggambar atap
Untuk dapat menggambar struktur atap yang akurat, benar dan hasilnya
baik, perlu ditempuh langkah-langkah menggambar sebagai berikut:
 Tentukan lokasi letak gambar denah atap dan detail konstruksi atap
sesuai rencana skala yang dipakai.
 Tarik garis sumbu ukuran ruang-ruang, letak kuda-kuda, pertemuan
jurai dan gording, pastikan ukurannya tepat pada masing-masing as
sumbunya.
 Tarik garis tipis sebagai ukuran tiap-tiap unsur konstruksi seperti:
ukuran kuda-kuda, gording, jurai dan unsur konstruksi lainnya dengan
teliti.

29
30

 Tebalkan gambar struktur atap mulai dari paling atas yaitu: usuk,
gording, jurai, kuda-kuda dan terakhir garis tembok atau kolom.
 Hapus semua garis pertolongan unsur-unsur konstruksi yang tidak
terpakai.
 Tarik garis-garis ukuran yang jaraknya cukup untuk menulis notasi
ukuran.
 Tuliskan notasi ukuran ruang, grid kuda-kuda, potongan konstruksi
dan nama konstruksi yang tergambar.
 Mulailah menggambar detail kuda-kuda diawali dengan menggambar
garis tipis sebagai sumbu bentuk kuda-kuda dan ukuran masing-
masing batang kuda-kuda dengan skala yang benar.
 Pastikan ukuran potongan unsur-unsur konstruksi kuda-kuda dan
detainya dengan skala yang benar dari tiap sumbunya.
 Gambar perkuatan konstruksi atap seperti ikatan angin, pengaku
horisontal dan lain-lain untuk mendukung gaya gempa
 Tebalkan garis gambar setiap unsur konstruksi dengan menonjolkan
bagian unsur yang terpotong seperti gording, dan potongan bahan
lainnya.
 Hapus semua garis-garis bantu yang tidak terpakai.
Contoh seting gambar kerja rencana atap pada gambar 48.

15 mm

NOTASI
15 mm
DETAIL
KONSTRUKSI
DENAH

JUDUL

DETAIL KOMPONEN
30
31

Gambar 21. Seting Gambar Atap

31
32

- - -
- -
- - -
+ - + +
- -
- - - - - -
+ + + + +
4.50
9.00
K1 - KUDA UTUH 2 UNIT K2 – SETENGAH KUDA 2 UNIT

3.00 2.00

K3- 3 UNIT K4- 2 UNIT

15

a
a

15
8
ANGKER DIA 12 mm BEGEL PELAT
4X40 mm
BALOK RING 15x20

DETAIL SIMPUL KAKI KUDA-KUDA


15

Gambar 22. Rencana Atap Kayu

32
33

8X12

4.00

0.7

2L 60.606

2L 60.606
7 0.7
9.00 2L
1.50
KUDA-KUDA

2L
2L 60.606

60
.6
06
2L
60
.6

2L 60.606
06
3.00
2.10 4.25 2L
60
.60
6
K3 JURAI
2L 70.70.7

1.50 1.50 1.50 1.50

9.00 12.00 9.00

BALOK
GD 8X12 15X20
LIS PLANK 2X30
3.00

GD 8X12
K3
GD 8X12

K1 K1 K2
9.00

K2

K3

3x10=30.00

Gambar 23. Rencana Atap Baja


33
34

VI. SPESIFIKASI TEKNIS KONSTRUKSI

Berikut diberikan contoh deskripsi persyaratan teknis rekonstruksi gedung


sekolah tahan gempa propinsi DIY yang didanai APBN program Debt Swap for
Education IV dari pemerintah Jerman.

A. Ketentuan Bangunan Tahan Gempa

1. Ketentuan Utama

Secara prinsip konsep bangunan tahan gempa harus mengikuti ketentuan


sebagai berikut:

a. Seluruh komponen bangunan yang digunakan harus mengikuti kaidah


teknis yang berlaku dan mengikuti ketentuan berbagai peraturan
konstruksi, yaitu:

1) SNI 03-2847 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton


Bertulang untuk Bangunan Gedung
2) SNI 03-1726 2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung
3) SNI 03-1729 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung
4) SNI 03-1727 1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung
5) Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu (NI 5 1961: Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia dan SNI 2002: Tata Cara Perencanaan
Struktur Kayu)

b. Struktur kuat menahan gravitasi dan beban gempa lateral dengan


memilih struktur dan bahan yang memiliki daktilitas tinggi antara lain:

1) Sistim struktur portal dibuat kaku

2) Pada titik pertemuan diberi pengaku/skur

3) Sumbu balok dan kolom harus simetri

34
35

c. Digunakan bahan yang ringan dan kuat, antara lain:

1) Penggunaan bahan untuk dinding

2) Penggunaan sistim struktur rangka kuda-kuda

3) Bahan penutup atap ringan dan kuat

d. Pondasi yang kuat diatas tanah yang stabil dengan memperhatikan


ketentuan sebagai berikut:

1) Pondasi harus sesuai dengan kebutuhan kekuatan, pembuatan


harus menerus sebagai tumpuan sloof, dan pada titik pertemuan
membentuk sudut tegak lurus
2) Panjang angkur kolom yang masuk ke pondasi minimal 50 cm (dari
muka pondasi)
3) Hubungan pondasi dan sloof diperkuat dengan angkur besi double
Ø 10 mm dengan jarak 1m.
4) Fondasi harus sesuai dengan kebutuhan kekuatan (footplate,
sumuran, batu kali)

e. Bentuk denah bangunan sederhana dan simetris. Denah bangunan


yang panjang perlu dipisahkan dengan dilatasi.
f. Struktur bangunan tidak langsing (tinggi/lebar < 4)

35
36

g. Khusus untuk bangunan Negara di lingkungan pendidikan harus


mengikuti ketentuan Baku Mutu Bangunan Gedung Sekolah yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

2. Ketentuan Bangunan Sekolah Dengan Dinding Tembok

Untuk membuat bangunan dengan dinding dari tembok, sesuai ketentuan


konstruksi bangunan tahan gempa perlu diperhatikan ketentuan sebagai
berikut:

a. Persyaratan bahan yang meliputi persyaratan bata merah, batako dan


adukan untuk pasangan tembok. Semua bahan harus memenuhi
persyaratan teknis yang berlaku.
b. Pekerjaan pemasangan sangat penting karena merupakan penentu
terhadap kualitas pekerjaan pasangan tembok. Tahapan pekerjaan
harus memenuhi persyaratan teknis.

c. Perkuatan Rangka.

Perkuatan pada dinding tembok merupakan kolom, balok pondasi dan


balok pengikat keliling, bisa dibuat dari beton bertulang atau kayu.
Pemasangan banyaknya kolom praktis berdasarkan luas permukaan
dinding yang berguna untuk mencegah keruntuhan dinding akibat
beban permukaan.

Pada pelaksanaan pemasangan dinding, perlu diperhatikan hal-hal


sebagai berikut:

1) Adukan diletakan cukup untuk satu buah bata/batako diletakan


dengan cara seolah-olah pesawat udara mendarat. Dengan cara
ini kita meletakannya pada posisi yang dituju sekaligus ujungnya
menggaruk/mendorong sedikit adukan, untuk penyesuaikan posisi
cukup digeser kedepan dan belakang secara mendatar.
2) Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus, pada pemasangan
digunakan tali pelurus. Semua siar vertikal, siar antara dinsing dan
kolom maupun balok harus terisi penuh, tebal adukan siar ± 1 cm,

36
37

dengan variasi 3 mm. Pasangan bata/batako yang baru selesai


perlu dilindungi dari hujan dan terik matahari, dengan jalan ditutup
dengan lembaran plastik, atau disirami/diperciki air tiap hari selama
1 - 2 minggu, atau cara perlindungan lainnya.
3) Sebagai penutup, pasangan tembok diberi plesteran untuk
melindungi tembok dari pengaruh cuaca, pengaruh mekanik dan
untuk meratakan permukaan pasangan.
4) Kecakapanpekerja
Ketrampilan kerja atau kecakapan tukang yang melaksanakan
pekerjaan pasangan adalah sangat penting karena merupakan
penentu terhadap kualitas pekerjaan pasangan.

d. Penggunaan perkuatan dengan rangka dapat dilaksanakan sebagai


berikut:

1) Bangunan tembok dengan perkuatan sangat dianjurkan untuk


daerah rawan gempa. Perkuatan pada dinding tembok adalah
kolom praktis, balok pondasi, balok pengikat atau balok keliling
yang biasa disebut rangka bangunan yang dapat dibuat dari beton
bertulang maupun kayu. Berdasarkan penelitian, perkuatan
dengan rangka kayu tidak boleh dibangun diwilayah 1, 2, 3 pada
tanah lunak atau pada wilayah 1 dan 2 pada tanah keras.
2) Perkuatan dengan rangka beton bertulang.

Perkuatan dengan rangka beton bertulang boleh dibangun


diseluruh wilayah gempa. Mutu campuran beton yang dianjurkan
minimum perbandingannya adalah 1PC : 2Ps : 3Kr, bahan pasir
dan kerikil harus bersih dari lumpur. Kadar lumpur maksimum 5%
untuk pasir dan 1% untuk kerikil. Tulang utama minimum untuk
kolom 4 Ø 12 mm dengan sengkang Ø8 jarak 10 cm, sedangkan
tulangan memanjang balok menggunakan diameter minimum Ø 12
mm, dan tulangan sengkang Ø 8 jarak 15 cm. Hubungan antara
balok dan kolom pinggir, dengan panjang penyaluran 50 cm. Pada

37
38

pertemuan antar dinding dibuat kolom praktis dengan tulangan


utama 4 Ø 10 dan tulangan sengkang Ø6 jarak 15 cm.

3) Semua kolom harus dilengkapi angkur dengan Ø 8 mm panjang 30


cm, maksimum setiap 12 lapis bata atau 6 lapis batako. Kuda-kuda
diangkur dengan baik ke kolom atau ke balok keliling dengan Ø 12
mm. Hubungan balok pondasi memakai angkur Ø 10 mm setiap 1
m
4) Pintu dan jendela (bukaan).Luas bukaan dinding harus lebih kecil
dari 50% dari luas dindingnya. Kusen bukaan harus dipasang
angkur Ø 8 mm panjang 30 cm pada setiap 12 lapis bata atau 6
lapis batako. Untuk kusen dipakai kayu yang kering udara.
5) Pada gewel harus diberi perkuatan berupa kolom penerus dari
kolom dibawahnya, dan balok penguat pada penutup atas gewel.
6) Setiap luas dinding maksimum 9 m² harus dipasang kolom praktis
beton bertulang selain rangka beton bertulang.

e. Prinsip utama bangunan tahan gempa adalah adanya kesatuan dari


struktur bangunan, semua unsur bekerja bersama-sama sebagai satu
kesatuan, jadi tidak bekerja secara terpisah.

f. Detail sambungan antar unsur bangunan adalah sangat penting, antara


lain:

1) Hubungan unsur rangka beton bertulang, rangka perkuatan dinding


balok dengan kolom, baik balok pondasi maupun balok pengikat
keliling dinding, dengan panjang penyaluran tulangan 50 cm.
2) Hubungan antara kolom pengaku dinding dengan dinding tembok
menggunakan angkur Ø 8 mm panjang 30 cm setiap 6 lapis bata
atau 3 lapis batako. Begitu pula antara kusen bukaan dengan
dinding tembok menggunakan angkur Ø 8 mm
3) Rangka kuda-kuda harus diangkur Ø 12 mm, dengan baik pada
kolom atau pada balok perata keliling.

38
39

4) Hubungan sloof dengan pondasi batu kali memakai angkur Ø 10


mm setiap jarak 1,50 meter.
5) Pemasangan dinding tembok.

Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus, tebal adukan ± 1 cm,
dengan variasi 3 mm, semua siar terisi penuh, tebal siar sama
dengan tebal adukan. Tebal plesteran beserta acian tidak boleh
lebih dari 1,5 cm, dimana tebal kamprotan 2 mm - 3 mm dan tebal
acian 0,5 mm - 1 mm.

6) Luas bukaan dinding harus lebih kecil dari 50 % dari luas


dindingnya.
Perkuatan dinding untuk luas dinding lebih kecil dari 9 m², bila lebih
ditambah kolom praktis secara proporsional.

g. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembangunan sekolah atau


fasilitas umum adalah:

Pertama, bangunan harus terletak di atas tanah yang stabil. Kedua,


denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris atau seragam. Ketiga,
pondasi diikat kaku dengan sloof. Keempat, setiap luasan dinding 12
meter persegi harus dipasang kolom. Kelima, dipasang balok keliling
(ring balk) yang diikat kaku dengan kolom. Keenam, seluruh kerangka
bangunan harus terikat secara kokoh dan kaku. Tujuh, gunakan kayu
kering, pilih bahan atap yang seringan mungkin. Delapan, pilih bahan
dinding seringan mungkin, seperti papan, papan berserat, papan lapis,
bilik, dll. Sembilan, bila dinding menggunakan pasangan bata/batako,
pasang anker setiap 12 lapis bata atau 6 lapis batako yang dijangkarkan
ke kolom, pasangan diberi anker yang dijangkarkan ke kolom. Sepuluh,
perhatikan bahan spesi/adukan komposisi campuran dan ikuti standar
yang berlaku.

39
40

B. Spesifikasi Teknis

1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi pengkoordinasian dan mempersiapkan
format-format pengendalian evaluasi pelaksanaan rehabilitasi antara lain:

a. Mempersiapkan gambar dan jadwal kerja

b. Pengukuran dan pemasangan bouwplank (kalau ada)

c. Gudang untuk menyimpan bahan material dan peralatan kerja

d. Tempat kerja untuk melaksanakan pekerjaan persiapan dan perakitan


komponen-komponen bangunan.

e. Fasilitas air bersih (disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi/kondisi


setempat )

f. Mengadakan dokumentasi pekerjaan mulai tahap awal sampai akhir.

2. Pekerjaan Galian/Urugan
Meliputi penggalian tanah untuk pondasi batu kali atau batu belah lainnya
dan pekerjaan lain yang memerlukan penggalian tanah dan pengurugan
kembali galian disisi pondasi.

Pengurugan yang tebalnya lebih dari 20 cm harus dilaksanakan selapis


demi selapis (10 cm) dan setiap lapisan harus di padatkan menggunakan
mesin pemadat (Compactor) atau dikerjakan secara manual sehingga
tidak terjadi penurunan tanah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
pondasi, seperti pondasi patah/putus pondasi mengantung ataupun
kerusakan pada lantai bangunan.

3. Pekerjaan Pondasi
Sebelum membuat pondasi, yang perlu mendapat perhatian yaitu apakah
tanah dimana pondasi tersebut akan dibuat merupakan tanah keras, tanah
basah, atau tanah berawa.

40
41

Apabila tanah akan digunakan untuk pasangan batu kali, maka tanah yang
kurang baik perlu dilakukan perbaikan dengan cara mengurug dengan
sirtu (pasir batu) hingga cukup memenuhi kekerasan.

Untuk mendukung struktur bangunan maupun dinding, diperlukan adanya


pasangan pondasi batu kali. Agar kedudukan pondasi benar-benar stabil,
maka galian tanah untuk pondasi harus mencapai tanah keras dan
sekurang-kurangnya harus sesuai dengan gambar teknis. Pada bagian
alas galian diberi lapisan pasir setebal + 10 cm kemudian dihamparkan
anstamping (pasangan batu kosong), baru diatasnya dipasang pondasi
batu dengan menggunakan spesi.

Pondasi harus kedap air, artinya tidak dapat ditembus resapan air dan
tidak meneruskan uap lembab ke bagian bangunan yang terletak
diatasnya serta tahan terhadap unsur tanah agresif, pada umumnya
digunakan spesi dengan campuran 1pc : 4 ps.

Jika ruang dibangun diatas bangunan yang sudah ada sebelumnya, maka
perlu diperhatikan apakah pondasi terdahulu telah disiapkan untuk
struktur bangunan bertingkat atau belum. Jika belum maka harus
dilakukan perbaikan/peningkatan kekuatan pondasi. Hal ini dapat
dilakukan dengan menambahkan sepatu atau pondasi beton (foot plat)
pada bagian-bagian tertentu yang diperlukan seperti pada setiap bagian
struktur kolom.

4. Pekerjaan Dinding

Dinding pada umumnya terbuat dari pasangan batu bata, namun pada
daerah tertentu dimungkinkan dibuat dari bahan lain yang terdapat di
sekitar lokasi yang akan dikerjakan, misalnya dari papan kayu atau bahan
yang lainnya. Pada dasarnya apapun bahan/material yang digunakan
untuk pembuatan dinding semaksimal mungkin dapat memberikan rasa
aman dan nyaman bagi pengguna ruang tersebut.

Disamping itu karena bangunan tersebut digunakan untuk kegiatan


belajar, maka hendaknya diupayakan dinding dapat meredam suara

41
42

sehingga tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu aktifitas


pada masing-masing ruang kelas.

a. Pekerjaan pasangan, plesteran dan sponengan

Pekerjaan pasangan batu bata untuk dinding disesuaikan dengan


kebutuhan. Setiap 12 lapis pasangan bata dipasang angkur
masuk/diikatkan ke kolom dengan Ø 10 mm. Pekerjaan plesteran
meliputi plesteran trasram (kedap air) pada kaki bangunan atau
dinding lainnya yang berhubungan langsung dengan air, plesteran
dinding bata serta sponengan sudut tembok dan sudut beton.
Komposisi campuran spesi untuk masing-masing jenis pekerjaan
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan, berdasarkan pertimbangan
fungsi dan kekuatan pasangan atau plesteran. Untuk pasangan atau
plesteran trasraam dan beton digunakan spesi dengan campuran 1 PC
: 3 Ps sedangkan untuk pasangan dan plesteran biasa digunakan spesi
dengan campuran 1 PC : 4 Ps.

Untuk memperoleh hasil pekerjaan pasangan dan plesteran yang baik


perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi sampai jenuh


sehingga dapat melekat dengan sempurna.

2) Batu bata pecah terpasang tidak lebih dari 20 % dari jumlah batu
utuh terpasang.

3) Pasangan dinding bata dilaksanakan dengan hubungan verband


siar/nat masing-masing lapisan tidak saling bertemu, tegak lurus,
siku dan rata.

4) Seluruh permukaan yang akan diplester harus dibasahi dengan air


bersih, baru kemudian di plester dengan rata, halus dan merupakan
satu bidang tegak lurus dan siku.

5) Pada bagian luar diberi lapisan acian dengan rata dan halus
sehingga bebas dari keretakan ataupun cacat-cacat lainnya

42
43

b. Dinding papan kayu

Apabila dinding bangunan dibuat dari papan kayu, maka papan–papan


kayu tersebut harus disusun dengan rapi, rapat dan kuat sehingga
dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pemakai ruang
tersebut serta dapat mengurangi kebisingan atau gangguan suara
sehingga aktivitas pada masing-masing ruang kelas tidak saling
mengganggu.

Jika menggunakan bahan dari kayu, dipilih kayu minimal kelas kuat 2
dan diupayakan kayu tersebut dilindungi terhadap hama perusak kayu.
Dalam hal ini banyak cara yang dapat dilakukan, misalnya dengan cara
pencelupan, pengolesan bahan anti rayap dan sebagainya.

5. Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton meliputi sloof, kolom, balok dan ringbalk dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku dengan mempertimbangkan
faktor keamanan terhadap gempa. Untuk beton struktural maupun non
struktural seperti kolom praktis setidak-tidaknya dibuat dengan campuran
1 PC : 2 Ps : 3 Kr dan baja tulangan U 24, dengan diameter, jumlah dan
jarak pasang sesuai ketentuan yang diatur dalam SNI 03-2847-2002.
Untuk beton rabat menggunakan campuran 1 PC : 3 Ps : 5 Kr. Pengadukan
campuran, pengangkutan, pengecoran dan pemadatan serta perawatan
beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Cetakan atau bekisting dibuat dari kayu kelas III dengan ketebalan papan
minimal 2 cm atau multiplek 8 mm, dengan balok-balok penahan dari kayu
ukuran 4/6 cm atau 5/7 cm dan tiang penyangga dari kayu. Bekisting
hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat dilakukan
pengecoran cukup kuat, kedudukannya stabil, tidak bocor dan tidak terjadi
perubahan bentuk ataupun ukuran.

Pembongkaran bekisting hanya dapat dilakukan setelah beton mencapai


kekerasan tertentu. Pembongkaran hendaknya dilakukan dengan hati-
hati, yaitu pada saat melepas bagian-bagian/papan bekisting tidak dengan
cara dipukul atau menggunakan alat yang tidak semestinya, misalnya

43
44

menggunakan linggis untuk mencongkel bekisting yang dapat


mengakibatkan kerusakan.

6. Pekerjaan Kusen, Daun Pintu dan Jendela

Pekerjaan kusen, daun pintu dan jendela meliputi membuat dan


memasang serta pengecatan dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan
gambar. Jumlah dan tata letak pintu, jendela dan ventilasi disesuaikan
dengan kebutuhan cahaya dan aliran udara yang baik, yaitu dengan
memasang ventilasi silang.

Untuk kusen dan daun pintu/jendela atau ventilasi (angin-angin) dibuat


dari dari kayu dengan kelas kuat dan kelas awet 2. Semua bahan kayu
harus dipilih kayu yang cukup tua, kering dan tidak cacat. Sambungan-
sambungan kayu, baik untuk kusen maupun untuk daun pintu dan jendela
dibuat sambungan lubang dan pen dan dikunci dengan nagel (pantek/pen)
sehingga diperoleh sambungan yang kuat. Dalam pengerjaannya harus
memperhitungkan faktor iklim/cuaca yang dapat mempengaruhi
konstruksi.

Daun Pintu Ruang Kelas membuka keluar dengan daun pintu double
ukuran lebar minimal masing–masing 65 cm yang terbuat dari panil.
Jendela ruang kelas menggunakan kaca bening tebal 5 mm, jalusi
menggunakan papan kayu tebal minimal 2 cm atau kaca tidak penuh
dengan tebal 5 mm. Tinggi pintu 210 cm dari muka lantai, tinggi ventilasi
minimal 40 cm dari ambang atas pintu, tinggi jendela daerah selasar
minimal 110 cm dari lantai, sedangkan pada sisi lainnya minimal 90 cm.

Daun pintu dibuat panil dengan tebal slimaran 4 cm dan isian panil tebal 3
cm. Untuk memperoleh penerangan alami yang cukup baik disyaratkan
luas jendela minimal 20% dari luas lantai dengan daun jendela tebal 3 cm,
sedangkan luas ventilasi disyaratkan 6% sampai dengan 10% dari luas
lantai agar dapat diperoleh sirkulasi udara yang cukup baik. Model daun
pintu dan jendela disarankan dibuat khusus untuk rehabilitasi gedung

44
45

sekolah dengan subsidi dekonsentrasi sesuai dengan budaya dan ciri


khas masing-masing provinsi.

Untuk memperoleh ikatan yang kuat terhadap dinding, kusen harus diberi
angkur dari besi 10 mm sebanyak yang diperlukan. Semua pekerjaan
kayu yang dicat, harus dimeni dan diplamir terlebih dahulu. Pengecatan
dilakukan dengan pelapisan lebih dari satu kali sehingga diperoleh hasil
yang baik, rapi, halus dan rata.

7. Pekerjaan Pengantung, Pengunci, dan Kaca

Pekerjaan ini meliputi pemasangan engsel, grendel, pengunci untuk pintu


dan jendela, serta hak angin untuk jendela, pemasangan kaca pada daun
jendela serta penyetelan daun pintu dan jendela.

Semua bahan yang digunakan minimal harus memenuhi syarat kekuatan


dan awet sehingga dapat menahan beban dan berfungsi dalam waktu
cukup lama. Setiap daun pintu dipasang 3 (tiga) buah engsel dan jendela
dipasang 2 (dua) buah engsel. Pada daun pintu dipasang pengunci
lengkap dengan handelnya, sedangkan pada daun jendela dipasang
grendel dan hak angin. Kaca yang digunakan harus memiliki permukaan
yang halus dan rata dengan tebal 5 mm. Semua pekerjaan harus
dilakukan dengan rapi sehingga pintu dan jendela berfungsi dengan
sempurna.

8. Pekerjaan Pengecatan/Politur

Pekerjaan pengecatan/politur meliputi kayu kusen, daun pintu dan


jendela, ventilasi, lisplank dan balok-balok kayu yang nampak serta
pengecatan dinding dan plafon. Penggunaan jenis cat atau politur harus
yang berkualitas baik dengan komposisi warna yang serasi.

Untuk memperoleh hasil yang baik, pengecatan dinding baru dilakukan


setelah bidang plesteran dinding tersebut benar-benar kering dengan
terlebih dahulu dilapisi plamir untuk tembok. Sedangkan pengecatan kayu
dilakukan setelah permukaan kayu yang akan dicat dimeni dan diplamir.
Apabila permukaan kayu akan dipolitur, maka terlebih dahulu harus

45
46

digosok sampai halus dan rata, apabila terdapat lubang-lubang pada


kayu, harus ditutup dengan dempul kayu. Pengecatan atau politur
hendaknya dilakukan minimal tiga kali pelapisan sehingga diperoleh hasil
yang baik, halus, rata dan tidak luntur atau kusam.

9. Pekerjaan Lantai dan Penutup Lantai

Lantai bangunan terletak pada permukaan tanah minimal 40 cm, lantai


dari keramik yang tidak licin. Bagian dalam ruangan digunakan keramik
warna terang sedangkan bagian luar dipilih keramik dof dengan warna
lebih gelap. Pemilihan warna keramik agar dibuat yang serasi dengan
warna cat/politur sehingga secara keseluruhan dapat menampilkan
sebuah bangunan yang serasi, indah dan menarik. Sebelum dipasang
keramik, bagian bawah harus diberi urugan pasir setebal 10 cm dan
dipasang rabat beton atau patahan bata. Pemasangan penutup lantai
dilakukan dengan baik sehingga diperoleh garis nat yang lurus dan
permukaan yang rata.

10. Pekerjaan Atap

Pekerjaan atap meliputi pembuatan dan pemasangan kuda-kuda, nok,


gording, usuk dan reng, balok tembok dan lisplank, serta pemasangan
penutup atap. Bahan yang digunakan adalah kayu dengan kelas kuat 2
yang diberi lapisan pelindung hama perusak kayu.

Oleh karena lebar ruangan 7 m sedangkan kayu yang ada di pasaran pada
umumnya ukuran panjang 4 m, maka diperlukan sambungan pada rangka
kuda-kuda, balok bubungan/nok, maupun gording. Untuk penyambungan
rangka kuda-kuda kayu, yang harus diperhatikan adalah arah gaya yang
terjadi pada masing-masing batang rangka tersebut. Gaya yang terjadi
berupa gaya tekan dan gaya tarik. Pada batang yang menerima gaya
tekan, dapat dibuat sambungan lubang dan pen sedangkan batang yang
menerima gaya tarik, sambungan dapat berbentuk sambungan miring
berkait atau menggunakan alat penyambung baut. Untuk perkuatan pada
sambungan kayu dipasang plat besi (beugel) dan dibaut.

46
47

Penutup atap menggunakan bahan yang tersedia dan mudah diperoleh


di lapangan antara lain genteng, seng, asbes gelombang, sirap dsb. Untuk
penutup atap dari genteng atau sirap kemiringan dibuat ≥ 35o - 45o sedang
atap seng atau asbes gelombang kemiringan ≥ 20o - 30o.

Ukuran kayu yang digunakan untuk kuda-kuda umumnya 8/12 cm atau


8/15 cm yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk usuk umumnya
digunakan kayu berukuran 5/7 cm dan untuk reng dapat digunakan kayu
ukuran 2/3 cm atau 3/4 cm. Pemasangan usuk dan reng hendaknya pada
jarak yang sesuai dengan kebutuhan. Masing-masing jenis penutup atap
memiliki ukuran yang berbeda sehingga penggunaan ukuran kayu, baik
kuda-kuda, nok dan gording serta jarak usuk dan reng harus
menyesuaikan. Apabila menggunakan penutup atap standar pabrik,
disarankan untuk memeriksa ketentuan yang dipersyaratkan produsen.

11. Pekerjaan Langit-langit (Plafon)

Pekerjaan langit-langit meliputi pemasangan rangka dan penutup plafond.


Untuk rangka digunakan kayu minimal kelas kuat 3 dan diberi lapisan
pelindung hama perusak kayu serta bagian bawah diketam untuk
mendapatkan bidang langit-langit yang datar dan rata. Penutup plafond
menggunakan bahan kedap air ringan dan cukup kuat dengan ketebalan
minimal 4 mm. Untuk rangka plafond dapat digunakan kayu dengan
ukuran 5/7 cm, dan setiap luasan 9 m2 dipasang balok penggantung
plafond ukuran 6/10 cm. Hal ini dimaksudkan agar rangka plafond tersebut
mampu menahan beban pekerja instalasi atau pekerja perawatan atap di
atasnya. Penutup plafond dapat menggunakan asbes datar, kayu lapis,
atau bahan lain yang tersedia di sekitar lokasi rehabilitasi gedung sekolah
dilaksanakan. Untuk mendapatkan suhu ruangan yang cukup nyaman,
disarankan ketinggian langit-langit dibuat minimal 3,50 meter dari
permukaan lantai.

12. Pekerjaan Instalasi Listrik

47
48

Untuk pekerjaan instalasi listrik dilakukan oleh orang yang memiliki


keahlian tentang instalasi listrik. Pada prinsipnya pemasangan instalasi
listrik harus memenuhi persyaratan teknis dan semua bahan yang
digunakan hendaknya berkualitas baik sehingga dapat berfungsi dengan
baik dalam waktu yang cukup lama. Setiap ruang kelas menggunakan
penerangan minimal 6 titik lampu TL 2X20 watt dan dipasang minimal 1
titik daya (stop kontak) dibagian depan ruang kelas.

13. Pekerjaan Sumber Air Bersih, Sanitasi dan KM/WC

Pekerjaan sumber air bersih adalah perbaikan/pengadaan sumber air


bersih untuk kebutuhan di lingkungan sekolah dan pekerjaan sanitasi
adalah penyediaan jaringan untuk air bersih dan air kotor.

Pekerjaan KM/WC adalah perbaikan/pengadaan KM/WC minimal


sejumlah 2 (dua) ruang dengan ukuran setiap ruang = 1,50 m x 2,00 m. Untuk
perbaikan ukuran dapat menyesuaikan dengan KM/WC yang sudah ada.
Kloset digunakan jenis kloset jongkok dari porselin dengan kualitas
standar, dengan penutup lantai dari keramik untuk lantai basah. Dinding
bagian dalam diupayakan dipasang keramik setinggi 1,50 m.

14. Pekerjaan Finishing dan Perapihan

Pekerjaan finishing dan perapihan merupakan pekerjaan penyempurnaan


dan merapikan pekerjaan yang pada hakekatnya telah selesai dikerjakan
namun masih perlu penyempurnaan. Sebagai contoh misalnya terdapat
pintu yang tidak dapat dibuka/ditutup dengan sempurna, maka perlu
disempurnakan, jika terdapat cat yang belum rata, maka perlu di cat ulang
sampai rata dan

VII. Menyusun Rencana Anggaran Biaya Konstruksi Batu dan Beton

48
49

Perhitungan anggaran biaya bangunan dapat dilakukan dengan dua cara,


perhitungan biaya teliti dan perhitungan kasar. Perhitungan teliti memerlukan
data yang akurat dari: gambar bestek, RKS, harga bahan dan upah dan daftar
analisa pekerjaan (SNI). Perhitungan kasar merupakan biaya taksiran berdasar
pengalaman empiris atau dengan mengambil harga bangunan yang ditentukan
oleh pemerintah daerah setempat. Harga taksiran bangunan pada umumnya
titentukan tiap meter persegi luas bangunan dengan klasifikasi tertentu.
Tujuan menghitung RAB secara teliti adalah untuk memastikan harga
penawaran pekerjaan kepada kontraktor. Kontrak pekerjaan dapat dilakukan
dengan sistem Lump Sum Fixed Price atau sistem Unit Price. Kontrak sistem
Lump Sum Fixed Price merupakan kontrak tetap seluruh proyek bangunan
sampai jadi, fluktuasi biaya menjadi tanggung jawab kontraktor. Kontraktor
harus bekerja keras mengendalikan biaya dan waktu pelaksanaan secara efisien
dan efektif. Kontrak sistem Unit Price kontraktor hanya menawar harga satuan
pekerjaan. Volume pekerjaan yang disebut Bill of Quantity (BQ) telah dihitung
oleh konsultan perencana, namun penambahan pekerjaan sesuai tuntutan
lapangan menjadi tanggung jawab pemberi tugas. Peranan pengawas dalam
kontrak Unit Price sangat penting karena harus membuat penilaian harga yang
obyektif.
Agar memperoleh hasil yang akurat, perhitungan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) bangunan dengan sistematika: (1) menghitung volume pekerjaan sesuai
gambar bestek dan RKS, (2) menganalisis harga satuan pekerjaan sesuai SNI,
dan (3) menyusun tabulasi anggaran biaya dan membuat tabel rekapitulasi.

1. Menghitung Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Pondasi Batu Kali


Pekerjaan pondasi batu kali terdiri galian tanah, pasangan batu kali dan urug
kembali pada galian. Bentuk galian menyesuaikan kondisi tanah setempat,
untuk tanah yang mengandung lempung, tampang galian bisa empat persegi
panjang, untuk tanah berpasir bentuk galian trapesium. Bentuk pondasi batu
kali pada umumnya berpenampang trapesium, hal ini untuk mencapai efisiensi

49
50

tampang dan volume pasangan dan disesuaikan dengan beban dan daya
dukung tanahnya. Campuran pasangan untuk pondasi batu kali minimal 1 PC:
8 pasir, untuk pasangan yang tahan gempa dengan perbandingan 1 PC: 6
pasir. Ukuran geometrik pondasi bagian bawah pada umumnya 70 cm dan
bagian muka pondasi atas 30 cm.
Untuk menghitung RAB pasangan pondasi batu kali diperlukan data
pendukung: (1) daftar harga satuan bahan dan upah, (2) daftar analisa harga
satuan pekerjaan, dan (3) perhitungan volume pekerjaan. Berikut diberikan
contoh perhitungan RAB pasangan pondasi batu kali yang sederhana.

Tabel 1. Harga Satuan Bahan dan Upah

SPESIFIKASI
NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN
BAHAN

UPAH TENAGA :
1 Tukang Batu Org/Hari Rp 35.000,00
2 Tukang Kayu Org/Hari Rp 37.500,00
3 Tukang Besi Org/Hari Rp 35.000,00
4 Tukang Cat Org/Hari Rp 35.000,00
5 Kepala Tukang Batu Org/Hari Rp 37.500,00
6 Kepala Tukang Kayu Org/Hari Rp 41.500,00
7 Kepala Tukang Besi Org/Hari Rp 37.500,00
8 Pekerja Org/Hari Rp 30.000,00
9 Mandor Org/Hari Rp 44.000,00
HARGA BAHAN :
1 Pasir Cor / Pasir Beton m³ Rp 85.000,00
2 Pasir Pasang m³ Rp 65.000,00
3 Pasir Urug m³ Rp 55.000,00
4 Tanah Urug dipadatkan m³ Rp 45.500,00
5 Koral m³ Rp 176.500,00
6 Split 2/3 m³ Rp 180.000,00
7 Batu kali Belah 15/20 m³ Rp 85.000,00
8 Batu Alam tempel 20 x 30 m² Rp 80.000,00
9 Bata Merah bh Rp 400,00
10 Buis beton m' Rp 35.400,00
11 Semen Portland (PC) kg Rp 1.100,00
12 Semen warna g Rp 3.500,00
13 Stepnoising 80x400 bh Rp 17.500,00
14 Besi Beton Polos kg Rp 8.250,00

50
51

SPESIFIKASI
NO URAIAN SATUAN HARGA SATUAN
BAHAN
15 Besi Beton Ulir kg Rp 8.250,00
16 Kawat Beton kg Rp 12.500,00
17 Plywood tbl : 9 mm lbr Rp 125.000,00
18 Paku Triplek kg Rp 15.000,00
19 Paku Besar/Sedang kg Rp 15.000,00
20 Minyak begesting ltr Rp 8.500,00
Kayu papan kelas III
21 m3 Rp 1.550.000,00
(begesting)
Balok Kayu kelas II
22 m3 Rp 2.550.000,00
(begesting)
23 Kayu bengkerai m3 Rp 6.500.000,00
24 Triplek t = 4 mm lbr Rp 46.500,00

Tabel 2. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pasangan Pondasi Batu Kali

_sni-2835-2008_Pekerjaan Tanah
1 1M³ Galian tanah sampai 1 meter hal 3
Upah : (Rp) (Rp) (Rp)

0,7500 OH Pekerja 30.000,00 22.500,00

0,0250 OH Mandor 44.000,00 1.100,00 23.600,00


Jumlah 1: 23.600,00

2 1M³ Galian tanah sampai 2 meter _sni-2835-2008_Pekerjaan Tanah hal 3


Upah : (Rp) (Rp) (Rp)

0,9000 OH Pekerja 30.000,00 27.000,00

0,0450 OH Mandor 44.000,00 1.980,00 28.980,00


Jumlah 2 : 28.980,00

3 1M³ Urugan Tanah Dipadatkan _sni-2835-2008_Pekerjaan Tanah hal 4


Bahan : (Rp) (Rp) (Rp)
1,2000 m³ Tanah Urug 45.500,00 54.600,00 54.600,00
Upah :
0,5000 OH Pekerja 30.000,00 15.000,00
0,0500 OH Mandor 44.000,00 2.200,00 17.200,00
Jumlah 3: 71.800,00

1M³ Pasangan pondasi Batu Kali _sni-2836-2008_Pekerjaan Pondasi


4 1Pc : 8 Ps hal 4
Bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

51
52

1,2000 m³ Batu Belah 15/20 85.000 102.000

91,0000 kg Portland Cemen (PC) 1.100 100.100

0,5610 m³ Pasir Pasang 65.000 36.465 238.565


Upah :

0,7500 OH Tukang Batu 35.000 26.250

0,0750 OH Kepala Tukang Batu 37.500 2.813

1,5000 OH Pekerja 30.000 45.000

0,1800 OH Mandor 44.000 7.920 81.983

Jumlah 4: 320.548

Tabel 3. Perhitungan Volume Pekerjaan Pondasi Batu Kali

Gambar Rencana Uraian Teknis


Tampang galian:
15  Lebar atas 130 cm
 Lebar bawah 110 cm
PAS DINDING BATA
 Dalam galian 100 cm
MUKA LANTAI 0.00
TEGEL LANTAI
1
+ 0.00
Pasangan pondasi
4
SLOOF BETON URUG PASIR 25
 Lebar permukaan 30 cm
MUKA TANAH - 0.30
 Lebar dasar 70 cm
 Tinggi pasangan 100 cm
PAS BATU KALI URUG TANAH
70  Komposisi campuran 1 pc : 8 psr
Urug kembali
BATU KOSONG 25
10 -1.35  Lebar atas 2x50 cm=100 cm
70
 Lebar bawah 2x20 cm=40 cm
110
 Tinggi 95 cm
Panjang pondasi 3 m

No Perhitungan Volume Volume (m3)


1 Galian tanah pondasi: V=1/2(1,3+1,1)x1x3=3,6 m3 3,6
2 Pasangan pondasi: V=1/2(0,3+0,7)x1x3=1,5 m3 1,5
3 Urugan tanah kembali: V=1/2(1+0,4)x0,95x3=1,5 m3 1,5

Tabel 4. Biaya Pekerjaan Pondasi Batu Kali

Volume Harga Satuan Jumlah Harga


No Sub Pekerjaan
(m3) (Rp) (Rp)
1 Galian tanah pondasi 3,6 23 .600 84.960
2 Pasangan pondasi 1,5 320.548 480.822
3 Urugan tanah kembali 1,5 17.200 25.800
Total Harga Pondasi 591.582

2. Menghitung Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Dinding Batu Bata

52
53

Volume pasangan dinding batu bata menurut Standar Nasional Indonesia


(SNI) 6897-2008 dihitung dalam satuan m2, tebal bata ukuran umum yaitu
10 cm. Campuran pasangan yang banyak digunakan untuk pasangan
dinding batu bata yaitu 1 pc : 6 psr dan 1 pc : 3 psr.

Tabel 5. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pasangan Dinding Bata ½ Batu

1 1 M2 Pas. Dinding 1/2 bata merah


1 Pc : 6 Ps _sni-6897-2008_Pekerjaan Dinding hal 6
Bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

70,0000 bj Bata Merah 400 28.000


Portland Cemen
8,3200 kg (PC) 1.100 9.152

0,0490 m³ Pasir Pasang 65.000 3.185 40.337


Upah :

0,1000 OH Tukang Batu 35.000 3.500


Kepala Tukang
0,0100 OH Batu 37.500 375

0,3000 OH Pekerja 30.000 9.000

0,0300 OH Mandor 44.000 1.320 14.195

Jumlah : 54.532

2 1M2 Pas. Dinding 1/2 bata merah


1Pc : 3Ps _sni-6897-2008_Pekerjaan Dinding hal 5
Bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

70,0000 bj Bata Merah 400 28.000


Portland Cemen
14,3700 kg (PC) 1.100 15.807

0,0400 m³ Pasir Pasang 65.000 2.600 46.407


Upah :

0,1000 OH Tukang Batu 35.000 3.500


Kepala Tukang
0,0100 OH Batu 37.500 375

0,3200 OH Pekerja 30.000 9.600

0,0150 OH Mandor 44.000 660 14.135

Jumlah : 60.542

Tabel 6. Perhitungan Volume Pekerjaan Dinding Batu Bata ½ Batu

Gambar Rencana Uraian Teknis


Ukuran dinding:

53
54

15 Tebal ½ batu
Tinggi 3 m
PAS DINDING BATA
Panjang 3 m
TEGEL LANTAI + 0.00
MUKA LANTAI 0.00 1
4
SLOOF BETON URUG PASIR 25
Campuran 1 pc : 6 psr
MUKA TANAH - 0.30

Volume pasangan: 3x3=9 m2


PAS BATU KALI 70
URUG TANAH

BATU KOSONG 25
10 -1.35
70
110

Tabel 7. Biaya Pekerjaan Dinding Batu Bata ½ Batu

Volume Harga Satuan Jumlah Harga


No Sub Pekerjaan
(m2) (Rp) (Rp)
1 Pasangan dinding batu ½ batu 9 54.532 488,880
Total Harga Pasangan 488,880

3. Menghitung Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Plesteran


Perhitungan biaya pekerjaan plesteran pada umumnya terpisah dengan
pekerjaan acian karena pekerjaan acian banyak jenisnya seperti acian rata,
komponen balok, sudut dan lain-lain. Pekerjaan plesteran dinding pada dua
muka oleh karena itu perhitungan volumenya dua kali luas permukaan.
Campuran plesteran diusahakan sama dengan campuran pasangan agar
kemungkinan terjadi penyusutan merata dan dapat menyatu baik.
Perbandingan campuran plesteran yang banyak digunakan untuk dinding yaitu
1 pc : 6 psr dan 1 pc : 3 psr.

Tabel 8. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Plesteran Pasangan Dinding Bata

1 1M2 Plesteran Dinding 1Pc : 6Ps _sni-2837-2008_Pekerjaan Dinding


(15 mm') hal 4
Bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

4,4160 kg Portland Cemen (PC) 1.100 4.858

0,0270 m³ Pasir Pasang 65.000 1.755 6.613


Upah :

54
55

0,1500 OH Tukang Batu 35.000 5.250

0,0150 OH Kepala Tukang Batu 37.500 563

0,3000 OH Pekerja 30.000 9.000

0,0150 OH Mandor 44.000 660 15.473

Jumlah : 22.085

2 1M2 Plesteran Dinding 1Pc : 3Ps _sni-2837-2008_Pekerjaan Dinding


(15 mm') hal 3
Bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

7,7760 kg Portland Cemen (PC) 1.100 8.554

0,0230 m³ Pasir Pasang 65.000 1.495 10.049


Upah :

0,1500 OH Tukang Batu 35.000 5.250

0,0150 OH Kepala Tukang Batu 37.500 563

0,3000 OH Pekerja 30.000 9.000


0,0150 OH Mandor 44.000 660 15.473

Jumlah :
25.521

Tabel 8. Perhitungan Volume Pekerjaan Plesteran Dinding

Gambar Rencana Uraian Teknis


15 Ukuran dinding:
Tebal ½ batu
PAS DINDING BATA
Tinggi 3 m
MUKA LANTAI 0.00
TEGEL LANTAI
1
4
+ 0.00
Panjang 3 m
SLOOF BETON URUG PASIR 25

Campuran 1 pc : 6 psr
MUKA TANAH - 0.30

70
Volume plesteran : (3x3)x2=18 m2
PAS BATU KALI URUG TANAH

BATU KOSONG 25
10 -1.35
70
110

Tabel 9 Biaya Pekerjaan Plesteran Dinding Batu Bata ½ Batu

Volume Harga Satuan Jumlah Harga


No Sub Pekerjaan
(m2) (Rp) (Rp)
1 Plesteran dinding batu ½ batu 18 22.085 397.530
Total Harga Pasangan 397.530

4. Menghitung Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Beton

55
56

Anggaran biaya pekerjaan beton terdiri komponen-komponen: pekerjaan besi,


pekerjaan beton, pekerjaan bekisting, dan pembongkaran bekisting. Masing-
masing komponen berbeda satuan biayanya. Untuk pekerjaan besi dihitung
per kilogram besi yang dipergunakan pada konstruksi. Untuk campuran
betonnya dihitung menurut perbandingan campuran yang ditentukan. Untuk
bekisting dihitung menurut jenis konstruksinya seperti kolom praktis, pondasi,
sloof, balok, kolom, pelat lantai dan tangga. Letak struktur konstruksi juga
mempengaruhi harga satuan, konstruksi lantai tiga harganya berbeda dengan
lantai satu.

Tabel 10. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Konstruksi Beton

1 1 Kg Pekerjaan Pembesian Besi Beton


Polos _SNI 7394:2008 Pekerjaan Beton hal . 7
Bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

10,5000 kg Besi Beton 8.250 86.625

0,1500 kg Kawat Ikat Beton 12.500 1.875 88.500


Upah :

0,0700 OH Tukang Besi 35.000 2.450

0,0070 OH Kepala Tukang Besi 37.500 263

0,0700 Pekerja 30.000 2.100

0,0040 OH Mandor 44.000 176 4.989

Jumlah : 93.489
Harga per
kg 9.349

2 1m3 beton 1 pc : 2 ps : 3 kr
bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

323,0000 kg Semen portland 1.100 355.300

0,5200 m3 Pasir beton 85.000 44.200

0,7800 m3 koral beton 176.500 137.670 537.170


upah :

0,2500 OH Tukang batu 35.000 8.750

56
57

0,0250 OH Kepala tukang batu 37.500 938

1,6500 OH Pekerja 30.000 49.500

0,0800 OH Mandor 44.000 3.520 62.708

Jumlah : 599.878

3 1 m3 beton 1 pc : 3 ps : 5 kr
bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

218,0000 kg Semen portland 1.100 239.800

0,5200 m3 Pasir beton 85.000 44.200

0,8700 m3 koral beton 176.500 153.555 437.555


upah :

0,2500 OH Tukang batu 35.000 8.750

0,0250 OH Kepala tukang batu 37.500 938

1,6500 OH Pekerja 30.000 49.500

0,0800 OH Mandor 44.000 3.520 62.708

Jumlah : 500.263

4 1M² Pekerjaan Begisting sloof _SNI 7394:2008 Pekerjaan Beton hal . 7


Bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

0,0450 m3 Kayu kelas III 1.550.000 69.750

0,3000 kg Paku 5 cm - 12 cm 15.000 4.500

0,1000 ltr Minyak begesting 8.500 850 75.100


Upah :

0,2600 OH Tukang kayu 37.500 9.750

0,0260 OH Kepala tukang kayu 41.500 1.079

0,5200 OH Pekerja 30.000 15.600

0,0260 OH Mandor 44.000 1.144 27.573

Jumlah : 102.673

5 1M² Pekerjaan Begisting kolom _SNI 7394:2008 Pekerjaan Beton hal . 8


Bahan : (Rp) (Rp) (Rp)

0,0400 m3 Kayu kelas III 1.550.000 62.000

57
58

0,4000 kg Paku 5 cm - 12 cm 15.000 6.000

0,2000 ltr Minyak begesting 8.500 1.700

0,0150 m3 Balok Kayu kelas II 2.550.000 38.250


Plywood tbl : 9
0,3500 lbr mm 125.000 43.750 151.700
Upah :

0,3300 OH Tukang kayu 37.500 12.375

0,0330 OH Kepala tukang kayu 41.500 1.370

0,6600 OH Pekerja 30.000 19.800

0,0330 OH Mandor 44.000 1.452 34.997

Jumlah : 186.697

6 1 m3 bongkar begesting (Rp) (Rp) (Rp)

2,0000 OH Pekerja 30.000 60.000 60.000

Jumlah : 60.000

Tabel 11. Perhitungan Volume Pekerjaan Sloof Beton Bertulang

Gambar Rencana Uraian Teknis


15
Ukuran sloof:
Lebar 15 cm
PAS DINDING BATA Tinggi 20 cm
TEGEL LANTAI + 0.00 Panjang 3 m
MUKA LANTAI 0.00 1
4 Tulangan pokok diameter 12 mm
SLOOF BETON
MUKA TANAH
URUG PASIR 25
- 0.30 Begel diameter 8 mm, jarak 15 cm
Campuran 1 pc : 2 psr : 3 krl
PAS BATU KALI 70
Volume sloof : (0,15x0,20)x3=0,09
URUG TANAH

BATU KOSONG 25 m3
Volume besi : 1 p 12 dan 2 p 8
10 -1.35
70
110 Berat besi tulangan=d2x0,006165xpj
TP =122x0,006165x12=10,60 kg
Bg =82x0,006165x12x2=9,64 kg
Vol bekisting : 2(0,20x3,00)= 1,20 m2

Tabel 12. Biaya Pekerjaan Sloof Beton Bertulang

Harga Satuan Jumlah Harga


No Sub Pekerjaan Volume
(Rp) (Rp)
1 Pekerjaan besi 20,24 kg 9.349 189.224
2 Pekerjaan campuran beton 0,09 m3 599.878 53.989
3 Pekerjaan bekisting 1,20 m2 102.673 123.208
4 Pekerjaan bongkar bekisting 1,20 m2 60.000 72.000

58
59

Total Harga 438.420

59

Anda mungkin juga menyukai