Anda di halaman 1dari 33

3.

Sebutkan dengan jelas dan detail dari gambar rencana teknis bangunan meliputi rencana
arsitektur,rencana struktur dan rencana utilitas bangunan(lihat tugas kelompok masing-masing) ?

Rencana Arsitektur

Rencana arsitektur adalah pra rencana yang disempurnakan menjadi arsitektur formal yang
merupakan integrasi antara tata ruang, struktur dan wujud bangunan. Rencana arsitektur merupakan proses
elaborasi dan pengambilan keputusan perencanaan dari berbagai faktor yang mempengaruhi. Pada tahap
pengembangan pra rencana arsitektur menjadi rencana bangunan gedung yang telah disetujui oleh
pengguna jasa untuk menentukan:

1. Sistem konstruksi dan struktur bangunan, sistem mekanikal-elektrikal, serta disiplin terkait lainnya dengan
mempertimbangkan kelayakan dan kelaikannya baik terpisah maupun secara terpadu.

2. Bahan bangunan akan dijelaskan secara garis besar dengan mempertimbangkan nilai
manfaat,ketersediaan bahan, konstruksi, dan nilai ekonomi.

3. Perkiraan biaya konstruksi akan disusun berdasarkan sistem bangunan, kesemuanya disajikan dalam
bentuk gambar-gambar, diagram-diagram sistem, dan laporan tertulis.

4. Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, hasil pengembangan rancangan ini
dianggap sebagai rancangan akhir dan digunakan oleh arsitek sebagai dasar untuk memulai tahap
selanjutnya.

5. Sasaran tahap ini adalah, pertama, untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter
bangunan secara menyeluruh, pasti, dan terpadu. Ke dua, untuk mematangkan konsep rancangan secara
keseluruhan, terutama ditinjau dari keselarasan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya baik dari segi
kelayakan dan fungsi, estetika, waktu, dan ekonomi bangunan.Berikut adalah gambar-gambar rencana yang
dikeluarkan oleh perencana:

1. Gambar situasi, skala 1 : 200 atau 1 : 50

Gambar situasi adalah gambar tampak atas yang memperlihatkan situasi

bangunan, tapak dan lingkungannya.Gambar tersebut memperlihatkan antara lain :

― Gambar pagar dan perkerasan tanah

― Gambar saluran pembuangan air hujan

― Gambar garis batas bangunan

― Gambar garis kontur

― Informasi muka ketinggian tanah

― Informasi ukuran tapak dan jarak bangunan dengan tapak


Gambar 7 Contoh gambar situasi, skala 1 : 200 atau 1:500

Sumber: Tim Konsultan 2016 (diolah dari berbagai sumber)

2. Gambar Site Plan

Gambar site plan sama dengan gambar dengan adalah gambar potongan dari tampak atas yang
memperlihatkan kedudukan bangunan terhadap tapaknya. Gambar site plan memperlihatkan, meliputi :

― Jarak bangunan dengan pagar, jarak bangunan terhadap titik ikatnya sebagai dasar dalam pembangunan
bangunan gedung tersebut.

― Ukuran jarak tapak.

― jenis vegetasi dan bahan bangunan yang digunakan.

― Gambar arah utara.

― Garis kontur lama dan garis kontur yang telah terjadi perubahan

― Gambar informasi tentang perletakan titik lampu taman, jaringan kabel, titik distribusi air minum, jaringan
drainase, letak pembuangan sampah, letak sanitasi.
Gambar 8 Contoh gambar site plan, skala 1 : 200 atau 1:500

Sumber: www.arsitag.com, 2016

3. Gambar Denah, skala 1:100

Denah adalah tampak atas bangunan yang terpotong secara horizontal setinggi 1 m dari ketinggian 0.00
sebuah bangunan dengan bagian atas bangunan dibuang/dihilangkan. Informasi denah menunjukkan:

― Nama ruang

― Ketinggian lantai

― Ukuran ruang

― Garis atap

― Informasi bukaan pintu dan jendela

― Gambar tangga

― Letak kolom utama

Pada gambar denah presentasi, biasanya bagian dinding yang terpotong hanya diblok dengan warna hitam,
sementara kolom diberi warna putih untuk pembedaan. Sedangkan, pada gambar teknik untuk pekerjaan
lapangan, bagian yang terpotong tersebut perlu dilengkapi dengan notasi material sebagai pedoman
pengerjaan.Untuk ketebalan, bagian yang terpotong digambar dengan garis yang lebih tebal. Furnitur dalam
ruangan, kecuali tingginya melebihi 1m dari level 0.00 yang ditentukan, digambar dengan garis yang lebih
tipis.
Gambar 9 Contoh gambar denah

Sumber : sigiarchitect.com, 2016

4. Gambar Tampak skala 1 : 100

Pada gambar tampak tidak dicantumkan ukuran-ukuran lebar maupun tinggi gambar. Gambar tampak
memperlihatkan 4 sisi tampak bangunan gedung yaitu tampak muka, tampak belakang dan tampak samping.
Gambar pandangan lengkap dengan dekorasi yang disesuaikan dengan perencanaan. Biasanya gambar
tampak juga dilengkapi gambar ilustrasi bangunan dalam bentuk perspektif maupun aksonometri.Dalam
gambar tampak tersebut memperlihatkan informasi tentang :

― Bahan bangunan yang digunakan

― Warna cat yang digunakan

― Dekorasi pada bangunan


5. Gambar Rencana Plafon

Gambar plafon merupakan bagian dari gambar arsitektur yang memperlihatkan rancangan plafon dengan
ukuran, kosntruksi dan bahan bangunan yang digunakan. Gambar rencana plafon digambar dengan skala
1:100 atau skala 1:50 dengan tampak dan potongan.
6. Gambar Rencana Lantai

Gambar rencana lantai adalah gambar rencana arsitektur yang memperlihatkan perletakan, pola dan corak
lantai yang digunakan. Perletakan pola lantai disesuaikan dengan kedudukan dinding. Konstruksi lantai
diperlihatkan pada potongan rencana lantai.

7. Gambar Rencana Pintu-Jendela

Gambar rencana pintu dan jendela merupakan rencana perletakan pintu dan jendela, desain jendela, bahan
yang digunakan. Gambar rencana pintu dan jendela memberi informasi tentang ukuran, jumlah dan
detailnya.
8.

c. Gambar Denah Balok, Kolom dan Plat Lantai

Gambar denah balok dankolom adalah gambar yang memperlihatkan posisi/letak, jarak serta ukuran dan
bahannya. Kedudukan kolom dan balok tersebut harus sesuai dengan sistem pembebanan atap. Apabila
bangunan tersebut menggunakan plat untuk lantai 2 dan selanjutnya, maka diperlukan gambar dengan plat
pada lantai ke 2 dan selanjutnya. Dalam menyusun rencana struktur (jarak, ukuran dan bahan) telah melalui
proses perhitungan struktur yang dimunculkan pada ukuran di gambar denah kolom, balok dan plat
tersebut.
d. Gambar Rencana Sloof

Sloof merupakan balok yang berada di dasar lantai. Sloof berfungsi sebagai pengikat antar kolom dan
pendukung dinding diatasnya. Oleh karena itu, sloof harus direncanakan sebagai bagian dari satu kesatuan
struktur pada bangunan gedung.gambar rencana sloof adalah sebagai berikut. Gambar denah sloof adalah
gambar balok yang berfungsi sebagai pengikat antara kolom yang terletak di bagian bawah. Tujuannya
adalah sebagai pengikat antar kolom sehingga stabil apabila terjadi pergeseran. Ukuran sloof tergantung dari
kondisi tanah dan beban vertikal yang akan diterima. Fungsi lain sloof adalah untuk menerima beban vertikal
terhadap dinding agar terjadi beban merata.
e. Gambar Denah Pondasi

Gambar denah pondasi adalah gambar pendukung bangunan yang berhubungan dengan tanah. Jenis, ukuran
dan bahan yang digunakan tergantung jumlah beban dan jenis beban yang akan didukung oleh pondasi dan
jenis tanah sebagai pengikat antara bangunan dengan tanah. Gambar denah pondasi adalah gamabr yang
menunjukkan letak, ukuran dan bahan yang digunakan untuk pondasi. Gambar denah pondasi adalah skala
1:100 atau 1:50 tergantung kebutuhan. Jenis pondasi tergantung dari perhitungan terhadap pembebanan,
yaitu :

1) Pondasi setempat

Jenis yang termasuk pondasi tersebut adalah : pondasi footplate, pondasi sumuran, pondasi tiang pancang.

2) Pondasi lajur

Jenis yang termasuk pondasi tersebut adalah : pondasi batu kali

7. Peraturan dan Standar Perencanaan

― Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI

03-2847-2013) atau ACI 318- 2005.

― Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI

03-1727-2013) atau ASCE 7-10.

― Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung

(SNI 03-1726-2012).

― Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI


03-1729-2013).

― Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI

03-1727-2013).

― Tata cara perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI

03- 2847-2013).

― Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung

(SNI 03-1726-2012).

― Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI

03-1729-2013).

Rencana Mekanikal dan Elektrikal

Bangunan suatu gedung terdiri dari 3 komponen penting, yaitu struktur, arsitektur dan ME
(Mekanikal & Elektrikal). Ketiganya satu sama lain saling terkait. Jika struktur mengedepankan kekuatan,
arsitektur lebih mengedepankan keindahan, penataan ruang dan pengembangan bentuk; maka ME
(mekanikal & Elektrikal) menekankan pada daya dukung terhadap terlaksananya fungsi bangunan tersebut.
Bangunan yang kuat dan indah, apabila tidak didukung oleh sistem ME maka fungsi bangunan tersebut tidak
berjalan sebagaimana mestinya.Rencana Mekanikal dan Elektrikal merupakan perencanaan sistem-sistem
pendukung (utilitas) yang ada di dalam bangunan gedung yang berbentuk sistem mekanis dan
tenaga/sumber listrik dengan tujuan untuk mendukung fungsi bangunan gedung yaitu menunjang kegiatan
didalamnya. Selain itu, sistem utilitas ini bertujuan pula untuk meningkatkan kenyamanan, keamanan serta
keselamatan bagi pengguna pada fungsi bangunan gedung tersebut.Pengembangan sistem utilitas
membutuhkan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan yang spesifik dalam melaksanakan perencanaan
teknis. Setiap perencanaan ME membutuhkan perhitungan kebutuhan, persyaratan peralatan dan
perlengkapan, serta perencanaan yang matang sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Dalam perencanaan
ME, setiap fungsi bangunan mempunyai karaktersitik kebutuhan dan penataan yang khusus pula. Sistem ME
dibagi menjadi 2 jenis sesuai dengan kegunaan dalam fungsi bangunan gedung, yaitu :

1. Sistem Mekanikal & Elektrikal (ME) yang bersifat umum

Sistem mekanikal dan elektrikal (ME) suatu bangunan gedung sangat tergantung tujuan dan fungsi bangunan
gedung tersebut di bangun. Setiap fungsi mempunyai tingkat kebutuhan dan jenis ME. Misal : ME suatu
gedung perkantoran mempunyai perbedaan dengan gedung rumah sakit, atau bandara, pembangkit listrik
atau pabik. Pada umumnya sistem ME yang sering digunakan dalam suatu gedung, diantaranya:

a. Sistem Plumbing/Pemipaan

1) Sistem Pemipaan Air Bersih

2) Sistem Pemipaan Air Kotor

b. Sistem Mekanikal

1) Sistem Jaringan AC (Air Conditioning)


2) Sistem pemadam kebakaran (Fire Fighting)

3) Sistem transfortasi vertikal (lift)

c. Sistem Elektrikal

1) Sistem jaringan listrik

2) Sistem telepon

3) Sistem tata suara (sound system)

4) Sistem data

5) Sistem Penangkal Petir

6) Sistem Fire Alarm (Fire Protection)

2. Sistem Mekanikal & Elektrikal (ME) yang bersifat khusus

Maksud dan fungsi utama dari suatu gedung menjadi landasan dasar dalam menentukan kekhusususan
sistem ME dalam suatu bangunan gedung. Dalam hal ini, bangunan yang bersifat khusus tersebut tetap
membutuhkan sistem ME yang bersifat umum. Kebutuhan ME yang bersifat khusus, karena dalam bangunan
gedung tersebut terdapat kegiatan yang spesifik. Misal : gedung rumah sakit misalnya akan mempunyai
sistem yang khusus yang digunakan di gedung tersebut yang tidak digunakan di gedung lain. Penggunaan
sistem ME yang bersifat khusus, meliputi : sistem jaringan O2, sistem pemipaan air kotor untuk pembuangan
limbah khusus (seperti : pembuangan hasil operasi), dan sebaginya.

3. Kebutuhan ME untuk keamanan (CCTV dan BAS)

Kebutuhan ME untuk keamanan yang tinggi antara lain dengan penggunaan sistem pemantauan
lingkungan yang terpusat, yaitu dengan penggunaan sistem CCTV. Peningkatan terhadap keamanan pada
bangunan gedung mengakibatkan penggunaan sistem CCTV telah banyak dilakukan hampir seluruh fungsi
bangunan, seperti rumah tinggal.Penggunaaan alat deteksi (sensor) pada bangunan gedung untuk
memudahkan aspek keamanan dan keselamatan khususnya pada bangunan yang membutuhkan tingkat
keamanan dan keselamatan yang tinggi, misal : bank, laboratorium dan sebagainya; digunakan sistem BAS
(Building Automatic System). Sistem BAS tidak hanya difungsikan untuk tujuan keamanan, melainkan juga
sebagai alat untuk deteksi terhadap kebutuhan terhadap penghawaan, pencahayaan, kontrol terhadap
kebutuhan energi untuk penghematan. Pada fungsi bangunan gedung yang bersifat khusus, misal :
laboratorium biologi yang berfungsi sebagai penelitian terhadap virus/kuman apabila terjadi kebocoran.
Fungsi ini membutuhkan alat sensor dan sistempenanganan khusus apabila sistem tersebut tidak berjalan
dan mengakibatkan kebocoran.

4. Kebutuhan untuk kemudahan sirkulasi

Kebutuhan sirkulasi secara khusus misal terdapat pada pelabuhan udara yaitu Garbarata. Garbarata
adalah penghubung antara peron dengan pesawat terbang yang berbentuk seperti belalai gajah yang
bertujuan untuk memberi kenyamanan kepada penumpang.

5. Kebutuhan untuk penanganan kesehatan

Kebutuhan ME khusus untuk kesehatan terdapat pada rumah sakit. Misal : sistem instalasi gas oksigen,
air panas. Demikian juga, penanganan Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) pada rumah sakit mempunyai
kekhususan dibandingkan dengan yang lain. Hal ini disebabkan adanya aspek biologi (kuman penyakit dan
jenis hasil yang dibuang).

1. Sistem Pemipaan Air Bersih

Sistem perpipaan air minum perlu direncanakan secara baik sehingga memenuhi syarat kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas air minum. Perencanaan plambing air minum dilakukan dengan menghindari
terjadinya cross connection, yaitu bercampurnya air bersih dengan air buangan sehingga air tidak memenuhi
syarat sebagai air minum.

a. Prinsip penyediaan air bersih

1) Kualitas air

Tujuan sistem penyediaan air minum adalah penyedeiaan air minum dengan kualitas dan kuantitas yang
baik.Penyediaan air minum yang memanfaatkan air baku seperti air sungai, air tanah dangkal atau air tanah
dalam dan sebagainya tetap harus diolah sampai mencapai standar kualitas yang berlaku. Pengolahan
tersebut dapat dilakukan di dalam gedung atau pun dalam instalasi pengolahan air bersih. Standar kualitas

air minum yang berlaku di Indonesia antara lain:

 Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-02/MENKLH/I/1988 tentang


Baku Mutu Perairan Darat, Laut dan Udara
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKESPER/VII/2002 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. 2) Pencegahan Pencemaran AirDitinjau dari segi kesehatan,
pencegahan pencemaran air dapat dilakukan pada sistem penyediaan air. Hal-hal yang dapat
mengakibatkan pencemaran air antara lain : masuknya kotoran, jasad renik dan binatang-binatang
kecil ke dalam tangki/pipa,terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa, terhubungnya pipa
air bersih dengan pipa lainnya, tercampurnya air minum dengan air dari jenis kualitas lainnya
(kualitas yang lebih rendah) dan aliran balik (back flow) air dari jenis kualitas lainnya ke dalam air
buangan.Pencegahan terhadap terkontamimasnya air minum adalah :

a) Tidak diperbolehkan adanya hubungan pintas, yaitu hubungan secara langsung antara 2 sistem pipa yang

berbeda, 1 sistem pipa untuk air minum dan sistem lainnya untuk pipa yang mana kualitas airnya tidak sama,
sehingga air akan dapat mengalir dari satu pipa ke pipa lainnya.

b) Pencegahan aliran balik (back flow) dapat dilakukan dengan berbagai cara:

- Menyediakan celah udara, adalah ruang bebas berisi udara bebas, antara bagian terendah dari lubang pipa
atau keran yang akan mengisi air ke dalam tangki atau peralatan plambing lainnya, dengan muka air meluap
melalui bibir tangki atau peralatan plambing tersebut.

- Memasang pemecah vakum, terdiri dari dua jenis:

 Pemecah vakum tekanan-atmosfir, dipasang pada alatalat yang mengalami tekanan hanya apabila
ada aliran air.
 Pemecah vakum tekanan-positif, dipasang pada sisi yang bertekanan air terus-menerus.

3) Sumber Air Minum

Sumber air minum dari PDAM adalah sumber air minum yang telah diolah sehingga memenuhi
persyaratan sebagai air bersih. Namun sistem penyediaan air bersih dari PDAM mempunyai tekanan yang
terbatas, sehingga umumnya hanya cukup untuk melayani bangunan 1–2 lantai. Karena itu, bangunan
berlantai banyak harus mempunyai sumber internal, misalnya sumurdalam (deep well) dan atau
penyimpanan air dalam tangki selanjutnya air didistribusikan dengan menggunakan pompa.

2. Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Sistem sambungan langsung

Pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Pipa
penyediaan air bersih pada umumnya mempunyai tekanan yang rendah. Karena terbatasnya tekanan dalam
pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat
diterapkan untuk perumahan dan bangunan gedung 1 lantai s/d 2 lantai.

b. Sistem tangki atap

Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah
bangunan atau di bawah muka tanah), kemudian dipompa ke tangki atas yang biasanya terletak di atas atap
atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan. sistem tangki
atap menggunakan tekanan gravitasi. Sistem tangki atap ini diterapkan dengan dasar sebagai berikut :

 Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir tidak berarti.
Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap.
 Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatik dengan cara yang sangat
sederahana sehingga kemungkinan timbulnya masalah distribusi air sangat rendah.
 Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya, tangki tekan.

c. Sistem tangki tekan

Seperti halnya dengan sistem tangki atap, sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana oleh
karena suatu alasan tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung.Kelebihan-kelebihan sistem tangki
tekan antara lain:

 Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu menyolok dibanding dengan tangki atap
 Mudah perawatannya karena dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya
 Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas
menara.Kekurangan-kekurangannya:
 Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1.0 kg/cm² sangat besar qdibandingkan dengan sistem tangki atap
yang hampir tidak ada fluktuasi tekanannya.
 Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali harus
ditambahkan udara dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air dari dalam tangki tekan.
 Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatis dan bukan sebagai
sistem penyimpanan air seperti tangki atap.
 Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit, maka pompa lebih sering
bekerja dan hal ini dapat menyebabkan keausan pada saklar pompa lebih cepat.

d. Sistem tanpa tangki

Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan, atau pun atap. Atap
dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa
utama.Tekanan air dan kecepatan aliranPengaturan tekanan air dalam pipa adalah perencanaan perpipaan
yang utama agar tekanan di semua pipa sama. Tekanan yang rendah akan mengakibatkan kapasitas volume
air yang keluar menjadi rendah dan mempengaruhi peralatan yang membutuhkan tekanan yang tinggi.
Tekanan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan rusaknya pengatur air dan pipa sehingga dapat
mengakibatkan kebocoran.Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi dapat menambah kemungkinan
timbulnya pukulan air, dan menimbulkan suara berisik dan kadang-kadang menyebabkan ausnya permukaan
dalam dari pipa. Di lain pihak, kecepatan yang terlampau rendah ternyata dapat menimbulkan efek kurang
baik dari segi korosi, pengendapan kotoran, ataupun kualitasair. Biasanya digunakan standar kecepatan
sebesar 0.9-1.2 m/detik, batas maksimal berkisar antara 1,5-2m/detik.Dasar Perhitungan Untuk
memperhitungkan kebutuhan alat plambing dan kebutuhan air yang diperlukan dalam suatu bangunan
gedung, harus diketahui jumlah populasi pengguna gedung tersebut. Dari jumlah populasi tersebut dapat
dihitung kebutuhan volume air berdasarkan pada rasio penggunaan air dalam 1 m3 yang disesuaikan dengan
jenis kegiatannya. Hal yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan perpipaan air bersih adalah :

― Rencana perpipaan harus digambar dalam denah Plumbing serta Diagram Isometri dimana dapat
diketahui jalur-jalur instalasi pipa itu diletakkan.

― Pemasangan pipa di dalam bangunan gedung dilaksanakan setelah pasangan bata dan sebelum pekerjaan
plesteran dan acian, fungsi untuk menghindari bobokan yang menyebabkan keretakan dinding.

― Pemasangan perpipaan di luar bangunan seperti pipa saluran air hujan dikerjakan setelah pekerjaan
plesteran diselesaikan.

― Pipa yang melewati plat dak atau balok atau kolom beton harus dipasang sparing atau pemipaan terlebih
dahulu sebelum dilaksanakan pengecoran.

― Pipa yang posisi/letaknya sudah betul segera ditutup dengan plug/dop yang tidak mudah lepas
(menghindari kotoran/adukan masuk sehingga terjadi penyumbatan).

― Hindari belokan pipa/ knik pipa dengan pembakaran.

― Posisi pipa pada kamar mandi harus disesuaikan dengan saniter

― Rencana instalasi air bersih diletakkan pada perempatan nat

keramik/as keramik, simetris dengan luas keramik.

― Setelah instalasi terpasang segera diadakan test tekanan pipa :

o Untuk pipa Gip maximum 10 Bar


o Untuk pipa PVC maximum 6 Bar
Peraturan tentang perpipaan adalah sebagai berikut:

― SNI 03-6481-2000 Sistem Plumbing

― SNI 03-7065-2005 Tata Cara Perencanaan Plambing

― SNI 03-8153-2015 Sistem Plambing pada Bangunan Gedung

3. Sistem Pemipaan Air Buangan/Limbah

a. Jenis Air Buangan/Limbah

Air buangan atau air limbah, adalah seluruh jenis cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran
manusia, hewan, bekas tumbuhan-tumbuhan, maupun yang mengandung sisa-sisa proses

dari industri.Air buangan dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

o Air kotor : air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan mengandung
kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing lainnya.
o Air bekas : air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak mandi (bathtub),
bak cuci tangan, bak dapur dsb.
o Air hujan : dari atap, halaman dsb.
o Air buangan khusus: yang mengandung gas, racun, atau bahanbahan berbahaya sseperti yang
berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di RS,
rumah pemotongan hewan, air buangan dari PLTN atau laboratorium penelitian atau pengobatan
yang menggunakan bahan radioaktif.

b. Klasifikasi sistem pembuangan air

1) Klasifikasi menurut jenis air limbah/buangan

a) Sistem pembuangan air kotor

Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan yang dilalui air kotor dari kloset, peturasan,
dan lain-lain dalam gedung dikumpulkan dan dialirkan keluar.

b) Sistem pembuangan air bekas

Sistem pembuangan air bekas adalah sistem pembuangan yang air bekas dalam gedung dikumpulkan
terlebih dahulu lalu secara bersama dialirkan ke luar.

c) Sistem pembuangan air hujan

Sistem pembuangan air hujan adalah sistem pembuangan yang dikhususkan untuk air hujan dari atap
gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar.

d) Sistem air buangan khusus

Sistem air buangan khusus adalah sistem pembuangan untuk air buangan khusus. Pada sistem ini
disediakan peralatan pengolahan yang tepat pada sumbernya dan baru kemudian dimasukkan ke dalam riol
umum.

e) Sistem pembuangan air dari dapur

Sistem yang diperuntukkan khusus untuk air limbah yang berasal dari bak cuci di dapur.

2) Klasifikasi menurut cara pembuangan air

a) Sistem pembuangan air campuran

Sistem pembuanagn ini merupakan sistem pembuangan, yang segala macam air buangan dikumpulkan ke
dalam satu saluran dan dialirkan ke luar gedung, tanpa memperhatikan jenis air buangannya.

b) Sistem pembuangan terpisah

sistem pembuangan terpisah adalah sistem pembuangan,dimana setiap jenis air buangan dikumpulkan dan
dialirkan ke luar gedung secara terpisah.

c) Sistem pembuangan tak langsung

Sistem pembuangan, dimana air buangan dari beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan dalam satu

kelompok. Pada setiap akhir gabungan perlu dipasang pemecah aliran.

3) Klasifikasi menurut cara pengaliran

a) Sistem gravitasi
Sistem gravitasi adalah sistem yang menggunakan gravitasi untuk mengalirkan air limbah. Oleh karena itu
sistem ini dipengaruhi oleh penempatan peralatan yang lebih tinggi dan dialirkan ke tempat yang lebih
rendah.

b) Sistem bertekanan

Sistem ini menggunakan tekanan tertentu untuk menggerakan air buangan. Air buangan dikumpulkan lebih
dahulu dalam suatu bak penampung kemudian dipompakan ke luar ke dalam riol umum.

4) Klasifikasi menurut letaknya

a) Sistem pembuangan gedung

Sistem pembuangan yang terletak dalam gedung, sampaijarak satu meter dari dinding paling luar gedung
tersebut.

b) Sistem pembuangan di luar gedung atau roil gedung

Sistem pembuangan di luar gedung hingga sampai ke riol umum.

c. Kemiringan pipa dan kecepatan aliran

Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan air buangan secara cepat agar tidak terjadi penyumbatan.
Karena biasanya air buangan mengandung zat padat. Dengan demikian pipa buangan harus mempunyai
ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus
dialirkan..Secara umum pipa dianggap tidak penuh berisi air buangan, melainkan hanya tidak lebih dari 2/3
terhadap penampang pipa, sehingga bagian atas yang “kosong" cukup untuk mengalirkan udara.

Kemiringan pipa pembuangan harus mampu mengalirkan air limbah dengan kecepatannya tidak kurang dari
0.6 m/detik. Apabila tekanan kurang dari 0,6 m/detik, maka berakibat kotoran dalam air buangan akan
menyumbat pipa. Sebaliknya bila terlalu cepat akan menimbulkan turbulensi aliran yang dapat menimbulkan
gejolak-gejolak tekanan dalam pipa. Disamping itu kemiringan lebih curam dari 1/50 cenderung
menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup dalam perangkap alat plambing.Untuk jalur yang
panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang dari 50 mm karena endapan kotoran ataupun kerak walaupun
dipasang dengan kemiringan yang cukup akan menyumbat.Peraturan tentang perpipaan air bersih adalah :

o SNI 03-6481-2000 Sistem Plumbing


o SNI 03-7065-2005 Tata Cara Perencanaan Plambing
o SNI 03-8153-2015 Sistem Plambing pada Bangunan Gedung4) Klasifikasi menurut letaknya

4. Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting)


Sistem pemadam kebakaran (fire fighting system) ddalam bangunangedung merupakan salah satu cara
untuk mencegah secara preventif terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem hidran
dan fire extinguisher. Pada fungsi bangunan gedung tertentu yang terkait dengan sumber timbulnya
kebakaran (seperti kimiawi) digunakan juga sistem fire gas.

a. Sistem Sprinkler

Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head springkler sebagai alat utama untuk
memadamkan kebakaran.Sistem ada 2 macam, yaitu:

o Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan air
selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
o Dry Riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan, peralatan penyedia air
akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alar memerintahkannya.Pada umumnya
gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet riser, seluruh pipa sprinkler berisikan air
bertekanan, dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.

b. Sistem Hydran

Sistem ini menggunakan instalasi hydran sebagai alat utama pemadam kebakaran, yang terdiri dari box
hydran dan accesories, pilar hydran dan siemese. Kotak Hydran dan perlengkapan instalasinya (selang
(hose), nozzle) atau disebut juga dengan Fire House Cabinet (FHC) biasanya ditempatkan dalam gedung,
sebagai antisipasi jika sistem sprinkler dan sistem fire extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di dalam
gedung. Sedang Pilar hydran (yang dilengkapi juga dengan box hydran disampingnya, untuk menyimpan
selang (hose) dan nozzle) biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar gedung, digunakan jika sistem
kebakaran di dalam gedung tidak memadai lagi. Dan Siemese berfungsi untuk mengisi air ground tank
(sumber air hydran) tidak memadai lagi atau habis. Siemese ditempatkan di dekat di dekat jalan utama. Hal
ini untuk memudahkan dalam pengisian air.System Hydran ini juga terdiri dari 2 system, yaitu:

o Wet riser system: Seluruh instalasi pipa hydran berisikan air bertekanan dengan tekanan yang selalu
dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
o Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydran tidak berisikan air bertekanan, peralatan penyedia
air akan secara otomatis jika katup selang kebakaran di buka. Sistem pemadam kebakaran pada
bangunan gedung diatur melalui pengaturan sebagai berikut :

― Permen PU No. 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis BG

― Permen PU No. 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan dan
Lingkungan

― SNI 03_1735_2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Dan Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran

― SNI 03-6571-2001 Sistem Pengendalian Asap Kebakaran

― SNI 03-3989- 2000 Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatik Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung

― SNI 03-3985-2000 Tata Cara Perencanaan Sistem Deteksi Dan Alarm Kebakaran

― SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sarana Jalan Ke Luar Untuk Penyelamatan
Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
― SNI 03-1745-2000 Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran.

― SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif.

5. Sistem Fire Alarm (Fire Protection)

Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem pengindra api) adalah suatu
sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian
memberiperingatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual
dengan dengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire fighting).Peralatan utama dari sistem
protection ini adalah MCFA (Main Control Fire Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel
(FACP). MACP berfungsi meneriman sinyala masuk (input signal) dari detector dan komponen pendeteksi
lainnya (Fixed Heat detector dan smoke detector).

a. Jenis Sistem Pendeteksian

Terdapat 3 sistem pendeteksian, yaitu:

1) Non Addresable System

Sistem ini disebut juga dengan sistem konvensional. Sistem ini pada umumnya digunakan pada
bangunan/area supervisiberskala kecil, seperti perumahan, pertokoan,perkantoran, dan lain-lain
2) Semi Addresable System

Pada sistem ini dilakukan pengelompokan pada alat pendeteksi dan alat penerima masukan (input)
berdasarkan lingkup pengawasan (supervisory area). Masing-masing lingkup dikendalikan (baik input
maupun output) oleh zona kontroler yang mempunyai alamat/adress yang spesifik. Pada saat alat
pendeteksi atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O)
berdasar zona kontroler yang mengumpulkannya.Dalam kontruksinya tiap lingkup detteksi dapat terdiri dari:

o Satu lantai dalam bangunan gedung dana atau,


o Beberapa ruang yang berdekatan pada satu lantai di sebuah gedung dana atau,
o Beberapa ruang yang mempunyai fungsi antara atau resiko kebakaran yang sama dalam satu
gedung.

Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjado gejala kebakaran, sehingga dengan demikian
tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada zona tersebut.
3) Full Addresable System

Merupakan pengembangan dari sistem semi adresibble. Sistem ini menggunakan address/alamat. Setia
detector memeliki alamat ini. Setiap alamat mempunyai ID khusus sesuai dengan

lokasi perangkatnya, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat diketahui lokasinya. Dengan demikian
penanganan proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik

yang diperkirakan mengalami kebakaran. Sistem ini banyak digunakan untuk bangunan bertingkat, seperti :
perkantoran,

6. Sistem Transportasi

Sistem transportasi sebagai sistem yang mendukung kelancaran pergerakan manusia dan barang
merupakan sistem yang penting dalam peningkatan fungsi bangunan gedung. Sistem transportasi dalam
bangunan gedung terdiri dari :

a. Sistem transportasi vertikal, terdiri dari : lif atau elevator

Elevator atau biasa disebut dengan lif merupakan alat angkut untuk mengangkut orang atau barang
dalam suatu bangunan yang tinggi. Lif dapat dipasang untuk bangunan yang tingginya lebih dari 4 lantai,
karena kemampuan orang untuk naik turun dalam menjalankan tugasnya hanya mampu dilakukan sampai 4
lantai.Lif menurut fungsinya dapat dibagi menjadi empat, yaitu :

o Lif penumpang, (passanger elevator) digunakan untuk mengangkut manusia


o Lif barang, (fright elevator) digunakan untuk menngangkut barang
o Lif uang/ makanan (dumb waiters)
o Lif pemadam kebakaran (biasanya berfungsi sekaligus sebagai lift barang)
Untuk menentukan kriteria perancangan lift penumpang yang perlu diperhatikan adalah : tipe dan fungsi
bangunan gedung, jumlahlantai, luas tiap lantai, serta interval antar lantai.Bentuk dan macam lif tergantung
pada fungsi dan kegunaan gedung, yaitu :

1) Lif Penumpang (yang tertutup)

Lif yang terdapat di bangunan perkantoran dengan 4 sisi tertutup.

2) Lif Penumpang (yang transparan)

Lif yang salah satu atau semua sisi interiornya tembus pandang (kaca) biasanya disebut juga lif panorama. Lif
ini biasanya diletakkan di hall.

3) Lif untuk Rumah Sakit

Lif untuk rumah sakit mempunyai dimensi memanjang sesuai dengan panjang tempat tidur pasien dengan 2
pintu pada sisinya.

4) Lift untuk kebakaran (barang)

Lif untuk kebakaran mempunyai ruang yang tertutup, interior sederhana, digunakan jika terjadi kebakaran.
Interiornya harus tahan kebakaran minimal 2 jam dengan ruang peluncurnya terbuat dari beton (dinding
tahan api). Kenyamanan lif tergantung dari kecepatan dan bobotnya. Kecepatan lif tergantung dari jumlah
lantai. Sedangkan bobot lif tergantung dari jumlah penumpang dalam lif tersebut.

b. Sistem transportasi diagonal (miring) : eskalator dan tangga

1) Eskalator

Eskalator adalah suatu alat angkut yang lebih dititik beratkan pada pengangkutan orang dengan arah yang
miring dari lantai bawah miring ke lantai atasnya. Standart kemiringan antara 30-350

. Dengan kemiringan lebih dari 100 sudah masuk kategori escalator.Panjang escalator disesuaikan dengan
kebutuhan, lebar untuk satu orang kurang lebih 60 cm, untuk 2 orang sekitar 100-120 cm. Mesin escalator
terletak dibawah lantai. Karena terdiri dari segmen tiap anak tangga maka escalator dapat diset untuk
bergerak maju atau mundur.

2) Tangga (stairs)

Tangga merupakan alat tranportasi dalam gedung yang paling konvensional. Tangga adalah jalur bergerigi
(mempuyai trap –trap) yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi
sebagai jalan untuk naik dan turun antar lantai tingkat.
Dalam merencanakan tangga terdapat beberapa unsur yang paling penting dan patut dicermati, yakni
kenyamanan, keamanan dan keindahan. Tangga yang nyaman apabila, tangga mudah dilalui dan tidak
membuat orang mudah lelah maupun bosan saat menapakinya. tangga yang aman, apabila tangga yang
direncanakan dengan konstruksi yang kokoh sehingga mampu menampung beban manusia. Tangga selain
aman dan nyaman, semestinya dibuat mendukung tampilan ruang secarakeseluruhan, baik itu proposi
ukuran maupun dimensi tangga terhadap sebuah ruang.

Syarat – syarat perletakan tangga :

o Letak tangga harus dibuat mudah dilihat dan dicari oleh orang yang akan menggunakannya.
o Jarak pencapaian tangga sebaiknya sama dari semua arah sirkulasi.
o Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan ruang lain, agar orang yang naik turun tangga tidak
mengganggu aktifitas penghuni yang lain.
o Apabila tangga ditujukan sebagai jalan darurat, pada perencanaannya harus diletakan dekat pintu
keluar, agar bila terjadi bencana, penghuni lantai atas dapat turun langsung menuju halaman luar.

c. Sistem transportasi horisontal : travelator atau konveyor

Konveyor merupakan suatu alat angkut untuk orang atau barang dalam arah yang mendatar/horizontal.
Dipasang dalam keadaan datar atau sudut kemiringan kurang dari 10 derajat. Alat ini digunakan dalam jarak
tertentu (gunanya untuk menghemat tenaga). Alat ini dipasang di bandara, terminal, pabrik.

Sistem transportasi dalam bangunan gedung diatur dalam peraturan

sebagai berikut :

― SNI 03-6573-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung

7. Sistem Elektrikal

Sistem elektrikal pada suatu bangunan adalah pemasok energi untuk penerangan, pendinginan,
pemanasan, dan pengoperasian peralatan-peralatan listrik.

― Sistem ini harus dipasang sesuai peraturan instalasi listrik yang berlaku sehingga memenuhi standar
keamanan dan keselamatan bagi penggunanya serta efisien.

― Sistem elektrikal untuk penerangan harus diintegrasikan dengan sistem pancahayaan pasif dari desain
jendela dan bukaan-bukaan pada bangunan.

― Umumnya daya listrik diperoleh dari perusahaan pemasok energi

listrik PLN.

― Untuk beberapa hal sumber cadangan listrik berupa generator sering digunakan untuk kondisi darurat,
seperti untuk lift, pompa kebakaran, lampu pintu emergensi, telepon, alarm, peralatan kedokteran dirumah
sakit, alat-alat di laboratorium, pabrik, dsb.

Sistem Distribusi Listrik dalam Bangunan Gedung

Sistem distribusi listrik dalam bangunangedung dapat dilhat pada diagram di bawah ini.
Sistem elektrikal dalam bangunan gedung diatur dalam peraturan sebagai berikut :

― SNI 04-0225-1994 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000

8. Sistem Penangkal Petir

Sistem penangkal petir adalah suatu sistem untuk menangkal atau

mencegah bangunan dari sengatan petir. Ruang lingkup pekerjaan darisystem penangkal petir di suatu
bangunan meliputi 4 pekerjaan utama,

yaitu:

― Pemasangan instalasi terminal udara (air terminal)

― Pemasangan instalasi pernghantar pertanahan (down conductor)

― Pemasangan instalasi terminal dan elektroda pertanahan.

― Pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan tersebut diatas, seperti

pembuatan bak kontrol.

a. Air Terminal (Terminal Udara)

Sistem air terminal ini harus mampu melindungi seluruh bangunan

serta sekelilingnya dari sambaran petir dan tidak mempengaruhi peralatan elektrik yang ada dalam
bangunan. Terminal udara (air terminal) yang digunakan ada 3 macam, yaitu:

sistem konvensional air terminal, sistem radio aktif air terminal dan sistem elektrostatik.
b. Down Conductor (penghantar)

Down conductor terdiri dari satu jalur menghubungkan secara listrik dengan sempurna antara air terminal
dengan sistem pertanahan. Down conductor terdiri dari kabel korial (kabel BC) dari air terminal hingga kotak
sambung (junction box) di lantai dasar.

c. Sistem Pembumian (Grounding System)

Elektroda pertanahan harus dimasukan ke dalam tanah secara vertical, batang tembaga harus dilindungi
terhadap korosi dengan serbuk arang disekitar tembaga.

d. Pekerjaan Bak KontrolDiantara penunjang dari sistem penangkal petir adalah bak kontrol untuk
melindungi perkabelan dan sistem pembumian.
Gambar di bawah ini merupakan Sistem Penangkal Petir KonvensionaSistem Penangkal Petir untuk
Bangunan Tinggi

Penangkal petir untuk bangunan tinggi menggunakan sistem penangkal petir elektrostatis. Penangkal petir
elektrostatis merupakan penangkal petir modern dengan menggunakan sistem E.S.E (Early Streamer
Emision). Sistem E.S.E bekerja secara aktif dengan cara melepaskan ion dalam jumlah besar ke lapisan udara
sebelum terjadi sambaran petir. Pelepasan ion ke lapisan udara secara otomatis akan membuat sebuah jalan
untuk menuntun petir agar selalu memilih ujung terminal penangkal petir elektrostatis ini dari pada area
sekitarnya. Dengan sistem E.S.E ini akan meningkatkan area perlindungan yang lebih luas dari pada sistem
penangkal petir konvensional. Berikut ini adalah perbandingan penangkal petir elektrostatis dengan
penangkal petir konvensional :

a. Penangkal Petir Konvensional

o Membutuhkan banyak kabel


o Daerah perlindungan terbatas, area perlindungan hanya sebatas air terminal yang melekat pada
bangunan.
o Lebih mahal bila diterapkan untuk area perlindungan yang luas.
o Membutuhkan banyak arde. Membutuhkan banyak air terminal di atap
o Akan memiliki kecenderungan mengganggu estetika bangunan rumah anda.
o Bentuk ujung terminal yang runcing dalam jumlah banyak akan sangat berbahaya bagi petugas
pemeliharaan gedung atau pekerja yang bekerja di atap.

b. Penangkal Petir Elektrostatis

o Tidak banyak membutuhkan komponen maupun kabel


o Area perlindungan lebih luas antara 50-150 m
o Lebih murah untuk area perlindungan yang luas
o Pada umumnya hanya membutuhkan 1 arde.
o Hanya membutuhkan 1 terminal untuk radius tertentu.
o Perawatan dan pemasangan pada bangunan yang mudah. Merupakan pilihan yang tepat dan tidak
mengganggu estetika bangunan anda.
o Bertindak sebagai pencegah interferensi perangkat komunikasi anda.
o Lebih aman bagi pekerja yang akan melakukan perawatan.
o Dari perbandingan diatas maka untuk area perlindungan luas antara radius 50-150 m penangkal
petir elektro statis merupakan pilihan yang tepat dan lebih murah dibandingkan penangkal petir
konvensional.

Ada prinsipnya penggunaan penangkal petir elektrostatis efektif untuk bangunan dengan skala besar.
Bangunan gedung yang disarankan menggunakan penangkal petir elektrostatis :

― Gedung-gedung bertingkat tinggi, menengah dan rendah meliputi : Perkantoran, Rumah sakit, sekolah,
universitas, hotel, gudang, pabrik, Mall, Ruko dan lain-lain.

― Instansi Militer meliputi : Kantor, tower telekomunikasi, gudang amunisi dan lain-lain.

― Sarana Ibadah : Bangunan masjid, Gereja, Vihara, Candi.

― Sarana Olah raga : Lapangan golf, sepak bola, tenis dan lain-lain.

― Pertambangan : Tangki tangki, Gas stationSistem penangkal petir dalam bangunan gedung diatur dalam
peraturan sebagai berikut :

― SNI 03-7015-2004 Sistem proteksi-petir pada bangunan gedung

9. Sistem Data

Sistem data adalah teknologi informasi yang dikembangkan dengan menggunakan komputer yang
disatukan melalui jaringan tertentu baik menggunakan kabel atau sinyal. Sistem data adalah sistem informasi
data antar komputer baik dalam gedung (intranet), antar lokasi (ekstranet) dan public (internet), sehingga
pembagian data dapat dilakukan dengan efisien dan rahasia. Sistem ini berupa jaringan kabel untuk
mendistribusikan berbagai data tersebut.Sistem data tersebut masuk di dalam jaringan komputer adalah
sebuah kumpulan komputer, printer dan peralatan lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan. Informasi
dan data bergerak melalui kabel-kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan
komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan bersama-sama
menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Setiap komputer, printer atau periferal
yang terhubung dengan jaringan disebut node. Jenis-Jenis Jaringan Komputer

Secara umum jaringan komputer dibagi atas lima jenis, yaitu ;

a. Local Area Network (LAN)

Local Area Network (LAN), merupakan jaringan milik pribadi di dalam sebuah gedung yang berukuran sampai
beberapa kilometer. LAN seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan
workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrikpabrik untuk memakai bersama sumberdaya
(resouce, misalnya printer) dan saling bertukar informasi.

b. Metropolitan Area Network (MAN)/Extranet

Metropolitan Area Network (MAN), pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan
biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan
yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta)
atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi
kabel.

c. Wide Area Network (WAN) Wide Area Network (WAN), jangkauannya mencakup daerah geografis yang
luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari kumpulan mesin-mesin yang
bertujuan untuk menjalankan program-program (aplikasi) pemakai.

d. Internet

Internet adalah jaringan luas dan bebas yang dapat menghubungkan melalui komunikasi antara orang di
seluruh dunia. Orang yang terhubung ke jaringan berharap untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain yang
terhubung ke jaringan lainnya. Namun perangkat dan program aplikasi serta sistem yang digunakan sering
berbeda. Biasanya untuk melakukan hal ini diperlukan sebuah mesin yang disebut gateway guna melakukan
hubungan dan melaksanakan terjemahan yang diperlukan, baik perangkat keras maupun perangkat
lunaknya. Kumpulan jaringan yang terinterkoneksi inilah yang disebut dengan internet.

Jaringan Tanpa Kabel

Jaringan tanpa kabel merupakan suatu jaringan komunikasi yang tidak bisa dilakukan dengan jaringan yang
menggunakan kabel. Kebutuhan terhadap jaringan tanpa kabel adalah perangkat yang bergerak seperti
laptop, handphone dan sebagainya. Saat ini jaringan tanpa kabel banyak digunakan dengan memanfaatkan
jasa satelit dan mampu memberikan kecepatan akses yang lebih cepat dibandingkan dengan jaringan yang
menggunakan kabel. Jaringan tanpa kabel juga banyak digunakan karena tingkat fleksibilitas dan kemudahan
yang tinggi. Tanpa adanya kabel maka akan mempermudahn penataan peralatan dan perlengkapan dalam
bangunn gedung

Sistem Data dalam Jaringan

Jaringan sistem data saat ini sangat penting. Saat ini seluruh kegiatan dalam bangunan gedung
membutuhkan sistem ini dan wajib direncanakan terlebih dahulu. Data biasanya tersimpan pusat jaringan
dan data yang dinamakan server. Server ini yang bertugas untuk membagi seluruh kegiatan dalam jaringan
sehingga data dalam jaringan tersebut aman. Dari server tersebut disusun jaringan baik dengan kabel
maupun tidak menggunakan kabel atau non kabel (sinyal) hingga pengguna komputer dapat menggunakan
data dan berkomunikasi dengan pengguna computer lainnya. Sedemikian pentingnya server tersebut
sebagai penyimpan data, maka harus dihindari dari pengaruh yang merusak. Hal-hal yang hatus
dipertimbangkan secasra umum terhadap perencanaa sistem dan jaringan data dalam bangunn gedung
antara lain :

― Perencanaan lokasi ruang untuk server yang bebas dari pengaruh kerusakan. Sebaiknya bangunan untuk
server terletak terpisah dari bangunan lain. Apabila lokasi tidak dimungkinkan, maka diperlukan keamana
pada ruang server tersebut dari kebakaran, gempa dan keruntuhan bangunan.

― Keamanan server dari pengrusakan oleh manusia secara sengaja, sehingga ruang server diberi
pengamanan twingkat tinggi bik dari bahan bagunan yang digunakan maupun aksesibiltas dari manusia.
― Jaringan data yang menggunakan kabel harus diletakkan pada tempat yang kering atau tidak terkena oleh
air dan bebas dari pengaruh radiasi yang dapat mengganggu.

― Jaringan kabel diletakkan pada lokasi yang terbebas dari pengaruh kerusakan dari peralatan lain dan harus
diberi tanda di atas jaringan tersebut.

Diagram jaringan data secara umum diperlihatkan pada diagram ini.

10. Sistem CCTV

CCTV merupakan kepanjangan dari Closed Circuit Television. Secara harafiah diartikan sebagai jalur televisi
tertutup. Pengertiannya adalah sebuah CCTV sistem bersifat tertutup dari lingkungan umum, atau kata lain
yang dapat mengakses CCTV sistem tersebut adalah hanya bagian atau orang tertentu saja. Fungsi CCTV
adalah sebagai alat pemantau terhadap lingkungan tertentu unyk menghindari atau mengetahui kejadian
yang terjadi baik terjadinya kejahatan, kecelakaan atau situasi tertentu. Selain sebagai pemantau, fungsi
CCTV dapat merekam kejadian yang ada sehingga dapat menyelusuri kejadian tersebut bilamana
dibutuhkan. Secara prinsip, CCTV terdiri dari kamera sebagai input dan televisi (layar) sebagai output. Dari
televise tersebut maka orang dapat memantau dari jauh terhadap situasi yang terjadi. Perkembangan
teknologi CCTV yaitu :

Penggunaan jaringan non kabel (sinyal) sehingga pengaturan jaringan tidak terganggau oleh pemasangan
kabel.Penggunaan internet berdampak pada system pemantauan dapat dilakukan di berbagai tempat baik
dalam gedung maupun diluar gedung serta pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan alat
handphine (mobile). Teknologi CCTV telah menggunakan infra merah sehingga dapat melihat dalam gelap,
bberwarna dengan jumlah pixel yang tinggi sehingga obyek dapat tertangkap dengan jelas. Kemampuan
kamera dapat digerakkan berbagai arah dan kemampuan zoom yang memadai. Rencana penempatan
kamera harus diletakkan pada tempat yang penting yaitu :

― Lokasi yang rawan (sepi) : halaman belakang, jalan samping bangunan, lorong;

― tempat yang ramai (kerumunan manusia) : pintu masuk, hall/lobby, ruang pertemuan;

― tempat yang terdapat barang berharga : tempat penyimpanan emas, uang, permata dan sebagainya;

― tempat transaksi uang atau benda berharga lainnya : kasir, dan sebagainya;

― tempat yang mempunyai dapat mengakibatkan dampa besar : pintu air, jalan, area pembuatan dan
gudang senjata, nuklir dan sebagainya. ― Penempatan cctv tidak mudah dicapai orang dan tidak mudah
dicuri atau diganggu.

― Perhitungkan kebutuhan dari kabel,

― Perletakan pemantau dapat mengakses posisi kamera secara mudah.

GambarGambar diagram jaringan cctv sebagai berikut:


11. BAS (Building Automation System)

Building automation system (BAS) adalah sebuah pemrograman, komputerisasi, intelligent network
dari peralatan elektronik yang berfungsi sebagai alat pemantauan pendeteksi terhadap sistem mekanis dan
sistem penerangan dan penghawaan buatan dalam bangunan gedung yang dilakukan secara otomatis. BAS
mengoptimasi start-up dan performansi (keandalan) dari peralatan HVAC dan sistem alarm. BAS menambah
dalam jumlah besar interaksi dari mekanikal subsistem dalam gedung, meningkatkan kenyamanan pemilik,
minimasi energi yang digunakan, dan menyediakan off-site kontrol gedung. BAS berbasis kontrol komputer
untuk mengkoordinasi, mengorganisasi, danmengoptimasi kontrol subsistem pada gedung seperti
keamanan, kebakaran/keselamatan, elevator, dan lain-lain Elemen dalam system BAS

a. Controller

Controller yang digunakan biasanya terdiri dari satu atau lebih PLC (Programmable Logic Controllers),
dengan pemrograman tertentu. PLC dalam BAS digunakan untuk mengontrol peralatan yang biasanya
digunakan dalam sebuah gedung.

b. Occupancy Sensor

Sensor dapat digunakan untuk jadwal secara harian misal : pintu terkunci setelah jam 18.00. Setelah jam
18.00 seluruh pjntu akan terkunci sea otomatis. Perlakuan ini dapat disetel tergantung dari perencanaa
jadwal hariannya.

c. Lighting

Lighting dapat dinyalakan maupun dimatikan dengan Building Automation System berdasarkan waktu
harian, atau pengatur waktu dan sensor. Contoh sederhana sistem tersebut adalah menyalanya lampu pada
suatu ruang setelah setengah jam orang terakhir keluar dari ruangan tersebut. Lampu akan padam atau
menyala berdasarkan pada sensor lumen pada ruang tersebut.

d. Smoke and fire handler

BAS dapat mengatur, memantau adanya asap dalam ruang, sehingga apabila berkelebihan dapat dilakukan
pembuangan asap secara otomatis. Demikian juga apabila terjadi kebakaran atau panas yang berkelebihan,
maka sistem-sistem akan bekerja untuk mematikan sumber api atau menurunkan suhu yang tinggi sedjni
mungkin. Sensor tersebut akan melakukan notifikasi dan informasi terhadap pemantau, sehingga dapat
dilkukzb secara tepat dan cepat.

e. Air Handler
Air handler digunakan untuk mengatur keluar masuknya udara dalam gedung. Pengaturan ini dilakukan
untuk menjaga agar udara tetap sesuai dengan kebutuhan serta kesehatan manusia yang ada dalam gedung
tersebut.

f. Central PlantCentral Plant dibutuhkan untuk menyuplai air-handling unit dengan

air.

g. Alarms and Security

Banyak Building Automation System memiliki kemampuan alarm. Jika sebuah alarm dideteksi, alarm
tersebut dapat diprogram untuk memberitahukan seseorang. Pemberitahuan dapat dilakukan melalui
komputer, pager maupun suara alarm. Sistem sekuriti dapat disambungkan pada building automation
system. Jika occupancy sensor ada, maka sensor tersebut dapat juga digunakan sebagai

o alarm pencuri.

Anda mungkin juga menyukai