Anda di halaman 1dari 38

PERENCANAAN DAN

PERSIAPAN
PELAKSANAAN
Menggambar Teknik
1. PEMBUATAN GAMBAR RENCANA

 Sebelum gambar rencana dibuat, yang pertamakali perlu diketahui dahulu adalah tentang
kekuatan tanah di tempat akan berdirinya bangunan, yaitu dengan mengambil sampel
tanah yang akan diuji di laboratorium .
 Selanjutnya dapat direncanakan bentuk pondasi dengan ukuran-ukurannya.
 Kemudian dimulailah pembuatan gambar rencana, dimana gambar rencana tersebut
terdiri atas denah, tampak muka, tampak ,tampak belakang,dan potongan arah melintang
dan arah memanjang.
 Selanjutnya dibuatlah denah rencana pondasi, denah rencana lantai (bila perlu), denah
rencana atap, denah rencana plafond, denah rencana penempatan kusen, denah rencana
instalasi air bersih dan air kotor (termasuk drainase), penjelasan-penjelasan yang
diperlukan, dan gambar situasi.
 Gambar situasi dibuat dengan skala yang kecil, sedangkan gambar penjelasan dibuat
dengan skala yang lebih besar. Pada gambar situasi harus dimuat jalan-jalan yang ada di
muka kanan atau kiri bangunan yang akan didirikan. Demikian pula jika ada selokan-
selokan atau bangunan yang telah ada.
Secara garis besarnya, biasanya gambar-gambar bangunan
tersebut (gambar bestek) dikelompokkan dalam tiga katagori kelompok gambar yakni,
kelompok gambar-gambar arsitektur (gambar situasi, denah, tampak, potongan, perspektif,
dan lainnya), kelompok gambar-gambar struktur (pondasi, konstruksi beton, atap, plafond,
dll.), dan kelompok gambar-gambar mekanikal/elektrikal (instalasi listrik, pembaharuan
udara, detektor panas, instalasi alat pengangkat benda, dll.)
Gambar ini diperlengkap dengan gambar situasi dan gambar-gambar potongan/ penjelasan,
yang merupakan gambar bestek.
Gambar inilah yang diperlukan untuk membuat perhitungan anggaran biaya.

Skala yang pada umumnya digunakan dalam ilmu bangunan adalah sebagai berikut :
1. Untuk gambar rencana bangunan kecil dan sedang ; 1 : 50 atau 1 : 100
2. Untuk gambar rencana bangunan besar ; 1 : 200
3. Untuk gambar situasi ; 1 : 500 atau 1 : 1000
4. Untuk gambar kerja dan detail (penjelasan) sedang ; 1 : 10, 1: 20
5. Untuk gambar detail yg khusus : 1 : 5 atau 1 : 1.
1.1. DENAH
Denah bangunan adalah gambaran tata letak ruang yang ada dalam bangunan tersebut, yang merupakan
proyeksi dari arah atas dari bangunan itu sendiri yang sebelumnya seakan akan bangunan itu dipotong
(dipancung) horizontal setinggi mata seseorang yang sedang berdiri ( sekitar 160 cm dari tempatnya berdiri).

Denah bangunan perlu direncanakan harus baik dan benar sesuai dengan kebutuhan sesuai fungsinya, karena
pengaturan ruangan dalam denah akan berpengaruh terhadap kebutuhan tata-letak peralatan bangunan/rumah
dan furniture yang akan ditempatkan pada ruang tersebut, dan juga akan berpengaruh terhadap pergerakan
seseorang dalam bangunan. Oleh karenanya dalam peraturan-peraturan yang ada telah ditetapkan ukuran
panjang dan lebar minimal untuk setiap ruang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.

Gambar denah biasanya menampilkan perletakan dinding (dinding bata merah dengan adukan biasa maupun
trasraam, dinding beton ataupun dinding partisi lainnya jika ada), perletakan kusen jendela/penerangan atas
dan pintu yang dilengkapi dengan arah membukanya, perletakan bak mandi dan closet (pada ruang kamar
mandi) perletakan meja dapur yang dipasang permanen, perletakan lemari yang menyatu permanen dengan
dinding, dan perletakan-perletakan instrumen bangunan atau furniture lainnya yang dipasang permanen pada
bangunan tersebut.

Menggambar Teknik
Selain gambar perletakan instrumen, setiap ruang diberi ukuran ketinggian lantai (peil) dan
nama ruangan sesuai dengan fungsinya (teras, selasar, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan,
ruang belajar, ruang bekerja, ruang perpustakaan, ruang praktek (biasanya untuk rumah seorang
yang berprofesi sebagai dokter dsj.), dapur, gudang, kamar mandi, tempat cuci pakaian dll.).
Dan setiap ruang ditentukan titik duganya/peil/ketinggian lantai ( misalnya untuk ruang tamu
ditentukan titik duganya + 0.00, terras – 0.03, dapur – 0.03, kamar mandi -0.10 dsb.).

Setiap ukuran ruang (panjang dan lebar) harus jelas terbaca pada garis ukur yang telah
ditentukan. Pada denah bangunan rumah atau bangunan yang sederhana, garis ukur ini biasanya
merupakan juga sebagai garis sumbu dari dinding. Ukuran ruang tersebut biasanya diletakkan
diatas atau ditengah- tengah diantara garis ukur tersebut dan sejajar dengan garis ukur yang
bersangkutan.

Pada gambar denah, perlu diberi garis atap yang direncanakan, dan diberi garis potongan untuk
arah memanjang maupun melintang. Untuk bangunan sederhana, gambar denah lantai satu
biasanya diletakkan pada kertas gambar bagian bawah sebelah kiri, sedangkan untuk gambar
denah lantai berikutnya diletakkan sebelah kanannya denah lantai pertama.
1.2. TAMPAK

Tampak bangunan adalah gambaran bangunan yang dipandang dari luar bangunan (biasanya dipandang
dengan arah yang frontal). Gambar tampak bangunan yang ditampilkan biasanya gambar tampak yang
dipandang dari arah depan/muka bangunan (tampak-muka), gambar tampak yang dipandang dari arah
samping (tampak-samping kiri, dan tampak-samping kanan), serta yang dipandang dari arah belakang
(tampak-belakang).

Posisi atau tempat gambar tampak-muka tersebut dalam kertas gambar, diletakkan persis sebelah atas dari
gambar denahlantai pertama, sedangkan gambar tampak- samping biasanya diletakkan berjejer sebelah
kanan dari gambar tampak-muka, dan seterusnya gambar tampak-belakang ditempatkan berikutnya secara
berurutan. Setelah itu baru ditampilkan gambar potongan melintang dan memanjang.

Gambar-gambar tampak tersebut, walaupun secara sistematika penampilan gambarnya diletakkan dengan
nomor urutan gambar setelah gambar-denah, akan tetapi dalam prakteknya baru bisa digambar setelah
gambar potongan ada (dibuat). Karena posisi semua instrumen bangunan yang ada pada tampak hanya bisa
ditentukan dengan tepat dan benar pada gambar potongan.
1.3. POTONGAN

Gambar-gambar potongan melintang dan memanjang dibuat untuk memperlihatkan


bentuk konstruksi dengan segala ukurannya (baik ukuran-ukuran instrumen konstruksi
bangunan maupun posisi ketinggian dari instrumnen konstruksi bangunan tersebut).
Yang dimaksud dengan instrumen bangunan disini adalah mulai dari pondasi, dinding
dan kusennya, serta rangka atap.

Gambar potongan ini dibuat terlebih dahulu, sebelum gambar-gambar tampak dibuat.
Karena gambar tampak itu sendiri penampilannya mengambil dari gambar potongan
yang sudah jelas ukuran-ukurannya dan penempatan-penempatan instrumennya.

Penempatan gambar potongan dalam kertas gambar adalah urutannya setelah


penempatan gambar tampak.
1.4. DENAH RENCANA PERLETAKKAN KONSTRUSI
DAN DETAILNYA
Denah perletakkan konstrusi adalah gambaran tampak atas dari perletakkan konstruksi yang kita rencanakan.
Biasanya setiap denah rencana perletakkan konstruksi ini dibuat, selalu diiringan dengan gambar-gambar
detailnya yang merupakan satu unit gambar yang terkait.

Denah-denah perletakkan konstruksi ini diantaranya adalah :

Denah rencana pondasi biasanya dibuat dengan skala 1 : 100, dan dilengkapi dengan detail pondasinya ; pondasi
stall, pondasi setempat dan pondasi lainnya biasanya dibuat dengan skala 1 : 20 atau 1 : 10 bila diperlukan.

Denah rencana lantai dibuat bila dalam perencanaannya sebegitu kompleks. Misalnya, antara ruangan satu sama
lain terdapat beberapa perbedaan ketinggian yang terlihat extrim, atau lantai dari masing-masing ruangan tersebut
dibuat dari material yang berbeda (baik dari jenis material yang berbeda maupun dari cara penyusunannya).
Denah rencana lantai dibuat dengan skala 1 : 100, dan detailnya biasa dibuat dengan skala 1 : 20. Akan tetapi
dalam kondisi rencana lantai yang sederhana tidak sekompleks yang dimaksud diatas, biasanya denah rencana
lantai ini tidak dibuat khusus, karena sudah bisa dilihat dari denah tata letak ruangan dan bisa dilihat dari
penampilan detail pondasi.
Denah rencana penempatan kusen dibuat dengan skala 1 : 100. Gambar detail satu unit kusen (tampak muka, potongan
horizontal, potongan vertikal) biasanya dibuat yang lebih jelas/mendetail dengan skala 1 : 20, dan apabila dari unit-
unit kusen yang dibuat masih ada yang perlu dijelaskan/di-detailkan lagi (detail-detail bentuk/profil, detail assoseries
gantungan, detail sambungan-sambungan yang perlu lebih jelas lagi) bisa dibuat dengan skala 1 : 10 atau 1 : 5.

Denah rencana rangka plafond dibuat dengan skala 1 : 100. Detail sambungannya (antara balok utama dengan balok
utama, antara balok utama dengan balok pembagi, antara balok pembagi dengan balok pembagi, antara balok utama
dengan dinding, dll.) biasa dibuat dengan skala 1 : 20 atau 1 : 10 bila diperlukan. Sambungan balok ravil (tumpang)
biasa digunakan dalam pembuatan sambungan-sambungan rangka plafond ini.

Denah rencana loteng dari kayu bisa dibuat dengan skala 1 : 100, detail sambungannya (antara balok utama dengan
balok utama, antara balok utama dengan balok pembagi, antara balok pembagi dengan balok pembagi, antara balok
utama dengan dinding, dll.) dibuat dengan skala 1 : 20 atau 1 : 10 atau jika ada profil-profil yang akan diekspose bisa
diperjelas lagi dengan skala 1 : 5. Sambungan balok ravil (tumpang) biasa juga digunakan dalam pembuatan
sambungan-sambungan rangka loteng ini.

Denah rencana kap/atap dibuat dengan skala 1 : 100, detail satu unit kuda-kuda bisa dibuat dengan skala 1 : 20 bila
diperlukan ada detail potongannya bisa dibuat dengan skala yang lebih jelas lagi misal 1 : 10.

Denah rencana konstruksi beton biasanya akan menampilkan bentuk dan penulangan kolom struktur, balok struktur
dan plat lantai, sedangkan untuk gambar bentuk dan penulangan pondasi sudah dibuat pada halaman gambar rencana
pondasi.
Denah detail tangga dan potongan tangga biasanya dibuat dengan skala 1 : 20 (akan dilihatkan gambar penulangan
potongan tangganya). Dan untuk menampilkan gambar-gambar assoseries lainnya bisa dibuat dengan detail yang lebih
besar lagi, misalnya untuk memperlihatkan profil-profil yang terdapat pada pagar dan pegangan tangga, dan tempat-
tempat lainnya.

Denah instalasi listrik biasanya untuk menampilkan jaringan kabel yang menghubungkan antara saklar dengan titik
lampu, bisa dibuat dengan skala 1 : 100. Detailnya biasanya berhubungan dengan bentuk atau model titik lampu, saklar,
stop kontak dan zekering-boks digambar dengan skala 1 : 10 atau 1 : 5.

Denah penempatan instalasi gas (bila ada), bisa dibuat dengan skala 1 : 100, sedangkan detail joint-nya bisa dibuat
dengan skala yang lebih besar lagi misalnya 1 : 5.

Denah instalasi detektor panas (bahaya kebakaran), juga dibuat dengan skala 1 : 100, dan detail-detail joint-nya bisa
dibuat dengan skala 1 : 5.

Denah penempatan instalasi pembaharuan udara atau AC (bila diperlukan), dibuat dengan skala sama seperti diatas.

Denah rencana instalasi air bersih dan air kotor. Instalasi air bersih yang dimaksud adalah untuk keperluan air
minum/masak, mandi dan mencuci. Yang dimaksud air kotor disini ada 3 macam yang harus terpisahkan, yang pertama
adalah air limbah dari kamar mandi dan dapur, air limbah dari pembuangan yang mengandung bahan kimia yang
berbahaya untuk kesehatan, dan air limbah dari closet (kotoran manusia) ataupun kotoran hewan (jika ada). Denah
instalasi air bersih dan air kotor ini biasanya dibuat dengan skala 1 : 100, sedangkan detail joint 11 yang terdapat pada
jaringan instalasi bisa dibuat dengan skala 1 ; 20 atau 1 : 10, sedangkan untuk
gambar instrumen lainnya (misal ; septic-tank dan resapan, bak kontrol dll.) biasanya
dibuat dengan skala 1 : 20.
Denah detail kamar mandi dan detail potongannya, biasanya dibuat dengan skala 1 : 20.
Disini yang akan ditampilkan adalah gambar bentuk closet, bak mandi dan lainnya).

Gambar bestek tersebut biasanya dijilid dengan mengggunakan kertas dengan ukuran standar kertas
gambar. (Ao, A1, A2, dst.) sesuai dengan pesanan atau aturan yang ditentukan. Untuk mengetahui nilai
harga bangunan tersebut, maka tenaga ahli perencana itu harus menghitung volume dan harga bangunan
secara keseluruhan atau disebut Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Untuk kelengkapan gambar, biasanya dibuat satu buku yang membuat keterangan rencana kerja dan
syarat-syarat bangunan maupun material yang akan digunakan dan dilaksanakan di lapangan atau disebut
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS). RKS ini merupakan pelengkap dari gambar bestek, dan apabila
dalam gambar bestek ada persyaratan-persyaratan yang tidak tertulis, maka yang tertulis dalam RKS
inilah yang berlaku untuk menyempurnakan gambar bestek tersebut. Oleh karenanya ketiga dokumen
tersebut (gambar bestek, RAB, dan RKS) merupakan persyaratan yang akan dijadikan sebagai pedoman
pelelangan maupun dalam pelaksanaan pekerjaannya nanti di lapangan.
Gambar 1. Denah, tampak, dan
potongan
1.5. PERENCANAAN PENGATURAN RUANG.
1.5.1. Idealnya perencanaan ruangan

Secara idealnya perencanaan ruangan pada dasarnya tidak terlepas dari hal-hal :
• Sifat atau kelakuan dari calon pemakainya (adat istiadat, kebiasaan sehari-hari, dsb.)
• Profesi dari calon pemakai bangunan (guru, dokter, pengacara, montir, juru tulis, teknisi
dan sebagainya)
• Keadaan iklimnya (daerah panas, dingin, pegunungan/dataran tinggi dan sebagainya)
• Arah timur dan baratnya terhadap muka/belakang tumah tersebut.
• Keadaan pada lokasi proyek (fasililas fisilitas yang dapat tersedia misalnya,aliran listrik,
PAM dan sebagainya).
• Bahan-bahan yang akan dipakai.
• Jumlah jiwa yang akan menempati dan seterusnya.
• Kemungkinan untuk diadakan pengembangan atas perluasan bangunan.
Namun jika yang direncanakan tersebut masih tergolong pada bangunan atau rumah
sederhana, maka hal tersebut di atas tidak seluruhnya dapat ditampung atau
dipenuhi. Disamping itu pula untuk perencanaan bangunan atau rumah yang
akan dibangun secara masal (lingkungan perumahan), maka untuk memudahkan
dalam hal pelaksanaan proyek, pengawasan proyek, dan sebagainya, maka
dianjurkan untuk merencanakan rumah dengan dasar :

• Bentuk, susunan ruang, luas bangunan tidak terlalu banyak variasi.


• Dapat dilaksanakan dan diawasi secara masal.
• Bentuknya yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat di kota di
perumahan itu dibangun.
• Bentuk atap dan denah bangunan, agar dibuat sedemikian rupa, sehigga
memungkinkan untuk mudah diperluas secara terarah.
1.5.2. Ukuran ruang
1. Ukuran kamar tidur utama agar diusahakan sisi terpendeknya 3 M dengan luas > 9
M2, demikian pula untuk kamar duduk dan kamar makannya.
2. Untuk rumah dengan tipe-tipe yang kecil, letak untuk jendela atau pintu agar
diletakkan dekat pada salah satu sudut ruangan, dengan maksud supaya efisiensi
ruangan.
3. Untuk rumah tinggal, hindarkan adanya ruangan ruangan untuk gang/ koridor/
salasar.
4. Luas jendela untuk daerah panas (seperti Jakarta, Palembang, Semarang, Medan
dan se bagainya), usahakan agar luasnya di atas 12 % diatas lantai ruangan dengan
luas yang dapat dibuka > 6 % luas lantai.
5. Seluruh jendela kamar tidur harus selalu dlusahakan terletak pada bagian yang
terbuka membuka ke arah langit dengan luas bukaanya > 6 M2
6. Diusahakan agar letak kamar mandi + WC tidak jauh dari kamar tidur dan pintunya
tidak mudah terlihat dari kamar duduk tamu/makan, tidak menghadap ke dapur,
tidak langsung melihat ke kloset.
7. Letak septick-tank atau berput harus diusahakan tidak lebih dari 6 M jaraknya
dengan kloset, dan minimal 10 M dari sumur gali dan pantek.
8. Tinggi pintu jangan kurang dari 1,90 M, lebar bersih minimal > 70 cm. Di atas pintu- pintu
kamar tidur agar dipasang lubang lubang ventilasi (dapat dari jalusi atau roster). Umumnya
tinggi pintu 2,0 M sampai 2,10 M, lebarnya 0,80 M atau 0,90 M, yang penting disini yang
harus diperhitungkan adalah agar tempat tidur dan lemari atau furniture lainnya dapat
dimasukkan ke kamar dengan mudah.
9. Akan sangat membantu memudahkan pengaturan ruangan, apabila letak pintu dan letak
jendela dapat disesuaikan dengan letak dan bentuk perabotan rumah yang diperkirakan akan
mengisi ruangan ruangan itu.
10. Usahakan agar pada dapur ada pintu untuk keluar ke tempat cucian atau setidak tidaknya
pintu yang tidak jauh dari dapur untuk menuju ke tempat cucian atau tempat menaruh sampah
sementara.
11. Usahakan agar bentuk atap dan denah rumahnya mudah diperluas (untuk rumah sederhana,
atau rumah inti)
12. Untuk kapling-kapling sudut agar dibuat lebih luas sehingga letak rumah tidak sampai
keluar dari keluar dari garis sempadan bangunan yang ada.
13. Sebaiknya kamar tidur terletak di sebelah timur, atau paling tidak jendelanya menghadap ke
luar, sehingga akan memperoleh cahaya matahari dengan baik.
.
• Yang dimaksud dengan lebar minimal ialah sisi ruang yang terkecil dan ukuran diambil
dari as dinding ke as dinding (tebal dinding maksimal 15 cm).
• Yang dimaksud dengan tinggi plafond minimal, ialah tinggi plafond pada bagian salah
satu sisi ruangan yang plafondnya rendah.
• Yang dimaksud dengan tinggi plafond rata-rata adalah sebagai berikut :

t rata-rata = tH + t min (Lihat gambar 2.)


2

Gambar 2.
Contoh-contoh bentuk ruangan :

Kamar Tidur :
• Apabila pintu diletakkan seperti gambar 3, sebaiknya letak jendela pada sudut B, jangan di A. Hal
ini dengan maksud agar ventilasinya dapat berjalan baik.
• Apabila pintu berada di sudut C sisi BC, usahakan letak jendela pada sisi AD, di sudut D.
• Apabila pintu berada di sudut D akan di sisi DC, maka letak jendela usahakan pada sisi AB di
sudut A, atau sisi AD tapii dekat sudut A.
• Untuk ukuran-ukuran ruangan yang lebih kecil dari 3,00 m x 3,00 m, akan lebih tinggi daya
gunanya ruangan itu kalau letak pintu rapat pada salah satu sudut. (gambar 4).

Gambar.3 Gambar.4
Ruang Dapur
Usahakan jendela untuk ruang dapur dapat masuk cahaya dan udara yang lebih banyak. Agar
sirkulasi untuk menghilangkan udara kotor akan lebih lancar.
Dari kedua bentuk tersebut dibawah ini paling sehat adalah bentuk yang ke II, dimana luas
jendelanya cukup besar.

Gambar.5
Ruang Duduk & Makan.
Untuk kamar duduk dan kamar makan yang jadi satu, ukurannya ditentukan seperti daftar yakni : >
3,00 m x 4,00 m, sehingga gambarnya lebih kurang seperti di bawah :

Pintu depan sebaiknya pada sisi yang sama dengan letak jendela.

Pintu dalam sebaiknya terletak pada sudut C, pada sisi BC atau pada sisi DC. Sehingga ruang
furniture menjadi lebih luas dan efektif. Begitupun arah jalan menjadi lebih efektif.Gambar.6

Apabila diikuti cara ini berarti ruangan dapat dimanfaatkan cukup tinggi.

Untuk kamar duduk dan kamar makan yang terpisah dapat diambil sisi yang terkecil 2,50 m, namun
bentuknya kira-kira sebagai berikut :
Untuk kamar duduk dan kamar makan yang terpisah dapat diambil sisi yang terkecil 2,50
m, namun bentuknya kira-kira sebagai berikut :

Untuk kamar duduk akan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bila letak pintu
masuk dekat/satu as dengan pintu yang lain (gambar 7.a).

Untuk kamar makan akan dapat diperoleh daya guna yang tinggi kalau letak pintu masuk
dan keluar satu as atau pada sisi BC (gambar 7.b).

Gambar 7
Kamar Mandi & W.C.
Sangat ekonomis kalau kamar mandi dan WC jadi satu, seperti gambar berikut dibawah ini :
Perhatikan letak closet terhadap pintu, usahakan as pintu tegak lurus dengan as closet.
Apabila ukuran as ke as 1,50 m berarti bidang kosongnya ± 1,35 m.
Pakailah pintu dengan lebar 70,00 cm, sehingga daerah closet dan bak maksimal 60,00 cm.

Kalau bentuknya memanjang, akan


tetapi kamar mandi dan wc-nya tetap
jadi satu, maka bentuknya menjadi
sebagai berikut :

Gambar.8
2. SPESIFIKASI TEKNIS

A. Berlakunya peraturan-peraturan umum/peraturan tentang bangunan yanq pernah


dikeluarkan oleh Pemerintah yang masih berlaku.
● Buku penjelasan yang pernah dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
● Buku penjelasan yang pernah dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum setempat.

B. Perincian bangunan dan material yang akan dibangun dan digunakan dengan dilengkapi :
● Cara-cara pelaksanaan dan penempatannya
● Jenis dan mutu bahan atau suatu campuran yang akan digunakan.
● Kualitas barang yang akan dipakai
● Kwantitas atau ukuran yang akan dipakai.

C. Melangkapi/menjelaskan hal-hal yang sukar digambarkan dengan gambar-gambar yang ada.


Perician Spesifikasi Bangunan Rumah.

1. Pembersihan lapangan, peil pengukuran yang didasarkan atas tingginya peil banjir
yang telah ditentukan sebelumnya. Peil 0,00 diambil lantai rumah.
2. Patok kapling/batas kapling.
● Penempatan harus di pojok pojok kapling (minimal).
● Jenis dan mutu (beton atau dari bahan lain yang permanen).
● o \\Ukuran
3. Pemasangan bouwplank dan pondasi.
● Pelaksanaan penggalian, pemasangan bouwplank, pelaksanaan pondasi dan
penempatannya.
● Jenis dan mutu bahan serta campuran/adukan yang dipakai.
● Ukuran yang perlu.
4. Pekerjaan dinding dan plesteran (kalau ada).
● Cara pelaksanaan, penempatannya.
● Jenis dan mutu bahan serta adukan adukan yang dipakai.
● Merek, kualitas, ukuran yang perlu dijelaskan misalnya : tebal dinding, tebal plesteran dan
lain-lain.
5. Pekerjaan beton biasa / beton bertulang.
● Cara pelaksanaan dan penempatannya.
● Jenis, mutu bahan serta adukan yang dipakai.
● Kuantitas, ukuran yang perlu dijelaskan serta merk bahan bahan yang perlu disebutkan.
6. Pekerjaan kosen pintu/jendela beserta daun pintu/jendela, nako, kaca, lis, gantungan,
anker dan lain lain.
● Cara pelaksanaan dan penempatannya.
● Jenis, mutu bahan serta adukan yang dip
● Merk barang yang dipakai / dipasang.
● Kuantitas, ukuran yang perlu disebutkan.
8. Pekerjaan kayu/atap/listplank/talang.
● Cara pelaksanaan dan penempatannya.
● Jenis, mutu bahan serta yang dipakai.
● Merk barang yang dipakai yang perlu disebutkan.
● Kuantitas, ukuran yang perlu disebutkan.
9. Pekerjaan plafond.
● Cara pelaksanaan dan penempatannya.
● Jenis dan mutu bahan (misainya : eternit, asbes merk tertentu katun lokal dan lain lain).
● Kwantitas/Likuran ukuran yang perlu disebutkan.
10. Pekerjaan finishing.
● (Cat kayu, labur kapur, pencelupan residu, cat dinding kunci grendel dan lain lain).
● Cara pelaksanaan dan penempatannya.
● Jenis, mutu bahan.
● Merk barang yang dipakai
● Kuantitas / jumlah.
11. Pekerjaan saluran air bersih / air kotor / air bekas pakai.
● Pelaksanaan dan penempatan (kran, penempatan pipa dan lain lain).
● Jenis dan mutu bahan.
● Merk, ukuran
12. Pekerjaan instalasi listrik, sumur pornpa, kamar mandi, kloset, perlengkapan
septicktank/rembesan, menara air dengan drum air dan lain lain.
● Pelaksanaan dan penempatan.
● Jenis dan mutu merk bahan.
● Ukuran yang perlu disebutkan.
13. Pekerjaan penghijauan, pagar, pernbersihan halaman.
● Pelaksanaan dan penempatan,
● Jenis, mutu.
● Ukuran-ukuran yang perlu.
3. RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB )

Rencana anggaran biaya Proyek, didasarkan atas hal yang akan/harus dikerjakan dalam
proyek itu serta harga barang di pasaran yang berlaku di daerah lokasi proyek.

RAB yang diuraikan adalah mengikat penyelenggara proyek selama pengerjaan proyek dan
jangka waktu yang dimaksud, dan tidak akan diadakan perubahan-perubahan oleh
Pemberi maupun penyelenggara pekerjaan, kecuali jika terjadi perubahan-perubahan
dalam bidang moneter/kebijaksanan pemerintah yang diakui resmi oleh pemerintah dan
pengaruhnya menimbulkan kenaikan kenaikan harga (misalnya : kenaikan BBM dll.)

Walaupun dalam pelaksanaannya terdapat mutu/jenis pekerjaan tambahan ataupun terdapat


kekeliruan dalam perhitungan volume dan harga satuan, RAB yang ada tidak akan
dirobah.
Hal hal yang perlu disampaikan dalam dokumen RAB, adalah :

1. Harga satuan bahan bangunan dan upah harian.


 Agar dijelaskan juga merk-merk barang, jika merupakan hasil suatu pabrik.
 Harus lengkap sesuai dengan item-item pekerjaan yang akan dilaksanakan.\
2. Analisa harga satuan pekerjaan.
Analisa harga satuan pakerjaan adalah perincian biaya bahan dan upah
untuk satuan pekerjaan.
3. Jika perlu, dijelaskan pula kondisi lapangan,upah buruh, angkutan
barang, menuju ke lokasi dan sekitar lokasi yang bersangkutan
4. Semua pekerjaan yang akan dilakukan dan memerlukan biaya, dapat
dimasukkan kedalam R.A.B.
4. PEKERJAAN PERSIAPAN MENDIRIKAN BANGUNAN
1. Bangunan yang akan dibuat harus memenuhi peraturan-peraturan ”Tata laksana bangunan kota”. Dalam hal ini
tentu tiap-tiap daerah akan memiliki peraturan tersendiri. Oleh karena itulah maka pemborong (atas nama
pemilik bangunan) harus mengajukan permohonan izin untuk mengerjakan/ mendirikan bangunan tersebut.

2. Setelah gambar bestek dan izin mendirikan bangunan keluar barulah dimulai pengerjaan bangunan tersebut.

3. Bangunan ini dibuat atas perintah ”principal”, yaitu yang memerintahkan membuat suatu bangunan dan yang
membayarnya.

4. Yang melaksanakan pekerjaan bangunan itu adalah pemborong. Biasanya setelah diperoleh persesuaian
mengenai harga antara principal dengan pemborong (bisa melalui tender) dibuatlah suatu kontrak pemborongan.

5. Jika principal ini bukan seorang ahli dalam bidang bangunan, atau karena kesibukan- kesibukan yang lain, ia
dapat memerintahkan kepada seseorang atau beberapa orang ataupun badan hukum (pemberi jasa yang
profesional) untuk merencanakan pekerjaan bangunan itu, atau memborongnya untuk mengawasi pelaksanaan
pembangunan itu. Orang/orang-orang ini disebut direksi atau konsultan.
4.1. Perlengkapan/ alat-alat dan bahan-bahan bangunan dan tempat bekerja.

Untuk memulai pekerjaan ini diperlukan bangunan sementara (Direksi-keet) untuk :


1. Kantor pelaksana.
2. Gudang bahan-bahan seperti; semen, kapur, kayu-kayu, besi-besi beton, paku-paku dll.
3. Tempat penimbunan pasir, batu belah, bata merah dll.
4. Atap untuk mengerjakan bagian-bagian dari kayu.
5. Rumah sementara untuk penjaga.

6. Portland cement (PC) harus disimpan di tempat yang kering, diatas lantai papan atau balok yang
lebih tinggi dari pada tanah di sekitarnya. Demikian pula kapur, semen merah dan tras juga harus
disimpan diatas lantai papan agar supaya tidak tercampur dengan tanah.

7. Batu-batu belah dan bata-bata merah tempatkan sedekat mungkin dengan pekerjaan dimana bahan-
bahan ini dipergunakan, dengan ketentuan tidak mengganggu para pekerja dalam menjalankan
tugasnya.
8. Pasir dan kerikil ditempatkan sedekat mungkin dengan tempat mengaduk. Pasir dan kerikil tak
boleh tercampur dengan tanah. Oleh karenanya, alasnya harus dari tanah yang bersih atau dengan alas
papan atau bilik, demikian pula batas kelilingnya harus dari papan atau bilik agar pasir ini tidak
berhamburan kesana kemari.

9. Air untuk mengaduk perekat harus air tawar. Tidak boleh air asin (air laut). Air ini harus selalau
tersedia didekat tempat mengaduk dan didekat tempat pemasangan batu atau bata merah, yaitu untuk
menyiram/membasahi atau meredam batu-batu yang akan dipasang.
4.2. Pasangan Papan Piket dan Penggalian Alur Pondasi.

• Sebelum dilakukan pemasangan papan-papan piket, tanah yang diperlukan untuk pembuatan
bangunan harus diratakan.

• Selanjutnya adalah melihat letak tanah untuk bangunan itu terhadap jalan.

• Sebaiknya agar bangunan itu menghadap ke matahari pagi (kalau memungkinkan, ini jika
untuk rumah tempat tinggal). Sudah barang tentu tidak seluruh luas tanah ini didirikan
bangunan, sebab diperlukan pula halaman muka untuk taman bunga-bunga dan halaman
belakang untuk tempat jemuran dsb.

• Pohon-pohon yang berada diatas tanah yang direncanakan untuk bangunan itu ditebang dan
tanahnya diratakan. Akar-akar harus dibuang.

• Kemudian didirikan patok di dekat bangunan itu sebagai pedoman pengukuran tinggi lantai
bangunan itu.
4.2. Pasangan Papan Piket dan Penggalian Alur Pondasi.

Jika bangunan ini dekat jalan raya, maka biasanya muka jalan ini dipakai sebagai pedoman titik nol (untuk
sementara), karena untuk selanjutnya titik nol untuk lantai ruangan biasanya diambil muka lantai ruang tamu
sebagai titik nol (titik duga).

Gambar 11. Patok Dengan Pas. Batu


Gambar 10. Patok Pedoman
Selanjutnya mulailah pemasangan piket-piket. Papan-papan piket dipasang 1
m di luar galian. Jadi sekarang harus diketahui dahulu lebar galian bagian
atas. Pemasangan 1 m diluar galian ini dimaksudkan agar jika galian longsor
tidak menyebabkan perubahan kedudukan apapn ini. Bagian atas daripapan
ini diserut/disugu dan dipasang setinggi titik nol dari patok pedoman dan
datar (waterpass).

Gambar 12. Pemasangan Papan Piket Gbr.13. Denah Pemasangan Papan Piket
• Jika tidak dekat dengan jalan raya biasanya titik nol ini dibuat 30 s/d 45 cm di atas muka tanah.
Dibuat lebih tinggi lagi juga boleh sesuai dengan kebutuhan.

• Sebagai contoh kita ambil ukuran pondasi yang umum yang berbentuk penampang trapesiun.
Yang bisa digunakan ukuran-ukuran alas 80 cm dan tinggi 60 cm. Sedang lebarnya menurut
lebar dinding ditambah 2 x plint. ( lebar plint sekitar 5 cm).

• Menurut Ir. Felix Johannes, untuk tekanan tanah > 0,3 kg/cm2, dapat diambil lebar alas
pondasi 50 cm. Sedangkan tanah-tanah dikebanyakan tempat di pulau jawa, tekanan tanahnya
adalah > 1,5 kg/cm2. jadi ukuran yang diambil sebagai contoh cukup aman.

• Ukuran-ukuran diambil sbb :


Untuk ukuran alas pondasi 80 cm.
Maka ukuran lebar galian (dasar), adalah = 80 cm + 20 cm + 20 cm = 120 cm.

• Di kanan kiri galian diperlebar 20 cm terhadap lebar alas pondasi untuk tempat pemasangan
propil-propil dan untuk pijakan orang yang mengerjakan pemasangan pondasi. Kemiringan dari
galian diambil 5 : 1. Dalamnya galian diambil 80 cm dari titik nol. Titik nol = 30 cm di atas
permukaan tanah. J
Jadi lebar atas galian = 120 + 10 + 10 = 140 cm.
• Untuk mengukur sudut-sudutnya dipakai siku-siku besar, dan untuk pekerjaan-pekerjaan
yang basar dipakai Thedoliet.

• Untuk mengukur tingginya papan piket terhadap patok pedoman digunakan papan yang
lurus dan rata dengan ukuran 3 (bisa juga 2 cm) x 15 x 400 cm, dan waterpass.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai