Anda di halaman 1dari 33

NAMA : ADIEL SALSA RARICA

KELAS : 12 BKP-1

NO. ABSEN : 05

MATERI

RENCANA ANGGARAN

BIAYA (RAB)

A. Mempersiapkan Gambar Kerja Detail (Gambar Bestek)

PENGERTIAN GAMBAR KERJA / BESTEK / DED

Sering kita mendengar kata bestek atou gambar bestek atou DED bahkan kita sering
diperbingungkan, namug tetapi serangkaian kata tadi itu semua hampir sama karna semua
itu terfokus kepada gambar kerja atou kelengkapan gambar untuk dilapangan seperti
meliputi gambar arsitekture, gambar struktur, gambar elektrikal dan mekanikal ini semua di
gambar dan direncanakan oleh sang arsitek.

Gambar kerja/bestek sering juga disebut DED (Detail Engineering Design) adalah gambar
bangunan secara lengkap dan merupakan dokumen perencanaan yang paling utama.
Kelengkapan gambar sangat berpengaruh dalam kecepatan pelaksanaan fisik. Semakin
baik dan lengkap gambar akan mempermudah proses pekerjaan dan mempercepat dalam
penyelesaian pekerjaan konstruksi. Untuk gambar kerja rumah tinggal yang biasanya
disajikan oleh perencana / arsitek pada umunya antara lain :

 GAMBAR ARSITEKTUR
Gambar arsitekture adalah gambar 3d untuk presentasi sebagaimana memperlihatkan
akan hasil yang akan dibangun dengan tujuan supaya ada gambaran akan jadi
bangunannya seperti ini .

1. Gambar Perspektif Eksterior 3D (skala proporsional)


2. Gambar Site Plan (skala menyesuaikan)
3. Gambar Denah (skala menyesuaikan)
4. Gambar Tampak (muka, samping ,belakang)
5. Gambar Potongan (melintang & membujur)
6. Gambar Denah Pola Lantai
7. Gambar Denah Plafond
8. Gambar Denah Kusen Pintu & Jendela
9. Detail Pintu & Jendela (jumlah menyesuaikan)
10. Denah Rencana Atap
11. Gambar Detail Arsitektur (jika diperlukan)

 GAMBAR STRUKTUR

Sedangkan gambar struktur memperlihatkan gambar yang ada  di dalam bangunan untuk
memperkokoh bangunan yang dibangun dengan memperlihatkan detail detailnnya dan
ukuran ukuran elevasinnya.

1.Gambar Denah Pondasi (termasuk footplate untuk konstruksi 2 lantai ke atas)


2. Gambar Denah Sloof
3. Gambar Denah Kolom (tiap lantai untuk bangunan berlantai banyak)
4. Gambar Denah Balok ( jika menggunakan plat lantai)
5. Gambar Denah Plat Lantai
6. Gambar Denah Ringbalk
7. Gambar Denah Kuda-kuda
8. Gambar Detail Pembesian Struktur

 GAMBAR MEE (Mechanical Electrical Engineering)

Mungkin yang ini itu memperlihatkan elektrikal dan mekanikal seerti saluran saluran dan
penempatannya seperti memasang kabel dan fiva dan penempatannya serta elevasinnya.

1.Gambar Denah Titik lampu, saklar,stop kontak


2. Gambar Denah Instalasi Air Bersih
3. Gambar Denah Instalasi Air Kotor
4. Gambar Denah Instalasi Air Hujan
5. Gambar Detail Septik tank & Peresapan

Jadi kita harus merencanakan selengkap mungkin supaya tidak ada kesalahan dan
kekeliruan dalam membangun rumah saya sarankan bila anda ingin membangun rumah
konsultasikan dulu kepada sang arsitek mau arsitek terdekat atou arsitek mana aja yang
penting konsultasikan supaya yang diinginkan bisa terwujud.

PENGERTIAN BESTEK DAN GAMBAR BESTEK


DALAM BANGUNAN
Gambar kerja/bestek sering juga disebut DED (Detail Engineering Design) adalah gambar
bangunan secara lengkap dan merupakan dokumen perencanaan yang paling utama.
Kelengkapan gambar sangat berpengaruh dalam kecepatan pelaksanaan fisik. Semakin
baik dan lengkap gambar akan mempermudah proses pekerjaan dan mempercepat dalam
penyelesaian pekerjaan konstruksi. Untuk gambar kerja rumah tinggal yang biasanya
disajikan oleh perencana / arsitek pada umunya .

Bestek berasal dari bahasa Belanda yang artinya Peraturan dan syarat-syarat pelaksanaan
suatu pekerjaan bangunan atau proyek. Dalam arti luas, bestek adalah suatu peraturan
yang mengikat, yang diuraikan sedemikian rupa, terinci, cukup jelas dan mudah dipahami.

 Bagian-bagian bestek terdiri dari :

1. Peraturan Umum.
2. Peraturan Administrasi.
3. Peraturan dan Teknis Pelaksanaan.

 Pengertian Gambar Bestek

Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar pra rencana, serta gambar
detail dasar dengan skala yang lebih besar. Gambar bestek juga terdiri atas lampiran dari
uraian syarat-syarat (bestek) pekerjaan.

 Gambar bestek terdiri dari :

1. Gambar Situasi.
2. Gambar Denah.
3. Gambar Potongan.
4. Gambar Rencana Atap.
5. Gambar Detail Konstruksi.
6. Gambar Pelengkap.

Bestek dan gambar bestek merupakan kunci pokok (tolok ukur) baik dalam menentukan
kualitas dan scope of work maupun dalam menyusun RAB (Rencana Anggaran Biaya)
proyek.

Dengan adanya bestek dan gambar bestek, maka pemborong / kontraktor dapat
membayangkan bentuk dan macam bangunan yang diingini oleh Pemberi Tugas dan
bagaimana untuk melaksanakannya.
1. Gambar Situasi

Gambar situasi adalah suatu gambar teknik yang melukiskan letak atau posisi bangunan
pada arah daerah yang akan dibangun, lengkap memperlihatkan rencana halaman, pagar,
jalan masuk dan saluran pembuangan air serta sempadan.Gambar situasi biasanya
digambar dalam skala 1:200 atau 1:500.

2. Gambar Denah
Gambar denah adalah gambar suatu yang melukiskan tampak atas dari suatu bangunan
setelah dipotong setinggi ±1m dari permukaan lantai. Dari gambar denah akan terlihat
bentuk, batas, ukuran serta perlengkapan ruangan yang sifatnya permanen dan ada
didalam bangunan tersebut. Karena dipotong ±1m dari permukaan lantai, maka lebar
pintu/jendela akan terlihat dengan jelas, sedangkan bouvenlight dan bentuk atap tergambar
dengan garis strip-strip. Pada gambar denah dicantumkan/diperlihatkan daerah
pemotongan sebagai pedoman pembuatan gambar potongan.

3. Gambar Potongan 

Gambar potongan adalah gambar yang bertujuan memperlihatkan keadaan serta bentuk
konstruksi dari suatu bangunan sekaligus memperjelas ukurannya, mulai dari lantai, dasar
pondasi, posisi serta elevasi pintu/jendela, ketinggian balok keliling, ketinggian bubungan
atap dan lain-lain. Gambar potongan terdiri dari gambar potongan memanjang dan gambar
potongan melintang. Penentuan gambar potongan diambil pada bagian yang membutuhkan
kejelasan suatu konstruksi bangunan. Skala yang digunakan untuk menggambar gambar
potongan adalah 1:100

4. Gambar Rencana Atap

Gambar struktur adalah suatu gambar teknik berupa gambar rangka suatu konstruksi,
seperti rangka beton, atap dan sebagainya. Tujuan gambar struktur, untuk memperjelas
bentuk dan letak konstruksi yang sudah diperlihatkan pada gambar potongan, yang bisa
membantu perencana dalam menghitung anggaran biaya bangunan dan membantu
pelaksana dalam mewujudkan fisik bangunan dilapangan. Gambar struktur harus dilengkapi
dengan informasi berupa nama serta ukuran yang lengkap dari konstruksi yang

bersangkutan.

5. Gambar Detail
Gambar ini menjelaskan bagian-bagian (detail) yang penting dan sulit dari suatu konstruksi
(Misal: konstruksi kusen/pintu/jendela/kuda-kuda) atau bagian-bagian konstruksi yang
bersifat arsitektonis. Gambar penjelasan harus dilengkapi dengan ukuran dan nama
sehingga pelaksana dilapangan tidak menemukan kesulitan dalam mewujudkannya.
Gambar penjelasan biasanya digambar dengan skala 1:5 sampai 1:20 atau sesuai dengan
kebutuhan.

6. Gambar Pelengkap 

Gambar tampak adalah suatu gambar teknik yang memperlihatkan bagaimana bentuk luas
suatu bangunan, penggambarannya menggunakan/mengikuti sistem proyeksi ortogonal,
dimana satu bidang proyeksi hanya akan memperlihatkan satu sisi bangunan tersebut.
Suatu gambar denah terdiri dari 4 gambar tampak yaitu: tampak muka, tampak samping
kanan, tampak samping kiri dan tampak belakang. Gambar tampak tidak perlu dilengkapi
dengan ukuran baik lebar, panjang maupun tinggi bangunan, tetapi harus digambar dengan
semenarik mungkin lengkap dengan dekorasi sesuai dengan perencanaannya. Gambar
tampak disebut juga gambar arsitektur, dan digambarkan dengan skala 1:100.
7. Shop Drawing 

Shop drawing atau gambar kerja adalah teknis lapangan yang dipakai untuk acuan
pelaksanaan suatu pekerjaan. Gambar-gambar ini bersifat detail, dari gambar,penjelasan
gambar,cop gambar,sampai ke keterangan dan notasi gambar. Shop drawing juga menjadi
pedoman pelaksana atau pemborong dalam melaksanakan pekerjaan suatu proyek.

B. Menghitung Volume Pekerjaan

Pekerjaan Persiapan, Galian Dan Urugan

1)  Pembersihan Site atau Lokasi Tanah

Cara menghitung volume:

V     = P x L

Keterangan:

V     = Volume pembersihan lahan


P     = Panjang lahan

L     = Lebar lahan

2)  Pengukuran Dan Pemasangan Bouwplank

Cara menghitung volume untuk lokasi kosong:

V     = (P + 2) x 2 + (L + 2) x 2

Cara menghitung volume untuk lokasi yang sekelilingnya terlah terbangun:

V     = (P + L) x 2

Keterangan:

V     = Volume bouwplank

P     = Panjang bangunan

L     = Lebar bangunan

3)  Galian Tanah Pondasi

Missal pondasi berukuran lebar tapak 80 cm, lebar atas 30 cm, tinggi 75 cm, dan
panjang 48 cm. Cara menghitung volume pondasi bangunan adalah sebagai berikut:

VA    = (a + b)/2 x h x p

Pondasi pagar berukuran lebar tapak 70 cm, lebar atas 30 cm, tinggi 60 cm, dan
panjang 38,5 cm. Cara menghitung volume pondasi pagar adalah sebagai berikut:

VB    = (a +b) x h/2 x p

Jumlah total galian tanah pondasi:

Vt    = VA + VB

Keterangan:

Vt    = Volume tanah galian total


VA    = Volume pondasi bangunan

VB    = Volume pondasi pagar

A     = Lebar galian pondasi bagian bawah

B     = Lebar galian pondasi bagian atas

H     = Tinggi galian pondasi

P     = Panjang galian pondasi

4)  Urugan Pasir Dan Tanah

-    Urugan pasir di bawah pondasi

Cara menghitung volume urugan pasir di bawah pondasi bangunan:

VA    = h x b x p

Cara menghitung volume urugan pasir di bawah pondasi pagar:

VA    = h x b x p

Jumlah total volume urugan pasir di bawah pondasi:

Vt    = VA + VB

Keterangan:

Vt    = Volume urugan pasir total

VA    = Volume urugan pasir di bawah pondasi bangunan

VB    = Volume urugan pasir dibawah pondasi pagar

H     = tebal urugan

B     = lebar urugan

P     = Panjang pondasi

-    Urugan pasir dibawah lantai

Cara menghitung volume:

V     = h x L

Keterangan:

V     = Volume urugan pasir

L     = Luas lantai (l xp)


H     = tebal urugan pasir

L     = lebar ruangan

P     = panjang ruangan

-    Urugan tanah kembali ke sisi pondasi

Cara menghitung volume:

V     = V galian tanah – (V pasangan batu kali + V urugan pasir dibawah pondasi)

-    Urugan tanah peninggian lantai

Missal penimggian lantai dianggap 40 cm dari tanah asli.

Cara menghitung volume:

V     = (h x L) – St

Keterangan:

V     = Volume urugan tanah

L     = Luas ruangan (l xp)

L     = lebar urugan

H     = tebal urugan tanah

P     = panjang ruangan

St    = sisa volume urugan tanah pondasi

Pekerjaan Beton Bertulang

1)  Sloof beton

Cara menghitung volume sloof beton bangunan:

VA    = b x h x p

Cara menghitung volume sloof beton pagar:

VB    = b x h x p

Keterangan:

VA    = Volume sloof beton bangunan

VB    = Vlome sloof beton pagar

B     = lebar penampang sloof beton

H     = tinggi penampang sloof beton


P     = panjang pondasi

Cara menghitung volume seluruh sloof

∑V   = VA + VB

Keterangan:

∑V   = Volume keseluruhan sloof

VA    = volume sloof pada bangunan

VB    = volume sloof pada pagar

2)  Kolom Beton Bangunan

Cara menghitung volume:

VA    = (b x h x t) ∑k

Keterangan:

VA    = Volume kolom betob bangunan

B     = Lebar kolom

H     = Tebal kolom

T     = tinggi kolom

∑k    = Jumlah kolom

3)  Beton Ringbalk

Cara menghitung beton ringbalk pada bangunan:

VA    = b x h x p

Kterangan:

VA    = Volume kolom betob ringbalk

B     = Lebar beton ringbalk

H     = Tebal beton ringbalk

Pekerjaan Pasangan Dinding Dan Plesteran

1)  Pasangan dinding bata merah trasram 1:3

Cara menghitung volume diatas sloof 30 cm:

V1    = h x p – L pintu

Cara menghitung volume pada dinding KM/WC:


V2    = h x p

Cara menghitung keseluruhan pasangan dinding bata merah 1:3 (trasram):

∑V   = V1 + V2

Keterangan:

∑V   = Volume pasangan didnding bata merah 1:3 (trasram)

V1    = Volume pasangan didnding bata merah 1:3 setinggi 30 cm

V2    = Volume pasangan didnding bata merah KM/WC 1:3 setinggi 160 cm

H     = tinggi didnding trasram

P     = panjang dinding trasram

L pintu      = Luas pintu

2)  Pasangan dinding bata merah 1:5 pada bangunan

Cara menghitung volume:

V1    = (h x p) - ∑Lp - ∑Lj - ∑Lb

3)  Pasangan Dinding Bata merah 1:5 Pada pagar

Cara menghitung volume:

V2    = h x p

4)  Pasangan dinding bata merah 1:5 pada sopi-sopi

Cara menghitung volume:

V3    = 0,5 x (h1 x p1) x 2 + 0,5 x (h2 xp2)

Volume keseluruhan pasangan dinding bata merah 1:5

∑V   = V1 + V2 + V3

Keterangan:

∑V   = Volume keseluruhan pasangan didnding bata merah 1:5

V1    = Volume pasangan didnding bata merah 1:5 pada bangunan

V2    = Volume pasangan didnding bata merah 1:5 pada pagar

H     = tinggi didnding bata 1:5

P     = panjang dinding bata 1:5

∑Lp   = Jumlah seluruh luas pintu


∑Lj   = jumlah seluruh luas jendela

∑Lb   = Jumlah seluruh luas bovenlight

5)  Pasangan bata rolag untuk teras

Cara menghitung volume:

V     = h x t x p

Keterangan:

V     = volume pasangan bata ralog

H     = tinggi bata ralog

P     = panjang teras

T     = tinggi ralog

Pekerjaan Plesteran Dan Aci

1)  Plesteran Dan Aci 1:3

Cara menghitung volume:

Vs    = {(h plesteran x h plestera) – L pintu} x 2

Atau

∑Vbt  = (V1 x 2) + (V2 x 2)

Keterangan:

2     = jumlah dinding yang akan diplester (luar dan dalam)

∑Vbt  = Volume plesteran dinding trasram 1:3

H plesteran = tinggi plesteran dinding trasram

P plesteran = panjang plesteran dinding trasram

L pintu      = luas pintu

V1    = volume pasangan bata diatas sloof

V2    = volume pasangan bata di KM/WC

2)  Plesteran Dinding Bertekstur

Cara menghitung volume:

Vdt   = tdt x pdt

Keterangan:
Vdt   = Volume dinding bertekstur

Tdt   = lebar dinding bertekstur

Pdt   = panjang dinding bertekstur

Pekerjaan Lantai Keramik

Cara menghitung volume:

V     = ∑L – (∑L1 + ∑L2)

Keterangan:

V     = Volume lantai keramik ruangan

∑L    = jumlah luas lantai yang akan dipasang keramik

Pekerjaan Plafon

1)  Rangka Plafon Dan Plafon Triplek

Cara menghitung volume:

V     =∑CD + ∑CL

Keterangan:

V     = Volume rangka beton

∑CD  = jumlah ruangan yang akan dipasang plafon

∑CL  = jumlah bagian luar yang akan dipasang plafon (teras)

2)  Lisplafon

Lisplafon kayu profil 5 cm (untuk ditempel pada dinding)

Cara menghitung volume:

V     = ∑PLp

Keterangan:

V     = Volume lisplafon

∑PLp = jumlah panjang lisplafon

Pekerkaan Kusen, Pintu dan Jendela

1)  Kusen Kayu

Cara menghitung volume:

V     = L X P
      = b x h x p

Keterangan:

V     = Volume kusen

L     = Luas penampang Kayu

P     = Pnjang kayu

B     = Lebar penampang kayu sebelum diserut

h     = Tinggi penampang kayu sebelum diserut

2)  Pekerjaan Daun Pintu Dan jendela

Pekerjaan daun pintu panel teakblock dan daun pintu besi

Cara menghitung volume:

V     = l x h x ∑p

Keterangan:

V     = Volume daun pintu

L     = Lebar daun pintu

H     = tinggi daun pintu

∑p    = jumlah pintu

3)  Pekerjaan daun pintu KM/WC PVC

Cara menghitung volume

V     = ∑p

Keterangan:

V     = Volume daun pintu (Pf)

∑p    = Jumlah daun pintu PVC

4)  Pekerjaan Daun Jendela

Cara menghitung volume:

V     = (l x h x ∑ J1) + (l x h x ∑ J2) + (l x h x ∑ Pj)

Keterangan:

V     = volume daun jendela

L     = lebar daun jendela


H     = tinggi daun jendela

∑J1-4 = jumlah daun jendela

5)  Pekerjaan Bovenlight

Cara menghitung volume:

V     = ∑ (l x p)

Keterangan:

V     = volume bovenlight

L     = lebar bovenlight

P     = panjang bovenlight

6)  Pkerjaan Kusen Sopi-sopi

Cara menghitung volume:

V     = ∑Ks

Keterangan:

V     = volume kusen sopi-sopi

∑ Ls  = jumlah kusen sopi-sopi

Pekerjaan Perlengkapan Pintu Dan Jendela

1)  Kunci pintu panel

Cara menghitung volume kunci pintu:

V     = ∑Kp

Keterangan:

V     = Jumlah kunci pintu

∑Kp  = jumlah kunci pintu yang akan dipasang

2)  Engsel Pintu Dan Jendela

Cara menghitung volume engsel pintu (3 bh/pintu)

V     = (∑dp x 3) bh

Keterangan:

V     = jumlah engsel pintu

∑dp  = jumlah daun pintu


3)  Grendel Pintu Dan Jendela

Cara menghitung volume grendel pintu

V     = (∑dp x 1) bh

Keterangan:

V     = jumlah Grendel pintu

∑dp  = jumlah daun pintu

Pekerjaan Atap

1)  Rangka atap rumah dan garasi

Kuda-kuda atap rumah

Cara menghitung volume:

Vk1   = h x b x p

Vk2   = h x b x p

Vk3   = h x b x p

Vgp   = h x b x p

∑V   = V1 + V2 + Vgp

Keterangan:

Vk1-3 = volume kuda-kuda kayu 8/12

Vgp   = volume kuda-kuda kayu balok gapit 6/12

H     = tinggi penampang kayu

B     = lebar penampang kayu

∑V   = jumlah seluruh volume balok kuda-kuda dan balok gapit

2)  Kaso Dan Reng

Cara menghitung volume:

V     = ∑ LA

Keterangan:

V     = Volume kaso dan reng

∑ LA = jumlah luas bidang atap

3)  Lipslang Kayu
Cara menghitung volume:

V     = ∑ LP

Keterangan:

V     = Volume Lipslang

∑ Lp  = panjang overstek

4)  Jurai luar, dalam dan talang

Cara menghitung volume jurai luar:

V     = b x h x ∑ Jr

Keterangan:

V     = volume jurai luar

H     = tinggi penampang kayu

B     = lebar penampang kayu

∑ Jr  = jumlah semua panjang kayu jurai luar, dalam dan talang

5)  Talang jurai

Cara menghitung volume talang jurai:

V     = ∑ Tj

Keterangan:

V     = volume jurai luar

∑ Tj  = panjang talang jurai

6)  Penutup Atap

Cara menghitung volume atap genteng:

V     = ∑ LA

Keterangan:

V     = volume atap genteng beton warna

∑L    = jumlah luas bidang atap = luas kaso reng

7)  Nok genteng

Cara menghitung volume nok genteng beton:

V     =   ∑ Nb
Keterangan:

V     = volume nok genteng beton warna

∑ Nb = jumlah genteng nok

C. Membuat dan Menentukan Harga Satuan Pekerjaan


(Analisa)

Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) dan Cara Menghitungnya

Memperkirakan berapa jumlah biaya yang dihabiskan dalam pelaksanaan proyek konstruksi
sangatlah penting. Jika berbicara perkiraan biaya, maka tidak terlepas dengan analisa biaya.
Analisa biaya dalam proyek konstruksi sering kita sebut dengan analisa harga satuan pekerjaan
(AHSP).
AHSP sendiri banyak macamnya, diantaranya AHSP yang dikeluarkan oleh Ditjend Bina Marga
Kementrian Pekerjaan Umum atau analisa SNI. Analisa harga tersebut digunakan untuk
merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti bahan material, upah tenaga kerja,
maupun waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek.

Sebelum kamu mempelajari apa pengertian AHSP dan cara menghitungnya, ketahui dulu apa itu
analisa AHSP SNI.

Analisa AHSP SNI adalah pedoman perhitungan analisa harga satuan pekerjaan yang selalu
mengikuti perkembangan standar nasional atau spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi. Disebut
pedoman karena analisa SNI menjadi petunjuk dalam perhitungan, akan tetapi pedoman tersebut
tetap harus disesuaikan dengan kondisi dimana pekerjaan konstruksi direncanakan atau akan
dibangun.

Pengertian Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)

Apa itu Analisa harga satuan pekerjaan (AHSP)? AHSP adalah suatu cara perhitungan harga
satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah
kerja, dan peralatan dengan harga bangunan, standar pengupahan pekerja dan harga sewa/beli
peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi.
Besarnya harga per satuan pekerjaan tersebut tergantung dari besarnya harga satuan bahan, harga
satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas
dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan.

Penentuan harga satuan bahan tergantung pada ketelitian dalam perhitungan kebutuhan spesifikasi
bahan material untuk setiap jenis pekerjaan. Sedangkan penentuan harga satuan peralatan baik
sewa ataupun investasi tergantung dari kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode
pelaksanaan, jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu sendiri. 

1. Analisa Harga Satuan Upah

Upah pekerja merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh kontraktor kepada pekerja
sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka. Besaran upah menjadi salah satu faktor pendorong
bagi manusia untuk bekerja karena mendapat upah berarti mereka akan dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan pemberian besaran upah yang sesuai dengan jasa yang mereka
berikan akan menimbulkan rasa puas, sehingga para pekerja akan berusaha untuk bekerja lebih
baik lagi.

Analisa harga satuan upah pekerjaan adalah menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Kebutuhan tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu volume
pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Tingkatan dan tugas tenaga kerja pada masing-masing pekerjaan dapat dijelaskan sebagai berikut
ini:

 Pekerja, jenis tenaga kerja ini berada pada tingkatan tenaga kerja terendah yang tugasnya
membantu dalam persiapan bahan atau pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan
khusus. Karena berada tingkatan yang paling rendah, tenaga kerja yang satu ini
mendapatkan upah yang rendah pula.

 Tukang, yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan tertentu, seperti tukang kayu, tukang batu, dan tukang las.

 Kepala Tukang, yaitu tenaga kerja yang bertugas mengelola tukang lainnya untuk suatu
bidang pekerjaan, misalnya kepala tukang kayu, kepala tukang batu, kepala tukang las.

 Mandor, yaitu tenaga kerja yang mempunyai tingkatan paling tinggi dalam suatu pekerjaan
yang bertugas untuk memonitor jalannya pekerjaan dan memantau kinerja tenaga kerja
yang lain.
Sedangkan untuk upah pekerjaan, secara luas dapat dibedakan beberapa macam yaitu :

 Upah borongan, yaitu upah yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja yang ditentukan
berdasarkan kesepakatan antar pekerja dengan yang memberikan pekerjaan pada saat
belum dimulai pekerjaan.

 Upah per potong atau upah satuan, yaitu besaran upah yang akan ditentukan dengan
banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja dalam waktu tertentu. Dengan model
pembayaran upah seperti ini akan membuat para pekerja berusaha segiat-segiatnya untuk
mengejar penghasilan yang besar sehingga perusahaan berproduksi lebih cepat dan lebih
besar.

Sedangkan jenis upah yang banyak dimanfaatkan di perusahaan-perusahaan diklasifikasikan


menjadi 2 golongan yaitu :

1) Upah menurut waktu

Merupakan sistem pengupahan pekerja yang dibayar berdasarkan waktu yang dihabiskan, misalnya
perjam, per hari, per bulan, per tahun, misalnya:

 Hari orang standar (standar man day). Satuan upah dalam 1 hari kerja dan disingkat h.o
atau m.d., dimana 1 h.o. (m.d) = upah standar dalam 1 hari kerja. Pekerja standar adalah
pekerja terampil yang dapat mengerjakan satu jenis pekerjaan saja misalnya pekerja gali,
pekerja kayu, tukang batu, tukang kayu, mandor, kepala tukang, dan lain-lain.

 Jam orang standar (standar man hour). Pemberian upah tenaga kerja yang dihitung
berdasarkan jam kerja efektif dan diberikan kepada tenaga yang bekerja sungguh-sungguh
dan tidak boleh lengah seperti pekerja pabrik, pekerja konstruksi, dan lain-lain.

 Bulan orang standar (standar man month). Pemberian upah untuk bulanan seperti
pelaksana lapangan, manajer prroyek, dan lain-lain.

2) Upah menurut hasil kerja

Dengan sistem ini tenaga kerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan yang telah diselesaikan tanpa
menghiraukan jumlah waktu yang dipergunakan.

 Upah menurut standar waktu. Dengan sistem ini upah dibayarkan berdasarkan waktu yang
telah distandarisasi guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

 Upah menurut kerja sama pekerja dan pengusaha. Sistem ini meliputi pembagian
keuntungan yang pembayarannya dilakukan kemudian sebagai tambahan atau
kombinasikan dengan sistem pembayaran upah yang telah disebutkan di atas.

Faktor Pengaruah Tingkatan Upah

Diantara berbagai faktor penting yang mempengaruhi tingkatan upah pekerja adalah sebagai
berikut:
1) Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Jenis pekerjaan yang membutuhkan kompetensi atau keterampilan tinggi dan jumlah tenaga
kerjanya langka, maka besaran upah cenderung tinggi sedangkan untuk jenis pekerjaan yang
mempunyai penawaran melimpah akan cenderung turun.

2) Organisasi atau Asosiasi Profesi

Ada tidaknya organisasi atau asosiasi profesi sejenis serta lemah kuatnya organisasi tersebut akan
ikut mempengaruhi terbentuknya besaran upah. Adanya asosiasi profesi yang kuat, yang berarti
posisi “bargaining” pegawai/tenaga kerja tersebut juga kuat.

3) Kemampuan perusahaan untuk membayar

Upah yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan salah satu komponen biaya produksi.
Tingginya upah pekerja akan mengakibatkan naiknya biaya produksi dan akhirnya akan mengurangi
keuntungan/laba yang didapat oleh perusahaan. Jika kendala biaya produksi sampai mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan, maka jelas perusahaan akan tidak mampu memenuhi fasilitas
pegawainya.

4) Produktivitas

Upah pekerja merupakan imbalan atas prestasi pekerjaan. Semakin tinggi prestasi pegawai
seharusnya semakin besar pula upah yang akan diterima. Prestasi biaya ini dinyatakan sebagai
produktivitas.

5) Biaya Hidup

Setiap kota di Indonesia pastinya memiliki tingkatan UMR yang berbeda yang dipengaruhi oleh
kebutuhan biaya hidup masyarakatnya. Dimana biaya hidup tinggi, maka upah juga cenderung
tinggi. Sehingga besaran upah untuk masing-masing kota tentunya memiliki perbedaan.

6) Pemerintah Daerah

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan


tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat upah yang akan dibayarkan.

2. Analisa Harga Satuan Bahan

Bahan yang disebut disini jenisnya tergantung pada item pekerjaannya (material pokok) dan
metodenya (material penunjang). Material bangunan dapat berupa bahan dasar (raw material) yang
harus diproses dalam pelaksanaan proyek konstruksi, atau berupa bahan jadi/setengah jadi yang
tinggal dipasang saja pada saat pekerjaan di lapangan.

Dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste (pemborosan) bahan sangat


penting untuk dikendalikan. Yang dimaksud dengan waste bahan dalah sejumlah bahan yang
dipergunakan/ telah dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual dari produknya.

Biasanya ada beberapa waste bahan yang dialami oleh sebuah perusahaan sehingga perlu untuk
dikendalikan, yaitu antara lain :
 Penolakan oleh owner karena bahan tidak memenuhi syarat.

 Kerusakan bahan karena kelemahan dalam handling atau penyimpanan.

 Kehilangan bahan karena kelemahan pengwasan keamanan.

 Pemborosan pemakaian di lapangan.

Analisa harga satuan bahan adalah menghitung banyaknya/volume masing-masing bahan, serta
besarnya biaya yang dibutuhkan. Sedangkan indeks satuan bahan menunjukkan banyaknya bahan
yang akan diperlukan untuk menghasilkan suatu volume pekerjaan yang akan dikerjakan, baik
dalam volume 1 m3, 1m2, atau per m’.

Kebutuhan bahan/material ialah besarnya jumlah bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Kebutuhan bahan dapat dicari dengaan rumus
sebagai berikut:

3. Analisa Harga Satuan Peralatan

Banyak jenis pekerjaan konstruksi yang memerlukan peranan alat guna membantu manusia dalam
melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Oleh karena itu bila dalam
pelaksanaan suatu item pekerjaan tertentu memerlukan alat-alat konstruksi, terutama jenis alat-alat
berat, maka sub harga satuan alat harus dihitung tersendiri seperti halnya sub harga bahan.

Alat berat yang umum dipakai terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar antara
lain dozer, excavator, front shovel, clamshell, loader, truck, roller, dan lain-lain. Dengan bantuan alat
berat tersebut, penyelesaian pekerjaan bisa tercapai dengan lebih mudah dengan waktu yang relatif
lebih singkat.

Dasar perhitungan sub harga satuan peralatan ini sama dengan sub harga satuan upah, yaitu
mempertimbangkan tingkat roduktivitas alat tersebut. Bila alat yang digunakan adalah sewa, maka
harga sewa alat tersebut dipakai sebagai dasar perhitungan sub harga satuan peralatan. Namun
bila alat yang digunakan adalah milik sendiri, maka harus dipakai “konsep biaya alat” yang terdiri
dari :

 Biaya penyusutan (depresiasi) alat, yaitu biaya yang disisihkan untuk pengembalian
investasi alat yang bersangkutan.

 Biaya perbaikan, yaitu meliputi biaya yang diperlukan untuk penggantian suku cadang dan
upah mekanik.

 Biaya operasi, yaitu meliputi biaya-biaya yang diperlukan untuk keperluan bahan bakar,
pelumas, minyak hidrolis, grease, dan upah operator.

Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan suatu proyek. Ketepatan dalam pemilihan peralatan untuk pekerjaan konstruksi
akan memperlancar jalannya proyek.

Cara Menghitung AHSP

Dalam menghitung analisa harga satuan pekerjaan (AHSP) sendiri dipengaruhi oleh angka koefisien
yang menunjukkan nilai satuan upah tenaga kerja, nilai satuan bahan/material, dan nilai satuan alat
yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya
suatu pekerjaan.

Kontraktor di dalam menghitung suatu AHSP tidak hanya menggunakan Analisa Bina Marga (K)
ataupun Analisis SNI, tetapi juga menggunakan perhitungan sendiri. Di dalam perhitungan sendiri
perusahaan kontraktor tidak mempunyai patokan koefisien, akan tetapi berdasarkan pengalaman,
metode pelaksanaan, kondisi lapangan, kondisi/efisiensi peralatan, keadaan cuaca pada saat
pekerjaan dilaksanakan serta jarak angkut bahan material ke lokasi pekerjaan.

Tahapan menghitung analisa bahan material adalah didapat dari harga pasaran, yang kemudian
dikumpulkan didalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan upah
tenaga kerja didapatkan di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan didata dalam suatu
daftar yang dinamakan daftar satuan upah tenaga kerja.

Berikut contoh bentuk perhitungan analisa SNI beserta keterangannya dalam bentuk tabelisasi :

Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Plesteran


Satuan Pembayaran : M2

 
Keterangan :

 Kolom 1 : Penomoran.

 Kolom 2 : Menandakan item pekerjaan.

 Kolom 3 : Menandakan satuan bahan, upah tenaga dan peralatan.

 Kolom 4 : Menandakan indeks atau koefisien baik untuk bahan, upah, tenaga maupun
peralatan. Koefisien / indeks mendeskripsikan seberapa besar alat, bahan dan tenaga yang
digunakan didalam mengerjakan pekerjaan plesteran.

 Kolom 5 : Menandakan harga satuan bahan, upah tenaga, dan peralatan.

 Kolom 6 : Menandakan jumlah harga yang berarti koefisien dikalikan dengan harga satuan.
Untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan maka harga satuan bahan, harga satuan tenaga, dan
harga satuan alat harus diketahui terlebih dahulu yang kemudian dikalikan dengan koefisien yang
telah ditentukan.

D. Menghitung Jumlah Biaya Pekerjaan

Menghitung RAB dengan AHSP


Untuk mendapatkan hitungan RAB secara terperinci, Anda lerlu mengetahui konsep AHSP atau
Analisis Harga Satuan Pekerjaan. AHSP biasanya dibuat untuk mengetahui secara detail komponen
per item pekerjaan termasuk bahan dan upah. Dengan AHSP Anda bisa mengetahui jenis serta
jumlah material yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah item proyek.

Misalnya Anda ingin membuat dinding dari pasangan bata ringan tebal 10 cm dengan menggunakan
mortar siap pakai. AHSP untuk membuat dinding bata ringan adalah sebagai berikut.

Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan Jumlah Harga

Tenaga
– Pekerja OH 0,300
– Tukang Batu OH 0,100
– Kepala Tukang OH 0,010
– Mandor OH 0,010
Bahan
– Bata Ringan Tebal 10 cm m3 0,100
– Mortar Siap Pakai sak 0,105

Kita bisa melihat bahwa AHSP dibagi menjadi dua, yaitu Tenaga dan Bahan. Tenaga adalah nilai
jasa yang diperlukan untuk membuat dinding. Satuannya adalah OH atau Orang per Hari. Masing-
masing komponen sudah memiliki koefisien yang ditetapkan berdasarkan standar. Yang Anda perlu
lakukan adalah cukup memasukkan harga satuan untuk masing-masing komponen sesuai dengan
standar upah masing-masing daerah. Cukup mudah bukan?

Harga Upah
Misalnya Anda akan menggaji dengan harga berikut:

 Pekerja : Rp 99.000,-
 Tukang batu : Rp 122.000,-
 Kepala tukang : Rp 140.000,-
 Mandor : Rp 158.000,-
Maka total harga upah yang perlu Anda keluarkan untuk membuat dinding pasangan bata ringan
adalah

 Pekerja : Rp 99.000,- x 0,300 = Rp 29.700,-


 Tukang Batu : Rp 122.000,- x 0.100 = Rp 12.200,-
 Kepala Tukang : Rp 140.000,- x 0.010 = Rp 1.400,-
 Mandor : Rp 158.000,- x 0.010 = Rp 1.580,-
Total harga upah adalah Rp 29.700,- + Rp 12.200,- + Rp 1.400,- + Rp 1.580,- = Rp 44.880,-
Harga Bahan
Berikutnya untuk bahan Anda cukup memperhatikan koefisien serta satuan. Koefisien adalah jumlah
bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah item pekerjaan. Item akan berbeda-beda
sesuai dengan jenis pekerjaan. Apabila kita melihat harga bahan bangunan terbaru di Bildeco, maka
kita akan mendapatkan harga-harga item berikut.

 Batu ringan SCG tebal 10 cm : Rp 703.500,-


 Mortar siap pakai per sak (40 kg) : Rp 95.000,-
Maka dengan menggunakan AHSP, kita dapat menghitung harga kebutuhan bahan untuk membuat
satu meter persegi dinding bata ringan sebagai berikut.

 Batu ringan SCG tebal 10 cm : Rp 703.500,- x 0,100 = Rp 70.350,-


 Mortar siap pakai per sak (40 kg) : Rp 95.000,- x 0,105 = Rp 9.975,-
Total harga bahan adalah Rp 70.350,- + Rp 9.975,- = Rp 80.325,-

Maka harga total untuk membuat satu meter persegi dinding bata ringan adalah

TOTAL HARGA UPAH + TOTAL HARGA BAHAN = Rp 44.880,- + Rp 80.325,- = Rp 125.205,-


Setelah mendapatkan harga 1 m2 dinding bata ringan, selanjutnya Anda tinggal mengalikannya
dengan luas area pekerjaan Anda. Misalnya untuk rumah 45 m2 luas dindingnya adalah 120 m2.
Maka, total harga untuk membuat dinding pada rumah tersebut adalah = 120 x Rp 125.205,- = Rp
15.024.600,-

Memang hitungan ini akan terlihat lebih ribet karena Anda harus mencari harga per item terlebih
dahulu. Namun dengan menghitung RAB berdasarkan AHSP seperti ini, Anda dapat menentukan
jumlah bahan yang perlu Anda beli. Misalnya koefiesien untuk bata ringan adalah 0,100. Maka
jumlah m3 bata ringan yang perlu Anda beli dapat dihitung dengan rumus LUAS DINDING X
KOEFISIEN = 120 M2 X 0,100 = 12 M3. Dan untuk mortar yang perlu Anda beli adalah 120 M2 X
0,105 = 12.6 SAK atau sekitar 13 sak kalau dibulatkan.

E. Menghitung Keseluruhan Jumlah Total Masing-masing


Sub Pekerjaan (Rekapitulasi Harga)

A.  Fungsi RAB :
Secara Umum ada 4 Fungsi Utama dari Rancanga Anggaran Biaya (RAB) :
1. Menetapkan jumlah total biaya pekerjaan yang menguraikan masing masing item pekerjaan yang
akan dibangun. RAB harus menguraikan jumlah semua biaya upah kerja, material dan peralatan
termasuk biaya lainnya yang diperlukan misalanya perizinan, kantor atau gudang sementara, fasilitas
pendukung misalnya air dan listrik sementara.
2. Menetapkan Daftar dan Jumlah Material yang dibutuhkan. Dalam RAB harus dipastikan jumlah masing
masing material disetiap komponen pekerjaan. Jumlah material didasarkan dari volume pekerjaan ,
sehingga kesalahan perhitungan volume setiap komponen pekerjaan akan mempengaruhi jumlah
material yang dibutuhkan. Daftar dan Jenis material yang tertuang dalam RAB menjadi dasar pembelian
material ke Supplier.

3.  Menjadi dasar untuk penunjukan/ pemilihan kontraktor pelaksana. Berdasarkan RAB yang ada , maka
akan diketahui jenis dan besarnya pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dari RAB tersebut akan kelihatan
pekerja dan kecakapan apa saja yang dibutuhkan. Berdasarkan RAB tersebut akan diketahui apakah
cukup diperlukan satu kontraktor pelaksana saja atau apakah diperlukan untuk memberikan suatu
pekerjaan kepada subkontraktor untuk menangani pekerjaan yang dianggap perlu dengan spesialis
khusus.

4. Peralatan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan akan diuraikan dalam estiamsi
biaya yang ada. Seorang estimator harus memikirkan bagaimana pekerjaan dapat berjalan secara mulus
dengan menentukan peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut. Dari RAB juga dapat
diputuskan peralatan yang dibutuhkan apakah perlu dibeli langsung atau hanya perlu dengan sistim
sewa.. Kebutuhan peralatan dispesifikasikan berdasarkan jenis, jumlah dan lama pemakaian sehingga
dapat diketahui berapa biaya yang diperlukan

B. Keuntungan – Keuntungan yang didapatkan dengan adanya RAB :


Berdasarkan pengalaman yang ada , ketika seseorang melaksanakan pembangunan rumah
ataupun proyek proyek lainnya, mereka merasa terbantu dengan adanya Rencana Anggaran Biaya .
Sesorang akan terbantu dengan adanya RAB dimana akan menjadi dasar dan pelaksanaan
pekerjaan baik saat pembelian material dan pemilihan kontraktor dan bialamana ada perubahan
jenis material saat pekerjaan sedang berlangsung. Kesulitan kesulitan pembiayaan juga dapat
terbantu dan disederhanakan jika kita mempunyai detail RAB. Berikut adalah beberapa catatan yang
dapat membantu anda untuk mengerti apa pentingnya Rancangan Anggaran Biaya tersebut :

 Saat pelaksanaan pembangunan sedang berlangsung, tanpa disadari uang yang kita keluarkan cukup
besar mengalir. Dengan adanya RAB yang kita miliki, maka kita akan mengatur penyediaan dan
pengeluaran berdasarkan schedule pekerjaan. Kita dapat menghitung jumlah pengeluaran berkala dari
RAB yang ada untuk pembayaran upah tukang, pembelian materian dan pembelian peralatan . Jika
pekerjaan dilakukan oleh suatu kontraktor dimana upah dan material langsung ditangani oleh kontraktor,
maka kita dapat mengatur pengeluaran berdasarkan termin (jumlah prosentrase pekerjaan)

 Dari detail-detail yang tertuang dalam RAB maka akan didapatkan informasi semua tipe kebutuhan
material yang diperlukan untuk masing masing bagian pekerjaan, dan juga akan didaptkan jumlah actual
material yang diperlukan. Bedasarkan jenis dan jumlah material yang ada dalam RAB maka kita dapat
mempelajarinya dan membuatkan suatu kerja sama dengan pihak supplier untuk mengatasi atau
menjaga bilamana terjadi fluktuasi harga. Sebagai contoh kita dapat terlebih dahulu menempatkan uang
kita ke suatu toko/ supplier untuk pemesanan jenis dan jumlah material yang sudah ada tertera di RAB.

 Dengan detail RAB yang ada, anda dapat mengatur jenis dan jumlah material yang akan
dipergunakan sesuai dengan kebutuhannya dilapangan. Ini akan membantu penyimpanan material yang
tidak diperlukan digudang dimana akan mejaga bertumpuknya material dan juga menjaga perputaran
uang anda. Juga akan mengamankan barang barang anda tertumpuk lama sehingga akan bisa
mengakibatkan material tidak bisa terpakai.

 Dengan pengaturan jumlah material yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan pemakaian maka
akan memperlancar jalannya pekerjaan dan juga akan menghindari terbuangnya material oleh pekerja.
 RAB juga memberikan spesifikasi masing masing material yang dibutuhkan dalam tahapan konstruksi,
dimana hal ini juga membantu untuk memeriksa apakah standard dan kwalitas bahan yang masuk sudah
sesuai dengan kebutuhan bangunan anda.

 Jika semua material dan gudang dapat di sesuaikan dengan kebutuhannya maka juga akan
membantu waktu penyelesaian dari pembangunan rumah yang juga akan mengurangi biaya yang akan
dikeluarkan misalanya biaya penjaga gudang.

 Jika anda kurang mahir dalam menghitung RAB terhadap rumah yang ingin anda bangun, anda dapat
meminta kepada sebuah konsultan yang biasa dalam membuat RAB, atau dapat juga anda lakukan
dengan meminta kepada kontraktor yang akan mengerjakan untuk membuat RAB terhadap pekerjaan
yang akan dibangun. Dengan RAB yang ada anda dapat membandingkan harga antara harga yang
dibuat oleh sikonsultan dengan harga yang dibuat oleh calon kontraktor.

 Jika anda mempunyai dana yang terbatas, maka anda dapat menggunakan RAB ini sebagai dasar
perhitungan untuk meminjam besar dana yang akan anda pinjam.

  RAB akan membantu kecepatan pekerjaan , dimana pemilik dan pekerja akan mempunyai acuan
untuk kemulusan berlangsungnya pekerjaan. Semakin cepat rumah anda selesai dibangun maka anda
akan semakin cepat dapat menempatinya

C.  Komponen- komponen Yang perlu dihitung dalam RAB.


Dalam suatu konstruksi bangunanrumah ada dua bagian segi pembiayaan yang perlu
diperhitungkan, yaitu :
a. biaya pokok yang berhubungan dengan material , upah kerja dan perlatan.
b. biaya operasional termasuk biaya perijinan, fasilitas atau sarana (air, listrik sementara, gudang
dll), dan juga perlu diperhitungkan biaya tidak terduga.
Dalam perhitungan RAB suatu bangunan rumah , semua bagian komponen yang diperlukan dalam
pekerjaan hingga selesai harus betul betul diperhitungkan, dimulai dari awal pekerjaan sampai
selesai nya tahap konstruksi.

D. Langkah – Langkah Menghitung RAB

1. Persiapan dan Pengecekan Gambar Kerja


Gambar Kerja adalah dasar untuk menentukan pekerjaan apa saja yang ada dalam komponen bangunan
yang akan dikerjakan. Dari gambar akan didapatkan ukuran , bentuk dan spesifikasi pekerjaan. Pastikan
gambar mengandung semua ukuran dan spesifikasi material yang akan digunakan untuk mempermudah
perhitungan volume pekerjaan. Dari gambar yang ada anda disini sudah memulai coretan coretan item
pekerjaan apa saja yang akan dihitung dalam pembuatan RAB nya. Dalam tahap persiapan ini perlua
juga dilakukan pengecekan harga harga material dan upah yang ada disekitar atau lokasi paling dekat
dengan tempat bangunan rumah akan dikerjakan.

2. Perhitungan Volume.
Langkah awal untuk menghitung volume pekerjaan, yang perlu dilakukan adalah mengurutkan seluruh
item dan komponen pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja yang ada. Sebagai
contoh pembangunan rumah tinggal anda dapat lihat dibawah ini.
Jika anda merasa seluruh item pekerjaan sudah tertuang , selanjutnya anda memluai menghitung
volume masing masing volume pekerjaan tersebut. Untuk format sederhana dan memudahkan
perhitungan , anda dapat melakukannya dalam format excel. Suatu hal yang perlu diperhitungkan
adalah satuan pekerjaan yang dihitung harus sama dengan analisa harga satuan pekerjaan.

Contoh perhitungan volume pekerjaan dalam format excel anda dapat lihat dibawah ini :

Jika perhitungan sudah selesai, tidak salah jika anda melakukan pengecekan kembali bilamana ada
kemungkinan kesalahan perhitungan ukuran.

3.  Membuat Harga Satuan Pekerjaan

Untuk menghitung Harga Satuan Pekerjaan, yang perlu dipersiapakan adalah :


–  Indeks (koefisien) analisa pekerjaan
–  Harga Material/ Bahan sesuai satuan
– Harga upah kerja per hari termasuk mandor, kepala tukang, tukang dan pekerja
Indeks (koefisien) analisa pekerjaan mungkin sedikit agak rumit dan membingungkan , jika anda
kurang paham darimana (indeks) koefisien tersebut, anda dapat menggunakan indeks resmi yang
dikeluarkan oleh pemerintah (anda dapat melihatnya dari SNI yang sudah ada saat ini untuk masing
masing item pekerjaan).
Untuk harga material dan upah kerja , anda tinggal memasukkan harga berdsarkan harga yang ada
didaerah anda. Anda juga perlu mengantisipasi nilai harga yang dimasukkan bilamana kemungkinan
akan ada kenaikan harga jika pekerjaan masih lama untuk dimulai.

Contoh Harga Satuan Pekerjaan dapat anda lihat dibawah ini :


4.  Perhitungan Jumlah Biaya Pekerjaan

Setelah didapatkan volume dan harga satuan pekerjaan , kemudian kita tinggal mengalikannya
sehingga didapat harga biaya pekerjaan dari masing masing item pekerjaan.

Untuk memisahkan biaya antara Upah kerja dan Jumlah Biaya Material, anda dapat memisahkan
kolom perhitungan seperti dibawah ini. Ini dapat anda pergunakan jika misalnya kontrak upah
terpisah dengan pembelian material.

5.  Rekapitulasi
Rekapitulasi adalah jumlah masing masing sub item pekerjaan dan kemudian ditotatlkan sehinggan
didapatkan jumlah total biaya pekerjaan. Dalam rekapitulasi ini bilamana diperlukan juga
ditambahkan biaya overhead dan biaya pajak.Contoh Rekapitulasi biaya pekerjaan dapat dilihat
dibawah ini :

SUMBER DARI : https://ramarsitek.wordpress.com/category/tugas-gambar/


http://gedungarsitek.blogspot.com/2018/10/pengertian-gambar-bestek-dalam-bangunan.html
https://khedanta.wordpress.com/2011/04/11/fungsi-dan-langkah-pembuatan-rancangan-
anggaran-biaya-bangunan/
https://bildeco.com/blog/cara-menghitung-rab-dengan-ahsp-secara-benar/
https://www.situstekniksipil.com/2018/03/rumus-dan-cara-menghitung-volume.html
http://malasnyatat.blogspot.com/2016/08/gambar-denah-dan-situasi_31.html
https://www.arsitag.com/article/tahapan-proyek-9-gambar-kerja
https://kursusarsiteksurabaya.com/download-gambar-kerja-rumah-type-60-pdf-dwg-lengkap/

Anda mungkin juga menyukai