Anda di halaman 1dari 27

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN
Nomor 49 P/HUM/2016

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH AGUNG

ne
ng
Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil
terhadap Surat Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor

do
gu 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari 2016, tentang Pembongkaran pada
Tanah Negara yang diperuntukkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di

In
Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan Matuari Kota Bitung, pada tingkat
A
pertama dan terakhir telah memutuskan sebagai berikut, dalam perkara:
JOHN PETRUS WANTAH, kewarganegaraan Indonesia,
ah

lik
tempat tinggal Lingkungan V, RT 003, RW 003, Kelurahan
Manembo-nembo Tengah, Kecamatan Matuari, Kota Bitung-
am

ub
Sulawesi Utara, pekerjaan Wiraswasta.
Berdasarkan Surat Kuasa tanggal 6 November 2016 mewakili
dan bertindak atas nama Masyarakat yang menempati kawasan
ep
k

Erphact, Kelurahan Tanjung Merah, Kecamatan Maturi, Kota


ah

Bitung, Sulawesi Utara;


R

si
Selanjutnya disebut sebagai Pemohon;
melawan:

ne
ng

Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung-Sulawesi Utara,


tempat kedudukan di Jalan Dr.Sam Ratulangi, Nomor 45, Kota

do
Bitung, Sulawesi Utara:
gu

Selanjutnya disebut sebagai Termohon;


Mahkamah Agung tersebut;
In
A

Membaca surat-surat yang bersangkutan;


DUDUK PERKARA
ah

lik

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal


17 November 2016 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung pada
m

tanggal 18 November 2016 dan diregister dengan Nomor 49 P/HUM/2016 telah


ub

mengajukan permohonan keberatan hak uji materiil terhadap Surat Keputusan


ka

Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5


ep

Januari 2016, tentang Pembongkaran pada Tanah Negara yang di peruntukkan


sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan
ah

Matuari Kota Bitung, dengan dalil-dalil yang pada pokoknya sebagai berikut:
es

I. Kewenangan Mahkamah Agung


M

ng

on
gu

Halaman 1 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. Bahwa Pemohon dengan ini bermohon kepada Mahkamah Agung agar

si
sudilah kiranya melakukan pengujian formil terhadap Surat Keputusan
Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016

ne
ng
tanggal 5 Januari 2016, tentang Pembongkaran pada Tanah Negara
yang di peruntukkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan
Tanjung Merah Kecamatan Matuari Kota Bitung,yang pembentukannya

do
gu tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, yaitu Asas Kelembagaan atau
pejabat pembentuk yang tepat dan Asas Kesesuaian Antara Jenis,

In
A
hierarki dan materi muatan sebagaimana tertuang dalam ketentuan Pasal
5 huruf (b) dan (c) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
ah

lik
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
2. Bahwa Pasal 24A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (selanjutnya mohon disebut “UUD 1945”) menyatakan:
am

ub
“Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
ep
undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
k

undang-undang”;
ah

3. Bahwa Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang


R

si
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

ne
ng

14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan terakhir diubah dengan


Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas

do
gu

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung


(selanjutnya mohon disebut “UU Mahkamah Agung”) mengatur:
“Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji peraturan
In
A

perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-


undang”;
ah

lik

4. Bahwa hal serupa terdapat dalam Pasal 20 ayat (2) huruf b Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang
m

ub

menyatakan: “Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan


perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
ka

undang”;
ep

5. Bahwa penegasan yang sama juga tercantum dalam Pasal 9 ayat (2)
ah

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan


R

Perundang-undangan yang mengatur: “Dalam hal suatu Peraturan


es

Perundang-undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan


M

ng

on
gu

Halaman 2 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah

R
Agung”;

si
6. Bahwa Pedoman atau Tata Cara hanya bersifat teknis administrative dan

ne
ng
tidak boleh membuat atau menciptakan norma hukum baru yang sama
sekali tidak diatur dalam undang-undang. Jika materi pedoman atau tata
cara berisi norma hukum baru, maka norma hukum yang demikian dapat

do
gu diabaikan daya ikatnya, Norma hukum yang demikian tidak dapat
dipaksakan berlakunya dalam lalulintas hukum;

In
A
7. Bahwa kewenangan regulasi atau membuat peraturan perundang-
undangan, pada pokoknya, lahir dari adanya prinsip kedaulatan rakyat,
ah

lik
oleh karena itu setiap peraturan yang akan ditetapkan oleh pemerintah
mengikat untuk umum, haruslah atas persetujuan wakil-wakil yang duduk
di Dewan Perwakilan Rakyat;
am

ub
8. Bahwa berdasarkan uraian-uraian yang Pemohon kemukakan dalam
angka 1 s/d 7 di atas, maka tidak ada keraguan sedikit pun untuk
ep
menyatakan bahwa Mahkamah Agung berwenang untuk memeriksa,
k

memutus dan mengadili permohonan ini pada tingkat pertama dan


ah

terakhir dan putusannya bersifat final;


R

si
Maka Surat Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor
06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari 2016, tentang Pembongkaran pada

ne
ng

Tanah Negara yang di peruntukkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di


Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan Matuari Kota Bitung,adalah memenuhi

do
gu

kualifikasi sebagai objek uji materiil;


II. Legal Standing/Kedudukan Hukum Pemohon
a) Bahwa kami masyarakat Tanjung Merah sebanyak 2.458 Kepala
In
A

Keluarga yang Menempati lahan seluas 92,6 Ha (sembilan puluh dua


koma enam hektar), Tanah Hak Milik Adat secara Turun Temurun dikenal
ah

lik

publik nama Erphact, dengan dasar surat Resimen Koordinator Sulawesi


Utara Nomor Btg 7/2/5/59 tanggal 13-1-1960. (Lampiran P-8);
m

ub

b) Keputusan Pangadilan Belanda (Landaad Manado) Nomor 145/1925


Menyatakan Tanah Erphact adalah Milik Masyarakat adat Kelurahan
ka

tanjung Merah dengan usaha Perkebunan kelapa sawit dalam


ep

Penanaman Modal Perusahaan Asing. (Lampiran P-9);


ah

c) Bahwa Sesuai Risalah Rapat DPRD Kota Bitung pada tanggal 22 Maret
R

2012 DPRD Kota Bitung mendesak Pemda Kota Bitung untuk


es

memulihkan Tanah Hak milik Adat terhadap Masyarakat yang bermukim


M

ng

di Kawasan Erphact-Tanjung Merah Kota Bitung,dengan dasar surat


on
gu

Halaman 3 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Resimen Koordinator Sulawesi Utara Nomor Btg 7/2/5/59 tanggal 13-1-

si
1960, yang telah memenuhi sifat-sifat pada UUPA Nomor 5/1960
tertanggal 24 September 1960.(lampiran P-10);

ne
ng
d) Bahwa pengertian Tanah bekas Hak Erfpacht (hak usaha) adalah berasal
dari secara umum Tanah Tanah Hak Milik adat (bukan berasal dari tanah
negara )dalam hal ini Masyarakat Kelurahan tanjung Merah secara Turun

do
gu temurundengan usaha Perkebunan kelapa sawit dalam Penanaman
Modal (Bagi hasil) Pola kemitraan Perusahaan Asing pada zaman sejak

In
A
Kolonial Belanda selama/setiap 75 Tahun yaitu : meliputi hak kebendaan
untuk menarik penghasilan seluas-luasnya untuk waktu yang lama dari
ah

lik
sebidang tanah milik orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah
uang atau penghasilan tiap-tiap Tahun yang dinamakan “pacht”
sebagaimana di maksud Pasal 720 KUHPerdata,yang di artikan tanah
am

ub
hak Erphact Masyarakat Kawasan Erphact Tanjung Merah secara Hukum
berasal dari Tanah Hak Milik Adat/Pasini;
ep
e) Bahwa Pemohon adalah beberapa kelompok masyarakat yang secara
k

turun temurunbermukim/menempati,memanfaatkan dan merawat hak


ah

atas tanah seluas sekitar 92,6 ha (sembilan puluh dua koma enam
R

si
hektar) yang terletak di Kelurahan Tanjung Merah (dahulu bernama
Negeri Tanjung Merah), Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Sulawesi

ne
ng

Utara;
f) Bahwa sejak di tetapkannya dengan surat Resimen Koordinator

do
gu

Sulawesi Utara Nomor Btg 7/2/5/59 tanggal 13-1-1960, masyarakat yang


bermukim dan bercocok tanam di Kawasan Erphact-Tanjung Merah-Kota
Bitung,melakukan kerja sama perkebunan kelapa sawit (kelapa dalam)
In
A

dengan PT Ranomut, sehingga tanah seluas sekitar 92,6 ha (sembilan


puluh dua koma enam hektar) di Hak Guna Usahakan, sehingga di
ah

lik

terbitkan Sertipikat Hak Guna Usaha Nomor 2 an PT Ranomut yang


telah berakhir haknya pada tanggal 31 Desember 2000;
m

ub

g) Bahwa Hak Guna Usaha (HGU ) dalam pengertian Hukum Barat sebelum
dikonversi berasal dari hak erfacht, yang pengaturannya terdapat dalam
ka

Pasal 720 B.W adalah suatu hak kebendaan untuk mengenyam


ep

kenikmatan yang penuh (polle geenot) atas suatu benda yang tidak
ah

bergerak kepunyaan orang lain, dengan kewajiban membayar pacht atau


R

canon tiap tahun, sebagai pengakuan eigendom kepada yang


es

mempunyai baik berupa uang maupun hasil in nature;


M

ng

on
gu

Halaman 4 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
h) Bahwa Sertipikat Hak Guna Usaha Nomor 2 an PT Ranomut kemudian

si
beralih kepada PT Asa, namun kedudukan kepemilikan masyarakat
Kawasan Erphact-Tanjung Merah Kota Bitung tidak berubah,mengingat

ne
ng
kerjasama perkebunan kelapa sawit (kelapa dalam) dengan PT
Asa,sama hal nya yang di lakukan Hak Guna Usaha PT Ranomut,atau
sejak awalnya dengan Pola kemitraan Perusahaan Asing pada zaman

do
gu sejak Kolonial Belanda selama/setiap 75 Tahun, dengan hak Erpchact;
i) Bahwa karena mempunyai ikatan asal usul leluhur yang secara turun

In
A
temurun bermukim di wilayah geografis tertentu (in casu Kelurahan
Tanjung Merah, Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Sulawesi Utara), dan
ah

lik
sampai saat ini keberadaan Pemohon masih eksis, dimana eksistensi
tersebut selaras dengan ketentuan Pasal 24 ayat 2 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang berbunyi :
am

ub
Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat
pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat
ep
dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang
k

bersangkutan selama 20 (dua puluh) Tahun atau lebih secara berturut-


ah

turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahuluan-pendahulunya,


R

si
dengan syarat:
a. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara

ne
ng

terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yangberhak atas tanah,


serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya;

do
gu

b. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh
masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan
In
A

ataupun pihaklainnya.
Penjelasan Pasal 24 ayat 2 Peraturan Pemerintah. Nomor 24 Tahun
ah

lik

1997 berbunyi antara lain :


Ketentuan ini memberi jalan keluar apabila pemegang hak tidak dapat
m

ub

menyediakan bukti kepemilikan sebagaimana dimaksud ayat (1), baik


yang berupa bukti tertulis maupun bentuk lain yang dapat dipercaya.
ka

Dalam hal demikian pembukuan hak dapat dilakukan tidak berdasarkan


ep

bukti kepemilikan akan tetapi berdasarkan bukti penguasaan fisik yang


ah

telah dilakukan oleh pemohon dan pendahulunya. (Lampiran P-11);


R

j) Bahwa Termohon mengatasnamakan Pemerintah Daerah Kota Bitung


es

menyatakan Kepemilikan tanahnya hanya berpendapat alibi/tanpa dokumen


M

ng

kepemilikan tanah yang sah menurut hukum, yaitu surat Termohon kepada
on
gu

Halaman 5 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Komnas HAM RI tanggal 17 Maret 2015 Nomor 91/TR.b/III/2015 yaitu

si
dengan menyatakan tanah hak milik masyarakat Kawasan Erphact-Tanjung
Merah Kota seluas 92,6 Ha (sembilan puluh dua koma enam hektar)

ne
ng
statusnya adalah tanah exs Hak Guna Usaha Nomor 2 an PT Ranomut
yangtelah berakhir haknya pada tanggal 31 Desember 2001,dan tidak
diperpanjang lagi sehingga tanahnya menjadi tanah negara, hal ini sesuai

do
gu dengan ketentuan Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

In
A
Bangunan dan Hak Pakai Atas tanah yang menyatakan bahwa HGU hapus
karena berakhirnya jangka waktu sebagaimana di tetapkan dalam keputusan
ah

lik
pemberian atau perpanjangannya .kemudian ayat (2) menyatakan Hapusnya
Hak Guna Usaha sebagaimana di maksud dalam ayat (1) mengakibatkan
menjadi tanah negara” (Lampiran P-12);
am

ub
k) Bahwa Termohon mengimplementasikan/menyatakan kepemilikannya yang
dimaksud pada Petitum dengan melakukan rencana upaya
ep
pengosongan/penggusuran terhadap pemukiman Kawasan Erphact Tanjung
k

Merah dengan menerbitkan surat :


ah

a. Surat Nomor 71/TR.d/II/2015 tanggal 27 Februari 2015;


R

si
b. Surat Nomor 82/TR.d/111/2015 tanggal 3 Maret 2015;
c. Surat Nomor 88/TR.d/111/2015 tanggal 10 Maret 2015;

ne
ng

d. Surat Nomor 249/TR.D.SKPL/IX/2015 tanggal 21 September 2015;


e. Surat Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari 2016;

do
gu

(Lampiran P-13 s/d P-16).


l) Bahwa di dalam Surat Termohon Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5
Januari 2016, Bab Memutuskan dan menetapkan Keempat berbunyi :
In
A

Apabila jangka waktu 30 (tiga puluh) hari pemilik/pengguna bangunan tidak


melakukan pembongkaran, maka pembongkaran bangunan akan di lakukan
ah

lik

Pemerintah Kota;
m) Dan pada tanggal 5 Februari 2016 Termohon melakukan pembongkaran
m

ub

bangunan tanpa ganti rugi di atas tanah milik Pemohon seluas 92,6 Ha
(sembilan puluh dua koma enam hektar), sesuai data kerugian Pemohon
ka

material sebesar Rp 18.616.119.850 (delapan belas milyar enam ratus enam


ep

belas juta seratus Sembilan belas ribu delapan ratus lima puluh rupiah ).
ah

(Lampiran P-17);
R

n) Bahwa Termohon Inkonsistensi sebelum melakukan penggusuran dan


es

pembongkaran bangunan pada tanggal 5 Februari 2016, di atas tanah milik


M

ng

Pemohon, di dalam surat Termohon kepada Komnas HAM RI tanggal 17


on
gu

Halaman 6 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Maret 2015 Nomor 91/TR.b/III/2015 pada halaman 2 (dua) petitum 4

R
(empat), Termohon menyampaikan, yang berbunyi:” Pada dasarnya

si
Pemerintah Kota Bitung tidak melakukan tindakan intimidasi Penggusuran

ne
ng
baik berupa pernyataan maupun provokasi terhadap masyarakat yang
menamakan Masyarakat Adat Kawasan Erphact kelurahan Tanjung Merah
“.(Lampiran P-18);

do
gu o) Bahwa bukti lain Termohon Inkonsistensi, yaitu pada tanggal 3 Februari
2016 Komnas Ham RI melalui surat nya Nomor 0.177/K/PMT/II/2016,tentang

In
A
permintaan klarifikasi terkait rencana pembongkaran/penggusuran di
kawasan ekonomi khusus, yang pada intinya mengingatkan termohon
ah

lik
tentang kesepakatan pada tanggal 9 November 2015, diantaranya :
1. Pemkot Bitung akan memberikan penjelasan tertulis terkait rencana
penanganan warga di lokasi sengketa.misalnya ganti rugi,rusunawa dan
am

ub
sebagainya;
2. Perkembangan pendataan yang di laksanakan oleh Pemda Bitung
ep
khususnya terhadap 15 KK yang menjadi prioritas;
k

3. Penggunaan pendekatan persuasif dalam penyelesaian sengketa.


ah

Dan di dalam surat Komnas HAM RI kepada Termohon pada tanggal 3


R

si
Februari 2016 Komnas Ham RI melalui suratnya Nomor
0.177/K/PMT/II/2016, tentang permintaan klarifikasi terkait rencana

ne
ng

pembongkaran/penggusuran di kawasan ekonomi khusus,juga meminta


menunda atau menangguhkan penggusuran dan pembongkaran sampai

do
gu

adanya penjelasan tersebut (Lampiran P-19);


maka Pemohon mempunyai kapasitas dan telah memenuhi klasifikasi,
hubungan kerugian, hubungan hukum sebab akibat (causal verband) dengan
In
A

Termohon untuk mengajukan permohonan hak uji materiil ini.


III. Alasan Hukum Permohonan Uji Materiil
ah

lik

a. Bahwa Surat Termohon Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari


2016, tentang Pembongkaran pada Tanah Negara yang di peruntukkan
m

ub

sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung Merah


Kecamatan Matuari Kota Bitung, adalah secara terbuka menyatakan
ka

masyarakat Kawasan Erphact-Tanjung Merah sebagai tanah Negara;


ep

b. Bahwa Surat Termohon Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari


ah

2016,dalam bab menimbang petitum b yang menyatakan : Bahwa


R

masyarakat adat Tanjung Merah (MASATA) melaksanakan kegiatan


es

pembangunan di tanah Negara yang di peruntukkan dan telah di tetapkan


M

ng

sebagai kawasan ekonomi khusus;


on
gu

Halaman 7 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c. Bahwa sesuai yang di maksud dalam petitum a dan petitum b, Termohon

si
menyatakan secara tegas secara hukum tanah pemukiman masyarakat
kawasan Erphact-kelurahan Tanjung Merah-Kota Bitung,adalah tanah

ne
ng
Negara atau seolah aset Negara yang di peruntukkan sebagai
pembangunan kawasan ekonomi khusus;
d. Bahwa Termohon dalam melakukan rencana upaya Penggusuran dan

do
gu Pengosongan terhadap pemukiman kawasan Erphact Tanjung Merah tidak
mempunyai legal stunding/kedudukan Hukum sebagai berikut :

In
A
i. Tidak pernah melakukan penguasaan Fisik Tanah secara langsung
maupun tidak langsung dengan penguasaan beritikad baik;
ah

lik
ii. Tidak mempunyai bukti kepemilikan tanah yang di maksud
sebagaimana Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan/atau;
am

ub
iii. Tidak mempunyai bukti kepemilikan tanah yang di maksud
sebagaimana Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
ep
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
k

e. Bahwa Surat Termohon Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari


ah

2016, tentang Pembongkaran pada Tanah Negara yang di peruntukkan


R

si
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung Merah
Kecamatan Matuari Kota Bitung;

ne
ng

bertentangan terhadap : sebagaimana di maksud Undang- undang


Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sebagaimana di

do
gu

uraikan : Bab I Ketentuan Umum 1. Bagian Pertama Pengertian Pasal 1


Ayat (10) ,yang berbunyi : “Barang Milik Negara adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
In
A

lainnya yang sah “;


Ayat (11) yang berbunyi :Barang Milik Daerah adalah semua barang yang
ah

lik

dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah;
m

ub

Lebih lanjut di terangkan Pasal 49


Ayat (1) yang berbunyi: Barang milik negara/daerah yang berupa tanah
ka

yang dikuasai Pemerintah Pusat/Daerah harus disertifikatkan atas nama


ep

pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan;


ah

Ayat (2) yang berbunyi: Bangunan milik negara/daerah harus dilengkapi


R

dengan bukti status kepemilikan danditatausahakan secara tertib;


es

f. Bahwa SuratTermohon Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari


M

ng

2016,tentang Pembongkaran pada Tanah Negara yang di peruntukkan


on
gu

Halaman 8 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung Merah

si
Kecamatan Matuari Kota Bitung;
bertentangan terhadap: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

ne
ng
27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
Pasal 1 Ayat 1) yang berbunyi: “Barang Milik Negara adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

do
gu Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah“;
dan ayat 2 yang berbunyi :“Barang Milik Negara adalah semua barang

In
A
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah;
ah

lik
g. Bahwa Surat Termohon Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari
2016,tentang Pembongkaran pada Tanah Negara yang di peruntukkan
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung Merah
am

ub
Kecamatan Matuari Kota Bitung bertentangan terhadap:
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor
ep
3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus
k

PertanahanBab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (6) yang berbunyi :


ah

Tanah Aset adalah tanah barang milik negara atau barang milik daerah
R

si
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara;

ne
ng

h. Bahwa dalam pertimbangan lain Pengadaan tanah bagi Pembangunan


Kawasan Ekonomi Khusus (dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor

do
gu

32 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Kota Bitung), Surat


Termohon Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari 2016, tentang
Pembongkaran pada Tanah Negara yang di peruntukkan sebagai
In
A

Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan


Matuari Kota Bitung;
ah

lik

bertentangan terhadap: dalam Peraturan Menteri koordinator


Perekonomian Nomor PER-07/M.EKON/10/201, tentang Pedoman
m

ub

Pengusulan Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus pada hal 10-11,


yaitu :
ka

10. Studi Kelayakan ekonomi dan keuangan


ep

Studi kelayakan ekonomi memberikan informasi tentang analisis biaya


ah

dan manfaat dengan dan tanpa adanya pengembangan KEK,


R

1) Biaya Pra Investasi;


es

2) Biaya pengadaan Tanah;


M

ng

Biaya Modal (capital expenditure/capex) meliputi :


on
gu

Halaman 9 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1) Biaya Pra Investasi;

si
2) Biaya Pembebasan tanah;(Lampiran P-20);
i. Bahwa Termohon meng Implementasikandengan ketentuan Pasal 17

ne
ng
ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak
Pakai Atas tanah sebagai Pemilik Tanahadalah bertentangan dengan

do
gu UUPA yang menganut didalam Pasal 33 UUD 1945, tidak ada tempatnya
Negara bertindak sebagai pemilik tanah dan adalah lebih tepat jika

In
A
negara bertindak sebagai badan penguasa sesuai di maksud dalam
larangan pengasingan hak atas tanahdi dalam Stb. 1875 Juncto Nomor
ah

lik
179;
j. Bahwa cukup jelas dan tegas pengertian tanah Negara (bukan aset
Negara) ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953
am

ub
(L.N. 1953, Nomor 14, T.L.N. Nomor 362),Dalam Peraturan Permerintah
tersebut tanah negara dimaknai sebagai tanah yang dikuasai penuh oleh
ep
negara. Substansi dari pengertian tanah negara ini adalah tanah-tanah
k

memang bebas dari hak-hak yang melekat diatas tanah tersebut, apakah
ah

hak barat maupun hak adat (vrij landsdomein). Dengan terbitnya Undang
R

si
Undang Pokok Agraria Tahun 1960, pengertian tanah Negara ditegaskan
bukan dikuasai penuh akan tetapi merupakan tanah yang dikuasai

ne
ng

langsung oleh Negara. Artinya, negara di kontruksikan bukan sebagai


pemilik tanah. negara sebagai organisasi kekuasaan rakyat yang

do
gu

bertindak selaku badan penguasa, yang diberikan wewenang dalam hal


sebagai berikut :

In
Mengatur dan menyelengarakan peruntukan, penggunaan,
A

persediaan dan pemeliharaannya;


 Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas ( bagian
ah

lik

dari ) bumi, air dan ruang angkasa itu;


 Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
m

ub

orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang
angkasa.”
ka

Bahwa tidak semuanya tanah Ex HGU (Hak Guna Usaha) berasal dari tanah
ep

Negara/atau dalam kenyataannya memang umumnya bisa berasal dari tanah


ah

hak milik adat, tidak secara otomatis menjadi Milik/aset Negara, hal tersebut
R

terurai dalam pertimbangan Dalam Konklusi Putusan Mahkamah Konstitusi


es

Nomor 55/PUU-VII/2010 (Lampiran P-21),sebagai berikut :


M

ng

on
gu

Halaman 10 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menurut Mahkamah Konstitusi Tindakan Okupansi merupakan kasus yang ada

si
sejak masa Hindia Belanda, yaitu ketika itu memberikan banyak hak Erfpacht
tanpa batas yang jelas, sehingga melanggar hak ulayat (tanah adat) sesuai

ne
ng
hukum adat (erfelijk individueel bezitrecht). Kondisi ini mengakibatkan konflik
kepemilikan tanah termasuk tanah yang menjadi aset perkebunan antara
pemilik hak Erfpacht dengan masyarakat adat yang menguasai hak

do
gu ulayat.Masalah muncul lagi setelah Pemerintah Pendudukan Jepang
mengizinkan rakyat menduduki tanah perkebunan milik pemegang Erfpacht

In
A
untuk digarap dengan sistem bagi hasil dengan Pemerintah Pendudukan
Jepang, kemudian pasca kemerdekaan Indonesia, pendudukan tanah itu masih
ah

lik
berlangsung sehingga menimbulkan sengketa antara rakyat dengan
Pemerintah, termasuk terhadap pengusaha perkebunan yang mendapat izin
pengusahaan perkebunan.Beragam peraturan perundang-undangan kemudian
am

ub
diterbitkan untuk menyelesaikan kasus-kasus tersebut;
Mahkamah Konstitusi menilai, masalah pendudukan tanah tanpa izin
ep
pemiliksangat beragam.sehingga penyelesaiannya harus mengacu pada
k

pertimbangan-pertimbangan keadaan yang berbeda, menyangkut waktu


ah

munculnya pendudukan maupun penyebab pendudukan;


R

si
Mahkamah Konstitusi berkeyakinan kasus-kasus yang sekarang timbul di
daerah-daerah perkebunan, sangat mungkin disebabkan oleh tiadanya batas

ne
ng

yang jelas antara wilayah hak ulayat dan hak individual berdasarkan hukum
adat dengan hak-hak baru yang diberikan oleh negara berdasarkan ketentuan

do
gu

perundang-undangan yang berlaku;


Mahkamah Konstitusi berpendapat, penjatuhan sanksi berdasarkan Pasal 47
ayat (2) Undang-Undang Perkebunan tidak tepat dikenakan pada orang yang
In
A

menduduki tanah berdasarkan hukum adat. Sebab timbulnya hak-hak adat


berdasarkan ipso facto, artinya, seseorang membuka, mengerjakan dan
ah

lik

memanen hasilnya atas kenyataan bahwa ia telah mengerjakan tanah tersebut


secara intensif dalam waktu yang lama, sehingga hubungan seseorang dengan
m

ub

tanah semakin intensif. Sebaliknya, hubungan tanah dengan hak ulayat semakin
lemah.
ka

Adapun pemberian hak-hak baru dalam bentuk Hak Guna Usaha (selanjut
ep

disingkat HGU) atau Hak Pakai (maupun Hak Pengelolaan) berdasarkan ipso
ah

jure;
R

Menurut Mahkamah Konstitusi, berdasarkan dari pada ketentuan perundang-


es

undangan. Untuk mengatasi persoalan sengketa pemilikan tanah perkebunan


M

ng

yang berhubungan dengan hak ulayat;


on
gu

Halaman 11 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menurut Mahkamah Konstitusi, seharusnya negara konsisten dengan

si
Penjelasan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Perkebunan tentang eksistensi
masyarakat hukum adat, kemudian Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan

ne
ng
Pertahanan Nasional (PMA/Ka.BPN) Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, dalam Pasal 5 ayat
(1) menyatakan: Penelitian dan penentuan masih adanya hak ulayat

do
gu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dengan mengikutsertakan para pakar hukum adat, masyarakat hukum adat

In
A
yang ada di daerah yang bersangkutan, LSM dan instansi-instansi yang
mengelola sumber daya alam;
ah

lik
Mahkamah Konstitusi berpendapat, sebelum dilakukan penelitian yang
komprehensif untuk memastikan keberadaan masyarakat hukum adat dengan
batas wilayahnya yang jelas dan pasti sebagaimana dimaksud oleh penjelasan
am

ub
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Perkebunan, sulit menentukan siapakah yang
melanggar Pasal 21 dan dikenakan sanksi pidana sesuai Pasal 47 Undang-
ep
Undang Perkebunan. Ketidak jelasan rumusan Pasal 21 Undang-Undang
k

Perkebunan dan kemudian diikuti oleh ancaman pidananya dalam Pasal 47;
ah

Menurut Mahkamah Konstitusi hal ini telah menimbulkan ketidakpastian hukum


R

si
dan berpotensi besar terhadap hak-hak konstitusional warga negara. Kedua
Pasal ini dinilai bertentangan dengan Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang

ne
ng

Dasar Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD’45) yang menyatakan:


Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

do
gu

hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum;


Mohon Majelis Hakim Agung Pemeriksa Uji Materiil
Mempertimbangkan kesesuaian Riwayat Penguasaan Tanah Masyarakat
In
A

Tanjung Merah/Kedudukan Hukum atas pertimbangan Mahkamah Konstitusi


tersebut di atas,dengan dasar surat Resimen Koordinator Sulawesi Utara
ah

lik

Nomor Btg 7/2/5/59 tanggal 13-1-1960 serta Keputusan Pangadilan Belanda


(Landaard Manado) Nomor 145/1925 Menyatakan Tanah Erphact adalah Milik
m

ub

Masyarakat Kelurahan tanjung Merah yang telah kami lampirkan Bukti dan
dalilnya;
ka

Bahwa Termohon melaksanakan Pengadaan Tanah guna Pembangunan


ep

Industri Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, dengan melakukan Penggusuran


ah

dan pembongkaran bangunan pemukiman masyarakat kawasan erphact


R

Kelurahan Tanjung Merah,kota Bitung adalah tindakan “Memutihkan” Tanah


es

Hak Milk Adat Pemukiman Masyarakat Erphact “menjadi tanah Negara”,adalah


M

ng

perbuatan melawan hukum sebagaimana di maksud Pasal 185 KUHP R.Soesilo


on
gu

Halaman 12 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
“Bahwa kejahatan-kejahatan tersebut di dalam Pasal ini biasa di sebut sebagai

R
kejahatan “stellionat” penggelapan hak atas tanah atas barang-barang yang

si
tidak bergerak (onroerende geoderen);

ne
ng
Bahwa berdasarkan alasan hukum yang telah dikemukakan, maka kiranya
cukup beralasan hukum untuk menyatakan bahwa Surat Termohon Nomor
06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari 2016,tentang Pembongkaran pada

do
gu Tanah Negara yang di peruntukkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di
Kelurahan Tanjung Merah,Kecamatan Matuari, Kota Bitung, sepanjang

In
A
ditujukan terhadap/meliputi tanah Pemukiman Masyarakat Erphact di wilayah
Kelurahan Tanjung Merah,Kecamatan Matuari,Kota Bitung adalah bertentangan
ah

lik
dengan :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara1.
Bagian Pertama, Pengertian (Lampiran P-12), 2. Pasal 1 ayat (10), 3. Pasal
am

ub
1ayat (11), Lebih lanjut 4. Pasal 49 ayat (1), 5. Pasal 49 ayat (2);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
ep
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Pasal 1 Ayat (1) dan ayat (2);
k

3. Dan pengertian tanah Negara terdapat pada Peraturan Kepala Badan


ah

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang


R

si
Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus PertanahanBab I
Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (6).

ne
ng

Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka selanjutnya Pemohon mohon


kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa permohonan keberatan

do
gu

dan memutuskan sebagai berikut:


1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Surat Termohon Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5
In
A

Januari 2016, tentang Pembongkaran pada Tanah Negara yang di


peruntukkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung
ah

lik

Merah Kecamatan Matuari Kota Bitung, sepanjang ditujukan


terhadap/meliputi Tanah Pemukiman Masyarakat Erphact seluas 92,6 Ha
m

ub

Ha (sembilan puluh dua koma enam hektar), di wilayah Kelurahan Tanjung


Merah-Kecamatan Matuari, Kota Bitung adalah tidak sah dan tidak
ka

mempunyai kekuatan hukum untuk diberlakukan;


ep

3. Memerintahkan pencoretan Surat Termohon Nomor 06/TR.D.SKPB/I/2016


ah

tanggal 5 Januari 2016, tentang Pembongkaran pada Tanah Negara yang di


R

peruntukkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung


es

Merah Kecamatan Matuari Kota Bitung, sepanjang ditujukan


M

ng

terhadap/meliputi Tanah Pemukiman Masyarakat Erphact seluas 92,6 Ha


on
gu

Halaman 13 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Ha (sembilan puluh dua koma enam hektar), di wilayah Kelurahan Tanjung

si
Merah, Kecamatan Matuari, Kota Bitung, dan memerintahkan
pengumumannya dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia;

ne
ng
4. Membebankan biaya perkara menurut hukum.
Atau: Putusan seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya,

do
gu Pemohon telah mengajukan surat-surat bukti berupa:
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama John Petrus Wantah (Bukti P-1);

In
A
2. Fotokopi lembar data Tanda Penduduk masyarakat kawasan Erphact,
Kelurahan Tanjung Merah, Kecamatan Maturi, Kota Bitung, Sulawesi Utara
ah

lik
(Bukti P-2);
3. Satu bundel Surat Kuasa (Bukti P-3);
4. Fotokopi Surat Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor
am

ub
06/TR.D.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari 2016, tentang Pembongkaran pada
Tanah Negara yang diperuntukkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di
ep
Kelurahan Tanjung Merah, Kecamatan Maturi, Kota Bitung (Bukti P-4);
k

5. Fotokopi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


ah

Negara (Bukti P-5);


R

si
6. Fotokopi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Bukti P-6);

ne
ng

7. Fotokopi Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3


Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus

do
gu

Pertanahan (Bukti P-7);


8. Fotokopi Surat Resimen Koordinator Sulawesi Utara Nomor Btg.7/2/5/59
tanggal 13 Januari 1960 (Bukti P-8);
In
A

9. Fotokopi Keputusan Pengadilan Belanda (Landaad Manado) Nomor


145/1925 (Bukti P-9);
ah

lik

10. Fotokopi Risalah Rapat DPRD Kota Bitung pada tanggal 22 Maret 2012
DPRD Kota Bitung (Bukti P-10);
m

ub

11. Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran


Tanah (Bukti P-11);
ka

12. Fotokopi Surat Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung kepada Komnas HAM
ep

RI perihal Klarifikasi dan Tindak Lanjut atas Surat Peringatan Penghentian


ah

Kegiatan di Areal Kawasan Ekonomi Khusus tanggal 17 Maret 2015 Nomor


R

91/TR.b/III/2015 (Bukti P-12);


es

13. Fotokopi Surat Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor 71/TR.d/II/2015
M

ng

tanggal 27 Februari 2015 (Bukti P-13);


on
gu

Halaman 14 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
14. Fotokopi Surat Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor

si
82/TR.d/III/2015 tanggal 3 Maret 2015 (Bukti P-14);
15. Fotokopi Surat Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor

ne
ng
88/TR.d/III/2015 tanggal 10 Maret 2015 (Bukti P-15);
16. Fotokopi Surat Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor
249/TR.D.SKPL/IX/2015 tanggal 21 September 2015 (Bukti P-16);

do
gu 17. Fotokopi data kerugian masyarakat kawasan Erphact, Kelurahan Tanjung
Merah, Kecamatan Maturi, Kota Bitung, Sulawesi Utara (Bukti P-17);

In
A
18. Fotokopi Surat Komnas HAM RI kepada Termohon pada tanggal 3 Februari
2016 Komnas HAM RI melalui suratnya Nomor 0.177/K/PMT/II/2016 tentang
ah

lik
permintaan klarifikasi terkait rencana pembongkarang/penggusuran di
kawasan ekonomi khusus (Bukti P-18);
19. Fotokopi Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor PER-
am

ub
07/M.EKON/10/2011 (Bukti P-19);
20. Fotokopi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 55/PUU-VII/2010.
ep
Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil tersebut
k

telah disampaikan kepada Termohon pada tanggal 23 November 2016


ah

berdasarkan Surat Panitera Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung


R

si
Nomor 49/PER-PSG/XI/49 P/HUM/2016 tanggal 23 November 2016;
Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut,

ne
ng

Termohon telah mengajukan jawaban tertulis pada tanggal 29 Desember 2016,


yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut:

do
gu

I. Kewenangan Mahkamah Agung


1. Bahwa Pasal 24A ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan "
MA berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
In
A

perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-


undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
ah

lik

undang;
2. Berdasarkan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
m

ub

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan berbunyi " Dalam


hal suatu Peraturan Perundang-undangan dibawah Undang-Undang
ka

diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan


ep

oleh Mahkamah Agung";


ah

3. Bahwa jenis Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang


R

terdapat dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011


es

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang berbunyi :


M

ng

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas :


on
gu

Halaman 15 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

si
- Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
- Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

ne
ng
- Peraturan Pemerintah;
- Peraturan Presiden;
- Peraturan Daerah Provinsi; dan

do
gu - Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
4. Selanjutnya Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

In
A
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mengatur peraturan
perundang-undangan lain selain yang diatur dalam Pasal 7 yaitu :
ah

lik
- Peraturan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
- Peraturan Dewan Perwakilan rakyat;
- Peraturan Dewan Perwakilan Daerah;
am

ub
- Peraturan Mahkamah Agung;
- Peraturan Mahkamah Konstitusi;
ep
- Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan;
k

- Peraturan Komisi Yudisial;


ah

- Peraturan Bank Indonesia;


R

si
- Peraturan Menteri;
- Peraturan Badan, Lembaga, atau Komisi yang setingkat yang dibentuk

ne
ng

dengan Undang-Undang atau pemerintah atas perintah Undang-


Undang;

do
gu

- Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;


- Peraturan Gubernur;
- Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota;
In
A

- Peraturan Bupati/Walikota; dan


- Peraturan Kepala Desa atau yang setingkat dan peraturan perundang-
ah

lik

undangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-


undangan yang ditetapkan
m

ub

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat 22 (dua puluh dua) bentuk


peraturan perundang-undangan, maka yang dimaksud dengan peraturan
ka

perundang-undangan yang menjadi hak uji materiil Mahkamah Agung


ep

adalah peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang sampai


ah

dengan peraturan kepala desa atau yang setingkatnya.


R

5. Berdasarkan Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011


es

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan berbunyi


M

ng


Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
on
gu

Halaman 16 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan

si
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur
yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan;

ne
ng
6. Terkait dengan Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor
06/TR.d.SKPB/l/2016 tanggal 5 Januari 2016 tentang Pembongkaran
Bangunan pada Tanah Negara yang diperuntukan sebagai Kawasan

do
gu Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan Matuari Kota
Bitung, apabila dikaitkan dengan bunyi Pasal 7 dan Pasal 8 serta Pasal 1

In
A
angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan tidak masuk ke dalam salah satu bentuk
ah

lik
peraturan perundang-undangan sehingga tidak memenuhi kualifikasi
sebagai objek uji materiil di Mahkamah Agung, sebab bukan merupakan
perbuatan atau tindakan hukum yang bersifat regeling (Peraturan yang
am

ub
bersifat umum dan berlaku terus menerus) akan tetapi keputusan yang
bersifat nyata, konkrit atau penetapan yang bersifat adminstratife hal ini
ep
termuat dalam Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
k

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun


ah

2004 dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009


R

si
tentang Pengadilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa Keputusan
Tata Usaha Negara adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh

ne
ng

badan atau pejabat tata usaha negara yang berisikan tindakan hukum
tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

do
gu

yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final yang


menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
II. Syarat Permohonan
In
A

1. Hak dan Kewenangan pemohon :


a. Bahwa berdasarkan Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3
ah

lik

Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor


14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung disebutkan bahwa
m

ub

Pemohon menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya Keputusan


Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor 06/TR.d.SKPB/l/2016
ka

tanggal 5 Januari 2016 tentang Pembongkaran pada Tanah Negara


ep

yang diperuntukan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan


ah

Tanjung Merah yaitu :


R

- Perorangan warga negara Indonesia;


es
M

ng

on
gu

Halaman 17 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan

si
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang;

ne
ng
- Badan hukum publik atau privat;
- Lembaga Negara;
b. Bahwa Pemohon adalah warga negara Indonesia yang bagian dari

do
gu kelompok masyarakat serta mewakili dan bertindak atas nama
Masyarakat yang menempati kawasan eks Erphact, Kelurahan Tanjung

In
A
Merah Kecamatan Matuari Kota Bitung, karenanya adalah patut dan
layak secara hukum agar pemohon mengacu pada Undang-Undang
ah

lik
Nomor 41 Tahun 1999 Bab IX Pasal 67 ayat (1) untuk mengajukan
pengujian Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang Nomor
06/TR.d.SKPB/l/2016 tanggal 5 Januari 2016 terhadap Undang-Undang
am

ub
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 1. Bagian
Pertama, Pengertian, 2. Pasal 1 ayat (10), 3. Pasal 1 ayat (11), lebih
ep
lanjut, 4. Pasal 49 ayat (1), 5. Pasal 49 ayat (2), Peraturan Pemerintah
k

Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik


ah

Negara/Daerah Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2), c. Pengertian Tanah


R

si
Negara terdapat pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan

ne
ng

Kasus Pertanahan Bab I Ketentuan Umum Pasal I ayat (6);


2. Syarat Formalitas Permohonan :

do
gu

a. Bahwa Permohonan Pemohon tidak menguraikan dengan jelas hak-


hak yang dilanggar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat (2)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
In
A

Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah


Agung;
ah

lik

b. Bahwa permohonan Pemohon mengenai Surat Keputusan Kepala


Dinas Tata Ruang Nomor 06/TR.d.SKPB/l/2016 tanggal 5 Januari
m

ub

2016 bukan yang menjadi hak Uji Materiil Mahkamah Agung


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A ayat 3 Undang-Undang
ka

Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-


ep

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;


ah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, permohonan Pemohon tidak memenuhi


R

syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31A Undang-Undang Nomor 3


es

Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14


M

ng

on
gu

Halaman 18 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, karenanya permohonan Pemohon

si
harus dinyatakan tidak dapat diterima.
III. Pokok Materi Permohonan

ne
ng
1. Bahwa alasan hukum permohonan Hak Uji Materiil atas Keputusan
Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor 06/TR.d-SKPB/l/2016
tanggal 5 Januari 2016 tentang Pembongkaran Bangunan pada Tanah

do
gu Negara yang diperuntukan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus di
Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan Matuari Kota Bitung adalah karena

In
A
keputusan a quo menurut pemohon bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yaitu :
ah

lik
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, 1. Bagian Pertama, Pengertian, 2. Pasal 1 ayat (10), 3. Pasal
1 ayat (11), lebih lanjut 4. Pasal 49 ayat (1), 5, Pasal 49 ayat (2).
am

ub
- Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2).
ep
- Pengertian Tanah Negara terdapat pada Peraturan Kepala Badan
k

Pertanahan Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan


ah

Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan Bab I Ketentuan


R

si
Umum Pasal 1 ayat (6).
Berdasarkan pokok permohonan pemohon hak Uji Materiil yang terkait

ne
ng

dengan peraturan perundang-undangan tersebut, dapat dikatakan bahwa


alasan hukum yang dikemukakan oleh pemohon bukan merupakan alasan

do
gu

hukum yang dimaksud untuk melakukan Uji Materiil sebagaimana diatur


dalam Pasal 31A ayat (3) huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
In
A

dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang


Mahkamah Agung, karena alasan hukum pemohon lebih berbicara
ah

lik

mengenai teknis, prosedur atau mekanisme dalam pengelolaan barang


milik Negara/Daerah;
m

ub

Alasan yang dikemukakan Pemohon seharusnya berkaitan dengan materi


muatan ayat, Pasal dan atau/bagian dari keputusan Kepala Dinas Tata
ka

Ruang yang dianggap bertentangan dengan peraturan perundang-


ep

undangan yang lebih tinggi;


ah

Mengenai materi muatan peraturan perundang-undangan didefinisikan


R

sebagai materi yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan sesuai


es

dengan jenis, fungsi dan hierarki peraturan perundang-undangan Pasal 1


M

ng

angka 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


on
gu

Halaman 19 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Peraturan Perundang-Undangan berbunyi "Undang-Undang adalah

si
Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden”;

ne
ng
2. Bahwa terkait dengan Tanah Negara yang dimaksud oleh pemohon dalam
materi muatan terhadap hak uji materiil Keputusan Kepala Dinas Tata
Ruang a quo adalah Tanah Negara Eks HGU Nomor 2 Tanjung Merah

do
gu seluas 92,96 ha yang diberikan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor SK.16/HGU/DA/77 tanggal 5 Mei 1977 dan didaftarkan hak

In
A
tersebut pada tanggal 21 Oktober 1980 dan diterbitkan sertipikat HGU
Nomor 2 Tanjung Merah diatas Tanah Negara dengan pemegang hak
ah

lik
adalalah PT Ranomut yang telah berakhir haknya pada tanggal 31
Desember Tahun 2001 dan berdasarkan ketentuan Pasal 34 UUPA Nomor
5 Tahun 1960 juncto Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
am

ub
status tanah HGU yang telah berakhir jangka waktunya menjadi Tanah
Negara serta Pasal 2 UUP Agraria 1960 peruntukan/pengaturan dan
ep
penggunaannya dilakukan oleh Negara, dan berdasarkan Peraturan Daerah
k

Kota Bitung Nomor 11 Tahun 2013 tentang RTRW Kota Bitung Tahun 2013
ah

- 2033 yaitu untuk pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Bitung yang


R

si
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus Bitung seluas 534 ha termasuk didalamnya

ne
ng

tanah Negara Eks HGU Nomor 2 Tanjung Merah seluas 92,96 ha;
3. Bahwa terhadap status hukum tanah Negara Eks HGU Nomor 2 Tanjung

do
gu

Merah seluas 92,96 ha telah diuji baik lewat Pengadilan Negeri maupun
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) di Manado yaitu :
- Perkara Perdata Nomor 38/Pdt.G/2012/PN.Btg tanggal 30 April 2012
In
A

antara John Wantah, Dolfie Rumampuk, Hetty Watuna yang mengatas


namakan sebagai Masyarakat Manembo-nembo, Sagerat dan Tanjung
ah

lik

Merah (MASATA) sebagai Penggugat (Gugatan Clas Action) melawan


Pemerintah Kota Bitung sebagai Tergugat 1, Pimpinan DPRD Kota Bitung
m

ub

sebagai Tergugat 2, serta Pimpinan dan anggota Komisi A DPRD Kota


Bitung sebagai Tergugat 3. Dalam gugatan a quo Majelis Hakim
ka

Pengadilan Negeri Bitung dalam amar putusannya menyatakan gugatan


ep

Penggugat tidak dapat diterima dan putusan telah berkekuatan hukum


ah

tetap;
R

- Perkara Perdata Nomor 117/Pdt.G/2012/PN.Btg tanggal 27 November


es

2012 antara Ivone Palilingan sebagai Penggugat melawan John Wantah


M

ng

sebagai Tergugat 1, Dolfie Rumampuk sebagai Tergugat 2, Hetty Watuna


on
gu

Halaman 20 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagai Tergugat 3, Pemerintah Kota Bitung sebagai Tergugat 4,

si
Kapolres Bitung sebagai Tergugat 5, Kapala Kantor Pertanahan Kota
Bitung sebagai Tergugat 6, serta Pemerintah Provinsi Sulut sebagai

ne
ng
Tergugat 7. gugatan tersebut oleh Majelis hakim dalam amar putusan
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima, kemudian
Penggugat mengajukan upaya hukum banding ke Pengadilan Tinggi

do
gu Manado, namun dalam amar putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
Manado menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bitung kemudian

In
A
Penggugat mengajukan upaya hukum Kasasi di mahkamah Agung RI
yang tercatat dengan nomor registrasi 132 K/PDT/2015, dimana Majelis
ah

lik
Hakim Kasasi yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut dalam
amar putusan menolak permohonan Kasasi dari Ivone Martha Palilingan.
- Perkara Perdata Nomor 18/Pdt.G/2014/PN.Btg tanggal 18 Februari 2014
am

ub
antara Bernardino Moningka Vega ahli waris dari Ny. Cornelia Moningka
Vega selaku Direktur PT Asa Engineering Pertama yang sebelumnya
ep
menguasai tanah eks HGU Nomor 2 Tanjung Merah berdasarkan
k

perjanjian jual beli dengan PT Ranomut sebagai Penggugat melawan


ah

Rudolf Wantah sebagai Tergugat, Kepala kantor Pertanahan Kota Bitung


R

si
sebagai Turut Tergugat 1 serta Walikota Bitung Turut Tergugat 2 dimana
Majelis hakim dalam amar putusannya menyatakan gugatan Penggugat

ne
ng

tidak dapat diterima dan putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap;
- Perkara Nomor 47.G.2015/PTUN.Mdo tanggal 23 September 2015 antara

do
gu

John Wantah dkk selaku Penggugat melawan Kepala Dinas Tata Ruang
Kota Bitung selaku Tergugat. Dengan objek sengketa Surat Keputusan
Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bitung Nomor 249/TR.d-SKPL/IX/2015
In
A

tentang Penutupan Lokasi Tanah Negara yang diperuntukan sebagai


Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan
ah

lik

Matuari Kota Bitung. Dimana Majelis Hakim yang memeriksa perkara a


quo dalam amar putusan menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
m

ub

diterima karena Penggugat tidak mempunyai kapasitas untuk melakukan


gugatan dan putusan telah berkekuatan hukum tetap oleh karena
ka

Penggugat tidak mengajukan upaya hukum banding maupun Kasasi;


ep

Bahwa terkait dengan beberapa perkara yang termohom uraikan diatas,


ah

dapat dimaknai bahwa terhadap Tanah Negara Eks HGU Nomor 2 Tanjung
R

Merah, dimanfaatkan oleh masyarakat dalam hal ini Pemohon yang


es

mengklaim tanah dimaksud adalah tanah milik adat atau dari orang tua
M

ng

on
gu

Halaman 21 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mereka sejak dahulu sehingga menempati dan menguasai tanah negara

si
yang telah berakhir haknya sejak tanggal 31 Desember 2001;
4. Bahwa terhadap Surat Keputusan a quo, dilaksanakan berdasarkan

ne
ng
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :
- Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dalam
Pasal 61 berbunyi "Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib

do
gu menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan”;
Dalam Pasal 62 "setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana

In
A
dimaksud dalam Pasal 61, dikenai sanksi administrasi”;
Dalam Pasal 63 "Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam
ah

lik
Pasal 62 dapat berupa: Peringatan tertulis, penghentian sementara
kegiatan, penghentian sementara pelayanan umum, penutupan lokasi,
pencabutan izin, pembatalan izin, pembongkaran bangunan, pemulihan
am

ub
fungsi ruang dan atau/denda administrasi;
- Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
ep
Penataan Ruang, dalam Pasal 182 ayat (1) Setiap orang yang melakukan
k

pelanggaran di bidang penataan ruang dikenakan sanksi administarsi.


ah

Pasal (2) Pelanggaran di bidang penataan ruang sebagaimana dimaksud


R

si
pada ayat (1) huruf a meliputi: Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang;

ne
ng

- Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 11 Tahun 2013 tentang RTRW


Kota Bitung Tahun 2013-2033 dalam Pasal 47 menyatakan bahwa

do
gu

Kawasan Ekonomi Khusus seluas 534 ha di Kelurahan Tanjung Merah,


Kelurahan Manembo-nembo dan Kelurahan Sagerat. Serta Pasal 100
ayat (1) Pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini di kenakan sanksi
In
A

administratif dan/atau sanksi denda, ayat (2) Sanksi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dikenakan kepada perseorangan dan/atau
ah

lik

korporasi yang melakukan pelanggaran, ayat (3) Sanksi Administratif


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk : Peringatan tertulis,
m

ub

Penghentian sementara kegiatan, penghentian sementara pelayanan


umum, penutupan lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin,
ka

pembongkaran bangunan, pemulihan fungsi ruang dan denda


ep

administratif, kemudian dalam Pasal 103, menyatakan bahwa dalam


ah

pemanfaatan ruang wilayah kota, masyarakat wajib mentaati rencana tata


R

ruang yang telah ditetapkan;


es

- Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 19 Tahun 2013 tentang Izin


M

ng

Pemanfaatan Ruang, dalam Pasal 2 menyatakan bahwa setiap orang


on
gu

Halaman 22 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
atau badan yang akan memanfaatkan ruang, wajib memiliki izin

si
Pemanfaatan Ruang dari Pemerintah Kota;
5. Bahwa penertiban bangunan yang dilakukan dengan surat Keputusan

ne
ng
Kepala Dinas Tata Ruang tersebut, berpedoman pada Pasal 101 huruf g
angka 2 Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 11 Tahun 2013 tentang
RTRW Kota Bitung Tahun 2013-2033 yang menyatakan "Apabila pelanggar

do
gu mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, Pejabat yang
berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan

In
A
pengenaan sanksi pembongkaran bangunan”;
6. Bahwa akibat dari Surat Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang a quo,
ah

lik
Pemerintah Kota Bitung telah merelokasi masyarakat yang rumahnya
terkena penertiban ke beberapa rumah susun yang ada di Kota Bitung;
7. Bahwa apa yang diuraikan oleh pemohon dalam permohonan Hak Uji
am

ub
Materiil terhadap Surat Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang tersebut, yang
mengatasnamakan masyarakat yang menempati kawasan eks Erphacht
ep
Kelurahan Tanjung Merah, bukanlah masyarakat adat Tanjung Merah, akan
k

tetapi merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah yang


ah

memanfaatkan dan menempati Tanah Negara eks HGU Nomor 2 Tanjung


R

si
Merah sejak Tahun 2011 dengan melakukan jual beli, berkebun dan
membangun rumah tanpa izin dari Pemerintah;

ne
ng

8. Bahwa tanah Erphact merupakan aset negara, dimana dengan berlakunya


UUP Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tanah Erphact/bekas tanah hak barat

do
gu

merupakan implikasi yuridis dikonversi menjadi HGU dan menyatakan


tanggal 24 September 1980 merupakan habisnya waktu berlaku tanah
Erpacht/bekas tanah hak barat dan penguasaannya ada pada Menteri
In
A

Negara Agraria/Kepala BPN, sehingga secara hukum Tanah Negara


menjadi aset yang dimiliki oleh negara dalam menyelenggarakan kebijakan
ah

lik

dibidang pertanahan sehingga pengaturannya sesuai dengan Pasal 2 UUP


Agraria Tahun 1960 dimana peruntukan/pengaturannya dilakukan oleh
m

ub

Negara dan tanah yang dikuasai oleh Kementerian dan lembaga dengan
hak pakai yang merupakan aset/bagian dari aset negara/daerah dimana
ka

penguasaannya ada pada Menteri Keuangan;


ep

9. Bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI Nomor 40


ah

Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
R

atas Tanah menyebutkan Tanah yang dapat diberikan dengan Hak Guna
es

Usaha adalah Tanah Negara;


M

ng

on
gu

Halaman 23 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
10. Bahwa Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang a quo, penetapannya tidak 1

si
(satu) pun bertentangan dengan isi rumusan peraturan perundang-
undangan, khususnya:

ne
ng
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, 1. Bagian Pertama, Pengertian, 2. Pasal 1 ayat (10), 3. Pasal 1
ayat (11), lebih lanjut 4. Pasal 49 ayat (1), 5. Pasal 49 ayat (2);

do
gu - Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2);

In
A
- Pengertian Tanah Negara terdapat pada Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
ah

lik
Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 ayat (6).
Karena keputusan tersebut tidak lain dimaksudkan untuk memenuhi
am

ub
ketentuan bahwa pelaksanaannya tidak berarti tanpa pengaturan,
pengelolaan barang/aset milik Negara/Daerah tetapi lebih memperhatikan
ep
pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
k

sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Kota Bitung;


ah

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan tersebut diatas, alasan hukum yang


R

si
dikemukakan oleh Pemohon dalam pokok permohonannya tidak beralasan
hukum dan haruslah ditolak atau tidak dapat diterima;

ne
ng

PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak uji

do
gu

materiil dari Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;


Menimbang, bahwa yang menjadi obyek permohonan keberatan hak uji
materiil Pemohon adalah Surat Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang Kota
In
A

Bitung Nomor 06/TR.d.SKPB/I/2016 tanggal 5 Januari 2016, tentang


Pembongkaran Bangunan pada Tanah Negara yang di peruntukkan sebagai
ah

lik

Kawasan Ekonomi Khusus di Kelurahan Tanjung Merah Kecamatan Matuari


Kota Bitung, vide bukti Nomor Bukti P-4;
m

ub

Menimbang, bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan


tentang substansi permohonan yang diajukan Pemohon, terlebih dahulu
ka

Mahkamah Agung akan mempertimbangkan apakah objek permohonan


ep

keberatan hak uji materiil a quo merupakan peraturan perundang-undangan di


ah

bawah undang-undang, sehingga Mahkamah Agung berwenang untuk


R

mengujinya, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 31 ayat (1)


es

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang perubahan pertama Undang-


M

ng

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan perubahan


on
gu

Halaman 24 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Pasal 1 ayat (1)

si
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil;
Menimbang, bahwa Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 31 A ayat

ne
ng
(1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung dan Pasal
20 ayat (2) huruf b Undang-Undang 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, bahwa: “Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan

do
gu perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang”;
Menimbang, bahwa kerangka (bentuk luar/kenvorm) peraturan

In
A
perundang-undangan sesuai lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sebagai berikut:
ah

lik
1. Judul
2. Pembukaan
1. Frase dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa;
am

ub
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan;
3. Konsiderans;
ep
4. Dasar Hukum;
k

5. Diktum;
ah

3. Batang Tubuh
R

si
1. Ketentuan Umum;
2. Materi Pokok yang diatur;

ne
ng

3. Ketentuan Pidana (jika diperlukan);


4. Ketentuan Penutup.

do
gu

5. Penutup
6. Penjelasan (jika diperlukan)
7. Lampiran (jika diperlukan).
In
A

Menimbang, bahwa Pasal 81 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011


menyatakan bahwa: Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-
ah

lik

undangan harus diundangkan dengan menempatkannya dalam:


a. Lembaran Negara Republik Indonesia;
m

ub

b. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia;


c. Berita Negara Republik Indonesia;
ka

d. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia;


ep

e. Lembaran Daerah;
ah

f. Tambahan Lembaran Daerah; atau


R

g. Berita Daerah.
es

Menimbang, bahwa sesuai uraian di atas, objek Hak Uji Materiil tidak
M

ng

memenuhi kriteria sebagai peraturan perundang-undangan, baik dari segi


on
gu

Halaman 25 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kerangka/bentuk luar (kenvorm), maupun rumusan perintah pengundangan dan

si
penempatan peraturan perundang-undangan dalam Lembaran Negara
RI/Tambahan Lembaran Negara RI/Berita Negara RI/Tambahan Berita Negara

ne
ng
RI/ (vide Pasal 81 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dan lampiran II),
selain itu substansi objek Hak Uji Materiil juga tidak memuat norma hukum yang
mengikat secara umum atau bersifat mengikat (regeling);

do
gu Menimbang, bahwa dengan demikian, objek Hak Uji Materiil bukan
merupakan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam

In
A
ketentuan Pasal 1 angka 2, Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011;
ah

lik
Menimbang, bahwa oleh karena obyek permohonan hak uji materiil
dimaksud bukan merupakan peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 31 ayat (1) Undang-
am

ub
undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang perubahan pertama Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan perubahan kedua dengan
ep
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 dan Pasal 1 ayat (1) Peraturan
k

Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil. Oleh
ah

karenanya Mahkamah Agung tidak berwenang untuk mengujinya, dan


R

si
permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon tersebut harus dinyatakan
tidak dapat diterima;

ne
ng

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan keberatan hak uji materiil


dari Pemohon dinyatakan tidak dapat diterima, maka Pemohon dihukum untuk

do
gu

membayar biaya perkara, dan oleh karenanya terhadap substansi permohonan


a quo tidak perlu dipertimbangkan lagi;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
In
A

tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985


tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
ah

lik

Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3


Tahun 2009, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak
m

ub

Uji Materiil, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait;


MENGADILI,
ka

Menyatakan permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon: JOHN


ep

PETRUS WANTAH tersebut tidak dapat diterima;


ah

Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar


R

Rp1.000.000,00 (satu juta Rupiah);


es

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah


M

ng

Agung pada hari Selasa, tanggal 14 November 2017, oleh Dr. H.Yulius, S.H.,
on
gu

Halaman 26 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
M.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai

si
Ketua Majelis, Dr. Yosran, S.H., M.Hum. dan Dr. H. Irfan Fachruddin, S.H., C.N.
Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam sidang

ne
ng
terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim
Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Rut Endang Lestari, S.H., Panitera
Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

do
gu
Anggota Majelis: Ketua Majelis,

In
A
Ttd./Dr. Yosran, S.H., M.Hum. Ttd./Dr. H.Yulius, S.H., M.H.
Ttd./Dr. Irfan Fachruddin, S.H., C.N.
ah

lik
am

ub
Biaya-biaya : Panitera Pengganti
1. M e t e r a i…… Rp 6.000,00 Ttd./ Rut Endang Lestari, S.H.
ep
k

2. R e d a k s i…... Rp 5.000,00
3. Administrasi…... Rp 989.000,00
ah

Jumlah : Rp1.000.000,00
R

si
ne
ng

Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG – RI

do
gu

a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara,
In
A

H. ASHADI, SH
ah

lik

NIP. : 195409241984031001

NIP : 220 000 754


m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Halaman 27 dari 27 halaman. Putusan Nomor 49 P/HUM/2016


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Anda mungkin juga menyukai