Anda di halaman 1dari 5

Kegiatan 2

Nama Acara : Pagelaran Tari Daerah dan Sendratari “Smara Dharma


Damar Sasangka”

Tema Acara : Semangat Nawa Bakti Satya Untuk Jawa Timur Maju
Sejahtera

Nama kegiatan : Tari Sambutan (Tari Remo)

Waktu Kegiatan : Minggu, 27 Oktober 2019 (10.00)

Tempat Kegiatan : Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah

Tari sambutan pertama yaitu tari Remo yang menggambarkan semangat


para pejuang dengan karakter gagah, dinamis, dan gesit yang terungkap dalam
gerakan-gerakannya. Tari Remo dibawakan oleh siswa-siswi Diklat tari anjungan
Jawa Timur kelas A1 yang merupakan binaan dari Badan Penghubung Daerah
Provinsi Jawa Timur di Jakarta.

Tari Remo berasal dari Kecamatan Diwek di desa Ceweng, Jombang Jawa
Timur. Tari Remo diciptakan oleh warga yang berprofesi sebagai pengamen tari dari
daerah tersebut, karena memang profesi tersebut banyak ditemukan di Jombang.
Pada awalnya tari Remo digunakan untuk pengantar pertunjukan ludruk dan
semakin berkembang untuk menyambut tamu besar yang datang ke daerah
Jombang.

Karakteristik yang paling utama dari tari Remo adalah gerakan kaki yang
rancak dan dinamis dengan gerakan yang indah dan dilengkapi dengan dukungan
lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki sang penari yang akan
berbunyi saat penari melangkah atau menghentakkan kaki. Hal yang menarik
lainnya yaitu gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan
kepala, ekspresi wajah dan kuda-kuda penari sehingga tarian semakin aktraktif.

Pada umumnya, Tarian Remo ini dilakukan oleh laki-laki dengan karakteristik
gerakan yang mendeskripsikan mengenai seorang Pangeran yang berpenampilan
gagah dan berani. Sehingga sisi kemaskulinan dan wujud ksatria sangatlah
dibutuhkan dalam tarian ini. Karakter pemeran sangat erat dikaitkan dengan
sejarahnya Namun seiring dengan perkembangannya, tarian ini tidak hanya
dibawakan oleh kaum laki-laki saja, tetapi juga perempuan. Sehingga memunculkan
nama tarian yang baru, yakni Tari Remo Putri. Konsep gerakan tariannya tidak jauh
berbeda, hanya aura tariannya saja yang berbeda, karena memang dibawakan baru
oleh kaum perempuan.

Pada umumnya, Tarian Remo ini dilakukan oleh laki-laki dengan karakteristik
gerakan yang mendeskripsikan mengenai seorang Pangeran yang berpenampilan
gagah dan berani. Sehingga sisi kemaskulinan dan wujud ksatria sangatlah
dibutuhkan dalam tarian ini. Karakter pemeran sangat erat dikaitkan dengan
sejarahnya.

Namun seiring dengan perkembangannya, tarian ini tidak hanya dibawakan


oleh kaum laki-laki saja, tetapi juga perempuan. Sehingga memunculkan nama
tarian yang baru, yakni Tari Remo Putri. Konsep gerakan tariannya tidak jauh
berbeda, hanya aura tariannya saja yang berbeda, karena memang dibawakan baru
oleh kaum perempuan.
Ciri khas gerakan Tarian Remo ialah lebih mengutamakan gerak-gerik kaki
yang menghentak-hentak dan dinamis. Dalam melakukan tarian, penari
mengenakan gelang lonceng kecil pada pergelangan kakinya. Sehingga ketika
penari bergerak atau menghentakkan kaki-kakinya, lonceng yang dikenakan
tersebut akan berbunyi.Gerakan-gerakan tersebut sering dipadukan dengan musik
pengiringnya, sehingga suara gelang lonceng dapat menyatu dan berkombinasi
dengan jenis musik yang mengiringinya.

Selain gerakan kaki yang begitu kentara, karakteristik gerakan yang dimiliki
oleh Tarian Remo adalah gerakan sampur (selendang), kepala, kuda-kuda penari
serta ekspresi wajahnya.
Busana yang dipakai pada Tarian Remo beranekaragam, karena setiap
daerah yang berada di sekitar wilayah Jombang memiliki khas pakaian tersendiri.
Sehingga busana Tarian Remo dapat memiliki Gaya Surabaya, Sawunggaling,
Malangan, atau Jombangan.Namun pada dasarnya, busana tarian ini menggunakan
semacam ikat kepala berwarna merah, baju berlengan panjang, celana dengan
panjang selutut, kain batik pesisiran, aksesoris setagen yang dikenakan di pinggang,
keris, selendang pada bahu, serta gelang lonceng yang dikenakan di kaki.

Sementara untuk busana perempuan Tari Remo Putri sedikit berbeda


dengan busana asli Tarian Remo. Untuk busana perempuan yang dikenakan yakni
mengenakan sanggul, mekak hitam yang menutupi bagian dada, rapak yang
dikenakan pada bagian pinggang hingga lutut, serta selendang pada bahu

Agar pertunjukan Tari Remo lebih sempurna, penari harus mampu


menyelaraskan gerakannya dengan musik yang mengiringinya. Hal ini
diperuntukkan agar suara gelang lonceng pada kaki penari dapat menimbulkan
suara yang padu dengan musik ketika kaki penari dihentakkan. Musik yang
mengiringi tarian biasanya adalah musik gamelan. Sementara jenis irama atau
gendhing yang digunakan sebagai pengiring biasanya jula-juli dan tropongan.

Tarian Remo pada awalnya sering ditampilkan sebagai tarian pembuka pada
pertunjukan ludruk. Desain panggung yang digunakan adalah desain dalam
pertunjukan ludruk. Namun seiring dengan perkembangannya, Tarian Remo ini
difungsikan sebagai tarian untuk menyambut tamu besar.
Sehingga tata tempat pun menyesuaikan dengan adat istiadat dan karakteristik
acara yang diselenggarakan. Itulah konsep Tari Remo yang memiliki karakteristik
khas daerah Jombang dan sekitarnya. Tarian ini sangat erat kaitannya dengan
sejarah, makna filosofi, serta keunikan tariannya yang khas dengan hentakan kaki.

Dalam perkembangannya, tari ini mengalami perubahan fungsi sebagai tari


untuk menyambut tamu. Tarian Remo memiliki ciri khas tersendiri dalam wilayah
yang berbeda-beda sehingga patut dilestarikan sebagai tradisi budaya Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai