Anda di halaman 1dari 8

KEMAS 10 (1) (2014) 96 - 102

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

KONTAMINASI RESIDU PESTISIDA DALAM BUAH MELON


(STUDI KASUS PADA PETANI DI KECAMATAN PENAWANGAN)

Eko Hartini1

1
Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Salah satu penyebab rendahnya konsumsi buah adalah rendahnya mutu buah terutama
Diterima 15 April 2014 disebabkan oleh tingginya kontaminasi residu pestisida. Penelitian ini bertujuan
Disetujui 5 Mei 2014 untuk mengidentifikasi dan menganalisa residu pestisida dalam buah melon di
Dipublikasikan Juli 2014 Kabupaten Grobogan sebagai salah satu sentra produksi melon di Jawa Tengah dengan
penggunaan pestisida yang cukup beragam. Jenis penelitian ini adalah observasional
Keywords: dengan pendekatan cross secsional. Penggunaan pestisida oleh petani diukur dengan
Melon; observasi dan wawancara, sedangkan kadar residu pestisida diukur dengan metode
Residues; Gas Cromatography (GC) dan High Performance Liquid Cromatography (HPLC).
Pesticides; Kadar residu pestisida dalam buah melon yang diperoleh dianalisis secara deskriptif,
Organophosphat; dibandingkan dengan baku mutu SNI 7313:2008 tentang Batas Maksimum Residu (BMR)
Carbamate hasil pertanian. Sampel dalam penelitian ini adalah 3 buah melon yang menggambarkan
perbedaan jenis dan frekuensi penggunaan pestisida selama masa tanam melon, yaitu
tingkat tinggi (sampel A), sedang (sampel B) dan rendah (sampel C). Hasil pengukuran
residu pestisida golongan organophosphat (diazinon, parathion, ethion, profenofos,
malathion dan chlorpyrifos) pada 3 buah melon, semuanya masih dibawah Limit Of
Detection (LOD). Kadar residu karbamat (carbofuran) pada sampel A sebesar 0,09
ppm, sampel B sebesar 0,05 ppm dan sampel C < 0,097 LOD. Disarankan petani untuk
mengurangi penggunaan pestisida untuk keamanan residu pestisida dalam buah melon.

PESTICIDE RESIDUES CONTAMINATION IN MELON FRUIT


(CASE STUDY ON FARMERS IN PENAWANGAN SUB DISTRICT)

Abstract
The quality of fruits are not good because the pesticides residue contamination is high. It
makes the consumption of fruits are low. Melon usualy consume in fresh condition, so the
residue of pesticides inside are very dangerous for food safety and public health. This study
aims to identify and analyze pesticides residu in melon fruit in Grobogan, as the one of
melon production center in Central Java, with many types of pesticides use.It is observa-
tional study with cross sectional approach. The use of pesticides by farmers measured by
observation and interviews, while the levels of pesticides residue were measured by High
Performance Liquid Cromatography (HPLC) method and Gas Cromatography (GC). The
residue level of pesticides in the melon fruit were analyzed descriptively, compared with the
ISO 7313:2008 quality standard on the Maximum Residue Limit (MRL) on agricultural
product. Samples in this study were 3 melons represented the levels of pesticides use, they
were high (sample A), moderate (sample B) and low (sample C). The results of measure-
ments of organophosphat group (diazinon, parathion, ethion, profenofos, malathion and
chlorpyrifos) residues at 3 melons were not detected, because it was below of the Limit of
Detection (LOD) of the testing tools in laboratory. The level of carbamate (carbofuran)
residue in sample A was 0.09 ppm, 0.05 ppm in sample B and sample C < 0.097 LOD.
The recomendations farmers should decrease the pesticides use to make the safety level of
pesticides residue.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jl. Nakula I No. 5-11 Semarang
Email: eko.hartini@dsn.dinus.ac.id
Eko Hartini / KEMAS 10 (1) (2014) 96 - 102

Pendahuluan sifat toksik pada tanaman pokok, hingga tana-


man itu mati atau pertumbuhannya terganggu.
Buah Melon (Cucumis melo L.) diman- Pestisida akan selalu meninggalkan residu pada
faatkan sebagai makanan buah segar dengan tanaman. Residu ini diperlukan untuk dapat
kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Hasil membunuh hamanya, namun sejumlah pes-
survei Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi tisida tertentu (pestisida yang tergolong san-
buah di Indonesia masih rendah yaitu 60,4% gat persisten) meninggalkan residu pestisida
masyarakat Indonesia hanya mengkonsumsi cukup lama pada tanaman sehingga besar ke-
satu porsi buah atau bahkan kurang dalam satu mungkinan ikut termakan oleh herbivora atau
hari. Salah satu penyebab rendahnya konsumsi manusia.
buah adalah rendahnya mutu buah terutama Hasil penelitian Budiyono (2005) pada
disebabkan oleh tingginya kontaminasi residu petani melon di Desa Jati Gembol Kecamatan
pestisida, logam berat, mikroba dan sebagainya Kedungglagar diketahui menggunakan pestisi-
(Miskiyah, 2010). da jenis karbamat sebanyak 16.67% dan jenis
Kabupaten Grobogan merupakan sen- organophosphat 83,33%. Pestisida organofosfat
tra produksi hortikultura khususnya semangka dan karbamat bersifat perintang ChE (enzim
dan melon di Jawa Tengah. Melon adalah ko- choline esterase), enzim yang berperan dalam
moditi unggulan yang cukup besar produksinya penerusan rangsangan syaraf. Peracunan dapat
bahkan merupakan produksi terbesar di Jawa terjadi karena gangguan dalam fungsi susunan
Tengah. Data statistik Kabupaten Grobogan syaraf yang akan menyebabkan kematian atau
pada tahun 2011 produksi melon di Kabupaten dapat pulih kembali. Umur residu dari organo-
Grobogan mencapai 95.367 kwintal dengan fosfat dan karbamat ini tidak berlangsung lama
luas panen 519 hektar sedangkan produksi se- sehingga peracunan kronis terhadap lingkun-
mangka mencapai 143.076 kwintal dengan luas gan cenderung tidak terjadi karena faktor-fak-
panen 879 hektar (Anonim, 2012). tor lingkungan mudah menguraikan senyawa-
Budidaya melon di Kabupaten Grobogan senyawa organofosfat dan karbamat menjadi
berisiko tinggi karena dilakukan pada tanah komponen yang tidak beracun. Walaupun de-
yang keras, miskin unsur hara, faktor iklim dan mikian senyawa ini merupakan racun akut se-
cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta hingga dalam penggunaannya faktor-faktor
pemeliharaannya, jika tidak diperhatikan maka keamanan sangat perlu diperhatikan.
keuntungan akan menurun, sehingga penggu- Pestisida yang sering digunakan dalam
naan pestisida tidak dapat dihindarkan. tanaman buah-buahan adalah insektisida dan
Dalam praktek, pestisida digunakan fungisida. Penggunaan pestisida pada melon
bersama-sama dengan bahan lain misalnya sudah dimulai saat pengecambahan benih di-
dicampur minyak untuk melarutkannya, air lakukan dengan cara direndam di dalam air
pengencer, tepung untuk mempermudah hangat kuku yang dicampur fungisida sistemik
dalam pengenceran atau penyebaran dan pe- selama 4-6 jam. Benih direndam dalam laru-
nyemprotannya, bubuk yang dicampur seba- tan bakterisida Agrimycin (oxytetracycline dan
gai pengencer (dalam formulasi dust), atraktan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomy-
(misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, cin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter
bahan yang bersifat sinergis untuk penambah dan penyemprotan bakterisida pada umur 20
daya racun. Karena pestisida merupakan bahan HST. Penyemprotan fungisida Previcur N (pro-
racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian, pamocarb hydrochloride) dengan konsentrasi
dengan memperhatikan keamanan operator, 2–3 ml/liter apabila serangan telah melewati
bahan yang diberi pestisida dan lingkungan ambang ekonomi. Fungisida Derasol 500 SC
sekitar (Siwiendrayanti, 2011; Ningtyas, 2013; (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter.
Budiawan, 2013). Pangkal batang yang terserang dioles dengan
Pestisida dalam tanaman, bila sistemik larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph)
akan terserap masuk ke dalam jaringan-jarin- dengan konsentrasi 5 ml/liter (Warintek, 2000).
gan tanaman (daun, buah, cabang, akar kulit, Hasil penelitian Sudewa (2008) men-
dan sebagainya). Pestisida tersebut dapat ber- unjukkan bahwa residu insektisida Diazinon,

97
Eko Hartini / KEMAS 10 (1) (2014) 96 - 102

Klorpirifos, Fentoat, Karbaril dan BPMC yang Metode


terdapat pada krop kubis dan polong kacang Jenis penelitian ini adalah observasional,
panjang yang dijual di pasar Badung Denpasar menjelaskan faktor risiko (penggunaan pes-
dipengaruhi oleh jumlah penggunaan insek- tisida) dan outcome (kadar residu pestisida)
tisida tersebut, dimana insektisida Klorpirifos dengan menggunakan pendekatan alamiah,
60 – 65%, Karbaril 40% digunakan oleh petani, mengamati dan mengukur apa yang terjadi
nilai residunya pada kubis dan kacang panjang tanpa memberikan perlakuan. Desain peneli-
adalah Klorpirifos sebesar 0,525 ppm dan 1,296 tian yang digunakan adalah cross sectional (po-
ppm, Karbaril sebesar 0,303 ppm dan 0,471 tong lintang).
ppm. Dimana nilai residu klorpirifos pada Dalam penelitian ini dipilih lokasi yang
kubis dan kacang panjang melebihi nilai MRL merupakan salah satu sentra produksi melon di
(Maximum Residue Limit) pada sayuran yaitu Kabupaten Grobogan dengan penggunaan pes-
sebesar 0,5 ppm. tisida yang cukup beragam yaitu di Desa Curut
Hasil penelitian pada petani melon di Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.
Desa Curut dan Wedoro Kecamatan Penawan- Populasi dalam penelitian ini adalah
gan Kabupaten Grobogan dalam aplikasi pes- buah melon hasil panen petani di Desa Curut
tisida masih menggunakan berbagai macam Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan.
jenis pestisida, tanpa memperhatikan kelas Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
bahayanya. Berdasarkan data, 68,6% menggu- accidental sampling, yaitu melon diambil dari
nakan 4 jenis pestisida dalam satu kali masa petani melon yang panen pada saat peneli-
tanam dan yang paling banyak adalah 6 jenis tian dilakukan. Pemilihan sampel berdasarkan
pestisida. Disamping itu dalam pencampuran informasi petani di Desa Curut Kecamatan
pestisida dalam sekali pemakaian 3 jenis pes- Penawangan Kabupaten Grobogan yang dapat
tisida sebanyak 45,7% dan 4 jenis pestisida ada mewakili penggunaan pestisida oleh petani
34,3% (Yuantari, dkk, 2012). melon.
Pestisida meracuni manusia tidak hanya Teknik pengumpulan data dilakuan den-
pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga gan cara observasi dan wawancara mendalam
saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan tentang penggunaan pestisida oleh petani
penyemprotan. Dari hasil pemeriksaan cho- melon dan pengukuran kadar residu pestisida
linesterase pada petani melon di Kecamatan organophosphat dan karbamat dalam buah
Penawangan Kabupaten Grobogan diperoleh melon. Data penggunaan pestisida oleh petani
rata-rata hasil pemeriksaan sekitar 8.288 U/L melon meliputi jenis dan jumlah pestisida, dosis
dan hasil pemeriksaan tertinggi 11.350 U/L pestisida dan frekuensi penggunaan pestisida.
dengan standar normal untuk laki-laki 4.620- Berdasarkan observasi dan wawancara tentang
11.500 U/L, hal ini berarti kandungan pestisida penggunaan pestisida oleh petani kemudian
dalam darah petani ada yang mendekati am- dipilih 3 buah melon yang mewakili penggu-
bang batas tertinggi. Tingginya kadar cholinest- naan pestisida dengan tingkatan tinggi (sampel
erase dalam darah petani dapat menimbulkan A), sedang (sampel B) dan rendah (sampel C).
gangguan kesehatan (Yuantari, dkk, 2012). Selanjutnya buah melon tersebut diukur kadar
Berdasarkan pola aplikasi pestisida oleh residu pestisidanya di Laboratorium Penelitian
petani melon di Kecamatan Penawangan Kabu- dan Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada
paten Grobogan yang menggunakan pestisida Yogyakarta. Kadar residu pestisida diukur den-
dalam jumlah yang berlebihan dan adanya gan metode Gas Cromatography (GC) dan High
indikator biologi cholinesterase dalam darah Performance Liquid Cromatography (HPLC).
pada petani melon mendekati ambang batas Data penggunaan pestisida oleh petani
tertinggi, maka dimungkinkan adanya residu melon disajikan secara deskriptif dan kadar
pestisida pada buah melon. residu pestisida dalam buah melon dibanding-
Tujuan penelitian ini adalah menganali- kan dengan baku mutu SNI 7313: 2008 tentang
sis hubungan antara penggunaan pestisida den- Batas Maksimum Residu pada hasil pertanian.
gan kadar residu pestisida dalam buah melon. Selanjutnya dibuat pembahasan dan analisa
tentang hubungan antara penggunaan pestisi-

98
Eko Hartini / KEMAS 10 (1) (2014) 96 - 102

da dengan kadar residu pestisida dalam buah galami proses secara minimal (produk minimal
melon. processing). Komoditi buah melon ini harus
dilakukan pengawasan dan sertifikasi untuk
Hasil dan Pembahasan menjamin bahwa PSAT ini aman dan layak un-
tuk dikonsumsi.
(1) Penggunaan Pestisida oleh Petani Melon Petani melon di Desa Curut Kecamatan
Buah Melon termasuk dalam kelompok Penawangan Kabupaten Grobogan menggu-
Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yang nakan jenis pestisida insektisida dan fungisida
di atur oleh pemerintah (Permentan no 88 sistemik untuk tanaman melon cukup berag-
Tahun 2011). PSAT adalah pangan asal tum- am. Petani dalam menggunakan pestisida tidak
buhan berupa produk yang dihasilkan pada sesuai dengan petunjuk yang tertera pada ke-
proses pasca panen untuk konsumsi atau ba- masan, mereka beranggapan bahwa semakin
han baku industri, dan atau produk yang men- banyak pestisida yang digunakan akan melind-

Tabel 1. Dosis dan Frekuensi Pestisida yang Digunakan


Melon Dosis Frekuensi Kategori
A 4-7 jenis pestisida, Tidak Setiap 2 hari sekali selama masa tanam Tinggi
sesuai takaran
B 4-6 jenis pestisida, Setiap 2-3 hari sekali selama masa tanam Sedang
Tidak sesuai takaran
C 4-6 jenis pestisida, Setiap 2 hari sekali, mulai minggu ke-3 Rendah
Tidak sesuai takaran melon sudah tidak disemprot pestisida
karena terkena penyakit sehingga petani
merasa sudah gagal
Sumber: data primer

Tabel 2. Jenis Pestisida yang Digunakan Selama Satu Masa Tanam Melon
No Nama Jenis Bahan Aktif Waktu Aplikasi
1 Furadan*) Insektisida sistemik Karbuforan 3% Hari ke 1-14
2 Nativo Fungisida sistemik yang ber- Trifloksistrobin 25% Hari ke 1-14
sifat protektif, kuratif dan dan Tebukonazol 50%
eradikatif
3 Antracol*) Fungisida kontak Propineb 70% Hari ke 1-14
4 Spontan*) insektisida racun kontak, dimehipo 400 g/liter Hari ke 1-14
lambung dan sistemik
5 Folirfos*) Fungisida sistemik Asam fosfit 400 g/l Hari ke 1- 50
6 Seprin Obat daun Hari ke 1- 50
7 Kenzero Anti virus insektisida Pada label tidak tertulis Hari ke 14-50
8 Gauco Insektisida sistemik Imidaklorpid 350 g/l Hari ke 14-50
9 Indar*) Fungisida sistemik Fenbukonazol 245 g/l Hari ke 14-50
10 Prevathon*) Insektisida racun lambung Klorantranniliprol 50 Hari ke 50
dan kontak g/l
11 Tsubame*) Insektisida racun kontak dan Abamektin 18 g/l Hari ke 50-hari 60
lambung
12 Heksa*) Fungisida protektan dan ku- Heksakonazol 50 g/l Hari ke 60
ratif sistemik
Sumber: data primer
*) Pada label: tidak ada aplikasi pada buah melon

99
Eko Hartini / KEMAS 10 (1) (2014) 96 - 102

ungi melon dari serangan hama dan penyakit pindah tempat atau dapat terbang, tetapi bila
tanaman, sehingga panen nantinya akan ber- ada tanaman yang masih menyimpan residu
hasil dengan baik. pestisida sehingga kontak antara serangga dan
Berdasarkan Tabel 1, diketahui melon A pestisida dapat berlangsung. Racun lambung
masuk dalam kategori “tinggi” karena petani yang terdapat dalam insektisida “Prevathon”
dalam 1 kali masa tanam menggunakan 7 jenis dan “Tsubame” ini baru bekerja jika bagian
pestisida dengan frekuensi menyemprot 2 hari tanaman yang telah disemprot dimakan oleh
sekali, sedangkan melon B masuk dalam kat- hama. Bagian tanaman yang termakan itulah
egori “sedang” karena petani menggunakan 6 yang akan sampai di lambung hama. Di lam-
jenis pestisida dengan frekuensi 2-3 hari sekali. bung inilah kerja racun mulai bereaksi.
Melon C masuk dalam kategori “rendah” ka- Fungisida merupakan senyawa kimia
rena mulai minggu ke-3 petani tidak meny- yang mempunyai peranan dalam mengenda-
emprot tanamannya dengan pestisida, hal ini likan penyakit tanaman yang disebabkan oleh
disebabkan tanaman melon terkena penyakit cendawan (jamur). Fungisida sistemik ini ber-
“trips” atau keriting pada daun melon, petani sifat mencegah serangan cendawan dengan
merasa sudah gagal sehingga tidak meneruskan cara membuat semua bagian tanaman menjadi
penyemprotan sampai panen. beracun, sehingga menghambat atau mencegah
Jenis-jenis pestisida yang digunakan oleh cendawan melakukan penetrasi ke semua bagi-
petani meliputi insektisida sistemik dan racun an tanaman. Sifat fungisida ini adalah pengen-
kontak serta fungisida yang bersifat protektif, dalian preventif, artinya fungisida ini akan dis-
kuratif dan eradikatif, yaitu: emprotkan sebagai langkah pencegahan supaya
Jenis merek dagang insektisida sistemik jamur tidak mengganggu tanaman.
yang digunakan oleh petani antara lain “Gauco” Jenis merek dagang fungisida yang digu-
merupakan insektisida sistemik dengan bahan nakan oleh petani sangat beragam antara lain,
aktif Imidaklorpid 350 g/l. Petani melon di Desa Nativo, Antracol, Folirfos, Indar dan Heksa.
Curut biasa menggunakan insektisida “Gauco” Banyaknya jenis fungisida yang digunakan
ini kurang lebih mulai hari ke 14 sampai hari disebabkan tanaman melon sangat rentan ter-
ke 50, dengan frekuensi setiap 2 hari sekali san- hadap jamur, sehingga petani akan berusaha
gat memungkinkan menyebabkan bahan aktif dengan maksimal melindungi tanaman melon-
Imidaklorpid meresap ke dalam bagian-bagian nya dengan menguyur tanaman tersebut den-
tanaman melon. gan larutan fungisida berbagai merek dagang,
“Prevathon” dan “Tsubame” adalah jenis meskipun dalam label tidak tertulis penggu-
insektisida racun kontak dan lambung. Racun naanya pada tanaman melon.
Kontak akan bekerja dengan baik jika terkena
atau kontak langsung dengan hama sasaran. (2) Kadar Residu Pestisida dalam Buah Melon
Jenis insektisida kontak ini tidak begitu efektif Pola aplikasi petani yang menggunakan
untuk mengendalikan hama yang berpindah- beragam jenis pestisida dengan frekuensi peny-
Tabel 3. Residu Pestisida Organophosphat dan Karbamat dalam Buah Melon
Residu Pestisida Sampel A Sampel B Sampel C LOD*)
Diazinon < 3,84 ppb < 3,84 ppb < 3,84 ppb < 3,84 ppb
Parathion < 0,82 ppb < 0,82 ppb < 0,82 ppb < 0,82 ppb
Ethion < 2,76 ppb < 2,76 ppb < 2,76 ppb < 2,76 ppb
Profenofos < 0,80 ppb < 0,80 ppb < 0,80 ppb < 0,80 ppb
Malathion < 0,50 ppb < 0,50 ppb < 0,50 ppb < 0,50 ppb
Chlorpyrifos < 0,33 ppb < 0,33 ppb < 0,33 ppb < 0,33 ppb
Karbofuran 0,09 ppm**) 0,05 ppm**) < 0,097 ppm < 0,097 ppm
Sumber: data primer
*) Limit of Detection
**)Kadar residu pestisida melebihi BMR

100
Eko Hartini / KEMAS 10 (1) (2014) 96 - 102

emprotan yang sering akan meninggalkan re- Insektisida organophosphat lebih mudah
sidu pada buah melon yang dihasilkan, antara larut dalam air dan di dalam jaringan tanaman
lain: insektisida organophosphat termetabolisasi
Residu pestisida ditemukan di dalam dengan pola yang sama dengan metabolisme-
buah melon yang dihasilkan oleh petani, hal nya dalam tubuh hewan, hanya hasil metabo-
ini berkaitan dengan jenis pestisida yang di- lisme dalam tanaman cenderung disimpan
gunakan yaitu insektisida dan fungisida siste- sedangkan pada hewan hasil tersebut segera
mik. Cara kerja dari insektisida sistemik yaitu dikeluarkan.
diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui Insektisida karbamat berkembang sete-
stomata, meristem akar, lentisel batang dan cel- lah organofosfat. Insektisida karbamat biasanya
ah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan daya toksisitasnya rendah terhadap mama-
melewati sel-sel menuju ke jaringan pengang- lia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi
kut baik xylem maupun floem. Insektisida akan sangat efektif untuk membunuh insekta. Me-
meninggalkan residunya pada sel-sel yang tel- kanisme toksisitas dari karbamat adalah sama
ah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut ini dengan organofosfat, dimana enzim achE di-
insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian hambat dan mengalam karbamilasi.
tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) Bahan aktif yang termasuk golongan
atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas karbamat antara lain karbaril dan metomil
yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila yang telah dilarang penggunaannya. Namun,
memakan bagian tanaman yang mengandung masih banyak formulasi pestisida berbahan
residu insektisida. aktif lain dari golongan karbamat. Sebagai con-
Organophosphat adalah insektisida yang toh fungsida Previcur-N, Topsin 500F, dan En-
paling toksik diantara jenis pestisida lainnya pil 670 EC; insektisida Currater 3 G, Dicarzol
dan sering menyebabkan keracunan pada ma- 25 SP. Bahan aktif ini bila masuk dalam tubuh
nusia. Bila termakan, meskipun dalam jumlah akan menghambat enzim kholinesterase, sep-
sedikit saja, dapat menyebabkan kematian. Se- erti halnya golongan organophosphat.
bagian besar bahan aktif golongan organofos- Menurut Sadjusi (2004), insektisida
fat sudah dilarang beredar di Indonesia, mis- golongan karbamat yang banyak digunakan di
alnya diazinon, fention, fenitroteion, fentoat, lapangan terdiri dari jenis karbofuran, karbaril
klorpirifos, kuinalfos, dan malation, sedangkan dan aldikarb. Hasil penelitian ini juga men-
bahan aktif lainnya masih diijinkan. Bahan ak- emukan adanya residu karbofuran pada melon
tif dari golongan ini cukup banyak digunakan A dan B yang melebihi BMR, sedangkan pada
pada beberapa jenis pestisida. melon C masih di bawah LOD. Hasil ini men-
Dari hasil pengujian di laboratorium jadi bukti bahwa aplikasi pestisida dengan kate-
diketahui untuk kadar residu pestisida kelom- gori “tinggi” dan “sedang” meninggalkan residu
pok organophosphat (diazinon, parathion, pestisida lebih banyak dibandingkan dengan
ethion, profenofos, malathion dan chlorpyrifos), aplikasi pestisida dengan kategori “rendah”.
semuanya masih di bawah Limit Of Detection Tinggi rendahnya residu pestisida pada tana-
(LOD), artinya kadar residu pestisida yang di- man ditentukan oleh jenis pestisida, dosis dan
ukur tidak terbaca oleh alat. Hal ini mengand- frekuensi aplikasi, serta waktu aplikasi. Penga-
ung dua kemungkinan, yaitu pada buah melon ruh jenis pestisida terhadap tingkat residu ter-
tidak ditemukan residu pestisida kelompok gantung pada sifat-sifat fisika dan kimiawinya
organophosphat atau kemungkinan ada residu Karbofuran merupakan bahan aktif in-
tetapi di bawah nilai LOD dari alat pengujian. sektisida yang aplikasinya umumnya dilakukan
Hasil ini kemungkinan juga disebabkan oleh ditaburkan kedalam tanah. Insektisida ini ini
penggunaan formulasi pestida oleh petani mel- biasanya mempunyai formulasi Granule (G).
on yang mencampur beberapa jenis pestisida Cara kerja karbofuran adalah jika diaplikasikan
sehingga mengakibatkan tidak terdeteksinya ke dalam tanah dengan segera karbofuran akan
residu pestisida pada alat kromatografi gas ka- terserap oleh tanaman. Karbofuran akan masuk
rena alat tersebut tidak mampu mendeteksi be- ke dalam seluruh jaringan tanaman tidak terke-
berapa formulasi pesisida yang dicampur. cuali daun dan buahnya. Meskipun insektisida

101
Eko Hartini / KEMAS 10 (1) (2014) 96 - 102

karbamat khususnya Furadan yang mengand- Budiawan Agung R. 2013. Faktor Resiko
ung bahan aktif karbofuran banyak digunakan Cholinesterase Rendah Pada Petani Bawang
didalam kegiatan pertanian, data residu pada Merah. Kemas, 8 (2): 198-206
berbagai jenis tanaman pangan dan produk Budiyono, Nurjazuli, Heru Prastowo. 2005.
Hubungan Faktor Pemaparan Insektisida
ternak sangat terbatas di Indonesia karena
dengan Keracunan Pestisida pada Petani
monitoring residu insektisida karbamat belum Penyemprot Melon di Ngawi. Jurnal
dilakukan secara intensif. Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol 2 No 2
Penurunan kadar residu pestisida pada Tahun 2005.
pangan dapat dilakukan dengan beberapa Indraningsih. 2008. Pengaruh Penggunaan
pendekatan yaitu secara fisik dan kimia. Residu Insektisida Karbamat terhadap Kesehatan
pestisida pada produk pertanian dapat Ternak dan Produknya. Wartazoa Vol. 18 No.
dikurangi dengan cara mencuci produk terse- 2 Tahun 2008: 101-114.
but dengan air yang mengalir untuk beberapa Katharina Oginawati. 2003. Toksikologi Pestisida
kali, kemudian direndam di dalam air selama (dalam Toksikologi Lingkungan, Editor
Juli Soemirat). Yogyakarta: Gajah Mada
satu jam. Beberapa hasil penelitian me-
University Press.
laporkan bahwa detergen dapat digunakan un-
MG. Catur Yuantari, Lily Kresnowati, Eko
tuk melepaskan residu pestisida pada buah-bu- Hartini. 2012. Analisis Pola Petani dalam
ahan (Indraningsih, 2008). Tetapi untuk buah Aplikasi Pestisida dan Dampaknya bagi
melon hal ini perlu dibuktikan terlebih dahulu Kesehatan (Studi Kasus pada Petani Melon
karena buah melon mempunyai kulit yang tebal di Grobogan). Prosiding Seminar Nasional
dan biasa dikunsumsi dengan cara segar. Rumusan Stategi Kesehatan dan Pertanian
Salah satu cara yang dapat dilakukan un- dalam Percepatan Pengentasan Kemiskinan
tuk menurunkan residu pestisida adalah den- Menuju Tercapainya Target MDGs 2015. 14
gan mengatur jarak/frekuensi penyemprotan Juli 2012. Banjarnegara. Hlm. 2-11.
Miskiyah, Cristina Winarti, Wisnu Broto.
pestisida sesuai dengan golongannya karena
2010. Kontaminasi Mikotoksin Pada
masa degradasi organophosphat dan karbamat Buah Segar dan Produk Olahannya serta
dalam lingkungan sekitar 2 minggu, maka frek- Penanggulanggannya. Jurnal Litbang
uensi/jarak penyemprotan golongan ini adalah Pertanian, 29(3): 79-85.
2 minggu sekali. Ningtyas Ardhinka Fitri. 2013. Sarung Tangan
Latex Sebagai Upaya Pencegahan Dermatitis
Penutup Kontak. Kemas, 9 (1): 92-99
Sadjusi dan E.I. Lukman. 2004. Penggunaan pestisida
ditinjau dari segi pengamanan lingkungan.
Simpulan hasil penelitian pada petani Prosiding Seminar Nasional Parasitologi
melon Desa Curut Kecamatan Penawangan Ka- dan Toksikologi Veteriner. Balai Penelitian
bupaten Kabupaten Grobogan adalah: 1) Petani Veteriner dan Department for International
menggunakan 6-7 jenis pestisida insektisida Development. 20 - 21 April 2004. Bogor.
dan fungisida sistemik dalam satu kali masa hlm: 85 – 96.
tanam yang dicampur dalam sekali pemaka- Sudewa K. Agung, D N Suprapta, M S Mahendra.
ian, dengan berbagai macam merek dagang, 2009. Residu Pestisida pada Sayuran Kubis
2) Petani dalam menggunakan pestisida tidak (Brassica oleracea L.) dan Kacang Panjang
sesuai dengan petunjuk yang tertera pada ke- (Vigna sinensis L.) yang Dipasarkan
di Pasar Badung Denpasar. Jurnal
masan, 3) Buah melon hasil panen petani men-
Ecotrophic 4 (2) : 125-130, ojs.unud.
gandung residu karbamat (karbofuran) dengan ac.id/index.php/ECOTROPHIC/article/
kadar 0,05 – 0,09 ppm. download/2518/1744. Diakses 5 Agustus
2013.
Daftar Pustaka Siwiendrayanti A. 2011. Keterlibatan Dalam aktivitas
Pertanian Dan Keluhan Kesehatan Wanita
Anonim. 2012. Data Statistik Kabupaten Grobogan, Usia Subur. Kemas, 7 (1): 73-82
ht tp : // g r o b o g a n k a b . b p s . g o . id / I n fo /
Publikasi/2012/STATDA/files/sear ch/
searchtext.xml. Diakses 7 Maret 2013.

102

Anda mungkin juga menyukai