Disusun oleh:
Bungarani Marianna Elisabeth
1965050085
Pembimbing:
dr. Natasha N.P Manurung, Sp. A, M. Ked(Ped)
DAFTAR ISI............................................................................................................................. i
i
III.2 EPIDEMIOLOGI ........................................................................................... 33
III.4 PATOFISIOLOGI.......................................................................................... 35
ii
BAB I
LAPORAN KASUS
No RM : 231427
Agama : Islam
Suku : Sunda
AYAH
1
Pendidikan : S1 Penghasilan :
IBU
Agama : Islam
PERAWATAN ANTENATAL
Trimester I 1 kali per bulan di RS Ibu & Anak Hasanah Graha Afiah
Trimester II 1 kali per bulan di RS Ibu & Anak Hasanah Graha Afiah
Trimester III 2 kali per bulan di RS Ibu & Anak Hasanah Graha Afiah
Panjang Badan : 48 cm
Kelainan Bawaan :-
Psikomotor
o Tengkurap : 4 bulan
o Duduk : 6 bulan
o Berdiri : 12 bulan
o Berjalan : 14 bulan
“papa”?)
BCG 1 Bulan
3
CAMPAK 9 Bulan - -
MMR -
0-6 Bulan
ASI eksklusif 2-3 jam (15-20 menit, bergantian di payudara kanan dan kiri)
6-9 Bulan
Pagi : (MPASI) bubur saring (bubur saring ditambah tumbukan daging) + ASI (10-15
Siang : (MPASI) bubur saring dicampur wortel sebanyak 1 mangkuk kecil bayi
Malam : 10-15 menit hisapan kuat pada payudara kanan dan kiri
9-12 bulan
12 Bulan - sekarang
Pagi : makanan keluarga, Nasi + lauk pauk + sayur sebanyak 1 piring ditambah susu 1
4
Siang : Nasi + lauk pauk + sayur sebanyak 1 piring
Kesan: pola makan sesuai dengan pertambahan usia kualitas dan kuantitas makanan cukup.
berdarah
I. 9 RIWAYAT KELUARGA
2007 Pasien
2008
5
I.10 DATA KELUARGA
Perkawinan ke 1 1
Keadaan rumah :
Keadaan Lingkungan :
I.12 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di Bangsal Melati Lantai 7 RSUD Pasar Minggu ruang 7005B
pada hari Kamis, tanggal 14 November 2019 secara autoanamnesis dan alloanamnesis kepada
6
Keluhan Utama : Demam sejak 4 hari SMRS hilang timbul.
Keluhan Tambahan : Mual, muntah 1x, nafsu makan menurun, lemas, dan pilek.
Pasien dibawa ibunya ke IGD RSUD Pasar Minggu pada hari Sabtu, 9 November 2019
dengan keluhan demam selama 4 hari SMRS. Keluhan demam muncul secara tiba-tiba ketika
pasien pulang dari sekolah dan bersifat hilang timbul selama 4 hari. Ibu pasien mengatakan
memiliki termometer sendiri di rumah, dan suhu tertinggi saat demam adalah 38,6oC pada malam
hari. Ibu pasien sudah mencoba memberikan obat Paracetamol yang ada di rumah dan menyuruh
pasien untuk meminum air mineral yang banyak, tetapi keadaan pasien tidak membaik. 3 jam
SMRS pasien sempat muntah 1x berisi makanan, tidak ada darah dan lendir. Selain demam dan
muntah, pasien juga mengeluhkan pilek sejak 3 hari SMRS, lendir berwarna bening. Saat ini
pasien juga mengeluh demam, sakit kepala, mual, dan badan terasa nyeri. Keluhan mimisan
disangkal, keluar darah dari mulut disangkal, bintik-bintik merah di tubuh disangkal, BAK tidak
ada keluhan, keluhan kejang saat demam disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa lingkungan
sekolah pasien memiliki banyak genangan air yang bisa menjadi sumber penyakit Demam
Berdarah Dengue
3 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat Demam Berdarah Dengue dan sempat dirawat
7
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan tertentu. Dalam
keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.
Status Generalis
Tanda-Tanda Vital
Frekuensi Denyut Nadi : 98 kali / menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Suhu : 36.3oC
Data-Data Antopometri
Berat Badan : 33 kg
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
8
Telinga : Liang telinga lapang, membran timpani intak (+/+), serumen (+/+)
Mulut :
Paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding thoraks simetris kanan dan kiri, Retraksi sela iga (-)
Jantung :
Perkusi : Batas jantung kanan terletak pada ICS IV linea parasternalis dextra.
Abdomen :
9
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada regio epigastrika, hepar tidak teraba
I. 14 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin 10.8 – 15.6 g/dl 12 g/dl 11,7 g/dl 11,19 g/dl 11,3 g/dl
MCV 69 – 93 fl 72 fl 72 fl 72 fl 72 fl
MCH 22 – 34 pg 25 pg 25 pg 25 pg 24 pg
MCHC 32 – 36 g/dL 35 g/dL 35 g/dL 35 g/dL 34 g/dl
10
Nilai Rujukan 13/11/19 14/11/19 15/11/19 16/11/19
Hemoglobin 10.8 – 15.6 g/dl 10,8 g/dl 10,8 g/dl 10,8 g/dl 10,3 g/dl
Hematokrit 33 - 45 % 31%
11
I. 15 RESUME
Pasien dibawa ibunya ke IGD RSUD Pasar Minggu pada hari Sabtu, 9 November 2019
dengan keluhan demam selama 4 hari SMRS. Keluhan demam muncul secara tiba-tiba ketika
pasien pulang dari sekolah dan bersifat hilang timbul selama 4 hari. Ibu pasien mengatakan
memiliki termometer sendiri di rumah, dan suhu tertinggi saat demam adalah 38,6oC pada malam
hari. Ibu pasien sudah mencoba memberikan obat Paracetamol yang ada di rumah dan menyuruh
pasien untuk meminum air mineral yang banyak, tetapi keadaan pasien tidak membaik. 3 jam
SMRS pasien sempat muntah 1x berisi makanan, tidak ada darah dan lendir. Selain demam dan
muntah, pasien juga mengeluhkan pilek sejak 3 hari SMRS, lendir berwarna bening. Saat ini
pasien juga mengeluh demam, sakit kepala, mual, dan badan terasa nyeri. Keluhan mimisan
disangkal, keluar darah dari mulut disangkal, bintik-bintik merah di tubuh disangkal, BAK tidak
ada keluhan, keluhan kejang saat demam disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa lingkungan
sekolah pasien memiliki banyak genangan air yang bisa menjadi sumber penyakit Demam
Berdarah Dengue. 3 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat Demam Berdarah Dengue dan
sempat dirawat secara intensif di PICU RS Cikarang. Pasien tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan dan obat-obatan tertentu. Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki
Dari pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
komposmentis, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi denyut nadi 98 kali per menit (regular,
kuat angkat, isi cukup), frekuensi pernapasan 19 kali per menit (regular), suhu 36,3º C. Pada
pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan regio epigastrium dan hipokondrika dextra.
Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah lengkap.
12
1. Hematokrit = 35% → 33% → 35% → 34% → 32% → 32% → 32% → 30% → 31%
I. 16 TATALAKSANA
- IVFD RL 30 tpm
- Diet lunak
- H2TL/12 jam
13
I. 17 PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
14
Follow Up (09 November 2019, 11.59) ; masuk IGD RSUD Pasar Minggu
PH: 0
PP: 4
Demam 4 hari SMRS, demam hilang timbul, tinggi bila malam hari, mual
S
(+) muntah 1x, nafsu makan menurun, pusing (+), lemas (+), pilek (+)
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :100 / 80 mmHg
HR : 100 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 20 x/menit
Suhu : 37.5 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
O I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrium.
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A Febris H+4 ec DHF Grade I
15
- Pro Rawat Inap
- IVFD RL 30 tpm
Follow Up (10 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 1
PP: 5
Demam (-), mimisan 1x tadi malam, muntah 5x isi makanan, nafsu makan
S
menurun, lemas (+), pilek (+)
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :110 / 80 mmHg
HR : 95 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 18 x/menit
Suhu : 36.1 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (+), pernapasan cuping hidung (-)
O Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
16
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrium.
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam 165cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
P
- Paracetamol puyer 3x400mg PO
- H2TL/12 jam
- Observasi TTV, KU, tanda perdarahan
Follow Up (11 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 2
PP: 6
Demam tinggi (+), mual muntah (-), kemarin mimisan 1x, riwayat masuk
S
PICU dengan DHF 3 tahun yang lalu
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :100 / 70 mmHg
HR : 94 x/menit, reguler, kuat angkat
O
RR : 20 x/menit
Suhu : 39.8 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (+), pernapasan cuping hidung (-)
17
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrium.
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam 7cc/kgBB/jam 231cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
P
- Paracetamol drip 4x500mg
- H2TL/12 jam
- Awasi syok dan perdarahan
Follow Up (12 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 3
PP: 7
S Demam sudah menurun, pusing (+), nyeri ulu hati (-), nafsu makan
18
membaik, BAK baik warna kuning jernih
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :90 / 60 mmHg
HR : 94 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,3 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
O I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
19
- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam 7cc/kgBB/jam 231cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
P - Paracetamol drip 4x500mg
- Cetirizin syr 1x1cth
- H2TL/12 jam
- Awasi syok dan perdarahan
Follow Up (13 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 4
PP: 8
Demam naik turun terutama malam hari (hari ke 8), mimisan pagi ini (+)
S
sedikit mual (+), pilek (+), minum mau (+), BAK baik warna kuning jernih
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :100 / 70 mmHg
HR : 84 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (+), pernapasan cuping hidung (-)
O
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
20
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam 7cc/kgBB/jam 231cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
- Paracetamol drip 4x500mg
P - Cetirizin syr 1x1cth
- H2TL/12 jam
- Awasi syok dan perdarahan
- Periksa UL
- Bila demam + rencana AB Ceftriaxon 2x750mg
Follow Up (14 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 5
PP: 9
Demam naik turun (hari ke 9), mimisan (-) mual (+), pilek (+), minum
S
mau (+), BAK baik warna kuning jernih
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
O
Tekanan Darah :110 / 80 mmHg
HR : 94 x/menit, reguler, kuat angkat
21
RR : 21 x/menit
Suhu : 36,3 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Hasil UL dbn
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam 165cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
P - Inj dexametason 2x5mg
- Paracetamol drip 4x500mg
- Cetirizin syr 1x1cth
- H2TL/12 jam
22
- Awasi syok dan perdarahan
Follow Up (15 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 6
PP: 10
Demam tidak ada, trombosit mulai naik, minum baik, BAK baik warna
S
kuning jernih
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
HR : 70 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 21 x/menit
Suhu : 36 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
O Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
23
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 3cc/kgBB/jam 99cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
- Inj dexametason 2x5mg
P
- Paracetamol drip 4x500mg
- Cetirizin syr 1x1cth
- H2TL/12 jam
- Awasi syok dan perdarahan
Follow Up (16 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 7
PP: 11
S Demam tidak ada
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
HR : 89 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 19 x/menit
O Suhu : 36,5 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
24
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
Klinis baik boleh pulang
Obat pulang :
P
- Cetirizin syrup 1x1cth
- Paracetamol tab 3x1 tab
Follow Up (17 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 8
PP: 12
S Batuk (+), batal pulang karena trombosit turun
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
O Tekanan Darah : 120 / 90 mmHg
HR : 90 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 20 x/menit
25
Suhu : 36,7 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
Klinis baik boleh pulang
Obat pulang :
P
- Cetirizin syrup 1x1cth
- Paracetamol tab 3x1 tab
Follow Up (18 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 9
PP: 13
26
S Mimisan (-), batuk jarang, demam (+), makan sudah mau
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah : 100 / 90 mmHg
HR : 102 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 21 x/menit
Suhu : 38,2 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
O I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 99cc/kgBB/jam
P
- Inj omeprazole 1x25mg
- Inj dexamethason 2x5mg
27
- Paracetamol drips 4x500mg
- Cetirizin syrup 1x1cth
- H2TL sore
- Awasi syok dan perdarahan
Rencana jika klinis baik boleh pulang
Obat pulang :
- Cetirizin syrup 1x1cth
- Paracetamol tab 3x1tab
28
BAB II
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DENV-1, DENV-2,
DENV-3, dan DENV-4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Keempat serotipe dengue terdapat di Indonesia, DENV-3 merupakan serotipe dominan dan
Keempat serotipe dapat menyebabkan presentasi klinis yang bervariasi, mulai dari yang
asimptomatik hingga yang parah. Bayi dan anak-anak prasekolah sering menunjukkan penyakit
demam yang tidak berbeda. Coryza, kejang, mual, muntah, eksema, dan petekie lebih sering
terjadi pada anak di bawah 2 tahun. Anak dengan demam berdarah dapat berevolusi menjadi
bentuk parah lebih cepat daripada orang dewasa, terutama anak di bawah 5 tahun. Tanda-tanda
hipoperfusi seperti kulit yang dingin, oliguria, dan pengisian kapiler lambat dapat muncul tiba-
Infeksi dengan satu serotipe DENV memberikan kekebalan terhadap serotipe itu seumur
hidup, tetapi tidak memberikan kekebalan jangka panjang terhadap serotipe lain. Dengan
demikian, seseorang dapat terinfeksi sebanyak empat kali, satu kali dengan masing-masing
serotipe. Virus dengue ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes (paling sering Aedes
Sementara sebagian besar pasien demam berdarah sembuh setelah mengalami penyakit
yang sembuh sendiri, sebagian kecil berkembang menjadi demam berdarah dengue (DBD).7
29
Demam berdarah (Dengue fever) adalah penyakit demam akut yang sering muncul
dengan sakit kepala, tulang atau nyeri sendi dan otot, ruam dan leukopenia sebagai gejala.
Demam berdarah dengue (DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu demam
tinggi, fenomena hemoragik atau perdarahan, sering dengan hepatomegali dan pada kasus yang
parah, tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien tersebut dapat mengalami syok hipovolemik
akibat kebocoran plasma. Ini disebut sindrom syok dengue (DSS) dan dapat berakibat fatal.2
Pada tahun 1997, World Health Organization (WHO) menetapkan klasifikasi kasus
demam berdarah: demam berdarah (DF) dan demam berdarah dengue (DBD). DBD dibagi lagi
menjadi empat tahap keparahan; derajat III dan IV didefinisikan sebagai sindrom syok dengue
(DSS). Pada tahun 2009, WHO mengusulkan klasifikasi baru, demam berdarah dan demam
berdarah serius, di mana demam berdarah dibagi berdasarkan ada tidaknya tanda-tanda
peringatan berikut: nyeri perut, muntah terus-menerus, edema, perdarahan mukosa, lesu, lekas
marah, mudah marah, hepatomegali (> 2 cm), dan peningkatan hematokrit bersamaan dengan
penurunan jumlah trombosit. Klasifikasi baru ini bertujuan untuk penyederhanaan dan mengubah
fokus dari perdarahan ke kebocoran plasma, faktor utama dalam patogenesis bentuk parah.4
Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk,
namun angka kematian telah menurun bermakna <2%. Umur terbanyak yang terkena infeksi
dengue adalah kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak kelompok umur lebih tua.
Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa gejala
(silent dengue infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam berdarah dengue (DBD) dan (4)
30
Menurut data WHO, Asia Pasifik menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia
antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus
31
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 DEFINISI
Dengue adalah penyakit virus yang ditularkan melalui arthropoda yang disebabkan oleh
infeksi dengan salah satu dari 4 serotipe virus dengue. Virus dengue adalah virus RNA yang
termasuk dalam genus Flavivirus. Demam berdarah adalah masalah perawatan kesehatan global
yang penting. Setidaknya 3,6 miliar orang yang tinggal di lebih dari 125 negara tropis dan
subtropis berisiko terkena infeksi dengue. Secara internasional, hingga 22.000 kematian
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DENV-1, DENV-2,
DENV-3, dan DENV-4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Keempat serotipe dengue terdapat di Indonesia, DENV-3 merupakan serotipe dominan dan
Infeksi dengue dapat menyebabkan demam berdarah (DF) dan demam berdarah dengue
(DBD). Yang terakhir ini selanjutnya dibagi menjadi empat kelas tergantung pada tingkat
keparahan.6 Infeksi virus dengue dapat asimptomatik atau dapat menyebabkan demam tidak
berdiferensiasi, demam berdarah (DF) atau demam berdarah dengue (DBD) dengan kebocoran
plasma yang dapat menyebabkan syok hipovolemik (sindrom syok dengue, DSS).4
32
III.2 EPIDEMIOLOGI
Hanya 9 negara yang mengalami epidemi Dengue parah sebelum 1970; namun, saat ini,
demam berdarah telah memengaruhi lebih dari 100 negara tropis dan subtropis daerah.
Diperkirakan oleh WHO, bahwa 50-100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun, dengan
peningkatan 30 kali lipat dalam insiden global yang diamati 50 tahun terakhir. Hari ini, virus
dengue (DENV) merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat global, dan sekitar dua
Wilayah Asia-Pasifik memiliki beban tertinggi di antara wilayah lain di dunia. Pola
pembangunan kota yang tidak direncanakan, praktik penyimpanan air yang buruk, dan kondisi
Wilayah Asia Tenggara adalah salah satu daerah endemis dengue. Pada tahun 2015,
sekitar 451.422 kasus demam berdarah dari jumlah total kasus secara global (14,11%), berasal
dari wilayah ini. Diperkirakan 1,8 miliar orang di Asia Tenggara berisiko terkena infeksi
dengue.8
DBD merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Salah satu lokasi yang sering mengalami
KLB adalah DKI (Daerah Khusus Ibu Kota) Jakarta. DKI Jakarta, yang merupakan ibu kota
Indonesia dengan penduduk yang sangat padat. Hal ini sangat mendukung Jakarta menjadi
daerah endemik DBD. Dimana, penduduk yang banyak, lingkungan yang padat dan arus
urbanisasi yang tinggi menjadikan Jakarta kota yang memiliki permasalahan lingkungan.9
33
Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk,
namun angka kematian telah menurun bermakna <2%. Umur terbanyak yang terkena infeksi
dengue adalah kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak kelompok umur lebih tua.
Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa gejala
(silent dengue infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam berdarah dengue (DBD) dan (4)
III.3 ETIOLOGI
Infeksi dengue disebabkan oleh 4 serotipe virus dengue yang berbeda secara antigen:
DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Mereka adalah virus RNA yang termasuk dalam
genus Flavivirus / keluarga Flaviviridae. Vektor utama untuk penyebaran infeksi dengue ini
adalah nyamuk Aedes aegypti, yang dikenal dengan day-biting (paling aktif selama senja dan
fajar). Namun, spesies lain, Aedes albopictus, juga bertanggung jawab atas penyebaran virus
dengue. Nyamuk Aedes juga merupakan vektor untuk virus Zika dan chikungunya.
Evolusi, adaptasi, dan perubahan virulensi virus dengue telah terjadi selama berabad-
abad. Tidak ada bukti jelas tentang asal usul virus; Namun, itu diyakini berasal dari Afrika atau
Asia. Infeksi pada satu serotipe memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tertentu;
Namun, perlindungan silang ke serotipe lain hanya berlangsung beberapa bulan. Selain
penularan melalui nyamuk, virus dengue juga dapat ditularkan melalui produk darah, paparan
mukokutan, atau cedera jarum. Satu studi memperkirakan penularan demam berdarah sekitar
34
Hidup di dalam dan di sekitar rumah
Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di
got/comberan
Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-
lain.
Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka virus
dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh nyamuk itu virus dengue
akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar ke seluruh bagian tubuh
nyamuk. Sebagian besar virus akan berada dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut
menggigit seseorang maka alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum
darah orang itu diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya
tidak membeku.12 Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan kepada orang
lain.
III. 4 PATOFISIOLOGI
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue(DBD) disebabkan oleh
virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan
klinis.4
35
Patogenesis terjadinya demam berdarah hingga saat ini masih diperdebatkan. Dua teori
yang banyak dianut pada DHF dan DSS adalah Hipotesis immune enhancement dan hipotesis
Pada infeksi virus dengue terdapat beberapa mekanisme patofisiologi utama, yaitu
aktivasi sistem komplemen, dan respons leukosit. Fenomena patofisiologi utama pada infeksi
virus dengue yang membedakan antara variasi klinis DD dan DBD adalah adanya peningkatan
perjalanan penyakit mulai dari awal masa demam dan mencapai puncaknya pada masa syok.
Salah satu penanda dari terjadinya fenomena ini adalah meningkatnya nilai hematokrit akibat
merembesnya cairan plasma ke daerah ekstravaskular (ruang interstitial dan rogga serosa)
kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada
masa syok. Penyebab dan proses yang mendasari terjadinya trombositopenia dihubungkan
dengan pemendekan masa hidup dan peningkatan penggunaan trombosit. Lebih lanjut fungsi
trombosit pada DBD terbukti menurun juga disebabkan oleh proses imunologis terbentuknya
kompleks imun di dalam peredaran darah. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit ini
Selain kedua fenomena diatas, pada infeksi virus dengue terjadi pula kelainan sistem
koagulasi yang juga memiliki peran dalam terjadinya manifestasi perdarahan pada DBD. Masa
perdarahan dan masa tromboplastin yang teraktivasi memanjang. Beberapa faktor pembekuan,
36
seperti faktor II, V, VII, VIII, X, dan fibrinogen menurun. Manifestasi perdarahan ringan pada
kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia,
sedangkan perdarahan masif disebabkan oleh mekanisme yang lebih kompleks, seperti
trombositopenia, gangguan faktor pembekuan dan kemungkinan besar faktor DIC (Disseminted
Intravascular Coagulation).22
Penilaian sistem komplemen pada DBD menunjukkan adanya penurunan kadar C3, C4,
dan C5 baik pada kasus yang disertai syok maupun tidak. Penurunan kadar serum komplemen
disebabkan oleh aktivasi sistem komplemen, bukan oleh produksi yang menurun. Aktivasi ini
menghasilkan anafilaktosin C3a dan C5a yang mempunyai kemampuan menstimulasi sel mast
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat terhadap peningkatan permeabilitas kapiler,
pengurangan volume plasma, dan syok hipovolemik pada DBD. Sistem komplemen juga
bereaksi dengan epitop virus pada sel endotel, permukaan trombosit, dan limfosit T yang
mengakibatkan waktu paruh trombosit memendek, kebocoran plasma, syok dan perdarahan.
Hipotesis ”the secondary heterologous infection” yang di rumuskan oleh Suvatte,1977. Sebagai
akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respon
antibody anamnestik yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan
37
38
III.5 MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis sering tergantung pada usia pasien. Bayi dan anak kecil mungkin
memiliki penyakit demam yang tidak berbeda, seringkali dengan ruam makulopapular. Anak-
anak yang lebih tua dan orang dewasa mungkin memiliki sindrom demam ringan dengan demam
tinggi yang timbul tiba-tiba, kadang-kadang dengan 2 puncak (didukung sadel), sakit kepala
parah, sakit di belakang mata, otot dan tulang atau nyeri sendi, mual dan muntah, dan ruam.
Perdarahan kulit (petechiae) tidak jarang terjadi. Leukopenia biasanya terlihat dan
Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa
demam yang tidak khas. Pada umumnya pasien mengalami demam dengan suhu tubuh 39-40oC,
bersifat bifasik (menyerupai Pelana kuda), fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase
kritis pada hari ke-3 selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi
mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat.(14,15)
39
Gambar 3. Fase-fase infeksi dengue.4
1) Fase Febris
Sakit kepala
Dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti petekie, perdarahan mukosa, walau jarang
40
2) Fase Kritis
Ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kepiler dan timbul
trombosit.
3) Fase Pemulihan
41
Tabel I. Derajat infeksi dengue berdasarkan klasifikasi WHO, 2011.4
42
Gejala klinis demam dengue menurut WHO.13
Nyeri kepala
Ruam kulit
Leukopenia
hipoproteinemia).
a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7
hari
43
b) Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
c) Pembesaran hati
d) Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20
mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary
III.6 DIAGNOSIS
Anamnesis
- Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari
- Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut
Pemeriksaan fisik
44
Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri
otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan.
Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada DBD.
Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas
Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan rongga
Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu turun, yang
dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan namun pada DBD berat merupakan
Tanda-tanda syok
45
Diagnosis klinis:
perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena, maupun berupa uji tourniquet positif.
- Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau sekitar rumah.
Tanda dan gejala DBD dalam fase awal sangat menyerupai DD, tanda dan gejala yang
Diagnosis klinis:
perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena, maupun berupa uji tourniquet positif.
- Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau sekitar rumah.
- Hepatomegali
- Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda atau gejala:
Peningkatan nilai hematocrit > 20% dari pemeriksaan awal atau dari data populasi
menurut umur.
46
Ditemukan adanya efusi pleura, ascites
Hipoalbuminemia, hypoproteinemia
trombositopenia.
47
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium (WHO tahun 2011):4
Kriteria klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7
hari.
Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie, ekimosis, epistaksis,
Pembesaran hati.
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan
Kriteria laboratorium
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% menurut standar umur dan
jenis kelamin.
Kewaspadaan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok pada penderita DBD yaitu
dengan mengenai tanda dan gejala yang mendahului syok (warning sign).17
48
Kriteria klinis:
- Letargi, gelisah
- Perdarahan mukosa
- Pembesaran hati
- Akumulasi cairan
- Oligouria
Kriteria laboratorium:
- Ditemukan tanda dan gejala syok hipovolemi baik yang terkompensasi maupun yang
dekompensasi.
- Takikardi - Takikardi
- Takipneu - Hipotensi (sistolik dan diastolic
- Tekanan nadi < 20 mmHg menurun)
- CRT > 2 detik - Nadi cepat dan kecil
- Kulit dingin - Pernapasan Kusmaul atau hiperpnea
49
- Produksi urin menurun - Sianosis
(<1ml/kgBB/jam) - Kulit lembab dan dingin
- Anak gelisah - Profound shock: nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak teratur.
Manifestasi klinis berupa keterlibatan organ seperti hati, ginjal, otak, maupun jantung
yang berhubungan dengan infeksi dengue dengan atau tidak ditemukannya tanda kebocoran
plasma.
Memenuhi kriteria DD atau DBD baik disertai syok maupun tidak dengan manifestasi
klinis komplikasi infeksi virus dengue atau dengan manifestasi klinis yang tidak biasa, seperti
tanda dan gejala: kelebihan cairan, gangguan elektrolit, ensefalopati, ensefalitis, perdarahan
hebat, gagal ginjal akut, Haemolytic Uremic Syndrome, gangguan jantung, infeksi ganda.17
a. Campak
2. Dengan renjatan
a. Demam typhoid
50
3. Dengan perdarahan
a. Leukemia
b. ITP
c. Anemia Aplastik
4. Dengan kejang
a. Ensefalitis
b. Meningitis
permukaan sel yang terinfeksi virus Dengue. Masih terdapat perbedaan dalam berbagai literatur
mengenai berapa lama antigen NS1 dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan mencatat
dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi sejak hari pertama
sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai hari ke 5 pada infeksi
sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan metode ELISA juga dikatakan memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88,7% dan 100%). Oleh karena berbagai keunggulan
tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen NS1 sebagai uji dini terbaik untuk
pelayanan primer.19
Laboratorium
Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit & hitung jenis, hematokrit, trombosit. Pada
apusan darah perifer juga dapat dinilai limfosit plasma biru, peningkatan 15%
Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase konvalesens
51
Infeksi primer, serum akut <1:20, serum konvalesens naik 4x atau lebih namun tidak
melebihi 1:1280
Infeksi sekunder, serum akut < 1:20, konvalesens 1:2560; atau serum akut 1:20,
Persangkaan infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive secondary infection): serum
(1) dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
52
Kelainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah hilus kanan, hemitoraks
kanan lebih radio opak dibandingkan kiri, kubah diafragma kanan lebih tinggi dari pada
USG: efusi pleura, ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea dan vesica urinaria.1
III.9 TATALAKSANA
Pemantauan
Untuk anak dengan syok: Petugas medik memeriksa tanda vital anak setiap jam (terutama
tekanan nadi) hingga pasien stabil, dan periksa nilai hematokrit setiap 6 jam. Dokter harus
Untuk anak tanpa syok: Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu badan, denyut nadi
dan tekanan darah) minimal empat kali sehari dan nilai hematokrit minimal sekali sehari.
53
Gambar 5. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD/Infeksi Virus Dengue.1
54
Gambar 6. Tatalaksana tersangka DBD (Rawat Inap) atau Demam Dengue.1
55
Gambar 7. Tatalaksana DBD Derajat I dan II.1
56
Gambar 8. Tatalaksana DBD Derajat III&IV atau DSS.1
57
Tanda-tanda Penyembuhan:17
58
1. Frekuensi nadi, tekanan darah dan frekuensi pernapasan stabil
3. Tidak dijumpai distress pernafasan ( yang disebabkan oleh efusi pleura atau ascites)
4. Hematokrit stabil
III.10 PENCEGAHAN
Belum ada vaksin yng tersedia melawan dengue, dan tidak ada pengobatan spesifik untuk
menangani infeksi dengue. Hal ini membuat pencegahan adalah langkah terpenting, dan
59
pencegahan berarti menghindari gigitan nyamuk jika kita tinggal atau bepergian ke area
endemik.
Saat ini pencegahan infeksi dengue yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan
Menguras membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti
bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, dan lain-lain.
Menutup menutup rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air dan
sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan, seperti :
Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat
bersarangnya nyamuk.
60
III.11 KOMPLIKASI
Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DHF dengan maupun tanpa syok
III.12 PROGNOSIS
Prognosis Demam Dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibody yang
didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada Demam Berdarah Dengue, kematian telah
terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat, angka
kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan
penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang
61
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien dibawa ibunya ke IGD RSUD Pasar Minggu pada hari Sabtu, 9 November 2019
dengan keluhan demam selama 4 hari SMRS. Keluhan demam muncul secara tiba-tiba ketika
pasien pulang dari sekolah dan bersifat hilang timbul selama 4 hari. Ibu pasien mengatakan
memiliki termometer sendiri di rumah, dan suhu tertinggi saat demam adalah 38,6oC pada malam
hari. Ibu pasien sudah mencoba memberikan obat Paracetamol yang ada di rumah dan menyuruh
pasien untuk meminum air mineral yang banyak, tetapi keadaan pasien tidak membaik. 3 jam
SMRS pasien sempat muntah 1x berisi makanan, tidak ada darah dan lendir. Selain demam dan
muntah, pasien juga mengeluhkan pilek sejak 3 hari SMRS, lendir berwarna bening. Saat ini
pasien juga mengeluh demam, sakit kepala, mual, dan badan terasa nyeri. Keluhan mimisan
disangkal, keluar darah dari mulut disangkal, bintik-bintik merah di tubuh disangkal, BAK tidak
ada keluhan, keluhan kejang saat demam disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa lingkungan
sekolah pasien memiliki banyak genangan air yang bisa menjadi sumber penyakit Demam
Berdarah Dengue. 3 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat Demam Berdarah Dengue dan
sempat dirawat secara intensif di PICU RS Cikarang. Pasien tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan dan obat-obatan tertentu. Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki
Berdasarkan anamnesis pasien, keluhan yang dialami oleh pasien sesuai dengan gejala
kriteria klinis dari DBD pada Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada
Anak Tahun 2014 oleh IDAI, contohnya adalah demam naik turun selama 4 hari, sakit kepala,
nyeri sendi serta nyeri perut. Hasil pemeriksaan fisik pasien juga menandakan gejala dari DBD,
yaitu adanya epitaksis secara spontan dan nyeri tekan pada region epigastrium. Hasil
62
pemeriksaan laboratorium pasien juga menandakan gejala dari DBD, yaitu adanya penurunan
Pasien dirawat selama 9 hari. Dilihat dari hasil anamnesis setiap harinya, pemeriksaan
tanda – tanda vital, pemeriksaan fisik, dan juga pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan
pada pasien menunjukkan tanda – tanda perbaikan setiap harinya. Pada hari ke–9, pasien
diperbolehkan pulang berdasarkan Kriteria Memulangkan Pasien oleh Pedoman Diagnosis dan
Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak Tahun 2014, IDAI. Kriteria yang dipenuhi pasien
yaitu berupa perbaikan secara klinis setiap harinya, hematokrit stabil, tidak dijumpai distress
63
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis; Infeksi Virus Dengue. Indonesia.
2009. Hal. 141-149.
2. Pone S, Hökerberg Y, Oliveira R, Daumas R, Pone a, Pone M et al. Clinical and laboratory
signs associated to serious dengue disease in hospitalized children. Journal de Pediatria.
2016;92(5):465.
3. U.S. Departement of Health and Human Services. Centers for Disease Control and
Prevention. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever; Information for Health Care
Practitioners. United Stated; 2009 p. 1-4.
4. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd ed. England:
World Health Organization; 2011.
5. Pusat Data dan Informasi. Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2017. DKI
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2017 p. 1.
7. Guo C, Zhou Z, Wen Z, Liu Y, Zeng C, Xiao D et al. Global Epidemiology of Dengue
Outbreaks in 1990–2015: A Systematic Review and Meta-Analysis. Frontiers in Cellular and
Infection Microbiology. 2017;7.
8. Maula A, Fuad A, Utarini A. Ten-years trend of dengue research in Indonesia and South-east
Asian countries: a bibliometric analysis. Global Health Action. 2018;11(1).
11. Shu PY. Comparison of a capture immunoglobulin M (IgM) and IgG ELISA and non-
structural protein NS1 serotype-specific IgG ELISA for differentiation of primary and
secondary dengue virus infections. Clin Diagn Lab Immunol 2006;10:622-30.
12. Kapita Selekta Kedokteran. 2nd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI; 2000.
13. World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children; Dengue Fever
Infection. Second Edition. 2005;128.
14. Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Buku ajar Ilmu penyakit
dalam, Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FK-UI, jakarta, 2006, ed.4, (III)
1709-1713.
64
15. Rejeki S, Adinegoro S (DHF) Demam Berdarah Dengue, Tatalaksana Demam Berdarah
Dengue Di Indonesia. Jakarta. 2004.
16. Sumarno S, Soedarmo P,Garna H,Rezeki S,Satari H. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri tropis,
IDAI, jakarta 2008,ed.2, 155-179.
17. Hadinegoro S, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi
Virus Dengue pada Anak Tahun 2014. Jakarta: IDAI; 2014.
18. Candra A. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan. Staf Pengajar FK-UNDIP Semarang. 2010;2(2):110-119.
19. Chen K, Pohan H, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue.
Scientific Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application. 2009;22(1):3-7.
20. Wiwanitkit V. Disseminated intravascular coagulopathy in dengue: a brief review. Asian Pac
J Trop Med. 2015;2(3):81-2.
21. Soedarno SS, Garna H, Hadinegoro SR. Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta. 2008.
22. Darwis D. Kegawatan Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Sari Pediatri. 2003; 4(4): 156-
62.
65