Anda di halaman 1dari 68

CASE REPORT

DEMAM BERDARAH DENGUE

Disusun oleh:
Bungarani Marianna Elisabeth
1965050085

Pembimbing:
dr. Natasha N.P Manurung, Sp. A, M. Ked(Ped)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD PASAR MINGGU
PERIODE 30 AGUSTUS 2019 – 7 DESEMBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. i

BAB I LAPORAN KASUS ...................................................................................................... 1

I.1 IDENTITAS PASIEN ....................................................................................... 1

I.2 IDENTITAS ORANGTUA PASIEN ............................................................... 1

II.2 RIWAYAT KEHAMILAN ............................................................................. 2

I.3 RIWAYAT KELAHIRAN ............................................................................... 2

I.4 RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ............................ 3

I.5 RIWAYAT IMUNISASI .................................................................................. 3

I.6 RIWAYAT MAKANAN .................................................................................. 4

I.7 RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DI DERITA ............................... 5

I.8 RIWAYAT KELUARGA ................................................................................. 5

I.9 DATA KELUARGA ........................................................................................ 6

I.10 DATA PERUMAHAN.................................................................................... 6

I.11 ANAMNESIS .................................................................................................. 6

I.12 PEMERIKSAAN FISIK.................................................................................. 8

I.13 PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................................... 10

I.14 RESUME ......................................................................................................... 12

I.15 PENATALAKSANAAN ................................................................................ 13

I.16 PROGNOSIS ................................................................................................... 14

BAB II PENDAHULUAN ....................................................................................................... 29

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 32

III.1 DEFINISI ....................................................................................................... 32

i
III.2 EPIDEMIOLOGI ........................................................................................... 33

III.3 ETIOLOGI ..................................................................................................... 34

III.4 PATOFISIOLOGI.......................................................................................... 35

III.5 MANIFESTASI KLINIS ............................................................................... 38

III.6 DIAGNOSIS .................................................................................................. 43

III.7 DIAGNOSIS BANDING............................................................................... 48

III.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................... 49

III.9 TATALAKSANA .......................................................................................... 51

III.10 PENCEGAHAN ........................................................................................... 56

III.11 KOMPLIKASI .............................................................................................. 58

III.12 PROGNOSIS ................................................................................................ 58

BAB IV ANALISIS KASUS .................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 61

ii
BAB I

LAPORAN KASUS

I.1 IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : An. SS

No RM : 231427

Tanggal lahir : 14 Februari 2008

Usia : 11 Tahun 8 Bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan terakhir : Sekolah dasar

Alamat : Jl. Panda G no 27, Cikarang Baru, Jababeka 2

Tanggal masuk : 9 November 2019

I.2 IDENTITAS ORANGTUA PASIEN

AYAH

Nama : Gurit Herlambang Aswindo Suku : Sunda

Tanggal lahir : 29 Juli 1984 Agama : Islam

1
Pendidikan : S1 Penghasilan :

Pekerjaan : Wiraswasta Rp.5.000.000,-/bulan

IBU

Nama : Citra Mahardika Pendidikan : S1

Tanggal lahir : 9 Juni 1984 Pekerjaan : Wiraswasta

Suku : Sunda Penghasilan : Rp.3.000.000,-/bulan

Agama : Islam

I.3 RIWAYAT KEHAMILAN

PERAWATAN ANTENATAL

 Trimester I  1 kali per bulan di RS Ibu & Anak Hasanah Graha Afiah

 Trimester II  1 kali per bulan di RS Ibu & Anak Hasanah Graha Afiah

 Trimester III  2 kali per bulan di RS Ibu & Anak Hasanah Graha Afiah

PENYAKIT KEHAMILAN : Disangkal oleh ibu pasien

I.4 RIWAYAT KELAHIRAN

 Cara Persalinan : Sectio secaria

 Tempat Lahir : RS Ibu & Anak Hasanah Graha Afiah

 Penolong Persalinan : Dokter

 Masa Gestasi : Kurang bulan


2
 Penyulit :-

 Berat Badan Lahir : 3100gr

 Panjang Badan : 48 cm

 Lingkar Kepala : Ibu pasien tidak ingat

 Nilai APGAR : 9/10

 Kelainan Bawaan :-

I.5 RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

 Pertumbuhan gigi pertama : 8 bulan

 Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

 Psikomotor

o Tengkurap : 4 bulan

o Duduk : 6 bulan

o Berdiri : 12 bulan

o Berjalan : 14 bulan

o Berbicara : 11 bulan (dapat mengatakan 1/2 kata seperti “mama” /

“papa”?)

o Membaca / Menulis : 5 tahun

I.6 RIWAYAT IMUNISASI

VAKSIN DASAR (UMUR)

BCG 1 Bulan

DPT/DT 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan

POLIO 0 Bulan 2 Bulan 3 & 4 Bulan

3
CAMPAK 9 Bulan - -

HEPATITIS B 0 Bulan 2 Bulan 3 & 4 Bulan

MMR -

Kesan : Imunisasi sesuai Jadwal Imunisasi IDAI

I.7 RIWAYAT MAKANAN

 0-6 Bulan

ASI eksklusif 2-3 jam (15-20 menit, bergantian di payudara kanan dan kiri)

 6-9 Bulan

 Pagi : (MPASI) bubur saring (bubur saring ditambah tumbukan daging) + ASI (10-15

menit) hisapan kuat pada payudara kanan dan kiri

 Siang : (MPASI) bubur saring dicampur wortel sebanyak 1 mangkuk kecil bayi

 Malam : 10-15 menit hisapan kuat pada payudara kanan dan kiri

 9-12 bulan

 Pagi : bubur biasa + potongan daging/ayam/ikan sebanyak 1 mangkuk kecil ditambah

buah dan susu

 Siang : bubur biasa ditambah potongan daging/ayam/ikan

 Malam : bubur biasa + potongan daging/ayam/ikan sebanyak 1 mangkuk kecil ditambah

buah dan susu

 12 Bulan - sekarang

 Pagi : makanan keluarga, Nasi + lauk pauk + sayur sebanyak 1 piring ditambah susu 1

gelas serta buah

4
 Siang : Nasi + lauk pauk + sayur sebanyak 1 piring

 Sore : snack berupa biskuit dan buah serta susu 1 gelas

 Malam : Nasi + lauk pauk + sayuran + buah-buahan

Kesan: pola makan sesuai dengan pertambahan usia kualitas dan kuantitas makanan cukup.

I.8 RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DI DERITA

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Peny. Jantung -

Cacingan - Diare - Peny. Ginjal -

Parotitis - Operasi - Peny. Darah -

Demam tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -

Demam 8 tahun Morbili - Tuberkulosis -

berdarah

Parotitis - Operasi - Asma -

I. 9 RIWAYAT KELUARGA

No Tanggal Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan

Lahir Kelamin Mati (sebab) Kesehatan

1. 28 Juni Perempuan Ya - - - Kakak

2007 Pasien

2. 14 Februari Perempuan Ya - - - Pasien

2008

5
I.10 DATA KELUARGA

Keterangan Ayah/Wali Ibu/Wali

Perkawinan ke 1 1

Umur saat menikah 24 tahun 23 tahun

Keadaan kesehatan Sehat Sehat

I.11 DATA PERUMAHAN

Kepemilikan rumah : Pribadi

Keadaan rumah :

 Ukuran/tipe m2 (Keluarga tidak ingat)

 Dinding terbuat dari batu bata? Ya

 Atap terbuat dari Genteng? Ya

 Ventilasi cukup, cahaya matahari masuk? Cukup

 Jarak septic tank ke sumber air bersih ±10 meter? Ya

Keadaan Lingkungan :

 Berupa perumahan padat penduduk/tidak? Tidak padat penduduk

 Ada tempat pembuangan sampah/tidak? Ya

I.12 ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan di Bangsal Melati Lantai 7 RSUD Pasar Minggu ruang 7005B

pada hari Kamis, tanggal 14 November 2019 secara autoanamnesis dan alloanamnesis kepada

pasien dan ibu kandung pasien.

6
Keluhan Utama : Demam sejak 4 hari SMRS hilang timbul.

Keluhan Tambahan : Mual, muntah 1x, nafsu makan menurun, lemas, dan pilek.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dibawa ibunya ke IGD RSUD Pasar Minggu pada hari Sabtu, 9 November 2019

dengan keluhan demam selama 4 hari SMRS. Keluhan demam muncul secara tiba-tiba ketika

pasien pulang dari sekolah dan bersifat hilang timbul selama 4 hari. Ibu pasien mengatakan

memiliki termometer sendiri di rumah, dan suhu tertinggi saat demam adalah 38,6oC pada malam

hari. Ibu pasien sudah mencoba memberikan obat Paracetamol yang ada di rumah dan menyuruh

pasien untuk meminum air mineral yang banyak, tetapi keadaan pasien tidak membaik. 3 jam

SMRS pasien sempat muntah 1x berisi makanan, tidak ada darah dan lendir. Selain demam dan

muntah, pasien juga mengeluhkan pilek sejak 3 hari SMRS, lendir berwarna bening. Saat ini

pasien juga mengeluh demam, sakit kepala, mual, dan badan terasa nyeri. Keluhan mimisan

disangkal, keluar darah dari mulut disangkal, bintik-bintik merah di tubuh disangkal, BAK tidak

ada keluhan, keluhan kejang saat demam disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa lingkungan

sekolah pasien memiliki banyak genangan air yang bisa menjadi sumber penyakit Demam

Berdarah Dengue

Riwayat Penyakit Dahulu :

3 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat Demam Berdarah Dengue dan sempat dirawat

secara intensif di PICU RS Cikarang. Riwayat kejang demam disangkal.

7
Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan tertentu. Dalam

keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.

I.13 PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal : 14 November 2019 Jam : 06.00 WIB

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg

Frekuensi Denyut Nadi : 98 kali / menit, regular, kuat angkat, isi cukup

Frekuensi Pernapasan : 19 kali / menit, pernapasan abdominal, regular

Suhu : 36.3oC

Data-Data Antopometri

Berat Badan : 33 kg

Tinggi Badan : 140 cm

BB/U : 33 / 37 x 100 % = 89 %  BB Normal

TB/U : 140 / 144 x 100 % = 97 %  TB Normal

BB/TB : 33 / 35 x 100 % = 94 %  Gizi Baik

Kepala : Normocephali, pertumbuhan rambut merata, rambut tidak mudah

dicabut, rambut berwarna hitam

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)

8
Telinga : Liang telinga lapang, membran timpani intak (+/+), serumen (+/+)

Hidung : Simetris, septum deviasi (-), konka eutrofi, sekret (-)

Mulut :

 Bibir : Mukosa bibir kering (-), hiperemis (-), sianosis (-)

 Gigi-geligi : Gigi berlubang (-), karies (-)

 Lidah : Coated tongue (-)

 Faring : Hiperemis (-)

 Tonsil : T1-T1, hiperemis (-/-)

Paru :

 Inspeksi : Pergerakan dinding thoraks simetris kanan dan kiri, Retraksi sela iga (-)

 Palpasi : Vokal fremitus tidak megeras, simetris kanan dan kiri

 Perkusi : Sonor – Sonor

 Auskultasi : BND vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung :

 Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat

 Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra

 Perkusi : Batas jantung kanan terletak pada ICS IV linea parasternalis dextra.

Batas jantung kiri terletak pada ICS V linea midclavicula sinistra

 Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

 Inspeksi : Perut tampak datar

 Auskultasi : Bising usus (+), 5 kali per menit

 Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)

9
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada regio epigastrika, hepar tidak teraba

membesar, splenomegali (-)

Kulit dan Kelamin

 Warna kulit sawo matang. Kuning pada permukaan kulit (-).

 Genitalia tidak diperiksa.

 Ekstremitas : Superior  CRT < 2 detik, akral hangat, edema (-/-)

Inferior  CRT < 2 detik, akral hangat, edema (-/-)

I. 14 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Perifer Lengkap

Nilai Rujukan 9/11/19 10/11/19 11/11/19 12/11/19

Hemoglobin 10.8 – 15.6 g/dl 12 g/dl 11,7 g/dl 11,19 g/dl 11,3 g/dl

Hematokrit 33 - 45 % 35% 33% 35% 34%

Leukosit 4.500 – 13.500 / ul 2700/ul 2800/ul 2900/ul 3100/ul

Trombosit 181.000 - 521.000 / 47.000/ul 54.000/ul 46.000/ul 63.000/ul


ul
Eritrosit 3.80 – 5.80 juta / ul 4.85 juta/ul 4.67 juta/ul 4.82 juta/ul 4.68 juta/ul

MCV 69 – 93 fl 72 fl 72 fl 72 fl 72 fl
MCH 22 – 34 pg 25 pg 25 pg 25 pg 24 pg
MCHC 32 – 36 g/dL 35 g/dL 35 g/dL 35 g/dL 34 g/dl

10
Nilai Rujukan 13/11/19 14/11/19 15/11/19 16/11/19

Hemoglobin 10.8 – 15.6 g/dl 10,8 g/dl 10,8 g/dl 10,8 g/dl 10,3 g/dl

Hematokrit 33 - 45 % 32% 32% 32% 30%

Leukosit 4.500 – 13.500 / 2900/ul 2800/ul 2400/ul 3000/ul


ul
Trombosit 181.000 - 521.000 60.000/ul 63.000/ul 69.000/ul 75.000/ul
/ ul
Eritrosit 3.80 – 5.80 juta / 4.39 juta/ul 4.35 juta/ul 4.37 juta/ul 4.39 juta/ul
ul
MCV 69 – 93 fl 71 fl 74 fl 72 fl 73 fl
MCH 22 – 34 pg 24 pg 25 pg 25 pg 23 pg
MCHC 32 – 36 g/dL 35 g/dl 34 g/dl 34 g/dl 34 g/dl

Nilai Rujukan 17/11/19

Hemoglobin 10.8 – 15.6 g/dl 10,4 g/dl

Hematokrit 33 - 45 % 31%

Leukosit 4.500 – 13.500 / 2800/ul


ul
Trombosit 181.000 - 521.000 66.000/ul
/ ul
Eritrosit 3.80 – 5.80 juta / 4.45 juta/ul
ul
MCV 69 – 93 fl 76 fl
MCH 22 – 34 pg 26 pg
MCHC 32 – 36 g/dL 35 g/dl

11
I. 15 RESUME

Pasien dibawa ibunya ke IGD RSUD Pasar Minggu pada hari Sabtu, 9 November 2019

dengan keluhan demam selama 4 hari SMRS. Keluhan demam muncul secara tiba-tiba ketika

pasien pulang dari sekolah dan bersifat hilang timbul selama 4 hari. Ibu pasien mengatakan

memiliki termometer sendiri di rumah, dan suhu tertinggi saat demam adalah 38,6oC pada malam

hari. Ibu pasien sudah mencoba memberikan obat Paracetamol yang ada di rumah dan menyuruh

pasien untuk meminum air mineral yang banyak, tetapi keadaan pasien tidak membaik. 3 jam

SMRS pasien sempat muntah 1x berisi makanan, tidak ada darah dan lendir. Selain demam dan

muntah, pasien juga mengeluhkan pilek sejak 3 hari SMRS, lendir berwarna bening. Saat ini

pasien juga mengeluh demam, sakit kepala, mual, dan badan terasa nyeri. Keluhan mimisan

disangkal, keluar darah dari mulut disangkal, bintik-bintik merah di tubuh disangkal, BAK tidak

ada keluhan, keluhan kejang saat demam disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa lingkungan

sekolah pasien memiliki banyak genangan air yang bisa menjadi sumber penyakit Demam

Berdarah Dengue. 3 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat Demam Berdarah Dengue dan

sempat dirawat secara intensif di PICU RS Cikarang. Pasien tidak memiliki riwayat alergi

terhadap makanan dan obat-obatan tertentu. Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki

keluhan serupa dengan pasien.

Dari pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran

komposmentis, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi denyut nadi 98 kali per menit (regular,

kuat angkat, isi cukup), frekuensi pernapasan 19 kali per menit (regular), suhu 36,3º C. Pada

pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan regio epigastrium dan hipokondrika dextra.

Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah lengkap.

Dari hasil pemeriksaan darah lengkap diperoleh:

12
1. Hematokrit = 35% → 33% → 35% → 34% → 32% → 32% → 32% → 30% → 31%

2. Leukosit = 2700 / ul  2.800 / ul  2.900 / ul  3.100 / ul  2.900 / ul

 2.800 / ul  2.400 / ul  3.000 / ul.

3. Trombosit = 47.000 / ul  54.000 / ul  46.000 / ul  63.000 / ul  60.000 / ul

 63.000 / ul  69.000 / ul  75.000 / ul  66.000 / ul.

Diagnosis Kerja : DHF grade II

Diagnosis Banding : Demam Typhoid dan Malaria.

I. 16 TATALAKSANA

Tatalaksana saat di IGD :

- IVFD RL 30 tpm

- Paracetamol drip 1 gr/12 jam

- Cek H2TL per 12 jam

- Observasi TTV dan perdarahan, diuresis

Tatalaksana di ruang rawat inap tanggal 9 November 2019 :

- Diet lunak

- IVFD RL 5cc/kgbb/jam  165cc/jam

- Inj Omeprazol 2 x 35mg IV

- Paracetamol puyer 3x400mg PO

- H2TL/12 jam

- Awasi syok dan perdarahan

- Observasi TTV, KU dan tanda perdarahan

13
I. 17 PROGNOSIS

Ad Vitam : Ad Bonam

Ad Functionam : Ad Bonam

Ad Sanationam : Ad Bonam

14
Follow Up (09 November 2019, 11.59) ; masuk IGD RSUD Pasar Minggu
PH: 0
PP: 4
Demam 4 hari SMRS, demam hilang timbul, tinggi bila malam hari, mual
S
(+) muntah 1x, nafsu makan menurun, pusing (+), lemas (+), pilek (+)
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :100 / 80 mmHg
HR : 100 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 20 x/menit
Suhu : 37.5 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
O I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrium.
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A Febris H+4 ec DHF Grade I

15
- Pro Rawat Inap
- IVFD RL 30 tpm

- Paracetamol drip 1 gr/12 jam


P
- Cek H2TL per 12 jam

- Observasi TTV dan perdarahan, diuresis

Follow Up (10 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 1
PP: 5
Demam (-), mimisan 1x tadi malam, muntah 5x isi makanan, nafsu makan
S
menurun, lemas (+), pilek (+)
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :110 / 80 mmHg
HR : 95 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 18 x/menit
Suhu : 36.1 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (+), pernapasan cuping hidung (-)
O Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)

16
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrium.
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II

- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam 165cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
P
- Paracetamol puyer 3x400mg PO
- H2TL/12 jam
- Observasi TTV, KU, tanda perdarahan

Follow Up (11 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 2
PP: 6
Demam tinggi (+), mual muntah (-), kemarin mimisan 1x, riwayat masuk
S
PICU dengan DHF 3 tahun yang lalu
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :100 / 70 mmHg
HR : 94 x/menit, reguler, kuat angkat
O
RR : 20 x/menit
Suhu : 39.8 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (+), pernapasan cuping hidung (-)

17
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrium.
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II

- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam  7cc/kgBB/jam  231cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
P
- Paracetamol drip 4x500mg
- H2TL/12 jam
- Awasi syok dan perdarahan

Follow Up (12 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 3
PP: 7
S Demam sudah menurun, pusing (+), nyeri ulu hati (-), nafsu makan

18
membaik, BAK baik warna kuning jernih
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :90 / 60 mmHg
HR : 94 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,3 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
O I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II

19
- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam  7cc/kgBB/jam  231cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
P - Paracetamol drip 4x500mg
- Cetirizin syr 1x1cth
- H2TL/12 jam
- Awasi syok dan perdarahan

Follow Up (13 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 4
PP: 8
Demam naik turun terutama malam hari (hari ke 8), mimisan pagi ini (+)
S
sedikit mual (+), pilek (+), minum mau (+), BAK baik warna kuning jernih
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah :100 / 70 mmHg
HR : 84 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (+), pernapasan cuping hidung (-)
O
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,

20
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam  7cc/kgBB/jam  231cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
- Paracetamol drip 4x500mg
P - Cetirizin syr 1x1cth
- H2TL/12 jam
- Awasi syok dan perdarahan
- Periksa UL
- Bila demam + rencana AB  Ceftriaxon 2x750mg

Follow Up (14 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 5
PP: 9
Demam naik turun (hari ke 9), mimisan (-) mual (+), pilek (+), minum
S
mau (+), BAK baik warna kuning jernih
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
O
Tekanan Darah :110 / 80 mmHg
HR : 94 x/menit, reguler, kuat angkat

21
RR : 21 x/menit
Suhu : 36,3 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat

Hasil UL dbn
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 5cc/kgBB/jam  165cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
P - Inj dexametason 2x5mg
- Paracetamol drip 4x500mg
- Cetirizin syr 1x1cth
- H2TL/12 jam

22
- Awasi syok dan perdarahan

Follow Up (15 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 6
PP: 10
Demam tidak ada, trombosit mulai naik, minum baik, BAK baik warna
S
kuning jernih
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
HR : 70 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 21 x/menit
Suhu : 36 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
O Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)

23
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 3cc/kgBB/jam  99cc/jam
- Inj Omeprazole 1x25mg
- Inj dexametason 2x5mg
P
- Paracetamol drip 4x500mg
- Cetirizin syr 1x1cth
- H2TL/12 jam
- Awasi syok dan perdarahan

Follow Up (16 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 7
PP: 11
S Demam tidak ada
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
HR : 89 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 19 x/menit
O Suhu : 36,5 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar

24
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
Klinis baik boleh pulang
Obat pulang :
P
- Cetirizin syrup 1x1cth
- Paracetamol tab 3x1 tab

Follow Up (17 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 8
PP: 12
S Batuk (+), batal pulang karena trombosit turun
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
O Tekanan Darah : 120 / 90 mmHg
HR : 90 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 20 x/menit

25
Suhu : 36,7 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
Klinis baik boleh pulang
Obat pulang :
P
- Cetirizin syrup 1x1cth
- Paracetamol tab 3x1 tab

Follow Up (18 November 2019, 06.00) ; masuk ruang rawat inap 7005B RSUD
Pasar Minggu
PH: 9
PP: 13

26
S Mimisan (-), batuk jarang, demam (+), makan sudah mau
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tekanan Darah : 100 / 90 mmHg
HR : 102 x/menit, reguler, kuat angkat
RR : 21 x/menit
Suhu : 38,2 °C
Kepala : Normocephali
Hidung : Tanda perdarahan (mimisan) (-), pernapasan cuping hidung (-)
Tenggorokan : T1-T1, hiperemis (-)
Mata : CA -/-, SI -/-, kelopak mata cekung -/-.
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks
O I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-, Bunyi jantung I & II regular,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Timpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
A DHF Grade II
- Diet lunak
- IVFD RL 99cc/kgBB/jam
P
- Inj omeprazole 1x25mg
- Inj dexamethason 2x5mg

27
- Paracetamol drips 4x500mg
- Cetirizin syrup 1x1cth
- H2TL sore
- Awasi syok dan perdarahan
Rencana jika klinis baik boleh pulang
Obat pulang :
- Cetirizin syrup 1x1cth
- Paracetamol tab 3x1tab

28
BAB II

PENDAHULUAN

Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus

genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DENV-1, DENV-2,

DENV-3, dan DENV-4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Keempat serotipe dengue terdapat di Indonesia, DENV-3 merupakan serotipe dominan dan

banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti serotipe DENV-2.1

Keempat serotipe dapat menyebabkan presentasi klinis yang bervariasi, mulai dari yang

asimptomatik hingga yang parah. Bayi dan anak-anak prasekolah sering menunjukkan penyakit

demam yang tidak berbeda. Coryza, kejang, mual, muntah, eksema, dan petekie lebih sering

terjadi pada anak di bawah 2 tahun. Anak dengan demam berdarah dapat berevolusi menjadi

bentuk parah lebih cepat daripada orang dewasa, terutama anak di bawah 5 tahun. Tanda-tanda

hipoperfusi seperti kulit yang dingin, oliguria, dan pengisian kapiler lambat dapat muncul tiba-

tiba setelah beberapa hari fase demam.2

Infeksi dengan satu serotipe DENV memberikan kekebalan terhadap serotipe itu seumur

hidup, tetapi tidak memberikan kekebalan jangka panjang terhadap serotipe lain. Dengan

demikian, seseorang dapat terinfeksi sebanyak empat kali, satu kali dengan masing-masing

serotipe. Virus dengue ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes (paling sering Aedes

aegypti) di lingkungan rumah tangga.3

Sementara sebagian besar pasien demam berdarah sembuh setelah mengalami penyakit

yang sembuh sendiri, sebagian kecil berkembang menjadi demam berdarah dengue (DBD).7

29
Demam berdarah (Dengue fever) adalah penyakit demam akut yang sering muncul

dengan sakit kepala, tulang atau nyeri sendi dan otot, ruam dan leukopenia sebagai gejala.

Demam berdarah dengue (DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu demam

tinggi, fenomena hemoragik atau perdarahan, sering dengan hepatomegali dan pada kasus yang

parah, tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien tersebut dapat mengalami syok hipovolemik

akibat kebocoran plasma. Ini disebut sindrom syok dengue (DSS) dan dapat berakibat fatal.2

Pada tahun 1997, World Health Organization (WHO) menetapkan klasifikasi kasus

demam berdarah: demam berdarah (DF) dan demam berdarah dengue (DBD). DBD dibagi lagi

menjadi empat tahap keparahan; derajat III dan IV didefinisikan sebagai sindrom syok dengue

(DSS). Pada tahun 2009, WHO mengusulkan klasifikasi baru, demam berdarah dan demam

berdarah serius, di mana demam berdarah dibagi berdasarkan ada tidaknya tanda-tanda

peringatan berikut: nyeri perut, muntah terus-menerus, edema, perdarahan mukosa, lesu, lekas

marah, mudah marah, hepatomegali (> 2 cm), dan peningkatan hematokrit bersamaan dengan

penurunan jumlah trombosit. Klasifikasi baru ini bertujuan untuk penyederhanaan dan mengubah

fokus dari perdarahan ke kebocoran plasma, faktor utama dalam patogenesis bentuk parah.4

Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk,

namun angka kematian telah menurun bermakna <2%. Umur terbanyak yang terkena infeksi

dengue adalah kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak kelompok umur lebih tua.

Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa gejala

(silent dengue infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam berdarah dengue (DBD) dan (4)

demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue/DSS).1

30
Menurut data WHO, Asia Pasifik menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia

antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus

DBD terbesar diantara 30 negara wilayah endemis.5

31
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 DEFINISI

Dengue adalah penyakit virus yang ditularkan melalui arthropoda yang disebabkan oleh

infeksi dengan salah satu dari 4 serotipe virus dengue. Virus dengue adalah virus RNA yang

termasuk dalam genus Flavivirus. Demam berdarah adalah masalah perawatan kesehatan global

yang penting. Setidaknya 3,6 miliar orang yang tinggal di lebih dari 125 negara tropis dan

subtropis berisiko terkena infeksi dengue. Secara internasional, hingga 22.000 kematian

disebabkan oleh demam berdarah per tahun.6

Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus

genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DENV-1, DENV-2,

DENV-3, dan DENV-4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Keempat serotipe dengue terdapat di Indonesia, DENV-3 merupakan serotipe dominan dan

banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti serotipe DENV-2.1

Infeksi dengue dapat menyebabkan demam berdarah (DF) dan demam berdarah dengue

(DBD). Yang terakhir ini selanjutnya dibagi menjadi empat kelas tergantung pada tingkat

keparahan.6 Infeksi virus dengue dapat asimptomatik atau dapat menyebabkan demam tidak

berdiferensiasi, demam berdarah (DF) atau demam berdarah dengue (DBD) dengan kebocoran

plasma yang dapat menyebabkan syok hipovolemik (sindrom syok dengue, DSS).4

32
III.2 EPIDEMIOLOGI

Hanya 9 negara yang mengalami epidemi Dengue parah sebelum 1970; namun, saat ini,

demam berdarah telah memengaruhi lebih dari 100 negara tropis dan subtropis daerah.

Diperkirakan oleh WHO, bahwa 50-100 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun, dengan

peningkatan 30 kali lipat dalam insiden global yang diamati 50 tahun terakhir. Hari ini, virus

dengue (DENV) merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat global, dan sekitar dua

perlima populasi dunia adalah berisiko infeksi dengue.7

Wilayah Asia-Pasifik memiliki beban tertinggi di antara wilayah lain di dunia. Pola

infeksi meningkat di daerah semi-perkotaan. Masalah pengendalian penyakit vektor seperti

pembangunan kota yang tidak direncanakan, praktik penyimpanan air yang buruk, dan kondisi

sanitasi yang tidak memuaskan adalah faktor pemicu utama.7

Wilayah Asia Tenggara adalah salah satu daerah endemis dengue. Pada tahun 2015,

sekitar 451.422 kasus demam berdarah dari jumlah total kasus secara global (14,11%), berasal

dari wilayah ini. Diperkirakan 1,8 miliar orang di Asia Tenggara berisiko terkena infeksi

dengue.8

DBD merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa

(KLB) di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Salah satu lokasi yang sering mengalami

KLB adalah DKI (Daerah Khusus Ibu Kota) Jakarta. DKI Jakarta, yang merupakan ibu kota

Indonesia dengan penduduk yang sangat padat. Hal ini sangat mendukung Jakarta menjadi

daerah endemik DBD. Dimana, penduduk yang banyak, lingkungan yang padat dan arus

urbanisasi yang tinggi menjadikan Jakarta kota yang memiliki permasalahan lingkungan.9

33
Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk,

namun angka kematian telah menurun bermakna <2%. Umur terbanyak yang terkena infeksi

dengue adalah kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak kelompok umur lebih tua.

Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa gejala

(silent dengue infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam berdarah dengue (DBD) dan (4)

demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue/DSS).1

III.3 ETIOLOGI

Infeksi dengue disebabkan oleh 4 serotipe virus dengue yang berbeda secara antigen:

DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Mereka adalah virus RNA yang termasuk dalam

genus Flavivirus / keluarga Flaviviridae. Vektor utama untuk penyebaran infeksi dengue ini

adalah nyamuk Aedes aegypti, yang dikenal dengan day-biting (paling aktif selama senja dan

fajar). Namun, spesies lain, Aedes albopictus, juga bertanggung jawab atas penyebaran virus

dengue. Nyamuk Aedes juga merupakan vektor untuk virus Zika dan chikungunya.

Evolusi, adaptasi, dan perubahan virulensi virus dengue telah terjadi selama berabad-

abad. Tidak ada bukti jelas tentang asal usul virus; Namun, itu diyakini berasal dari Afrika atau

Asia. Infeksi pada satu serotipe memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tertentu;

Namun, perlindungan silang ke serotipe lain hanya berlangsung beberapa bulan. Selain

penularan melalui nyamuk, virus dengue juga dapat ditularkan melalui produk darah, paparan

mukokutan, atau cedera jarum. Satu studi memperkirakan penularan demam berdarah sekitar

37% melalui produk darah.10

Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti)11:

 Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih 


34
 Hidup di dalam dan di sekitar rumah 


 Menggigit/menghisap darah pada siang hari 


 Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar 


 Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di


 got/comberan

 Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-

lain.


Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka virus

dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh nyamuk itu virus dengue

akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar ke seluruh bagian tubuh

nyamuk. Sebagian besar virus akan berada dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut

menggigit seseorang maka alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum

darah orang itu diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya

tidak membeku.12 Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan kepada orang

lain.

III. 4 PATOFISIOLOGI

Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue(DBD) disebabkan oleh

virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan

klinis.4

35
Patogenesis terjadinya demam berdarah hingga saat ini masih diperdebatkan. Dua teori

yang banyak dianut pada DHF dan DSS adalah Hipotesis immune enhancement dan hipotesis

infeksi sekunder (teori secondary hetelogous dengue infection).14,15

Pada infeksi virus dengue terdapat beberapa mekanisme patofisiologi utama, yaitu

perubahan volume plasma, trombositopenia, perubahan sistem koagulasi dan fibrinolysis,

aktivasi sistem komplemen, dan respons leukosit. Fenomena patofisiologi utama pada infeksi

virus dengue yang membedakan antara variasi klinis DD dan DBD adalah adanya peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah, terjadinya penurunan volume plasma hipotensi,

trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Peningkatan permeabiliats plasma terjadi pada

perjalanan penyakit mulai dari awal masa demam dan mencapai puncaknya pada masa syok.

Salah satu penanda dari terjadinya fenomena ini adalah meningkatnya nilai hematokrit akibat

merembesnya cairan plasma ke daerah ekstravaskular (ruang interstitial dan rogga serosa)

melalui kapiler yang rusak.21

Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar

kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada

masa syok. Penyebab dan proses yang mendasari terjadinya trombositopenia dihubungkan

dengan pemendekan masa hidup dan peningkatan penggunaan trombosit. Lebih lanjut fungsi

trombosit pada DBD terbukti menurun juga disebabkan oleh proses imunologis terbentuknya

kompleks imun di dalam peredaran darah. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit ini

dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DBD.21

Selain kedua fenomena diatas, pada infeksi virus dengue terjadi pula kelainan sistem

koagulasi yang juga memiliki peran dalam terjadinya manifestasi perdarahan pada DBD. Masa

perdarahan dan masa tromboplastin yang teraktivasi memanjang. Beberapa faktor pembekuan,

36
seperti faktor II, V, VII, VIII, X, dan fibrinogen menurun. Manifestasi perdarahan ringan pada

kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia,

sedangkan perdarahan masif disebabkan oleh mekanisme yang lebih kompleks, seperti

trombositopenia, gangguan faktor pembekuan dan kemungkinan besar faktor DIC (Disseminted

Intravascular Coagulation).22

Penilaian sistem komplemen pada DBD menunjukkan adanya penurunan kadar C3, C4,

dan C5 baik pada kasus yang disertai syok maupun tidak. Penurunan kadar serum komplemen

disebabkan oleh aktivasi sistem komplemen, bukan oleh produksi yang menurun. Aktivasi ini

menghasilkan anafilaktosin C3a dan C5a yang mempunyai kemampuan menstimulasi sel mast

melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat terhadap peningkatan permeabilitas kapiler,

pengurangan volume plasma, dan syok hipovolemik pada DBD. Sistem komplemen juga

bereaksi dengan epitop virus pada sel endotel, permukaan trombosit, dan limfosit T yang

mengakibatkan waktu paruh trombosit memendek, kebocoran plasma, syok dan perdarahan.

Hipotesis ”the secondary heterologous infection” yang di rumuskan oleh Suvatte,1977. Sebagai

akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respon

antibody anamnestik yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan

transformasi dengan menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue.15

Gambar 1. Teori heterologous dengue infection

37
38
III.5 MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis sering tergantung pada usia pasien. Bayi dan anak kecil mungkin

memiliki penyakit demam yang tidak berbeda, seringkali dengan ruam makulopapular. Anak-

anak yang lebih tua dan orang dewasa mungkin memiliki sindrom demam ringan dengan demam

tinggi yang timbul tiba-tiba, kadang-kadang dengan 2 puncak (didukung sadel), sakit kepala

parah, sakit di belakang mata, otot dan tulang atau nyeri sendi, mual dan muntah, dan ruam.

Perdarahan kulit (petechiae) tidak jarang terjadi. Leukopenia biasanya terlihat dan

trombositopenia dapat diamati.4

Manifestasi klinik infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa

demam yang tidak khas. Pada umumnya pasien mengalami demam dengan suhu tubuh 39-40oC,

bersifat bifasik (menyerupai Pelana kuda), fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase

kritis pada hari ke-3 selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi

mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat.(14,15)

Gambar 2. Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011.4

39
Gambar 3. Fase-fase infeksi dengue.4

1) Fase Febris

 Demam mendadak tinggi 2-7 hari

 Muka kemerahan, eritema kulit

 Sakit kepala

 Beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorokan,injeksi faring dan konjungtiva, anoreksia,

mual dan muntah.

 Dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti petekie, perdarahan mukosa, walau jarang

terjadi dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan gastrointestinal.

40
2) Fase Kritis

 Terjadi pada hari 3-7 sakit.

 Ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kepiler dan timbul

kebocoran plasma yang biasanya berlangsun 24-48 jam.

 Kebocoran plasma sering didahului lekopeni progresif disertai penurunan hitung

trombosit.

 Dapat terjadi syok.

3) Fase Pemulihan

 Terjadi setelah fase kritis.

 Terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada

48-72 jam setelahnya.

 KU membaik, nafsu makan pulih, hemodinamik stabil, diuresis membaik.

41
Tabel I. Derajat infeksi dengue berdasarkan klasifikasi WHO, 2011.4

DD/DBD Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium

DD  Demam disertai minimal  Leukopenia (jumlah


3
dengan dua gejala seperti :
leukosit ≤4000 sel/ mm )
Nyeri kepala
 Trombositopenia (jumlah
 Nyeri retro orbital

 trombosit <100.000
 Nyeri otot
3
 Nyeri Sendi 
 sel/mm )
 Ruam kulit maculopapular
 Peningkatan Hematokrit
 Manifestasi Perdarahan

 (5%-10%)
 Tidak ada perembesan
plasma  Tidak ada bukti
perembesan plasma 


DBD Derajat I Demam dan manifestasi Trombositopenia <100.000


perdarahan (uji bending positif) sel/ mm3, disertai peningkatan
dan tanda perembesan plasma hematokrit ≥20%

DBD Derajat II Seperti derajat I ditambah Trombositopenia <100.000


pendarahan spontan sel/ mm3, disertai peningkatan
hematokrit ≥20%

DBD Derajat III Seperti derajat I atau II Trombositopenia <100.000


3
ditambah kegagalan sirkulasi
sel/ mm , disertai peningkatan
(nadi lemah, hipotensi, gelisah ,
hematokrit ≥20%
diuresis menurun

DBD Derajat IV Syok hebat dengan tekanan nadi Trombositopenia <100.000


yang tidak terdeteksi sel/ mm3, disertai peningkatan
hematokrit ≥20%

42
Gejala klinis demam dengue menurut WHO.13

a) Demam tinggi mendadak

b) Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih:

 Nyeri kepala

 Nyeri retro orbital

 Nyeri otot dan tulang 


 Ruam kulit 


 Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan 


 Leukopenia 


 Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif


c) Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma (hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,

hipoproteinemia). 


Gejala klinis demam berdarah dengue menurut WHO.13

Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:

a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7

hari


43
b) Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:

 Uji bendung positif 


 Petekie, ekimosis, purpura 


 Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi 


 Hematemesis dan atau melena


c) Pembesaran hati


d) Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20

mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary

refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.

III.6 DIAGNOSIS

Anamnesis

- Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari

- Disertai lesu, tidak mau makan, dan muntah

- Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut 


- Diare kadang-kadang dapat ditemukan

- Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan

Pemeriksaan fisik

44
 Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri

otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan.

Gejala penyerta tersebut lebih mencolok pada DD daripada DBD.

 Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada DBD.

 Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas


 kapiler sehingga menyebabkan perembesan plasma, hipovolemia dan syok.

 Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan 
 rongga

peritoneal selama 24-48 jam.

 Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu turun, yang

dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan namun pada DBD berat merupakan

tanda awal syok.

 Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena, ataupun hematuria.

Tanda-tanda syok

 Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis

 Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tidak teraba

 Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mmHg

 Akral dingin, capillary refill menurun

 Diuresis menurun sampai anuria 


Diagnosis demam dengue menurut IDAI tahun 2014.17

Masa inkubasi rata-rata 4-6 hari (rentang 3-14 hari).

45
Diagnosis klinis:

- Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik.

- Manifestasi perdarahan baik spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena, maupun berupa uji tourniquet positif.

- Nyeri kepala, myalgia, arthralgia, dan nyeri retroorbital.

- Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau sekitar rumah.

- Leukopenia < 4.000 /mm3

- Trombositopenia < 100.000 /mm3

Diagnosis klinis demam dengue = demam + ≥ 2 gejala lain.

Demam berdarah dengue menurut IDAI tahun 2014.17

Tanda dan gejala DBD dalam fase awal sangat menyerupai DD, tanda dan gejala yang

karakteristik berupa kebocoran plasma baru timbul beberapa hari kemudian.

Diagnosis klinis:

- Demam 2-7 hari, timbul mendadak, tinggi, terus-menerus

- Manifestasi perdarahan baik spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena, maupun berupa uji tourniquet positif.

- Nyeri kepala, myalgia, arthralgia, dan nyeri retroorbital.

- Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau sekitar rumah.

- Hepatomegali

- Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda atau gejala:

 Peningkatan nilai hematocrit > 20% dari pemeriksaan awal atau dari data populasi

menurut umur.

46
 Ditemukan adanya efusi pleura, ascites

 Hipoalbuminemia, hypoproteinemia

- Trombositopenia < 100.000 /mm3

Diagnosis DBD = demam + ≥ 2 manifestasi klinis + bukti perembesan plasma dan

trombositopenia.

47
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium (WHO tahun 2011):4

Kriteria klinis 


 Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7

hari. 


 Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie, ekimosis, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, dan/melena.

 Pembesaran hati. 


 Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan


 tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah. 


Kriteria laboratorium

 Trombositopenia (100.000/μl atau kurang).

 Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% menurut standar umur 
 dan

jenis kelamin.

 Dua kriteria klinis pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi, serta


 dikonfirmasi secara uji serologik hemaglutinasi. 


Kewaspadaan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok pada penderita DBD yaitu

dengan mengenai tanda dan gejala yang mendahului syok (warning sign).17

48
Kriteria klinis:

- Demam turun tetapi keadaan anak memburuk

- Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen

- Muntah yang menetap

- Letargi, gelisah

- Perdarahan mukosa

- Pembesaran hati

- Akumulasi cairan

- Oligouria

Kriteria laboratorium:

- Peningkatan kadar hematocrit bersamaan dengan penurunan cepat jumlah trombosit

- Hematocrit awal tinggi

Demam Berdarah Dengue dengan Syok

- Memenuhi kriteria DBD

- Ditemukan tanda dan gejala syok hipovolemi baik yang terkompensasi maupun yang

dekompensasi.

Tabel 2. Kriteria klinis syok terkompensasi dan syok dekompensasi.17

Syok Terkompensasi Syok Dekompensasi

- Takikardi - Takikardi
- Takipneu - Hipotensi (sistolik dan diastolic
- Tekanan nadi < 20 mmHg menurun)
- CRT > 2 detik - Nadi cepat dan kecil
- Kulit dingin - Pernapasan Kusmaul atau hiperpnea

49
- Produksi urin menurun - Sianosis
(<1ml/kgBB/jam) - Kulit lembab dan dingin
- Anak gelisah - Profound shock: nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak teratur.

Expanded Dengue Syndrome.17

Manifestasi klinis berupa keterlibatan organ seperti hati, ginjal, otak, maupun jantung

yang berhubungan dengan infeksi dengue dengan atau tidak ditemukannya tanda kebocoran

plasma.

Memenuhi kriteria DD atau DBD baik disertai syok maupun tidak dengan manifestasi

klinis komplikasi infeksi virus dengue atau dengan manifestasi klinis yang tidak biasa, seperti

tanda dan gejala: kelebihan cairan, gangguan elektrolit, ensefalopati, ensefalitis, perdarahan

hebat, gagal ginjal akut, Haemolytic Uremic Syndrome, gangguan jantung, infeksi ganda.17

III.7 DIAGNOSIS BANDING

Perlu dipertimbangkan bilamana terdapat kesesuaian klinis dengan demam tipoid,

influenza, idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), chikungunya dan leptospirosis.14

1. Belum / tanpa renjatan :

a. Campak

b. Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari kelompok

pnyakit exanthem, hepatitis, chikungunya)

2. Dengan renjatan

a. Demam typhoid

b. Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain

50
3. Dengan perdarahan

a. Leukemia

b. ITP

c. Anemia Aplastik

4. Dengan kejang

a. Ensefalitis

b. Meningitis

III. 8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan antigen nonstructural protein 1 (NS1). Antigen NS1 diekspresikan di

permukaan sel yang terinfeksi virus Dengue. Masih terdapat perbedaan dalam berbagai literatur

mengenai berapa lama antigen NS1 dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan mencatat

dengan metode ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi sejak hari pertama

sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai hari ke 5 pada infeksi

sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan metode ELISA juga dikatakan memiliki

sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88,7% dan 100%). Oleh karena berbagai keunggulan

tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen NS1 sebagai uji dini terbaik untuk

pelayanan primer.19

Laboratorium

 Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit & hitung jenis, hematokrit, trombosit. Pada

apusan darah perifer juga dapat dinilai limfosit plasma biru, peningkatan 15%


 menunjang diagnosis DBD.

 Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase konvalesens 


51
 Infeksi primer, serum akut <1:20, serum konvalesens naik 4x atau lebih namun tidak

melebihi 1:1280

 Infeksi sekunder, serum akut < 1:20, konvalesens 1:2560; atau serum akut 1:20,

konvalesens naik 4x atau lebih

 Persangkaan infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive secondary infection): serum

akut 1:1280, serum konvalesens dapat lebih besar atau sama.1

Gambar 4. Respon primer dan sekunder infeksi virus Dengue.18

Pemeriksaan radiologis (urutan pemeriksaan sesuai indikasi klinis);

 Pemeriksaan foto dada, dilakukan atas indikasi

(1) dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan

radiologis pada perembesan plasma 
 20-40%,

(2) pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan.

52
 Kelainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah hilus kanan, hemitoraks

kanan lebih radio opak dibandingkan kiri, kubah diafragma kanan lebih 
 tinggi dari pada

kanan, dan efusi pleura.

 USG: efusi pleura, ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea dan vesica urinaria.1

III.9 TATALAKSANA

Pemantauan 


 Untuk anak dengan syok: Petugas medik memeriksa tanda vital anak setiap jam (terutama

tekanan nadi) hingga pasien stabil, dan periksa nilai hematokrit setiap 6 jam. Dokter harus

mengkaji ulang pasien sedikitnya 6 jam.


 Untuk anak tanpa syok: Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu badan, denyut nadi

dan tekanan darah) minimal empat kali sehari dan nilai hematokrit minimal sekali sehari.


 Catat dengan lengkap cairan masuk dan cairan keluar. 


53
Gambar 5. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD/Infeksi Virus Dengue.1

54
Gambar 6. Tatalaksana tersangka DBD (Rawat Inap) atau Demam Dengue.1
55
Gambar 7. Tatalaksana DBD Derajat I dan II.1

56
Gambar 8. Tatalaksana DBD Derajat III&IV atau DSS.1

57
Tanda-tanda Penyembuhan:17

58
1. Frekuensi nadi, tekanan darah dan frekuensi pernapasan stabil

2. Suhu badan normal

3. Tidak dijumpai perdarahan baik eksternal maupun internal

4. Nafsu makan membaik

5. Tidak dijumpai muntah maupun nyeri perut

6. Volume urin cukup

7. Kadar hematocrit stabil pada kadar basal

8. Ruam konvalensens, ditemukan pada 20-30% kasus.

Kriteria memulangkan pasien, apabila memenuhi semua keadaan dibawah ini:14,17

1. Tampak perbaikan secara klinis

2. Tidak demam minimal 24 jam tanpa pemberian antipiretik

3. Tidak dijumpai distress pernafasan ( yang disebabkan oleh efusi pleura atau ascites)

4. Hematokrit stabil

5. Minimal dua sampai tiga hari setelah syok teratasi

6. Nafsu makan membaik

7. Jumlah trombosit cendrung naik > 50.000/mm3

III.10 PENCEGAHAN

Belum ada vaksin yng tersedia melawan dengue, dan tidak ada pengobatan spesifik untuk

menangani infeksi dengue. Hal ini membuat pencegahan adalah langkah terpenting, dan

59
pencegahan berarti menghindari gigitan nyamuk jika kita tinggal atau bepergian ke area

endemik.

Saat ini pencegahan infeksi dengue yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu :

 Menguras  membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti

bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, dan lain-lain.

 Menutup  menutup rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air dan

sebagainya.

 Mengubur  mengubur/mendaur ulang barang-barang bekas yang memiliki potensi untuk

menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan, seperti :

 Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.

 Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.

 Menggunakan kelambu saat tidur.

 Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.

 Menanam tanaman pengusir nyamuk.

 Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.

 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat

bersarangnya nyamuk.

60
III.11 KOMPLIKASI

 Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DHF dengan maupun tanpa syok

 Kelainan ginjal berupa gagal ginjal akut akibat syok berkepanjangan

 Edema paru, akibat over loading cairan.4

III.12 PROGNOSIS

Prognosis Demam Dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibody yang

didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada Demam Berdarah Dengue, kematian telah

terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat, angka

kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan

penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang

disebabkan oleh syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial.

61
BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien dibawa ibunya ke IGD RSUD Pasar Minggu pada hari Sabtu, 9 November 2019

dengan keluhan demam selama 4 hari SMRS. Keluhan demam muncul secara tiba-tiba ketika

pasien pulang dari sekolah dan bersifat hilang timbul selama 4 hari. Ibu pasien mengatakan

memiliki termometer sendiri di rumah, dan suhu tertinggi saat demam adalah 38,6oC pada malam

hari. Ibu pasien sudah mencoba memberikan obat Paracetamol yang ada di rumah dan menyuruh

pasien untuk meminum air mineral yang banyak, tetapi keadaan pasien tidak membaik. 3 jam

SMRS pasien sempat muntah 1x berisi makanan, tidak ada darah dan lendir. Selain demam dan

muntah, pasien juga mengeluhkan pilek sejak 3 hari SMRS, lendir berwarna bening. Saat ini

pasien juga mengeluh demam, sakit kepala, mual, dan badan terasa nyeri. Keluhan mimisan

disangkal, keluar darah dari mulut disangkal, bintik-bintik merah di tubuh disangkal, BAK tidak

ada keluhan, keluhan kejang saat demam disangkal. Ibu pasien mengatakan bahwa lingkungan

sekolah pasien memiliki banyak genangan air yang bisa menjadi sumber penyakit Demam

Berdarah Dengue. 3 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat Demam Berdarah Dengue dan

sempat dirawat secara intensif di PICU RS Cikarang. Pasien tidak memiliki riwayat alergi

terhadap makanan dan obat-obatan tertentu. Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki

keluhan serupa dengan pasien.

Berdasarkan anamnesis pasien, keluhan yang dialami oleh pasien sesuai dengan gejala

kriteria klinis dari DBD pada Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada

Anak Tahun 2014 oleh IDAI, contohnya adalah demam naik turun selama 4 hari, sakit kepala,

nyeri sendi serta nyeri perut. Hasil pemeriksaan fisik pasien juga menandakan gejala dari DBD,

yaitu adanya epitaksis secara spontan dan nyeri tekan pada region epigastrium. Hasil

62
pemeriksaan laboratorium pasien juga menandakan gejala dari DBD, yaitu adanya penurunan

nilai trombosit (trombositopenia < 100.000 /mm3)

Pasien dirawat selama 9 hari. Dilihat dari hasil anamnesis setiap harinya, pemeriksaan

tanda – tanda vital, pemeriksaan fisik, dan juga pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan

pada pasien menunjukkan tanda – tanda perbaikan setiap harinya. Pada hari ke–9, pasien

diperbolehkan pulang berdasarkan Kriteria Memulangkan Pasien oleh Pedoman Diagnosis dan

Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak Tahun 2014, IDAI. Kriteria yang dipenuhi pasien

yaitu berupa perbaikan secara klinis setiap harinya, hematokrit stabil, tidak dijumpai distress

pernapasan dan jumlah trombosit > 50.000/mm3.

63
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis; Infeksi Virus Dengue. Indonesia.
2009. Hal. 141-149.

2. Pone S, Hökerberg Y, Oliveira R, Daumas R, Pone a, Pone M et al. Clinical and laboratory
signs associated to serious dengue disease in hospitalized children. Journal de Pediatria.
2016;92(5):465.

3. U.S. Departement of Health and Human Services. Centers for Disease Control and
Prevention. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever; Information for Health Care
Practitioners. United Stated; 2009 p. 1-4.

4. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd ed. England:
World Health Organization; 2011.

5. Pusat Data dan Informasi. Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2017. DKI
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2017 p. 1.

6. Khurram M, Qayyum W, Hassan S, Mumtaz S, Bushra H, Umar M. Dengue hemorrhagic


fever: Comparison of patients with primary and secondary infections. 2019 p. 490.

7. Guo C, Zhou Z, Wen Z, Liu Y, Zeng C, Xiao D et al. Global Epidemiology of Dengue
Outbreaks in 1990–2015: A Systematic Review and Meta-Analysis. Frontiers in Cellular and
Infection Microbiology. 2017;7.

8. Maula A, Fuad A, Utarini A. Ten-years trend of dengue research in Indonesia and South-east
Asian countries: a bibliometric analysis. Global Health Action. 2018;11(1).

9. Bratajaya C, Martina S. Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di


Wilayah Endemik DBD. [Internet]. 2018 [cited 24 August 2019];9(1):17-18. Available from:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view

10. Kularatne S. Dengue Fever. BMJ. 2019.

11. Shu PY. Comparison of a capture immunoglobulin M (IgM) and IgG ELISA and non-
structural protein NS1 serotype-specific IgG ELISA for differentiation of primary and
secondary dengue virus infections. Clin Diagn Lab Immunol 2006;10:622-30.

12. Kapita Selekta Kedokteran. 2nd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI; 2000.

13. World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children; Dengue Fever
Infection. Second Edition. 2005;128.

14. Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Buku ajar Ilmu penyakit
dalam, Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FK-UI, jakarta, 2006, ed.4, (III)
1709-1713.

64
15. Rejeki S, Adinegoro S (DHF) Demam Berdarah Dengue, Tatalaksana Demam Berdarah
Dengue Di Indonesia. Jakarta. 2004.

16. Sumarno S, Soedarmo P,Garna H,Rezeki S,Satari H. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri tropis,
IDAI, jakarta 2008,ed.2, 155-179.

17. Hadinegoro S, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi
Virus Dengue pada Anak Tahun 2014. Jakarta: IDAI; 2014.

18. Candra A. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan. Staf Pengajar FK-UNDIP Semarang. 2010;2(2):110-119.

19. Chen K, Pohan H, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue.
Scientific Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application. 2009;22(1):3-7.

20. Wiwanitkit V. Disseminated intravascular coagulopathy in dengue: a brief review. Asian Pac
J Trop Med. 2015;2(3):81-2.

21. Soedarno SS, Garna H, Hadinegoro SR. Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta. 2008.

22. Darwis D. Kegawatan Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Sari Pediatri. 2003; 4(4): 156-
62.

65

Anda mungkin juga menyukai