Anda di halaman 1dari 3

Wasiat KH Imam Zarkasyi “SEDERHANA TAPI SOPAN”

Perbedaan antara orang Timur dengan orang Barat ialah kalau membicarakan suatu hal
tidak masalah asal tidak mengerjakannya, ini cara Timur, seperti membicarakan perempuan di
surga cantik-cantik, namun kalau ada perempuan cantik mau melihat tidak? Kyai betul-betul
tidak mau melihat, kalaupun melihat, langsung istighfar saja, apakah itu salah? Sekarang
dengarkan orang Eropa, mereka aneh, membicarakan kata-kata porno saja tidak boleh, sama
sekali tidak boleh menyebut kata dzakar itu haram, aurat saja tidak boleh disebut-sebut, sampai
di kamusnya saja tidak boleh disebut-sebut yang ada hanya di kamus kedokteran, anehnya kalau
melihat perempuan tidak apa-apa, bicara, berjalan bersama, akhirnya segalanya boleh asal tidak
dibicarakan.
Saya pernah dengarkan sendiri kata orang (fulan) nakal, “Itu urusannya sendiri, masa
bodoh, asal tidak diketahui orang kerjakanlah.” Orang Timur mengtakan apapun tidak apa-apa
tapi dikerjakan jangan, orang Barat bicara jangan mengerjakan boleh, kita yang mana sekarang
“la syarqiyatin wa la gharbiyah,” bicara kotor ya jangan, bekerja kotor ya jangan. Mungkin
sekarang anak-anak ini terpengaruh oleh mahasiswa-mahasiswi tentang pergaulan bebas,
kemudian ada diantara mereka berkata kepada seorang Mubaligh: “Pak, mengapa dari agama
Islam tidak boleh bergaul, main tenis bersama, voli bersama, piknik bersama, padahal tidak ada
apa-apa”, lalu mubaligh menjawab “Oh betul, ketika saudara bekerja memang tidak apa, tapi
bahaya pergaulan bebas sesudah itu, mengerjakan kejahatannya bukan ketika main tennis tetapi
sesudah itu, ketika piknik tidak apa-apa tapi sesudah itu, itulah di dalam Islam tidak boleh, maka
kita harus tahu bagaimana Islam. Ini Islam, sekarang pemuda Islam mengapa begitu bebas
bergaul, kita harus tahu yang Islam yang mana, kalau menurut Islam tidak, jangan ikut-ikut,
karena bahayanya besar, besar sekali! Makanya, tidak ada pergaulan bebas, wanita tidak ada
bebas dengan siapapun, ini masalahnya, coba ingat.”
Bagi kita, orang Islam, harus mementingkan kedua-keduanya, ingat penjelasan mengapa
hal kesopanan bergaul ini begitu dipentingkan, bukankah Allah hanya melihat batin, betul itu
adalah Tuhan, tapi manusia tentu hanya dan akan melihat kepada apa yang diliihat, maka dari
itu kesopanan lahir pun harus diperhatikan dan dipentingkan, telah banyak pelajaran dan
pendidikan ke arah kesopanan batin dengan tasawuf, adab, dan akhlaknya karena ini memang
lebih luas dan dalam, tetapi kesopanan lahir yang sebenarnya mudah dikerjakan juga masih
kurang diperhatikan khususnya di kalangan pondok pesantren padahal sekali-kali orang akan
melihat lahir. Jadi jangan asal tidak najis, bukan untuk sombong-sombongan tapi yang terpenting
lii`lai kalimatillah dengan memperlihatkan kesopanan budi yang tinggi.
Kesopanan lahir harus disesuaikan dengan suasana dan tempat, dengan siapa kita
bergaul, dan dimana kita berada? Kesopanan itu ada tempatnya, berbicara dengan teman,
berjabatan dengan orang tua, berjabatan dengan kawan, berjabatan dengan wanita, dll. Tidak
berarti kita harus menghanyut saja sehingga mengenyampingkan hukum agama sendiri, hanyut
kalau kamu nanti ke kota melihat orang banyak berbuat sesuatu, jangan hanyut ikut saja, kamu
harus mempunyai prinsip, bahkan kamu yang harus menghanyutkan mereka dengan banyak
ragamnya asalkan berdasar pada yang baik Insya Allah baik dan tidak mengecewakan.
Dasarnya ialah perasaan halus (dhamir) hati nurani, kewajaran dan kesederhanaan yang
tidak dibuat-buat, kebersihan jiwa, niat dan itikad baik, juga keikhlasan. Karena terlalu banyak
corak ragam kesopanan lahir itu dan jauh perbedaannya lebih-lebih antara Timur dan Barat,
maka mari kita ambil yang umum yang Insya Allah dapat dipakai di masyarakat luas.
Tentang pakaian, bagaimana seharusnya kita berpakaian, kombinasinya, letaknya
kebersihannya? Kombinasi itu pakai perasaan dan seni tapi kalau orang perempuan sekarang ini
terlalu kemerah-merahan, kalau bajunya hijau panjangnya harus hijau, sandalnya harus hijau
tutup kepalanya hijau, kalau mereka pakai merah semua merah. Jadi di rumahnya itu menjadi
pakaian bertumpuk-tumpuk. Sepuluh macam itu sudah termasuk israf itu namanya tabdzir
tidak usah sampai begitu, tapi yang pantas saja, meskipun tidak satu macam boleh yang bajunya
hijau tua tidak apa-apa baik saja. Baju kaos dan celana pendek hanya untuk pakaian dalam dan
di dalam kamar, jangan menemui tamu hanya pakai kaos! kecuali kamu berolahraga karena itu
pakaian olahraga.
Memakai kain sarung juga harus memakai ikat pinggang supaya tidak mudah jatuh.
Contohnya ini di pondok-pondok pesantren tempat saya mondok, banyak santri-santri pakai
sarung tanpa ikat pingang, turun sedikit dinaikkan, turun sedikit dinaikkan, di atas turun di
bawah naik, apalagi dipakai bersepak bola, masya Allah jangan! Kita tahu kesopanan. Memakai
sarung jangan terlalu tinggi atau singkat dan jangan terlalu ke bawah. Pakai sarung terlalu
pendek katanya biar kelihatannya khusyuk, atau tinggi setengah tiang jangan seperti Arab
mumbling supaya jangan kotor, asal sudah dibawah dengkul sudah boleh, itu menurut Allah, tapi
manusia tidak begitu, pakailah yang baik dan rapi.
Ingat penilaian orang yang berbudi luhur, anak yang sudah besar harus bercelana
panjang dan bersepatu. pakailah pakaian yang sopan, tidak usah ikut-ikutan, orang pakai lebar,
lebar semua, sempit, sempit semua. Meskipun Celana ini macam-macam tiap tahun berganti,
dulu sempit sekali, kemudian datang model yang lebar sekali. Kita jangan ikut-ikut, pakailah yang
sedang-sedang saja seperti celana bapak-bapak guru, celana menteri-menteri, tidak terlalu lebar
tidak terlalu sempit.
Memakai jas harus komplit, bercelana, kemeja, jas, sepatu, dasi, lengkap full dress, tapi
kadang-kadang pakai jas tidak pakai kemeja, cuma pakai kaos saja, ini namanya tidak mengerti,
tidak betul. Kalau memang pakai sarung boleh, pakai kemeja, sarung, jas, pakai dasi pun boleh.
Sekarang, banyak pemuda pakai sarung tapi pakai dasi, seperti di Mesir, pakai jubah tapi pakai
dasi. Ada pula piyama, pakaian untuk tidur, tidak boleh dipakai untuk acara resmi atau menemui
tamu resmi. Bolehkah membuka-buka baju? Boleh bila sudah terpaksa, itupun terbatas dalam
kamar sendiri.
Peci yang dikenalan juga harus sopan. Potongan peci juga baiknya tidak terlau tinggi
atau rendah, memakainya tidak terlalu miring ke kiri dan ke kanan, tidak condong ke muka dan
belakang. Lihat anak-anak kita di sini, karena tiap tahun selalu diingatkan untuk berpakaian yang
sopan. Apa penilaian orang kepadamu? Kalau kamu berpakaian soapan, tentu mereka akan
berkata “Anak ini sopan ya,” demikian halnya kalau kamu kurang sopan, orang akan bertanya,
“Ini anak dari mana? Sekolah di mana?” Topi hanya dipakai menurut suasana dan tempat,
jangan sampai memakainya di dalam rumah.
Bakiak, yang pokok untuk ke kamar mandi, bukan untuk jalan-jalan ke kota, bisa jadi
akan diejek bila ke Ponorogo, “Dimana sekolahnya? di Gontor ya, pantas sudah pandai pekai
kelompen, memang tanahnya?” Caranya jangan seperti orang Cina kota yang masih banyak
pakai kelompen berjalan ceplak ceplak. Kalau terpaksa memakai bukan pada tempat yang tepat,
supaya jangan berbunyi dengan menjatuhkan tumit lebih dahulu.
Bagiamana pakaian kita waktu sembahyang? Harus komplit dan sebersih-bersihnya. Dulu
kelas enam diwajibkan pakai jas, kelas lainnya juga bagus jika memakai jas karena kelihatan
sopan. Jangan kalah dengan orang Kristen yang pergi ke gereja dengan pakaian serba indah,
rapi, dan bersih, sampai-sampai ada pemuda Islam yang suka berdiri di muka gereja untuk
memandang mereka. Kita juga begitu, jangan kalah, pakaian necis dan bersih betul-betul.
Jangan sudah mandi belum sembahyang Ashar, jangan handuknya ditumpangkan ke atas kepala
terus sembahyang, masya Allah, apalagi lantainya kotor dan handuk setengah basah masih juga
dipakai untuk tutup kepala, seakan-akan tutup kepala itu wajib, padahal tidak wajib, tidak wajib,
tidak wajib. Ibadah haji diwajibkan buka kepala, kalau sembahyang boleh tutup kepala, boleh
juga tidak tutup kepala.
Jangan sampai kalah dengan golongan lain dalam menghormati agamanya, pakaian
waktu kemanten boleh agak mentereng, waktu kematian atau ta`ziyah disederhanakan suseuai
dengan suasana, jangan mentereng dan menyolok, akan ditertawakan orang, dan dianggap tidak
sopan sama sekali. Ada suatu peristiwa dan saya betul-betul belajar darinya yaitu pimpinan
sekolah saya namanya Dr. Abdullah Ahma, ia adalah pemimpin orang-orang intelek. Ketika beliau
meninggal, saya kaget sekali, puluhan bahkan ratusan tamu datang berta’ziah, entah mereka itu
pejabat atau bukan yang jelas semua memakai sarung hitam, sarung bugis, sesuai dengan
suasana ta`ziyah, semuanya mengantar ke kubur, dan lain sebagainya Pakaian mereka betul-
betul sesuai dengan ta`ziyah, padahal pada waktu sehari-hari mereka memakai pantaloon dan
dasi, tapi ketika ta`ziyah berbuabah sama sekali, ini diantaranya pengalaman saya, jadi kalau
kita berta`ziyah betul-betul harus menyesuaikan pakaian kita.
Waktu ke kantor, bertamaysa, menerima tamu, berpakaianlah yang sopan, sederhana,
dan bersih, yang robek kalau memang terpaksa boleh saja asal harus dijahit rapi, bukan hanya
asal bersih. Jangan pura-pura melarat, pakainnya robek dibiarkan, berlubang dibiarkan, itu
namanya tidak sopan, sudah melarat tidak sopan, Kalau sekarang memang beda, pakaian di
robek sudah jadi model. Orang di kota-kota ya sudah orang gila, memang zaman gila, pakaian
tidak robek malah dirobek hingga badanya kelihatan, ketiaknya kelihatan, dan sebgainya. Jangan
ikut-ikutan! Kita mempunyai prinsip sendiri.
Dalam bepergian atau berjalan, berjalanlah yang lurus, tidak nolah-noleh tengak-tengok
ke kiri kanan, berjalan dimanapun harus lurus, mau kemana? Kalau kesana ya kesana, jangan
berjalan sempoyongan, celingak-celinguk, itu tidak sopan, pantasnya dikira orang akan mencuri,
atau orang kurang ajar. Berjalanlah disebelah kiri, patuhi undang-undangan lalu lintas,
berjalanlah di jalan besar dan jangan memilih jalan terbasan/lintas, jangan memotong, jangan
berjalan di tempat yang tidak sesuai, itu termasuk yang tidak sopan.
Hati-hati mata, matamu ketika berjalan melihat apa? Jangan melihat yang tidak-tidak,
jangan seperti mata pencuri, orang yang tidak perlu kamu lihat, tapi kamu lihat maka orang
tersebut bisa marah, apalagi menengok jendela yang terbuka, jangan begitu menganggu,
mengganggu, tidak boleh! Tangan jangan menunjuk-nunjuk untuk memberi tahu kepada seorang
teman. Caranya bagaimana? Bangku sebelah timur, baris kedua dari timur, itulah Munir, Begitu
caranya. Ingat, jagalah kesopanan dimanapun dan kapanpun.[]

Anda mungkin juga menyukai