Anda di halaman 1dari 9

Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-4/10

BAGIAN 4
KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH DI INDONESIA
Bagian ini menjelaskan mengapa daur-ulang diperlukan, bagaimana potensi daur-ulang sampah
kota, khususnya plastik dan kertas di Indonesia. Juga dijelaskan tentang peran sektor
informal dalam daur-ulang sampah di Indonesia. Guna lebih memahami, mahasiswa diminta
mengamati aktivitas daur-ulang yang terjadi di lingkungannya.

4.1 Alasan Daur-Ulang landfill limbah organic seperti sampah, yaitu


dalam bentuk gas metan
Daur-ulang (yang dimaksud di sini adalah reuse Kemungkinan lain dari pemanfaatan limbah
dan recycling) limbah pada dasarnya telah dimulai misalnya sebagai sumber protein atau bahan lain,
sejak lama. Di Indonesiapun, khususnya di daerah baik dengan rekayasa yang sistematis seperti
pertanian, masyarakat sudah mengenal daur ulang dalam pembuatan alkohol, maupun sebagai bahan
limbah, khususnya limbah yang bersifat hayati, makanan. Sebagai bahan makanan pendekatan ini
seperti sisa makanan, daun-daunan dsb. Dalam telah banyak digunakan di Indonesia, khsususnya
sistem pengelolaan persampahan, upaya daur- dari limbah yang berkatagori organik, misalnya
ulang memang cukup menonjol, dan umumnya sebagai pakan ternak atau sebagai pakan cacing.
melibatkan sektor informal. Beberapa alasan
mengapa daur-ulang mendapat perhatian [25]: Bahan buangan berbentuk padat, seperti kertas,
a. Alasan ketersediaan sumber daya alam: logam, plastik adalah bahan yang biasa didaur-
beberapa sumber daya alam bersifat dapat ulang. Bahan ini bisa saja didaur-pakai secara lang-
terbarukan dengan siklus yang sistematis, sung atau harus mengalami proses terlebih dahulu
seperti siklus air. Yang lain termasuk dalam untuk menjadi bahan baku baru. Bahan buangan
katagori tidak terbarukan, sehingga ini banyak dijumpai, dan biasanya merupakan
ketersediaannya di alam menjadi kendala bahan pengemas produk. Bahan inilah yang pada
utama. Berdasarkan hal itu, maka salah satu tingkat konsumen kadang menimbulkan
alasan daur-ulang adalah ketersediaan permasalahan, khususnya dalam pengelolaan
sumber-daya alam sampah kota. Di negara industri, aplikasi pengemas
b. Alasan nilai ekonomi: limbah yang dihasilkan yang mudah didaur-ulang akan menjadi salah satu
dari suatu kegiatan ternyata dapat bernilai faktor dalam meningkatkan nilai saing produk
ekonomi bila dimanfaatkan kembali. tersebut di pasar. Sebenarnya sampah mempunyai
Pemanfaatan tersebut dapat dalam bentuk potensi untuk didaur-ulang. Proses daur ulang
pemanfaatan enersi, atau pemanfaatan bahan, harus memperhatikan komposisi dan karakteristik
baik sebagai bahan utama ataupun sebagai limbah yang dominan, terutama bila daur ulang
bahan pembantu dilakukan di tempat pembuangan akhir. Hal lain
c. Alasan lingkungan: alasan lain yang akhir-akhir yang mempengaruhi adalah ketersediaan tenaga
mendapat perhatian adalah perlindungan operasional agar proses berkelanjutan. Proses daur
terhadap lingkungan. Komponen limbah yang ulang juga dilakukan di sumber timbulan dan
dibuang ke lingkungan dalam banyak hal tempat penampungan sementara, atau pada skala
mendataangkan dampak negatif pada kawasan. Daur ulang yang dilakukan di sumber
lingkungan dengan pencemarannya. maupun penampungan sementara atau di skalab
Pengolahan limbah akan menjadi kewajiban. kawasan, dapat meminimalkan biaya
Namun bila dalam upaya tersrebut dapat pula pengangkutan ke pembuangan akhir.
dimanfaatkan nilai ekonomisnya, maka hal
tersebut akan menjadi pilihan yang cukup
menarik. 4.2 Daur-Ulang Limbah Secara Umum
Dalam beberpa hal alasan-alasan tersebut saling
terkait sama yang lain dan saling mendukung, Proses daur-ulang pada umumnya
sehingga upaya daur-ulang menjadi lebih terarah membutuhkan rekayasa dalam bentuk [36]:
dan menarik. a. Pemisahan dan pengelompokan: yaitu
untuk mendapatkan limbah yang sejenis.
Bentuk lain pemanfaatan limbah dalam daur-ulang Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara
adalah kemungkinannya sebagai sumber enersi. manual (dilakukan dengan tangan
Paling tidak terdapat dua bentuk enersi hasil daur- manusia secara langsung) maupun
ulang yang telah biasa dijumpai di lapangan, yaitu secara mekanis (dilakukan oleh mesin).
[26] : b. Pemurnian: yaitu untuk mendapatkan
− Sebagai enersi panas seperti yang dikeluarkan bahan/elemen semurni mungkin, baik
dari sebuah insinerator dengan bahan bakar melalui proses fisik, kimia, biologi, atau
limbah bernilai kalor tinggi, termal.
− Sebagai enersi kimia seperti yang dikeluarkan c. Pencampuran: yaitu untuk mendapatkan
dari sebuah reaktor anaerob atau sebuah bahan yang lebih bermanfaat, misalnya

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 4-1
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-4/10

sejenis limbah dicampur dengan limbah − Kertas kraft putih maupun berwarna yang
lain atau dengan bahan lain belum dicetak.
d. Pengolahan atau perlakuan: yaitu untuk − Kertas koran: surat kabar
mengolah buangan menjadi bahan yang Masing-masing mempunyai tingkat kualitas
siap pakai. tertentu, tergantung pada jenis serat, sumber,
homogenitas, cetakan yang ada, karakteristik fisik
Sasaran utama dari rekayasa tersebut adalah dan kimia. Kertas berkualitas tinggi, seperti kertas
bagaimana mendapatkan bahan yang sebaik komputer, kertas kantor, mempunyai serat panjang
mungkin sesuai fungsi dari bahan daur-ulang dengan persentase tinggi. Persentase jenis kertas
tersebut. Upaya pertama daur-ulang adalah bekas yang biasa dijumpai di Amerika Serikat
bagaimana memisahkan limbah di sumbernya, adalah [4]:
yang sebetulnya merupakan kegiatan yang mudah − Kertas koran: 17,7 %
dilaksanakan. Beberapa contoh di bawah ini − Buku dan majalah: 8,7 %
merupakan cara dan bentuk daur-ulang. − Cetakan komersial: 6,4 %
− Kertas kantor: 10,1 %
Tabel 4.1 berikut adalah potensi daur-ulang dari − Paperboard lain: 10,1 %
sampah. Banyak pengolahan limbah (padat, cair − Packaging kertas: 7,8 %
dan gas) menghasilkan residu seperti sludge atau − Paper non-packaging lain: 10,6 %
debu, atu residu lain, yang pada gilirannya harus − Tissu dan pembersih: 5,9 %
ditangani lebih lanjut. Kadangkala limbah yang − Bahan corrugated: 22,7 %
terbentuk tersebut, seperti sludge, menjadi
bermasalah karena berkatagori sebagai limbah Prinsip daur ulang kertas secara sederhana yang
berbahaya. banyak dijumpai di Indonesia, khususnya pada
sektor informal adalah:
4.3 Potensi Daur Ulang Sampah • Kertas direndam dalam air hingga menjadi
lembut untuk memudahkan proses
penghancuran menjadi bubur kertas.
Daur Ulang Kertas Bekas • Bubur kertas yang terbentuk diletakkan
Di negara maju kertas merupakan komponen dalam suatu cetakan dengan ukuran
sampah yang paling tinggi. Bersama dengan wadah tertentu.
karton gelombang serta boxboard, jumlahnya • Setelah tercetak, kertas yang masih basah
sekitar 25 - 40 % berat. Beberapa jenis kertas yang dikeluarkan dari cetakan kemudian dikeringkan
dijumpai dalam sampah adalah [4]: di terik matahari.
− Kertas campuran: kertas beraneka ragam • Untuk skala besar, digunakan mesin
dengan kualitas yang bervariasi, seperti pencetak daur ulang kertas.
majalah, buku, arsip kantor, karton, kertas Gambar 4.2 adalah contoh bentuk skema pembuat
pembungkus. kertas yang pernah dibuat ITB.
− Karton bergelombang

Tabel 4.1: Sampah Anoganik dalam Sampah [36, 37]

BAHAN YANG DIDAUR-ULANG JENIS PENGGUNAAN


Alumunium Wadah soft drink, beer
Kertas :
• Kertas koran
• Corrugated cardboard • Kardus packaging
• Kertas kualitas tinggi • Kertas komputer, kertas tulis HVS
• Kertas campuran • Campuran kertas bersih, koran, majalah, putih/berwarna
Plastik dan nomor kelompoknya:
• PETE : Kode 1 • Botol soft drink, film
• HDPE : Kode 2 • Botol air, Botol susu
• PVC : kode 3 • Pipa, ember, botol
• LDPE : kode 4 • Bungkus tipis, lain-lain bahan film bungkus
• PP : kode 5 • Label untuk botol/kontainer, casing battery
• PS : kode 6 • Packaging komponen listrik/ elektronik, tableware, plate
• Multilayer dan lain-2 : kode 7 • Packaging multilayer, beberapa botol
• Plastik campuran : 4 % • Kombinasi di atas
Glass Botol dan wadah warna jernih, hijau, coklat
Logam ferrous Tin cans
Metal non-ferrous Alumunium, tembaga, timah
Limbah bahan bangunan Tanah, aspal, beton, kayu, logam
Kayu Kotak kontainer, scrap, sisa proyek
Oli bekas Proses ulang oli bekas
Ban daur ulang : macam-macam
Batteri accu (Lead-acid) Daur-ulang : asam, plastik, Pb
Batteri rumah tangga Daur-ulang Zn, Hg, Ag

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 4-2
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-4/10

Kertas Daur Ulang


Siap Dikerin gkan Bubur Kertas di
Atas P encetak
Alas Pencetak Kertas

Motor Penggerak
Mesin Daur Ulang
Mesin Pembuat Kertas Daur Ulang

Gambar 4.1 : Mesin Pembuat Kertas Daur Ulang [37]

Daur Ulang Plastik [4] − Misalnya digunakan pada lapis dalam dari
botol oli yang terdiri dari 3 lapis
Walaupun plastik telah dipakai lebih dari 50 tahun • Polyvinyl chloride (PVC/3):
yang lalu, namun penggunaannya sebagai − Banyak digunkan untuk packaging
packaging meningkat secara tajam dalam 25 tahun makanan, kabel listrik, isolasi kabel, pipa
terakhir ini. Hampir semua plastik packaging plastic, ember
akhirnya dibuang, sehingga jumlahnya dalam − Produk daur-ulang lain: kontainer non-
sampah meningkat dari 3 % berat (1970-an) makanan, floor tile, selang kebun, mainan,
menjadi 7 % (1990-an). Penggunaan plastik pot bunga, pipa drainage
sebagai packaging mempunyai keunggulan • Low-density polyethylene (LDPE/4): misalnya
dibanding yang lain, baik sebagai bahan kontainer untuk packaging makanan. Sebagian besar
(wadah) maupun sebagai pembungkus, karena: berakhir pada sampah dan landfill.
− Lebih ringan • Polypropylene (PP/5): biasanya untuk bungkus
− Lebih kuat batere, tutup botol, label, atau kadangkalan
− Lebih mudah dibentuk untuk kontainer makanan.
− Dapat diatur agar fleksibel atau kaku • Polystyrene (PS/6)
− Merupakan isolator yang baik • Lain-lain bahan-bahan plastik multilayer
− Dapat digunakan untuk pengemas (7)
makanan dingin atau panas
Disamping itu, plastik biasanya diklasifikasi
Bahan plastik dijumpai pada sampah kota dalam 2 katagori umum, yaitu:
dalam 7 jenis seperti yang disebutkan dalam − Clean commercial grade scrape (plastik
Tabel 4.1, dengan uraian ringkas sebagai awal)
berikut [4]: − Post consumer scrap (plastik limbah)
• Polyethylene terephthalate (PETE/1): Dua jenis plastik post consumer yang paling sering
− Didaur ulang sebagai fiber polyester untuk didaur ulang adalah PETE(1), yang banyak
sleeping bag, bantal, baju dingin digunakan untuk botol soft drink, dan HDPE(2),
− Post consumer PETE digunakan untuk biasanya untuk wadah susu, botol air kemasan,
fiber karpet, film, kontainetr makanan, atau pembungkus detergen.
plastik otomotif
− Dari daur-ulang konvensional, sekarang Beberapa permasalah pemasaran plastik:
terdapat upaya pembuatan botol • Harga plastik daur-ulang relatif murah, karena
depolymerisasi menjadi ethylene glycol bahan bakunya juga relatif murah. Perlu ada
dan terephthalic acid, kemudian insentif untuk pengangkutan
repolimerisasi menjadi resin botol soft • Pengangkutan dan pengolahan plastik bekas
drink, misalnya coca-cola belum tersedia secara luas, sehingga
• High-density polyethylene (HDPE/2): konsumer kesulitan menemukan outletnya
− Sifatnya berbeda satu dengan lain • Specific weight yang rendah: rasio volume-ke-
tergantung produk yang akan dihasilkan berat plastik sangat tinggi, terutama PS untuk
− Botol susu dari resin dengan indeks leleh produk busa spons.
rendah • Terkontaminasi dengan bahan lain seperti
− HDPE rigid terbuat dari resin dengan makanan, dsb yang menyulitkan dalam daur-
indeks leleh yang tinggi ulangnya

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 4-3
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-4/10

Pengolahan plastik secara profesional meliputi: penanganan sampah terdapat pada Bagian 5 Diktat
• Tahap bale breaking dan sorting: ini.
− Pemilahan awal (presorted) dipecah
kemudian dipilah kembali Secara umum, upaya daur-ulang (R2 dan R3)
− Botol PETE misalnya secara manual dalam sistem penanganan sampah kota adalah
dipisah berdasarkan warna. Plastik yang sebagai berikut:
tidak diinginkan dibuang. - Guna menentukan potensi daur-ulang,
• Granulation dan washing: dibutuhkan adanya survei tentang persentase
− Botol dipotong-potong, kemudian dicuci sampah pada masing-masing sumber, dan
dengan air panas, detergen, diaduk untuk pada masing-masing tingkat penanganan
menghilangkan label, lem dan kotoran sampah, sehingga dapat dibuat neraca alur
lainnya sampah mulai dari sumber sampai ke TPA.
− Pemisahan: setelah dicuci, diendapkan - Contoh neraca persentase sampah dari mulai
(PETE) sedang yang ringan (HDPE) sumber sampai ke TPA adalah seperti terlihat
mengapung. dalam Gambar 4.3 di bawah ini.
− Pengeringan: untuk menghilangkan air, - Langkah awal agar upaya kegiatan R2 dab R3
kemudian dikeringkan dengan udara berhasil adalah melakukan pemilahan.
panas agar kelembaban mejadi lebih kecil - Pemilahan sampah di sumbernya paling tidak
dari 0,5 % dilakukan dengan mengelompokkan sampah
− Air classification: pemisahan bagian plastik menjadi dua kelompok besar, yaitu sampah
ringan (missal tutup polypropylene) hayati (sampah organik) dan sampah non-
dengan yang berat hayati (sampah non-organik).
− Pemisahan electrostatic: missal - Pemilahan di sumbernya seperti di rumah
memisahkan tutup alumunium tangga, di industri, di pasar, dsb, sangat
− Ekstrusi resin: resin kemudian difluidisasi membantu upaya R2 dab R3 karena akan
menggunakan extruder, dan dilelehkan, memperoleh bahan dengan kondisi bersih.
dikenal sebagai melt filtration - Untuk memudahkan penggunaan, disamping
• Pelletizing: melt extruder berbentuk seperti kriteria yang terkait dengan fungsi, maka
spageti. Selanjutnya melalui orifice, kemudian dibutuhkan pengaturan warna :
dipotong kecil-kecil, lalu didinginkan dengan o Sampah Organik: warna gelap
air. Pelet dipasarkan dengan kadar air kurang o Sampah anorganik: warna terang
dari 0,5 %. o Sampah B3 rumah tangga: warna
merah/(Standar Internasional)
Pengolahan plastik sederhana di sektor informal di - Pemilahan sampah dikelompokkan menjadi
Indonesia (lihat Gambar 4.2): beberapa jenis sampah seperti :
• Plastik bekas yang terkumpul, dikeringkan o Sampah basah, yang akan digunakan
melalui matahari kemudian ditutup dengan ram misalnya sebagai bahan baku kompos
kawat agar plastik (terutama plastik kresek) o Sampah kering, yang digunakan sebagai
tidak beterbangan. bahan daur ulang
• Setelah kering, plastik dimasukkan dalam - Teknik-teknik pengolahan dan pemanfaatan
cetakan kemudian dipanaskan/dibakar di sampah antara lain (lihat Tabel 2) adalah :
dalam tungku pembakar sampai terbentuk o Pemotongan sampah
cairan plastik. o Pengomposan sampah baik dengan cara
• Cairan plastik yang terbentuk kemudian konvensional maupun dengan rekayasa
didinginkan dengan direndam dalam air. o Pengomposan sampah secara vermi-
• Setelah dingin, lembaran plastik dikeluarkan kompos
dari cetakan. Cetakan yang digunakan berupa o Pemerosesan sampah sebagai sumber gas-
logam agar plastik cair tidak lengket bio
o Pembakaran dalam Insinerator.
4.4 Daur-ulang dalam Penanganan Sampah Kota
Beberapa contoh kegiatan upaya 3R adalah
Upaya 3R bukan saja terbatas dilakukan pada sebagai berikut:
sumber sampah, tetapi sangat dianjurkan untuk - Contoh pengerjaan upaya 3-R untuk daerah
dillaksanakan dalam seluruh rangkaian perumahan dan fasilitas sosial tercantum
penanganan sampah, yaitu mulai dari TPS sampah dalam Tabel 4.2.
ke titik akhir di TPA. Berdasarkan arus pergerakan - Contoh pengerjaan upaya 3-R untuk daerah
sampah sejak dari sumber hingga menuju ke fasilitas umum (perkantoran, sekolah, rumah
pemrosesan akhir, penanganan sampah di suatu sakit) tercantum dalam Tabel 4.3.
kota di Indonesia dapat dibagi dalam 3 kelompok
utama, yaitu: Contoh pengerjaan upaya 3-R untuk daerah
a. Penanganan sampah tingkat sumber komersial (pasar, pertokoan, restoran, hotel)
b. Penanganan sampah tingkat kawasan, dan tercantum dalam Tabel 4.4.
c. Penanganan sampah tingkat kota.
Bagian 4 ini akan membahas beberapa upaya Dalam penanganan 3R diperlukan alat
guna-ulang (R2) dan daur-ulang (R3), yang pengumpulan dan pengangkutan sebagai berikut :
keduanya di Indonesia dikenal secara umum Fungsi pemilahan dapat dilaksanakan dengan
sebagai daur-ulang saja. Uraian lanjut tentang pengaturan:

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 4-4
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-4/10

− Penyekatan sarana tersebut sesuai dengan Alat pengumpul sampah dapat dilaksanakn dengan
jenis sampah berbagai cara, seperti :
− Penjadwalan waktu pengumpulan, dimana − Alat pengumpul tradisional, seperti gerobak
sampah mudah membusuk hendaknya dan beca sampah
diangkut paling lama 2 hari sekali, sedang − Alat pengumpul bermotor, seperti motor
sampah non-hayati (anorganik) diangkut sampah
dengan frekuensi seminggu sekali

Cerobong Asap

Tempat Pemasukkan
Cetakan Plastik

Ruang
Bakar

Pintu Ruang
Bakar

Tem pat Cetakan Plastik

Gambar 4.2 : Mesin Daur Ulang Plastik [38]

SAMPAH
100%

Sampah
Sampah Organik Sampah B 3
Anorganik
70% 2%
28%

Pengomposan Pemanfaatan lain Residu Residu Daur-ulang


30-40% 2% 28-38% 3-13% 15-25%

Residu
4%
Insinerasi
Sampah
25%

Residu
4%

Tempat
Pemerosesan
Akhir (TPA )

Gambar 4.3: Contoh Neraca Persentase Sampah mulai Sumber sampai ke TPA

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 4-5
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-4/10

Tabel 4.2: Contoh Pengerjaan 3R pada Perumahan dan Fasilitas Sosial


Penanganan 3R Contoh Cara Pengerjaan
1. Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur-ulang
2. Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah
R1 besar
3. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
4. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
1. Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya
Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
R2 2. Gunakan baterai yang dapat di-charge kembali
Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada pihak yang memerlukan
3.
1. Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai
Lakukan penanganan untuk sampah organik menjadi kompos dengan berbagai cara
2. yang telah ada (sesuai ketentuan) atau manfaatkan sesuai dengan kreativitas masing-
R3
masing
Lakukan penanganan untuk sampah anorganik menjadi barang yang bermanfaat

Tabel 4.3: Contoh Pengerjaan 3R pada Fasilitas Umum


Penanganan 3R Cara pengerjaan
1. Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi
Gunakan alat tulis yang dapat diisi kembali
2. Sediakan jaringan informasi dengan komputer (tanpa kertas)
3. Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan
R1
ditulis kembali
4. Khusus untuk rumah sakit, gunakan incinerator untuk sampah medis
Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)
5. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
1. Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang
R2 Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali
2.
1. Olah sampah kertas menjadi kertas/karton kembali
R3 2. Olah sampah organik menjadi kompos

Tabel 4.4 : Contoh Pengerjaan 3R pada Daerah Komersial


Penanganan 3R Cara pengerjaan
1. Berikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang mengembalikan kemasan yang dapat
digunakan kembali
Berikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta kemasan/bungkusan untuk
2. produk yang dibelinya
Memberikan kemasan/bungkusan hanya kepada produk yang benar-benar
R1 3. memerlukannya
Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampah dalam jumlah besar
4. Kenakan biaya tambahan untuk permintaan kantong plastik belanjaan
Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada yang memerlukannya
5.

1. Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkkan untuk produk lain, seperti
pakan ternak
2. Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri, atau wadah belanjaan
R2 yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan sebagai bukti pelanggan setia
Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi ulang (minyak,
minuman)

1. Jual produk-produk hasil daur ulang sampah dengan lebih menarik


Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil daur ulang sampah
2. Olah kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga bermanfaat bagi proses
lainnya
R3
3. Lakukan penanganan sampah organik menjadi kompos atau memanfaatkan sesuai
dengan kebutuhan
4. Lakukan penanganan sampah anorganik

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 4-6
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-4/10

4.5 Peran Sektor Informal di Indonesia ini dari sudut harga diri bangsa tidaklah baik.
Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga akan
Daur ulang sampah di Indonesia banyak dilakukan berkurang beratnya sesuai dengan perjalanan
oleh sektor informal, terutama oleh pemulung, mulai sampah tersebut ke tempat pembuangan akhir.
dari rumah tangga sampai ke TPA (Gambar 4.4] Secara skematis aktivitas pemulungan ini
Tetapi metode daur ulang yang dilakukan oleh ditunjukkan dalam Gambar 4.4 berikut ini.
pemulung terbatas pada pemisahan atau
pengelompokan. Berdasarkan komposisinya, Sampah yang dipisahkan umumnya sudah tidak
sampah terbagi dalam dua kategori besar, yaitu murni lagi (kotor, basah, dan sebagainya) karena
sampah organic (atau sampah basah) dan sampah sampah tersebut sudah tercampur dengan sampah
anorganik (atau sampah kering). Dari komposisi lainnya dari berbagai sumber. Oleh karena itu,
sampah tersebut, para pemulung memungut kondisi sampah yang dihasilkan oleh pemulung
sampah anorganik yang masih bernilai ekonomis umumnya memiliki kualitas yang tidak begitu baik
dan dapat didaur ulang sebagai bahan baku industri dibandingkan dengan yang dipisahkan di sumber
atau langsung diolah menjadi barang jadi yang sampah. Pemisahan sampah oleh pemulung ini
dapat dijual. Barang-barang buangan yang relatif masih sedikitl, diprakirakan kurang dari 2%
dikumpulkan oleh para pemulung adalah yang dari jumlah sampah yang terkumpul di TPS. Selain
dapat digunakan sebagai bahan baku primer di TPS, pemulungan sampah juga terjadi di TPA.
maupun sekunder bagi industri tertentu. Bahan- Seperti halnya pemulungan di TPS, hasil
bahan anorganik yang biasa dipungut oleh para pemulungan sampah di TPA juga memiliki kualitas
pemulung mencakup jenis kertas, plastik, yang rendah atau bahkan lebih rendah
metal/logam, kaca/gelas, karet, dan lain-lain. dibandingkan di TPS. Tetapi bila dibandingkan
Sampah yang dipisahkan umumnya adalah sampah dengan di TPS, pemulungan di TPA memiliki
yang dapat dimanfaatkan kembali secara langsung, persentase yang lebih besar, yaitu kira-kira 5% dari
misalnya sampah botol, kardus, koran, barang- sampah yang tiba di TPA.
barang plastik, dan sebagainya. Terdapat pula
aktivitas pemilahan sampah sisa makanan dan/atau Daur-ulang sampah kota sudah sejak tahun 1980-
sampah dapur yang dapat digunakan sebagai an yang lalu telah dirasakan pentingnya, dalam
makanan ternak, bahan kompos dan sebagainya, upaya pengurangan sampah yang harus diangkut.
seperti terlihat di Denpasar. Aktivitas pemulung yang banyak dijumpai di kota-
kota dalam mendaur-ulang sampah kering dinilai
Berdasarkan cara kerja pemulung yang sebagian dapat membantu menurunkan jumlah sampah yang
besar beroperasi di kawasan-kawasan pemukiman, harus diangkut ke final disposal. Konsep kawasan
pasar, perkantoran maupun di TPS sampai ke TPA, industri sampah sudah diperkenalkan sejak tahun
maka dapat dikatakan bahwa sampah anorganik 1980-an oleh Proh. Hasan Poerbo melalui PPLH
yang diserap oleh pemulung merupakan sampah ITB dalam upaya membantu pengelola
yang belum dapat tertanggulangi oleh Pemerintah persampahan mengurangi sampah yang perlu
Daerah. Hal ini di satu sisi menunjukkan bahwa diangkut. Sarana yang terletak di kawasan
kegiatan pemulungan memberikan kontribusi permukiman ini diproyeksikan menerima dan
kepada Pemerintah Daerah dalam hal penanganan memilah sampah sesuai jenisnya untuk didaur-
sampah. Namun di sisi yang lain, bantuan kegiatan ulang [29]. Residu sampah yang tidak terdaur-ulang
pemulungan terhadap penaggulangan masalah akan diangkut ke pembuangan akhir. Secara
sampah menjadi tidak nyata terasa manfaatnya, bertahap konsep pengolahan sampah secara
karena mungkin Pemerintah Daerah menganggap terpadu tersebut telah dicoba diterapkan dalam
bahwa kegiatan pemulungan merupakan hal yang skala terbatas di beberapa kota di Indonesia,
sudah semestinya terjadi, dengan mengabaikan namun umumnya tidak berlangsung lama. Konsep
segi bantuannya terhadap penanganan kebersihan ini kurang mendapatkan tanggapan yang positif dari
kota. pemerintah Indonesia, khususnya dari sebagian
besar pengelola persampahan. Terdapat
Menurut prakiraan Agenda 21 Indonesia [39] kehawatiran mereka bahwa upaya ini akan
potensi daur-ulang sampah kering adalah 15-25%, mengganggu sistem operasional yang telah baku
sedang potensi sampah basah yang dapat yaitu dengan konsep “kumpul – angkut – buang”.
dikomposkan adalah 30-40%, sehingga potensi Penyebab lain adalah karena pengelola sampah di
daur-ulang sampah diprakirakan sebesar 45-65 %. kota-kota Indonesia belum secara penuh
Namun tingkat daur-ulang di kota-kota di Indonesia menganggap bahwa konsep ini sebagai bagian dari
baik melalui usaha pemulung maupun usaha daur- sistem penanganan sampah kota. Mereka lebih
ulang di rumah tangga, dan pengomposan melihat sarana ini sebagai upaya untuk
jumlahnya diprakirakan hanya sebesar 8,l % [40] memperoleh penghargaan dari pemerintah, bahwa
mereka telah memasukkan upaya daur-ulang
Kehadiran kelompok pemulung dalam sistem dalam sistem pengelolaan persampahannya,
pengelolaan persampahan menimbulkan dua khususnya dalam upaya memperoleh penghargaan
pendapat controversial yang berbeda, yaitu mereka kota terbaik yang secara rutin diberikan oleh
yang menganggap bahwa aktivitas ini disamping pemerintah [7].
memberikan kesempatan pada masyarakat tidak
mampu untuk berusaha di sektor ini, juga akan Sampah kering merupakan obyek daur-ulang yang
membantu mengurangi sampah yang harus paling banyak dijumpai di kota-kota besar di
diangkut. Pendapat lain menganggap bahwa upaya Indonesia, dengan melibatkan aktivitas sektor

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 4-7
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-4/10

informal lainnya yaitu dari ibu rumah tangga, materi-materi sampah yang biodegradabel ini akan
petugas kebersihan, penjual barang bekas, juga lebih baik pula. Cara-cara inilah yang mendorong
pemulung. Baju bekas, kertas koran, botol bekas, misalnya untuk :
kartas bekas semen, dsb di sebagian rumah tangga − Pengembangan ‘composter’ individual di
dianggap bukan sampah tetapi barang yang dapat rumah-rumah [43, 44] yang sudah diuji
dijual kembali. Pedagang perantara hadir di cobakan di beberapa permukiman di
pelosok-pelosok kampung di kota-kota di Indonesia Indonesia,
untuk membeli barang-barang bekas ini langsung − Pembuatan kompos di lingkungan permukiman
dari rumah ke rumah. Tabel 4.5 berikut atau di final disposal [43]
menggambarkan pengurangan sampah dari − Uji coba penggunaan cacing tanah sebagai
sumber sampai ke TPA, khususnya melalui pemusnah sampah basah [45]
aktivitas daur-ulang yang ada di Indonesia.
Pengomposan secara tradisional telah dikenal di
Studi yang dilakukan di Bandung [42] Indonesia. Beberapa kota besar di Indonesia telah
mengungkapkan bahwa sampah kering yang didaur menerapkan cara ini. Namun permasalahan utama
ulang dari lingkungan permukiman besarnya antara yang dijumpai adalah masalah pemasaran. Banyak
10,9% - 14,6% untuk permukiman kelas menegah usaha pengomposan tidak dapat berlanjut, karena
ke atas, dan antara 21,9% - 26,5% untuk tidak tersedianya pasar yang dapat menyerap
permukiman menengah ke bawah. Bahan yang produk yang dihasilkan. Disamping masalah harga
didaur-ulang oleh aktivitas pemulung adalah plastik yang perlu memperhitungkan ongkos
(PE, PS, PP, HDPE, LDPE, PVC dan drum), kertas pengangkutan, juga karena kualitas yang dihasilkan
(warna, duplex, arsip, cone, koran, HVS), logam belum memenuhi keinginan pasar. Penelitian-
(alumunium, tembaga, kuningan, seng, besi, drum), penelitian skala laboratorium maupun lapangan
kain (majun, polyster, kapas), gelas/kaca (botol bir, terus berlanjut untuk meningkatkan kualitas kompos
botol kecap, botol obat), dan karet. Sedang sampah yang dihasilkan, misalnya mencampur dengan
yang dinilai tidak terdaur-ulang oleh pemulung dedak, penggunaan enzim sellulase untuk
antara lain adalah sisa makanan, plastik kemasan mempercepat masa pengomposan [43]. Uji coba
makanan ringan, batu batere, lampu. individual composter telah menunjukkan hasil yang
positif. Sebuah composter dengan kapasitas 60 m3
yang rata-rata menerima sampah dapur dari 5
Pengomposan merupakan salah satu teknik orang perhari, dapat digunakan sampai 6 bulan.
pengolahan limbah yang mengandung bahan Setelah 6 bulan akan dihasilkan kompos yang
organik biodegradabel (dapat diuraikan oleh kualitasnya cukup baik. Beberapa kota di Indonesia
mikroorganisme). Fungsi kompos adalah selain telah mencoba cara ini di beberapa permukiman.
sebagai pupuk organik, akan berfungsi pula untuk Bila cara ini dapat diterapkan dan diterima oleh
memperbaiki struktur tanah, memperbesar masyarakat, maka sebagian sampah dari
kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan permukiman akan dapat tertangani.
air serta zat hara yang lain. Dilihat dari komposisi,
maka sebagian sampah kota di Indonesia adalah Upaya lain yang dapat dilakukan adalah
tergolong sampah hayati, atau secara umum memanfaatkan sampah basah sebagai makanan
dikenal sebagai sampah organik, atau sampah cacing. Cacing yang digunakan umumnya dari jenis
basah. Melihat komposisinya yang sebagian besar Lumbricus. Masalah utama yang perlu mendapat
adalah sisa-sisa makanan, khususnya sampah perhatian adalah pemisahan sampah di sumber,
dapur, maka jenis sampah ini akan cepat yaitu untuk memperoleh sampah yang cocok untuk
membusuk, atau terdegradasi oleh mikroorganisme makanan cacing. Sampah yang telah dipilah
yang berlimpah di alam ini. Bila ini terjadi, tersebut kemudian dikomposkan selama 2 minggu.
massanya akan berkurang dengan besar. Cara Berdasarkan uji coba skala permukiman [45], maka
inilah yang sebetulnya dikembangkan oleh manusia sebanyak 40% sampah basah dari rumah tangga
dalam bentuk pengomposan dan biogasifikasi. melalui pemilahan manual yang dapat
Namun bila mekanisme ini berlangsung secara dimanfaatkan untuk makanan cacing. Dari kegiatan
alamiah, khususnya di lingkungan yang sudah ini akan diperoleh casting yaitu bahan sejenis
jenuh daya dukungnya, maka akan timbullah kompos, dengan kualitas yang baik dan dengan
masalah estetika serta gangguan lainnya terutama ukuran butir yang sudah halus dan siap dijual.
karena adanya bau, seperti terjadi di timbunan Disamping itu dihasilkan biomas cacing yang dapat
sampah yang tidak terurus dengan baik. Dengan dimanfaatkan sebagai sumber protein, misalnya
kondisi kelembaban yang tinggi, serta temperatur untuk pakan ternak dan ikan.
yang relatif tinggi seperti di Indonesia ini, maka
kecepatan mikroorganisme dalam menguraikan

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 4-8
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-4/10

Suppliers
Recovered materials Bandar and Factories Market
Intermediate

Bos Lapak Prcocessed Goods

Waste Trades

Mobile Scavengers

Scavengers
Temporary Dumping

Scavengers
Final Disposal

Handcart Crews

Drivers Team

Gambar 4.4: Alur aktivitas daur-ulang sector informal [modivikasi dari Manfred Oepen,1992]

Tabel 4.5: Pengurangan sampah dari sumber ke final disposal [26, 11]
Sumber sampah Perlakuan sampah
Rumah Dipilah oleh ibu rumah tangga
Dipilah oleh pembantu
Dibakar, tercecer di tanah
Bak sampah Dipulung oleh pemulung
Dibakar, tercecer di tanah
Gerobak sampah Dipilah oleh petugas
Tercecer ke tanah
Penampungan sementara Dipulung oleh pemulung
Tercecer ke tanah
Pengangkutan sampah Dipilah petugas
Tercecer ke tanah
TPA Dipulung pemulung
Dikomposkan, dsb
Dibakar
Diurug dalam tanah

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 4-9

Anda mungkin juga menyukai