Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

REVIEW JURNAL
TEKNIK MESIN

NAMA : WAHYU DINA PERMANA


NPM : 16.6.21-201.C.0961

SEKOLAH TINGGI TEKNIK WIWOROTOMO


PURWOKERTO
Judul PEMODELAN AFR (AIR TO FUEL RATIO) PADA MESIN
EFI DENGAN KONTROL DINAMIKA MESIN,
KECEPATAN KENDARAAN, DAN SISTEM TRANSMISI
Jurnal Teknik Mesin Institut Teknologi Padang
Volume & Halaman Vol. 7, No. 1
Tahun April 2017
Penulis Suroto Munahar1, Muji Setiyo
Reviewer Wahyu Dina Permana
Tanggal 20 - 06 - 2019

Latar Belakang Sektor transportasi telah menyumbangkan emisi terbesar yang


berdampak pada pemanasan global Efek lain adalah penurunan
kualitas udara terutama pada perkotaan yang secara langsung
mempengaruhi kesehatan manusia. Di sisi lain, pertumbuhan
jumlah kendaraan dengan sistem propulsi spark ignition (SI) engine
dan compression ignition (CI) engine dalam dekade terakhir justru
semakin meningkat. Peningkatan jumlah kendaraan ini juga
berkontribusi signifikan terhadap konsumsi energi dan
perekonomian global.
Beberapa upaya untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi
darat memang telah dilakukan. Teknologi fuel cell (FCs) dan
electric vehicle (Evs) merupakan teknologi kendaraan mendatang
yang bebas dari emisi tilepipe (CO, HC, NOx). Namun demikian,
baik FCs dan EVs memiliki kelemahan dalam keterbatasan jarak
tempuh, insfruktur yang tersedia, dan biaya kepemilikan yang
sangat tinggi. Dalam jangka menengah, pengembangan hybrid
vehicle dengan mengkombinasikan gasoline engine dengan electric
engine menjadi pilihan yang masuk akal. Namun demikian, harga
produk teknologi hybrid masih cukup mahal. Apliksi selanjutnya
adalah ethanol sebagai energi alternatif. Studi karakteristik ethanol
sebagai bahan bakar nabati telah banyak dilakukan. Ethanol telah
terbukti menghasilkan emisi dan daya yang comparable dengan SI
engine. Namun, aplikasi ethanol dalam secara besar akan
berbatasan dengan ketersediaan lahan untuk mengembangkan
bahan bakunya.
Kenyataannya, laporan GAIKINDO dalam Indonesia Automotive
Industry: Report on 2013 Auto Market, trend perkembangan
industri otomotif nasional masih hampir seluruhnya berbasis sistem
propulsi SI dan CI. Khusus mobil dengan mesin SI, produksi mobil
baru memang telah berubah dari mesin EFI biasa ke Low Cost
Green Car (LCGC). Bahkan, setelah tahun 2015, LCGC
dikembangkan menjadi Low Carbon Emission Program (LCEP).
Meskipun skema pengembangan industri mobil telah mengarah
pada LCGC dan LCEP, dalam kenyataannya pembakaran dengan
campuran miskin (lean combustion) atau setidaknya pembakaran
ideal (λ=1) belum dapat tercapai pada seluruh rentang putaran
mesin. Untuk mengakomodasi teknologi Electronic Fuel Injection
(EFI) sebelum berpindah ke FCs dan EVs, salah satu cara untuk
mengurangi emisi dan menghemat bahan bakar tetapi tetap
menghasilkan output daya yang optimal dilakukan dengan
teknologi kontrol Air to Fuel Ratio (AFR). Teknologi ini banyak
diaplikasikan, karena memiliki economic value yang besar.
Pencapaian AFR ideal 14,7 (stoichiometry) menjadi prioritas dari
sistem control. Dalam dekade terakhir, perkembangan teknologi
AFR mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Diantaranya
dilakukan dengan optimalisasi algoritma genetik sebagai sistem
pengendali AFR untuk peningkatan efisiensi bahan bakar dan
aplikasi Adaptive Neural Network untuk mecapai kondisi
stoichimetry pada gasoline engine. Hasil yang diperoleh dengan
kolaborasi metode Hessiand dapat mengendalikan AFR pada area
stoichiometry. Selain itu, optimasi sistem nonlinear telah dapat
dikontrol dengan lebih baik. Teknologi AFR yang berkembang saat
ini masih memiliki kelemahan. AFR dikontrol sebagian besar
hanya berdasar pada kondisi kondisi mesin. Sementara itu, saat
kendaraan berjalan, aliran bahan bakar tidak hanya berdasar pada
kevakuman mesin, tetapi melibatkan komponen diluar mesin seperti
pengereman dan posisi gigi percepatan (transmisi). Penelitian
kontrol AFR dengan pelibatan kondisi external mesin pernah
dilakukan oleh Triwiyatno melalui kontrol dari sistem pengereman
sebagai kendali AFR pada EFI engine
Tujuan Penelitian Untuk mengurangi dampak polusi dan mengurangi emisi terutama
dalam bahan bakar pada kendaraan bermotor.
Metode Penelitian a. Pemodelan Sistem
Dalam pemodelan ini, sistem kontrol dikembangkan dengan
menambahkan transmission control system sebagai pengendali
bahan bakar, dalam hal ini adalah AFR
b. Pemodelan Transmisi
Pemodelan ini terbagi menjadi beberapa subsistem. Sub-sistem
clutch mempresentasikan sistem yang menghubungkan dan
memutuskan putaran engine ke transmisi.
c. Model Dinamis Kendaraan
Penggerak akhir kendaraan dipengaruhi oleh inersia 𝐼𝑣 dan
beban variasi dinamika kendaraan.
d. Kontrol Transmisi
Sistem control yang dikembangkan dalam penelitian ini
mengembangkan integrasi antara transmisi, kecepatan mesin
dan kontrol kecepatan kendaraan.
e. Sistem Kontrol
Pendekatan dalam sistem kontrol bahan bakar adalah dengan
metode PID dan fuzzy.
Hasil Penelitian dan Menyajikan grafik sudut bukaan throttle yang dikendalikan
Pembahasan pengemudi selama 30 detik. Sepuluh detik pertama melakukan
akselesari. Kemudian throttle ditutup dengan cepat yang
menandakan sebuah perlambatan (deselerasi).
Menyajikan grafik simulasi pada kecepatan tinggi. Pada proses
perlambatan kendaraan pada kecepatan tinggi, economizer
controller system mulai bekerja.
Kesimpulan Sistem kontrol AFR yang dikembangkan dengan Fuzzy Logic
Controller (FLC) mampu mengatasi permasalahan AFR pada mesin
bensin EFI. Pada saat kendaraan melakukan perlambatan pada
kecepatan rendah mampu menahan AFR pada kondisi mendekati
stoichiometry. Sementara itu, saat kendaraan melakukan
perlambatan dari kecepatan tinggi, sistem kontrol yang
dikembangkan mampu untuk memotong aliran bahan bakar hingga
pada zero fuel consumption dengan dilai AFR yang tidak terdeteksi/
tak berhingga), meskipun hanya beberapa saat. Hasil
pengembangan ini menjanjikan untuk diaplikasikan pada kendaraan
bermesin EFI.
Judul PENGUJIAN ALAT PENGOLAH LIMBAH TEMPURUNG
KELAPA MENJADI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Jurnal Teknik Mesin Universitas Diponegoro
Volume & Halaman Vol. 5, No. 2
Tahun 2017
Penulis Erwin Destiyantono, Arijanto
Reviewer Wahyu Dina Permana
Tanggal 20 - 06 - 2019

Latar Belakang Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan dalam
mencapai target pembangunan bidang energi. Pyrolysis merupakan
thermo-chemical dekomposisi material organik pada temperatur
yang ditingkatkan dalam lingkungan bebas atau sedikit oksigen
(anaerob). Proses tersebut merupakan metode untuk mengurai
bagian utama dari biomassa berupa polimeric kompleks (selulosa,
hemiselulosa, dan lignin) agar menjadi fragmen molekuler yang
lebih sederhana [1]. Senyawa dengan berat molekul yang ringan
berupa gas pada temperatur ambiens, ketika senyawa tersebut
dikondensasikan akan berubah menjadi cair yang dinamakan asap
cair. Jika asap cair dilanjutkan dengan transifikasi mengunakan
katalis (NaOH) dan metanol (reaktan), maka akan menghasilkan
bio-fuel [2]. Pyrolysis tempurung kelapa secara umum hanya
digunakan sebagai karbon aktif, dan belum dimanfaatkan sebagai
bio-oil [1]. Jadi penelitian ini akan difokuskan pada masalah
perancangan alat pengolah limbah tempurung kelapa menjadi bahan
bakar alternatif
Tujuan Penelitian Untuk menguji alat pengolah limbah tempurung kelapa menjadi
bahan bakar alternatif, mengetahui jumlah minyak yang dihasilkan
pada proses pyrolysis dengan metode counter flow dan parallel flow
pada kondensor, mengetahui energi kalor yang dihasilkan pada
proses pyrolysis dengan metode counter flow dan parallel flow
pada.
Metode Penelitian a. Desain dan Manufaktur Alat Pirolisis Tempurung
- Diagram Alir

- Desain Alat Pirolisis Tempurung Kelapa


- Manufaktur Alat Pirolisis Tempurung Kelapa

Hasil Penelitian dan a. Perbandingan Bahan Baku terhadap Bahan Bakar


Pembahasan b. Perbandingan Hasil Pirolisis Counter-Parallel Flow
c. Perbandingan bahan bakar terhadap hasil minyak pirolisis
d. Perbandingan nilai kalor counter-parallel flow
e. Perbandingan Massa dan Volume Minyak Pirolisis dengan
Jurnal
f. Perbandingan Temperatur pada Proses Pirolisis dengan Jurnal
Kesimpulan Hasil Penelitian pirolisis tempurung kelapa yaitu rancang alat
konversi tempurung kelapa menjadi bahan bakar alternatif yang
efesien yaitu menggunakan reaktor yang tertutup dan tidak ada
kebocoran tekanan dan temperatur, menggunakan kondensor shell
and tube berupa spiral, dan metode pendinginan dengan counter
flow, jumlah minyak yang dihasilkan pada proses pyrolysis dengan
metode counter flow sebesar 198 gram lebih banyak dari pada
parallel flow sebesar 196 gram, metode counter flow dapat
menyerap kalor sebesar 1304,762 kJ dan hilang pada uap gas
sebesar 462,862 kJ lebih efektif dari pada parallel flow hanya
menyerap kalor sebesar 1200,83 kJ dan hilang pada uap gas sebesar
568,620 kJ.
Judul KAJIAN POTENSI ENERGI PANAS BUANGAN DARI AIR
CONDITIONER (AC)
Jurnal Teknovasi
Volume & Halaman Vol. 1, No. 2
Tahun 2014
Penulis Indra Hermawan, Iswandi Idris
Reviewer Wahyu Dina Permana
Tanggal 20 - 06 - 2019

Latar Belakang Air Conditioner (AC), di Indonesia lebih dikenal dengan pendingin
ruangan. Penggunaannya merupakan hal yang biasa dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak hanya dirumah-rumah, tetapi juga di
kantor dan terutama di gedung yang kebutuhan akan udara sejuk
sangat diperlukan akibat dari tidak adanya sirkulasi udara didalam
ruangan. Ditambah lagi Indonesia yang beriklim tropis dimana
udara panas tidak terhindarkan lagi terutama di kota-kota besar.
Tujuan Penelitian Air Conditioner (AC), di Indonesia lebih dikenal dengan pendingin
ruangan. Penggunaannya merupakan hal yang biasa dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak hanya dirumah-rumah, tetapi juga di
kantor dan terutama di gedung yang kebutuhan akan udara sejuk
sangat diperlukan akibat dari tidak adanya sirkulasi udara didalam
ruangan. Ditambah lagi Indonesia yang beriklim tropis dimana
udara panas tidak terhindarkan lagi terutama di kota-kota besar.
Metode Penelitian Air Conditioner (AC), di Indonesia lebih dikenal dengan pendingin
ruangan. Penggunaannya merupakan hal yang biasa dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak hanya dirumah-rumah, tetapi juga di
kantor dan terutama di gedung yang kebutuhan akan udara sejuk
sangat diperlukan akibat dari tidak adanya sirkulasi udara didalam
ruangan. Ditambah lagi Indonesia yang beriklim tropis dimana
udara panas tidak terhindarkan lagi terutama di kota-kota besar.
Hasil Penelitian dan a. Perbandingan Bahan Baku terhadap Bahan Bakar
Pembahasan b. Perbandingan Hasil Pirolisis Counter-Parallel Flow
c. Perbandingan bahan bakar terhadap hasil minyak pirolisis
d. Perbandingan nilai kalor counter-parallel flow
e. Perbandingan Massa dan Volume Minyak Pirolisis dengan
Jurnal
f. Perbandingan Temperatur pada Proses Pirolisis dengan Jurnal
Kesimpulan Berdasarkan hasil peneltian yang diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa udara panas yang dilepaskan oleh kondensor
dapat dimanfaatkan terutama untuk proses pengeringan bahan yang
suhu pengeringannya kurang dari 60oC. Adapun potensi
penyerapan uap air oleh udara panas yang dilepaskan oleh
kondensor secara teori adalah 2 g/kg udara kering atau 91,76 gr uap
air per menit.
Judul PENGARUH RUBBING TERHADAP KONDISI GETARAN
MESIN ROTASI
Jurnal Teknik Mesin Universitas Diponegoro
Volume & Halaman Vol. 4, No. 3
Tahun 2016
Penulis Zudi Zukron Amin, Achmad Widodo, Ismoyo Haryanto
Reviewer Wahyu Dina Permana
Tanggal 20 - 06 - 2019

Latar Belakang Sebagai syarat kebutuhan mesin yang banyak digunakan di industri
menuntut kedudukan sistem mesin rotasi modern berperan menjadi
sangat penting untuk mesin-mesin dengan kecepatan tinggi dan
mempunyai tingkat getaran yang rendah. Mesin rotasi sering
memiliki masalah ketidakstabilan ketika beroperasi pada kecepatan
rotasi yang tinggi, dimana dapat mengakibatkan kegagalan secara
tiba-tiba di seluruh sistem atau bagian mesin tersebut. Sistem mesin
rotasi terdiri dari berbagai komponen yaitu poros, disk dan bearing.
Komponen mesin yang berukuran besar dan fleksibel dapat
menyerap dan menghilangkan energi ketika mengalami gangguan
dan menghasilkan pola yang unik dari berbagai respon. Ada
berbagai gesekan rotor (rubbing) yang dapat terjadi pada sistem
mesin rotasi dengan lokasi gesekan yang berbeda seperti yaitu
gesekan penuh (full annular), sebagian (partial), pantul (bouncing)
dan lain sebagainya. Gesekan dapat juga terjadi dalam berbagai
bentuk akibat getaran poros yang berlebihan, ketidakseimbangan
massa atau awal misalignment. Hal itu dapat menjaga gesekan
menjadi lebih kuat dan mengarah pada tingkat getaran yang lebih
tinggi. Dengan demikian, gesekan rotor merupakan kontak yang
tidak diinginkan antara bagian mekanik yang berputar dan diam
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui karakteristik getaran yang disebabkan oleh
gesekan rotor melalui spektrum sinyal getaran, mengetahui
perbedaan gesekan rotor tanpa dan dengan gesekan menggunakan
tiga jenis material (alumunium, akrilik dan karet) dengan variasi
kecepatan rotasi (1000 rpm, 2000 rpm dan 3000 rpm), mengamati
efek gesekan rotor pada spektrum sinyal getaran rumah bearing
Metode Penelitian Metode penelitian dirancang untuk bisa memformulasikan diagnosa
pengaruh gesekan rotor (rubbing) dengan sinyal getaran. Untuk
mencapai tujuan ini pendekatan eksperimen di tingkat laboratorium
dilakukan untuk mensimulasikan kondisi di lapangan.
Hasil Penelitian dan Penyebab gesekan rotor meliputi interaksi poros dengan gesekan
Pembahasan mekanik (mechanical rub), perilaku dinamika rotor yang kompleks
menghasilkan bermacam tanda getaran. Gesekan penuh (full
annular rub) disimulasikam dengan tiga jenis material gesek yaitu:
alumunium, akrilik dan karet. Eksperimen dilakukan dengan tiga
variasi kecepatan rotasi 1000 rpm, 2000 rpm dan 3000 rpm.
Kesimpulan Dari Penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1) Komponen harmonik pada spektrum frekuensi terlihat 1x, 2x, 3x,
4x, 5x, 6x rpm dan seterusnya yang menandakan harmonik
kecepatan rotasi, selain itu sub-harmoniknya terlihat 1/2x, 1/3x,
1/4x rpm dibangkitkan tergantung kecepatan poros relatif terhadap
frekuensi alami rotor.
2) Material gesek keras menunjukkan dominasi nilai amplitudo
yang lebih besar dibandingkan getaran untuk material gesek karet
yang menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada getaran
baseline. Hal itu dapat diamati bahwa spektrum getaran untuk
material lunak memiliki karakteristik unik, jadi bahwa tingkat
getaran lebih rendah daripada getaran baseline. Sebab material
lunak berusaha untuk menyerap energi atau adanya redaman
dibandingkan dengan yang menggunakan material gesek keras. 3)
Nilai amplitudo pada rumah bearing meningkat secara signifikan
diikuti dengan kecepatan rotasi yang meningkat.
Judul ANALISIS KEGAGALAN PIPA ELBOW 180° PADA
FURNACE
Jurnal Teknik Mesin Universitas Diponegoro
Volume & Halaman Vol. 4, No. 2
Tahun 2016
Penulis Gregorius Sasongko, Sri Nugroho
Reviewer Wahyu Dina Permana
Tanggal 20 - 06 - 2019

Latar Belakang Pipa adalah istilah untuk benda silinder yang berlubang dan
digunakan untuk memindahkan zat hasil pemrosesan seperti cairan,
gas, uap, zat padat yang dicairkan maupun serbuk halus. Material
yang digunakan sebagai pipa sangat banyak, diantaranya adalah:
beton cor, gelas, timbal, kuningan, tembaga, plastik, aluminium,
besi tuang, baja karbon dan baja paduan
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui penyebab awal dan mekanisme terjadinya
kegagalan dan memberikan solusi agar tidak terjadi lagi kegagalan
komponen pipa elbow. Dapat menganalisis terjadinya kegagalan
pada pipa elbow dengan berdasarkan pengamatan visual,
pengukuran ketebalan dinding, uji kekerasan, uji metalografi, uji
komposisi, dan uji SEM – EDS. Terakhir untuk mengetahui dan
mengidentifikasi adanya korosi pada patahan.
Metode Penelitian a. Diagram alir penelitian
b. Data lapangan
c. Pengujian komposisi kimia
Hasil Penelitian dan a. Pengamatan visual
Pembahasan b. Pengujian makro
c. Pengujian well thickness
d. Pengujian metalografi
e. Pengujian kekerasan
f. Pengujian SEM – EDS
Berdasarkan data dan analisa pengujian pada pipa elbow maka
Kesimpulan dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab kegagalan pipa elbow
dikarenakan fenomena decarburization yang terjadi pada
permukaan material. Dan mekanisme awal terjadinya kegagalan
disebabkan inisiasi retakan yang dipercepat lajunya oleh pengaruh
erosi fluida crude oil hingga menjadi patah. Inisiasi retakan
disebabkan adanya thermal fatigue yang disebabkan beban panas
yang bersifat fluktuatif diterima material menyebabkan terjadi patah
lelah. Terakhir adanya korosi yang terjadi pada permukaan patahan
berupa produk oksida (besi oksida).
Judul BALANCING ROTOR DENGAN ANALISIS SINYAL
GETARAN DALAM KONDISI STEADY STATE
Jurnal Teknik Mesin Universitas Diponegoro
Volume & Halaman Vol. 4, No. 2
Tahun 2016
Penulis Try Hadmoko, Achmad Widodo, Djoeli Satrijo
Reviewer Wahyu Dina Permana
Tanggal 20 - 06 - 2019

Latar Belakang Alat mekanik yang bergerak secara rotasi disebut rotor, misalnya
baling-baling helikopter, roda kendaraan bermotor, propeler turbin
angin, generator, dan pompa. Unbalance adalah kondisi dimana
rotor yang berputar menimbulkan getaran akibat gaya sentrifugal.
Secanggih apapun alat produksi rotor selalu mempunyai
keterbatasan. Tidak ada rotor yang sempurna seimbang dan selalu
ada sisa massa tak seimbang pada sistem rotor. Rotor tak seimbang
akan membangkitkan sinyal getaran sinusoidal dengan frekuensi
satu per putaran. Keadaan unbalance terjadi bila pusat massa sistem
berputar tidak berimpit dengan titik pusat putaran. Hal ini terjadi
karena berbagai sebab, misalnya kelebihan massa pada bagian rotor,
bahan yang tak homogen, kesalahan proses produksi, dan desain
yang tidak simetri.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui respon dari original unbalance dengan adanya
perubahan nilai amplitudo dan sudut fasa. Dalam tahap ini
parameter ukur tadi kami sebut dengan nama “trial unbalance”.
Kemudian dilakukan perhitungan dari data original unbalance dan
trial unbalance untuk mendapatkan massa correction weight dan
lokasinya sebagai penyeimbang original unbalance. [Wowk,
Victor., 1994, Machinery Vibration Balancing, R. R. Donnelley &
Sons Company, USA].
Metode Penelitian a. Diagram alir metode penelitian
b. Prosedur pengujian single plane balancing
Hasil Penelitian dan a. Hasil getaran single plane balancing
Pembahasan b. Hasil getaran two plane blancing
Karakteristik sinyal getaran rotor single plane dan two-plane ketika
Kesimpulan kondisi sebelum balancing yaitu amplitudo relatif tinggi terlihat
pada frekuensi 1x rpm, sedangkan sinyal getaran setelah balancing
mengalami penurunan amplitudo pada frekuensi 1x rpm.
Perbandingan sinyal getaran antara sebelum dengan setelah
balancing yaitu terlihat amplitudo pada frekuensi 1x rpm sebelum
balancing lebih tinggi daripada setelah balancing.

Anda mungkin juga menyukai