NRP. 0814040064
2018
i
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Minyak merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan
bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Minyak di ambil dari dalam perut bumi yang harus melalui
beberapa proses pengolahan sebelum dapat dijadikan bahan bakar. Minyak yang telah di ambil dari
dalam perut bumi pada awalnya harus melalui proses pemisahan terlebih dahulu karena didalam
minyak masih mengandung air dan gas yang kemudian dipisahakan hingga minyak mentah murni
tersebut disimpan di suatu tempat tangki penyimpanan minyak sebelum dilakukan proses
pengolahan pada minyak mentah tersebut hingga dapat menjadi sebuah bahan bakar yang siap
digunakan, sedangkan untuk gas akan dilakukan proses pemurnian dan pembuangan melalui flare
dan untuk airnya ditampung pada suatu tempat penampungan air untuk di injeksikan kembali ke
dalam sumur minyak.
Pada tugas perancangan ini akan dibahas mengenai desain sistem perpipaan di SP (Stasiun
Pengumpul) Jokotole. Pada SP Jokotole terdapat sekitar 3 sumur produksi yang akan diambil minyak
dan gasnya untuk proses pengolahan lebih lanjut.
Untuk menjamin agar keseluruhan desain aman pada tugas rancang kali ini mengacu pada
ASME B31.3, output pada tugas ini adalah untuk menentukan keseluruhan desain sistem perpipaan
pada SP Jokotole hingga diketahui besaran total biaya yang akan dikeluarkan pada proses
pembangunan sistem perpipaan tersebut. Berikut ini adalah blok diagram yang akan dilakukan pada
tugas rancang berikut ini :
1
2
Penjelasan dari blok diagram diatas adalah :
1.1.1 PFD
Proses Flow Diagram adalah diagram yang menunjukkan aliran proses secara umum pada
sistem yang akan digunakan. PFD menampilkan hubungan antara peralatan utama dari fasilitas
produksi dan tidak menunjukkan detail peralatan seperti rincian pipa dan desain perpipaan.
1.1.2 P&ID
Pengertian dari Piping and Instrumentation Diagram (P&ID) adalah sebuah diagram yang
berfungsi untuk menerangkan konsep desain secara detail dari sebuah proses yang akan dibangun
atau bisa di sebut juga sebagai ilustrasi skematik dari hubungan fungsional perpipaan, instrumentasi
dan peralatan sistem komponen pendukung lainnya.
3
1.1.7 Equipment
Pada tahap ini adalah mencari spesifikasi equipment yang akan digunakan sesuai dengan
spesifikasi proses yang telah ditetapkan oleh divisi process engineering. Hal tersebut dapat dicari
dengan menggunakan katalog dari equipment yang dipilih.
1.1.11 RAB
Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah rencana anggaran keseluruhan biaya yang akan
dikeluarkan dalam proses pembangunan SP Jokotole mulai dari harga dari tiap manpower hingga
harga setiap equipment yang akan digunakan sehingga keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan
akan dijelaskan secara detail untuk dapat memperkirakan berapa total biaya dalam pemebangunan
SP Jokotole.
1.1.12 Kesimpulan
Kesimpulan adalah hasil keseluruhan pada proses pembangunan fasilitas produksi pada SP
Jokotole mulai dari tahp awal hingga tahap akhir.
4
BAB 2
PFD (Process Flow Diagram)
5
4. Tekanan dan temperatur operasi
5. Instumentasi utama
1. Kondisi yang digunakan pada tiap masing – masing variasi design equipment (fraksi kolom,
pompa dll)
2. Kondisi desain dan operasi pada setiap equipment yang akan dioperasikan.
Instrumen dicantumkan dalam penggambaran PFD. Hal ini bertujuan agar mempermudah
pembacaan aliran yang terjadi pada diagram tersebut. Pada gambar tersebut di atas terdapat valve,
dimana valve ini digunakan juga pada plan. Penamaan instrumen tidak sedetail equipmen utama.
Namun keberadaan simbol dari instrumen sangat membantu dalam pembacaan diagram.
Anak panah (arrow) digunakan untuk menunjukkan bahwa terdapat pipa yang mengalirkan
fluida menuju akhir anak panah. Pada gambar terdapat anak panah yang menunjukkan keberadaan
pipa dari kiri dengan akhir panah di kanan, menunjukkan bahwa terdapat aliran dari bagian kiri
dengan tujuan bagian kanan. Keberadaan anak panah ini memperjelas aliran yang terjadi pada plan.
Simbol yang dimunculkan pada gambar PFD merupakan main equipment, main instrument,
dan beberapa sensor instrument yang terdapat pada proses tersebut.
6
Gambar 2.2 Simbol instrumen pada PFD
7
2.2 Uraian PFD
Flow diagram digunakan untuk mengembangkan equipment layout hingga plot plant. Pada
saat melakukan pengaturan tata letak equipment, flow diagram digunakan sebagai acuan sehingga
equipment dapat diletakkan sebagaimana urutan dari aliran proses. Adapun isi dari PFD dapat
berupa equipment utama (major equipment), Pipa utama (main piping), Temperatur dan Tekanan
Operasi, Peralatan Instrumen utama (major instrument). Berikut ini pada gambar 2.5 merupakan
contoh gambar PFD.
Nama equipmen digunakan sebagai penjelas dari equpmen yang digunakan. Pada gambar
terdapat nama T-003. Dimana T-003 adalah tangki penyimpanan minyak nomor 003. Penomoran
equipment digunakan untuk memudahkan dalam membedakan antar tanki. Pada setiap penamaan
equipmen disertai keterangan yang menjelaskan temperatur operasi, tekanan operasi, spesififikasi
dari equipmen, dan keterangan lain yang dapat menunjang dalam pembacaan setiap equipmen.
Cakupan pekerjaan diilustrasikan di Gambar 1.1. Produksi di SP Jokotole berasal dari (tiga)
sumur produksi yaitu BDA-02, BDA-03 dab BDA-04 yang dialirkan menuju header manifold yang
terletak di SP Jokotole melalui flowline. Fluida multifasa dari header manifold dialirkan ke HP
Production Separator untuk proses pemisahan awal antara gas dan cairan-nya. Gas yang dihasilkan
akan dialirkan menuju Unit Dehydrator (TEG based) untuk kemudian dikirim ke konsumen melalui
trunkline eksisting berukuran 6” dengan laju produksi gas sebesar 10 MMSCFD (32%mol CO2).
Sedangkan cairan yang dihasilkan di HP Production Separator akan dialirkan ke LP
Production Separator melalui Katup Kontrol Level, dimana terjadi penurunan tekanan. Gas yang
8
terbentuk karena penurunan tekanan akan dipisahkan dari cairannya, sehingga meminimalisasi
jumlah gas yang masuk ke tangki penampung.
Laju alir cairan total di lapangan Bangadua adalah 3000 BFPD dengan water cut sebesar
83.3 %. Liquid yang telah ditampung di Oil Storage Tank dipompakan menuju Stasiun Pengumpul
Utama (SPU)-B Field Jokotingkir melalui trunkline baru berukuran 6”.
9
BAB 3
P&ID ( Piping & Instrumentation Diagram)
P&ID dijadikan referensi piping designer untuk melakukan routing pipa dengan kaidah
desain praktis. P&ID menjelaskan secara detail mengenai proses flow diagram beserta tata letak
instrument yang digunakan dalam satu plant tersebut (Parisher Roy A, Rea Robert A, 2002). Di
dalamnya termasuk indikasi:
Semua equipment
Pendefinisian di P&ID ini harus berurutan secara tepat dan detail, dimana seluruh peralatan
pabrik (equipment), valves, piping special items, peralatan instrumentasi, seluruh koneksi antar
peralatan sehingga piping line secara mudah untuk dibaca dan dilakukan routingnya.
P&ID adalah proses pendetailan lebih lanjut dari PFD dimana dijelaskan seluruh peralatan
pabrik (equipment/turbine, pompa, kompresor, heat exchanger dll), valve, piping special item,
peralatan instrumentasi, seluruh koneksi antar peralatan hingga pipeline sehingga mudah untuk
dibaca dan dilakukan routing. Seperti contoh pada piping sendiri didetailkan line number, arah flow,
tekanan kerja, persyaratan slope,dll. (Sumber: Pipe Drafting And Design, Second Edition, Chapter 7).
Di dalam suatu industri, instrumentasi merupakan suatu hal yang penting. Instrumentasi
adalah peralatan yang digunakan dalam pengukuran dan pengendalian suatu proses agar nilai
suatu variabel sesuai dengan yang diharapkan. Secara umum instrumentasi memiliki 2 fungsi utama,
yaitu sebagai alat pengukuran dan alat kontrol atau kendali.
Pengukuran adalah proses pengumpulan informasi dari besaran fisis. Pengumpulan informasi
ini berupa tindakan membandingkan harga variabel yang diukur dengan variabel lain yang harganya
sudah diketahui. Besaran fisis yang dimaksud adalah besaran panjang, waktu, temperatur, tekanan,
kecepatan dan sebagainya. Pengukuran diperlukan untuk mengindikasi dan monitoring suatu proses,
kontrol dan otomatis serta untuk billing dan custody transfer. Di industri, sistem kontrol sangat
diperlukan untuk memasktikan semua proses berjalan dengan baik. Pengontrolan pada umumnya
meliputi pengontrolan level, pressure, temperatur dan flow aliran.
Fungsi dari P&ID sendiri selain yang dijelaskan diatas adalah untuk mengetahui dan
memahami keterpasangan keseluruhan peralatan perpipaan serta instrumen setiap satuan
10
pengolahan/proses di pabrik, mengetahui dan memahami keberlangsungan jalannya pengolahan
/proses pada setiap satuan yang terdapat di pabrik, membantu petugas pengoperasian dan
pemeliharaan dalam memahami pelaksanaan penganalisaan operasi suatu peralatan. Penulisan dan
penggunaan simbol – simbol pada P&ID tidak sembarangan, terdapat standar yang telah digunakan
di seluruh industri di dunia. Standar ini adalah dari Instrument Society of America (ISA), yaitu ISA -
S5.1 untuk identifikasi dan simbol instrumen.
Berikut ini adalah simbol-simbol yang digunakan pada pipe and instrument dagram (P&ID) :
1. Instrument Symbol
2. Line Symbol
11
Gambar 3.2 Line Symbol
3. Line Number
4. Valves Symbol
12
Gambar 3.4 Valves Symbol
7. Equipment Symbol
13
Gambar 3.7 Equipment Symbol
Umumnya suatu kawasan industri atau proses produksi mempunyai unit-unit proses kecil
yang satu dengan lainnya saling berkaitan. Untuk memudahkan mengenal instrumen yang dipasang
pada suatu plan maka setiap instrument perlu diberi tanda pengenal (instrument identification). Dari
tanda pengenal berupa “tag number” dapat diketahui parameter yang diukur, fungsi instrumen,
lokasi dipasang, dan nomor urut dari instrumen tersebut. Cara identifikasi instrumen adalah dengan
huruf dan angka. Dengan adanya tag number dari maring-masing instrumen yang terpasang dan
dibantu dengan gambar-gambar instrumen (piping and instrumen diagram, loop drawing, hookup
drawing) seorang dapat dengan mudah mencari instrumen-instrumen yang telah terpasang.
14
Gambar diagram tersebut di atas adalah P&ID SP Jokotole Pada P&ID tersebut dijelaskan
secara rinci terdapat nama-nama equipmen yang digunakan beserta spesifikasi dari equipmen
tersebut. Penamaan line yang digunakan juga tersedia. Pada gambar line 6”-PL-001-A01B dengan
keterangan sebagai berikut:
Diameter pipa : 6”
Nomor line : 1
Pada P&ID tersebut diatas terdapat beberapa nama line yang berbeda. Hal ini untuk
membedakan masing-masing jalur pipa yang digunakan. Terdapat puluhan nama line pada P&ID SP
Jokotole. Hal ini dengan adanaya nama line yang rinci semakin memudahkan dalam pembacaan
bagannya. Pada nama line terdapat keterangan kondisi fase fluida yang terjadi, penomoran line
yang rinci, material pipa yang digunakan, dan diamater pipa yang digunakan.
Terdapat beberapa jenis nama line yang berbeda di P&ID ini, hal utama yang berpengaruh
adalah kondisi fluida yang dialirkan dalam pipa. Terpadat tiga jenis fase fluida yang dimuat pada
pipa di SP Jokotole. Fase yang terjadi adalah liquid dan gas. Pada fase liquid terkandung air dan
minyak mentah beserta wax pada minyak ini. Wax dipastikan keluar dari dalam sumur. Hal ini perlu
penanganan khusus pada
fluida minyak mentah ini. Pada fase liquid dalam P&ID disimbolkan PL, sedangkan pada fase gas
disimbolkan PG. Pemberian simbol nama digunakan agar memudahkan dalam penerjemahan fluida
yang ada di dalam pipa.
Line number pada P&ID terhitung sampai puluhan. Maka dari itu pemberian nomor line
sangat membantu dalam pembacaan line yang ada pada P&ID SP Jokotole. Penomoran line dimulai
dari
nomor pertama yaitu satu (1). Pada penulisan nomor line diawali bilangan nol (0). Dimana jumlah
bilangan nol yang diimbuhkan menyesuaikan nomor line yang digunakan. Pemberian bilangan nol
bertujuan untuk
menambah nilai estetika dalam pemberian line number.
Hal penting lain yang ditulisakan dalam line number pada P&ID adalah material yang
digunakan. Tidak semua pipa pada suatu plant memiliki material yang sama. Hal ini terjadi
dikarenakan muatan yang
dikandung pada masing-masing pipa yang digunakan berbeda. Material yang digunakan adalah
ASTM A106 Gr. B. Sehingga pada line number diberikan simbol A. Permberian simbol ini untuk
memudahkan pembacaan line numbernya. Pada Plant Surface Facilities SP Jokotole hanya
menggunakan satu jenis material pipa yaitu ASTM A106 Gr. B.
15
Adapun hal penting lain dalam penulisan line number adalah diameter pipa yang digunakan.
Terdapat beberapa jenis diameter pipa yang digunakan mulai dari pipa dengan NPS 2” sampai 10”.
Mengenai kebutuhan diamter pipa menyesuaikan fluida yang terkandung. Mulai dari jenis fluidanya
sampai debit yang dimuat pada pipa tersebut.
Setiap penulisan line number diharapkan ditampilkan dengan jelas. Hal ini berpengaruh
pada pembacaan P&ID. Semakin mudah pembacaan suatu P&ID maka diharapkan semakin mudah
pula pekerjaan proyek pada plant tersebut. Namun kebutuhan akan P&ID tidak hanya pada awal
proyek pembuatan plan. Kebutuhan P&ID juga pada saat proses maintenane, sehingga
mempermudah dalam perbaikan. Keberadaan arsip juga diperlukan dalam suatu perusahaan, P&ID
merupakan salah satu dokumen penting yang diarsipkan oleh perusahaan.
16
BAB 4
PLOT PLAN
4.1 PLOT PLAN
Plot plan, gambar lokasi pondasi, dan lokasi equipment dilakukan dengan mengggunakan
sistem koordinat. Penggunaan plot plan sebagai gambaran lokasi suatu equipment atau bangunan
telah diakui oleh seluruh piping industry. Sistem koordinat menggunakan garis grid berpotong sama
seperti sistem koordinat Cartesian untuk menemukan struktur bangunan, struktur pondasi, peralatan
dan piping system. Garis grid berpotong ini yang berasal dari titik control yang ditunjuk, ditarik
sejajar dengan sumbu utara / selatan dan timur / barat.
Titik control digunakan sebagai titik asal garis berpotongan antara utara / selatan dan timur
/ barat diberi label sebagai koordinat dengan menggunakan nilai numerik. Oleh karena itu titi control
menjadi titik acuan utama untuk keseuruhan fasilitas. Dengan mendefinisikan titik control sebagai
0’-0”, 0’-0” dan menggunakan panah utara untuk menetapkan orientasi. Nilai numerik yang
diberikan pada koordinat memungkinkanpenentuan posisi semua komponen secara tepat. Koordinat
menunjukkan pengukuran dari titik control le struktur, pondasi atau peralatan tertentu yang
ditempatkan secara koordinat. Format yang digunakan untuk mengidentifikasi plot plan yaitu
dengan menggunakan foot dan inch sebagai ukuran suatu koordinat ataupun jarak suatu sistem.
Titik control juga digunakan untuk menetapkan elevasi piping facility. Elevasi adalah jarak
vertical suatu equipment yang berada diatas permukaan laut, seperti tinggi gunung. Piping facility
menggunakan elevasi untuk menunjukkan tinggi suatu benda. Seperti pada gambar 4.1 (A) dan 4.1
(B) merupakan contoh dari elevasi suatu plant.
17
Gambar 4.1 (B) Contoh Elevasi Suatu Plant
18
4. Tentukan lokasi pondasi untuk bangunan, lokasi pipe rack, dan mechanical equipment.
Berdasarkan koordinat tersebut, rencana plot plan dapat dikembangkan sesuai dengan area yang
tersedia.
5. Penggambaran pondasi equipment
6. Peletakan equipment
7. Persiapkan masing-masing gambar untuk konfigurasi sistem perpipaan. Pada prosedur ini
designer diijinkan untuk mengembangkan semua kebutuhan yang dibutuhkan untuk
pendesainan, operasi, dan maintenance.
8. Peletakan sistem perpipaan sesuai konfigurasi yang telah dilakukan. Termasuk berbagai
instrumentasi terkait koneksi pipa. Perhatikan bahwa setiap sistem perpipaan memiliki keadaan
proses yang berbeda, mechanical, dan kebutuhan instrumennya.
9. Tambahkan platform, tangga, keranda, guide support, anchor, dan hanger jika dibutuhkan.
10. Pastikan komponen sesuai dengan nomor line, kode, spesifikasi.
11. Penentuan dimensi untuk pipa.
12. Pemberian label atau nama pada equipment, support, untuk kebutuhan pekerjaan.
13. Cocokan dan review plot plan dengan client.
Plot plant memiliki standard yang digunakan sebagai batasan keamanan dalam suatu piping
system. Standard yang digunakan yaitu mengacu kepada GAPS Guideline, dimana dalam GAPS
Guidelines dijelaskan jarak ataupun letak antar equipment sebagai syarat suatu keamanan agar
tidak terjadi suatu masalah. Pada gambar 4.2 merupakan table penggunaan jarak suatu equipment
ke equipment lain
19
.Gambar 4.2 Spacing Recommendation For Oil and Chemical Plant
20
3. Electrical Engineer
Plot plan digunakan untuk penentuan klasifikasi area, menentuka lokasi sumber listrik terkait
kegiatan proses, pusat kontrol motr, untuk routing kabel, menghasilkan estimasi biaya
kebutuhan listrik.
4. Instrument Engineer
Plot plan digunakan untuk penentuan peletakan kabel dan penyangga kabel, lokasi kotak
kontrol antar equipment.
5. Proses Engineer
Seorang proses engineer bertanggung jawab mengembangkan proses industri yang
ekonomis, meliputi merancang peralatan memahami reaksi yang terjadi, memasang sistem
control dan memulai, menjalankan serta perlindungan lingungan dan kesehatan serta aspek
keselamatan juga termasuk dalam tanggung jawab proses engineer.
21
BAB 5
GAMBAR 3D
5.1 Definisi
Gambar 3D adalah lanjutan dari sebuah gambar isometri. Gambar 3D mempunyai 3 ukuran
yaitu panjang, lebar dan tinggi. Gambar ini dibuat menyerupai bentuk asli dari kondisi lapangan.
Dalam proses perencanaan gambar 3D sangat dibutuhkan karena untuk memudahkan dalam proses
konstruksi di lapangan. Dengan gambar 3D, engineer dapat mengetahui secara langsung bagaimana
peletakan equipment dan jalur pipa beserta equipment sesuai dengan ukuran sebenarnya.
Konsep animasi 3D sendiri adalah sebuah model yang memiliki bentuk, volume, dan ruang.
Animasi 3D merupakan jantung dari game dan virtual reality, tetapi biasanya animasi 3D juga
digunakan dalam presentasi grafis untuk menambahkan efek visual ataupun film.
Konsep objek dari 3D adalah pada umumnya objek 3D memiliki sub objek berupa elemen-
elemen pembentuk objek tersebut, yang berupa Vertex, Edge, dan Face. Vertex merupakan titik yang
terletak pada koordinat X, Y, Z. Penggabungan dua Vertex akan menjadi Edge. Tiga Vertex dan Edge
yang terbentuk dalam bidang permukaan berupa kurva tutup akan menghasilkan Face. Kumpulan dari
Vertex, Edge, dan Face akan menjadi sebuah objek utuh yang disebut dengan Mesh.
Kemudian untuk jenis permodelan 3D adalah dibedakan menjadi dua, yaitu Hardsurface dan
Organic. Model hardsurface adalah segala bentuk objek yang diciptakan atau dikonstruksi oleh
manusia, seperti arsitektur, kendaraan, robot, dan mesin-mesin lainnya. Sedangkan model organic
adalah subjek yang sudah secara alami ada di alam, seperti hewan, tumbuhan, batu, awan, petir, dan
lain-lain.
Gambar ini dapat dibuat melalui berbagai macam software pada komputer. Dengan adanya
kemajuan sistem komputerisasi maka semkain tercapainya hasil yang mendekati sempurna seperti
pada aslinya pada kenyataan. Dalam penelitian ini pembuatan gambar 3D menggunakan software
AutoCAD Plant 3D 2016. Gambar 3D merupakan gambar hampir terlihat seperti aslinya. Hal ini
memudahkan dalam pembacaan suatu gambar. Salah satu manfaat dengan adanya gambar 3D
adalah kemampuan improfisasi secara jelas dari benda yang didesain yag ditampilkan dalam bentuk
gambar. Beberapa sistem perusahaan yang kompleks adalah chemical plant, refinery, dan berbagai
perusahaan yang menggunakan sistem perpipaan yang rumit. Frekuensi vast number, size and types
of pipe, equipment dan komponen lain harus terinput secara mendetail.
Meskipun terkadang piping designer merada kesulitan dalam memahami cakupan dari projek yang
tertampil dalam satu pandangan gambar. Namun sejak adanya gambar 3D, designer dapat dengan
mudah melihat dan memahami samapi detail fasilitas dari setiap plant yang dikerjakan.
Gambar 3d dapat dilihat dan dipahami dari pemula yang ingin membaca gambar tehnik.
22
Gambar 3D ini sangat membantu pemahaman 3 dimensi, terutama bagi orang awam yang tak
terbiasa dengan gambar teknik yang lain seperti gambar perspektif.
Sangat bermanfaat dalam menyampaikan detail gambar equipment.
Mengilustrasikan pemasangan equipmen yang akan dibuat dalam perencanaan
Gambar 3D juga digunakan untuk melihat jalur pipa yang akan dipasang. Hal ini untuk
memastikan posisi jalur perpipaan. Dimana desain jalur perpipaan yang tidak dapat dipastikan
posisinya akan sangat berpeluang untuk menabrak ataupun menghimpit jalur pipa yang lainnya.
Nantinya akan mengganggu proses pengerjaan atau konstruksi di lapangan. Tidak menutup
kemungkinan untuk menghambat pengerjaan yang lainnya. Dengan gambar 3D nantinya dapat
membantu untuk :
1. Mengetahui jumlah pasti equipment, fitting, dan perlengkapan sanitasi lainnya secara detail.
Sehingga dapat mengetahui jumlah biaya material yang akan dikeluarkan atau perlukan selama
proses pengerjaan.
2. Mengetahui gambaran secara pasti bagaimana hasil jadi dari mulai proses design hingga
erection.
3. Menghindari pemborosan biaya material karena berubahnya rancangan atau design sistem
perpipaan.
4. Memudahkan dalam melakukan pengecekan untuk kepentingan inspeksi atau maintenance.
Gambar dan dokumen referensi yang dibutukan dalam menggambar Piping Arrangement
drawing antara lain :
1. Flow diagram
2. Plot Plant
23
3. Rencana lokasi fondasi dan equipment
4. Gambar indeks perpipaan
5. Gambar equipment (vendor) dan gambar fondasi
6. Spesifikasi perpipaan
7. Pipe line list
8. Daftar peralatan khusus (jika ada, untuk proyek)
Standar pemberian ukuran didapatkan dari Pipe Drafting Mechanical Engineering dengan
memperlihatkan batas minimal yang diijinkan dalam pembuatan 3D misalnya tinggi platform
minimal, jarak pipa dari atas tanah yang diijinkan, jarak antara rack dan equipment. Berikut ini
contoh dimensi minimal pada gambar.
24
Pertama adalah pemodelan equipment menggunakan Plan 3D Equipment, setelah itu routing pipa
menggunakan Plan 3D. Format file yang tersimpan dalam Plan 3D merupakan format file dwg.
25
BAB 6
ISOMETRI
6.1 Isometri
Piping isometric drawing adalah sebuah gambar representasi dari rooting pipa yang
ditunjukkan secara 3 dimensi dalam selembar kertas. Karena sebagai sebuah gambar representasi,
ia hanya menunjukkan posisi atau arah dari pipa dalam posisi sebenarnya, isometric drawing
tersebut akan digunakan baik oleh orang mechanical, civil, stress analysis dan bahkan untuk vendor
akan sangat membantu. Isometric drawing tidak menunjukkan skala sebenarnya, karena point
pentingnya adalah arah dan peletakannya, tapi isometric drawing dibuat tetap proporsional. Tujuan
piping drawing baik itu isometric drawing atau yang lainya, adalah untuk memberikan informasi
yang detail agar plant benar benar dapat di konstruksi (Roy A parisher, 2000).
26
Gambar 6.2 Pandangan isometri
Sumber : (Roy A parisher, 2000)
Terdapat 3 dimensi objek dalam suatu isometri, yaitu panjang, lebar dan tinggi. Dalam
aturan gambar isometri terdapat 3 jenis pandangan, yaitu pandangan atas, samping, dan depan.
Pandangan yang digunakann dalam menggambarkan isometri pipa adalah pandangan 3D yang
dimiringkan 30˚ dari sumbu axisnya sehingga arah mata angin sangat penting untuk pembacaan
rooting pipa. Ukuran pada isometri pipa bisa berupa skala maupun ukuran aktual. Pada isometri pipa,
terdapat simbol-simbol atau gambar untuk mempresentasikan fitting-fitting dan valve yang digunakan.
Ketentuan simbol pada isometri pipa sesuai dengan P&ID yang digunakan. Setiap perusahaan memiliki
kriteria tersendiri dalam menggambarkan isometri pipa. Isometri pipa dibuat dengan sederhana, jelas,
rapi dan mudah dibawa oleh para pekerja lapangan.
Selain itu dalam isometri ditampilkan pula matrial take off untuk menentukan kebutuhan
material dalam proses fabrikasi ataupun konstruksi. Material take off atau lebih sering disebut MTO
digunakan untuk pembelian. Hal ini meliputi seluruh komponen perpipaan seperti elbow, tee, reducer,
bolt and nuts, dan lainnya. Biasanya, isometri digambarkan sebagai suatu single line, berapapun
ukuran pipanya. Gambar isometri harus dibuat seproporsional mungkin sehingga memudahkan
pembacanya. Dalam menggambar isometri, tidak hanya skill menggambar dalam software saja,
seperti pada autocad, tetapi juga skill sket tangan sangat penting terutama pada pekerjaan lapangan
apabila terdapat rerooting pipa. Berikut beberapa simbol isometri pipa.
27
Piping Isometric Drawing adalah sebuah gambar representasi dari routing pipa yang
ditunjukkan secara 3 dimensi. Karena sebagai sebuah gambar representasi, gambar ini hanya
menujukkan posisi atau arah dari pipa dalam posisi sebenarnya. Piping isometric drawing digunakan
untuk orang mechanical, piping, civil, stress analysis, dan bahkan untuk vendor akan sangat
membantu. Dalam piping isometri drawing hanya menampilakan garis dan beberapa simbol dari
fitting-fitting dan equipment yang digunakan Seperti pada gambar 6.4 merupakan contoh gambar
piping isometric.
28
7. Field weld – jenis sambungan apa yang akan di pakai saat dilapangan, perlu di sertakan
tandanya. Bisa pula dengan mengunakan note. Mengetahui jenis sambungan ini digunakan
dalam perhitungan ongkos konstruksi nantinya.
8. Bill of material –untuk mengetahui material apa saja yang ada di dalam isometric drawing.
Tujuannya nantinya untuk perhitungan dan pemesanan material oleh purchashing department.
29
BAB 7
PEMILIHAN MATERIAL
1. Ketersediaan material pada pasaran, dokumen fabrikasi berupa mill certificate dan service
performance.
2. Jumlah tipe material yang memungkinkan untuk meminimalisir biaya, disaat dibutuhkan
pergantian dan ketersediaan spare parts waktu kondisi maintenance and repair.
3. Umur desain serta kondisi operasional
4. Inspeksi dan monitoring kemungkinan korosi
5. Pengurangan berat
Hal lain yang perlu diperhatikan ketika melakukan pemilihan material yang sesuai dengan
konstruksi yang dirancang diantaranya:
1. Corrosion properties
Korosi melibatkan deteriorasi material karena bereaksi dengan lingkungannya. Korosi adalah
keadaan dimana logam memburuk dalam fisik maupun komposisi materialnya. Korosi secara
30
harfiah mengurangi material yang dapat menyebabkan kemampuan menahan beban dan
konsentrasi tegangan meningkat. Korosi sering menjadi fokus utama dari biaya pemeliharaan dan
pengurangan pengaruh korosi sangat penting dalam banyak desain. Dan setiap material memiliki
ketangguhan atau kekuatan masing-masing dalam menghadapi korosi.
2. Pressure and temperature
Untuk setiap material konstruksi, tentu memiliki kekuatan batas terhadap tekanan dan
temperatur pengoperasian. Kekuatan tersebut tergantung dari material pembentuknya juga
dimensional yang dimiliki material tersebut dalam sebuah konstruksi. Untuk mengetahui kekuatan
terhadap tekanan dan temperatur suatu material dapat diketahui dari beberapa standar yang ada,
dan umumnya tidak berjarak terlampau jauh nilainya pada setiap standar. Nilai tersebut
didapatkan dari beberapa pengujian material seperti, Tensile Test, Impact Test, Bending Test, dan
banyak lagi.
3. Mechanical properties
Sifat mekanis suatu material adalah sifat-sifat yang melibatkan reaksi terhadap beban yang
diterapkan pada material tersebut. Sifat mekanik dari logam menentukan berbagai kegunaan
material dan menetapkan umur layanan yang dapat diharapkan. Sifat mekanis juga digunakan
untuk membantu mengklasifikasikan dan mengidentifikasi material. Sifat yang paling umum
dipertimbangkan adalah kekuatan, keuletan, kekerasan, ketahanan benturan, dan ketangguhan
retak.
Sifat mekanis suatu material tidak konstan dan sering berubah sebagai fungsi temperatur,
laju pembebanan, dan kondisi lainnya. Misalnya, suhu di bawah suhu kamar umumnya
menyebabkan peningkatan sifat kekuatan paduan metalik, sementara keuletan, ketangguhan
retak, dan elongasi biasanya menurun. Suhu di atas suhu kamar biasanya menyebabkan
penurunan sifat kekuatan paduan metalik. Ductilitas dapat meningkat atau menurun dengan
meningkatnya suhu tergantung pada variabel yang sama. Dan nilai yang didapatkan dalam
mengetahui sifat mekanis suatu material dapat dilakukan dengan pengujian terhadap material
yang ingin diketui sifat mekanisnya.
4. Fluida
Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara
continue atau terus-menerus bila terkena tekanan atau gaya geser walaupun relatif kecil atatu bisa
juga dikatakan suatu zat yang mengalir, kata fluida mencakup zat cair, gas, air, dan udara karena
zat-zat ini dapat mengalir. Sebaliknya batu dan benda-benda keras atau seluruh zat-zat padat tidak
dapat dikategorikan sebagai fluida karena zat-zat tersebut tidak bisa mengalir secara continue.
Fluida sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu fluida statis dan fluida dinamis. Fluida yang mengaliri
pipa sendiri juga memiliki sifat tersendiri, dimana sifat tersebut juga dapat mempengaruhi kinerja
dari sistem perpipaannya sendiri. Maka dari itu, sekali lagi pemilihan pipa yang tepat kemungkinan
dapat memperpanjang usia pengoperasionalan pipa itu sendiri dalam suatu proses. Untuk
31
mengetahui sifat dan komponen penyusun beberapa macam fluida, dapat dilihat pada Material
Safety Data Sheet (MSDS).
5. Ukuran
Secara umum material yang banyak digunakan untuk pipa dan komponennya terbagi atas
dua katagori utama yaitu :
• Metallic (Logam)
• Non metallic (Non logam)
Ada dua jenis metode pula yang digunakan untuk menamai ukuran pipa:
• NPS (Nominal Pipe Size) adalah ukuran standard Amerika Utara, dengan ukurannya
berdasarkan “inch”.
• DN (Diameter Nominal) adalah penunjukkan ukuran Eropa dengan ukurannya berdasarkan
“milimeter”.
Selain penamaannya dengan NPS atau DN, maka ada pasangan yang selalu tidak
ketinggalan ketika disebutkan ukuran pipa yaitu schedule (sch). Schedule adalah suatu
penunjukkan ukuran ketebalan dinding pipa atau dengan kata lain Thickness.
6. Persetujuan
Dalam menentukan material-material yang akan digunakan dalam merancang sebuah
konstruksi diperlukan persetujuan atau legalitas sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi.
Dengan adanya persetujuan tersebut, dapat menjamin kualitas material yang digunakan. Namun
pihak yang mengeluarkan persetujuan atau legalitas itu sendiripun harus menurut dengan salah
satu standar yang ada, jadi tidak dapat sembarangan mengeluarkan persetujuan pada sebuah
material konstruksi.
Gambar 7.2 Tabel A-1 Allowable Stress for Metal, ASME B31.3
33
Kelebihan dari pipa ASTM A106 Gr. B adalah mampu bekerja pada tekanan tinggi pada
atmosphere dan juga dapat bekerja pada suhu yang rendah. Namun kekurangan yang dimiliki pipa
jenis ini adalah harganya yang mahal.
Berikut tatanama yang digunakan dalam rumus untuk menentukan tebal minimum pipa pada
pipa lurus:
c = penjumlahan dari mechanical allowances (thread or groove depth) ditambah corrosion
dan erosion allowance
D = diameter luar dari pipa yang di list di tabel dari standar atau spesifikasi atau seperti
yang diukur
d = diameter dalam dari pipa
E = quality factor dari tabel ASME B31.1 2010 A-1A or A-1B
P = tekanan pada pipa bagian dalam yang terukur pada pressure gage
S = nilai stress material pada tabel ASME B31.3 2010 Tabel A-1
t = minimal ketebalan yang dibutuhkan
tm = minimal ketebalan yang dibutuhkan termasuk mechanical corrosion, dan erosion.
Y = koefisien dari tabel ASME B31.3 2010
Contoh kalkulasi perhitungan ketebalan minimum untuk line pipa SA 106 GRADE B 4"-GCG-10301-
D1-H1 ditentukan berdasarkan dengan persamaan diatas yaitu sebagai berikut :
P = 435.66 psi
OD = 8 inch
S = 20000 psi
E = 0.92
Y = 0.4
C = 0.06 inch
MT = 12.5 %
tm =
tm =
tm = 0.121965 inch
tm = t + MT
34
7.4 MSDS Crude Oil
Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah dokumen yang berisi informasi tentang potensi
bahaya (kesehatan, kebakaran, reaktivitas dan lingkungan) dan bagaimana bekerja dengan aman
dengan produk kimia. Ini adalah titik awal yang penting untuk pengembangan program kesehatan
dan keselamatan yang lengkap. Hal ini juga berisi informasi tentang penggunaan, penyimpanan,
penanganan dan prosedur darurat semua yang berkaitan dengan bahaya material. MSDS berisi
informasi lebih banyak tentang materi dari label. MSDS disusun oleh pemasok atau produsen
material. Hal ini dimaksudkan untuk mengatakan apa bahaya dari produk, bagaimana untuk
menggunakan produk dengan aman, apa yang diharapkan jika rekomendasi tidak diikuti, apa yang
harus dilakukan jika terjadi kecelakaan, bagaimana mengenali gejala over exposure, dan apa yang
harus dilakukan jika seperti insiden terjadi.
35
Tabel 7.6 Physical and Chemical Properties Sulphuric Acid.
Sumber : (Chemical Initiatives)
36
BAB 8
EQUIPMENT
8.1 Equipment
Equipment merupakan perlatan utama yang digunakan untuk operasional produksi suatu
perusahaan. Seperti halnya pipa, flange, valve dan fitting lainnya, equipment mempunyai peranan
dalam proses produksi. Peralatan lain yang digunakan dalam proses produksi biasa disebut
mechanical equipment. Mechanical equipment digunakan untuk start, stop, pemanas, pendingin,
pencair, penguap, transfer, penyimpan, pencampur, atau pemisah komoditas aliran yang melalui
sistem perpipaan. Ada bermacam mechanical equipmen dalam industri yang meliputi vessel, pompa,
kompressor, exchanger, boiler, air fan, storage tank dan lain sebagainya. (Parisher, 2002)
Secara umum setiap equipment mempunyai ciri-ciri yang dapat menunjukkan bahwa
equipment mempunyai persyaratan identitas. Adapun daftar identitasnya (Parisher, 2002) adalah
sebagai berikut:
a. Base Plate : Berbentuk datar, logam melingkar dengan pengelasan yang rapi yang berada di
bawah vesel sebagai penyangga skirt yang berada di atas pondasi beton.
b. Skirt :Berbentuk silinder yang menyangga vertikal vessel. Mempunyai one end yang disambung
dengan las dengan base plate.
c. Head : Penutup dari vessel. Dapat pula berbentuk semi-elliptical, spherical, atau dished.
d. Shell : Dinding cilinder dari vessel
e. Skirt access opening : Sebuah lubang yang digunakan untuk keluar masuk manusia, yang
digunakan sebagai pintu dalam proses perbaikan.
f. Skirt vent : Lubang yang digunakan sebagai ventilasi.
8.2.1 Manifold
Manifold adalah kelompok atau sekumpulan katup/valve yang dideretkan untuk mengatur
aliran masuk ke header dan separator yang diinginkan. Header : Tempat bermuaranya aliran fluida
dari flowline yang terletak diatas manifold dan mempunyai diameter yang lebih besar dari flowline.
37
Gambar 8.1 Header Manifold
38
Gambar 6.2 Separator
Feed gas masuk ke inlet separator yang menjadi satu dengan glycol contactor pada bagian
bawahnya. Gas umpan atau feed gas dialirkan ke dalam contactor untuk agar terjadi kontak antara
gas dengan glikol. Maka glikol akan menyerap kandungan air yang terdapat dalam feed gas. Feed
gas dialirkan melalui bagian bawah kolom sedangkan glikol dialirkan melalui bagian atas sehingga
gas akan mengalir ke bagian atas kolom dan sebaliknya glikol akan mengalir ke bagian bawah
kolom. Glycol Contactor atau adsorber dapat berisi tray, random packing, ataupun structured
packing.
39
Jika kolom tersebut menggunakan tray, maka kolom akan terdiri dari bubble cap tray. Lean
glikol dipompa ke bagian atas kolom, yaitu di atas tray yang paling atas dan di bawah mist
eliminator. Tray-tray tersebut akan tergenangi oleh glikol yang dialirkan dari atas dan glikol akan
terus turun ke tray di bawahnya. Feed gas yang dialirkan dari bawah akan naik ke atas melalui
bubble cap pada tray dan pada saat itulah terjadi kontak antara gas dengan glikol yang tergenang
pada permukaan tray. Glikol bersifat sangat higroskopis sehingga kebanyakan kandungan air yang
terdapat di dalam gas akan diserap oleh glikol. Selanjutnya glikol yang telah menyerap kandungan
air tersebut atau disebut rich glycol mengalir dari contactor melalui liquid level control valve dan
menuju ke kolom regenerasi atau regenerator. Sedangkan gas yang telah diserap kandungan
airnya akan keluar di bagian atas contactor dengan melalui mist eliminator dan biasanya sudah
memenuhi spesifikasi dari kandungan air yang ditentukan.
Rich glycol dialirkan menuju heat exchange coil di bagian atas reboiler yang disebut Still.
Pertukaran panas menghasilkan reflux untuk pemisahan air dari glikol di bagian atas still dan juga
memanaskan rich glycol. Pada beberapa instalasi, rich glycol dari contactor dialirkan menuju flash
tank terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memisahkan hidrokarbon yang mungkin ikut terserap
pada saat berada di contactor. Selanjutnya, glikol menuju ke still dengan melalui filter dan heat
exchanger terlebih dahulu, perpindahan panas dilakukan dengan glycol yang telah diregenerasi
atau lean glycol. Heat exchanger seperti ini biasanya disebut dengan Cross Exchanger. Kemudian
rich glycol tersebut dialirkan melalui packed section di dalam still menuju reboiler, dimana rich
glycol dipanaskan pada temperature tinggi pada tekanan sekitar tekanan atmosfer. Pada
temperature tinggi, glikol kehilangan kemempuannya untuk menahan air, maka air akan menguap
dan keluar melalui bagian atas still. Glikol yang telah diregenerasi mengalir menuju surge tank dan
selanjutnya akan melalui cross exchanger. Setelah keluar dari cross exchanger, glikol dipompa
menuju ke contactor kembali. Sebelum masuk ke contactor, glikol akan melalui heat exchanger
dan bertukar panas dengan dry gas yang keluar dari contactor.
Fungsi Inlet Separator
Equipment pertama yang dilewati gas dalam proses glycol dehydration adalah inlet
separator. Separator ini terdapat di bagian bawah contactor. Fungsinya adalah untuk
memisahkan liquid kondensat ataupun padatan-padatan yang mungkin terkandung di dalam
gas. Jika feed gas tidak memiliki kondensat (cairan hidrokarbon berat), separator yang
digunakan adalah separator 2 fasa. Jika feed gas adalah rich gas, yang mengandung kondensat
dan juga air, maka harus dipasang separator 3 fasa.
Separator ini biasanya dilengkapi dengan mist eliminator pada bagian atasnya. Sehingga
pada saat gas bergerak ke atas dan melalui mist eliminator, droplet-droplet kecil yang mungkin
terkandung di dalam gas akan tertahan di mist eliminator dan terkumpul menjadi droplet besar
sehingga akan jatuh ke dalam liquid yang ada di bagian bawah separator.
Inlet separator ini juga dilengkapi dengan liquid level control, mengatur keluarnya akumulasi
liquid pada separator melalui level control valve. Jika level liquid di dalam separator melebihi
40
batas yang telah ditentukan, maka alarm akan berbunyi atau akan terjadi shutdown secara
otomatis.
Fungsi Contactor atau Absorber
Contactor adalah sebuah vessel yang di dalamnya terjadi perpindahan massa air dari gas ke
glikol. Gar terjadi perpindahan massa yang efektif dan efisien dibutuhkan luas area yang besar
antara gas dan glikol liquid. Hal ini dilakukan dengan menambahkan konfigurasi equipment
internal yang spesifik, seperti instalasi tray, random packing, ataupun structured packing.
Tray yang paling umum digunakan dalam aplikasi ini adalah jenis bubble cap tray. Gas
mengalir dari bawah masing-masing tray melewati bubble cap dan membentuk gelembung-
gelembung kecil gas di glikol liquid yang mengalir dengan arah yang berlawanan yaitu dari
bagian atas masing-masing tray. Setelah melewati satu tray, glikol mengalir ke bawah menuju
tray selanjutnya melalui celah yang tidak terpenuhi oleh tray. Gelembung-gelembung gas
memberikan luas area yang besar yang diperlukan pada contactor untuk melakukan dehidrasi
hingga spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam prakteknya, diinstal sekitar 6 hingga 10 tray di
dalam contactor dengan jarak antar tray adalah 24 inchi. Namun ada juga desain yang
menginstal sekitar 12 sampai 14 tray di dalam contactor dengan tujuan meminimalisasi sirkulasi
glikol.
Structured packing terdiri atas susunan corrugated steel, dimana glikol mengalir ke bawah
dalam bentuk lapisan tipis. Gas mengalir ke atas melewati structured packing dan berkontak
dengan luas area yang besar dari glikol. Hal ini memberikan efisiensi perpindahan massa yang
sangat baik.
Selain structured packing, random packing juga dapat digunakan pada contactor dengan
fungsi yang sama yaitu memberikan luas area yang besar terhadap proses perpindahan massa.
41
Fungsi Reboiler
Rich glikol yang keluar dari absorber harus diregenerasi hingga murni kembali sehingga
dapat disirkulasikan lagi ke absorber atau contactor untuk melanjutkan fungsi dehidrasinya.
Regenerasi ini dilakukan di reboiler dan kolom still yang ada di atas reboiler.
Rich glycol di panaskan terlebih dahulu di cross exchanger dengan glikol yang telah
dirgenerasi dan masuk ke dalam kolom regenerasi dalam kondisi tekanan atmosfer. Dengan
memanaskan glikol di still dan reboiler hingga mendekati titik didihnya, glikol tersebut akan
melepaskan semua kandungan air yang telah diserap sebelumnya kemudian didinginkan agar
dapat digunakan kembali.
42
manual dengan valve tertentu. Dengan mengontakkan glikol dengan natural gas, kandungan air
yang masih terdapat di dalam glikol akan berpindah ke natural gas sehingga kemurnian glikol
akan bertambah tinggi.
Stripping gas yang dialirkan ke glikol di bagian regenerasi di buang ke udara atmosfer
bersamaan dengan uap air yang dilepaskan. Dalam sistem sirkulasi glikol pada dehydration unit
diperlukan peralatan-peralatan antara lain pompa, heat exchanger, filter, surge drum, strainer,
flash tank, dan piping. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut mengenai alat-alat di atas:
1. Pompa Sirkulasi Glikol
Sirkulasi glikol dilakukan dengan menggunakan pompa reciprocating. Pompa tersebut
digerakkan dengan :
Motor listrik
Tekanan natural gas
Rich glikol bertekanan tinggi yang keluar dari contactor
Secara umum, pompa yang digunakkan digerakkan menggunakan motor pompa. Namun
ada beberapa instalasi yang menggunakan energy dari natural gas ataupun glikol sebagai
penggerak pompa. Glikol yang keluar dari contactor dengan sedikit kandungan gas
bertekanan memiliki energy yang cuku tinggi untuk menggerakkan pompa. Rate pompa
yang dibutuhkan biasanya tidak terlalu besar. Masalah utama dengan pompaglikol adalah
adanya kebocoran glikol sehingga mengganggu kerja pompa.
2. Heat Exchanger
Glikol harus dalam keadaan dingin ketika memasuki contactor dan dipanaskan hingga
mendekati titik didihnya dalam proses regenerasi, glikol ini dipanaskan dan didinginkan
secara berkelanjutan. Untuk meminimalisir penggunaan energy pada proses regenerasi glikol
dengan temperature tinggi, heat exchanger ditambahkan dalam proses sirkulasi glikol ini.
Heat exchanger biasanya diletakkan pada lokasi-lokasi sebagai berikut :
Pada bagian atas still
Cross exchanger antara rich dan lean glikol
Setelah gas keluar dari glikol contactor
Pada beberapa kasus, dibutuhkan heat exchanger tambahan untuk mendinginkan lean
glikol sebelum masuk ke contactor dengan menggunakan udara. Temperatur glikol harus
berada beberapa derajat saja di atas temperature gas untuk meningkatkan penyerapan air
oleh glikol. Jika suhu glikol terlalu tinggi maka akan mengurangi transfer kandungan air dari
gas ke glikol, dan titik embun air tidak akan didapatkan. Hal ini biasanya adalah masalah
utama ketika pengoperasian pada musim panas. Pada keadaan lingkungan yang panas, suhu
glikol secara otomatis juga akan meningkat dari suhu normalnya. Biasanya, dengan
mendinginkan glikol menggunakan dried gas melalui double pipe exchanger atau melalui coil
di bagian atas contactor, suhu dari glikol akan berada sedikit di atas suhu gas yang keluar
dari contactor.
43
Gambar 8.6 Heat Exchanger
3. Filter
Sangat penting untuk menjaga glikol dalam kondisi semurni mungkin. Karena itulah, filter
harus selalu ada pada system sirkulasi glikol. Filter ini biasanya merupakan filter partikulat
dan filter karbon.
Filter partikulat digunakan untuk menjerat padatan dengan ukuran diameter 5 mikrometer.
Padatan-padatan ini bisa muncul dari korosi yang terdapat pada sistem sirkulasi tersebut.
Filter karbon didesain untuk menghilangkan pengotor-pengotor terlarut, seperti oli
kompresor dan kondensat dari larutan glikol. Filter partikulat biasanya dipasang di bagian
rich glikol dan dioperasikan sepanjang waktu. Filter karbon kebanyakan di bypass, jika tidak
ada hidrokarbon yang larut dalam glikol. Pengotor-pengotor yang terdapat pada glikol dapat
menyebabkan terjadinya foaming pada contactor ataupun still.
44
Surge drum biasanya terdapat di bawah reboiler. Level glikol pada surge drum sangat
penting karena di dalam surge drum ada coil pemanas yang betujuan meningkatkan
kemurnian glikol. Level glikol pada surge drum harus berada sekitar 2/3 level. Jika level
glikol pada surge drum lebih rendah dari level normal, ini mengindikasikan adanya masalah
seperti :
Ada kehilangan atau loss dari glikol dengan treated gas
Loss glikol dengan uap air yang keluar dari still
Kebocoran pada pipa
Tertumpuk pada salah satu vessel
45
8.2.4 Storage Tank
Storage tank memiliki fungsi untuk menyimpan hasil proses pemurnian minyak yang berasal
dari separator, dengan kata lain equipment ini digunakan sebagai tempat penampung sebelum
menuju ke tahap pengujian kadar pemurnian minyak mentah. Selain sebagai tempat penampung,
tanki ini juga digunakan untuk mengendapkan kotoran yang masih terkandung dalam minyak
mentah.
8.2.5 Pompa
Pada semua sistem perpipaan, pompa merupakan komponen yang sangat vital. Pompa
merupakan alat yang berguna untuk memindahkan fluida dari satu tempat ke tempat yang lain
(Parisher, 2001). Pompa ini ditempatkan sedekat mungkin dengan source, hal ini dilakukan dengan
pertimbangan suction head yang dihasilkan akan lebih kecil jika dibandingkan dengan penempatan
pompa yang sangat jauh dari source.
46
Material : SA 516-70
Glycol Contactor
Kapasitas : 4.987 MMSCFD
Operating P/T : 220 Psig / 64⁰F
Design P/T : 310 Psig / 98.17⁰F
Material : ASTM A36
Gas / Lean TEG Heat Exchanger
Kapasitas : 5 MMSCFD
Operating P/T : 220 Psig / 64⁰F
Design P/T : 320 Psig / 88⁰F
Material : ASTM A36
Flash Tank
Kapasitas : 5 MMSCFD
Operating P/T : 100 Psig / 79⁰F
Design P/T : 320 Psig / 98.17⁰F
Material : ASTM A36
Cross Heat Exchanger
Kapasitas : 5 MMSCFD
Operating P/T : 50 Psig / 125⁰F
Design P/T : 220 Psig / 240⁰F
Material : ASTM A36
Filter
Kapasitas : 5 MMSCFD
Operating P/T : 50 Psig / 129⁰F
Design P/T : 100 Psig / 200⁰F
Material : ASTM A36
Reboiler
Kapasitas : 5 MMSCFD
Operating P/T : 0 Psig / 375⁰F
Design P/T : 0 Psig / 450⁰F
Material : ASTM A36
Glycol Surge Drum
Kapasitas : 5 MMSCFD
Operating P/T : 0 Psig / 395⁰F
Design P/T : 150 Psig / 500⁰F
Storage Tank
Kapasitas : 1500 BBL
Operating P/T : 27 Psig / 100⁰F
47
Material : A283 Gr. C
HP Flare Package
Kapasitas : 10 MMSCFD
Material : ASTM A333
LP Flare Package
Kapasitas : 3 MMSCFD
Material : ASTM A333
48
BAB 9
INSTRUMENTASI
9.1 Instrumentasi
Operasi industri oil & gas, industri petrokimia (petrochemical), dll. sangat bergantung pada
instrumentasi. Pada umumnya operasi industri dengan tingkat bahaya tinggi dan bersekala besar
dan kontinyu dimana operator manusia sudah tak sanggup menanganinya, beroperasi dengan
menggunakan sistem instrumentasi. Beberapa besaran proses yang harus diukur dan dikendalikan
pada suatu industri proses, misalnya aliran (flow) di dalam pipa, tekanan (pressure) didalam sebuah
vessel, suhu (temperature) di unit heat exchange, serta permukaan (level) zat cair di sebuah tangki.
Dalam proses produksi perlu adanya kegiatan monitor kejadian yang ada pada plant. Peralatan yang
berfungsi untuk memonitor kejadian yang ada pada proses produksi adalah instrument.
Instrumentasi memegang peranan penting dalam dunia industri karena semua komponen penyusun
industri pasti memiliki komponen alat ukur ataupun alat atur. Instrumen bertugas sebagai monitor
terjadinya perubahan kejadian pada proses produksi. Instrumen yang biasa digunakan adalah
pressure gauge, flow meter, flow control dan lain-lain. Salah satu komponen alat atur berfungsi
sebagai penggerak akhir proses pengendalian adalah control valve. Control valve adalah katup yang
dapat diatur lebar pembukaannya. Pengaturan lebar katup menggunakan banyak media dalam hal
ini adalah katup pneumatis. Katup pneumatis memiliki karakteristik khusus sehingga banyak sekali
digunakan didunia industri, terutama untuk industri yang memerlukan pengendalian fluida
bertekanan tinggi dengan kecepatan dan suhu yang juga tinggi. Grup dasar dari instrumentasi
(Parisher, 2002) adalah sebagai berikut:
Flow F
Level L
Pressure P
Temperatur T
Sedangkan dasar instrumentasi yang berguna sebagai pengontrol ataupun acauan untuk mengontrol
sistem selanjutnya adalah sebagai berikut:
Controler C
Indicator I
Gauge G
Alarm A
Recorder R
49
9.2 Identifikasi Instrumentasi
Umumnya suatu kawasan industri atau proses produksi mempunyai unit unit proses kecil
yang satu dengan lainnya saling berkaitan. Fungsi instrumen adalah untuk memonitor, mengatur
dan menjaga agar proses berjalan nornal. Untuk memudahkan mengenal instrumen yang dipasang
pada satu plan maka setiap instrument perlu diberi tanda pengenal (instrument identification). Dari
tanda pengenal berupa “tag number” dapat diketahui Parameter yang diukur, fungsi instrumen,
lokasi dipasang, dan nomor urut dari instrumen tersebut. Cara identifikasi instrumen adalah dengan
huruf dan angka. Dengan adanya tag number dari maring-masing instrumen yang terpasang dan
dibantu dengan gambar-gambar instrumen (piping and instrumen diagram, loop drawing,
hookup drawing) seorang ahli instrumen dapat dengan mudah mencari
instrumen-instrumen yang perlu mendapat perawatan.
50
9.3 Jenis – Jenis Instrumentasi
9.3.1 Gauge
Gauge adalah instrumen untuk mengukur level cairan di dalam bejana atau temperatur dan
tekanan di dalam sistem perpipaan. Meter level, temperatur atau tekanan umumnya di pasang untuk
operator mampu membaca variabel proses secara jelas.
a. Pengukuran flow dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu differential pressure,
variable area, postif displacement, turbin, thermal, ultrasonic, magnetic, coriolis, dan vortex. Masing-
masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Jenis yang umum digunakan di gas refinery adalah
differential pressure dengan Orifice. Pengukuran differential pressure ini memiliki korelasi dengan
flow yaitu flow berbanding lurus dengan akar differential pressure. Orifice banyak digunakan karena
mudah dalam pemasangan. Tinggal menambahkan Orifice diantara dua Flange kemudian diukur
upstream pressure dan downstream pressure saja. Untuk alat dengan ketepatan tinggi, digunakan
turbin. Biasanya pengukuran dengan metode ini digunakan untuk metering system yang
berhubungan dengan pihak eksternal seperti ke kapal, ke UPMS, atau penerimaan dari EP. Ada dua
bagian dari flow meter yang utama yaitu flow sensor dan flow transmitter atau flow computer.
Untuk flow sensor terdapat beberapa komponan sesuai dengan jenis dan model flow meter dan
biasanya yang menjadi acuan dimensi flow meter dengan koneksi disesuaikan kondisi lapangan
apakah menggunakan flange, ulir atau lainya. Untuk flow sensor ini biasanya bahan material sensor
di sesuaikan dengan material pipa, spesifikasi fluida, temperature maksimal, maksimal pressure, IP
class apakah butuh water proof atau lainya, termasuk jika dibutuhkan material yang punya kelas
food grade dan tahan asam. Bagian kedua dari Flowmeter adalah flow transmitter atau flow display
atau flow gauge, yang mempunyai fungsi menerjemahkan signal dari sensor kedalam hitungan
kecepatan dan lainya, yang bisa ditampilkan berupa angka ke display serta memberikan ouput
lainya. Flow transmitter ini biasanya hanya terbagi dalam bentuk menyatu dengan sensor atau
terpisah, yang istilah dilapangan adalah integral atausplit yang menggunakan kabel sebagai
penghubung sensor ke transmitter.
Dari flow transmitter ini flow meter mampu membaca dan mendeteksi kecepatan aliran atau
velocity, dengan satuan unit jarak per waktu, debit aiar atau kapasitas yang sering disebut dengan
flow rate dengan satuan unit volume perwaktu serta bisa membaca volume cairan yang melewati
cairan pada waktu tertentu dengan satuan unit volumetric. Untuk kasus tertentu mass flow meter
mampu membaca massa dari fluida yang mengalir dalam flow meter dengan satuan unit massa
seperti gram, kg, ton, punds dan lainya. Bahkan jika flow meter model tertentu dikombinasi dengan
temperature maka flow transmitter bisa menyajikan energi yang dihasilkan fluida yang bisa
menyajikan suatu energi panas dengan satuan energi Joule. Hal ini bisanya diaplikasikan untuk
steam, air panas pada HVAC atau pada sistem pendinginan seperti chiller atau AC. Namun untuk
jenis pembacaan gauge atau display yang menggunakan sistem mechanical register biasanya hanya
mampu menampilkan flow rate dan volumetrik dan tidak bisa memberikan analog output kecuali
51
ditambah dengan sensor putaran yang menerjemahkan putaran sistem mechanical ke dalam satuan
angka volume seperti red sensor atau lainya. Pada objek perancangan proses distilasi pabrik
pengolahan gas alam menggunakan dua jenis instrumen pengukuran aliran. Untuk mengukur gas
alam yang masuk ke dalam kilang pengolahan gas alam digunakan sistem pengukuran Orifice Meter
seperti gambar 9.2.
52
Gambar 9.3. Pressure Gauge.
Pada objek perancangan pengolahan gas alam menggunakan Diaphragm Pressure Gauge
yang analog maupun digital. Untuk tipe digital lebih banyak digunakan dan dilengkapi
dengan transmitter yang berguna untuk mengirimkan hasil pembacaan ke Flow Computer
lalu pembacaan dapat dilakukan operator di Control Room.
c. Pengukuran temperatur dapat dilakukan dengan beberapa teknik seperti Bimetal,
Thermocouple, RTD, Thermistor, dan Pyrometer. Thermocouple sering digunakan untuk
pengukuran temperatur di Gas Refinery. Thermocouple menggunakan prinsip beda
tegangan pada pengukuran panas sesuai dengan sensitivitas bahan terhadap panas.
Dengan dua bahan yang berbeda sensitivitas panasnya, ketika digunakan untuk mengukur
panas maka akan muncul dua nilai tegangan yang berbeda. Perbedaan tegangan ini yang
akan digunakan untuk menentukan seberapa besar temperatur benda tersebut.
Penggunaan thermocouple harus dipasangkan langsung benda yang akan diukur. Untuk
pengukuran temperatur tanpa kontak dengan benda, digunakan Pyrometer. Prinsip kerja
Pyrometer ini menggunakan pemantulan optic sesuai dengan besaran radiasi panas yang
dipancarkan oleh benda tersebut.
53
Gambar 9.4. Temperature gauge dengan transmitter.
Pada objek perancangan pengolahan gas alam menggunakan Thermocouple jenis analog
maupun digital. Untuk tipe digital lebih banyak digunakan dan dilengkapi dengan
transmitter yang berguna untuk mengirimkan hasil pembacaan ke Flow Computer lalu
pembacaan dapat dilakukan operator di Control Room.
d. Level indicator merupakan suatu besaran yang sangat penting di gas refinery. Perhitungan
level dilakukan pada kolom- kolom proses dan pada tangki atau bejana. Metode
pengukuran level juga bervariasi, seperti Differential Pressure, Displacement, Capacitance,
Ultrasonic, Radar, Radiation. Untuk pengukuran kolom proses biasanya digunakan metode
Differential Pressure dan Displacement. Differential pressure digunakan untuk pengukuran
actual yang dikirim ke control room serta displacement digunakan untuk pengukuran
dilapangan sebagai pembanding dari pengukuran yang lain. Prinsip differential pressure
sama dengan pengukuran flow yaitu dengan membandingkan tekanan dibawah colom
dengan tekanan diatas kolom. Setelah didapat perbedaan tekanan tersebut, kita bisa
mengukur ketinggian level tersebut sesuai dengan prinsip hidrostatis fluida.
54
Gambar 9.5. level indicator.
9.1.1. Controller
Peralatan yang digunakan untuk mengatur level fluida, temperatur, tekanan atau aliran
tertentu di dalam bejana atau sistem perpipaan. Kontroler mengaktifkan Control Valve yang
dapat mengatur level, temperatur, tekanan, dan aliran masuk keluar dari bejana.
9.1.2. Indicator
Peralatan yang digunakan untuk mengindikasikan level fluida, temperatur, tekanan, dan
besara aliran di dalam sistem perpipaan.
9.1.3. Alarm
Sinyal melalui lampu atau pengeras suara yang menunjukkan tingkat cair, suhu, atau
tekanan di dalam bejana terlalu tinggi atau terlalu rendah atau tidak ada aliran atau aliran balik
9.1.4. Katup
Valve adalah sebuah perangkat yang terpasang pada sistem perpipaan, yang berfungsi
untuk mengatur, mengontrol dan mengarahkan laju aliran fluida dengan cara membuka,
menutup atau mengalirkan sebagian fluida guna mendapatkan pressure yang lebih rendah.
Pengoperasian valve bisa dilakukan secara manual dengan merubah posisi sudut sebuah
pegangan / tuas , pedal maupun roda.Di bidang industri selain manual,banyak dipakai sistem
pengoperasian secara otomatis dengan pengontrol,diantaranya adalah dengan tenaga
hydraulik, pneumatik dan elektrik. Valve memiliki berbagai macam jenis dengan karakteristik
dan cara kerja yang berbeda-beda. Berikut adala beberpa jenis valve yang digunakan pada
objek perancangan pengolahan gas alam.
55
a. Butterfly valve
Butterfly Valve merupakan salah satu jenis valve yang serba guna, karena dapat di
aplikasikan pada sistem pemipaan dimanapun, di industri, pembangunan kapal, platform,
di perumahan dan lain-lain. Selain itu Butterfly Valve bisa di pasang pada instalasi berbagai
media yang melaluinya misalnya oleh cairan, gas, lumpur dengan berbagai tingkat tekanan
dan suhu.
Pada awalnya Butterfly Valve banyak di gunakan pada instalasi pada tekanan rendah,
namun dengan berkembangnya teknologi khususnya pada bidang ilmu elastomer, kini
valve jenis ini bisa di aplikasi-kan pada instalasi dengan tekanan tinggi.
Untuk membuka dan menutup penuh, valve jenis ini hanya membutuhkan putaran
90 derajat atau seperempat putaran tuas, sehingga memungkinkan valve jenis ini dapat
dioperasikan dengan cepat. Namun valve ini tidak mampu di setting untuk ukuran aliran
tertentu. Dengan bahan penutup saluran sebuah disc presisi valve ini digerakkan dengan
poros aktuator yang terhubung dengan handel di sisi luar valve.
56
material bahan pembuatan-nya, sehingga menjadi pertimbangan penting dalam
perancangan.
b. Gate valve
Gate Valve adalah jenis valve pada sistem instalasi pemipaan yang berfungsi hanya
untuk memblokir dan meneruskan aliran (flow), sehingga tidak cocok bila digunakan untuk
mengontrol debit aliran.
57
Gambar 9.8. Globe Valve.
d. Ball valve
Ball Valve adalah sebuah Valve atau katup dengan pengontrol aliran berbentuk disc
bulat (seperti bola/ belahan). Bola itu memiliki lubang, yang berada di tengah sehingga
ketika lubang tersebut segaris lurus atau sejalan dengan kedua ujung Valve / katup, maka
aliran akan terjadi. Tetapi ketika katup tertutup, posisi lubang berada tegak lurus terhadap
ujung katup, maka aliran akan terhalang atau tertutup.
Ball valve banyak digunakan karena kemudahannya dalam perbaikan dan
kemampuan untuk menahan tekanan dan suhu tinggi. Tergantung dari material apa
mereka terbuat, Ball Valve dapat menahan tekanan hingga 10.000 Psi dan dengan
temperature sekitar 200 derajat Celcius.
58
e. Pressure Relief Valve
Jenis ini digolongkan sebagai Safety Valve, digunakan untuk mencegah terjadinya
overpressure pada sistem proses piping dan mencegah terjadinya kerusakan peralatan.
Ada dua jenis Safety Valve yaitu:
- Relief Valve ,dan
- Pop Valve
f. Check Valve
Check Valve adalah alat (valve) yang digunakan untuk mengatur fluida(gas,cair)
hanya mengalir ke satu arah saja dan mencegah aliran ke arah sebaliknya( backflow).
Check Valve tidak menggunakan handel untuk mengatur aliran, tapi menggunakan
gravitasi dan tekanan dari aliran fluida itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat mencegah
aliran balik (backflow), Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari sebuah
equipment dalam sistem perpipaan. Check valve sejatinya berfungsi untuk mengalirkan
fluida secara searah dengan tujuan untuk menghindari terjadinya aliran balik ( back flow).
59
ada tekanan yang datang dari arah berlawanan, maka plug atau disk tersebut akan
menutup.
g. Pressure Reducing Valve
PRV merupakan kepanjangan dari Pressure Regulating Valve yaitu suatu alat (valve)
yang berfungsi untuk mengatur suatu sistem tekanan fluida gas atau cair dari sistem
sumber tekanan yang tinggi sehingga menghasilkan tekanan yang lebih rendah sesuai
kebutuhan suatu sistem. Sumber sistem tekanan yang tinggi misalnya yang berasal dari
kompresor, pompa, tanki reservoir serta sistem tekanan tinggi lainnya yang didistribusikan
ke suatu sistem tertentu akan terlebih dahulu dilakukan penurunan sehingga sesuai
dengan spesifikasi kebutuhan sistem, atau juga untuk kebutuhan keamanan dan
keselamatan penggunaan. Itulah fungsi utama dilakukan pemasangan Pressure Regulating
Valve (PRV).
60
1. Elbow
Banyak orang menyebut elbow sebagai “ells”, fungsi dari elbow / ells adalah untuk
mengubah arah pipa. Dalam praktek pemipaan sering ditemui perubahan arah pipa dan itu hal
yang lazim dalam sebuah instalasi, umumnya elbow tersedia dengan ukuran sudut 45 dan 90
derajat, meskipun biasa di dapatkan ukuran lainnya.
Tee , wye maupun cross fungsi utamanya adalah menggabungkan beberapa jalur pipa
ke arah satu pipa atau sebaliknya dari satu pipa ke beberapa pipa pembagi. Tee maupun wye
memiliki satu input dan dua output (atau sebaliknya), terbagi dengan sudut 90 maupun 45
derajat. Perbedaan antara tipe tee dan wye adalah pada tekstur sudutnya, pada wye di
terapkan arah aliran yang di harapkan sesuai aliran instalasi dan menggunakan tekstur
langsam, sementara tipe tee dengan sudut tegas 90 derajat maupun 45 derajat pada sudutnya.
Sementara itu jenis cross memiliki satu input dan tiga output (atau sebaliknya) yang
berpotongan dengan sudut 90 derajat.
61
3. Reducer
Reducer, sesuai namanya fitting jenis ini bertugas untuk me-reduce (mengurangi)
aliran fluida. Mengurangi disini bukan seperti valve, tapi ukuran pipanya saja yang
berkurang. Jadi reducer ini akan bertugas untuk mengabungkan dari diameter yang lebih
besar ke yang kecil, atau sebaliknya. Dalam reducer akan mengenal dua jenis reducer yaitu
concentrik reducer dan satu lagi adalah eccentrik reducer. Keduanya memiliki peran yang
berbeda, keduanya dapat dipakai sesuai dengan kebutuhannya masing – masing.
Pada kedua komponen material ini pada dasarnya berfungsi sama namun dengan cara
atau metode berbeda. Caps adalah sebagai penutup ujung pipa penuh (menjadi buntu)
sedangkan plugs adalah menutup ujung pipa tetapi di pasang sejenis stopper pada ujungnya.
62
BAB 10
SUPPORT (PENYANGGA)
10.1 Support
Support adalah alat yang digunakan untuk menahan atau menyangga suatu sistem
perpipaan. Support dirancang untuk dapat menahan berbagai macam bentuk pembebanan baik
statis maupun dinamis. Penempatan Support harus memperhatikan dari pergerakan sistem
perpipaan terhadap profil pembebanan yang mungkin terjadi pada berbagai kondisi. Berdasarkan
pembebanannya penyangga pipa dapat dibagi menjadi dua yaitu pembebanan statis dan
pembebanan dinamis (Smith dan Van Laan, 1987). Penyangga harus mampu menahan keseluruhan
berat suatu sistem perpipaan, termasuk didalamnya berat pipa, insulasi, fluida yang terkandung,
komponen, dan penyangga itu sendiri.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendesain piping support, antara lain (Smith dan Van
Laan, 1987).
a. Berat Pipa
Berat yang harus diperhitungkan mencakup berat pipa serta perlengkapan misalnya katup,
bahan isolasi, serta berat isi pipa tersebut.
b. Jenis Pipa
Jarak antara penggantung atau penumpu bergantung pada jenis bahan pipa disamping
ukuran pipa, karena adanya perbedaan kelenturan.
c. Mencegah Perambatan Getaran
Pipa yang berhubungan dengan mesin dan peralatan yang bergerak atau berputar dapat
meneruskan getaran mesin tersebut ke dalam ruangan lainnya; baik melalui pipa atau
melalui konstruksi gedung sehingga dapat menimbulkan kebisingan dan resonansi.
Penggantung atau penumpu pipa sebaiknya dapat mencegah perambatan getaran semacam
ini. Di samping itu, penggantung atau penumpu pipa harus juga cukup kuat untuk menahan
gaya-gaya tumbukan akibat timbulnya pukulan air dalam pipa.
d. Ekspansi Pipa
Penggantung atau penumpu pipa harus mampu menampung adanya perubahan panjang
pipa akibat perubahan temperatur pipa.
e. Jarak Antar Pipa
Jarak antara pipa dengan pipa dan antara pipa dengan dinding atau permukaan lainnya
harus cukup lebar, jarak tersebut memungkinkan untuk penggunaan alat-alat, pemasangan
isolasi atau penutup pipa, pengecatan, dan pekerjaan perawatan dan perbaikan di sekitar
pipa.
63
10.2 Jenis Support
Sebuah support atau hanger adalah sebuah komponen dari sistim perpipaan yang
menyalurkan beban yang bekerja pada pipa ke struktur penyangga. Penempatan support harus
memperhatikan dari pergerakan sistim perpipaan terhadap profil pembebanan yang mungkin
terjadi pada berbagai kondisi. Dalam buku Design of Piping System MW. Kellog, disebutkan
terminologi dan jenis-jenis support yang biasa terdapat pada sebuah plant, yaitu sebagai berikut :
(Agustinus, 2009)
Restraint : adalah sebutan bagi semua peralatan yang berfungsi untuk mencegah, menahan
atau membatasi pergerakan pipa.
Support : tujuan utamanya adalah menahan sebagian berat pipa termasuk didalamya berat isi
dan pengaruh sekelilingnya. Shoe merupakan salah satu contoh jenis support yang
menahan beban dan berat pipa dari arah vertikal.
Limit stop : Jenis support yang berfungsi menahan pipa bergerak kearah aksial atau
longitudinal. Untuk menahan pergerakan pipa, maka line stop ini harus dilas ke pipa
atau ke shoe.
Guide : Jenis support yang berfungsi menahan pipa dari pergerakan arah lateral. Guide
biasanya dibuat dari beam material yang dipotong sesuai dengan kebutuhan dan
ukuran pipa.
64
Anchor : Jenis support ini menahan pipa sehingga tidak bisa bergerak kesegala arah sumbu.
Sehingga bisa berfungsi sebagai fix support yang mana tidak bisa bergerak kea rah
vertikal,arah lateral, maupun arah longitudinal.
Penyangga harus mampu menahan keseluruhan berat suatu sistem perpipaan, termasuk
didalamnya berat pipa, insulasi, fluida yang terkandung, komponen, dan penyangga itu sendiri. Hal
penting yang perlu diperhatikan dalam mendesain piping support, antara lain (Smith dan Van Laan,
1987).
f. Berat Pipa
Berat yang harus diperhitungkan mencakup berat pipa serta perlengkapan misalnya katup,
bahan isolasi, serta berat isi pipa tersebut.
g. Jenis Pipa
Jarak antara penggantung atau penumpu bergantung pada jenis bahan pipa disamping
ukuran pipa, karena adanya perbedaan kelenturan.
h. Mencegah Perambatan Getaran
Pipa yang berhubungan dengan mesin dan peralatan yang bergerak atau berputar dapat
meneruskan getaran mesin tersebut ke dalam ruangan lainnya; baik melalui pipa atau
melalui konstruksi gedung sehingga dapat menimbulkan kebisingan dan resonansi.
Penggantung atau penumpu pipa sebaiknya dapat mencegah perambatan getaran semacam
ini. Di samping itu, penggantung atau penumpu pipa harus juga cukup kuat untuk menahan
gaya-gaya tumbukan akibat timbulnya pukulan air dalam pipa.
i. Ekspansi Pipa
Penggantung atau penumpu pipa harus mampu menampung adanya perubahan panjang
pipa akibat perubahan temperatur pipa.
j. Jarak Antar Pipa
Jarak antara pipa dengan pipa dan antara pipa dengan dinding atau permukaan lainnya harus
cukup lebar, jarak tersebut memungkinkan untuk penggunaan alat-alat, pemasangan isolasi
atau penutup pipa, pengecatan, dan pekerjaan perawatan dan perbaikan di sekitar pipa.
65
dan struktur yang memadai yang mendukung pipa. Idealnya dukungan desainer harus memiliki
kesempatan untuk menawarkan komentar pada desain pipa dari layout awal. Dimulai dengan
himpunan perpipaan dan gambar struktural, untuk itu diperlukan desainer dukungan untuk
menjadi akrab dengan konsep dan setiap desain keseluruhan persyaratan khusus yang dapat
disebut dalam spesifikasi.
Ketika seseorang berhadapan dengan sejumlah sistem perpipaan di daerah, disarankan untuk
menempatkan di pipa (menggunakan representasi single-line) pada struktur gambar.
Sebuah studi awal yang sangat sering mengungkapkan bahwa pertimbangan telah diberikan
kepada fase mendukung dan ketentuan yang telah dibuat dalam bentuk pekerjaan baja pola,
baut jangkar atau sisipan di beton, atau berjalan dari pipa sengaja dialihkan dekat struktur
pendukung yang sesuai. Tentu, keuntungan penuh harus diambil dari kondisi seperti itu.
Pipa juga harus dipelajari dari sudut pandang mungkin koordinasi mendukung untuk satu
sistem atau pipa yang dikelola dengan orang-orang lain, sehingga memberikan tertib
pengaturan mendukung. Di sisi lain, itu juga mungkin diperlukan, karena kondisi pembebanan,
untuk sengaja sempoyongan dukungan untuk mendistribusikan beban pada struktur
pendukung.
Semua di atas harus ditentukan sebelum memulai desain dukungan rinci untuk setiap sistem
perpipaan.
Setelah pola keseluruhan tentatif dukungan untuk daerah tertentu telah didirikan, disarankan
untuk memulai desain khusus dengan paling kritis atau terbesar sistem perpipaan, sehingga
pemesanan yang terbaik kondisi pendukung yang mungkin untuk baris paling penting.
66
beberapa konfigurasi dukungan diselidiki berturut-turut, dengan Hasil analisis satu konfigurasi yang
diperhitungkan dalam pemilihan konfigurasi berikutnya, sampai solusi yang memuaskan tercapai.
Keterangan:
Ls = allowable pipe span (in)
Z = section modulus (in3)
Sh = allowable tensile stress pada temperatur tinggi (psi)
W = berat total pipa (lb/in)
Untuk perhitungan antar support pada masing-masing line number dapat dilihat pada perhitungan
dibawah ini :
Section Modulus
Z =
Z =
= 6.145 in3
Perhitungan berat pipa
Pipa Outside Diameter
Luas = 3,14 x (OD2 )
= 3,14 x 82
= 58.397 in2
Panjang = 924.5 in
Volume = 53987.694 in3
Pipa Inside diameter
67
Luas = 3,14 x (ID2 )
= 3,14 x 8.4012
= 55.429 in2
Panjang = 924.5 in
Volume = 51244.269 in3
Volume pipa = Voutside - Vinside
= 53987.694 – 51244.269
= 2743.426 in3
Density Pipa = 0,283 lb/in3
Berat Pipa = Vpipa x Density Pipa
= 776.389 lb
Berat Fluida
Density fluida = 0,02095 lb/in3
Berat fluida = Density pipa x Vinside pipa
= 0,02095 x 51244.269
= 1073.764 lb
Berat total = Berat pipa + berat fluida
= 1850.153 lb
Berat cross secton pipa = Berat total / panjang pipa
= 1850.153 / 924.5
= 2.001 lb/in
=√ 6.145
= 4.96 m
Pada Tabel 10.1 ditunjukkan ringkasan maksimum jarak antar span ( allowable pipe span) pada
setiap line number sebagai berikut :
68
Tabel 10.1 jumlah kebutuhan support pada setiap line number
Section modulus Berat Total
Panjang Pipa Panjang pipa Span Length Jumlah
No Line Number Berat Pipa Berat Berat Total Berat Cross
OD (in) ID (in) I (in4) Z (in3) (m) (inch) (in) Support
(lb) Fluida (lb) (lb) Section (lb/in)
1 PC-001-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 924.968 0.392 925.360 0.901 26.100 1027.559 168.942 7
2 PC-002-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 769.034 0.326 769.361 0.901 21.700 854.331 168.942 6
3 PC-003-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 1105.709 0.469 1106.178 0.901 31.200 1228.346 168.942 8
4 PC-004-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 517.415 0.220 517.634 0.901 14.600 574.803 168.942 4
5 PC-005-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 1258.098 0.534 1258.632 0.901 35.500 1397.638 168.942 9
6 PC-006-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 1396.311 0.592 1396.904 0.901 39.400 1551.181 168.942 10
7 PC-007-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 644.997 0.274 645.270 0.901 18.200 716.535 168.942 5
8 PC-008-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 517.415 0.220 517.634 0.901 14.600 574.803 168.942 4
9 PC-009-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 868.265 0.368 868.633 0.901 24.500 964.567 168.942 6
10 PG-001-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 5801.426 2.461 5803.887 0.901 163.700 6444.882 168.942 39
11 PG-002-A01B 6.625 6.065 28.128 8.491 5938.885 3.252 5942.137 1.584 95.300 3751.969 207.107 19
12 PG-003-A01B 3.500 3.068 3.016 1.723 3876.562 1.360 3877.922 0.632 155.800 6133.858 147.667 42
13 PG-004-A01B 6.625 6.065 28.128 8.491 5857.872 3.208 5861.080 1.584 94.000 3700.787 207.107 18
14 PL-001-A01B 6.625 6.065 28.128 8.491 149.563 77.908 227.471 2.407 2.400 94.488 167.982 1
15 PL-002-A01B 6.625 6.065 28.128 8.491 305.357 159.063 464.420 2.407 4.900 192.913 167.982 2
16 PL-003-A01B 6.625 6.065 28.128 8.491 4854.556 2528.769 7383.325 2.407 77.900 3066.929 167.982 19
17 PL-004-A01B 6.625 6.065 28.128 8.491 922.303 480.434 1402.737 2.407 14.800 582.677 167.982 4
18 PL-005-A01B 8.625 7.981 72.452 16.801 1988.150 1191.683 3179.833 3.810 21.200 834.646 187.826 5
19 PL-006-A01B 8.625 7.981 72.452 16.801 872.160 522.766 1394.927 3.810 9.300 366.142 187.826 2
20 PL-007-A01B 8.625 7.981 72.452 16.801 1359.820 815.066 2174.886 3.810 14.500 570.866 187.826 4
21 PL-008-A01B 6.625 6.065 28.128 8.491 186.953 97.385 284.339 2.407 3.000 118.110 167.982 1
22 PL-009-A01B 6.625 6.065 28.128 8.491 180.722 94.139 274.861 2.407 2.900 114.173 167.982 1
23 PL-010-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 124.038 50.064 174.102 1.263 3.500 137.795 142.629 1
24 PL-011-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 124.038 50.064 174.102 1.263 3.500 137.795 142.629 1
25 PL-012-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 99.230 40.051 139.281 1.263 2.800 110.236 142.629 1
26 PT-004-A01B 4.500 4.026 7.229 3.213 290.603 117.293 407.896 1.263 8.200 322.835 142.629 3
69
BAB 11
TEGANGAN + BEBAN
11.1 Pendahuluan
Untuk merancang sistem pipa dengan benar, enginer harus memahami perilaku sistem
pipa akibat pembebanan dan memahami regulasi (kode standar desain) yang mengatur
perancangan sistem pipa. Perilaku sistem pipa ini antara lain digambarkan oleh parameter-
parameter fisis, seperti perpindahan percepatan, tegangan, gaya, momen dan besaran lainnya.
Kegiatan enginer untuk memperoleh perilaku sistem pipa ini dikenal sebagai analisa tegangan
pipa atau disebut juga analisa fleksibilitas.
Kode standard desain dikembangkan di negara-negara industri sebagai jawaban dari
berbagai kecelakaan/kegagalan pada sistem pipa di pabrik-pabrik yang tidak dirancang dengan
aman. Karena itu tujua utama dari kode standar desain adalah keamanan (safety).
Analisa fleksibilitas yang diharuskan oleh kode standar juga dimaksud untuk kepentingan
keamanan. Secara umum tujuan dari analisa fleksibilitas (analisa tegangan pipa) antara lain
adalah:
Menghitung tegangan pada pipa agar tetap masuk dalam harga tegangan yang diperbolehkan
berdasarkan kode standar desain pipa yang dipakai;
Menghitung gaya yang bekerja pada nozzle dari perlatan seperti bejana tekan, tangki dan
lainnya, untuk kemudian dibandingkan dengan kekuatan ( strength) dari nozzle tersebut;
Menghitung beban perancangan pada tumpuan pipa ( piping support) agar tetap berada dalam
batas beban yang diizinkan;
Menghitung perpindahan pipa terbesar untuk mengantisipasi kemungkinan interferensi antar
pipa atau pipa dengan struktur;
Mencari solusi untuk masalah dinamis seperti getaran mekanis dari peralatan, fluid hammer,
transient flow dan sebagainnya;
Mengoptimasikan perancangan tata letak pipa dan tumpuan pipa
Analisa tegangan pipa ini pada umunya menuntut perhitungan yang rumit dan diperlukan
spesialis untuk melakukan perhitungan manual dengan tangan. Dalam tiga dasa warsa terakhir
ini, beberapa piranti lunak computer untuk analisa tegangan pipa telah dikembangkan dan
memungkinkan generalis enjinir dengan latar belakang sistem pipa yang memadai dapat
melakukan analisa tegangan pipa dengan mudah.
Tujuann dari buku ini untuk memberikan pengetahuan sistem pipa yang cukup agar dapat
melakukan analisa tegagan pipa dengan menggunakan piranti lunak computer seperti CAESAR II.
Tahun 1911, Kolonel E.D. Meier, Presiden American Society of Mechanical Engineers,
mendirikan suatu komite untuk membuat perundangan tentang rancangan dan konstruksi pipa
dan bejana tekanan. Pada 13 Februari, 1915, ASME Boiler Code (perundangan pipa) dikeluarkan.
70
Di beri nama “Boiler Construction Code, 1914 Edition”. Ini merupakan permulaan dari beberapa
bagian ASME Boiler dan pressure Vessel Code, yang diubah menjadi Section I, Power Boiler.
Pada tahun 1926, ASA (American Standards Association), atas permintaan ASME (The
American Society of Mechanical Engineers) memulai project B31 untuk mengembangkan Kode
standard desain pemipaan bertekanan. ANSI/ASME Boiler dan Pressure Vessel Code di keluarkan
oleh American Society or Mechanical Engineers dengan persetujuan oleh American National
Standard Institute (ANSI) sebagai dokumen resmi ANSI/ASME. Pada tahun 1978, American
Standard Comitte B31 resmi diperkenalkan sebagai ASME Code yang terakreditasi oleh ANSI.
Di Amerika Serikat hampir semua sistem pemipaan di bangun sesuai ANSI/ASME Code B31
untuk pemipaan bertekanan. Terdapat beberapa perbedaan dari seksi perundangan pemipaan
untuk sistem dengan tipe yang berbeda. Seksi pemipaan yang digunakan untuk pipa (boiler)
yang dikombinasikan dengan Section 1 ASME Boiler and Pressure Vessel Code merupakan Power
Piping Code, B31.1 Seksi pemipaan yang seringkali digunakan dengan section VIII, Division 1
untuk bejana tekan, merupakan Chemical Plant and Petroleum Refinery Piping Code, B31.3, yang
sejak 1996 diganti namanya menjadi Process Piping B31.3.
Pada saat ini ada beberapa buah kode standard dari komite B31 ini yang sering dipakai
sebagai acuan di Indonesia sesuai dengan kebutuhan bidang industri, yaitu:
Selain ASME Code B31 ada beberapa kode standard pipa yang lain baik dari Amerika
maupun negera lain seperti:
ASME Boiler dan Pressure Vessel, Section III, subsection NB, NC, ND, untuk sistem
perpipaan di industri pembangkit listrik tenaga nuklir;
API kode seri untuk industri dibidang migas.
Stoomwezen dari Belanda;
SNCT kode dari Perancis untuk petrokimia;
Canadian Z662 dari Kanada;
BS7159 dari Inggris;
NORWEGIAN dan DNV dari Norwegia
Pemilihan kode yang akan digunakan pada perancangan sistem pipa pada prinsipnya
tergantung pada pemilik pabrik, terkecuali pada beberapa negara seperti Canada. Ada
kemungkinan sebuah sistem pipa dapat dirancang berdasarkan dua buah kode yang berbeda,
sebagai contoh Cogeneration Plants pada pabrik penyulingan dapat dirancang berdasarkan Kode
71
B31.1 ataupun B31.3. Perbedaan kode yang dipilih antara lain berpengaruh pada usia pabrik.
Pabrik yang dirancang berdasarkan kode B31.3 umumnya memiliki usia 20 sampai dengan 30
tahun, sedangkan dengan B31.1 pabrik dapat diharapkan berperasi sampai umur 40 tahun.
Perbedaan ini terletak pada Faktor Keamanan ( Safety Factor) yang berbeda, yaitu Kode B31.3
menggunakan Faktor Keamanan yang lebih rendah (SF=3:1) disbanding B31.1 (SF=4:1).
Dampak dari perbedaan ini antara lain adalah perbedaan harga pabrik.
Kode standard pipa biasa mengacu pada kode standard khususnya untuk komponen-
komponen pipa. Sebagai contoh dalam kode standard pipa B31.3 terdapat lebih dari 80 tabel
standard seperti antara lain:
Yang perlu diperhatikan disini ialah kode standar desain bukanlah buku petunjuk
perancangan yang memberikan instruksi bagaimana caranya merancang sistem pipa. Kode
standard hanyalah sebuah alat untuk mengkaji sebuah rancangan sistem perpipaan dengan
memberikan persamaan-persamaan yang disederhanakan untuk menentukan besarnya tegangan
dan menjamin keamanan pada sistem pipa.
Tegangan longitudinal yaitu tegangan yang searah dengan panjang pipa dan merupakan
jumlah dari Tegangan Tekanan (Pressure Stress), tegangan Aksial (Axsial Stress) dan Tegangan
Tekuk (Bending Stress) (Chamsudi, 2005). Mengenai ketiga tegangan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
72
1. Tegangan longitudinal tekan (σLP) adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya tekan internal
P yang bekerja pada dinding pipa dan searah sumbu pipa (lihat Gambar 11.1). Nilai tegangan
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Chamsudi, 2005).
Keterangan :
P = gaya tekan internal (psi)
di = inside diameter (in)
do = outside diameter (in)
Ai = luas permukaan dalam pipa (in2)
Am = luas rata-rata permukaan pipa (in2)
t = tebal pipa (in)
2. Tegangan Aksial σax adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya F ax yang bekerja searah
dengan sumbuh pipa, dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Chamsudi, 2005).
Keterangan :
Ai = luas area diameter dalam pipa (in2)
Am = luas area cross section pipa (in2)
P = pressure (psi)
3. Tegangan Tekuk (σb) adalah tegangan yang ditimbulkan oleh momen (M) yang bekerja di
ujung-ujung pipa. Dalam hal ini tegangan yang terjadi dapat berupa tegangan tekuk tekan
(Tensile Bending) dan tegangan tekuk tarik (Compression Bending). Tegangan tekuk
maksimum terjadi pada permukaan pipa sedangkan tegangan minimum terjadi pada sumbu
pipa. Nilai tegangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Smith dan Van Laan, 1987).
73
Keterangan :
W = weight per linier unit for pipe (lb/in)
L = length of pipe (in)
Z = section modulus of pipe (in³)
Jadi tegangan longitudinal yang bekerja pada sistem perpipaan dapat dinyatakan dengan
rumus di bawah ini (Chamsudi, 2005).
Keterangan :
Ai = luas area diameter dalam pipa (in2)
Am = luas area cross section pipa (in2)
P = design pressure (psi)
Do = outside diameter (in)
t = pressure design thickness (psi)
W = weight per linier unit for pipe (lb/in)
L = length of pipe (in)
Z = section modulus of pipe (in³)
Tegangan tangensial adalah tegangan yang bekerja dalam arah tangensial, dimana
besarnya bervariasi terhadap tebal dinding pipa. Besarnya nilai tegangan tangensial dapat dihitung
dengan persamaan dibawah. Berikut ini gambar 11.4 merupakan contoh gambar tegangan
tangensial.
74
Gambar 11.4 Tegangan tangensial (Chamsudi, 2005)
( )
Dimana:
σH = hoop stress (psi)
P = tekanan (psi)
ri = inside radius (in)
ro = outside radius (in)
r = posisi radius tegangan yang dipertimbangkan (in)
( )
(11.9)
Dimana:
SR = radial stress (psi)
P = tekanan (psi)
ri = inside radius (in)
ro = outside radius (in)
r = posisi radius tegangan yang dipertimbangkan (in)
75
Besarnya tegangan geser dapat dihitung dengan persamaan 3.13. Berikut ini gambar 11.6
merupakan contoh gambar tegangan geser.
Dimana:
= tegangan geser (psi)
V = gaya geser (lb)
Q = faktor tegangan bentuk (1,333 untuk silinder padat)
A = luas penampang pada bagian dalam pipa (in2)
w = berat pipa dan fluida (lb/in)
L = panjang pipa (ft)
= 70.88 inch2
Fax = P . Ai (Diktat PSA Chamsudi Ahmad)
= 113 psi . 70.88 inch2
= 8009.44 lb
. (OD - D )
Am = 4
(Diktat PSA Chamsudi Ahmad)
. (10.75 -9.5 )
= 4
= 19.88 inch2
Fax
σax = Am
(Diktat PSA Chamsudi Ahmad)
= 402.88 psi
Contoh perhitungan Tegangan longitudinal tekan
P . OD
σLP = 4.t
(Diktat PSA Chamsudi Ahmad)
76
. inch
=
4. inch
= 242.95 psi
Contoh perhitungan Tegangan tekuk
SLb = Mb / Z Mb = W * L2 / 8
= 60666,62 / 3,21 = 1,358 x 597,08^2 / 8
= 18899,258 psi = 60666,62
Contoh perhitungan Tegangan Tangesial ( Hoop stress)
P. D. P. P.
σSH = 2. .t 2.t 2.t
(Diktat PSA Chamsudi Ahmad)
P.
= 2.t
. inch
= 2. inch
= 485.9 psi
Contoh perhitungan Tegangan Radial
ro ri
rm = 2
(Diktat PSA Chamsudi Ahmad)
5.375
rm = 2
= 5.06 inch
ri . ro
P (ri
σR = r m
ro -ri
.
113 (
= 5.06
- 4.75
= 438.78 psi
1
V = 2
xWxL (Diktat PSA Chamsudi Ahmad)
1
= 2
x 2.43 x 1145.67
= 1391.9 lb
OD - D
Am =ᴫ (Diktat PSA Chamsudi Ahmad)
5.375 -
=ᴫ
= 4.97 inch2
77
σmax = Am
(Diktat PSA Chamsudi Ahmad)
= 372.480 psi
Dimana :
Fax = Gaya aksial (lb)
Am = Luas penampang pipa (in2)
M = Momen bending (lb.in)
c = Jarak dari sumbu pipa (in)
I = Momen inersia penampang (in4)
P = Tekanan internal
do = Diameter luar pipa (in)
t = Tebal pipa (in)
SL = Tegangan longitudinal (Psi)
78
Dari tabel diatas besar nilai tegangan ijin untuk kondisi sustained load dan material
jenis A 106 Grade B adalah sebesar 20,000 Psi.Nilai tersebut berlaku untuk semua line
number pada SP Jokotole.
S=
Keterangan :
S = Seismic stress (psi)
i = Stress intensification factor
W = Berat pipa (lb)
Z = Modulus penampang pipa (in4)
L = Panjang pipa (in)
G = Seismic acceleration
Metode guided cantilever menunjukkan momen yang terjadi pada pipa lurus ditunjukkan
oleh persamaan 2.23. Perhitungan defleksi pipa lurus dapat ditentukan dengan persamaan 2.24
sebagai berikut:
M=
Δ=
Dimana:
Δ = Displacement, in
79
W = Berat pipa persatuan panjang, lb/in
L = Panjang pipa, in
I = Momen inersia, in4
E = Modulus elastisitas, psi
M = Momen yang terjadi pada support, lb.in
80
Perhitungan Tegangan Longitudinal / Longitudinal Stress :
Axial Stress Section modulus Berat Total
T Internal Panjang Span
Berat Panjang Bending Longitudinal
NO Line Number P (Psi) Pressure pipa Length
S axial OD Berat Pipa Berat Fluida Berat Total Cross Pipa(m) Stress (psi) Stress (Psi)
(psi) Ai (in2) Am (in2) ID (in) Tck (in) I Z (in3) (inch) (in)
(psi) (in) (lb) (lb) (lb) Section
(lb/in)
1 PC-001-A01B 310 1471.519 12.730 3.174 1243.328 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 924.968 0.392 925.360 0.901 26.100 1027.559 168.942
947.33 3662.18
2 PC-002-A01B 310 1471.519 12.730 3.174 1243.328 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 769.034 0.326 769.361 0.901 21.700 854.331 168.942
947.33 3662.18
3 PC-003-A01B 310 1471.519 12.730 3.174 1243.328 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 1105.709 0.469 1106.178 0.901 31.200 1228.346 168.942
947.33 3662.18
4 PC-004-A01B 310 1471.519 12.730 3.174 1243.328 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 517.415 0.220 517.634 0.901 14.600 574.803 168.942
947.33 3662.18
5 PC-005-A01B 310 1471.519 12.730 3.174 1243.328 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 1258.098 0.534 1258.632 0.901 35.500 1397.638 168.942
947.33 3662.18
6 PC-006-A01B 310 1471.519 12.730 3.174 1243.328 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 1396.311 0.592 1396.904 0.901 39.400 1551.181 168.942
947.33 3662.18
7 PC-007-A01B 310 1471.519 12.730 3.174 1243.328 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 644.997 0.274 645.270 0.901 18.200 716.535 168.942
947.33 3662.18
8 PC-008-A01B 310 1471.519 12.730 3.174 1243.328 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 517.415 0.220 517.634 0.901 14.600 574.803 168.942
947.33 3662.18
9 PC-009-A01B 310 1471.519 12.730 3.174 1243.328 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 868.265 0.368 868.633 0.901 24.500 964.567 168.942
947.33 3662.18
10 PG-001-A01B 320 1518.987 12.730 3.174 1283.435 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 5801.426 2.461 5803.887 0.901 163.700 6444.882 168.942
947.33 3749.76
11 PG-002-A01B 320 1892.857 28.890 5.581 1656.387 6.625 6.065 0.280 28.128 8.491 5938.885 3.252 5942.137 1.584 95.300 3751.969 207.107
957.74 4506.98
12 PG-003-A01B 50 202.546 7.393 2.228 165.868 3.500 3.068 0.216 3.016 1.723 3876.562 1.360 3877.922 0.632 155.800 6133.858 147.667
938.29 1306.70
13 PG-004-A01B 310 1833.705 28.890 5.581 1604.625 6.625 6.065 0.280 28.128 8.491 5857.872 3.208 5861.080 1.584 94.000 3700.787 207.107
957.74 4396.07
14 PL-001-A01B 320 1892.857 28.890 5.581 1656.387 6.625 6.065 0.280 28.128 8.491 149.563 77.908 227.471 2.407 2.400 94.488 167.982
957.74 4506.98
15 PL-002-A01B 320 1892.857 28.890 5.581 1656.387 6.625 6.065 0.280 28.128 8.491 305.357 159.063 464.420 2.407 4.900 192.913 167.982
957.74 4506.98
16 PL-003-A01B 50 295.759 28.890 5.581 258.811 6.625 6.065 0.280 28.128 8.491 4854.556 2528.769 7383.325 2.407 77.900 3066.929 167.982
957.74 1512.31
17 PL-004-A01B 50 295.759 28.890 5.581 258.811 6.625 6.065 0.280 28.128 8.491 922.303 480.434 1402.737 2.407 14.800 582.677 167.982
957.74 1512.31
18 PL-005-A01B 14.7 98.438 50.027 8.399 87.555 8.625 7.981 0.322 72.452 16.801 1988.150 1191.683 3179.833 3.810 21.200 834.646 187.826
962.67 1148.66
19 PL-006-A01B 14.7 98.438 50.027 8.399 87.555 8.625 7.981 0.322 72.452 16.801 872.160 522.766 1394.927 3.810 9.300 366.142 187.826
962.67 1148.66
20 PL-007-A01B 14.7 98.438 50.027 8.399 87.555 8.625 7.981 0.322 72.452 16.801 1359.820 815.066 2174.886 3.810 14.500 570.866 187.826
962.67 1148.66
21 PL-008-A01B 14.7 86.953 28.890 5.581 76.090 6.625 6.065 0.280 28.128 8.491 186.953 97.385 284.339 2.407 3.000 118.110 167.982
957.74 1120.78
22 PL-009-A01B 14.7 86.953 28.890 5.581 76.090 6.625 6.065 0.280 28.128 8.491 180.722 94.139 274.861 2.407 2.900 114.173 167.982
957.74 1120.78
23 PL-010-A01B 450 2136.076 12.730 3.174 1804.830 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 124.038 50.064 174.102 1.263 3.500 137.795 142.629
947.33 4888.24
24 PL-011-A01B 450 2136.076 12.730 3.174 1804.830 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 124.038 50.064 174.102 1.263 3.500 137.795 142.629
947.33 4888.24
25 PL-012-A01B 450 2136.076 12.730 3.174 1804.830 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 99.230 40.051 139.281 1.263 2.800 110.236 142.629
947.33 4888.24
26 PT-004-A01B 320 1518.987 12.730 3.174 1283.435 4.500 4.026 0.237 7.229 3.213 290.603 117.293 407.896 1.263 8.200 322.835 142.629
947.33 3749.76
81
Perhitungan Tegangan Tangensial / Hoop Stress :
Hoop Stress
NO Line Number P (Psi) OD (in) Thickness (in)
(Psi)
82
Perhitungan Tegangan Geser / Shear stress :
Tegangan
NO Line Number V Q
Geser
83
Perhitungan Stress akibat Beban Sustain :
Allowable
Longitudinal S axial Bending Stress Stress due to
NO Line Number Stress Remarks
Stress (Psi) (psi) (psi) Sustain Load
B31.3 (Psi)
84
BAB 12
CAESAR II
12.1 ANALISA TEGANGAN
PSA (pipe stress analisis) adalah suatu cara perhitungan tegagan pada perpipaan karena
adanya beban statis dan beban dinamis, beban ini bisa berupa gaya berat fluida yang megalir,
gaya tekan fluida, dan gaya beban yang muncul tiba-tiba karen atermal ekspansion, gaya dari
luar karena angin, gempa dll. PSA dilakukan pada pipleine maupun sistem perpipaan untuk
memastikan keamanan rute pipa, beban nozle, dan apakah support pipa telah dipilih diletakkan
secara tepat sehingga tegangan yang terjadi tidak melebihi besaran maksimal yang diatur.
(ivalgan, 2011) Untuk memenuhi tujuan di atas maka para engineer menggunakan software
untuk memudahkan perhitungan.
Software yang digunakan adalaha CAESAR II, Autopipe. Caesar II adalah program
komputer yang dibuat oleh COADE Inc. Untuk memnuhi kebutuhan perhitungan PSA, software ini
sangat membantu dalam desain mechanical dan sistem perpipaan. Tujuan PSA adalah sebagai
berikut:
a. Memastikan tidak terjadi overload yang akan mengakibatkan defleksi karena overstress
pada pipa
b. Menentukan peletakan, jenis dan dimensi dari support juga pondassi pipa
c. Menentukan displacement/pergeseran pipa untuk perhitungan pada nozle-vessel
d. Mengatasi masalah getaran pada perpipaan
e. Mengoptimalkan desain sistem perpipaan
12.2 CAESAR II
CAESAR II adalah sebuah paket software PC yang digunakan untuk analisa stress pada
pipa yang dikembangkan, dipasarkan, dan dijual oleh perusahaan Intergraph CAS. Software ini
adalah sebuah alat engineer digunakan dalam mechanical design dan analisa sistem perpipaan.
Penggunaan CAESAR II untuk membuat sebuah model dari sistem perpipaan digambarkan
dengan mudah menggunakan elemen gambar 3D dan ditentukan dengan kondisi muatan dalam
sistem perpipaan. Caesar II paling sering digunakan untuk mechanical design dari sistem
perpipaan. Beban, perpindahan, dan stres dapat diperkirakan melalui analisa dari pemodelan
perpipaan dalam CAESAR II. CAESAR II menggabungkan banyak batasan tempat di atas sistem
dan pemasangan peralatannya. Batasan ini kususnya dari badan engineer (seperti pengawas
ASME B31, ASME Section VIII, dan Welding Research Council) atau dengan pembuatan dari
perpipaan yang berhubungan peralatan (API, Nema, atau EJMA).
Sistem perpipaan panas menunjukkan sebuah problem unik pada mechanical engineer. Ini
tidak ditentukan struktur experience great thermal strain yang harus diserap oleh perpipaan,
supports, dan peralatan yang menancap. Struktur ini harus cukup kuat untuk mendukung
beratnya tetapi cukup fleksibel untuk menahan pemanjangan panas ( thermal growth).
85
CAESAR II tidak dibatasi dengan analisa panas pada sistem perpipaan. CAESAR II juga
memiliki kemampuan dari pemodelan dan penganalisa dalam jangkauan luas dari beban static
dan dinamik yang mana dapat menentukan sistem. Karena ini, CAESAR II tidak hanya sebuah
alat untuk mendesain baru. Ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah atau
mendesain ulang sistem yang ada. Kamu dapat menentukan akibat dari kegagalan atau menilai
kepelikan dari kondisi ketidak antisipasi operasi seperti interaksi fluida dalam perpipaan atau
vibrasi mekanik dikarenakan oleh peralatan yang berputar.
86
1. PC-009-A01B-1
87
Hoop Stress : 56565.5 @Node 18
Max Stress Intensity : 59897.9 @Node 20
3. PL-001-A01B
89
BAB 13
MANAJEMEN PERANCANGAN
13.1 WBS
WBS adalah suatu metode pengorganisaian proyek menjadi struktur pelaporan hierarakis.
WBS digunakan untuk melakukan Breakdown atau memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi
lebih detail.hal ini dimaksudkan agar proses perencanaan proyek memiliki tingkat yang lebih baik.
WBS disusun bedasarkan dasar pembelajaran seluruh dokumen proyek yang meliputi kontrak,
gambar-gambar, dan spesifikasi. Proyek kemudian diuraikan menjadi bagian-bagian dengan
mengikuti pola struktur dan hirarki tertentu menjadi item-item pekerjaan yang cukup terperinci,
yang disebut sebagai Wok Breakdown Structure.
90
Diagram Work Breakdown Structure tersebut dapat diperinci pada tabel dibawah ini :
Tabel WBS Project BS Warukin Selatan
1. ENGINEERING
1.1 Proses Engineering
1.1.1 Desain Gambar
1.1.2 Estimasi Biaya Proyek
1.2 Mechanical / Piping Engineer
1.2.1 Desain Gambar
1.2.2 Estimasi Biaya Proyek
1.3 Sipil Engineering
1.3.1 Desain Gambar
1.3.2 Estimasi Biaya Proyek
2. PROCUREMENT
3.7 Fluid In
Uraian Pekerjaan :
1. Engineering
Pada tahap Engineering dimulai semua hal yang akan dibangun mulai untuk di
desain dan di rencanakan, mulai dari bentuk gambar, material apa saja yang akan
dipakai, sampai dengan perhitungan total biaya yang dibutuhkan untuk mendukung
berdirinya project SP Jokotole. Dalam tahap Engineering dibagi dalam 3 divisi :
91
1. Divisi Proses Engineering
Yang akan merencanakan segala macam hal yang akan digunakan dalam proses
pentransferan minyak mentah dari well head menuju tempat pengolahan.
2. Divisi Mechanical/Piping Engineering
Yang akan merencanakan equipment apa saja yang akan dipakai dalam mendukung
proses yang telah dirancang oleh divisi proses, selanjutnya merencanakan peletakan
serta desain dari sistem perpipaan yang akan digunakan.
3. Divisi Civil Engineering
Yang akan merencanakan bangunan – bangunan penunjang yang akan dibangun di
dalam mendukung proses produksi, misal: rumah pompa, pondasi tangki,dll.
2. Procurement
Pada Tahap procurement keseluruhan kebutuhan yang sudah dirincidan telah
dibuat pada tahap engineering mulai dilakukan proses pengadaan barang & material
yang dibutuhkan untuk keseluruhan proses produksi SP Jokotole. Tahap ini dibagi
menjadi 4 tahap yaitu :
1. Pengadaan pipa & accesories
Pada tahap ini keseluruhan kebutuhan pipa dengan spesifikasi material yang telah
ditentukan serta kebutuhan fitting, flange, valve, dll. Mulai dilakukan pengadaan barang
dan harus sesuai dengan kebutuhan yang telah dirinci pada tahap engineering.
2. Pengadaan Separator & Reaktor Pendukung
Pada tahap ini keseluruhan kebutuhan tangki separator dan reaktor yang dibutuhkan
seperti glycol contactor, heat exchanger, dll mulai dilakukan pengadaan barang dan
harus sesuai dengan kebutuhan yang telah dirinci pada tahap engineering.
3. Pengadaan material pendukung
Material pendukung yang dimaksud adalah material yang dibutuhkan untuk pembuatan
pondasi, rumah pompa, support pipa, structure baja untuk pipe rack, dll. Semua mulai
dilakukan pengadaan barang dan harus sesuai dengan kebutuhan yang telah dirinci pada
tahap engineering.
4. Pengadaan Plat
Plat yang dibutuhkan untuk pembuatan tangki storage yang dilakukan proses konstruksi
dilapangan dikarenakan dimensi tangki yang besar sehingga tidak memungkinkan untuk
di lakukan proses fabrikasi di workshop sehingga plat yang akan dibutuhkan untuk
kebutuhan tangki storage mulai dilakukan proses pengadaan dan harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah dirinci pada tahap engineering.
3. Construction
Pada Tahap ini mulai dilakukan proses konstruksi dari keseluruhan equipment dan
instalasi sistem perpipaan yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan desain yang telah
92
dibuat pada tahap engineering. Tahap Construction dibagi menjadi beberapa tahap
antara lain :
1. Pembangunan pondasi, tangki, reaktor, dan rumah pompa.
Pada tahap ini mulai dilakukan pembangunan pondasi yang akan digunakan untuk
menopang tangki dan reaktor yang akan dibangun sesuai dengan koordinat yang telah
ditentukan pada plot plan.
2. Pembangunan Tangki Storage
Setelah pondasi tangki storage dibuat maka dilakukan proses pembangunan tangki
storage terlebih dahulu hal ini dikarenakan memakan waktu yang lama sehingga dapat
mempercepat proses pembangunan yang telah ditentukan sesuai jadwal pengerjaan
yang telah dibuat.
3. Instalasi Tangki Reaktor dan Pompa
Pada tahap ini seluruh equipment pendukung produksi mulai dilakukan proses peletakan
pada pondasi yang telah dibuat sesuai dengan koordinat plot plan yang telah dibuat.
4. Instalasi perpipaan & support
Setelah keseluruhan equipment terpasang dengan baik pada pondasi yang telah dibuat
proses selanjutnya yaitu instalasi sistem perpipaan untuk menyambungkan keseluruhan
proses produksi. Proses instalasi pipa harus benar – benar sesuai dengan desain yang
telah dibuat untuk menghindari kemungkinan stress pada pipa dan harus melakukan
peletakan support dengan benar sesuai desain yang telah dibuat.
5. Hydrostatic Test
Test yang dilakukan sebelum proses produksi dimulai untuk mengetahui apakah
sistem perpipaan sudah siap untuk digunakan.
6. Pigging & Cleaning
Yaitu Proses pembersihan bagian dalam pipa sebelum proses produksi dimulai
7. Fluid in
Proses Pembangunan dan inspeksi telah selesai semua dan produksi siap untuk
dijalankan.
13.3 Produktivitas Kerja
Menurut Hasibuan (1996:126) Produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil)
dengan input (masukan). Jika Produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan
efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sisitem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan
keterampilan dari tenaga kerjanya.
Menurut Riyanto (1986 : 22) secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara
hasil yang dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input).
Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran
tenaga kerja persatuan waktu.
93
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan
karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang karyawan dapat
dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan
dalam waktu yang singkat atau tepat.
13.4 Penjadwalan
94
Gambar 13.2 Gantt Chart SP Jokotole
95
13.6 Analisa Biaya
Estimasi biaya awal digunakan untuk studi kelayakan, alternatif desain yang mungkin, dan
pemilihan desain yang optimal untuk sebuah proyek. Hal yang penting dalam pemilihan metode
estimasi biaya awal haruslah akurat, mudah, dan tidak mahal dalam penggunaannya. Jumlah dan
luas lantai memperlihatkan karakteristik dan ukuran fisik dari suatu proyek pembangunan gedung
yang dalam kepraktisannya informasi ini bisa tersedia dengan mudah pada tahap desain
pembangunan gedung. Estimasi biaya konstruksi merupakan hal penting dalam dunia industri
konstruksi. ketidak akuratan estimasi dapat memberikan efek negatif pada
seluruh proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi
dan gambar kerja yang disiapkan owner harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan
tepat dan kontraktor dapat menerima keuntungan yang layak. Estimasi biaya konstruksi dikerjakan
sebelum pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen
penawaran dan lainnya. Estimasi biaya mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan
perusahaan pada umumnya. Keakuratan dalam estimasi biaya tergantung pada keahlian dan
ketelitian estimator dalam mengikuti seluruh proses pekerjaan dan sesuai dengan informasi
terbaru. Proses analisis biaya konstruksi adalah suatu proses untuk mengestimasi biaya langsung
yang secara umum digunakan sebagai dasa penawaran. Salah satu metode yang digunakan untuk
melakukan estimasi biaya konstruksi adalah menghitung secara detail harga satuan pekerjaan
berdasarkan nilai indeks atau koefisien untuk analisis biaya bahan dan upah kerja. Hal lain yang
perlu dipelajari pula dalam kegiatan ini adalah pengaruh produktivitas kerja dari para tukang yang
melakukan pekerjaan sama yang berulang. Hal ini sangat penting dan
tentu saja dapat mempengaruhi jumlah biaya konstruksi yang diperlukan apabila tingkat
ketrampilan tukang dan kebiasaan tukang berbeda
Pada pengerjaan proyek ini, kontraktor berusaha untuk meminimalkan jumlah dan peran dari
sumberdaya. Sumberdaya yang digunakan sebagai berikut:
Project Manager
Project Manager (PM) bekerja melintasi batas-batas antara teknik dan manajemen proyek,
memimpin tenaga teknis yang berkontribusi terhadap atau produk. sebagai penghubung antara
manajer proyek dan berbagai disiplin teknis yang terlibat dalam proyek. PM tanggung jawabnya
meliputi persiapan jadwal,persiapan sumber daya teknik dan segala kegiatan yang berhubungan
dengan kegiatan teknis dalam sebuah proyek. PM juga mungkin bertanggung jawab atas kinerja
manajemen vendor, menjamin akurasi prakiraan keuangan yang terintegrasikan dengan jadwal,
memastikan proyek selesai sesuai dengan rencana, mengelola sumber daya team proyek dengan
berbagai pelatihan dan mengembangkan pengalaman dan keahlian team proyek.
Engineering Team
96
Engineering team bekerja meliputi seluruh kegiatan perencanaan dari desain produksi SP Jokotole
mulai dari awal hingga akhir yang. Dalam engineering team dibagi menjadi beberapa divisi yang
dibutuhkan dalam proyek ini dan setiap divisi memiliki beberapa anggota untuk mempercepat
pengerjaan proses pengerjaan tahap engineering.
Safety Management
Di dalam safety management memiliki tugas untuk menghandle keseluruhan proses pembangunan
dan melakukan inspeksi keselamatan terhadap keseluruhan pekerja agar selalu mentaati peraturan
yang barkaitan dengan keselamatan pekerja.
Supervisor
Supervisor lebih lazim dikenal sebagai seorang yang memonitor jalannya pekerjaan, kondisi dalam
suatu grup maupun organisasi pekerjaan. Tugas supervisor berbeda beda disetiap perusahaan
maupun instansi yang mempekerjakannya, namun secara umum supervisor mempunyai tugas
utama yaitu memonitoring suatu jalannya produksi agar berjalan lancar dan terkendali. Supervisor
harus bertanggung jawab dalam memastikan semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik sehingga
semua proses produksi berjalan lancar seperti monitoring produksi, pengawasah anak buah,
melakukan instruksi kerja, bertanggung jawab keamanan, keselamatan atau kesehatan yang
terancam. Ia harus mampu menjalin kerja sama dengan atasan perusahaan atau dengan
bawahannya agar tidak terjadi konflik.
Welding Process
Di dalam welding process ada 3 sumberdaya utama, yaitu Fitter, helper dan welder. Fitter adalah
orang yang berperan sebagai pembantu pekerjaan welder. Helper di proses pengelasan berperan
untuk membantu segala pekerjaan welder dan Fitter. Helper dapat dikatakan sebagai pembantu
umum pada proses pengelasan. Sedangkan welder adalah teanga ahli juru las yang telah memiliki
sertifikasi keahlian pengelasan. Tugasnya melaksanakan penyambungan pipa dengan cara las
sesuai dengan gambar kerja yang telah diberikan. Welder bertanggung jawab atas semua hasil
pengelasan pada BS Warukin Selatan.
Operator
Operator bertugas dalam tahap konstruksi yang akan membantu pengerjaan proyek dengan
menggunakan beberapa alat tertentu seperti crane, forklift, dll.
QC Inspector
Quality control inspector adalah orang yang bertugas untuk menginspeksi hasil pekerjaan yang
telah dilakukan, seperti welding inspector, structure inspector, pressure vessel inspector, dan lain-
lain. Sebagai contoh welding inspector, orang tersebut berperan untuk menginspeksi hasil
pengelasan dari welder dengan pengujian- pengujian (Non destructive test) dan memberiktahukan
hasil inspeksinya kepada supervisor dan project engineer. Jika hasil pengelasan welder ditolak oleh
QC inspector maka wajib dilakukan pembenaran maupun penggantian sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Selain itu QC juga berperan untuk memeriksa hasil uji setelah semua plant sudah
diselesaikan seperti uji hydrostatic, uji hydrant dan sprinkle, holiday testing, serta LPT dan MPT.
97
13.6.2 Analisa Biaya Material
Analisa biaya material dilakukan untuk mengetahui biaya keseluruhan dari setiap
equipment maupun accesories perpipaan pada keseluruhan produksi sehingga kita dapat
memperkirakan keseluruhan biaya yang diperlukan dalam proses pembangunan SP Jokotole.
Analisa biaya material meliputi biaya material plat, pipa, fitting, flange, valve, material pendukung
untuk pondasi, rumah pompa, dll.
13.7 Analisa Biaya pada Proyek SP Jokotole
Analisa Biaya Man Power :
Proses Engineering
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Engineer 3 Rp 803,993.17 20 Rp 48,239,590
2 Designer 2 Rp 267,953.44 20 Rp 10,718,138
3 Drafter 2 Rp 167,520.72 20 Rp 6,700,829
TOTAL Rp 65,658,557
Civil Engineering
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Engineer 2 Rp 803,993.17 20 Rp 32,159,727
2 Designer 1 Rp 267,953.44 20 Rp 5,359,069
3 Drafter 1 Rp 167,520.72 20 Rp 3,350,414
TOTAL Rp 40,869,210
PC-001-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 26.1 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 16,708,280.40
2 7 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 5,487,223.00
3 4 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 4,766,212.00
4 16 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 631,792.00
5 16 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 722,656.00
6 4 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 549,800.00
7 1 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 14,198,944.00
Total Rp 43,064,907.40
98
13.8 S-Curve
Kurva-S atau S-Curve adalah suatu grafik hubungan antara waktu pelaksanaan proyek
dengan nilai akumulasi progres pelaksanaan proyek mulai dari awal hingga proyek selesai. Kurva-S
sudah jamak bagi pelaku proyek. Umumnya proyek menggunakan S-Curve dalam perencanaan
dan monitoring schedule pelaksanaan proyek, baik pemerintah maupun swasta. Kurva-S ini secara
gampang akan terdiri atas dua grafik yaitu grafik yang merupakan rencana dan grafik yang
merupakan realisasi pelaksanaan. Perbedaan garis grafik pada suatu waktu yang diberikan
merupakan deviasi yang dapat berupa Ahead ( realisasi pelaksanaan lebih cepat dari rencana) dan
Delay (realisasi pelaksanaan lebih lambat dari rencana). Indikator tersebut adalah satu-satunya
yang digunakan oleh para pelaku proyek saat ini atas pengamatan pada proyek-proyek yang
dikerjakan di Indonesia.
Kepraktisan menggunakan alat ini menjadikannya sebagai alat yang paling banyak
digunakan dalam proyek. Namun juga tidak sedikit proyek yang menjadikan alat ini hanya sebatas
hiasan dinding ruang rapat proyek. Mungkin agar terlihat “keren” atau yang lain. Padahal manfaat
dari Kurva-S ini cukup banyak disamping sebagai alat indikator dan monitoring schedule
pelaksanaan proyek.
Ada beberapa manfaat lain dari Kurva-S yang dapat diaplikasikan di proyek, yaitu:
Sebagai alat yang diperlukan untuk membuat EVM (Earned Value Method)
Sebagai alat yang dapat membuat prediksi atau forecast penyelesaian proyek
Sebagai alat untuk mereview dan membuat program kerja pelaksanaan proyek dalam satuan
waktu mingguan atau bulanan. Biasanya untuk melakukan percepatan.
Sebagai dasar perhitungan eskalasi proyek
Sebagai alat bantu dalam menghitung cash flow
Untuk mengetahui perkembangan program percepatan
Untuk dasar evaluasi kebijakan manajerial secara makro.
99
BAB 14
KESIMPULAN & SARAN
14.1 Kesimpulan
1. Desain dari sistem perpipaan SP Jokotole yang telah dirancang sudah memenuhi standar dari
layout dan equipment spacing. Desain ini juga telah memenuhi tingkat keamanan yang sesuai
dengan standart. Hal ini dibuktikan dari pemilihan material dan perhitunngan tebal minimum
beserta analisa tegangan dengan bantuan software CAESAR dan standart ASME B31.3 Process
Piping.
2. Material yang digunakan pada tugas perancangan kali ini dengan menggunakan material ASTM
A106 Gr. B dengan suhu desain 200 oF dan allowable stress 20000 psi.
3. Berdasarkan hasil running software CAESAR pada setiap line number yang kritiis dengan
menggunakan materialASTM A106 Gr. B, tegangan yang terjadi pada setiap line number
tersebut masih dibawah dari tegangan yang diijinkan yaitu sebesar 20000 psi, sehingga dapat
dikatakan desain pada tugas perancangan ini aman.
14.2 Saran
1. Menghitung dan membandingkan tegangan pipa yang dilakukan secara manual dan software
CAESAR atau dengan menggunakan software yang lain
2. Menghitung head loss untuk pada setiap line number karena pada tugas perancangan ini
hanya menggunakan standar yang ada.
3. Menghitung tegangan dari setiap line number karena pada tugas perancangan ini hanya
dilakukan perhitungan menggunakan software pada line yang kritis saja.
100
Lampiran
101
PFD
P&ID
PLOT PLAN
GAMBAR 3D
ISOMETRI
KATALOG
Phone (734) 374-5100 Facsimile (734) 374-5444
1/8 4. 31 4. 69
1/4 3. 95 4. 69
3/8 3. 50 4. 91
1/2 3. 15 3. 44 5. 58 8. 12
3/4 3. 70 3. 88 7. 81 9. 97
1 4. 08 4. 31 8. 11 22. 10
1-1/4 4. 75 5. 58 8. 92 23. 80
1-1/2 5. 82 6. 67 11. 99 25. 01
2 6. 18 6. 79 14. 15 27. 88
2-1/2 8. 27 9. 82 29. 15 32. 30
3 9. 85 13. 47 38. 08 43. 73
4 14. 03 19. 50 59. 42 65. 50
5 18. 99 27. 01
6 24. 77 37. 05
Manufacturing Facility is ISO9001:2000
Fittings Pressure Tested & Straightness Tested
Dimensions Conform to ASME B16.9
Material Conforms to ASTM A234
Fittings are Lot‐traceable with material test reports
MSI Steel Butt Weld Fittings meet the following specifications : ASME B16.9; A234 Grade B
SBW-0118 / Page 2
STD & XH Carbon Buttweld Price Sheets - SBW-0118
Standard Item Extra Heavy
Tees Size
Number
Std List Price
Item Number
XH List Price
1/2" A2520008 $54.52 A2620008 $53.83
3/4" A2520012 $54.52 A2620012 $53.83
1" A2520016 $54.52 A2620016 $53.83
1-1/4" A2520020 $54.52 A2620020 $53.83
1-1/2" A2520024 $54.52 A2620024 $53.83
2" A2520032 $55.77 A2620032 $61.34
2-1/2" A2520040 $76.96 A2620040 $102.10
3" A2520048 $85.77 A2620048 $95.12
4" A2520064 $120.34 A2620064 $153.74
5" A2520070 $198.61 A2620070 $335.05
6" A2520072 $206.76 A2620072 $294.40
8" A2520084 $360.69 A2620084 $582.66
10" A25200120 $708.65 A26200120 $868.47
12" A25200144 $991.72 A26200144 $1,263.68
14" A25200168 $1,739.84 A26200168 $2,399.25
MSI Steel Butt Weld Fittings meet the following specifications : ASME B16.9; A234 Grade B
SBW-0118 / Page 3
STD & XH Carbon Buttweld Price Sheets - SBW-0118
Standard Item Extra Heavy Item
Reducing Tees Size
Number
Std List Price
Number
XH List Price
3/4" x 3/4" x 1/2" A25202121208 $63.15 A26202121208 $81.79
1" x 1" x 1/2" A25202161608 $63.15 A26202161608 $81.79
1" x 1" x 3/4" A25202161612 $63.15 A26202161612 $81.79
1-1/4" x 1-1/4" x 3/4" A25202202012 $63.15 A26202202012 $81.79
1-1/4" x 1-1/4" x 1" A25202202016 $63.15 A26202202016 $81.79
1-1/2" x 1-1/2" x 1/2" A25202242408 $63.15 A26202242408 $81.79
1-1/2" x 1-1/2" x 3/4" A25202242412 $63.15 A26202242412 $81.79
1-1/2" x 1-1/2" x 1" A25202242416 $63.15 A26202242416 $81.79
1-1/2" x 1-1/2" x 1-1/4" A25202242420 $63.15 A26202242420 $81.79
2" x 2" x 1/2" A25202323208 $93.27 A26202323208 $87.74
2" x 2" x 3/4" A25202323212 $93.27 A26202323212 $87.74
2" x 2" x 1" A25202323216 $93.27 A26202323216 $87.74
2" x 2" x 1-1/4" A25202323220 $93.27 A26202323220 $87.74
2" x 2" x 1-1/2" A25202323224 $93.27 A26202323224 $87.74
2-1/2" x 2-1/2" x 1" A25202404016 $102.40 A26202404016 $95.26
2-1/2" x 2-1/2" x 1-1/2" A25202404024 $102.40 A26202404024 $95.26
2-1/2" x 2-1/2" x 2" A25202404032 $102.40 A26202404032 $95.26
3" x 3" x 1" A25202484816 $99.79 A26202484816 $110.65
3" x 3" x 1-1/4" A25202484820 $99.79 A26202484820 $110.65
3" x 3" x 1-1/2" A25202484824 $99.79 A26202484824 $110.65
3" x 3" x 2" A25202484832 $99.79 A26202484832 $110.65
3" x 3" x 2-1/2" A25202484840 $99.79 A26202484840 $110.65
4" x 4" x 1-1/2" A25202646424 $126.53 A26202646424 $164.61
4" x 4" x 2" A25202646432 $126.53 A26202646432 $164.61
4" x 4" x 2-1/2" A25202646440 $126.53 A26202646440 $164.61
4" x 4" x 3" A25202646448 $126.53 A26202646448 $164.61
5" x 5" x 3" A25202707048 $273.29 A26202707048 $485.22
5" x 5" x 4" A25202707064 $279.29 A26202707064 $485.22
6" x 6" x 2" A25202727232 $258.65 A26202727232 $304.76
6" x 6" x 2-1/2" A25202727240 $258.65 A26202727240 $304.76
6" x 6" x 3" A25202727248 $258.65 A26202727248 $304.76
6" x 6" x 4" A25202727264 $258.65 A26202727264 $304.76
6" x 6" x 5" A25202727270 $258.65 A26202727270 $304.76
8" x 8" x 3" A25202848448 $469.28 A26202848448 $606.41
8" x 8" x 4" A25202848464 $469.28 A26202848464 $606.41
8" x 8" x 5" A25202848470 $469.28 A26202848472 $606.41
MSI Steel Butt Weld Fittings meet the following specifications : ASME B16.9; A234 Grade B
SBW-0118 / Page 4
STD & XH Carbon Buttweld Price Sheets - SBW-0118
Standard Item Extra Heavy
Concentric Reducers Size
Number
Std List Price
Item Number
XH List Price
3/4" x 1/2" A256251208 $54.75 A266251208 $69.97
1" x 1/2" A256251608 $54.75 A266251608 $69.97
1" x 3/4" A256251612 $54.75 A266251612 $69.97
1-1/4" x 3/4" A256252012 $54.75 A266252012 $69.97
1-1/4" x 1" A256252016 $54.75 A266252016 $69.97
1-1/2" x 1/2" A256252408 $54.75 A266252408 $69.97
1-1/2" x 3/4" A256252412 $54.75 A266252412 $69.97
1-1/2" x 1" A256252416 $54.75 A266252416 $69.97
1-1/2" x 1-1/4" A256252420 $54.75 A266252420 $69.97
2" x 1/2" A256253208 $253.21 A266253208 $253.21
2" x 3/4" A256253212 $75.05 A266253212 $107.35
2" x 1" A256253216 $48.50 A266253216 $48.95
2" x 1-1/4" A256253220 $35.05 A266253220 $47.15
2" x 1-1/2" A256253224 $35.05 A266253224 $39.09
2-1/2" x 1" A256254016 $90.75 A266254016 $116.35
2-1/2" x 1-1/2" A256254024 $57.05 A266254024 $53.45
2-1/2" x 2" A256254032 $45.05 A266254032 $53.45
3" x 1" A256254816 $89.38 A266254816 $111.40
3" x 1-1/4" A256254820 $70.97 A266254820 $88.48
3" x 1-1/2" A256254824 $44.95 A266254824 $59.75
3" x 2" A256254832 $39.09 A266254832 $44.95
3" x 2-1/2" A256254840 $36.38 A266254840 $44.95
4" x 1-1/2" A256256424 $102.86 A266256424 $110.49
4" x 2" A256256432 $57.05 A266256432 $75.46
4" x 2-1/2" A256256440 $57.05 A266256440 $67.82
4" x 3" A256256448 $46.75 A266256448 $57.50
5" x 3" A256257048 $118.15 A266257048 $178.31
5" x 4" A256257064 $86.70 A266257064 $122.65
6" x 2" A256257232 $295.55 A266257232 $367.86
6" x 2-1/2" A256257240 $235.85 A266257240 $432.53
6" x 3" A256257248 $118.55 A266257248 $161.25
6" x 4" A256257264 $97.95 A266257264 $137.39
6" x 5" A256257270 $87.58 A266257270 $133.85
8" x 3" A256258448 $360.25 A266258448 $592.43
8" x 4" A256258464 $165.25 A266258464 $229.07
8" x 6" A256258472 $128.46 A266258472 $187.75
MSI Steel Butt Weld Fittings meet the following specifications : ASME B16.9; A234 Grade B
SBW-0118 / Page 5
STD & XH Carbon Buttweld Price Sheets - SBW-0118
Standard Item Extra Heavy
Eccentric Reducers Size
Number
Std List Price
Item Number
XH List Price
3/4" x 1/2" A256261208 $68.48 A266261208 $74.15
1" x 1/2" A256261608 $68.48 A266261608 $74.15
1" x 3/4" A256261612 $68.48 A266261612 $74.15
1-1/4" x 3/4" A256262012 $68.48 A266262012 $74.15
1-1/4" x 1" A256262016 $68.48 A266262016 $74.15
1-1/2" x 1/2" A256262408 $68.48 A266262408 $74.15
1-1/2" x 3/4" A256262412 $68.48 A266262412 $74.15
1-1/2" x 1" A256262416 $68.48 A266262416 $74.15
1-1/2" x 1-1/4" A256262420 $68.48 A266262420 $74.15
2" x 1/2" A256263208 $352.98 A266263208 $519.18
2" x 3/4" A256263212 $207.06 A266263212 $386.27
2" x 1" A256263216 $72.76 A266263216 $93.87
2" x 1-1/4" A256263220 $82.76 A266263220 $108.25
2" x 1-1/2" A256263224 $45.92 A266263224 $49.91
2-1/2" x 1" A256264016 $259.16 A266264016 $269.00
2-1/2" x 1-1/2" A256264024 $61.08 A266264024 $75.11
2-1/2" x 2" A256264032 $52.10 A266264032 $74.11
3" x 1" A256264816 $291.95 A266264816 $339.11
3" x 1-1/4" A256264820 $250.63 A266264820 $280.27
3" x 1-1/2" A256264824 $69.62 A266264824 $101.96
3" x 2" A256264832 $61.08 A266264832 $69.08
3" x 2-1/2" A256264840 $57.04 A266264840 $65.04
4" x 1-1/2" A256266424 $304.69 A266266424 $490.48
4" x 2" A256266432 $90.75 A266266432 $131.15
4" x 2-1/2" A256266440 $78.60 A266266440 $99.25
4" x 3" A256266448 $74.56 A266266448 $95.67
5" x 3" A256267048 $150.47 A266267048 $276.33
5" x 4" A256267064 $150.47 A266267064 $221.43
6" x 2" A256267232 $531.80 A266267232 $687.20
6" x 2-1/2" A256267240 $414.57 A266267240 $495.86
6" x 3" A256267248 $240.75 A266267248 $269.04
6" x 4" A256267264 $153.61 A266267264 $207.06
6" x 5" A256267270 $110.50 A266267270 $254.67
MSI Steel Butt Weld Fittings meet the following specifications : ASME B16.9; A234 Grade B
SBW-0118 / Page 6
STD & XH Carbon Buttweld Price Sheets - SBW-0118
Standard Item Extra Heavy
LR Return Bends Size
Number
Std List Price
Item Number
XH List Price
1/2" A2562208 $154.60 A2662208 $195.67
3/4" A2562212 $154.60 A2662212 POA
1" A2562216 $154.60 A2662216 $195.67
1-1/4" A2562220 $154.60 A2662220 $195.67
1-1/2" A2562224 $154.60 A2662224 $195.67
2" A2562232 $154.60 A2662232 $220.13
2-1/2" A2562240 $154.60 A2662240 $220.13
3" A2562248 $177.03 A2662248 $319.90
4" A2562264 $246.36 A2662264 $395.99
5" A2562270 $739.88 A2662270 $930.58
6" A2562272 $570.44 A2662272 $1,094.42
8" A2562284 $1,313.42 A2662284 $2,153.11
10" A25622120 $1,976.05 A26622120 POA
12" A25622144 POA A26622144 POA
14" A25622168 POA A26622168 POA
MSI Steel Butt Weld Fittings meet the following specifications : ASME B16.9; A234 Grade B
SBW-0118 / Page 7
Cast Iron Valves
ART 77/78
Cast Iron PN16 Flanged Ball Valve
Full Bore • 16 Bar Rated • -10°C to +150°C • ISO Direct Mount
Chrome Plated Brass Ball (77) • Stainless Steel Ball (78)
3
/4" 1" 11/4" 11/2" 2" 21/2" 3" 4" 5" 6" 8"
77 £ 148.89 164.23 196.09 219.35 248.26 321.43 405.57 521.90 1009.25
1357.85
3237.30
ART 170
Cast Iron PN16 Flanged Swing Check Valve to BS
BS5153
EN12334 (BS 5153)
16 Bar Rated • -10°C to +230°C • Bronze Trim
ART 171
Ductile Iron PN16 Ball Check Valve BSP Parallel F/F End
16 Bar Rated • O°C to +80°C • Epoxy Finish • NBR Seals • NBR Coated
Aluminium Ball
1" 11/4" 11/2" 2" 21/2" 3"
£ 101.14 110.08 123.77 158.77 223.36 342.40
ART 172
Ductile Iron PN16 Flanged Ball Check Valve to BS EN12334 (BS 5153)
16 Bar Rated • O°C to +80°C • Epoxy Finish • NBR Seals • NBR Coated
Aluminium Ball
ART 121
Cast Iron Dual Plate Wafer Check Valve
16 Bar Rated • -10°C to +110°C • Stainless Steel Disc • EPDM Seat
16
Please note prices shown in red are items on a lead time.
Cast Iron Valves
ART 110
Ductile Iron Wafer Butterfly Valve
16 Bar Rated • -10°C to +110°C • EPDM Liner • DI Zinc Plated Disc • ISO Top
ART 115
Ductile Iron Wafer Butterfly Valve
16 Bar Rated • -10°C to +110°C • EPDM Liner • Stainless Steel Disc
ISO Top • WRAS Approved
2" 21/2" 3" 4" 5" 6" 8" 10" 12"
£ 119.74 138.35 167.95 210.78 276.75 341.14 556.65 986.40 1510.18
Gearbox Available (We strongly advise gearbox on all 8", 10" and 12")
ART 120
Ductile Iron Wafer Butterfly Valve
16 Bar Rated • -10°C to +90°C • NBR Liner • Stainless Steel Disc • ISO Top
ART 135
Ductile Iron Lugged and Tapped Butterfly Valves
16 Bar Rated • -10°C to +110°C • EPDM Liner • Stainless Steel Disc
ISO Top • WRAS Approved
2" 21/2" 3" 4" 5" 6" 8" 10" 12"
£ 130.95 158.80 179.70 247.11 310.87 396.98 626.95 1089.50 1641.43
Gearbox Available (We strongly advise gearbox on all 8", 10" and 12")
ART 145
Ductile Iron Lugged and Tapped Butterfly Valves
16 Bar Rated • -10°C to +90°C • NBR Liner • DI Zinc Plated Disc
ISO Top • 8"-12" Gear Box Operated
2" 21/2" 3" 4" 5" 6" 8" 10" 12"
£ 121.21 141.77 157.84 199.45 241.49 289.99 603.74 787.49 1075.31
Gearbox Available (8" - 12" Supplied c/w G/Box for dry duty)
17
Please note prices shown in red are items on a lead time.
Cast Iron Valves
ART 235
Cast Iron PN16 Flanged Gate Valve to BS 5150
16 Bar Rated • -10°C to +230°C • Bronze Trim • Stainless Steel Stem
ART 105
Cast Iron PN16 Flanged Gate Valve to BS EN1171
16 Bar Rated • -10°C to +120°C • Stainless Steel Stem • Brass Trim
ART 210
Cast Iron Table E & D Flanged Gate Valves to BS 3464
10 Bar Rated • -10°C to +150°C • Bronze Trim • Stainless Steel Stem
ART 260
Cast Iron PN16 Globe Valve to BS 5152
16 Bar Rated • -10°C to +200°C • Bronze Trim • Stainless Steel Stem
ART 185
Cast Iron PN16 Flanged ‘Y’ Type Strainer
16 Bar Rated • -10°C to +230°C • Stainless Steel Screen 1.5mm
18
Please note prices shown in red are items on a lead time.
Carbon Steel Weld Fittings & Flanges — List Price Schedule 2-10
Effective February 1, 2010 Carbon Steel Weld Fittings
PRICING SUBJECT TO CHANGE Sizes: 1/2” to 24”
www.matco-norca.com
Carbon Steel Weld Fittings & Flanges — Schedule 2-10 (Page 3) Prices effective February 1, 2010
WELD REDUCERS WELD REDUCERS
STANDARD EXTRA STRONG STANDARD EXTRA STRONG
SIZE SIZE
Concentric Eccentric Concentric Eccentric Concentric Eccentric Concentric Eccentric
3/4” x 1/2” 54.75 74.15 39.97 68.45 6” x 2-1/2” 235.81 --- --- ---
1-1/4” x 3/4” 54.75 --- 39.97 68.45 6” x 5” 87.58 110.49 133.85 254.67
4” x 3” 46.71 74.56 57.49 95.67 20” x 16” 1520.83 2424.53 --- ---
5” x 2-1/2” --- 235.36 --- --- 20” x 18” 1520.83 2430.83 --- ---
5” x 3” 118.13 150.47 178.31 276.23 24” x 16” 1835.69 --- --- ---
5” x 3-1/2” --- --- 126.06 --- 24” x 18” --- 3503.84 --- ---
5” x 4” 86.69 150.47 122.62 221.43 24” x 20” 1720.26 3187.19 --- ---
www.matco-norca.com
Carbon Steel Weld Fittings & Flanges — Schedule 2-10 (Page 4) Prices effective February 1, 2010
CLASS 150 FLANGES
SLIP-ON WELDING - NECK BLIND THREADED SOCKET WELD - (RF) LAP
SIZE (RF or FF) (RF - STD & XH or FF) (RF or FF) (RF or FF) STD XS JOINT
1/2” 20.59 30.11 24.71 31.02 27.18 27.18 21.69
3/4” 20.59 30.11 24.71 31.02 27.18 27.18 21.69
1” 20.59 30.11 24.71 31.02 27.18 27.18 21.69
1-1/4” 20.59 30.11 24.71 31.02 27.18 27.18 21.69
1-1/2” 20.59 30.11 24.71 31.02 27.18 27.18 21.69
2” 22.88 34.48 27.58 34.75 29.93 29.93 24.18
2-1/2” 39.16 37.49 41.96 42.59 40.21 40.21 38.93
3” 31.08 40.92 35.16 42.85 38.14 38.14 32.92
3-1/2” 38.95 49.67 49.28 49.80 --- --- 40.39
4” 38.95 49.67 49.28 49.80 49.65 49.65 40.39
5” 67.84 78.43 64.81 78.38 --- --- 63.40
6” 64.05 75.03 75.03 86.14 81.18 --- 67.84
8” 97.25 132.55 123.11 147.84 116.99 --- 107.56
10” 167.84 212.29 237.10 --- --- --- 169.93
12” 248.89 308.50 357.10 375.03 --- --- 311.61
14” 330.69 444.71 591.37 --- --- --- 664.29
16” 516.99 668.63 872.81 --- --- --- 867.15
18” 642.35 941.05 1183.27 --- --- --- 987.82
20” 734.41 1147.06 1487.35 --- --- --- 1113.55
24” 1061.31 152.48 2052.94 --- --- --- 1334.44
www.matco-norca.com
Pipe Schedule Dimensional Chart
Nominal Outside Light SCH SCH SCH SCH SCH SCH SCH SCH SCH
STD XS XXS
Pipe Size Diameter WT 20 30 40 60 80 100 120 140 160
1/2 .840 --- .109 .147 .294 --- --- STD --- XS --- --- --- .188
3/4 1.050 --- .113 .154 .308 --- --- STD --- XS --- --- --- .219
1 1.315 --- .133 .179 .358 --- --- STD --- XS --- --- --- .250
1-1/4 1.660 --- .140 .191 .382 --- --- STD --- XS --- --- --- .250
1-1/2 1.900 --- .145 .200 .400 --- --- STD --- XS --- --- --- .281
2 2.375 --- .154 .218 .438 --- --- STD --- XS --- --- --- .344
2-1/2 2.875 --- .203 .276 .552 --- --- STD --- XS --- --- --- .375
3 3.500 --- .216 .300 .600 --- --- STD --- XS --- --- --- .438
3-1/2 4.000 -- .266 .318 .636 --- --- STD --- XS --- --- --- ---
4 4.500 .188 .237 .377 .674 --- --- STD --- XS --- .438 --- .531
5 5.562 --- .258 .375 .750 --- --- STD --- XS --- .500 --- .625
6 6.625 .219 .280 .432 .864 --- --- STD --- XS --- .562 --- .719
8 8.625 .219 .322 .500 .875 .250 .277 STD .406 XS .594 .719 .812 .906
10 10.750 .219 .365 .500 1.000 .250 .307 STD XS .594 .719 .844 1.0 1.125
12 12.750 .250 .375 .500 1.000 .250 .330 .406 .562 .688 .844 1.000 1.125 1.312
14 14.000 .250 .375 .500 --- .312 STD .438 .594 .750 .938 1.094 1.250 1.406
16 16.000 .250 .375 .500 --- .312 STD XS .656 0.844 1.031 1.219 1.438 1.594
18 18.000 .250 .375 .500 --- .312 .438 .562 .750 0.938 1.156 1.375 1.562 1.781
20 20.000 .250 .375 .500 --- STD XS .594 .812 1.031 1.281 1.5 1.750 1.969
22 22.000 --- .375 .500 --- STD XS --- .875 1.125 1.375 1.625 1.875 2.125
24 24.000 .250 .375 .500 --- STD .562 .688 .969 1.219 1.531 1.812 2.062 2.344
All dimensions given in inches for common diameters and wall thicknesses.
Dimensions in accordance with ANSI B36.10
Fittings conform to ASTM A234, ASME SA234, WPB specifications and to ASME/ANSI B16.9, B16.28 specifications.
Flanges conform to ASTM A105, ASME SA105 and to ASME/ANSI B16.5 specifications.
Matco-Norca is not responsible for any printing errors in the data contained herein. Although care was taken
for proper representation, verification of all specifications is the sole responsibility of the customer.
Matco-Norca Commercial / Industrial Sales Team 6100 Preston Road, Suite 250, Frisco, TX 75034
TEL: 877-362-5122 • FAX: 469-362-8100 • www.matco-norca.com/wff
80 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
83 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
83 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
86 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
86 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
90 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
170 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
173 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
173 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
176 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
176 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
180 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
2000 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
2100 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1000 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1100 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
Piping Code
CAESAR II 2014 Ver.7.00.00.2800, (Build 140416) Date: JUN 7, 2018 Time: 12:26
Job Name: PERANCNGANPL001
Licensed To: SPLM: Edit company name in <system>\company.txt
STRESSES REPORT: Stresses on Elements
CASE 2 (SUS) W+P1
30 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
33 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
33 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
36 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
36 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
40 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
510 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
520 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
520 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
530 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
530 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
540 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
83 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
86 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
86 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
90 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1000 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1100 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1100 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1110 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
2000 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
2100 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
20 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
23 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
23 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
26 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
26 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
30 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1000 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1100 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1100 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1110 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
Piping Code
CAESAR II 2014 Ver.7.00.00.2800, (Build 140416) Date: JUN 7, 2018 Time: 12:22
Job Name: PERANCANGANPL011-012
Licensed To: SPLM: Edit company name in <system>\company.txt
STRESSES REPORT: Stresses on Elements
CASE 2 (SUS) W+P1
1000 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
1100 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
2000 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
2100 0 0 0 0 0 0 0 B31.3
MANAJEMEN
PERANCANGAN
Proses Engineering
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Engineer 3 Rp 803,993.17 20 Rp 48,239,590
2 Designer 2 Rp 267,953.44 20 Rp 10,718,138
3 Drafter 2 Rp 167,520.72 20 Rp 6,700,829
TOTAL Rp 65,658,557
Civil Engineering
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Engineer 2 Rp 803,993.17 20 Rp 32,159,727
2 Designer 1 Rp 267,953.44 20 Rp 5,359,069
3 Drafter 1 Rp 167,520.72 20 Rp 3,350,414
TOTAL Rp 40,869,210
Instalasi Reboiler
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 5 Rp 2,512,810.80
2 Fitter 1 Rp 167,520.72 5 Rp 837,603.60
3 Helper 2 Rp 157,424.31 5 Rp 1,574,243.10
4 Welder 1 Rp 267,953.44 5 Rp 1,339,767.20
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 5 Rp 2,512,810.80
TOTAL Rp 8,777,236
Instalasi Filter
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 3 Rp 1,507,686.48
2 Fitter 1 Rp 167,520.72 3 Rp 502,562.16
3 Helper 2 Rp 157,424.31 3 Rp 944,545.86
4 Welder 1 Rp 267,953.44 3 Rp 803,860.32
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 3 Rp 1,507,686.48
TOTAL Rp 5,266,341
PC-001-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PC-002-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PC-003-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PC-004-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PC-005-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PC-006-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PC-007-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PC-008-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PC-009-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PG-001-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PG-002-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PG-003-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PG-004-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-001-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-002-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-003-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-004-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-005-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-006-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-007-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-008-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-009-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-010-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-011-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PL-012-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
PT-004-A01B
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Supervisor 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
2 Fitter 2 Rp 167,520.72 2 Rp 670,082.88
3 Helper 2 Rp 157,424.31 2 Rp 629,697.24
4 Welder 2 Rp 267,953.44 2 Rp 1,071,813.76
5 QC Inspector 1 Rp 502,562.16 2 Rp 1,005,124.32
TOTAL Rp 4,381,843
Pre-Commisioning
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Engineer 3 Rp 803,993.17 5 Rp 12,059,898
1 QC Inspector 5 Rp 502,562.16 5 Rp 12,564,054.00
2 Helper 5 Rp 157,424.31 5 Rp 3,935,607.75
TOTAL Rp 16,499,662
Commisioning
No Classification QTY Cost/day (Rp) Durasi Total cost
1 Engineer 3 Rp 803,993.17 5 Rp 12,059,898
5 QC Inspector 5 Rp 502,562.16 5 Rp 12,564,054.00
3 Helper 5 Rp 157,424.31 5 Rp 3,935,607.75
TOTAL Rp 16,499,662
PC-001-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 26.1 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 16,708,280.40
2 7 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 5,487,223.00
3 4 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 4,766,212.00
4 16 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 631,792.00
5 16 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 722,656.00
6 4 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 549,800.00
7 1 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 14,198,944.00
Total Rp 43,064,907.40
PC-002-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 21.7 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 13,891,558.80
2 7 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 5,487,223.00
3 4 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 4,766,212.00
4 16 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 631,792.00
5 16 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 722,656.00
6 4 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 549,800.00
7 1 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 14,198,944.00
Total Rp 40,248,185.80
PC-003-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 31.2 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 19,973,116.80
2 5 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 3,919,445.00
3 4 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 4,766,212.00
4 16 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 631,792.00
5 16 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 722,656.00
6 4 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 549,800.00
7 1 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 14,198,944.00
Total Rp 44,761,965.80
PC-004-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 14.6 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 9,346,394.40
2 5 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 3,919,445.00
3 6 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 7,149,318.00
4 8 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 315,896.00
5 40 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 1,806,640.00
6 6 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 824,700.00
7 2 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 28,397,888.00
Total Rp 51,760,281.40
PC-005-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 35.5 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 22,725,822.00
2 10 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 7,838,890.00
3 4 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 4,766,212.00
4 8 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 315,896.00
5 24 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 1,083,984.00
6 4 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 549,800.00
7 1 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 14,198,944.00
Total Rp 51,479,548.00
PC-006-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 39.4 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 25,222,461.60
2 12 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 9,406,668.00
3 2 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 2,383,106.00
4 16 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 631,792.00
5 4 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 549,800.00
Total Rp 38,193,827.60
PC-007-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 18.2 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 11,650,984.80
2 6 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 4,703,334.00
3 4 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 4,766,212.00
4 16 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 631,792.00
5 16 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 722,656.00
6 4 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 549,800.00
7 1 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 14,198,944.00
Total Rp 37,223,722.80
PC-008-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 14.6 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 9,346,394.40
2 8 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 6,271,112.00
3 1 100 Tee BW Sch. 40 Rp 1,672,286 Rp 1,672,286.00
4 7 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 8,340,871.00
5 8 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 315,896.00
6 64 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 2,890,624.00
7 10 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 1,374,500.00
8 3 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 42,596,832.00
Total Rp 72,808,515.40
PC-009-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 24.5 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 15,684,018.00
2 10 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 7,838,890.00
3 1 100 Tee BW Sch. 40 Rp 1,672,286 Rp 1,672,286.00
4 7 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 8,340,871.00
5 48 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 2,167,968.00
6 6 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 824,700.00
7 2 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 28,397,888.00
Total Rp 64,926,621.00
PG-001-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 163.7 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 104,794,846.80
2 10 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 7,838,890.00
3 8 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 315,896.00
4 3 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 3,574,659.00
5 18 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 812,988.00
6 3 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 412,350.00
7 1 100 Globe Valve #300 Rp 14,198,944 Rp 14,198,944.00
Total Rp 131,948,573.80
PG-002-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 95.3 150 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 1,130,144 Rp 107,702,723.20
2 9 150 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 1,728,716 Rp 15,558,444.00
3 1 150 Elbow 45 Lr Sch. 40 Rp 1,379,129 Rp 1,379,129.00
4 1 200 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 5,263,070 Rp 5,263,070.00
5 1 200 x 150 Reducer (Conc) Rp 3,657,090 Rp 3,657,090.00
6 5 150 Flange WN Rp 1,853,130 Rp 9,265,650.00
7 1 200 Flange WN Rp 3,412,080 Rp 3,412,080.00
8 12 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 473,844.00
9 1 100 Globe Valve #300 Rp 28,067,000 Rp 28,067,000.00
10 12 24 x 102 Bolt Set Rp 54,638 Rp 655,656.00
11 48 20x121 Bolt Set Rp 45,166 Rp 2,167,968.00
12 5 150 Gasket SWG Rp 210,273 Rp 1,051,365.00
13 1 200 Gasket SWG Rp 354,605 Rp 354,605.00
14 1 150 Gate Valve #300 Rp 21,193,170 Rp 21,193,170.00
Total Rp 200,201,794.20
PG-003-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 155.8 80 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 455,226 Rp 70,924,210.80
2 9 80 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 474,730 Rp 4,272,570.00
3 3 80 Flange WN Rp 723,186 Rp 2,169,558.00
5 16 20x108 Bolt Set Rp 45,166 Rp 722,656.00
6 8 20x83 Bolt Set Rp 39,487 Rp 315,896.00
7 3 80 Gasket SWG Rp 94,836 Rp 284,508.00
8 1 80 Globe Valve #300 Rp 8,019,388 Rp 8,019,388.00
Total Rp 86,708,786.80
PG-004-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 94 150 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 1,130,144 Rp 106,233,536.00
2 6 150 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 1,728,716 Rp 10,372,296.00
3 12 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 473,844.00
4 3 150 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 3,574,659.00
5 24 20x121 Bolt Set Rp 45,166 Rp 1,083,984.00
6 3 150 Gasket SWG Rp 210,273 Rp 630,819.00
7 1 150 Globe Valve #300 Rp 28,067,485 Rp 28,067,485.00
Total Rp 150,436,623.00
PL-001-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 19.6 150 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 1,130,144 Rp 22,150,822.40
2 7 150 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 1,728,716 Rp 12,101,012.00
3 3 150 Tee BW Sch 40 Rp 2,866,681 Rp 8,600,043.00
4 24 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 947,688.00
5 8 150 Flange WN Rp 1,853,130 Rp 14,825,040.00
6 72 20x121 Bolt Set Rp 45,166 Rp 3,251,952.00
7 8 150 Gasket SWG Rp 210,273 Rp 1,682,184.00
8 2 150 Globe Valve #300 Rp 28,067,485 Rp 56,134,970.00
9 1 150 Gate Valve #300 Rp 21,193,170 Rp 21,193,170.00
Total Rp 140,886,881.40
PL-002-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 4.9 150 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 8,019,388 Rp 39,295,001.20
2 1 150 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 1,728,716 Rp 1,728,716.00
Total Rp 41,023,717.20
PL-003-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 77.9 150 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 1,130,144 Rp 88,038,217.60
2 12 150 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 1,728,716 Rp 20,744,592.00
3 3 150 Tee BW Sch 40 Rp 2,886,681 Rp 8,660,043.00
4 24 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 947,688.00
5 12 150 Flange WN Rp 1,853,130 Rp 22,237,560.00
6 120 20x121 Bolt Set Rp 45,166 Rp 5,419,920.00
7 11 150 Gasket SWG Rp 210,273 Rp 2,313,003.00
8 2 150 Globe Valve #300 Rp 28,067,485 Rp 56,134,970.00
9 3 150 Gate Valve #300 Rp 21,193,170 Rp 63,579,510.00
Total Rp 268,075,503.60
PL-004-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 1 150 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 1,130,144 Rp 1,130,144.00
2 3 150 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 1,728,716 Rp 5,186,148.00
5 3 150 Flange WN Rp 1,853,130 Rp 5,559,390.00
4 12 20x89 Bolt Set Rp 39,487 Rp 473,844.00
6 24 20x121 Bolt Set Rp 45,166 Rp 1,083,984.00
7 3 150 Gasket SWG Rp 210,273 Rp 630,819.00
9 14.81 150 Gate Valve #300 Rp 21,193,170 Rp 313,870,847.70
Total Rp 327,935,176.70
PL-005-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 21.2 200 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 2,107,894 Rp 44,687,352.80
2 1 200 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 3,257,530 Rp 3,257,530.00
5 1 200 Flange WN Rp 3,412,080 Rp 3,412,080.00
4 12 24x102 Bolt Set Rp 54,638 Rp 655,656.00
6 12 24x140 Bolt Set Rp 65,786 Rp 789,432.00
7 2 200 Gasket SWG Rp 354,605 Rp 709,210.00
9 1 200 Gate Valve #300 Rp 26,118,195 Rp 26,118,195.00
Total Rp 79,629,455.80
PL-006-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 9.3 200 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 2,107,894 Rp 19,603,414.20
2 1 200 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 3,257,530 Rp 3,257,530.00
3 1 200 Tee BW Sch 40 Rp 5,000,887 Rp 5,000,887.00
4 12 24x140 Bolt Set Rp 65,786 Rp 789,432.00
5 1 200 Flange WN Rp 3,412,080 Rp 3,412,080.00
7 1 200 Gasket SWG Rp 354,605 Rp 354,605.00
Total Rp 32,417,948.20
PL-007-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 14.5 200 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 2,107,894 Rp 30,564,463.00
2 1 200 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 3,257,530 Rp 3,257,530.00
3 1 200 Tee BW Sch 40 Rp 5,000,887 Rp 5,000,887.00
4 1 200x150 Reducer (conc) Rp 3,657,090 Rp 3,657,090.00
Total Rp 42,479,970.00
PL-008-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 3 150 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 1,130,144 Rp 3,390,432.00
2 1 150 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 1,728,716 Rp 1,728,716.00
3 1 150 CP Metric Strainer Rp 13,512,892 Rp 13,512,892.00
4 1 150 x 100 Reducer (conc) Rp 1,358,055 Rp 1,358,055.00
5 3 150 Tee BW Sch 40 Rp 2,866,681 Rp 8,600,043.00
6 24 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 1,083,984.00
7 4 150 Flange WN Rp 1,853,130 Rp 7,412,520.00
8 1 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 1,191,553.00
9 24 20x121 Bolt Set Rp 45,166 Rp 1,083,984.00
10 1 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 137,450.00
11 4 150 Gasket SWG Rp 210,273 Rp 841,092.00
12 2 150 Globe Valve #300 Rp 28,067,485 Rp 56,134,970.00
Total Rp 96,475,691.00
PL-009-A01B
1 2.9 150 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 1,130,144 Rp 3,277,417.60
2 2 150 CP Metric Strainer Rp 13,512,892 Rp 27,025,784.00
3 3 150 x 100 Reducer (conc) Rp 1,358,055 Rp 4,074,165.00
4 1 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 1,191,553.00
5 4 150 Flange WN Rp 1,853,130 Rp 7,412,520.00
6 32 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 1,445,312.00
7 16 20x100 Stud Bolt Rp 33,457 Rp 535,312.00
8 1 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 137,450.00
9 3 150 Gasket SWG Rp 210,273 Rp 630,819.00
10 1 150 Globe Valve #300 Rp 28,067,485 Rp 28,067,485.00
Total Rp 73,797,817.60
PL-010-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 3.5 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 2,240,574.00
2 1 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 783,889.00
3 1 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 1,191,553.00
4 8 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 361,328.00
5 1 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 137,450.00
Total Rp 4,714,794.00
PL-011-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 3.5 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 2,240,574.00
2 1 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 783,889.00
3 1 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 1,191,553.00
4 8 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 361,328.00
5 1 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 137,450.00
Total Rp 4,714,794.00
PL-012-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 2.8 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 1,792,459.20
2 2 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 1,567,778.00
3 1 100 Tee BW Rp 1,672,286 Rp 1,672,286.00
Total Rp 5,032,523.20
PT-004-A01B
No QTY ND Description Harga Satuan Harga Total
1 8.2 100 Pipe ASTM A106 Gr. B Sch. 40 Rp 640,164 Rp 5,249,344.80
2 7 100 Elbow 90 Lr Sch. 40 Rp 783,889 Rp 5,487,223.00
3 1 100 Flange WN Rp 1,191,553 Rp 1,191,553.00
4 8 20x115 Bolt Set Rp 45,166 Rp 361,328.00
5 1 100 Gasket SWG Rp 137,450 Rp 137,450.00
Total Rp 12,426,898.80
NO Task Start End Dur Cost Bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
PRODUCTION SP JOKOTOLE 01/01/2019 05/07/2019 186
1 Process 01/01/2019 20/01/2019 20 Rp65,658,556.60 1.051216 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
2 Civil 10/01/2019 29/01/2019 20 Rp40,869,210.00 0.65433 0.03 0.03
3 Mechanical / Piping 19/01/2019 07/02/2019 20 Rp103,177,352.20 1.651905
4 Pembuatan Pondasi Equipment & Piperack 08/02/2019 19/03/2019 40 Rp560,784,651.00 8.978354
5 Pengadaan Material & Eqipment 19/02/2019 10/03/2019 20 Rp64,319,453.60 1.029776
6 Pembuatan Tangki Storage 11/03/2019 09/04/2019 30 Rp513,919,768.00 8.228031
7 Instalasi HP & LP Separator 10/04/2019 14/04/2019 5 Rp413,919,785.00 6.626997
8 Instalasi Glycol Contactor 13/04/2019 17/04/2019 5 Rp356,732,003.00 5.711401
9 Instalasi Reboiler 16/04/2019 20/04/2019 5 Rp257,845,032.00 4.128187
10 Instalasi Surge Drum 19/04/2019 23/04/2019 5 Rp352,960,643.00 5.65102
11 Instalasi Cross Exchanger 22/04/2019 26/04/2019 5 Rp263,748,957.00 4.222711
12 Instalasi Flash Tank 25/04/2019 29/04/2019 5 Rp364,829,456.00 5.841044
13 Instalasi Filter 28/04/2019 30/04/2019 3 Rp140,857,934.00 2.255184
14 Pembuatan Rumah Pompa 29/04/2019 12/05/2019 14 Rp57,386.00 0.000919
15 Pemasangan HP & LP Flare 11/05/2019 24/05/2019 14 Rp454,976,003.00 7.284321
16 Pembersihan Lokasi routing pipa 25/05/2019 26/05/2019 2 Rp1,005,124.32 0.016092
17 PC-001-A01B 27/05/2019 28/05/2019 2 Rp47,446,749.92 0.759639
18 PC-002-A01B 28/05/2019 29/05/2019 2 Rp44,630,028.32 0.714542
19 PC-003-A01B 29/05/2019 30/05/2019 2 Rp49,143,808.32 0.786809
20 PC-004-A01B 30/05/2019 31/05/2019 2 Rp56,142,123.92 0.898855
21 PC-005-A01B 31/05/2019 01/06/2019 2 Rp55,861,390.52 0.89436
22 PC-006-A01B 01/06/2019 02/06/2019 2 Rp42,575,670.12 0.681651
23 PC-007-A01B 02/06/2019 03/06/2019 2 Rp41,605,565.32 0.666119
24 PC-008-A01B 03/06/2019 04/06/2019 2 Rp77,190,357.92 1.235844
25 PC-009-A01B 04/06/2019 05/06/2019 2 Rp69,308,463.52 1.109652
26 PG-001-A01B 05/06/2019 08/06/2019 4 Rp136,330,416.32 2.182696
27 PG-002-A01B 08/06/2019 10/06/2019 3 Rp204,583,636.72 3.275454
28 PG-003-A01B 10/06/2019 13/06/2019 4 Rp91,090,629.32 1.458392
29 PG-004-A01B 13/06/2019 14/06/2019 2 Rp154,818,465.52 2.478696
30 PL-001-A01B 14/06/2019 15/06/2019 2 Rp145,268,723.92 2.325802
31 PL-002-A01B 15/06/2019 16/06/2019 2 Rp45,405,559.72 0.726959
32 PL-003-A01B 16/06/2019 17/06/2019 2 Rp272,457,346.12 4.362135
33 PL-004-A01B 17/06/2019 18/06/2019 2 Rp332,317,019.22 5.320509
34 PL-005-A01B 18/06/2019 19/06/2019 2 Rp84,011,298.32 1.34505
35 PL-006-A01B 19/06/2019 20/06/2019 2 Rp36,799,790.72 0.589177
36 PL-007-A01B 20/06/2019 21/06/2019 2 Rp46,861,812.52 0.750274
37 PL-008-A01B 21/06/2019 22/06/2019 2 Rp100,857,533.52 1.614764
38 PL-009-A01B 22/06/2019 23/06/2019 2 Rp78,179,660.12 1.251683
39 PL-010-A01B 23/06/2019 24/06/2019 2 Rp9,096,636.52 0.14564
40 PL-011-A01B 24/06/2019 25/06/2019 2 Rp9,096,636.52 0.14564
41 PL-012-A01B 25/06/2019 26/06/2019 2 Rp9,414,365.72 0.150727
42 PT-004-A01B 26/06/2019 27/06/2019 2 Rp16,808,741.32 0.269114
43 PRE-Commisioning 27/06/2019 01/07/2019 5 Rp16,499,661.75 0.264165
44 Commisioning 01/07/2019 05/07/2019 5 Rp16,499,661.75 0.264165
Total Rp6,245,963,068.24 100
Jumlah Bobot Kumulatif 0 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.09 0.09
Kumulatif Bobot Rencana 0 0.05 0.11 0.16 0.21 0.26 0.32 0.37 0.42 0.47 0.56 0.64
JANUARI 2017 FEBRUARI 2017
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.17 0.17 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22
0.73 0.81 0.90 0.98 1.07 1.16 1.24 1.41 1.58 1.69 1.81 1.92 2.04 2.15 2.27 2.38 2.50 2.61 2.70 2.78 2.86 2.94 3.03 3.11 3.19 3.27 3.36 3.58 3.81 4.03 4.26 4.48 4.70
FEBRUARI 2017 MARET 2017
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22
0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27
0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.28 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50
4.93 5.15 5.38 5.60 5.83 6.10 6.38 6.65 6.93 7.21 7.48 7.76 8.03 8.31 8.59 8.86 9.14 9.41 9.69 9.97 10.24 10.52 10.79 11.07 11.35 11.84 12.34 12.84 13.34 13.84 14.34 14.84
Apr-17
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0.22 0.22
0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27
1.33 1.33 1.33 1.33 1.33
1.14 1.14 1.14 1.14
0.83
0.50 0.50 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 1.33 1.33 1.33 2.47 2.47 1.14 1.97
15.34 15.83 16.11 16.38 16.66 16.93 17.21 17.48 17.75 18.03 18.30 18.58 18.85 19.13 19.40 19.67 19.95 20.22 20.50 20.77 21.05 21.32 21.59 22.92 24.24 25.57 28.04 30.51 31.65 33.62
MEI 2017
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1.14
0.83 0.83 0.83 0.83
1.13 1.13 1.13 1.13 1.13
0.84 0.84 0.84 0.84 0.84
1.17 1.17 1.17 1.17 1.17
0.75 0.75 0.75
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52
1.97 0.83 1.96 1.96 1.13 1.97 1.97 0.84 2.01 2.01 1.17 1.92 1.92 0.75 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52
35.58 36.41 38.36 40.32 41.45 43.43 45.40 46.24 48.26 50.27 51.44 53.36 55.28 56.03 56.03 56.03 56.03 56.03 56.03 56.03 56.03 56.03 56.03 56.03 56.55 57.07 57.59 58.11 58.63 59.15
JUNI 2017
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.01 0.01 0.38 0.74 0.75 0.84 0.90 0.79 0.67 0.95 1.17 1.10 0.55 0.55 1.64 1.09 1.46 0.36 0.36 1.60 2.40 1.53
59.67 60.19 60.71 61.23 61.75 62.27 62.80 63.32 63.32 63.33 63.71 64.45 65.20 66.04 66.94 67.73 68.40 69.35 70.52 71.62 72.17 72.72 74.35 75.45 76.90 77.27 77.63 79.23 81.64 83.16
JULI 2017
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5
100
80
60
Series1
40
0.36
2.18 2.18
2.66 2.66
0.67 0.67
0.29 0.29
0.38 0.38 20
0.81 0.81
0.63 0.63
0.07 0.07
0.07 0.07
0.08 0.08
0.13 0.13
0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
0
2.54 4.84 3.33 0.97 0.67 1.18 1.43 0.70 0.15 0.15 0.21 0.19 0.05 0.05 0.05 0.11 0.05 0.05 0.05 0.05
85.71 90.55 93.88 94.85 95.52 96.70 98.13 98.83 98.98 99.13 99.34 99.52 99.58 99.63 99.68 99.79 99.84 99.89 99.95 100.00