OS RETINOBLASTOMA
A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia
klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus
bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian
mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya
untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma
unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).
B. Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan
diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan
90 % kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen
retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur
pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan
tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang
bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara
autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
C. Manifestasi klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding)
yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan
infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di
bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya.
Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata
kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat
tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan
pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi
penyakit retinoblastoma.
D. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus
yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula
serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati.
E. Klasifikasi Stadium
G. Jenis terapi
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua
tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan
orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan
konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi
ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat
dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur.
Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke
ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi,
adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan
terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-
45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah
harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama
yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan.
Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi.
Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping
jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi
komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan
ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin
sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk
tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau
fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga
digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara
ini menimbulkan malignansi sekunder.
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat
diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai
kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan
dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi
secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon
atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus
optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan
ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka
panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi
sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran
tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak
berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan
lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-
kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut.
Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26
setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus
retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang
luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil
pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra
luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar
penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi.Penentuan stadium
secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps.
Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma
intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5
mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi
ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat
yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid,
ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan
idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan
limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien
ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi
kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan
metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan
ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan
dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Vaughan, Dale. Oftalmologi Umum. Alih bahasa Jan Tambajong dan Brahm U. Ed. 14.
Jakarta : Widya Medika ; 2004.
2. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1998.
3. Tucker, Susan Martin et al. Standar Perawatan Pasien : proses keperawatan, diagnosis dan
evaluasi. Alih bahasa Yasmin Asih dkk. Ed. 5. Jakarta : Egc ; 2006
4. Darling, Vera H & Thorpe Margaret R. Perawatan Mata. Yogyakarta : Penerbit Andi;
2007.
5. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2008.
6. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta :
EGC;2006
7. Douglas, Raymond S. Hifema. Departement of Ophthalmology, UCLA Menical Center,
Los Angeles, CA. 2004
PENGKAJIAN
A. Identitas
Biodata klien
1. Nama / inisial : Ad “G”
2. Umur : 4 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Palopo
5. Suku bangsa : Indonesia
6. Status perkawinan :-
7. Agama : Islam
8. Pekerjaan :-
9. Diagnosa medik : Retinoblastoma
10. Tanggal masuk rumah sakit: 24-05-2018
11. Tanggal pengkajian : 04-06-2018
12. Terapi pengobatan : infuse RL 20 tts/i
Ceftaxidime 480 mg / 12 jam
Dexsametason 1/3 amp / 8 jam
Antrain 1/3 amp / 8 jam
Penanggung jawab
1. Nama : Ny “M”
2. Umur : 25 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tanga
5. Alamat : palopo
6. Hubungan dengan pasien : ibu
B. Keluhan utama : nyeri pada mata kiri
C. Riwayat kesehatan sekarang
Dialami sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu awalnya mata merah dan mulai teras nyeri 3
hari berikutnya, pasien mengatakan tidak pernah kemasukan kotoran pada matanya 5 hari
kemudian mata klien hitam dan keluar nana. Karna kwatir ibu klien membawa klien ke
RSUD wahidin makasar pada tanggal 24-05-2018 untuk mendapatkan pengobatan
Pada saat dikaji tanggal 04-06-2018 ibu klien mengatakan pandangan klien kabur, ibu
klien mengatakan klien nyeri tekan pada mata kanan , skala nyeri 3 (0-10), nyeri klien
berkurang apa bila istirahat.
D. Riwayat kesehatan lalu
Ibu Klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya, klien hanya
minum obat dirumah,.
E. Riwayat kesehatan keluarga
30 25
4
Keterangan:
Laki-laki :
Perempuan :
Klien ://////
Garis keturunan :
Tinggal serumah :
G1: Nenek dan Kakek klien sudah meninggal tidak di tahu penyakitnya
G2: Ayah dan Ibu klien serta saudara ibu klien
G3: Klien yang mengalami Os Retinoblastoma
F. Riwayat Psikososial
1. Kehidupan sosial
Baik, berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya
2. Rumah / lingkungan klien
Berisik
3. Harapan setelah masuk rumah sakit
Klien ingin cepat sembuh
G. Riwayat spiritual
1. Ketaatan klien beribadah dan keyakinan
Klien rajin beribadah bersama ibunya, tetapi setelah sakit jarang
2. Suport dalam keluarga
Klien sangat didukung oleh keluarga dalam segala hal selama tidak menyimpang dari
agama.
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum klien : sedang
Ekspresi wajah : lesuh, pucat, meringis
Tanda-tanda vital
TD: 100/70
N : 120 x/i
P: 40x/i
S: 36 0c
2. Sistim pernapasan
- Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada pergerakan cuping
hidung
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada tumor
- Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler
Perkusi : bunyi pekak
3. Sistim kardiovaskuler
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung, pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1” lup” pada katup nitra dan tricus pidalis , bunyi
jantung S2 “dup” pada katup aorta dan pulmonal.
4. Sistim pencernaan
Inspeksi : tidak ada palatokisis, tidak ada gangguaan menelan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi : peristaltik usus < 12 x /i
6. Sistem indra
1. Mata :
Inspeksi : terdapat benjolan pada mata kanan, terpasang verban
Palpasi : ada nyeri tekan
2. Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pergerakan cuping
hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : daun telinga simetris kiri kanan, tidak ada massa pada telinga
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Sistem muskulus skeletal
Kepala :
Inspeksi : bentuk kepala macrocepal, ada benjolan, dapat digerakkan
Palpaasi : tidak ada nyeri tekan
Lutut : tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema
Kaki : tidak ada udema, dapat digerakkan
Tangan :
Inspeksi : tidak bengkak, dapat bergerak, terpasang infus
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8. Sistem integumen
Rambut :
inspeksi : hitam
palpasi : halus, tidak berminyak
Kulit :
Inspeksi : warna putih, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema
9. Sistem perkemihan
Tidak ada riwayat kencing batu
Urinaria lancar
10. Sistem imun
Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan
I. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
WBC 3,49 4.00-10.0 Ul
RBC 4,26 4.00-6.00 Ul
HBG 11,1 12.0-16.0 g/dl
HCT 33,5 37.0-48.0 %
MCV 78,6 80.0-97.0 Fl
MCH 26,1 26.5-33.5 Pg
PLT 268 150-400
PCT 0,25 0.15-0.50 %
IRF 0.00-100 %
LFR 0.00-100 %
MFR 0.00-100 %
HFR 0.00-100 %
DATA FOKUS
( CP.1A )
2 GANGGUAN
DS: Ibu klien mengatakan klien
Retinoblastoma SENSORI
susah melihat dengan jelas
PENGLIHATAN
penglihatan terganggu
DO: visus 0
Gangguan sensori
penglihatan
keterbatasan lapang
pandang
Resiko tinggi
cidera
DIAGNOSA KEPERAWATAN
( CP II )
.
INTERVENSI KEPERAWATAN
(Cp III)
Gangguan persepsi
2 sensorik penglihatan Setelah 1. Kaji sejauh 1. untuk mengetahui sejauh
berhubungan dengan dilakukan mana tingkat mana tingkat penglihatan
gangguan penerimaan
sensori dari mata tindakan penglihatan klien klien
keperawatan 2. Perhatikan tentang 2. gangguan
Ds : ibu klien
ketajaman penglihatan kabur penglihatan/iritasi dapat
mengatakan
mata dan iritasi mata berakhir 1-2 jam setelah
penglihatan klien meningkat akibat penggunaan tetesan mata
kabur dengan tetes mata 3. memungkinka untuk
Do : visus 0 kriteria : 3. Letakkan barang menglihat atau mengambil
1. pandangan yang diperlukan obyek dengan mudah
jelas klien pada
4. rasa percaya klien
2. sclera jangkauan area
terhadap perawat
berwarna penglihatan klien
membantu proses
putih 4. Bina hubungan
keperawatan
saling percaya
Rabu 2 21.30 1. Mengkaji sejauh mana tingkat penglihatan Kamis,07/06/2018. Jam 07.30
06/06/ klien S : ibu klien mengatakan
2018 Hasil : lapang pandang klien hanya 1 pandamgan klien menurun/
meter kabur
21.35 2. Memperhatikan tentang penglihatan kabur O : visus 0
dan iritasi mata akibat penggunaan tetes Terdapat pembengkakan
mata A : Penglihatan belum teratasi
Hasil : penglihatan masih kabur dan iritasi P : lanjutkan intervensi
pada mata
21.40 3. Meletakkan barang yang diperlukan klien
pada jangkauan area penglihatan klien
Hasil : sudah dilakukan
21.45 4. Membina hubungan saling percaya
Hasil : keluarga klien dank lien sudah mulai
percaya dengan tindakan yang dilakukan
Rabu 3 21.50 1. Membatasi aktivitas klien
06/06/ Hasil : klien masih gelisah dan belum bias Kamis,07/06/2018. Jam 07.30
2018 membatasi aktivitasnya S : ibu klien mengatakan
21.55 2. Menganjurkan untuk memasang pandamgan klien menurun/
pengaman pada tempat tidur klien kabur
Hasil : pemasangan pengaman pada O : visus 0
tempat tidur klien sudah dilakukan Terdapat pembengkakan
22.00 3. Mempertahankan tirah baring klien A : Cidera belum teratasi
Hasil : belum terlaksana karena klien P : lanjutkan intervensi
sering terbangun dan nangis
22.05 4. Memjauhkan alat-alat yang dapat
membahayakan klien
Penglihatan
terganggu Ketajaman
Menyerang ke otak penglihatan
dan kantung mata menurun
G3 sensori
penglihata Retinoblastoma Keterbatasa
n n lapang
pandang
Merangsang
pelepasan mediator
kimia Resiko
tinggi
cidera
Ransangan
diteruskan
ketahlamus melalui
sarf aferen
Cortex
serebri
Dikembalikan
keorgan target
melalui saraf
eferen
Nyeri