Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

OS RETINOBLASTOMA

A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia
klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus
bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian
mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya
untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma
unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).

B. Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan
diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan
90 % kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen
retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur
pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan
tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang
bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara
autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).

C. Manifestasi klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding)
yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.

Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan
infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di
bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya.
Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata
kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat
tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan
pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi
penyakit retinoblastoma.

D. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus
yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula
serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati.
E. Klasifikasi Stadium

Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi


1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus
kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya.
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama
dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
F. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular,
regional, dan metastatic.Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya
masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat
keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma
bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut,
baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local.

G. Jenis terapi
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua
tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan
orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan
konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi
ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat
dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur.
Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke
ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi,
adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan
terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-
45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah
harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama
yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan.
Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi.
Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping
jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi
komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan
ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin
sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk
tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau
fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga
digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara
ini menimbulkan malignansi sekunder.
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat
diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai
kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan
dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi
secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon
atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus
optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan
ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka
panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi
sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran
tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak
berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan
lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-
kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut.
Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26
setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus
retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang
luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil
pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra
luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar
penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi.Penentuan stadium
secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps.
Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma
intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5
mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi
ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat
yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid,
ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan
idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan
limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien
ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi
kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan
metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan
ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan
dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN FISIK DAN POLA FUNGSI


I. KARDIORESPIRASI
1. Tanda-tanda vital : Tensi, Nadi, Suhu, Pernafasan
2. Respirasi : batuk,
3. Sirkulasi
4. GCS
II. MAKAN-MINUM / NUTRISI
TB / BB, terdapat penurunan BB drastis.
Nafsu makan biasanya menurun bahkan mungkin tidak ada karena
III. ELIMINASI
Urine ,warna, konsistensi
IV. INTEGRITAS KULIT
Warna kulit, elastic kulit,halus,
V. ISTIRAHAT DAN TIDUR
Klien apabila tidur biasanya disertai dengan mendengkur keras.
VI. KEBERSIHAN DIRI
Kemunduran kebersihan mulut
VII. NEUROSENSORIK
Gejala : gangguan penglihatan, kesulitan dalam memfokuskan penglihatan
Tanda : tampak kecoklatan, pupil menyempit dan kemerahan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori dari mata
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman penglihatan
meningkat
Intervensi
1. Kaji sejauh mana tingkat penglihatan klien
R / untuk mengetahui sejauh mana tingkat penglihatan klien
2. Perhatikan tentang penglihatan kabur dan iritasi mata akibat penggunaan tetes mata
R / gangguan penglihatan/iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata
3. Letakkan barang yang diperlukan klien pada jangkauan area penglihatan klien
R / memungkinka untuk menglihat atau mengambil obyek dengan mudah
4. Bina hubungan saling percaya
R / rasa percaya klien terhadap perawat membantu proses keperawatan
2. Resiko tinggi cidera, berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
Tujuan : agar tidak terjadi resiko cidera pada klien
Intervensi
1. Batasi aktivitas klien
R / pembatasan aktivitas dapat menurunkan resiko cidera pada klien
2. Anjurkan untuk memasang pengaman pada tempat tidur klien
R / agar klien tidak terjatuh dari tempat tidurnya
3. Pertahankan tirah baring klien
R / pemberian tirah baring dapat mengurangi pergerakan klien, serta dapat
mempercepat proses penyembuhan
4. jauhkan alat-alat yang dapat membahayakan klien
R / agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan
3. Nyeri berhubungan dengan metastase ke otak, penekanan tumor ke arah otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan rasa nyeri klien berkurang dank lien
merasa lebih nyaman
Intervensi
1. Observasi keadaan luka
R / luka yang membengkak menandakan adanya kerusakan atau tekanan pada mata
2. Observasi lokasi nyeri
R / lokasi nyeri dapat menyyebar sehingga diperlukan intervensi yang sesuai
3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi
R / dengan cara relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri
4. Ikut sertakan keluarga dalam tindakan keperawatan
R / keluarga adalah orang terdekat klien sehingga klien dapat menerimanya
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Dale. Oftalmologi Umum. Alih bahasa Jan Tambajong dan Brahm U. Ed. 14.
Jakarta : Widya Medika ; 2004.
2. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1998.
3. Tucker, Susan Martin et al. Standar Perawatan Pasien : proses keperawatan, diagnosis dan
evaluasi. Alih bahasa Yasmin Asih dkk. Ed. 5. Jakarta : Egc ; 2006
4. Darling, Vera H & Thorpe Margaret R. Perawatan Mata. Yogyakarta : Penerbit Andi;
2007.
5. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2008.
6. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta :
EGC;2006
7. Douglas, Raymond S. Hifema. Departement of Ophthalmology, UCLA Menical Center,
Los Angeles, CA. 2004
PENGKAJIAN
A. Identitas
 Biodata klien
1. Nama / inisial : Ad “G”
2. Umur : 4 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Palopo
5. Suku bangsa : Indonesia
6. Status perkawinan :-
7. Agama : Islam
8. Pekerjaan :-
9. Diagnosa medik : Retinoblastoma
10. Tanggal masuk rumah sakit: 24-05-2018
11. Tanggal pengkajian : 04-06-2018
12. Terapi pengobatan : infuse RL 20 tts/i
Ceftaxidime 480 mg / 12 jam
Dexsametason 1/3 amp / 8 jam
Antrain 1/3 amp / 8 jam
 Penanggung jawab
1. Nama : Ny “M”
2. Umur : 25 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tanga
5. Alamat : palopo
6. Hubungan dengan pasien : ibu
B. Keluhan utama : nyeri pada mata kiri
C. Riwayat kesehatan sekarang
Dialami sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu awalnya mata merah dan mulai teras nyeri 3
hari berikutnya, pasien mengatakan tidak pernah kemasukan kotoran pada matanya 5 hari
kemudian mata klien hitam dan keluar nana. Karna kwatir ibu klien membawa klien ke
RSUD wahidin makasar pada tanggal 24-05-2018 untuk mendapatkan pengobatan
Pada saat dikaji tanggal 04-06-2018 ibu klien mengatakan pandangan klien kabur, ibu
klien mengatakan klien nyeri tekan pada mata kanan , skala nyeri 3 (0-10), nyeri klien
berkurang apa bila istirahat.
D. Riwayat kesehatan lalu
Ibu Klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya, klien hanya
minum obat dirumah,.
E. Riwayat kesehatan keluarga

30 25

4
Keterangan:

Laki-laki :

Perempuan :

Klien ://////

Garis keturunan :

Umur tidak diketahui : ?

Tinggal serumah :

G1: Nenek dan Kakek klien sudah meninggal tidak di tahu penyakitnya
G2: Ayah dan Ibu klien serta saudara ibu klien
G3: Klien yang mengalami Os Retinoblastoma
F. Riwayat Psikososial
1. Kehidupan sosial
Baik, berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya
2. Rumah / lingkungan klien
Berisik
3. Harapan setelah masuk rumah sakit
Klien ingin cepat sembuh
G. Riwayat spiritual
1. Ketaatan klien beribadah dan keyakinan
Klien rajin beribadah bersama ibunya, tetapi setelah sakit jarang
2. Suport dalam keluarga
Klien sangat didukung oleh keluarga dalam segala hal selama tidak menyimpang dari
agama.
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum klien : sedang
Ekspresi wajah : lesuh, pucat, meringis
Tanda-tanda vital
TD: 100/70
N : 120 x/i
P: 40x/i
S: 36 0c
2. Sistim pernapasan
- Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada pergerakan cuping
hidung
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada tumor
- Dada
 Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Auskultasi : bunyi nafas vesikuler
 Perkusi : bunyi pekak
3. Sistim kardiovaskuler
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung, pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1” lup” pada katup nitra dan tricus pidalis , bunyi
jantung S2 “dup” pada katup aorta dan pulmonal.
4. Sistim pencernaan
Inspeksi : tidak ada palatokisis, tidak ada gangguaan menelan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi : peristaltik usus < 12 x /i
6. Sistem indra
1. Mata :
Inspeksi : terdapat benjolan pada mata kanan, terpasang verban
Palpasi : ada nyeri tekan
2. Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pergerakan cuping
hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : daun telinga simetris kiri kanan, tidak ada massa pada telinga
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Sistem muskulus skeletal
Kepala :
Inspeksi : bentuk kepala macrocepal, ada benjolan, dapat digerakkan
Palpaasi : tidak ada nyeri tekan
Lutut : tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema
Kaki : tidak ada udema, dapat digerakkan
Tangan :
Inspeksi : tidak bengkak, dapat bergerak, terpasang infus
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8. Sistem integumen
Rambut :
inspeksi : hitam
palpasi : halus, tidak berminyak
Kulit :
Inspeksi : warna putih, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema
9. Sistem perkemihan
Tidak ada riwayat kencing batu
Urinaria lancar
10. Sistem imun
Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan
I. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
WBC 3,49 4.00-10.0 Ul
RBC 4,26 4.00-6.00 Ul
HBG 11,1 12.0-16.0 g/dl
HCT 33,5 37.0-48.0 %
MCV 78,6 80.0-97.0 Fl
MCH 26,1 26.5-33.5 Pg
PLT 268 150-400
PCT 0,25 0.15-0.50 %
IRF 0.00-100 %
LFR 0.00-100 %
MFR 0.00-100 %
HFR 0.00-100 %
DATA FOKUS
( CP.1A )

NAMA :An “G”


UMUR : 4 Tahun
No. RM : 76-21-55

Data Subjektif Data objektif

- Ibu klien mengatakan klien nyeri


tekan pada mata sebelah kanan - Ekspresi wajah meringis
- Ibu klien mengatakan klien susah - Skala nyeri 3 (0-10)
melihat dengan jelas - TTV :
- Ibu klien mengatakan klien sering Td : 100/70 mmhg
terjatuh / menabrak sesuatu bila N : 120 x/i
berjalan S : 36oC
P : 40 x/i
- Terdapat benjolan pada mata
kanan
- Terpasang perban pada mata
kanan
- Tampak kebiruan pada tangan
klien
ANALISA DATA
( CP.1B )

Nama klien : An “G” No.RM : 76-21-55


Umur : 4 thn J.Kelamin : Laki-laki

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Ibu klien mengatakan klien retinoblastoma NYERI
nyeri tekan pada mata
sebelah kanan pembengkakan pada mata

DO: merangsang mediator


- ekspresi wajah meringis kimia
- Skala nyeri 3 (0-10)
- Terdapat benjolan pada mata
rangsangan diteruskan ke
kanan
thalamus melalui saraf
- Terpasang verban pada mata
aferen
klien
TTV
dikembalikan keorgan
- TD : 100/70 mmHg
target melalui saraf
- P : 40x/ mnt
eferent
- N : 120 x/ mnt
- S : 36oC
Nyeri

2 GANGGUAN
DS: Ibu klien mengatakan klien
Retinoblastoma SENSORI
susah melihat dengan jelas
PENGLIHATAN
penglihatan terganggu
DO: visus 0
Gangguan sensori
penglihatan

3 DS: Ibu klien mengatakan klien RESIKO


sering terjatuh / menabrak gangguan penerimaan TINGGI
sesuatu bila berjalan sensori pada lapisan foto CIDERA
DO: tampak kebiru-biruan pada reseptor
tangan klien
ketajaman penglihatan
menurun

keterbatasan lapang
pandang

Resiko tinggi
cidera
DIAGNOSA KEPERAWATAN
( CP II )

Nama klien : An “G” No.RM : 76-21-55


Umur : 4 thn J.Kelamin : Laki-laki

No Diagnosa keperawatan Tgl di temukan Tgl teratasi


1 Nyeri berhubungan dengan 10 februari 2012
metastase ke otak, penekanan tumor
ke arah otak

Gangguan persepsi sensorik


2 10 februari 2012
penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori dari
mata

3 Resiko tinggi cidera, berhubungan 10 februari 2012


dengan keterbatasan lapang pandang

.
INTERVENSI KEPERAWATAN
(Cp III)

Nama klien : An “G” No.RM : 76-21-55


Umur : 4 thn J.Kelamin : Laki-laki

No Dxkepdan Data Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri berhubungan dengan Nyeri 1. Observasi keadaan 1. luka yang membengkak
metastase ke otak,
berkurang luka menandakan adanya
penekanan tumor ke arah
otak dengan 2. Observasi lokasi kerusakan atau tekanan
kriteria : nyeri pada mata
DS:Ibu klien
1.klien 3. Ajarkan teknik 2. lokasi nyeri dapat
mengatakan klien
mengatakan relaksasi napas menyyebar sehingga
merasa nyeri tekan pada
tidak sakit dalam dan distraksi diperlukan intervensi yang
matanya
lagi 4. Ikut sertakan sesuai
DO:
keluarga dalam 3. dengan cara relaksasi
- ekspresi wajah meringis
- Skala nyeri 3 (0-10) tindakan napas dalam dapat
- Terdapat benjolan pada keperawatan mengurangi rasa nyeri
mata kanan 4. keluarga adalah orang
- Terpasang verban pada terdekat klien sehingga
mata klien klien dapat menerimanya

Gangguan persepsi
2 sensorik penglihatan Setelah 1. Kaji sejauh 1. untuk mengetahui sejauh
berhubungan dengan dilakukan mana tingkat mana tingkat penglihatan
gangguan penerimaan
sensori dari mata tindakan penglihatan klien klien
keperawatan 2. Perhatikan tentang 2. gangguan
Ds : ibu klien
ketajaman penglihatan kabur penglihatan/iritasi dapat
mengatakan
mata dan iritasi mata berakhir 1-2 jam setelah
penglihatan klien meningkat akibat penggunaan tetesan mata
kabur dengan tetes mata 3. memungkinka untuk
Do : visus 0 kriteria : 3. Letakkan barang menglihat atau mengambil
1. pandangan yang diperlukan obyek dengan mudah
jelas klien pada
4. rasa percaya klien
2. sclera jangkauan area
terhadap perawat
berwarna penglihatan klien
membantu proses
putih 4. Bina hubungan
keperawatan
saling percaya

Resiko tinggi cidera, 1. Batasi aktivitas 1. pembatasan aktivitas


3 Agar tidak
berhubungan dengan
klien dapat menurunkan resiko
keterbatasan lapang terjadi resiko
pandang cidera pada klien
cidera pada
2. Anjurkan untuk
.DS : ibu klien klien dengan
memasang 2. agar klien tidak terjatuh
mengatakan klien sering kriteria :
pengaman pada dari tempat tidurnya
terjatuh / menabrak 1.tangan
tempat tidur klien
sesuatu bila berjalan tidak kebiru- 3. pemberian tirah baring
biruan 3. Pertahankan tirah dapat mengurangi
Do : terdapat kebiru- 2.tidak baring klien pergerakan klien, serta dapat
biruan pada tangan klien terjatuh mempercepat proses
4. jauhkan alat-alat
penyembuhan
yang dapat
membahayakan klien 4. agar tidak terjadi hal yang
tidak di inginkan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
( Cp IV )
Namaklien : Tn “G” No.RM : 76-21-55
Umur : 4 thn
J.Kelamin : Laki-laki
TGL DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
Senin 1 09.00 1. Mengobservasi keadaan luka Senin,04/06/2018. Jam 13.30
04/06/ Hasil : keadaan luka klien masih bash dan S : Ibu Klien Mengatakan Klien
2018 bemgkak Masih Merasa Nteri Dengan
09.05 2. Mengobservasi lokasi nyeri Skala Nyeri 3 (0-10)
Hasil : nyeri masih ada dengan skala nyeri O : klien menamgis
3 (0-10) Ekspresi wajah meringis
09.10 3. Mengajarkan teknik relaksasi napas TTV :
dalam dan distraksi Td : 100/70 mmhg
Hasil : klien belum bias melakukan apa S : 36 oC
yang diperintahkan N : 120 x/i
09.15 4. Mengikut sertakan keluarga dalam P : 40 x/i
tindakan keperawatan A : Nyeri belum teratasi
Hasil : keluarga klien ikut serta dalam P : lanjutkan intervensi
tindakan keperawatan
Senin 2 09.20 1. Mengkaji sejauh mana tingkat penglihatan Senin,04/06/2018. Jam 13.30
04/06/ klien S : ibu klien mengatakan
2018 Hasil : lapang pandang klien hanya 1 pandamgan klien menurun/
meter kabur
09.25 2. Memperhatikan tentang penglihatan kabur O : visus 0
dan iritasi mata akibat penggunaan tetes Terdapat pembengkakan
mata A : Penglihatan belum teratasi
Hasil : penglihatan masih kabur dan iritasi P : lanjutkan intervensi
pada mata
09.30 3. Meletakkan barang yang diperlukan klien
pada jangkauan area penglihatan klien
Hasil : sudah dilakukan
4. Membina hubungan saling percaya
09.35 Hasil : keluarga klien dank lien sudah
mulai percaya dengan tindakan yang
dilakukan
Senin 3 09.40 1. Membatasi aktivitas klien
04/06/ Hasil : klien masih gelisah dan belum bias Senin,04/06/2018. Jam 13.30
2018 membatasi aktivitasnya S : ibu klien mengatakan
09.45 2. Menganjurkan untuk memasang pandamgan klien menurun/
pengaman pada tempat tidur klien kabur
Hasil : pemasangan pengaman pada O : visus 0
tempat tidur klien sudah dilakukan Terdapat pembengkakan
09.50 3. Mempertahankan tirah baring klien A : Cidera belum teratasi
Hasil : belum terlaksana karena klien P : lanjutkan intervensi
sering terbangun dan nangis
09.55 4. Memjauhkan alat-alat yang dapat
membahayakan klien
Hasil : keluarga klien sudah menjauhkan
alat-alat yang dapat membahayakan
klien
Selasa 1 14.10 2. Mengobservasi keadaan luka Selasa,05/06/2018. Jam 20.30
05/06/ Hasil : keadaan luka klien masih bash dan S : Ibu Klien Mengatakan Klien
2018 bemgkak Masih Merasa Nteri Dengan
14.15 3. Mengobservasi lokasi nyeri Skala Nyeri 3 (0-10)
Hasil : nyeri masih ada dengan skala nyeri O : klien menamgis
3 (0-10) Ekspresi wajah meringis
14.20 4. Mengajarkan teknik relaksasi napas TTV :
dalam dan distraksi Td : 100/70 mmhg
Hasil : klien belum bias melakukan apa S : 36 oC
yang diperintahkan N : 120 x/i
14.25 5. Mengikut sertakan keluarga dalam P : 40 x/i
tindakan keperawatan A : Nyeri belum teratasi
Hasil : keluarga klien ikut serta dalam P : lanjutkan intervensi
tindakan keperawatan
Selasa 2 14.30 1. Mengkaji sejauh mana tingkat penglihatan
05/06/ klien Selasa,05/06/2018. Jam 20.30
2018 Hasil : lapang pandang klien hanya 1 S : ibu klien mengatakan
meter pandamgan klien menurun/
14.35 2. Memperhatikan tentang penglihatan kabur kabur
dan iritasi mata akibat penggunaan tetes O : visus 0
mata Terdapat pembengkakan
Hasil : penglihatan masih kabur dan iritasi A : Penglihatan belum teratasi
pada mata P : lanjutkan intervensi
14.40 3. Meletakkan barang yang diperlukan klien
pada jangkauan area penglihatan klien
Hasil : sudah dilakukan
14.45 4. Membina hubungan saling percaya
Hasil : keluarga klien dank lien sudah mulai
percaya dengan tindakan yang dilakukan
Selasa 3 14.50 1. Membatasi aktivitas klien Selasa,05/06/2018. Jam 20.30
05/06/ Hasil : klien masih gelisah dan belum bias S : ibu klien mengatakan
2018 membatasi aktivitasnya pandamgan klien menurun/
14.55 2. Menganjurkan untuk memasang kabur
pengaman pada tempat tidur klien O : visus 0
Hasil : pemasangan pengaman pada Terdapat pembengkakan
tempat tidur klien sudah dilakukan A : Cidera belum teratasi
15.00 3. Mempertahankan tirah baring klien P : lanjutkan intervensi
Hasil : belum terlaksana karena klien
sering terbangun dan nangis
15.05 4. Memjauhkan alat-alat yang dapat
membahayakan klien
Hasil : keluarga klien sudah menjauhkan
alat-alat yang dapat membahayakan klien
Rabu 1 21.10 1. Mengobservasi keadaan luka Kamis,07/06/2018. Jam 07.30
06/06/ Hasil : keadaan luka klien masih bash dan S : Ibu Klien Mengatakan Klien
2018 bemgkak Masih Merasa Nteri Dengan
21.15 2. Mengobservasi lokasi nyeri Skala Nyeri 3 (0-10)
Hasil : nyeri masih ada dengan skala nyeri O : klien menamgis
3 (0-10) Ekspresi wajah meringis
21.20 3. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam TTV :
dan distraksi Td : 100/70 mmhg
Hasil : klien belum bias melakukan apa S : 36 oC
yang diperintahkan N : 120 x/i
4. Mengikut sertakan keluarga dalam
21.25 P : 40 x/i
tindakan keperawatan A : Nyeri belum teratasi
Hasil : keluarga klien ikut serta dalam
P : lanjutkan intervensi
tindakan keperawatan

Rabu 2 21.30 1. Mengkaji sejauh mana tingkat penglihatan Kamis,07/06/2018. Jam 07.30
06/06/ klien S : ibu klien mengatakan
2018 Hasil : lapang pandang klien hanya 1 pandamgan klien menurun/
meter kabur
21.35 2. Memperhatikan tentang penglihatan kabur O : visus 0
dan iritasi mata akibat penggunaan tetes Terdapat pembengkakan
mata A : Penglihatan belum teratasi
Hasil : penglihatan masih kabur dan iritasi P : lanjutkan intervensi
pada mata
21.40 3. Meletakkan barang yang diperlukan klien
pada jangkauan area penglihatan klien
Hasil : sudah dilakukan
21.45 4. Membina hubungan saling percaya
Hasil : keluarga klien dank lien sudah mulai
percaya dengan tindakan yang dilakukan
Rabu 3 21.50 1. Membatasi aktivitas klien
06/06/ Hasil : klien masih gelisah dan belum bias Kamis,07/06/2018. Jam 07.30
2018 membatasi aktivitasnya S : ibu klien mengatakan
21.55 2. Menganjurkan untuk memasang pandamgan klien menurun/
pengaman pada tempat tidur klien kabur
Hasil : pemasangan pengaman pada O : visus 0
tempat tidur klien sudah dilakukan Terdapat pembengkakan
22.00 3. Mempertahankan tirah baring klien A : Cidera belum teratasi
Hasil : belum terlaksana karena klien P : lanjutkan intervensi
sering terbangun dan nangis
22.05 4. Memjauhkan alat-alat yang dapat
membahayakan klien

Hasil : keluarga klien sudah menjauhkan alat-


alat yang dapat membahayakan klien
PENYIMPANGAN KDM

Pertumbuhan sel pada


sel normal G3 penerimaan
sensori pada
lapisan
fotoreseptor
kanker

Penglihatan
terganggu Ketajaman
Menyerang ke otak penglihatan
dan kantung mata menurun

G3 sensori
penglihata Retinoblastoma Keterbatasa
n n lapang
pandang

Merangsang
pelepasan mediator
kimia Resiko
tinggi
cidera

Ransangan
diteruskan
ketahlamus melalui
sarf aferen

Cortex
serebri

Dikembalikan
keorgan target
melalui saraf
eferen

Nyeri

Anda mungkin juga menyukai