Anda di halaman 1dari 27

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

SKP 1. IDENTIFIKASI PASIEN

Identifikasi pasien adalah suatu prosedur konfirmasi identitas pasien untuk ketepatan
identifikasi agar tidak terjadi kesalahan dan agar sesuai dengan identitas yang ada di dalam
rekam medik.
A. Warna Pada Gelang Pengenal
1) Kepada seluruh pasien yang tidak memiliki alergi, gunakan gelang pengenal sesuai
dengan jenis kelaminnya :
a. Biru untuk pasien pria
b. Merah muda (pink) untuk pasien wanita.
2) Semua pasien harus ditanyakan mengenai alergi yang dimiliki. Jika pasien memiliki
alergi/resiko tinggi, diberikan kancing penanda berwarna Merah. Riwayat alergi pasien
harus dicatat di rekam medis
3) Jika pasien memiliki risiko jatuh, diberikan kancing penanda berwarna kuning.
4) Dan Jika pasien dengan terminal dan atau emergency yang menolak dilakukan resusitasi
jantung paru (RJP) maka pada pasien ditambahkan kancing penanda berwarna UNGU.
B. Prosedur Pemakaian Gelang Pengenal
1. Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau
pemberian pengobatan atau tindakan lain.
2. Pakaikan gelang pengenal di pergelangan tangan/ kaki pasien yang berlainan dengan
tempat yang terpasang infus , jelaskan dan pastikan gelang tepasang dengan baik dan
nyaman untuk pasien.
3. Posisi tempat pemasangan gelang harus di atur agar mudah untuk dibaca.
4. Pada pasien dengan fistula arterio-vena (pasien hemodialisis), gelang pengenal tidak
boleh dipasang di sisi lengan yang terdapat fistula, Pada situasi di mana tidak dapat
dipasang di pergelangan tangan atau kaki, gelang pengenal harus menempel di tempat
tidur yang dapat terlihat jelas dan hal ini harus dicatat di rekam medis.
5. Pada pasien luka bakar dan pasien yang tidak memiliki ekstremitas atau tidak
memungkinkan diidentifikasi dengan gelang dan pada pasien alergi terhadap bahan
baku gelang diidentifikasi menggunakan foto wajah pasien (visual) dan foto di
tempelkan di sampul file rekam medis pasien.
6. Jelaskan manfaat pemasangan gelang identifikasi pada pasien dan keluarga
7. Gelang pengenal hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari rumah sakit oleh
perawat. Pelepasan gelang identitas dilakukan di ruang rawat inap pada pasien pulang
perawatan, sedangkan pasien yang meninggal di lakukan di ruang jenazah. Setelah
gelang dilepas, gelang dipotong kecil-kecil dan dimasukkan sampah medis.
8. Gelang pengenal pasien sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi
pasien, yaitu:
a. Nama pasien
b. Tanggal lahir
c. Nomor rekam medis
9. Gelang identifikasi ditulis oleh petugas Rekam Medis dan pemasangan gelang
identitas pasien dilakukan oleh perawat IGD, bila pasien masuk perawatan melalui
IGD dan bila pasien masuk perawatan melalui poliklinik, maka pemakaian gelang
identitas dilakukan oleh perawat poliklinik.
10. Pada pasien bayi baru lahir/neonatus pemasangan gelang identitas dilakukan di ruang
tindakan setelah bayi lahir (di VK dan OK), gelang identitas dipasang di ekstremitas.
Pada gelang identifikasi pasien berisi data nama ibu bayi, tanggal lahir.
11. Pada pasien tanpa identitas/ tidak dikenal ditentukan identitas dengan “ huruf”
( Tn.X,Ny.Y, dst )
12. Detail lainnya adalah warna gelang pengenal sesuai jenis kelamin pasien. Nama tidak
boleh disingkat. Nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.
13. Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang pengenal. Ganti gelang pengenal
jika terdapat kesalahan penulisan data. Gelang pengenal pasien akan dicetak ulang oleh
petugas rekam medis.
14. Jika gelang pengenal terlepas, segera berikan gelang pengenal yang baru.
15. Gelang pengenal harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan dan selama
tindakan/prosedur di rumah sakit.
16. Periksa ulang 3 detail data di gelang pengenal sebelum dipakaikan ke pasien.
17. Proses pelaksanaan KONFIRMASI IDENTITAS PASIEN dengan cara menanyakan 2
identitas yang terdapat digelang, yaitu NAMA danTANGGAL LAHIR.
18. Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya
:“Siapa nama Anda?” (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti “Apakah
nama anda Ibu Susi?”)
19. Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pasien tidak sadar,
bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas pasien kepada keluarga/pengantarnya
atau tanya ulang nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan. Jika mungkin,
gelang pengenal jangan dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan
suatu intervensi, khusus untuk pasien gangguan jiwa dilakukan foto yang kemudian di
tempelkan di rekam medik
20. Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani prosedur menggunakan 1 gelang
pengenal. Kecuali pasien pasca persalinan menggunakan 2 gelang, yaitu 1 gelang ibu
dan 1 gelang anak. Pengecekan gelang pengenal dilakukan tiap kali pergantian jaga
perawat.
21. Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan pastikan
gelang pengenal terpasang dengan baik.
22. Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien dan
membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang pengenal.
23. Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang pengenal :
a. Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti :
1) Menolak penggunaan gelang pengenal
2) Gelang pengenal menyebabkan iritasi kulit
3) Gelang pengenal terlalu besar
4) Pasien melepas gelang pengenal
b. Yang harus dilakukan, pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika
pasien menolak, melepas atau menutup gelang pengenal. Alasan pasien harus dicatat
pada rekam medis, dan ditandatangani pasien/keluarga, kemudian direkap oleh kepala
ruangan dan didokumentasikan.
24. Minta pasien untuk mengingatkan petugas jika petugas tidak mengkonfirmasi data
pasien dengan gelang identifikasi bila akan melakukan tindakan medis atau
memberikan pengobatan.
25. Identifikasi pasien dipelayanan gizi dengan menggunakan tanda identitas sesuai
nama dan tanggal lahir.
a) Identifikasi Pasien Koma, Tidak Sadar dengan gelang pengenal yang memiliki
keluarga/penunggu.
a. Verifikasi identitas untuk pasien koma, tidak sadar dengan cara menanyakan identitas
dikeluarga/penunggu.
1) Lakukan verifikasi pasien dengan meminta keluarga/penunggu pasien
menyebutkan nama, umur / tanggal lahir.
2) Cocokan identitas yang disebutkan keluarga / penunggu dengan identitas yang
tercatat pada gelang pengenal pasien tersebut serta data yang tercatat pada berkas
RM rekam medis pasien / lembar permintaan tindakann / label pada botol sampel
yang akan di ambil.
b) Identifikasi Pasien Koma, Tidak Sadar dengan gelang pengenal yang tidak
memiliki keluarga/penunggu.
a. Verifikasi identitas untuk pasien koma, tidak sadar dengan gelang pengenal yang
tidak memiliki keluarga/penunggu.
1) Lakukan verifikasi dengan double check yaitu dua petugas ruangan yang akan
melakukan tindakan secara bersama melihat data identitas pasien pada gelang
pasien dan mencocokan dengan data identitas pasien yang tercantum pada berkas
RM, rekam medis pasien/label pada botol sampel yang akan di ambil.
c) Identifikasi Pasien Koma, Tidak Sadar yang tidak menggunakan gelang.
a. Verifikasi untuk pasien koma, Tidak Sadar, yang tidak menggunakan gelang.
1) Lakukan verifikasi identitas pasien dengan meminta keluarga pasien menyebutkan,
nama, tanggal lahir pasien.
2) Dua petugas ruangan mencocokan identitas yang disebutkan keluarga/ penunggu
dengan identitas yang tercatat pada berkas RM rekam medis pasien/ label pada
botol sampel yang akan diambil.
SKP 2. KOMUNIKASI EFEKTIF
Rumah Sakit Umum Kambang melaksanakan komunikasi efektif antar professional
pemberi asuhan.
a. Rumah Sakit Umum Kambang menjalankan pelaporan kondisi pasien secara lisan/
telepon dengan menggunakan prinsip komunikasi SBAR ( Situation, Background,
Asessment dan Recomendation).
 Situation : kondisi terkini yang terjadi pada pasien (contoh:keluhan pasien)
 Background : informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini.
 Assessment : hasil pengkajian kondisi pasien terkini
 Rekomendation : apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini
b. Rumah Sakit Umum Kambang menerapkan proses penerimaan perintah lisan melalui
telepon dilakukan dengan prinsip komunikasi TUBAKON ( TUlis, BAca ulang,
KONfirmasi).
 Perintah lisan dan melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan laboratorium kritis
yang ada di Rumah Sakit Umum Kambang ditulis lengkap dan dibacakan kembali
oleh penerima perintah.
 Pesan yang telah di sampaikan di tanda tangani oleh dokter penanggung jawab
maksimal 1 x 24 jam, apabila dokter penanggung jawab berhalangan, harus di tanda
tangani oleh dokter yang menggantikan
 Untuk obat-obat yang termasuk obat NORUM/ LASA dilakukan eja ulang dengan
menggunakan code Alfabetis Internasional.
 Pelaporan hasil pemeriksaan kritis diagnostik/ penunjang dilakukan dalam waktu
yang cepat.
 Perintah atau hasil pemeriksaan laboratorium kritis dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah.
 Pembacaan kembali instruksi via telephon boleh tidak dilakukan pada situasi yang
tidak memungkinkan seperti di OK, situasi gawat darurat di IGD dan ICU.
 Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama penerima
perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan.
c. Metode serah terima handover di rumah sakit kambang adalah metode bedside
handover yaitu handover yang dilakukan disamping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien/keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback
(respon balik).
d. Proses serah terima pasien yang dipindah antar berbagai tingkat pelayanan didalam
rumah sakit disertai form serah terima pasien.
e. Hal ini dilakukan secara konsisten di seluruh lokasi dan situasi di Rumah Sakit Umum
Kambang.

Contoh metode SBAR :

Introduction Selamat pagi dokter Budi, saya Reni perawat Ruang Khumairah RS
Kambang, melaporkan pasien anda a/n Tn. Sodikin umur 45 tahun……
S Situation (masalah yang terjadi pada pasien)
Contoh : Tn. Sodikin nafasnya sesak dan mengeluh nyeri dada
B Background (latar belakang penyakit)
Contoh; Tn. Sodikin 2 hari yang lalu nyeri dada, Nadi 130 x/I dan tekanan
darah 150/60 mmhg, respirasi : 28x/I, pasien tidak bisa istirahat.
A Assesment (penilaian/ masalah yang saya pikirkan)
Contoh: assessment saya mengkin pasien mengalami gangguan jantung atau
emboli pulmoner
R Rekomendation (apa yang ingin disarankan, apakah perlu pemriksaan
tambahan, jika ada perubahan tata laksana, tanyakan)
Contoh: saya rekomendasikan dokter melihat pasien segera dan saya beri
pasien O2, apakah dokter setuju?)
Pelaporan hasil kritis pemeriksaan laboratorium

ALUR PELAPORAN NILAI KRITIS


Definisi :
Hasil atau nilai yang menggambarkan keadaan patofisiologi seperti variasi nilai yang
mengancam jiwa dan memerlukan tindakan segera.

Hasil Laboratorium Nilai Kritis


 Penerima mencatat di
Rekam Medis
membubuhkan & Stempel
Petugas Lab Melaporkan Hasil Nilai Merah “Nilai Kritis” pada
Maksimal 15 Menit Kritis ke dr. Penanggung Jawab Lab CPPT ditulis :
 Identitas Pasien
 Hasil Lab Kritis, jam
menerima informasi
Petugas Laboratorium Melaporkan  Nama Penelpon
Ke KATIM Shift Ruangan  READ BACK (Tul Ba Con)

KATIM Shift Ruangan Mengambil Hasil Lab  Penerima mencatat di


untuk melaporkan ke dr. Ruangan/ DPJP Rekam Medis
membubuhkan & Stempel
Merah “Nilai Kritis” pada
Maksimal 15 Menit
CPPT ditulis :
 Identitas Pasien
KATIM Ruangan Mencatat Jam  Hasil Lab Kritis, jam
Pelaporan dan Tanda Tangan DPJP menerima informasi
 Nama Penelpon
 READ BACK (Tul Ba Con)

Keterangan
DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pasien
SKP 3 : KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI

Pengertian obat high alert : adalah obat yang sering menyebabkan kesalahan dan obat
yang beresiko tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan

Pengerian obat LASA ( look alike soun alike ) : adalah obat yang memiliki nama obat
dan rupa obat yang mirip

Pengertian obat elektrolit pekat : adalah larutan elektrolit dengan kadar diatas
normal/umum.

Pengelolaan obat-obat yang perlu kewaspadaan tinggi (high alert)


1. Petugas farmasi memberi label obat high alert denganlabel merah sampai satuan terkecil,
kecuali tablet sampai satuan box
2. High alert diletakkan terpisah yang diberi label merah disekeliling tempat penyimpanan
3. Petugas farmasi memeberi label berwarna kuning bertuliskan LASA pada obat dengan
bentuk sediaan dan peyebutan yang mirip
4. Obat yang berlabel LASA ditempatkan tidak boleh berdekatan
5. Petugas faramasi memberikan label bertuliskan “stop elektrolit konsentrat, hartus
diencerkan”untuk setiap botol kemasan elektrolit konsentrat
6. Obat narkotik termasuk high alert diberi label merah tetapi penyimpanannya dilemari
dengan doube lock
7. Petugas farmasi melakukan double check oleh dua petugas yang berbeda sebelum
pemberian obat ke perawat dan cap high alert pada setiap pasien yang menggunakan obat
tersebut.
DAFTAR OBAT HIGH ALERT
RUMAH SAKIT UMUM KAMBANG JAMBI

PELABELAN : WARNA MERAH


PENYIMPANAN : TERPISAH DARI SEDIAAN LAIN
BENTUK
NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK NAMA DAGANG KEKUATAN
SEDIAAN
BUVANEST
0,5% 20 ML
BUPIVACAIN HCl INJEKSI
DECAIN SPINAL
0,5% 4 ML
HEAVY
KETAMINE INJEKSI KETAMIN HAMELN 100 MG / 10 ML

PROPOFOL INJEKSI RECOFOL 10 ML / 20 ML

1 OBAT ANASTESI SEVOFLURANE INHALASI SOJOURN 250 ML

ISOFLURANE INHALASI TERREL 250 ML

INJEKSI MILOZ 5 MG / ML

MIDAZOLAM

INJEKSI SEDACUM
5 MG/ML

2 EPINEPHRIN INJEKSI EPINEPHRINE 1 MG / ML


VASOKONTRIKSI
NOREPINEPHRIN INJEKSI VASCON 4 MG / 4 ML

LIDOCAIN INJEKSI LIDOCAIN 20 % 20 MG / ML


3 ANTI ARITMA
INJEKSI TYARIT 150 MG / 3 ML
AMIODARON
INJEKSI CORDARONE 150 MG/ 3 ML
WAFARIN TABLET SIMARC 2 MG
HEPARIN TABLET INVICLOT 25000 IU / 5 ML
CILOSTAZOL TABLET PLETAAL 50 MG

TABLET CLOPIDOGREL 75 MG

4 ANTI TROMBOSIT CLOPIDOGREL


TABLET PLADOGREL 75 MG

TABLET CPG 75 MG

PENTOXIFYLLINE TABLET TIOXAD 400 MG

FONDAPARINUX INJEKSI ARIXTRA 2,5 MG / 0,5 ML


1 MG, 2 MG, 3 MG,
TABLET GLIMEPIRIDE
4 MG
GLIMEPIRID TABLET METRIX 1 MG, 2 MG

TABLET GLUVAS 1 MG, 2 MG

GLIBENKLAMID TABLET GLIBENKLAMID 5 MG


ANTI DIABETES
5
ORAL
GLIKLAZID TABLET GLUCODEX 80 MG

GLIQUIDONE TABLET GLIQUIDONE 30 MG

METFORMIN 500 MG
METFORMIN TABLET
NEVOX XR 500 MG

6 INSULIN INSULIN ASPART INJEKSI NOVORAPID FLEXPEN 300 IU / 3 ML

INSULIN GLARGINE INJEKSI LANTUS 300 IU / 3 ML


BENTUK
NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK NAMA DAGANG KEKUATAN
SEDIAAN
DIGOXIN INJEKSI FARGOXIN 200 MG / 5 ML

DOPAMIN INJEKSI UDOPA 40MG/ML

DOBUTAMIN INJEKSI DOBUTAMIN 250 MG / 5 ML

INJEKSI ATRAKURIUM 25 MG / 2,5 ML


ATRAKURIUM
7 OBAT JANTUNG BESILAT
INJEKSI TRAMUS 25 MG / 2.5 ML

INJEKSI OXYTOCIN 10 IU / ML

OXYTOCIN
INJEKSI INDUXIN 10 IU / ML

MORPHIN
TABLET MST CONTINUS 10 MG
SULPHATE
CODEIN 10 MG TABLET CODEIN 10 MG 10 MG

CODEIN 20 MG TABLET CODEIN 20 MG 20 MG


CODEIN
PHENYLTOLOXAMI CAPSUL CODIPRONT CAPSUL
NE
CODIPRONT CUM CODIPRONT CUM
CAPSUL
EXPECTORANT EXPECTORANT
DUROGESIC PATCH
12.5 UG
12.5 UG
PATCH
FENTANYL DUROGESIC PATCH 25
25 UG
UG

INJEKSI FENTANYL

MORPHIN INJEKSI MORPHIN 10 MG

PHETIDIN INJEKSI PHETIDIN


DIAZEPAM TABLET METANEURON
METAMIZOLE
SODIUM TABLET PRONEURON

TABLET VALISANBE 2 MG 2 MG
OBAT NARKOTIKA DIAZEPAM
8 TABLET VALISANBE 5 MG 5 MG
& PSIKOTROPIKA
TABLET ALPRAZOLAM 0.5 MG

TABLET ALPRAZOLAM 1 MG
ALPRAZOLAM
TABLET ZYPRAZ 0.25 MG

TABLET ZYPRAZ 0.5 MG

SANMAG TABLET SANMAG

ESILGAN 1 MG
ESTAZOLAM TABLET
ESILGAN 2 MG

BRAXIDIN TABLET BRAXIDIN

TABLET CLOBAZAM 10 MG
CLOBAZAM
TABLET PROCLOZAM 10 MG
SYRUP STESOLID 2 MG/ 5 ML
RECTAL STESOLID 5 MG
DIAZEPAM
RECTAL STESOLID 10 MG
INJEKSI VALISANBE
TRIFLUOPERAZINE
TABLET STELLOSI 5 MG
HCL
PHENOBARBITAL INJEKSI SIBITAL 200 MG

DAFTAR OBAT ELEKTROLIT KONSENTRAT


RUMAH SAKIT UMUM KAMBANG JAMBI
PELABELAN : WARNA HIJAU ELEKTROLIT KONSENTRAT

PENYIMPANAN : TERPISAH DARI SEDIAAN LAIN HARUS DIENCERKAN

BENTUK
NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK SEDIAAN NAMA DAGANG KEKUATAN KETERANGAN

OTSU-KCL 7.46 (7.46%


POTASSIUM
KALIUM KLORIDA INJEKSI 7.46% 25 ML
CHLORIDE
INJECTION)

NATRIUM OTSU-SALINE 3 (3%


INFUS 3% 500 ML
KLORIDA 3% SODIUM CHLORIDE)

MEYLON 84 (8,4%
SODIUM SODIUM Elektrolit konsentrat tidak boleh di
ELEKTROLIT INJEKSI 8,4% 25 ML
1 BICARBONATE BICARBONATE simpan di ruang perawatan kecuali
KONSENTRAT INJECTION) ICU

OTSU-MGSO4 ( 40%
MAGNESIUM
INJEKSI MAGNESIUM 40 % 25 ML
SULFATE
SULFATE INJECTION )

OTSU-D40 ( 40%
DEXTROSE INJEKSI DEXTROSE 40% 25 ML
INJECTION)

DAFTAR OBAT LASA/NORUM


RUMAH SAKIT UMUM KAMBANG JAMBI
PELABELAN : WARNA KUNING
PENYIMPANAN : TIDAK BOLEH BERSEBELAHAN
LASA

NO OBAT 1 OBAT 2 OBAT 3


1 PROLIC 300 MEFINAL 500 ERYSANBE 500
2 MERTIGO TAB MERTIGO SR TAB
3 CEFSPAN 100 TAB CEFSPAN 200 TAB
4 PROVULA TAB PREGNOLIN TAB
5 POLYNEL MDS TOBROSON MDS
6 BETA ONE 2,5 BETA ONE 5
7 GLIMEPRIDE 1 GLIMEPIRIDE 2 GLIMEPRIRIDE 3
8 MELOXICAM 7,5 MELOXICAM 15
9 AS. MEFENAMAT AS. TRANEXAMAT
10 METRIX 1 METRIX 2
11 TENSIVASK 5 TENSIVASK 10
12 FARGOXIN 0,25 FARSORBID 5
13 X-CAM 7,5 X-CAM 15
14 MEPTIN MINI MEPTIN TAB
15 CONCOR 2,5 CONCOR 5
16 CANDERIN 8 CANDERIN 16
17 VOSEDON SYR SANTAGESIC SYR
18 VOMETA DROP VOMETA SYR
19 PONDEX SYR PSIDII SYR
20 RHINOFED SYR RHINOR JUNIOR SYR
21 AMOXSAN DS AMOXAN FORTE DS
22 CANDESARTAN 8MG CANDESARTAN 16MG
23 CELEBREX 100 CELEBREX 200
24 BUFFECT SUSP BUFFECT F SUSP
25 DUMIN 125 DUMIN 250
26 POLIDEMICIN ED LEVOCIN ED
27 CEFOTAXIM INJ CEFTRIAXONE INJ
28 FARBIVENT INJ VASCON INJ
29 PHYTOMENADION INJ NEO-K INJ
30 FARSIX TAB FARMASAL TAB
31 NOPERTEN 5 NOPERTEN 10
32 NITROKAF F TAB NITROKAF RETARD
33 KALXETIN 10 KALXETIN 20
34 DEPAKOTE 250 DEPAKOTE ER 500
35 FREGO 5 FREGO 10
36 UTROGEN 100 UTROGESTAN 200
37 VOLTADEX TAB VOMETA TAB
38 OSSORAL 200 OSSORAL 800
39 CEFAT F SYR CEFAT SYR
40 CLANEKSI SYR CLANEKSI F SYR
41 FENOFIBRAT 100 FENOFIBRAT 300
42 CLINDAMYCIN 150 CLINDAMYCIN 300
43 ATORVASTATIN 10 ATORVASTATIN 20
44 PIRACETAM 1G INJ PIRACETAM 3G INJ
45 DIVASK 5MG DIVASK 10 MG
46 NEUROLIN 250 INJ NEUROLIN 500 INJ
47 FORTANEST 5MG/5ML FORTANEST 15MG/5ML
48 ANCEFA SYR ANCEFA FORTE SYR
49 EPHEDRIN INJ EPINEPHRIN INJ ATROPIN INJ
50 PROPIRETIC 80 PROPIRETIC 160 PROPIRETIC 240
51 OCTALBIN 20% 100ML OCTALBIN 25% 100ML
52 VALISANBE 2MG VALISANBE 5MG
53 ESILGAN 1MG ESILGAN 2MG
54 ALPRAZOLAM 0,5MG ALPRAZOLAM 1MG
55 DUROGESIC PATCH 12,5 DUROGESIC PATCH 25
56 CODEIN 10MG CODEIN 20MG
57 ZYPRAZ 0,25MG ZYPRAZ 0,5MG
58 STESOLID REC 5MG STESOLID REC 10MG
SKP 4. TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI

PENANDAAN LOKASI OPERASI :

1. Pasien diberi tanda saat informed concent telah dilakukan


2. Penandaan dilakukan 1x24 jam sebelum pasien dipindahkan kelokasi dimana prosedur
akan dilakukan.
3. Tanda dibuat dengan melibatkan pasien pada saat pasien terjaga ( sadar ) / keluarga
pasien ( tidak sadar )
4. Tanda yang digunakan berupa : tanda ceklist ( ),Penandaan dilakukan sedekat mungkin
dengan lokasi sayatan
5. Penandaan area operasi dengan pengerjaan nya bertahap menggunakan nodul N1, N2,
N3 dst. Contoh:Tulang belakang (lumbal)
6. Penandaan lokasi operasi dilakukan dengan spidol permanen atau surgical skin marker
yang tidak mudah terhapus, tetap terlihat sampai saat akan dilakukan persiapan kulit
dengan desinfektan dan draping.
7. Orang yang harus membuat penandaan lokasi operasi adalah DPJP atau dokter operator
yang akan melakukan prosedur pembedahan.
8. Verifikasi diformulir penandaan lokasi operasi
9. Penandaan pada kasus membran mukosa : dilakukan pada foto panoramik untuk kasus
gigi dilakukan pada format gambar nomor anatomi gigi di rekam medis pasien.
10. Untuk pasien cyto penandaan dilakukan di IGD dan di Kamar Operasi

TIGA FASE OPERASI


1. Fase Sign in
Fase sign In adalah fase sebelum induksi anestesi, koordinator secara verbal
memeriksa apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar,
sisi yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah diberikan, oksimeter
pulse pada pasien berfungsi. Koordinator dengan profesional anestesi mengkonfirmasi risiko
pasien apakah pasien ada risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi.
2. Fase Time Out
Fase Time Out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran
masing-masing. operator yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasi memastikan
bahwa semua orang di ruang operasi saling kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada
kulit tim mengkonfirmasi dengan suara yang keras, mereka melakukan operasi yang benar,
pada pasien yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah
diberikan dalam 60 menit sebelumnya.
3. Fase Sign Out
Fase Sign Out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah dilakukan.
Dilakukan pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian label pada
spesimen, kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir yang
dilakukan tim bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada manajemen post
operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi (Surgery & Lives,
2008).
SKP 5. PENGURANGAN RESIKO INFEKSI

A. Lima Momen (5 Momen) Mencuci Tangan :


Lima Momen dalam kebersihan tangan yang harus dikerjakan semua orang di rumah sakit,
sebagai berikut :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
B. Handwash (Teknik Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air Mengalir)
Teknik Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air Mengalir harus dilakukan seperti
dibawah ini :
1. Buka perhiasan yang digunakan, basahi tangan dengan air mengalir.
2. Tuangkan sabun antiseptik ke telapak tangan secukupnya.
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan.
4. Gosok punggung dan sela-sela jari jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan.
7. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
8. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan sebaliknya.
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
10. Keringkan kedua tangan dengan tissue sekali pakai.
11. Gunakan bekas tissue tersebut untuk menutup kran air.
12. Sekarang tangan sudah aman.
Catatan :
 Bilas tangan dengan air bersih (lakukan gerakan 6 langkah cuci tangan).
 Keringkan tangan dengan menggunakan handuk kertas
 Gunakan handuk kertas tersebut untuk memutar keran sewaktu mematikan air
 Setiap gerakan dilakukan sebanyak 4-6 kali. Lamanya seluruh prosedur sebaiknya
selama
 Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan keran atau gunakan
ember atau gayung.
 Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk yang bersih sekali
pakai atau keringkan dengan udara.
C. Handrub Antiseptik (Teknik Mencuci Tangan dengan Cairan berbasis alkohol)
1. Tuangkan larutan antiseptik bebasis alkohol ke telapak tangan sebanyak 3 - 5 cc.
2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata.
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
4. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling digosokkan.
6. Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
7. Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan sebaliknya.
8. Sekarang tangan sudah aman.
Catatan :
 Teknik mencuci tangan dengan handrub antiseptik harus dilakukan seperti
dibawah ini :
a. Setiap gerakan dilakukan sebnayak 4 (empat) kali. Lamanya seluruh
prosedur sebaiknya selama 20-30 detik.
b. Setelah melakukan handrub 3 kali atau bila tangan sudah tidak nyaman,
lakukan cuci tangan dengan air mengalir.
c. Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik,
sehingga jika tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh, harus mencuci tangan dengan sabun dan air terlebih dahulu.
d. Handrub yang hanya berisi alkohol sebagai bahan aktifnya, memiliki efek
residual yang terbatas dibandingkan dengan handrub yang berisi campuran
alkohol dan antiseptik seperti khlorheksidin.
SKP 6: MANAJEMEN RESIKO JATUH
1. Pengurangan resiko pasien jatuh
a. Assesmen awal pasien resiko jatuh dilakukan : di IGD, di poliklinik yang
melakukan tindakan medis, dan assesmen ulang atau lanjutan dilakukan di
ruang rawat inap.
b. Assasment ulang pasien resiko jatuh sedang re assasement setiap operan shif,
pasien dengan resiko jatuh tinggi re assesment 4 jam kemudian (setelah operan
shif)
c. Penilaian (skrining) resiko jatuh untuk pasien anak menggunakan skala
humpty dumty dan pasien dewasa menggunakan morse fall scale.
d. Penilaian (skrining) resiko jatuh untuk pasien rawat jalan menggunakan skala
Get Up And Go yang isi oleh perawat poliklinik.
e. Pasien lansia (geriatrik) yang berobat ke poliklinik dengan usia > 60 tahun
dikategorikan beresiko jatuh.
f. Melakukan assesment resiko jatuh dengan cara :
 Memonitoring pasien sejak masuk dan hitung skor resiko jatuh untuk
menentukan tingkatan resiko.
 Memonitoring dengan ketat pada pasin yang mempunyai resiko tinggi.
 Memberikan tanda alert ( warna kuning ) pada gelang pasien.
 Libatkan pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan resiko jatuh.
 Laporan peristiwa pasien jatuh.
 Identifikasi : obat yang berhubungan dengan peningkatan resiko jatuh :
sedatif, analgetik, antihipertensi, diuretik, lazatif, psikotropik.
g. Pada pasien rawat jalan, bila dilakukan assasment termasuk dalam resiko
jatuh, maka dilakukan pemasangan pita kuning pada pasien oleh perawat poli.
h. Pada pasien rawat inap, bila dilakukan assasment termasuk resiko jatuh maka
dilakukan pemasangan kancing/ pin berwarna kuning pada gelang identitas
pasien.
i. Pemasangan kancing/pin pada pasien rawat inap, bila pasien masuk dari IGD
maka dilakukan oleh perawat IGD, bila pasien masuk dari poliklinik maka
pemasangan dilakukan oleh perawat poli.
j. Pencegahan pasien cedera karena jatuh atau pengurangan pasien resiko jatuh
pasien dewasa dapat dilakukan dengan cara:
1. Umum (untuk semua kategori)
a. Orientasi kamar inap
b. Posisi tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, pegangan tempat
tidur terpasang baik
c. Ruangan rapi
d. Kunci roda tempat tidur
e. Dekatkan kebutuhan pasien
f. Benda pribadi dalam jangkauan (Hp, air minum, kacamata)
g. Alat bantu dalam jangkauan (tongkat, dll)
h. Cahaya sesuai kebutuhan pasien
i. Pantau efek obat-obatan
j. Anjuran kekamar mandi secara rutin
k. Dukungan emosional dan psikologis
l. Edukasi pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga
2. Resiko Jatuh Sedang dan Tinggi
a. Penanda klip kuning pada gelang identitas
b. Sandal anti licin
c. Bantuan kekamar mandi/ penggunaan pispot (saat pasien bangun) dan
secara periode (malam).
d. Kunjungi dan amati pasien setiap 4 jam
e. Kebutuhan akan :Fisioterapi, Alarm tempat tidur, Tempat tidur rendah
(khusus) dan Lokasi kamar tidur dekat dengan perawat.
k. Pencegahan atau pengurangan pasien resiko jatuh pasien anak-anak dapat
dilakukan dengan cara:
1. Resiko Rendah : 7 – 11
a. Pastikan tempat tidur/ box terkunci
b. Dekatkan bel dan pastikan bel terjangkau
c. Pasang pengaman tidur
d. Posisikan tempat tidur serendah mungkin
e. Singkirkan barang yang berbahaya terutama pada malam hari
f. Minta persetujuan pasien agar lampu tetap menyala
g. Orientasi ruangan pada orang tua/ keluarga

h. Pastikan lantai dan alas kaki tidak licin


i. Observasi rutin oleh perawat (setiap 4 jam)
j. Bila dirawat dalam incubator, pastikan semua jendela terkunci
k. Edukasi orang tua/ keluarga
2. Resiko Tinggi : 12 – 23
a. Lakukan tindakan pencegahan seperti Skala rendah (skala 7 - 11)
b. Pasang gelang resiko jatuh warna kuning
c. Lakukan observasi setiap pertukaran shif dinas
d. Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan Nurse Station
(jika memungkinkan).
l. Untuk pasien bayi (usia 0-28 hari) di poliklinik dikategorikan pasein dengan
resiko jatuh dengan menggunakan penandaan pita kuning dan dipasaang oleh
perawat poli.
m. Untuk bayi diruang Perinatologi / PICU / NICU dan pasien post operasi
dikategorikan pasien resiko jatuh dengan menggunakan penandaan stiker
segitiga berwarna kuning.
n. Hasil penilaian dimonitor dan didokumentasikan dalam rekam medis.
Formulir Penilaian Pasien Resiko
NRM :
Jatuh Anak (Humpty Dumpty)
RSU Kambang Nama : Laki-laki
Jl. Kol. Amir Hamzah No. 53 Tanggal Lahir : Perempuan

Tanggal Masuk : ……….…….Pukul : …………….…..Ruang Rawat : ……………….

PENILAIAN PASIEN RESIKO JATUH PADA ANAK (HUMPTY DUMPTY)


Parameter Kriteria Skor Skor Pasien

Umur < 7 Tahun 3


7 – 13 Tahun 2
> 13 Tahun 1
Jenis Kelamin Laki-Laki 2
Perempuan 1
Diagnosa Kelainan Neuorologis 3
Gangguan Oksigenisasi 2
Diagnosis Lain 1
Gangguan Kognitif Tidak Menyadari Keterbatasan Dirinya 3
Lupa Akan Keterbatasannya 2
Orientasi Baik Terhadap Diri Sendiri 1
Faktor Lingkungan Riwayat Jatuh/ Bayi Diletakkan Di TT Dewasa 4
Pasien Menggunakan Alat Bantu/ Box Atau Mebel 3
Pasien Diletakkan di TT 2
Area Diluar RS 1
Pembedahan/ Sedasi/ Dalam 24 Jam 3
Anastesi Dalam 48 Jam 2
> 48 Jam Tidak Ada Pembedahan/ Sedasi/ Anastesi 1
Penggunaan Obat Penggunaan Multiple: Sedatif, Obat Hipnotis, 3
Barbitur, Fenotiazin, Antidepresan, Pencahar,
Diuretik
Salah Satu Dari Pengobatan Diatas 2
Pengobatan Medikasi Lainnya/ Tidak Ada 1
Medikasi
TOTAL
Nama & paraf yang melakukan penilaian

TINGKAT RESIKO DAN TIDAKAN

SKOR TINGKAT RESIKO


7 – 11 Resiko Jatuh Rendah
> 12 Resiko Jatuh Tinggi
*Skor Minimal : 7 *Skor Maksimal : 23
Formulir Penilaian Pasien Resiko Jatuh
NRM :
Dewasa dan Lansia (Morse Fall Scale)
Nama : Laki-laki
RSU Kambang
Jl. Kol. Amir Hamzah No. 53
Tanggal Lahir : Perempuan

Tanggal Masuk : ……….…….Pukul : …………….…..Ruang Rawat : ……………….

PENILAIAN PASIEN RESIKO JATUH PADA DEWASA DAN LANSIA


(MORSE FALL SCALE)
No Resiko Skala Skore Pasien
Tidak 0
1 Riwayat jatuh
Ya 25
Tidak 0
2 Diagnosis medis > 2
Ya 15
Alat Bantu Jalan:
0
Tanpa alat
3
Penopang/ tongkat/ walker 15
Kursi roda 30
Tidak 0
4 Terpasang infuse
Ya 25
Cara Berjalan:
0
Normal
5
Lemah 15
Terganggu 30
Status Mental:
0
6 Orientasi sesuai kemampuan diri
Lupa keterbatasan diri 15
TOTAL
Nama & paraf yang melakukan penilaian

TINGKAT RESIKO DAN TINDAKAN


SKOR TINGKAT RESIKO TINDAKAN
0 – 24 Tidak Beresiko Perawatan yang baik
25 – 44 Resiko Rendah Lakukan intervensi jatuh standar
> 45 Resiko Tinggi Lakukan intervensi jatuh resiko
tinggi
Formulir Penilaian Pasien Resiko NRM :
Jatuh Rawat Jalan (Get Up And Go)
RSU Kambang Jl. Kol. Amir Nama : Laki-laki
Hamzah No. 53 Tanggal Lahir : Perempuan

Tanggal Masuk : ……….…….Pukul : …………….…..

PENILAIAN PASIEN RESIKO JATUH RAWAT JALAN (GET UP AND GO)


No Penilaian / Pengkajian Ya Tidak
a. Cara berjalan pasien (salah satu atau lebih)
1. Tidak seimbang / sempoyongan / limbung
2. Jalan dengan menggunakan alat bantu (tripot, kursi roda,
orang lain)
b. Menopang saat akan duduk : tampak memegang pinggiran kursi /
meja / benda lain sebagai penopang saat akan duduk

Hasil:
Tidak ditemukan a & b = tidak beresiko (tidak ada tindakan)
Ditemukan salah satu a / b = resiko rendah (edukasi)
Ditemukan a & b = resiko tinggi (pasang pita kuning)
NRM :
Nama : Laki-laki
Tanggal Lahir : Perempuan
ASSESMEN ULANG NYERI DAN RESIKO JATUH
INTERVENSI RESIKO JATUH PENGKAJIAN
INTERVENSI NON PENGKAJIAN ULANG ULANG
SKOR NYERI PENGKAJIAN ULANG NYERI
FARMAKOLOGIS RESIKO JATUH RESIKO
PENCEGAHAN UMUM PENCEGAHAN RESIKO TINGGI
JATUH

FLACCS 1. Distraksi 1. 15 menit intervensi obat injeksi Morse Fall Scale 1. Orientasi pasien terhadap 1. Penanda klip kuning pada gelang identitas
lingkungan ruangan 1. 1x/shift bila
VAS / NSR 2. Kompres dingin 2. 1 jam setelah intervensi obat oral 1. Resiko rendah : 0-24
resiko sedang
Wong Baker 3.kompres panas 3. 1 x/shift bila 1 – 3 2. resiko sedang : 25-44 2. Posisi tempat tidur serendah 2. Kunjungi dan amati pasien setiap 4 jam
mungkin, roda terkunci,
0 = Tidak ada nyeri 4. TENS 4. 1 x/4 jam bila skor 4 – 5 3. resiko tinggi : >45 pegangan tempat tidur 3. Observasi secara teratur kenyamanan pasien dan
terpasang baik kebutuhan
1 – 3 = Nyeri Ringan 5. relaksasi & pernapasan 5. 1 x/jam bila skor 7 - 10 Humpty Dumpty 2. 1x/4jam bila
resiko tinggi
4 – 6 = Nyeri sedang 1. resiko rendah : <7-11 3. Alat bantu dalam jangkauan 4. Kebutuhan akan :Fisioterapi, Alarm tempat tidur,
(tongkat, dll) Tempat tidur rendah (khusus) dan Lokasi kamar tidur
2. resiko tinggi : >12 dekat dengan perawat.
4 – 6 = Nyeri Ringan
7 – 10 = Nyeri berat 4. Ruangan rapi, dekatkan 5. Bantuan kekamar mandi/ penggunaan pispot setiap 2
kebutuhan pasien, benda jam (saat pasien bangun) dan secara periode
pribadi dalam jangkauan (malam).
(Hp, air minum, kacamata)
5. Cahaya sesuai kebutuhan
pasien

6. Anjuran kekamar mandi


secara rutin dan pantau efek
obat-obatan

7. Edukasi pencegahan jatuh


pada pasien dan keluarga

8. Dukungan emosional dan


psikologis

INTERVENSI
PERAWAT / BIDAN INTERVENSI RESIKO JATUH
FARMAKOLOGIS KAJI
TGL SKOR INTERVENSI NON
JAM NYERI FARMAKOLOGIS WAKTU TINGKAT RESIKO JATUH
NAMA
DOSIS NAMA PARAF ULANG PENCEGAHAN UMUM PENCEGAHAN RESIKO TINGGI
OBAT

Anda mungkin juga menyukai