Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini
adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati
dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap menjadi
donor darah, siap memberi bantuan kendaraanuntuk rujukan, siap membantu pendanaan, dan
bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat dan sigap
mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan tindakan gawat darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga kesehatan bayi
yang baru dilahirkan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
2. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)
c. Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat
desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

C. Ciri – ciri pokok desa siaga


a. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar ( dengan
sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan, perlengkapan & peralatan
alat komunikasi ke masyarakat & ke puskesmas )
b. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

D. Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini
dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat,
peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya
2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga
atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait,
LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.

E. Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi empat kriteria.

1. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah ada forum atau
lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya kelompok
rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan do’a.
2. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota forum
mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu. Demikian juga dengan
polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.
3. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif,dan
mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat.Jika selama
ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman
terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan sistem serupa dimulai
dari sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
4. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah terpenuhi.
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku hidup bersih dan sehat.

F. PENGEMBANGAN DESA SIAGA

Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu/memfasilitasi/mendampingi


masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah
yang terorganisasi dan dilakukan oleh forum masyarakat desa (pengorganisasian masyarakat),
yaitu dengan menempuh tahap berikut .
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya, yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah.
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif pemecahan masalah.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan melaksanakannya.
4. Memantau, mengevaluasi, dan membina kelesatarian upaya yang telah dilakukan.
Dalam pengembangan desa siaga juga sangat diperlukan forum komunikasi masyarakat yaitu
terbagi menjadi empat money dan pelaporan, musyawarah mufakat desa, gerakan masyarakat
desa, survey mawas diri.
1) Pengembangan tim petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan lainnya dialaksanakan. Tujuan langkah
ini adalah persiapan para petugas kesehatan yang berada di wilayah puskesmas, baik petugas
teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini dapat berbentuk sosialisasi,
pertemuan, atau pelatihan yang bersiafat konsolidasi, yang di sesuaikan dengan kondisi setempat.
Keluaran atau out put dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya,
serta siap bekerja sama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat.
2) Pengembangan tim di masyarakat
Tujaun langkah ini adalah mempersiapakan para petugas, tokoh masyarakat, dan masyarakat
(forum masyarakat desa ) agar mereka mengetahui dan mau bekerja sama dalam satu tim untuk
mengembangkan desa siaga. Langkah ini, termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu
kebijakan, bertujuan agar mereka mau memberi dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran,
persejuan, dana, maupun sumber daya lain sehingga pengembangan desa siaga dapat berjalan
denag lancar. Penfdekatan pada tokoh – tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan
mendukung ,khususnya dalam membentuk opini masyarakat guna menciptakan iklim yang
kondusif bgi pengembangan desa siaga.
3) Survei Mawas Diri
Survei Mawas Diri (SMD) atau telah mawas diri (TMD) atau Comunity Self Survei (CSS)
bertujuan agar tokoh masyarakat mampu melakukan telah mawas diri untuk desanya. Survei
harus dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan.
Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah kesehatan dan daftar potensi di
desa yang dapat di dayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut,termasuk
dalam rangka membangun poskedes.
Bentuk :
-Curah Pendapat
-Pengisisan Kartu Mawas Diri
-Observasi lapangan dll
- Penyajian Data berupa : - Data masalah
- Data potensi

4) Musyawarah masyarakat desa


Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari alternatif
penyelesaian,masalah kesehatan dan upaya membangun poskesdes di kaitkan dengan potensi
yang dimiliki desa.Disamping itu,untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa
siaga.
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan,biasanya adalah daftar
masalah kesehatan,data potensi serta harapan masyarakat.Hasil pendataan tersebut
dimusyawarahkan untuk menentukan prioritas,serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan
poskesdes dan pengembangan desa siaga.

G. Pelaksanaan Kegiatan

Secara operasional, pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut.

1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga. Pemilihan pengurus dan kader siaga dilakukan
melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat
Serta beberapa wakil masyarakat pilihan dilakukansecara musyawarah dan mufakat, sesuai
dengan tata cara dan criteria yang berlaku dengan di fasilitasi oleh masyarakat.
2. Orientasi / pelatihan kader siaga.
Sebelum melaksanakn tugasnya, pengolahan dan kader desa yang telah ditetapkan perlu di beri
orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan di laksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten /
kota. Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan di laksanakan di desa dalam
rangka pembangunan desa siaga yang meliputi penolahan desa siaga secara umum,
pembangunan dan pengelolaan poskesdes, pembangunan dan pengelolaan UKBM lain, dan hal-
hal penting lain yang terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat.
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini, pembangunan poskesdes dapat di
kembangkan dari polindes yang sudah ada. Dengan demikian, akan diketahui bagaimana
poskesdes tersebut diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah, membangun
baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaa masyarakat atau
memodivikasi bangun lain. Jika poskesdes sudah berhasil di selenggarakan, kegiatan di lanjutkan
dengan UKBM lain, seperti posyandu dengan berpedoman pada panduan yang berlaku.
4. Penyelenggaraandesa siaga. Dengan adanya poskesdes, desa yang bersangkutan telah di
tetapkan sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaann kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembanagan system surveilans berbasis
nasyarakat, pengembangan kesiap siagaan dan penanggulangan kegawat daruratan dan bencana,
pemberantasan penyakit(dimilai dengan 2 penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB),
penanggulangan masalah dana, pemberdayaan masyrakat menuju kadarsi dan PHBS, serta
penyehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan peningkatan. Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
kinerja sector lain dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga,
perlu adanya pengembangan jejaring kesjasama dengan berbagi pihak perwujudan dari
pengembangan jejaring desa siaga dapat dilakukan melalui temu jejaring IKBM secara internal
di dalam desa sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun).
Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar
menukar pengalaman dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Pembinaan jejaring
lintas sector juga sangat penting , khususnya dengan program pembangunan yang bersasaran
desa. Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader.
H. Pembinaan Desa Siaga
Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat (LSM) untuk
melakukan pendampingan dan fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat kecamatan, kabupaten,
kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat , surat keputusan bupati atau
wali kota dan surat keputusan gubernur .
Untuk mengingat permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain dan
adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya
pengembangan jejaring kerja sama denfan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan
jejaring desa siaga dapat di lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa
sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun. Salah satu kunci
keberhasilan dan esa siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangaka
pembinaan, perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak
drop out. Kader-kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus
di beri kesempatan seluas-luasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya. Sementara kader-kader
yang masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu untuk memperoleh
pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau fasilitas atau dapat berwira
usaha.
Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluai berkaitan dengan ini kegiatan-kegiatan
desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register UKBM (contohnya system
informasi posyandu ).
I. Indicator keberhasilan
Keberhasilan upaya pembangunan desa siaga dapat di lihat dari 4 kelompok indikatornya :
1. Indicator masukan adalah indicator untuk menukur seberapa besar masukan telah di berikan
dalam rangka desa siaga. Indicator masukan terdiri dari :
a. Ada / tidaknya forum masyarakat desa
b. Ada/ tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan atau peralatannya
c. Ada/ tidaknya PKBM yang di butuhkan masyarakat.
d. Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan )
e. Ada/ tidaknya kader aktif.
f. Ada/ tidaknya sarana pembangunan atau poskesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan.
g. Ada/ tidaknya alat komunikasi yang telah lazim di pakai masyarakat yang di manfaatkan untuk
mendung pergerakan surveilans berbasis masyarakat ( misalkan kentongan, bedug )
2. Indikaor proses adalah indicator untuk menukur seberapa aktif upaya yang di laksanakan di sutu
desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indicator proses meliputi :
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
b. Berfungsi atau tidaknya UKBM poskesdes
c. Ada/tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED
d. Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada
e. Berfungsi atau tidaknya system kegawat daruratan dan penanggulangan kegawaat daruratn dan
bencana.
f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarsi dan PHBS.
g. Ada/ tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.
3. Indicator keluaran adalah indicator untuk menukur seberapa besar hasil kegiatan yang di capai
di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga indicator keluaran meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar ( utamanya KIA )
b. Cakupan pelyanan UKBM lain
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan di laporkan
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah oleh kadarsi dan PHBS.
e. Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon tepat.
4. Indicator dampak adalah indicator untuk mengukur seberapa besar dampak dari kegiatan desa
dalam rangka pengembangan desa siaga indicator proses meliputi
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah ibu melahrkan yang meninggal dunia
c. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
d. Jumlah balita dengan gizi buruk
e. Tidak terjadinya KLB penyakit
f. Respon cepat masalah kesehatan
http://jurnalbidandiah.blogspot.com

Ilmu kesehatan masyarakat oleh Syafrudin, SKM, M.Kes; Theresia EVK, SST, SKM; Dra. Jomima, M.Kes

PENGGERAKAN PERAN SERTA MASYARAKAT

2.1 Pengertian peran serta masyarakat


Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan
gotongroyong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri mereka sendiri
mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat,baik dalam bidang
kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Bidan bersama sector yang bersangkutan menggerakan peran serta masyarakat dalam bentuk :
• Pengorganisasian masyarakat
Adalah proses pembentukan organisasi di masyarakat dan dapat mengidentifikasi kebutuhan prioritas
dari kebutuhan tersebut, serta mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi atas sumber –
sumber yang ada di masyarakat.
Macam-macam organisasi masyarakat :
- Kader
- Karang taruna
- Kelompok pengajian

PSM dalam bidang kesehatan diarahkan melalui 3 kegiatan :


1. Kepemimpinan
intervensi kepemimpinan yang berwawasan kesuma, bagi semua pemimpin formal maupun non
formal,dari tingkat teratas sampai terbawah.
2. Pengorganisasian
intervensi community development di bidang kesehatan pada tiap kelompok masyarakat sehingga
muncul upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
3. Pendanaan mengembangkan sumber dana masyarakat, wujudnya berupa dana sehat atau JPKM.
Tujuan akhir yang hendak dicapai dalam peningkatan PSM di bidang kesehatan setiap pemimpin
kelompok masyarakat mempunyai wawasan kesuma ditandai adanya UKMB yang memadai di
lingkungannya.

2.2 Tujuan
1. Tujuan umum
meningkatkan jumlah dan mutu upaya masyarakat dibidang kesehata.
2. Tujuan khusus
- Meningkatkan kemampuan tokoh masyarakat dalam merintis dan menggerakan usaha kesehatan di
masyarakatnya.
- Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
- Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam menggali, menghimpun dan
mengelola dana/sarana masyarakatuntuk upaya kesehatan.

2.3 Tingkatan
Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat bukan pekerjaan mudah. Partisipasi masyarakat
memerlukan kemampuan, kesempatan, dan motivasi. Berbagai tingkatan partisipasi / peranserta
masyarakat antara lain :
1) Peranserta karena perintah / karena terpaksa.
2) Peranserta karena imbalan. Adanya peranserta karena imbalan tertentu yang diberikan baik dalam
bentuk imbalan materi atau imbalan kedudukan.
3) Peranserta karena identifikasi atau rasa ingin memiliki
4) Peranserta karena kesadaran. Peranserta atas dasar kesadaran tanpa adanya paksaan atau harapan
dapat imbalan
5) Peranserta karena tuntutan akan hak dan tanggung jawab

Sasaran
- Individu yang berpengaruh/ tokoh masyarakat
- Keluarga/ puluhan keluarga
- Organisasi masyarakat
- Masyarakat umum

Pembinaan peran serta masyarakat


• pendataan sasaran
• pencatatan kelahiran kematian ibu dan bayi
• penggerakan sasaran agar mau menerima pelayanan KIA
• pengaturan transfortasi setempat yang siap pakai untuk rujukan kedaruratan
• pengaturan bantuan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu
• pengorganisasian donor darah berjalan

• pelaksanaan pertemuan rutin GSI dalam promosi suami, bidan dan desa siaga

Pembinaan dukun bayi


• Memberitahukan ibu hamil untuk bersalin pada tenaga kesehatan
• Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas serta rujukannya
• Pengenalan dini tetanus neonatorum dan BBL serta rujukannya
• Penyuluhan gizi dan KB
• Pencatatan kelahiran dan kematiaan ibu / bayi

Tujuan Pembinaan dan Kemitraan Dukun Bayi dan Bidan Untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia utamanya mempercepat penurunan AKI dan AKB. Manfaat Pembinaan dan Kemitraan Dukun
Bayi
a. Meningkatkan mutu ketrampilan dukun bayi dalam memberikan pelayanan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
b. Meningkatkan ke~asama antara dukun bayi dan bidan.
c. Meningkatkan cakupan persalinan dengan petugas kesehatan.

Program pembinaan dukun bayi meliputi :


a. Fase I : Pendaftaran dukun
1) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar.
2) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka dalam penanganan
kehamilan dan persalinan.
b. Fase II : Pelatihan
1) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assesment.
2) Diberikan sertifikat.

3) Dilakukan penataan kembali tugas dan wewenang dukun dalam pelayanan kesehatan ibu.
4) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek.
c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
1) Persalinan hanya boleh ditolong oleh tenaga terlatih.
2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak/keluarga dukun.

Pembinaan kader
Kader adalah tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerjasama dengan
masyarakat serta suka rela.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :
• Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
• Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya
• Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
• Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
• Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan sayang ibu.

2.4 Bentuk PSM


Polindes
Suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah serta kelengkapan dari PKMD di
kelola oleh bidan dibawah pengawasan dokter PKM setempat yang dipergunakan untuk memberi
pelayanan KIA-KB sesuai dengan kewenangan bidan yaitu kasus dan norma dan resiko sedang.

POD
Merupakan bukti operasional PKMD dalam melaksanakan unsur:
Penyediaan obat-obat sederhana dan penaggulangan penyakit ringan setempat

DUKM
Merupakan perhimpunan dana guna menjamin terselenggaranya pemelihraan kesehatan yang meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

Tabulin
Merupakan tabungan untuk membantu bumil dan keluarganya pada saat menghadapi persalinan

Dasolin
Adalah untuk masyarakat yang pasangan usia subur juga ibu yang mempunyai balita dianjurkan
menabung yeng kegunaan untuk membantu ibu tersebut saat hamil lagi

POSKESTREN
Merupakan peran pondok pesantren dalam pembangunan kesehatan di wujudkan dengan munculnya
UKBM dilingkungan pindok pesantren diantaranya adalah posyandu asuhan tokoh agama, dana sehat
pondok pesantren, santri husada.

2.5 Pengembangan wahana / forum PSM


berperan dalam kegiatan :
• Posyandu
• Polindes
• Kelompok KIA
• Dasa wisma
• Tabungan ibu bersalin
• Donor darah berjalan
• Ambulan desa

Peran petugas
Sebagai pembimbing
yang member jalan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh masyarakat tersendiri dengan
cara yang efektif

Sebagai enabler
yaitu untuk memunculkan dan mengarahkan kesehatan yang ada dalam masyarakat untuk
diperbaiki.petugas berfungsi sebagai salesman yang menawarkan jalan keluar
Sebagai ahli
Memberikan keterangan dalam bidang yang dikuasai,beberapa fakta-fakta rekomendasi tentang apa
yang harus dipilih.

Anda mungkin juga menyukai