Anda di halaman 1dari 7

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

APLIKASI PEMBERIAN KURMA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KADAR


HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI ANEMIA

Noor Cholifah, Elva Amalia1


Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
noorcholifah@stikesmuhkudus.ac.id
elvaamalia86@gmail.com

Abstrak
Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia disebabkan oleh kekurangan zat
gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin. Hal ini terjadi karena kekurangan konsumsi atau
gangguan absorbsi. Penelitian – Penelitian Yang Sudah Ada Menyebutkan Bahwa Kurma Dapat
Mengatasi Anemia, Dimana Kurma Mengandung Zat Yang Dibutukan Tubuh Untuk pembentukan Dan
Maturasi Sel Darah Untuk Mengetahui Pengaruh Aplikasi Pemberian Kurma Sebagai Upaya
Peningkatan Kadar Hb Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia Di Smk Raden Umar Said Kudus
Tahun 2016. Jenis Penelitian Ini Menggunakan Jenis Penelitian Quasy Eksperimental Dengan
Pendekatan Pre-Post Test With Control Grup. Sampel Dalam Penelitian Ini Sebanyak 20 Responden
siswi Smk Raden Umar Said Kudus Dengan Menggunakan Teknik Random Samling. Uji Statistic Yang
Digunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil Wilcoxon Signed Rank Test Didapatkan Nilai Ρ Value =
0.005 Sehingga Dapat Disimpulkan Ada Pengaruh Yang Signifikan ( Ρ Value 0.005<0,05 ) Pemberian
Kurma Dalam Membantu Menaikan Kadar Zat Besi Dalam Darah Sehingga Membantu Mencegah
Anemia. Ada Pengaruh Pemberian Kurma Sebagai Upaya Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja
Putri Yang Mengalami Anemia Di Smk Raden Umar Said Kudus Tahun 2016
Kata Kunci : Kurma, Peningkatan Kadar Hb, remaja putri
PENDAHULUAN kadar feritin yang diikuti dengan penurunan
Anemia merupakan dampak masalah gizi kejenuhan kadar transferin atau peningkatan
pada remaja putri. Anemia disebabkan oleh protoporfirin, jika keadaan ini berlanjut akan
kekurangan zat gizi yang berperan dalam terjadi anemia defisiensi besi, dimana kadar
pembentukan hemoglobin. Hal ini terjadi karena hemoglobin turun dibawah nilai normal
kekurangan konsumsi atau gangguan absorbsi. Zat (Almaitzer, 2009).
gizi tersebut adalah zat besi, protein, vitamin B6 Anemia merupakan suatu gejala
yang berperan sebagai katalisator dalam sintetis kekurangan kadar hemoglobin (Hb) darah pada
Hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C, seseorang biasanya ditandai dengan kadar
zinc yang mempengaruhi stabilitas membran sel hemoglobin dalam darah rendah, kadar Hb darah
darah merah. Sebagian besar adalah anemia gizi untuk wanita dewasa normal 12,00 gr%-14,00
besi. Penyebab dari anemia gizi besi adalah gr% (Arisman, 2009). Penanganan yang biasa
kurangnya asupan zat besi, terutama dalam bentuk dilakukan pada orang dewasa yang mengalami
besi-hem. Zat besi sangat diperlukan dalam anemia adalah dengan pemberian tablet zat besi
pembentukan darah yaitu untuk mensintetis (Fe), mulanya program pemberian suplementasi
hemoglobin. Kelebihan zat besi disimpan sebagai besi direkomendasikan oleh World Health
protein feritin dan hemosiderin di dalam hati, Organization (WHO) kepada ibu hamil, namun
sumsum tulang belakang, dan selebihnya seiring berjalannya waktu sasaran program
disimpan dalam limfa dan otot. Kekurangan zat ditambah menjadi balita, anak usia sekolah dan
besi akan mengakibatkan terjadinya penuruna wanita usia subur (Depkes, 2008).

THE 5TH URECOL PROCEEDING 381 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Masyarakat indonesia terutama wanita yang terjadi pada ibu hamil sebesar 60,4%.
sebagian besar mengalami anemia dikarenakan Diantara Kecamatan lain di Kabupaten Kudus,
kurangnya konsumsi sumber makanan yang Kecamatan Gebog mempunyai prevalensi paling
menganung zat besi yang mudah diserap tubuh tinggi sebesar 88,0%. Namun saat ini belum ada
(hemeiron). Kekurangan zat besi ini dapat data prevalensi anemia pada remaja di Kabupaten
menimbulkan gangguan ataupun hambatan pada Kudus (Farida, 2006).
pertumbuhan baik tunuh maupun sel otak. Dari hasil survei di SMK Raden Umar Said
Kekurangan kadar HB dalam darah dapat di Gebog Kudus, dari jumlah semua siswi kelas IX
menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, dan cepat sebanyak 106 didapatkan 71 siswi yang Hb nya
lelah saat melakukan aktifitas. Akibatnya dapat kurang dari 12 gr/dl dan tergolong mengalami
menurunkan prestasi belajar, olahraga dan anemia, sedangkan 35 siswi tergolong Hb nya
produktivitas kerja. Disamping itu penderita normal. Dengan perbandingan presentasi 70% dari
anemia juga mengakibatkan daya tahan tubuh jumlah siswi kelas IX SMK Raden Umar Said
menurun dan tubuh akan mudah terkena infeksi Gebog Kudus.
(Depkes, 2008). Konsumsi makanan berkaitan dengan status
Berdasarkan data WHO (2008), prevalensi gizi remaja yang memiliki status gizi besi kurang
anemia tahun 1999-2005 pada WUS di Indonesia akan beresiko terkena anemia terutama pada
mencapai 33,1% angka ini lebih tinggi remaja putri karena setiap bulannya mengalami
dibandingkan negara-negara Asia Tenggara menstruasi. Anemia juga dipengaruhi secara
lainnya, seperti Brunei (20,4%), Malaysia langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang
(30,1%), Vietnam (24,3%), dan Thailand (17,8%). kurang mengandung zat besi. Bila makanan yang
Remaja putri merupakan salah satu dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik maka
kelompok yang rawan menderita anemia. World status gizinya juga baik, tetapi sebaliknya bila
Health Organisation (WHO) Regional Office makanan yang dikonsumsi memiliki nilai gizi
South East Asia Region Organisation (SEARO) yang kurang cukup maka akan menyebabkan
menyatakan bahwa 25-40% remaja putri menjadi kekurangan gizi dan dapat menyebabkan anemia
penderita anemia. Anemia yang diderita umumnya (Hapzah, 2012).
anemia defisiensi zat besi ringan sampai berat di Seiring dengan perkembangan zaman yang
Asia Tenggara (Depkes, 2008). semakin maju masyarakat mengerti bahwa
Pada siklus hidup manusia, remaja wanita kesehatan itu sangat penting, masyarakat pada
(10-19 tahun) merupakan salah satu kelompok umumnya telah merubah pola konsumsinya
yang rawan terhadap anemia. Menurut Survei menjadi lebih baik salah satunya yaitu sudah
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2007, mulai membuka pikiran bahwa khasiat buah-
prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur buahan sangatlah membantu dalam gizi tubuh,
(WUS) usia 15-19 tahun mencapai 26,5% sekitar salah satunya yaitu buah kurma. Kurma yang
370 juta wanita yang menderita anemia yang memiliki nama latin Phoenix dactilifera ini
diakibatkan karena defisiensi besi (Depkes, 2008). merupakan makanan populer yang seringkali
Anemia menyerang lebih dari 57% remaja disajikan pada bulan puasa. Kurma memiliki
putri di Indonesia.Sejak tahun 2002 di Jawa Timur kandungan nutrisi yang berguna bagi tubuh.
terdapat 33%, Jawa Barat 41%, dan Jawa Tengah Kandungan utama dalam kurma adalah glukosa
22%. Di Jawa Tengah itu sendiri yaitu Solo23%, yang kadarnya mencapai 50% dari seluruh
Purwokerto 31% dan DIY 10% (Riskesdas, 2013). kandungan buahnya. Selain itu, kurma
Berdasarkan hasil penelitian tahun 1990, mengandung berbagai vitamin yang diperlukan
Kabupaten Kudus merupakan Kabupaten dengan oleh tubuh. Dalam setiap 100 gram kurma kering
prevalensi anemia pada ibu hamil yang cukup terkandung 50 IU vitamin A; 0,4 mg vitamin C;
tinggi yaitu sebesar 62,9%. Hampir sama dengan 0,09 mg tiamin; 0,10 mg riboflavin, 2,20 mg
rata-rata propinsi (63,5%). Hasil survei yang niasin, asam nikotinat dan zat besi (Sari, 2013).
dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus Kurma mengandung zat besi. Kandungan
pada bulan September 2006 prevalensi anemia zat besi yang tinggi dapat digunakan untuk

THE 5TH URECOL PROCEEDING 382 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

pengobatan anemia. Anemia adalah keadaan di perlakuan. Pada kedua kelompok diawali dengan
mana jumlah sel darah merah atau jumlah pre test (pengukuran awal) kadar Hb dan setelah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel pemberian perlakuan diadakan pengukuran
darah merah berada di bawah normal. Adanya zat kembali (post test).
besi dalam kurma nantinya diserap oleh usus dan Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
dibawa oleh darah untuk hemopoiesis (proses kurma. Variabel terikat dalam penelitian ini
pembentukan darah). Zat besi akan berikatan peningkatan kadar hemoglobin pada remaja putri.
dengan heme dan empat buah globin, yang Peneliti menentukan sampel yang terdapat
nantinya membentuk satu kesatuan menjadi dalam populasi yaitu secara random sampling
hemoglobin. Sehingga, secara tidak langsung yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan cara
kurma dapat membantu menambah hemoglobin memilih sampel secara acak (random) diantara
sampai ke angka normal bagi penderita anemia. populasi sesuai dengan kriteria inklusi dan
Selain bermanfaat sebagai pengobatan anemia, eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono,
kurma juga berperan penting dalam pengobatan 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
penyakit demam berdarah. Hal ini disebabkan siswi kelas XI sejumlah 106 siswi Smk Raden
karena penderita demam berdarah mengalami Umar Said Kudus. Sedangkan sampel dalam
penurunan jumlah trombosit atau keping darah, penelitian ini sebanyak 20 responden. Terdiri dari
dan kurma dapat meningkatkan kadar trombosit 10 orang kelompok intervensi dan 10 orang
darah (Pertiwi, 2012). kelompok kontrol.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ady (2013), membuktikan bahwa pemberian sari HASIL PENELITIAN
kurma berpengaruh terhadap kadar hemoglobin Penelitian ini membuktikan dan menjawab
pada tikus yang mengalami anemia. Hasil ini pertanyaan penelitiaan yang diajukan bahwa,
menunjukkan bahwa sari kurma yang kaya akan Apakah ada pengaruh kadar hemoglobin
zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin. remaja putri sebelum dan sesudah perlakuan pada
Kandungan protein, karbohidrat, dan lemak pada kelompok kontrol dan Intervensi.
sari kurma serta kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn, Karakteristik responden brdasarkan umur.
Cu, P, dan Niasin dengan palmyra yang kaya Tabel 4.1
kandungan Vit A mendukung sintesis Distribusi Frekuensi Karakteristik
hemoglobin, karbohidrat dan lemak pada sari Responden Berdasarkan Umur Siswa SMK
kurma membentuk suksinil CoA yang selanjutnya Raden Umar Said Kudus Tahun 2016
bersama glisin akan membentuk protoporfirin (N=20)
melalui serangkaian proses porfirinogen. Umur Jumlah Persentase (%)
Protoporfirin yang terbentuk selanjutnya bersama <15 Tahun 4 20 %
molekul heme dan protein globin membentuk 16-17 11 55 %
hemoglobin (Ady, 2013). Tahun
>17 Tahun 5 25 %
METODE Total 20 100.0
Jenis penelitian Quasy Eksperimental
dengan menggunakan bentuk rancangan control Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan
group pre test-post test digunakan dalam bahwa sebagian besar umur siswa adalah 15-16
penelitian ini. Desain ini bertujuan tahun dengan jumlah 11 responden (55%) dan
mengidentifikasi hubungan sebab akibat dengan sebagian kecil umur siswa adalah 14 tahun dengan
cara melibatkan dua kelompok subyek. Kelompok jumlah 4 responden (20%) serta >16 tahun
subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, sejumlah 5 responden (25%).
kemudian diobservasi lagi setelah melakukan Tabel 4.2
intervensi. Dalam rancangan ini, kelompok Distribusi Frekuensi Berdasarkan Mean, Median,
eksperimental diberi perlakuan berupa pemberian dan Modus Kelompok Kontrol dan Kelompok
kurma, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi Intervensi Sebelum dan Sesudah Pemberian

THE 5TH URECOL PROCEEDING 383 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Kurma Penderita Anemia Di SMK Raden Umar didapatkan nilai probabilitas (ρ value) pada kadar
Said Kudus Tahun 2016 Hb pre intervensi pada kelompok control sebesar
Kel 0,783 dan post intervensi pada kelompok control
Varia Me Medi Mod Mi
om Max sebesar 0,680. Pada kadar Hb pre intervensi pada
bel an an uS n
pok kelompok intervensi didapatkan nilai probabilitas
Pre 0,3 0,25 9 9 12 (ρ value) sebesar 0,844 dan post intervensi pada
Ko kelompok intervensi sebesar 0,020. Berarti data
5
ntr tersebut berdistribusi normal karena ρ < 0,05,
Post 0,3 0,25 9 9 12
ol sehingga pada penelitian ini menggunakan uji
8
Pre 0,5 0,50 10 10 12 Wilcoxon.
Inte Tabel 4.4
6
rve Perbandingan Rata – Rata Kadar Hb Kelompok
Post 1,0 0,85 11 11 12
nsi Kontrol Dan Kelompok Intervensi Sebelum Dan
2
Sesudah Pemberian Kuma Pada Penderita
Hasil dari tabel 4.2 menunjukkan kadar Hb Anemia DI SMK Raden Umar Said Kudus Tahun
pada kelompok kontrol sebelum pemberian 2016
makanan dengan gizi seimbang nilai mean 10,35
median 10,25 modus 9 serta nilai minimum 9 dan Variabel N Mean SD Value
nilai maksimum 12. Sedangkan kadar Hb pada Kadar Hb
kelompok kontrol sesudah intervensi nilai mean kel.kontrol
10,38 median 10,25 modus 9, serta nilai minimum Sebelum terapi 10 10,35 0,914
9 dan nilai maksimum 12. Sesudah terapi 10 10,38 0,926 0,083
Kadar Hb pada kelompok intervensi Kadar Hb
sebelum pemberian kurma nilai mean 10,56 kel.intervensi
median 10,50 modus 10, serta nilai minimum 10 Sebelum 10 10,56 0,675
dan nilai maksimum 12. Sedangkan kadar Hb pada intervensi
kelompok intervensi sesudah intervensi nilai mean Sesudah 10 11,02 0,518 0,008
11,02 median 10,85 modus 11 serta nilai intervensi
mimimum 11 dan maksimum 12.
Tabel 4.3 Berdasarkan hasil dari uji wilcoxon
didapatkan bahwa selisih perbandingan rata-rata
Hasil Uji Normalitas Data kadar Hb pada kelompok kontrol adalah 0,03 dan
diperoleh  value sebesar 0,083. Sedangkan
Shapiro-Wilk selisih perbandingan rata-rata kadar Hb pada
Variabel Statis Df Sig kelompok intervensi adalah 0,46 diperoleh  value
tic sebesar 0,008, hal ini menunjukkan bahwa nilai 
Kadar Hb Pre Intervensi value <0,05. Maka dapat diambil kesimpulan
.896 10 .199
Kel.Intervensi bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti
Kadar Hb Post ada pengaruh kurma terhadap peningkatan kadar
Intervensi .792 10 .012 Hb pada remaja putri yang mengalami anemia
Kel.Intervensi kelas XI SMK Raden Umar Said Kudus Tahun
Kadar Hb Pre Intervensi 2016.
.969 10 .882
Kel.Kontrol
Kadar Hb Post PEMBAHASAN
.938 10 .506 Pengaruh Pemberian Kurma Sebagai Upaya
Intervensi Kel.Kontrol
Peningkatan Kadar Haemoglobin Pada Remaja
Pada tabel 4.3 setelah dilakukan uji yang Mengalami Anemia Di SMK Raden Umar
normalitas menggunakan Shapiro-Wilk Said Kudus Tahun 2016.

THE 5TH URECOL PROCEEDING 384 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Pada penelitian ini jumlah responden yaitu Hal ini sesuai dengan Penelitian
20 responden diperoleh hasil mayoritas responden sebelumnya yang dilakukan oleh Anita (2013),
memiliki usia 15-16 tahun yaitu sebanyak 11 membuktikan bahwa pemberian sari kurma
orang (55%) dan kelompok minoritas memiliki berpengaruh terhadap kadar hemoglobin. Hasil ini
usia <15 tahun sebanyak 4 orang (20%). menunjukkan bahwa sari kurma yang kaya akan
zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin.
Lebih dari 50% penderita anemia berada Kandungan protein, karbohidrat, dan lemak pada
di kisaran usia 15-16 tahun. Hal tersebut sari kurma serta kandungan glukosa, Ca, Fe, Zn,
menunjukkan kecenderungan siswi usia tersebut Cu, P, dan Niasin dengan palmyra yang kaya
mengalami risiko anemia lebih tinggi kandungan Vit A mendukung sintesis
dibandingkan kelompok usia lainnya. Pada hemoglobin, Kandungan sari kurma yang secara
kisaran usia 15-16 tahun, seorang remaja sudah tidak langsung juga dapat meningkatkan jumlah
mengalami menstruasi sehingga kecenderungan trombosit yaitu zat mineral seperti zat besi yang
anemia lebih besar akibat kehilangan darah pada essensial bagi pembentukan hemoglobin. Besi
saat menstruasi (Briawan, 2008). yang segera dibutuhkan untuk produksi sel darah
Karakteristik usia responden ini sesuai merah diserap ke dalam darah untuk disalurkan ke
dengan teori tersebut, yaitu penderita anemia sumsum tulang dan akan digunakan untuk
paling banyak terjadi pada kisaran umur 15-16 membentuk hemoglobin bagi sel darah merah baru
tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut yang akan mengikat oksigen untuk kebutuhan
remaja mengalami menstruasi setiap bulannya metabolisme sel terutama ke hati sehingga hati
yang akan berpengaruh kehilangan zat besi pada dapat melaksanakan fungsinya dengan baik
saat menstruasi, sedangkan remaja pada usia ini termasuk menghasilkan hormon trombopoietin
tidak memperhatikan asupan zat gizi yang (Anita ,2013).
dikonsumsi untuk mengembalikan zat besi yang Anemia merupakan dampak masalah gizi
hilang karena menstruasi. pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada kekurangan zat gizi yang berperan dalam
20 responden di SMK Raden Umar Said Kudus pembentukan hemoglobin. Hal ini terjadi karena
menunjukkan bahwa 10 responden dilakukan kekurangan konsumsi atau gangguan absorbsi. Zat
pemberian kurma sebagai kelompok intervensi gizi tersebut adalah zat besi, protein, vitamin B6
yang dilakukan pemberian kurma (50%) dan 10 yang berperan sebagai katalisator dalam sintetis
responden tidak diberi perlakuan kurma sebagai Hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C,
kelompok control yang tidak diberi perlakuan zinc yang mempengaruhi stabilitas membran sel
(50%). Hasil analisa menunjukkan peningkatan darah merah. Sebagian besar adalah anemia gizi
kadar Hb dari 10,56 gr/dl menjadi 11,02 gr/dl. besi. Penyebab dari anemia gizi besi adalah
kurangnya asupan zat besi, terutama dalam bentuk
Berdasarkan hasil dari uji wilcoxon besi-hem. Zat besi sangat diperlukan dalam
didapatkan bahwa selisih perbandingan rata-rata pembentukan darah yaitu untuk mensintetis
kadar Hb pada kelompok kontrol adalah 0,03. hemoglobin. Kelebihan zat besi disimpan sebagai
Sedangkan selisih perbandingan rata-rata kadar protein feritin dan hemosiderin di dalam hati,
Hb pada kelompok intervensi adalah 0,46 sumsum tulang belakang, dan selebihnya
diperoleh  value sebesar 0,008 hal ini disimpan dalam limfa dan otot. Kekurangan zat
menunjukkan bahwa nilai  value <0,05. Maka besi akan mengakibatkan terjadinya penuruna
dapat diambil kesimpulan bahwa Ha diterima dan kadar feritin yang diikuti dengan penurunan
Ho ditolak yang berarti ada pengaruh kurma kejenuhan kadar transferin atau peningkatan
terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja putri protoporfirin, jika keadaan ini berlanjut akan
yang mengalami anemia kelas XI SMK Raden terjadi anemia defisiensi besi, dimana kadar
Umar Said Kudus Tahun 2016. hemoglobin turun dibawah nilai normal
(Almaitzer, 2009).

THE 5TH URECOL PROCEEDING 385 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Konsumsi makanan berkaitan dengan status orang (55%) dan kelompok minoritas
gizi remaja yang memiliki status gizi besi kurang memiliki usia <15 tahun sebanyak 4 orang
akan beresiko terkena anemia terutama pada (20%).
remaja putri karena setiap bulannya mengalami 2. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 20
menstruasi. Anemia juga dipengaruhi secara responden kadar Hb pada remaja putri yang
langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang mengalami anemia sebelum dilakukan
mengandung zat besi, untuk meningkatkan kadar pemberian kurma pada kelompok intervensi
hb maka diperlukan konsumsi makanan yang didapatkan hasil rata-rat sebesar 10,56 gr/dl
mengandung zat besi salah satunya dengan sedangkan setelah dilakukan pemberian
mengkonsumsi kurma. Kurma dapat digunakan kurma didapatkan hasil rata-rat sebesar 11,02
sebagai pengobatan berbagai macam penyakit. gr/dl.
Salah satu manfaat kurma adalah sebagai bahan 3. Hasil uji wilcoxon didapatkan bahwa ada
pengobatan pada anemia dan penyakit demam pengaruh yang signifikan antara pemberian
berdarah. Kandungan zat besi dalam kurma dapat kurma terhadap kadar haemoglobin penderita
digunakan untuk pengobatan anemia. Adanya zat anemia di SMK Raden Umar Said Kudus
besi dalam kurma nantinya diserap oleh usus dan Tahun 2016 dengan hasil  value sebesar
dibawa oleh darah untuk hemopoiesis (proses 0,008, hal ini menunjukkan bahwa nilai 
pembentukan darah). Zat besi akan berikatan value <0,05. Maka dapat diambil kesimpulan
dengan heme dan globin, yang nantinya bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang
membentuk satu kesatuan menjadi hemoglobin. berarti ada pengaruh kurma terhadap
Sehingga, secara tidak langsung kurma dapat peningkatan kadar Hb pada remaja putri yang
membantu menambah hemoglobin sampai ke mengalami anemia SMK Raden Umar Said
angka normal bagi penderita anemia (Sari, 2013). Kudus Tahun 2016.
Hasil penelitian terdahulu mendukung hasil
REFERENSI
penelitian saat ini, yaitu yang dilakukan oleh Anita
Adriani, M., & Wirjatmadi, b. (2012). Pengantar
dengan judul Pengaruh Pemberian Sari Kurma
Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Terhadap Perubahan Kadar Haemoglobin pada
Ady, T. H. (2013). Pengaruh Pemberian Sari
Pasien Anemia di BRSD Luwuk. Data penelitian
Kurma (Phoenix Dactylifera) terhadap Kadar
diambil dengan lembar observasi dan hal ini
Hemoglobin pada Tikus Putih Jantan Galur
dibuktikan dengan uji T-berpasangan yang
Wistar. Jurnal Kesehatan.
menunjukkan p-value = 0.000 (p < 0,05), hasil
Ali, & Asrori. (2009). Psikologi Remaja
penelitian ini sesuai dengan Hipotesis yang
Perkemmbangan Peserta Didik. Jakarta:
diajukan oleh peneliti yang menyatakan bahwa
Bumi Akasara.
“ada pengaruh pemberian sari kurma terhadap
Almaitzer, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
kadar haemoglobin pada pasien anak dengan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
anemia di BRSD Luwuk”.
Anita, P. (2014). Pengaruh Pemberian Sari Kurma
Berdasarkan penelitian dan teori diatas Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kurma pada Pasien Anemia di BRSD Luwuk. Jurnal
terhadap kadar hb pada remaja putri yang Kesehatan.
mengalami anemia di SMK Raden Umar Said Arisman, M. (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam
Kudus tahun 2016. Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. EGC.
KESIMPULAN Asmadi. (2008). Teknik Prosedur Konsep dan
1. Karakteristik kadar Hb remaja putri yang Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
mengalami anemia berdasarkan umur dari Salemba Medika.
jumlah responden yaitu 20 responden Assirey, & Rahman, E. A. (2015). Nutritional
diperoleh hasil mayoritas responden Composition of Fruit of 10 Date Palm
memiliki usia 15-16 tahun yaitu sebanyak 11 (Phoenix Dactylifera) Cultifars Grownin

THE 5TH URECOL PROCEEDING 386 ISBN 978-979-3812-42-7


THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

Saudi Arabia. Journal of Taibah University Pertiwi. (2012). Sari Kurma Untuk Menaikkan
for science 9. Trombosit. Jakarta: Medika.
Depkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jawa Proverawati, A. (2011). Anemia dan Anemia
Tengah: Badan Penelitian dan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pengembangan Kesehatan. Purnomo. (2006). Analisis Data Penelitian.
Eny, K. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja Yogyakarta: CV. Andy Offset.
dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Riyanto. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian
Evelyn. (2009). Anatomi dan Fisioligi Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Paramedis. Jakarta: Gramedia. Sari. (2013). Manfaat Buah Kurma. Yogyakarta:
Hammad, P. D. (2014). Buku Kedokteran Nabi. Home Health.
Solo: Aqwamedika. Sarwono, & Sarlito, W. (2011). Psikologi Remaja.
Hapzah, Y. R. (2012). Hubungan Tingkat Jakarta: Rajawali Pers cetakan 14.
Pengetahuan dan Status Gizi Terhadap Saryono. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta:
Kejadian Anemia Remaja Putri pada Siswi Nuha Medika.
SMAN 1 Tinambung Kabupaten Polewali Soebroto. (2011). Anemia dan Problemnya.
Mandar. Jurnal Kesehatan. Yogyakarta: Media Books.
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian dan Soetjiningsih. (2007). Buku Ajar Tumbuh
Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Kembang Remaja dan Permasalahannya.
Medika. Jakarta: Sagung Ceto.
Kee, L. J. (2007). Pedoman Pemeriksaan Sopny. (2010). Kadar Hemoglobin. yogyakarta.
Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta: Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Penerbit Buku Kedokteran Edisi 6. Administrasi. Bandung: CV.Alfabeta.
Kementrian Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Susiloningtyas, I. (2004). Pemberian Zat Besi (fe)
Dasar. Jawa Tengah: Kemenkes. dalam Kehamilan. Jurnal Kesehatan Fakultas
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Agung.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Tarwoto, N., & Dkk. (2009). Kesehatan Remaja
Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan Proble dan Solusinya. Jakarta: Salemba
Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Medika.
Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Widayanti. (2008). Hemoprotein dalam Tubuh
Medika. Manusia. Jurnal Kesehatan, Jurnal. fk.
Unand. ac. id.

THE 5TH URECOL PROCEEDING 387 ISBN 978-979-3812-42-7

Anda mungkin juga menyukai