Anda di halaman 1dari 3

A.

Hak Mengajukan Pengurangan PPh Pasal 25


Dasar hukum tentang pengurangan angsuran PPh 25 mengacu pada Keputusan Direktur
Jenderal Pajak Nomor KEP- 537/PJ./2000 pada tanggal 29 Desember Tahun 2000,
tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Dalam Tahun Berjalan Dalam Hal- hal
Tertentu. Kedua, berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/
PJ/2009 tanggal 11 Februari 2009 tentang Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan
Pasal 25 Dalam Tahun 2009 Bagi Wajib Pajak Yang Mengalami Perubahan Keadaan
Usaha Atau Kegiatan Usaha. Dalam hukum fiskal, PPh Pasal 25 merupakan angsuran
PPh yang berlangsung pada tahun berjalan. Untuk jumlah atau besar angsuran akan
dihitung berdasarkan PPh tahun sebelumnya dibagi 12, kecuali untuk wajib pajak
tertentu. Bagi wajib pajak tertentu yang disebutkan, yaitu mereka yang mempunyai
kompensasi rugi, penghasilan tidak teratur, dan terdapat perubahan keadaan usaha.
Kondisi ini termuat dalam KEP- 537/ PJ/2000 yang menyebutkan bahwa hal- hal
tertentu adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian.
2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur.
3. Surat pemeberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak sebelumnya
disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan.
4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahun Pajak Pengahasilan.
5. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum
pembetulan.
6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak

Jika suatu tahun pajak telah berjalan setelah tiga bulan atau lebih, maka wajib pajak
dapat menunjukkan bahwa pajak penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak
yang disebutkan, kurang dari 75% dari pajak penghasilan yang terutang. Pajak tersebut
nantinya menjadi dasar perhitungan jumlah PPh Pasal 25. Di sini, wajib pajak bisa
mengajukan permohonan pengurangan besar PPh Pasal 25 melalui cara tertulis kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak di mana wajib pajak terdaftar.
B. Dasar Hukum
1. Pasal 25 ayat 1 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor
36 Tahun 2008 menyatakan tentang besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan.
2. Pasal 25 ayat 6 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Pengahasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor
36 Tahun 2008 menyatakan tentang kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk
menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan
dalam hal- hal tertentu.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 537/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000
tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalam Tahun Pajak Berjalan dalam
hal- hal tertentu.
Penjelasan
Permohonan pengurangan angsuran PPh 25 oleh Wajib Pajak didasarkan pada
ketentuan pasal 25 ayat 6 huruf f Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan tentang kewenangan Direktur
Jenderal Pajak untuk menetapkan perhitungan besarnya angsuran pajak dalam
tahun pajak berjalan dalam hal- hal tertentu yaitu terjadi perubahan keadaan usaha
atau kegiatan wajib pajak dijelaskan dalam pasal 7 keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor 537/PJ/ 2000 tanggal 29 Desember 2000 yang menyatakan (1) apabila
sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya satu tahun pajak, wajib pajak dapat
menunjukkan bahwa Pajak Pengahsilan yang akan terhutang untuk Tahun Pajak
tersebut kurang dari 75% dari Pajak Pengahsilan yang terhutang yang menjadi dasar
perhitungan besarnya pajak penghasilan 25. Wajib pajak dapat mengajukan
permohonan pengurangan besarnya pajak penghasilan pasal 25 secara tertulis
kepada kepala KPP tempat wajib pajak terdaftar.

C. Ketentuan Untuk Mengajukan Permohonan Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25


Jika wajib pajak telah memenuhi kondisi- kondisi untuk dapat melakukan permohonan
pengurangan angsuran PPh Pasal 25 terdaftar, maka wajib pajak tersebut dapat
mengajukannya.
Wajib Pajak tersebut dapat mengajukan permohonan penurunan angsuran melalui surat
tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Di dalam surat tersebut harus
disebutkan alasan- alasan terjadinya penurunan omset yang menyebabkan angsuran
PPh 25 menurun. Selain itu, sampaikan laporan keuangan atau laba rugi hingga akhir
bulan terakhir yang diproyeksikan hingga akhir tahun. Sehingga, menyebabkan status
PPh akan menjadi lebih bayar. Dalam upaya untuk mempermudah dan
menyederhanakan proses penyelesaian, berikut lampiran- lampiran yang harus
disampaikan:
1. Berkas fotokopi SPT Tahunan 3 tahun terakhir beserta laporan keuangannya.
Sertakan juga dalam bentuk softcopy untuk memudahkan dan mempercepat analisis
dari Account Representativ.
2. Lampiran proyeksi Laporan Laba Rugi untuk masa mendatang beserta softcopy-
nya
3. Analisis naik dan turunnya omset, HPP ( Harga Pokok Penjualan), serta biaya.
Kemudian sertakan juga alasan dan dokumen- dokumen pendukung beserta
softcopy-nya.
4. Tanda lunas pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan selama 3 tahun terakhir.

Anda mungkin juga menyukai